Oleh :
Deviani DwiMukti Haryanti
Xl MIPA 1
B. PENDAHULUAAN
Dhia’an Farah, atau yang biasa dikenal sebagai Teh Ara adalah seorang
penulis AU (Alternative Universe) di Twitter. Tidak hanya Dikta dan
Hukum, dia juga menulis berbagai AU seperti Jeffrey, Disa, dan Persib
Bandung, Kating Gede, dan juga Elegi Haekal. Ara adalah seorang
mahasiswa hukum di sebuah perguruan tinggi yang ada di Jawa Barat.
C. Isi Buku
Dikta dan Hukum adalah sebuah cerita yang awalnya berbentuk AU atau
Alternative Universe di Twitter. Cerita ini memiliki ciri khas tersendiri
sehingga banyak pembaca yang menyukainya sehingga beberapa penerbit
tertarik untuk menerbitkan Dikta dan Hukum dalam bentuk novel. Tetapi,
Ara akhirnya memilih Asoka Aksara × Loveable Redaksi sebagai penerbit.
Kisah ini menceritakan tentang seorang mahasiswa hukum tingkat
akhir bernama Dikta yang dijodohkan dengan seorang siswi SMA yang
bernama Nadhira. Alasan orang tua mereka menjodohkan mereka yaitu
karena mereka sudah berteman sedari kecil. Dalam novel ini, sosok Dikta
digambarkan sebagai tokoh sempurna yang menjadi idaman para wanita.
Memiliki kepribadian yang baik, sopan, berpendidikan luas, pintar, dan
tentunya tampan. Visualisasi sosok Dikta digambarkan oleh anggota
boyband terkenal dari Korea Selatan, yaitu Doyoung NCT. Sedangkan
Nadhira sendiri, digambarkan sebagai siswi SMA kelas 12 yang tidak rajin.
Ia malas untuk belajar, berbanding terbalik dengan Dikta. Nadhira juga
memiliki sifat mudah mengeluh dan keras kepala.
D. Kelebihan :
Menurut saya, kelebihan dari novel Dikta dan Hukum ini cukup banyak.
Pertama, yaitu cover buku yang sangat indah. Pemilihan gradasi warna yang
tepat membuat cover buku menjadi enak dipandang dan bagi saya sendiri,
saya sudah dapat bisa merasakan bagaimana sedihnya kisah yang terdapat di
dalam buku tersebut.
Kedua, penggambaran karakter yang tepat sehingga karakter fiksi yang
ada terasa hidup dan nyata.
Seorang laki-laki kuat bernama Dikta yang akhirnya terlihat lemah,
menangis, dan menceritakan rasa sakitnya. Siswi SMA kelas 12 yang
pemalas dan masih labil, dan berbagai penggambaran tokoh lainnya.
Ketiga, persahabatan Dikta dan teman-temannya. Sebenarnya, hal ini
bisa dibilang bukan kelebihan, tetapi saya akan memasukkannya sebagai
kelebihan karena saya sangat menyukai persahabatan mereka. Bagaimana
mereka saling mendukung dan saling menyayangi.
Keempat, kehadiran tokoh Sena. Seperti poin ketiga, sebenarnya poin
keempat ini juga dapat dibilang bukanlah suatu kelebihan. Tetapi, dengan
kehadiran sosok Sen aini, cukup berpengaruh pada cerita. Bisa dibilang, jika
tidak ada tokoh Sen aini, maka Dikta tidak akan membuat ‘Things to Do’
yang akan dia lakukan Bersama Nadhira.
Kelima atau poin terakhir, yaitu pemilihan ending yang tepat. Menurut
saya, penulis sudah memilih ending yang tepat. Selain itu juga berakhirnya
kisah ini diceritakan sangat jelas sehingga pembaca tidak merasa
kebingungan dan merasa digantung oleh ending cerita.
E. Kekurangan :
Setelah menjabarkan banyak kelebihan pada paragraf atas, tentunya suatu
novel memiliki kekurangannya tersendiri.
Pertama, penggambaran tokoh yang terlalu sempurna. Menurut saya sendiri,
sosok Dikta dan Jeno digambarkan terlalu sempurna. Sifat Dikta yang memiliki
banyak kelebihan, good attitude, dan sifat yang baik. Selain itu juga sifat Jeno
yang terlalu sabar dan selalu berbuat manis kepada Nadhira.
Kedua, adegan yang berlebihan dan memiliki kesan cheesy. Adegan yang
dimaksud yaitu adegan bus dan ketika Dikta meminta maaf kepada Nadhira dari
balik pintu.
B. Isi Buku
slilit pernah memusingkan seorang kiai di alam kuburnya, bahkan mengancam
kemungkinan suksesnya masuk surga. Ceritanya, dia mendadak dipanggil
Tuhan, sebelum para santrinua siap dipanggil untuk itu. Murid-murid setia setia
itu, sudah menguburkan sang kiai, lantas ngelembur mengaji berhari-hari - agar
dipertemukan dengan roh beliau barang satu dua jenak. Dan Allah Yang Maha
Memungkinkan Segala Kejadian akhirnya menunjukkan tanda kebenaran-Nya
dalam mimpi para santri itu. Roh kiai menemui mereka.
E. Nilai-Nilai Keteladanan Pada Novel Slilit Sang Kiai Karya Emha Ainun
Nadjib.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengarang novel menitikberatkan pada
hubungan manusia dengan bagaimana rasa keteladan kita dengan seorang
kiai/guru yaitu
(1) Sabar dan selalu mengiklaskan seseorang yang kita cintai,
(2) keagungan Tuhan yang telah menciptakan seorang kiai yang di jadikan
panutan selain Rosulallah ,
(3) Wujud kecintaan seorang para santri terhadap gurunya/kiainya ,
(4) keegoisan para santri yang mementingkan masa depanya secara sendiri
sendiri,
(5) harapan keajaiban kepada sang Tuhan untuk mendapatkan nasib yang baik
agar tuhan segera menggantikan sosok yang sama seperti yang meninggalkan.
Nilai-nilai Keteladanan di dalam Novel Emha Ainun Nadjip lebih ditonjolkan
pada sikap pembaca yang senantiasa untuk meneladani sikap para guru/kiai .