Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NI KADEK BINTANG DELIANA

KELAS : XII MIPA 3


NO : 22
MAPEL : BAHASA INDONESIA

Kerjakan tugas 1 tentang Nilai-Nilai dalam Novel Sejarah (LKS hal 37-39) !

➢ Tugas 1 : Mengidentifikasi Nilai-Nilai dalam Cerita atau Novel Sejarah(LKS hal 37-
39)

Kutipan cerita 1

Sedari mudaku aku di sini bukan. Tak kuingat punya istri, punya anak punya keluarga
seperti orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin kaya, bikin
rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
Tidak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor aku enggan membunuhnya. Tapi
kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu
yangkulakukan, sangkamu? Akan dikutuki-Nya aku kalau selama hidupku aku mengabdi
kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih
penyayang kepada umat-Nya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku
pukul bedug membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku
sembahyang setiap waktu, siang malam, pagi sore. Aku sebut-sebut nama-Nya selalu. Aku
puji-puji dia. Aku bacakitab-Nya.
(Robohnya Surau Kami, A.A. Navis)

Jawab: Nilai yang terkandung dalam kutipan cerita tersebut adalah nilai agama. Nilai agama dalam
kutipan cerita tersebut adalah kepercayaan kepada Tuhan, dengan bertakwa dan selalu berdoa
kepada tuhan.

Kutipan Novel 2

"Bahwa benar setiap orang adalah sama di hadapan Tuhan dan sesamanya. Adalah tidak
benar orang menjadi berbeda-beda dan bertingkat-tingkat hanya karena kadar kekuasaan
dunia dan rohani."
(Arok Dedes: Pramoedya Ananta Toer)

Jawab: Nilai yang terkandung dalam kutipan novel tersebut adalah nilai agama. Nilai agama
(kereligiusan) dalam kutipan novel tersebut adalah menunjukkan bahwa kekuasaan membuat
orang lain melakukan apa yang menjadi keinginan kita. Maka tidak heran banyak orang yang
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan posisi tertinggi demi kepuasan pribadi tanpa melihat
apa yang akan terjadi sselanjutnya. Namun sebenarnya dihadapan Tuhan setiap orang itu sama
tidak ada bedanya.

Kutipan Novel 3

Apa guna belajar ilmu dan pengetahuan Eropa, bergaul dengan orang Eropa, kalau akhirnya
toh harus merangkak, beringsut seperti keong dan menyembah seorang raja kecil yang
barangkali buta huruf pula? Ya Allah, kau nenek moyang, kau, apa sebab kau ciptakan adat
yang menghina martabat turunanmu begini macam? Mengapa kau sampai hati mewariskan
adat semacam ini?

(Bumi Manusia: Pramoedya Ananta Toer)

Jawab: Nilai yang terkandung dalam kutipan novel tersebut adalah nilai budaya. Nilai budaya yang
terkandung dalam kutipan novel tersebut adalah kebiasaan masyarakat Jawa yang menunjukkan
rasa hormat saat bertemu dengan orang besar.

Kutipan Novel 4

"Rupanya kesopanan pun telah kau tinggalkan maka tak segera sujud pada Bunda." Pintu
kuketuk pelan. Aku tak tahu kamar siapa, membukanya dan masuk. Bunda sedang duduk
bersisir di depan cermin. Sebuah lampu minyak berkaki tinggi berdiri di atas sebuah kenap
di sampingnya. "Bunda, ampuni, sahaya,” kataku mengembik, bersujud di hadapannya dan
mencium lututnya. Tak tahulah aku mengapa tiba-tiba hati diserang rindu begini pada
Bunda.

(Bumi Manusia: Pramoedya Ananta Toer)

Jawab: Nilai yang terkandung dalam novel tersebut adalah nilai moral. Nilai moral dalam kutipan
tersebut adalah sikap sopan santun dengan yang lebih tua. Agar kelak mempunyai rasa hormat
yang tinggi kepada yang lebih tua, apalagi kepada orang tua sendiri.
Kutipan Novel 5

"Mbah Kung semalam bertemu dengan nenekmu melalui mimpi.” Berkata Ki


Padmaguna, "Di tepi pantai dengan ombak yang mengalir deras, nenekmu mengutarakan
butuh bantuan ayahmu. Itulah karenanya, ayahmu kukirim untuk menemuinya." Ada
alasan yang sangat mendasar bagi Sri Yendra untuk mengetahui lebih banyak bagaimana
kehidupan Ki Buyut Padmaguna, juga bagaimana dengan kabar anak keturunannya. Jika
dimungkinkan menengok, tentu menyenangkan sekali. Namun, hal itu tak mungkin
dilakukan. Usianya yang semakin tua serta kesehatannya yang sering memburuk
menyebabkan perempuan itu harus sering berada di biliknya. Apa yang dilakukan justru
seperti menyongsong entah kapan kematian datang menjemput. Jika Dewa pencabut
nyawa itu datang, akan diterima kehadirannya dengan penuh ikhlas. Tak ada secuil pun
isi dunia ini yang menjadi beban hingga sayang harus ditinggalkan, tak juga kekasih dan
permata hati.
(Gajah Mada: Sumpah di Manguntur, Langit Kresna Hariadi)

Jawab: Nilai yang terkandung dalam kutipan novel tersebut adalah nilai budaya, nilai budaya
dalam kutipan novel diatas adalah kepercayaan kepada kekuatan mimpi untuk mengambil tindakan
nyata, serta kepercayaan kepada takdir yang akan dijalani, termasuk kematian.
Kerjakan tugas 1 dan 2 tentang unsur kebahasaan (LKS hal 41 - 43 )!

➢ Tugas 1 : Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita (Novel) Sejarah Pangeran


Diponegoro : Menggagas Ratu Adil

NO Kaidah Bahasa Kutipan Teks

1. Kalimat bermakna lampau Takkan dilupakan oleh Ratu Ageng, bahwa


menjelang azan magrib, ketika suaminya itu
sedang duduk berselonjor di prabayasa, terdengar
tangis bayi Ontowiryo di buaian bundanya. R. A.
Mangkarawati.

2. Penggunaan konjungsi yang Kini, di usia Ontowiryo yang sepuluh tahun, Ratu
menyatakan urutan waktu. Ageng melihat perkembangan yang menarik.

3. Penggunaan kata kerja material. Cucunya ini bukan saja hanya pandai melihat
yang terlihat dan menerangkannya, tapi juga
pandai memainkan fantasi - atau bilanglah lebih
konkret : imaginasi - melihat yang terlihat sebagai
satu wujud kasat mata dengan dua makna
penafsiran.

4. Penggunaan kalimat tak langsung. Ratu Ageng berfikir, Ontowiryo harus juga
belajar secara khusus di sebuah lembaga
pendidikan.

5. Penggunaan kata kerja mental. Ratu Ageng sadar, janjinya kepada raja,
suaminya, adalah sumpah setia seorang istri.

6. Penggunaan dialog. “Suamiku berharap Ontowiryo menjadi


pemimpin yang lebih besar darinya,” kata Ratu
Ageng yang permaisuri Sultan Hamengku
Buwono I itu.

“Insya Allah,” kata sang kyai.

7. Penggunaan kata sifat Sultan sendiri terkesima melihat cicitnya yang


sulung dari cucunya Hamengkubuwono III yang
asma dalem timurnya Raden Mas Suroyo.
➢ Tugas 2 : Menjelaskan Makna Kias yang Terdapat dalam Teks Cerita (Novel)
Sejarah

Kutipan Teks 1

Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memakai dasi hitam menerima delegasi yang
membungkukbungkuk dan menunjukkan penghargaan kepadanya dan menyerahkan kepada
pertimbangannya suatu petisi? Dan merendah diri memohon pengurangan pajak? Kita
merendah diri memohon, merendah diri memohon ini, memohon itu.
(Soekarno: Kuantar ke Gerbang, Ramadhan K.H.)

Jawab:
Dasi hitam: Aturan berpakaian untuk acara malam resmi, dan dipakai untuk berbagai jenis fungsi
sosial.

Kutipan Teks 2

Kiranya tidak ada terjadi hal-hal yang lebih hebat sebagai akibat masuknya Dara Petak ke
dalam kehidupan Sang Prabu, sekiranya tidak terjadi hal yang membakar hati Roro Lawe,
yaitu pengangkatan patih hamangku bumi, yaitu Patih Kerajaan Majapahit. Yang diangkat
oleh Sang Prabu menjadi pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa sesudah raja yaitu
Senopati Nambi.

(Kemelut di Majapahit, S.H. Mintarja)

Jawab:
Membakar hati: memanaskan hati, tersinggung.

Kutipan Teks 3

"Sudahlah," kataku menenangkan, "Sekarang sudahlah, toh sudah berjalan dengan baik."
"Tentu ada ekornya," kata Kusno kemudian.
"Sudahlah, tak perlu Kus pikirkan," kataku. Aku membesarkan hatinya, "Kalaupun ada
ekornya, hadapi saja dengan berani."
(Soekarno: Kuantar ke Gerbang, Ramadhan K.H.)
Jawab:
Membesarkan hati: menggembirakan hati, memberanikan hati, membanggakan.

Kutipan Teks 4

Belanda telah menggali kapak peperangan dengan dirinya. Sia-sia saja selama ini dia
mengabdi pada mereka. Jika balasan yang diterimanya ternyata seperti ini. Tekadnya bulat.
Yang dulu kawan mulai malam ini menjadi lawan terbesarnya. Sekarang juga dia akan
bergantung dengan pasukan Kanjeng Pangeran Diponegoro yang tengah menyusun
kekuatan untuk memerangi Belanda dari Tegalredjo dan Selarong.

(Untold History of Pangeran Diponegoro, Tasman Panga)

Jawab:
Menggali kapak peperangan: melambangkan tantangan atau psywar pada lawan.

Kutipan Teks 5

Namanya naik daun didengar langsung Residen Yogyakarta. Pejabat Belanda ini akhirnya
memerintahkan kepala pasukan setempatnya untuk merekrutnya. Tetapi karena Ki
Singalodia tidak mau ditempatkan sebagai kepala regu pasukan reguler, ia dipekerjakan
sebagai tenaga khusus.

(Untold History of Pangeran Diponegoro, Tasman Panga)

Jawab:
Naik daun: selalu menang atau selalu mendatangkan untung, mendapat nasib baik, menanjak.

Anda mungkin juga menyukai