Anda di halaman 1dari 72

MOCHTAR LUBIS

HARIMAU! HARIMAU!

Yayasan Obor Indonesia ... melintas ketakutan lewat sudut jalan-jalan dan tanah lapang
Jakarta, 1993 meratap kengerian angin lalu ada yang tidur yang lain bangun hati
berdebar cemas turunlah hujan semuanya teror dan sunyi sepi ...
Perpustakaan Nasional :
Katalog Dalam I Orbitan (KDT)

LUBIS, Mochtar
kecil, dengan airnya yang sejuk dan bersih mengalir, menccreah menyanyi-
nyanyi dan berbisik-bisik , Dan akan inginlah orang tinggal di sana selama-

1
lamanya .

Di dalam hutan terdapat pula sumber-sumber nafkah hidup manusia ,


rottan dan damar dan berbagai bahan kayu . Manusia dulu hidup di dalam
hutan seperti binatang ,dan kemudian meninggalkan hutan untuk membangun
kota dan desa, kini pun selalu kembali ke dalam hutan untuk berburu dan
Hutan raya terhampar seluruh pulau , ari tepi pantai tempat ombak- mencari nafkah .
ombak samudera yang terletang hingga ke kutup selatan menghempaskan diri
setelah perjalanan jauhnya hingga ke puncak-puncak gunung yang menjulang Mereka bertujuh telah seminggu lamanya tinggal di dalam hutan
tinggi dan setiap hari diselimuti awan tebal. Hutan raya berubah-ubah mengumpulkan damar , pak haji Rakhmad yang tertua di antara mereka . Pak
wajahnya. Yang dekat pantai merupakan hutan-hutan kayu bakau, dan Haji demikian panggilannya sehari-hari telah berumur enam puluh tahun .
semakin jauh ke darat dan semakin jauh ke darat dan semakin tinggi letaknya , Mesjipun umur nya selanjut itu akan tetapi badannya masih tetap sehat an
hingga tibapada pohon-pohon besardan tinggi , sepanjang masa ditutup kuat , mata dan pendegarannya masih terang . Mendaki dan menuruni gunung
lumut ,yang merupakan rendah-rendah terurai dari cabang dan daun. membawa beban damar dan rotan yang berat , menghirup udara segar , di alam
terbuka yang luas, menyebabkan orang tinggal sehat dan kuat . Pak haji selalu
Sebagian terbesar bagian hutan raya tak pernah dijejak manusia dan di mem banggakan diri , bahwa dia tak pernah sakit seumur hidupnya . Dia
dalam hutan raya hidup bernapas dengan kuatnya . Berbagai margasatwa dan bangga benar tidak pernah merasa sakit pingga atau sakit kepala.
serangga penghuninya mempertahankan hidup di dalamnya . Demikian pula
tanaman dan bunga-bunga anggrek . yang banyak merupakan mahkota dari Di waktu mudahnya ketika dia berumur Sembilan belas tahun , dia
puncak-puncak pohon tinggi. pernah meninggalkan kan kampongnya , dan pergi menggambara ke negeri-
negeri lain . Ada lima tahun lamanya ia bekerja di kapal . Dia pernah tinggal
Di bahagian atas hutan raya hidp siamang , beruk dan sebangsanya dua tahun di india , belajar mengaji di sana. Pak haji juga pernah mengembara
dan burung-burung; dan di bawah, di atas tanah , hidup harimau kumbang , ke negeri jepang , ke negeri cina , ke benua afrika , dan ke Bandar-bandar
gajah, dan beruang , di sepanjang sungai tapir badak, ular , buaya , rusa , orang kulit putih dengan kota-kotanya yang ramai .
kancil, dan ratusan mahluk lain . Dan di dalam tanah serangga berkembang
biak. Akan tetapi kampung halaman memanggilnya juga kembali. Dan
setelah umur dua pulu tahun mengembara, akhir nya Pak haji menunaikan
Banyak bagian hutan raya yang menakutkan , yang penuh dengan ibadah haji dan kemudian kembali ke kampung . Dia kembali
paya yang mengandung bahaya maut dan hutan-hutan gelap yang basah bekerja mencari damar , seperti yang dilakukan oleh ayahnya dahulu dan yang
senantiasa dari abad ke abad . Akan tetapi ada bahagian yang indah dan amat telah dilakukannya pula sejak berumur tiga belas tahun mengikuti ayahnya.
menarik hati, tak ubahnya seakan hutan dalam cerita tentang dunia peri dan
bidadari , hutan-hutan kecil yang dialasi oleh rumput hijau yang rata yang Pak Haji selalu berkata, setelah merasakan semua pengalamannya
seakan selalu dipelihara dan dibersihkan , disekelilingi oleh pohon-pohon didunia, dia lebih senang juga jadi orang pendamar.
cemara yang tinggi dan langsing semampai dan menyebarkan wangi minyak
cemara ke seluruh hutan . Di tengah hutan yang demikian sebuah anak sungai
Wak Kato berumur 50 tahun.perawakannya kukuh dank eras, kejagoan Wak Kato. Diceritakan orang juga bahwa dulu sewaktu dia masih
rambutnya masih hitam, kumisnya panjang dan lebat, otat-otot tangan dan muda dia pernah terpencak seekor beruang ketika beruang menghadangnya ke
kakinya bergumpalan. Tampangnya masih serupa orang yang baru berumuran bereuang dan beruang lah yang kalah dan berlari kehutan.
40-an saja. Bibirnya penuh dan tebal, matanya bersinar tajam. Dia juga ahli
pencak dan dianggap dukun besar dikampung. Dia terkenal juga sebagai Dan tentang ilmu sihirnya…orang hanya berani berbisik-bisik saja
pemburu yang mahir. tentang ini. Kata orang dia dapat bertemu dengan hantu dan jin.

Yang muda-muda diantara mereka bertujuh, Sutanberumur dua puluh Pak Balam juga dihormati orang. Dikampung yang menganggapnya
dua tahun dan telah berkeluarga, Talib berumur dua puluh tujuh tahun dan sebagai seorang pahlawan, yang telah berani ikut mengangkat senjata
telah beristri dan beranak tiga, Sanib berumur dua puluh lima juga beristri oahlawan belanda. Orang kampung tahu bahwa Pak Balam bukan seorang
mempunyai emoat anak, dan Buyung yang termuda diantara mereka baru komunis dia seorang yang shaleh beragama dan pasti bukan orang komunis
berumur enam belas tahun. Anak-anak muda itu semuanya anak murid pencak karna orang komunis tidak mengakui adanya tuhan dan tidak percaya pada
Pak Kato mereka juga belajar ilmu sihir dan gaib kepadanya. agama. Pak Balam dan kawan-kawannya dahulu bangkit melawan Belanda
karena Belanda terlalu menekan rakyat, memaksa rakyat membayar maca,-
Secara tak resmi, Wak Kato yang merupakan pemimpin rombongan macam pajak baru dan rakyat tidak lagi merasa bebas dan merdeka.
pendamar itu. Anggota rombongan yang ketujuh ialah Pak Walam yang
sebaya dengan Wak Kato. Orang pendiam, badannya kurus, akan tetapi kuat Pak Haji dihormati orang kampung karena umurnya dan hj.nya akan
bekerja. Dia pernah ditangkap pemerintah Belanda diwaktu apa yang tetapi orang kampung kurang mengerti dia. Sejak dia pulang dari
dinamakan pemberontakan komunis ditahun 1926 dan di buang oleh belanda pengembaraannya kedunia luar dia seakan mengasingkan diri, memencilkan
selama empat tahun ke Tanah Merah. Dia tak punya anak. Istrinya, Khadijah diri dikampung. Dia tak hendak menikah, meskipun dipaksa-paksa ole
yang mengikutinya dahulu ke pembuangan, menderita penyakit Malaria ketika keluarganya. Dia tak hendak jadi pemimpin dikampung baik pemimpin agama
hamil di Tanah Merah, kandungannya keguguran, dan sejak itu tak perbah lagi maupun masyarakat. Mula –mula orang kampung mengatakan dia jadi angkuh
dapat beranak. Istrinya terus-menerus sakit uangnya selalu habis untuk karena terlalu lama di luar negri akan tetapi lama-lama orang biasa juga
membeli ubat. dengan tingkahnya yang aneh, dan orang kampung tidak lagi
mengacuhkannya. Pak Haji kelihatannya senang dikesamping begitu.
Mereka bertujuh selalu bersama-sama pergi mengumpulkan damar
meskipun mereka sebenarnya tak berkongsi, dan masing-masing menerima Sutan,Buyung,Talib dan Sanib juga termasuk anak muda yang sopan
hasil penjualan damar yang dikumpulkannya sendiri. Akan tetapi dengan dan baik dikampung.
berombongan tujuh orang bersama-sama mereka merasa lebih aman dan lebih
Mereka orang-orang yang wajar seperti sebagian terbesar dikampung.
dapat membantu-bantu pekerjaan.
Mereka dalam pergaulan, pergi sembayang di masjid, duduk mengobrol di
Mereka termasuk orang baik dimata orang sekampung. Wak Kato kedai kopi seperti orang lain, mereka ikut bekerja bersama-sama ketika ada
dihormati, disegani, dan malahan ditakuti,karena termashurahli pencak dan orang memnbagun, memperbaiki jalan, Bandar ataupun menyelenggarakan
mahir sebagai dukun. Menurut cerita pernah seseorang yang tergila-gila pada perkelatan. Mereka aalah ayah, suami, saudara dan kawan yang baik. Mereka
seorang perempuan, minta pada Wak Kato dibuatkan guna-guna untuk tertawa, mereka menangis, mereka mimpi, mereka berharap, mereka marah,
merebut hati perempuan itu. Benar juga si perempuan sampai minta cerai dari kesal, sedih seperti juga orang lain dikampung. Mereka tak berbeda dari orang
suaminya, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Banyak cerita lain tentang lain.
Mereka adalah manusia luar biasa. didorong lagi kedalam.Barulah senapan dapat ditembak. Dan sedang kita
berbuat demikian, rusa atau babi telah lama lari dan menghilang. Akan tetapi,
Dan kini mereka bekerja dalam hutan raya mencari nafkah untuk senapan lantak memaksa orang harus mahir dan tepat membidik dan
keluarga. menembak. Sekali bidik dan sekali tembak, harus kena dengan tepat. Jika
tidak maka akan kehilangan kesempatan menembak untuk kedua kalinya.
Buyung bagga benar dengan kepandaiannya menembak senapan lantak. Jarang

2
benar dia meleset. Hampi selalu kena sasarannya.

Dia pernah membidik seekor babi yang sedang lari, yang dibidiknya
tepat dibelakang kupingnya, dan disanalah peluru mengenai sang babi. Wak
Katok sendiri pernah memujinya, ketika dalam berburu babi ramai-ramai
dengan orang kampung, pelurunya menembus mata kiri seekor babi yang
dating menyerang. Wak Katok dalam kemarahan hatinya ketika itu dia
Wak Katok membawa senapan lataknya . biasanya jarang dia
mengatakan, bahwa dia sendiripun tak dapat memperbaiki tembakan Buyung.
membawa senapan jika mendamar. Senapan hanya dipakainya jika berburu
Sungguh sebuah pujian yang besar dating dari Wak Katok. Buyung merasa
rusa atau hewan lain. Tetapi sekali ini dia mengatakankan hendak mengajak
amat bangga dan namanya sebagai pembak yang mahir mulai termasyur di
mereka memburu rusa yang dua bulan lalu acap dating memasuku huma Wak
kampung.
Hitam, tempat mereka bermalam di tengah hutan. Senapan lantaknya sudah
Nampak tua akan tetapi bagus sekali laras besinya penuh dengan ukiran halus. Pujian dari Wak Katok sebagai pemburu termahir dan penembak yang
Buyung amat senang dengan senapan itu. Dia senang menyandangnya terpandai di seluruh kampung, merupakan semacam pengangkatan resmi juga
bergabti-ganti dengan Wak Kato. Senjata adalah perhiasan Letaki. Pisau untuk Buyung . karena menurut cerita orang di kampung, tak seorang juga
belatih atau keris atau parang di pinggang adalah perlengkapan pakaian letaki. yang dapat menandingi Wak Katok perkara menembak dan berburu. Wak
Dan senapan dibahu levih lagi memberi rasa gagah dan pewira pada seorang Katok pandai membaca segala macam jejak dihutan, dia mahir mencium
Letaki. kebiasaan dan ketakutan berbagai rupa makhlk hutan.
Wak Katok suka juga meminjam senapannya kepada Buyung, karena Sejak kecilnya Buyung telah mendengar cerita-cerita tentang kejagoan
dia tahu Buyung senang pada senapan, dan selalu menjaga dan dana kebesaran Wak Katok. Karena itu dia sungguh merasa beruntung dapat
membersihkannya baik-baik. Tiap kali Buyung meminjamnya, maka senapan ikut mendamar dalam rombongan Wak Katok, dan malahan diterima pulah
selalu dikembalikan jauh lebih bersih dan diminyaki pula. Buyung sehingga menjadi murid pencak dan ilmu sihirnya.
laras besi bersinar biru tua berkilau ditimpah cahaya, dan gagangsenapan dari
kayu mahoni cokelat kehitaman akan kelihatan halus dan berkilau seperti Menurut cerita orang, jika bersilat , Wak Katok dapat membunuh
beludru. Sekikis debu lama atau bekas mesiu taka da yang tertinggal. Buyung lawannya, tanpa tangan, kaki, atau pisau mengenai lawannya. Cukup dengan
telah lama ingin mempunyai senapan sendiri. Telah dua tahun lamanya dia gerak tangan atau kaki saja yang ditujukan kearah kepala, perut atau hulu hati
menyimpan uang untuk membeli senapan. Tapi dia tidak bermaksud membeli lawan, dan lawannya pasti jatuh, mati terhampar ditanah. Sungguh dukun dia
senapan yang kuno. Senapan lantak terlalu lamban untuk dibawa berburu. terkenal kekampung lain. Dia pandai mengobati penyakit biasa, akan tetapi
Mula-mula harus dimasukkan tepung mensiu melalui laras depan. Lalu mesiu juga dapat mengobati perempuan atau lelaki yang terkena guna-guna, dia
dilantak dengan tongkatnya, supaya padat. Kemudian peluru dimasukkan, punya ilmu yang dapat membuat seseorang sakit perut sampai mati, dia pandai
membuat jimat yang ampuh, yang mengelakkan bahaya ular, atau bianatang tahun , zaitun seakan menjauhkan diri , dan hamper mereka tidak pernah
buas yang lainnya, membuat orang jatuh saying atau takut atau segan, bertemu lagi. Tiba-tiba saja zaitun telah jadi seorang gadis , dan kini dia telah
membuat seseorang untuk menerima permintaan seseorsng, dia punya ilmu jadi seorang muda , dan mereka tak lagi dapat bergaul sebebas dahulu.
pemanis mantera dan jimat supaya orang selamat dalam perjalanan, jimat
supaya kebal dari senjata atau jimat supaya kebal terhadap racun ular, dia Buyung tidak tau apa perasaan zaitun yang sebenarnya terhadap
dapat membuat orang muntah darah sampai mati, dan dia punya mantera untuk dirinya . kadang-kadang zaitun baik sekali. Jika dia disuruh ibu nya kerumah
menghilang, hingga tak dapat terlihat oleh orang lain. buyung membawa kiriman masakan dan kebetulan buyung ada di rumah .
maka terseyum manis pula dan dia kelihatan amat cantiknya , dan menyapa
Buyung dan kawan-kawannya selalu bermimpi akan diberi pelajaran buyung dengan “kakak” padahal buyung hanya setahun saja lebih tua.
oleh Wak Katok ilmu sihir yang dasyat. Dia terutama sekali ingin dapat belajar
mantera pemikat hati gadis. Dia telah jatuh cinta bener pada Zaitun, anak Wak Jika zaitun demikian, maka buyung merasa hatinya seakan terlonjak ,
Hamdani, Pak Lebai dikmoung, akan tetapi sang gadis seakan acuh tak acuh terlambaung ke langit yang ketujuh , dan kakinya seakan tak berpijak lagi di
saja. Kadang-kadang Zaitun tersenyum amat manis sekali kepadanya, jika lantai dan sekelilingnya terasa olehnya terang benderang , penuh bunyi suling
mereka bertemu dijalan yang menuju pancuran. Dan mata Zaitun akan dan orang bernyanyi. Tetapi kadang-kadang jika zaitun datang ke
mencari matanya, dan memancarkan cahaya yang penuh arti. Akan tetapi rumahnya , maka jangankan dia menegur buyung , melihat buyung saja pun
kadang-kadang, jika melihat Buyung dari jauh dating hendak berpapasan dia tak mau , dan jika buyung mendekat ketika zaitun berbicara dengan
dengan dia, maka dari jauh-jauh dia telah membuang mukanya, pura-pura ibunya , maka zaitun berbuat acuh tak acun sama sekali .
asyik bercakap-cakap dengan kawan-kawannya, dan seakan tak tahu bahwa
Bagaimana hendak memikat hati gadis yang demikian kalau tidak
Buyung lewat dekatnya. dengan matra wak katok ? Buyung bersedia melakukan apa saja asalwak katok
Tetapi Wak Kayok belum hendak memberikan ilmu ini kepadanya. mengajarkan mantera yang diperlukan .
Engkau masih terlalu muda, kata Wak Katok, darah masih panas, nanti “SI TUN sudah gadis benar, kelihatan bayi takunya.”
engkau buat tergila-gila padamu semua perempuan di kampung ini. Ilmu ini
hanya untuk membelakehormatan letaki , kalau kita dihina perempuan atau “ya,” sahut ibu buyung “ dia rajin bekerja di rumah . Dia pandai pula
jika engkau sungguh cinta dan hendak memperistri seorang perempuan . Akan menjahit dan rajin sembayang dan mengaji . Dia pun sudah bersekolah .”
tetapi takboleh engkau pakai untuk menggoda istri orang .
Si buyung pun sudah besar , sudah Sembilan belas tahun umurnya,
Buyung dan kawan-kawannya juga amat ingin dapatkan ilmu dan dia pun pandai bekerja ,” kata ayahnya.
menghilang . Dia telah bermimpi tentang hal-hal yang dapat dilakukannya ,
jika mendapat ilmu demikian , alangkah mudah nya dia mengintip zaitun, atau “Entah si buyung itu” kata ib buyung . Di mata ibunya , dia masih
lagi mandi…. Darahnya berdebar mengigat kemungkinan ini, dan alangkah tetap saja seorang anak kecil yang belum dewasa.
mudahnya dia menjadi kaya jika dia punya ilmu serupa itu….
Sedang buyung menggap dirinya telah dewasa , dia telah berumur
Ayah buyung bersahabat dengan ayah zaitun , buyung pun sejak kecil Sembilan belas tahun ,dia telah tamat sekolah rakyat , dia telah tamat Qur’an
berkawan dengan zaitun , ketika merekamasih kanak-kanak mereka sering dua kali dan dia pun sudah pandai mencari nafkah sendiri.
main bersama-sama .Dan dia ingat sering mengganggu zaitun terlalu sekali,
sehingga zaitun nienangis . Tetapi, tiba-tiba saja ketika dia berumur dua belas
“ Sebenarnya sudah boleh kita kawinkan dia.” Terdegar suara padanya, rindu padanya dan supaya dirinya selalu terbayang depan matanya,
ayahnya. “ kiranya si zaitun senang padanya ?” seperti kini dia selalu membayangkan zaitun. Alangkah cantiknya Zaitun.
Buyung pernah mengintip Zaitun sedang mandi dengan kawan-kawannya
“ Semua gadis kampung akan suka bersuamikan buyung “ terdengar dipancuran. Rambut Zaitun terurai sampai ke bawah pinggang.
suara ibunya dengan bangga.
Pinggangnya amat ramping, dan kakinya cantik sekali. Pergelangan
Ayahnya tertawa dan berkata : kakinya ramping. Kulitnya kuning langsat, dan giginya putih teratur. Bibirnya
merah, merskipun dia tak makan sirih. Buyung telah memutuskan dalam
“Di matamu tak ada anak lebih gagah lagi dari anakmu sendiri.” hatinya, bahwa jika dia kawin dengan Zaitun, maka Zaitun tidak akan
Hati buyung berdebar-debar . Tetapi ayah dan ibunya berhenti diizinkannya makan sirih dan kapur yang menghitamkan gigi. Apalagi bersugi
membicarakan zaitun .Dan tak juga terjawab pertanyaan apakah zaitun suka tembakau. Jangan seperti bibi Buyung, sugi tembakau bibinya bergerak
padanya . dimana-mana dibawa bantal, di atas meja, di kapur, di tangga, di rungan tamu.
Dan pamannya tak berhenti-hentinya mengeluh tentang sugi bibinya ini. Dan
Susah juga hati buyung sebentar ketika itu. Akan tetapi hatinya terobat sugi bibinya besar-besar, hampir sekepal tinju menurut cerita pamannya. Dan
juga mengingat, bahwaayah dan ibunya teryata senang dan suka pada zaitun. kalau dia berkelahi dengan paman, maka dia suka lupa melempar paman
dengan suginya yang bersar. Pamannya selalu bertanya, mengapa bibi tak
Buyung tau, bahwa ayah zaitun , pak lebai senang padanya pak lebai membuang sugi dengan teratur ke tempat ludah, seperti perempuan lain yang
selalu bersikap baik padanya , dan dia selalu menanyakan keadaan buyung , makan sirih dan bersugi? Tetapi pamannya tak pernah berhasil melatih bibinya
bagaimana pekerjaan mencari damarnya ,bagaimana pengajiannya , dan menyimpan sugi demikian.
sebagainya , tiap kali mereka berjumpa . Dan malahan pak lebai meminta
pikiran buyung bagaimana melatih anjing untuk berburu .karena pak lebai Buyung tak hendak mengalami serupa ini dengan Zaitun. Suara Zaitun
amat ska berburu. Buyung merasa bangga amat dalam hatinya , pak lebai pnya amat merdu. Di waktu mereka sama-sama sekolah, Zaitun sekelas lebih rendah
empat ekor anjing berburu . buyung hanya punya seekor , tetapianjingnya dari Buyung, dan Zaitun selalu jadi bintang penyanyai kelasnya. Suaranya
terdegar amat berani . Jika anjing lain hanya menyalak-nyalak saja bial amat halus dan merdu. Waktu mengaji pun suaranyalah yang paling lembut
mengerubui babi ,maka anjing buyung biasanya pertama menyerang . dan merayu. Ayat-ayat Kitab Suci, jika Zaitun yang membaca terdengar
seratus kali lebih menarik dari jika dibacakan oleh Pak Lebai.
Buyung dalam hati tak melihat sesuatu halangan untuk menikah
Tetapi itu dahulu. Entahlah kini. Telah lama Buyung tak
dengan zaitun , yang meragukan hanyalah bagaimana sebenarnya hati zaitun
mendengarkan Zaitun menyanyi. Pernah juga Buyung mendegar Zaitun
sendiri terhadap dirinya . Cintakah Zaitun padanya, seperti dia cinta pada pada
menyanyi di pancuran bersama dengan kawan-kawannya.mereka
Zaitun . Buyung merasa bahwa jika zaitun tak merasa seperti yang
menyanyikan lagu sedih, lagu seseorang yang rindu pada kekasihnya yang prgi
dirasakannya , maka rasanya tak puas hatinya akan kawin dengan zaitun ,
jauh merantau, dan bertanya-tanya apa bisa kah kekasihnya yang dirindukan
meskipun kedua orang tuanya menyetujui perkawinan itu . Buyung tahu
akan pulang ke kampung.
bahwa biasanya orang kawin menurut pilihan yang dilakukan orang tua saja,
akan tetapi dia sendiri ingin memeilih isteri, dan isterinya memilih dia pula. Hampir saja Buyung ke luar dari tempat persembunyiannya, begitu
inginnya dia hendak mendengarkan lagu Zaitun dari dekat. Akan tetapi dia
Kadang-kadang serasa hilang akal Buyung memikirkan bagaimanan
menahan dirinya kuat-kuat, karena teringat apa kata orang sekampung, jika dia
dapat.... membuat Zaitun jatuh cinta padanya, supaya Zaitun setiap saat imgat
ketahuan mengintip gadis-gadis yang sedang mandi? Aduh alangkah sehingga anak-anak, muda yang laintak dapat menahan diri, ikut berdiri,
malunya....dan dia akan ditertawakan dan diolokolokkan seluruh kampung. menari dan menyanyi.
Dalam hatinya Buyung amat ingin lekas menjadi ledih dewasa dan Dia tak suka melucu dan menceritakan kisah-kisah yang lucu. Banyak
lelaki yang matang, seperti kawan-kawannya yang lain. Umpamanya Sutan, benar leluconnya tentang ketakuan lebai, yang menimbulkan tertawa merekah
yang pandi bersilat dari dia, meskipun mereka sama-sama murid Wak Katok, terkekeh-kekeh. Cocok juga perangainya yang ini dengan badanya yang
yang telah menikah, dan amat pandai bergaul dengan perempuan, tua dan pendek dan gemuk.
muda, dan yang pandai pula berkerja mencari uang. Dia bersawah, berladang,
Buyung juga suka merasa cemburu pada Sanip. Cemburu pada
mengambil rotan dan damar, dan kadang-kadang dia berdagang pula, berjual
keriangannya dan kemahirannya memainkan dangung-dangung. Dia ingin
beli kambing atau lembu.
dapat semudah Sanip menyanyi dan menari dan bercerita. Buyung juga
Yang paling senang kiranya orang seperti Sanip, pikirnya. Sanip cemburu melihat Sanip yang mudah menganggap segala apa yang terjadi
penggembira sekali. Sanip selalu membawa sebuah dangung-dangung dalam seperti soal yang ringan. Kalau umpamanya mereka sedang menempuh
saku bajunya. Dan setiap ada kesempatan, maka keluarlah dangung-dangung, hutan,dan turun hujan lebat, hingga jalan menjadi licin dan badan merka basah
dipasangnya ke mulutnya, dan dia pun memainkan segala macam lagu. Pandai kuyup, maka Sanip dengan gembira akan berseru”.... jangan susah hati habis
benar dia memainkan dangung-dangung. Dapat saja disuruhnya dangung- hujan datanglah terang!”
dangung menyanyi, sekali lagu gembira, sekali lagu sedih, dan merataplah
Jika Sutan mengeluh karena bebanyang didukungnya anat berat, maka
dangung-dangung.... jika mereka duduk di sekeliling api unggun di tengah
Sanip akan berkata”..ah, tertawalah, ingatlah uang yang akan engkau dapat
rimbah, dan Sanip menyanyikan lagu-lagu sedihnya dengan dangung-dangung,
setelah darmar terjual dipasar.” Ingin Buyung dapat bersikap demikian.
maka Talib biasanya tak dapat menahan dirinya, dan ikutlah dia menyanyi
berpantun yang sedih-sedih. Buyung pun akan meratap ber sama-sama. Bunyi Pernah sekali mereka pergi berburu, dan Buyung membidik dan
dangung-dangung yang hilang-hilang timbul,bunyi suling yang menangis, dan menembak rusa dengan senapang Wak Katok. Akan tetapi tembakanya tak
suara Talib menyampaikan ratap tangis orang yang kesepian, yang kerinduan, kena. Rusa lari. Dan meskipun mereka buru sepanjang hari, tak lagi dapat
yang kehilangan, sedu-sedan rtap hati manusia yang haus pada kebahagiaan. mereka temukan. Buyung menyesali dirinya tak putus-putusnya, akan tetapi
Dan meraka bertujuh duduk di sekeling api, masing-masing dengan kenagan- Sanip enak aja berkata:
kenagan sendiri, hasrat-hasrat sendiri, dan di sekeliling mereka tegak hutan “Apa engkau susahkan Buyung, rusa itu akan beranak lagi, dan artinya
rimbah yang hitam dan besar. akan lebih banyak rusa yang dapat engkau tembak di hutan.
Wak Katok, orang yang bermuka dan berbadan keras, juga kelihatan Sungguh kesal hati Buyung mendengarkannya, dan dia membalas:
terkesan oleh lagu-lagu demikian, dan kelihatan seakan wajahnya jadi kosong,
pikirannya melayang entah ke mana. Pak Haji akan duduk termenung, “Bagaimana engkau tahu dia akan beranak? Bagaimana kalau dia
menutup matanya dan rokok daun enau yang terjepit antara jari telunjuk dan diterkam harimau?”
ibu jarinya akan mati sendiri, terlupa. Cepat saja datang balasan Sanip’
Sanip juga seorang melawak. Jika timbul hatinya hendak bergembira, “Oh rusa seekor dimakan harimau tidak akan menghabiskan semua
maka dangung-dangung disuruh menyanyi gembira, dan ia pun akan ikut rusa di hutan. Yang penting.” Katanya sambil mengerdipkan matanya
menyanyi dengan suaranya yang agak serak, dan dia akan berdiri dan menari, mengganggu Buyung, “ engkau harus lebih pandai membidik!”
Dan tibba-tiba Buyung merasakan, betapa Sanip dan kawan-kawan Sedang Talib berkata dengan suara sayu:
sebenarnya baik hari terhadap dirinya. Mereka telah sepanjang hari
“Aduh, asal jangan hanyut saja kita nanti di sungai, menyerberang
dibawahnya mengejar rusa, karena percaya akan kemahirannya menebak, dan
dengan beban seberat ini!”
karena kesalahannya maka semau susah payah mereka jadi percuma. Buyung
merasa dia harus minta maaf pada kawan-kawannya, dan dia tak berhak Biarpun Talib pendiam, dan selalu memandang dunia dengan mal
merasa kesal. yang gelap, akan tetapi dia seorang yang berani juga. Pernah kelika orang
sekampung berburu babi, dan anjing-anjing lelah mengepung babi, maka
Buyung tak mengerti bagaimana Sanip, yang telah beristri dan punya
seorang pemburu datang mendekati babi hendak menombaknya.
anak tu dapat berperangai sepert seorang muda yang masih bujangan saja.
Anaknya sudah empat. Biasanya orang yang demikian telah bersikap seperti Dia melemparkan tombaknya, akan tetapi babi dapat mengetak, lalu
orang tua. balas menyerang, tanpa memperduliakn anjing-anjing yang berkerumun
mengelilinginya. Talib tampa ragu-ragu menyerang babi dengan tombaknya,
Talib seorang pendiam kurus dan jangkung, dan berlain sama sekali
dan menyelamatkan pemburu itu. Ebentar kemudian babi pun hancur dikoyak-
dengan Sanip, Dunia dan hidup ini gelap saja terasa olehnya. Menurut cerita
koyak oleh anjing.
orang kampung, ini karena isteinya tak putus-putusnya mengomeli dan
memarahinya. Menurut cerita si Rancak, adik Zaitun, dia pernah mendengar Buyung pun merasa hormat pada Pak Haji yang tua. Badannya
SitiHasanah, isteri Talib, memarahi Talib dari pagi hingga petang, tak putus- sedang, tak tinggi dan tak pendek. Meskipun rambutnya sudah putih, tetapi
putusnya, dan Talib diam saja, tak menjawab dan tak membalas, yang masih lebat. Dia masih kuat mendukung beban damar menandingi siapa pun
menyebbabkan marah isterinya tambah lama tambah hebat. Isterinya hanya juga di antara mereka.dia sendiri ak banyak berbicara, akan tetapi suak
baru berhenti karena kehabisannafas dan keletihan. Tetapi Talib dan Sanip mendengar percakapan orang lain, dan ikut pula tertawa.
bersahabat erat. Ke mana-mana mereka berdua-dua. Ketika duduk dekat api unggun di mala hari, jika dipaksa mak dia
Jika hujan turun sedang mereka berkerja di hulu hutan, mereka pergi maju juga menceritakan pengalamannya selam merantau ke dunia luar. Dia
beteduh di dalam pondok yang dibuat dari daun-daun pisang hutan dan keladi, pernah menceritakan pengalamannya selama meratau ke dunia luar. Dia
dan Talib akan berkata: pernah bercerita, bahwa ketika dia baru berangkat meninggalkan kampung,
maka lama dia tertahan tak dapat meneruskan perjalanan di singapura, karena
“Aduh, hujan begini akan berhari-hari lamanya!”
kehabisan uang. Samapai dia harus berkerja jadi kuli, jadi tukang masak, dan
Dan Sanip dengan suara gembira akan mengatakan: malahan katanya pernah dia selama dua bulan berkerja jadi tukang kuda istana
Sultan Johor.
“Untung hujan, kita sempat beristirahat.”
Dia pernah pula bercerita, pernak ikut jadi anggota sebuah rombongan
Dan mereka semua tertawa.
sirkus. Dia berkerja menjadi tukang dansa yang mengendarai sepeda. Dia
Pada suatu kali mereka mengumpulkan damar amat banyaknya. Beban mengembara dan sirkus kecil kepunyaan seorang cina, sampai ke negeri Siam.
damar yang harus mereka pikul pulang amat berat, dan Sanim berseru Dan di Bangkok katanya dengan terburu-buru dia terpaksa meninggalkan
gembira: sirkus, karena suami seorang penyanyi perempuan cina, cemburu padanya dan
“Aduh, ini ua kali lebih banyak dari yang biasa kita bawah pulng. hendak membunuhnya dengan pisau,”karena merasa berslah,” kata Pak Haji
Untung besar kita!” dengan jenakanya, “maka saya pun melarikan diri.”
Kemudian dia berkerja sebagian tukang masak disebuah kapal yang menunggu, karena aku katakan aku hendak pergi mengambil obat. Tetapi aku
berlayar antara negeri India dan Jepang. Sungguh mengasyikkan ceritanya terus berlari menuju temat kita menginap.”
tentang kota-kota besar seperti Shanghai, Tokyo, bandar Manila, Penang,
“Tetapi mengapa engkau lari?” tanyaku.
Ranggon, Kalkula.
“Ha,” katanya,” karena aku tidak pandai menyambung lidahnya
Ketika kapalnya singgah Kalkuta dia tuun ke darat, dan tak kembali ke
kembali.”
kapal. Dia meneruskan perjalanan hingga Lahore. Disnan katanya dia belajar
agama Islam pada seorang guru besar. Dari Inda lewat jalan barat bersamam “Tetapi bagaimana dengan lidah anak itu, siapa yang akan
dengan beberapa puluh orang lain dia berjala menuju negeri Arab. menyambungnya?” tanyaku.

“Berbulan-bulan kami di jalan.” Cerita Pak Haji. “Banyaklah “Ah,” katanya,”bukankah ada tukang sihir lawanku, yang mengatakan
pelajaran yang aku dapat di perjalanan. Aku pernah ikut jadi pembantu dia pandai, maka anak itu mendapatsmabungan lidahnya kembali, jika dia tak
seorang Afghanistan yang tinggi dan besar. Dia dapat memotong lidah burung, pandai, maka orang kampung akan memukulinya...” dan dia tertawa terbahak-
dan kemudian menyambung lidah itu kembali. Pada suatu kali di ditantang bahak. Demikian cerita Pak Haji.
oleh seorang ahli sihir lain di sebuah tempat yang kami lalui untuk mengaduh Mereka tak dapat memastikan kebenaran ceritaPak Haji ini, akan
kepandaian. Sekaliini memotong lidah seorang anak kecil. Tukang sulapku tak tetapi siapa tahu, karena di jaman dahulu banyak sekali terjadi hal-hal yang
hendak kalah. Dan mengatakan dia pun snaggup. Waktu diundi dia harus gaib dan tak masuk akal kita.
memeotong lidah anak itu lebih dahulu dan kemudian menyambungnya
kembali. Sebelum dia mulai, dia berbisik padaku, menyuruh aku kembali ke Setelah naik haji, Pak Haji berkerja di kapal yang berkunjung ke
tempat penginapan kami, dan menyiapkan semua barang kami. Sedang aku pelabuhan-pelabuhan dibenua Afrika dan Eropah.
menyiapkan barang, tiba-tiba dia datang berlari masuk kamar, dengan cepat Ketika dia tiba di kampung, dia terus kembali berkerja ke huan
mengambil bungkusanbungkusan, dan memerintahkan aku supaya berlari mencari damar dan rotan. Katanya dia telah mencoba segala hidup dinegeri
mengikutinya. orang lain, tetapi hatinya selalu menariknya kembali pulang ke kampung.
Aku tak mengerti apa yang terjadi, tetapi aku tahu bahwa ada bahaya, Hidup jadi pendamar dan perotan juga yang dapat memuaskan jiwanya. Sekali
dan aku pun membawa barang dan mengejar larinya yang cepat dengan terlawan oleh hutan, katanya, maka selalu orang akan terikat padanya. Jadi
langkah-langkah besar. Jauh di belakang kami, aku dengar teriakan orang anak kapal hampir serupa degan orang yang bekerja di hutan, ceritanya.
banyak penuh amarah. Di atas kita langit luas, dan di dalam hari penuh bertaburan bintang,
Akan tetapi kami segera tiba di luar kota, dan berlari ke bukit-bukit gelap malam lautan bercahaya di sekeliling. Tetapi di sana tak ada pohon dan
batu dan bersembunyi di bukit. Sampai malam orang kampung mencari kami. tanaman, dan tak ada makhluk hutan. Tak ada bunyi-bunyi hutan. Rasanya
seperti kosong di tengah laut. Tetapi di hutan, biar kita di tengah hulu
Kemudian akau tanyakan padanya apa yang terjadi. Dia tertawa besar belantara sekalipun, kita kelilingi oleh pohon dan tanaman, oleh margastwa
dan mngeluarkan uncang uangnya.”sebelum aku mulai, aku minta supaya dan serangga, yang kelihaian dan tak kelihatan, yang terdengar dan yang tidak
orang banyak membayar terlebih dahulu,” katanya. “ keudian setelah uang aku terdengar. Rasanya kita satu dengan hidup di bumi.
kumpulkan, maka aku potong lidah anak itu, cepat sekali dan sedikit ujungnya
saja, hingga kurasa anak itu tak merasa sakit. Kemudian aku suruh mereka Sungguh banyaklah cerita Pak Haji. Asyik sungguh hati
mendengarnya. Macam-macam saaja pengalamannya. Ada yang dahsyat, ada
yang lucu, ada yang sedih dan ada yang gembira.
UNTUK pergi bersama ke rimba tempat mereka mengumpulkan bersumpah dan mengatakan, bahwa umur Wak Hitam lebih dari seratus tahun.
damar, mereka harus meninggalkan kampung. Air Jernih, yang terletak di tepi Orangnya kurus, kulitnya amat hitam, seperti orang Keling, tetapi rambutnya
Danau Bantua. masih hitam.
Mereka menuju hutan dengan menyusur pinggir sungai, memudikinya, Dia selalu memakai celana hitam, baju hitam dan destar hitam.
memasuki hutan dan mendaki gunung-gunung. Sungai tak dapat dilalui Melihatnya saja sudah menimbulkan rasa ngeri, karena semuanya yang serba
dengan perahu, karena penuh dengan batu besar dan karena sungai mengalir hitam pada dirinya. Mengapadiasuka tinggal berbulan-bulan di humanya yang
dengan derasnya turun darigunung-gunung. Tetapi di banyak tempat yang amat jauh, dua hari perjalanan dari Batuh Putih, kampungnya, macam-macam
datar, air sungai membuat lubuk-lubuk yang besar dan dalam, dan di dalam pula cerita orang. Padahal rumahnya di Batu Putih besar, dan dikampungnya
lubuk-lubuk serupa ini bayaklah ikan besar. Di lubuk-lubuk yang dekat ada pula anak bininya.
kampung ikannya tak banyak dan tak besar-besar lagi, karena selalu ditangkap
orang, akan tetapi jauh ke dalam hutan, maka mudahlah menagkap ikan, Bininya empat. Dan kala orang selama hidupnya dia telah kawin lebih
dipancing atau dijala. Mereka selalu membuat tempat bermalam dekat lubuk- dari seratus kali, dan setiap kawin selalu dengan anak perawan. Anaknya
lubuk demikian, dan mereka tak pernah kekurangan ikan selama dalam hutan. berserak-serak di tiap kampung, dan menurut cerita orang dia sendiri pun tak
ingat lagi pada semua anakanya
Sungguh sedap rasanya, setelah berkerja sehari penuh mengupulkan
damar, atau setelah berjalan sepajang hari turun dan naik gunung, duduk diatas Pernah diceritaka ketika dia pulang kerumahnya di Batu Putih, dia
batu mencoba mengail ikan. Bunyi air yang menderas di antara batu-batu, melihat seorang muda yang enak saja tinggal di rumahnyaseperti rumah
siamang yang mengimbau-imbau tak berhenti-hentinya, seakan bunyi orang sendiri, hingga Wak Hitam memarahi anak itu, dan berkata :
bergendang, amat sangat menyenagkan perasaan.
“Engkau siapa? Engkau berbual sepertirumah ini rumah ayahmu
Dari Air Jernih ke hutan damar, ada seminggu jauhnya berjalan kaki.
saja!”
Mereka membawa beras, cabai yang ditumbuk di dalam bambu, sedikit asam
dan garam, dan panci tempat menanak nasi memasak air, kopi dan gula. Dan orang itu menjawab :
Mereka memasang lukah di sungai. Dan kalau mereka rajin dan ada waktu,
mereka memasang jerat untuk menangkap burung balam yang datang mencari “Benar, ini rumah bapakku. Aku anak Ibu Khadijah.”
makan di tepi sungai. Jika mereka tak dapat ikan atau burung yang jarang
Rupanya memang anaknya dari istrinya yang bernama khadijah.
terjadi, baru mereka panggang dendeng atau ikan kering yang dibawa. Sekali-
kali Wak Katok membawa senapan lantaknya, dan mereka mencoba Karena hal-hal serupa ini barangkali, maka Wak Hitam lebih suka
menembak rusa, dan akan dapat membawa dendeng rusa pulang. Biasanya memencilkan dirinya jauh dari kampung, dan lebih suka tinggal diladangnya
setelah selesai mengumpulkan damar mereka berburu rusa. di Bukit Harimau, di tengah Hutan. Selalu dia kesana membawa salah seorang
Mereka beruntung, karena tak berapa jauh dari jauh dari hutan damar, bininya berganti-ganti. Orang-orang telah kenal baik dengan istri-istrinya yang
ada seuah huma kepunyaan Wak Hitam. Di sebuah pondok di ladang Wak dibawanya ke huma. Tetapi yang tercantik adalah istrinya ayng paling
Hitamlah mereka selalu bermalam selama berada di hutan damar. muda,Siti Rubiyah, yang baru dikawininya selama dua tahun terakhir, dan Siti
Rubiah belum lagi endapat anak dari dia
Wak Hitam adalah seorang tua yang umumnya hampir tujuh
puluh tahun. Malahan menurut cerita orang lebih lagi. Ada yang berani
Dan kenyataan ini mebuat seorang kampung bercerita, bahwa tenaga Mengapa dia suka tinggal dihuma yang jauh di dalam hutan, banyak
Wak Hitam sudah habis, karena biasanya semua istrinya telah beranak dalam pula ceritanya. Ada yang mengatakan dia kesana harus bertapa, cerita lain
tahun pertama kawin dengan dia. Malahan menurut Sanip, perempuan kalai mengatakan itulah perangai orang yang bersekutu dengan setan dan jin, tak
bersalaman saja pun dengan Wak Hitam tentu akan bunting, begitu hebatnya boleh tinggal lama - lama dengan sesama manusia di kampung, akan tetapi
dia dahulu. harus menjauhi sesama manusia. Cerita lain mengatakan, bahwa Wak Hitam
masih punya anak buah dari jaman pemberontakkan dahulu, yang
Cerita orang macam-macam tentang ilmu Wak Hitam. Wak Katok bersembunyi dihutan sampai kini, dan kini menjadi penyamun dan perampok.
mengakui dia sebagai gurunya dalam ilmu silat dan ilmu gaib. Cerita lain berkata, bahwa Wak Hitam punya tambang emas rahasia di hutan,
dan dia sendiri saja yang mengerjakan tambangm supaya jangan ada orang lain
Anak-anak muda, seperti Sutan. Talib, Sanip dan Buyung dalam hati
takut padanya, meskipun tak pernah mereka diperlihatkan. Karena ada cerita yang tahu. Entah mana yang benar.
yang mengatakan, bahwa Wak Hitam bersekutu dengan iblis, setan dan jin, Memang Sungai Air Putih yang juga mengaliti dekat huma Wak
dan dia memelihara seekor harimau siluman. Kalau dia hendak ke mana-mana, Hitam terdapat emas dalam pasirnya. Orang kampung, dalam musi kamrau,
maka dia selalu mengendarai harimaunya. dan jika tak benak pekerjaan disawah atau diladang ada juga yang suka pergi
Kata orang dia berkali-kali pergi naik ke Mekkah terbang ke mudik sungai, dan mencoba mendulang emas. Akan tetapi pekerjaan ini
mengendarai harimau silumannya. Ilmunya banyak benar. Menurut cerita dia berat, dan hasilnya tak menentu. Tergantung dari untung dan nasib juga.
kebal. Pernah ketika pemberontakkan dahulu melawan Belanda di tahun 1926 Konon ada orang kampung yang pernah mendapat sebutir emas sebesar
kelingking, akan tetapi tak seorang juga pernah melihatnya.
Wak Hitam tertangkap oleh Belanda, dan dia hendak ditembak mati, akan
tetapi peluru tak dapat menembus badannya, dan dia berhasil melarikan diri. Mereka bertujuh selalu berusaha untuk pulang ke ladang Wak Hitam
Diceritakan pula, pada suatu hari serdadu Belanda mengejarnya, dan Wak sebelum hari gelap. Akan tetapi jika damar banyak dan mereka bekerja
Hitam terkepung di dalam sebuah kebun pisang. Kebun dijaga rapat sekali, mengumpulkannyya berjaujauhan, hingga terlambat untuk pulang ke ladang
seekor tupaipun tak akan dapat keluar lari. Lalu serdadu-serdadu melihat Wak Wak Hitam di humanya itu didirikan atas tiang-tiang yyang tinggi. Bahagian
Hitam berdiri bersandar pada sebuah pohon pisang. Serdadu melompat, depannya merupakan sebuah beranda yang besar dan panjang. Disebuah sudut
mengayunkan kelewangnya, dan menebas kepala Wak Hitam. Akan tetapi dekat jendela terletak dapur. Di atas lantai oleh Wak Hitam ditimbun pasir
yang putus bukannya leher Wak Hitam, akan tetapi pohon pisang, dan Wak yang dibatasi dengan papan kayum dan diatas pasir dipasang dua buah tungku.
Hitam menghilang. Berjam-jam mereka mencari di kebun pid=sang, tak Disinilah memasak. Diatas tungku tergantung dendeng rusa, atau ikan sale,
lagimereka dapat menjumpai Wak Hitam. bawang, cabai dan berbagai rupa daun-daunan.
Dengan ilmunyya selalu dia dapat meloloskan diri dair kepungan Beranda ini dipisahkanleh dinding bambu yang dianyam dari bahagian
tentara Belanda. belakang rumah, yang terdiri dari dua buah kamar sebuah kamar tidur Wak
Ketika pemberontakkan dikalahkan, maka dikabarkan Wak Hitam Hitam dengan istrinya, dan sebuah kamar lagi tempat simpanan Wak Hitam.
lama menghilang dari kampung, akan tetapi tiba-tiba dia muncul kembali, dan Di sana dia menyimpan damar, senapan berburunya, dan entah apa lagi.
membawa harta. Dan kini dia termasuk rang terkaya dikamoung. Mengapa Buyung pernah masuk kesana, ketika disuruhnya mengambilkan senapan
Belanda kemudian tak menangkapnya, tak seorang juga yang tahu, kata orang, berburunya. Dilihatnya di dalam kamar ada pula dua buah kopor besar-besar
berkat ilmunya juga.
terbuat dari kayu hitam, dan pinggirnya berlapis lembaga yang sudah tua dan bahwa badannya langsing dan bagus bentuknya, buah dadanya, meskipun kecil
hijau warnanya. tetapi kuat dan cantik, danparasnya dengan hidungnya yang mancung dan
mulutnya yang terdiri dua buah bibir yang penuh dengan merah dan selalu
Sungguh ingin Buyunh mengetahui apa isi kopor itu. Akan teta[i basah, dan matanya yang bundar dan terang bercahaya, ditambah lagi dengan
kedua kopor berkunci besar dari besi. Timbul juga syak dalam hati Buyung, rambutnya yang hitam, dan panjang hingga sampai keujung pantatnya. Sering
apakah mungkin didalamnya emas yang diceritakan orang kampung? Akan Buyung melihat rambutnya terurai jatuh kebawah, tebal dan hitam, sedang dia
tetapi alangkah bodohnya Wak Hitam menyimpan emas didalam peti di bekerja di kebun dan jika dia sedang bekerja dikebun disian hari, maka sinar
humanya. Bukankah amat mudah merampoknya, jika ada orang yang berniat matahari yang terik memerahkan pipinya, dan semakin cantik saja dia
jahat? Tetapi siapa yang berani berbuat demikian? kelihatan.
Mereka selalu tidur di beranda diatas lantai. Jika mereka bermain Talib dan Sanip sekali waktu tak dapat menahan diri. Ketika mereka
disana, maka isteri Wak Hitam yang ikut dengan dia selalu memasak nasi dan yang muda-muda bersama-sama dihutan, dan orang-orang tua tak ada yang
lauk pauk untuk mereka. Mereka berikan beras dan lauk pauk yang mereka dekat-dekat, maka Talib atau Buyung atau Sanip, mulai berbicara tentang
bawam dan istri Wak hitam menanaknya. Mereka senang makan disana, kecantikan Siti Rubiyah.
karena lain juga rasanya dari makanan yang mereka masak sendiri.
“Aduh, coba kalau lakinya buka WakHitam” kata Talib.
Semua istri Wak Hitam pandai memasak. Lagi pula di ladangnya
banyak ditanam sayuranm dan selalu mereka mendapatkan tambahan masakan “Aduh, coba kalau dia belum kawin” tambah Buyung
dari sayuran di ladang.
“kemarin aku mimpikan dia” tambah Sanip.
Yang paling mereka senangi ialah rebus jagung muda atau ubi jalar,
dan ubi singkong yang di bakar diatas bara yang panas. Biasanya pagi-pagi “Engkau lihat bahagian alas buah dadanya, jika dia membungkuk
sekali Buyung atau Sanip telah duduk didepan dapur membakar jagung atau meniup kayu ditungku? Tadi pagi aku tolng dia memasang api,” kala Buyung.
ubi. Tau malam-malam, ketika mereka belum tidur, dan salah seorang
“Engkau lihatkah mata Pak Haji memandang padanya pada suatu
bercerita, maka mereka senang duduk di dekat tungku, sambil membakar kali?” tanya Sultan, sambil tertawa penuh arti.
jagung atau ubi. Dimakan panas-panas dengan kopi hitam panas amat enak
rasanya. Hilanglah segala penat dan letih satu hari bekerja dihutan. “Pak Haji?” tanya Talib takjub. “Masa Pak Haji punya pikiran yang
begitu?”
Dalam serupa itum Sanip akan mengeluarkan dangung-dangungnya
dan menyanyikan lagu-lagunya. Sekali, katika dia melagukan ratap tangis “Ya, kan dia sudah tua?” kata Buyung. Sanip tertawa.
seorang perempuan muda benar. Orangnyapun cantik. Jika Buyung tak tergila-
gila pada Zaitun, maka dia akan mudah jatuh cinta padanya. Akan tetapi kini “Dengarkan si Buyung berbicara” katanya.
dia telah jadi bini orang, dan bukan orang sembarangan pula takinya, tetapi
“Lupakah engkau dengan pepatah si tua-tua kelapa...?”
Wak Hitam, yang ditakuti dan disegani.
Lalu mereka tertawa terbahak-bahak.
Karena itu selintas pun tak masuk dalam ingatan Buyung sesuatu
pikiran tak baik terhadap perempuan itu. Meskipun Buyung harus mengakui,
“Tetapi mata Pak Haji masih kalah dengan mata Wak Katok,” kata “Entah apa gunanya istrinya sampai empat” kata Sutan, “dia sudah
Sutan menambahkan. “Aduh coba engkau perhatika kalau dia melihat pada tua, sebentar-sebentar sakit, mengapa dia harus berbini muda lagi seperti Siti
Siti Rubiyah dan Wak Hitam lagi tak ada. Seakan hendak ditelanjanginya saja Rubiyah?”
Siti Rubiyah, dan hendak ditelannya Siti Rubiyah hidup-hidup. Akupun jadi
cemburu dibuatnya.” “itukan adat manusia” kata Sanip, “semuakin tua seorang lelaki
semankin dia ingin punya bini muda. Untuk menaha umurnya sendiri”
Mereka berpandangan.
“Aduh, kalau orang seperti Wak Hitam kawin dengan istri muda sperti
“Engkau juga,” kata Sanip. “Sama saja, orang tua atau rang muda, Siti Rubiyah, bukannya dia menahan umurnya, akan tetapi hanya akan
kalau sudah melihat perempuan cantik, lupa daratan. mempercepat dia masuk lobang kubur saja” Kata Sutan tertawa.

“Ho-ho” Sutan dan Sanip dan Talib menertawakan Buyung, “engkau Sejak percakapan mereka demikian, Buyung lebih memperhatika
kan masih bujang, masih belum tahu, belum punya pengalaman apa-apa, kawan-kawannya jika berdekatan dengan Siti Rubiyah. Memeng dia dapat
karena itu dapat berkata demikian. Kau belum tahu apa artinya itu?” merasakan sesuatu perubahan dalam sikap mereka. Usaha mereka untuk
bersikap dan berbuat biasa terlalu kelihatan, hingga sebenarnya malahan
Dan mereka saling berpandangan dan tertawa, menertawakan Buyung menunjukkan adanya perasaan lain dalam dirinya. Buyung sering merasa
yang tak berpengalaman. khawatir apakah Wak Hitam tak melihatnya pula?
“Coba kalau kau sudah dipeluk si Zaitun, baru kau tahu” Sutan Akan tetapi dalam beberapa bulan terkahir, Wak Hitam sering sakit-
mengangguk lagi. sakit.dan lebih banyak tinggal dikamarnya saja. Pak Haji dan WakKatok dan
Aduh, merah padam muka Buyung malu. Mereka pun tahu sudah Pak Bakmi yang datang mengunjunginya ke kamar tidur. Yang muda-muda
tentang cintanya yang tak terbalas terhadap Zaitun. Melihat muka Buyung hanya datang sebentar, dan kemudian segera pergi. Karena mereka
merah padam karena malu, maka mereka tertawa lebih hebat lagi. takmerasakan sesuatu kegembiraan bercakap-cakap dengan Wak Hitam yang
menyeramkan itu.
“Tapi sebelum dengan Zaitun, lebih baik kau belajar dulu dengan Siti
Rubiyah” kata Talib. Belakangan ini badannya bertambah kuru, dan ia selalu memakai
pakaian hitam. Matanya cekung mendalam, kumis dan janggutnya telah
Dan mereka tertawa kembali. banyak putihnya.akan tetapi rambutnya masihn lebat. Meskipun dia sakit
demikian, akan tetapi seluruh perawakannya masih tetapgarang dan
Kemudian mereka beralih kembali membicarakan kemungkinan- menakutkan. Ada sesuatu dalam dirinya yang menimbulkan rasa segan orang
kemungkinan Siti Rubiyah ditempat tidur. Atau tak usah ditempat tidurpun terhadap dirinya.
boleh tidur, seperti dikatakan oleh Sutan, yang menimbulkan tertawa mereka
yang hebat kembali. Tak obahnya dia seakan seekor harimau yang sakit, akan tetapi yang
jika dilanggar perasaanya, akan dapat melompat dan menerkam dengan cepat
Mereka habis-habisan menghantam Wak Hitam yang sudah tua. dan mematikan.

Selain dari Siti Rubiyah yang menarik hati mereka untuk bermalam
diladang Wak Hitam, maka sekali-sekali mereka berjumpa pula disana dengan
berbagai orang yang aneh-aneh. Sekali ketika mereka pulang dari hutan, Semuanya ini menakutkan hati Buyung, akan tetapi membuatnya
mereka jumpai telah ada enam orang lain yang lebih dahulu tiba. menjadi ingin tahu sekali. Macam-macamlah timbul pikiran mereka untuk
memcahkan rahasia ini.
Mereka semua berpakaian hitam dan membawa parang panjang.
Mereka sapa-menyapa. Akan tetapi mereka tak kenal kepada mereka. Tak Sutan berkata :
pernah merekamelihat orang-orang itu selama inisinggah diladang Wak Hitam.
Orang-orang ituoun tak banyak bercerita, dan duduk berkumpul diantara “Jika mereka datang lagi dan kita masih di sini, mari kita ikuti mereka
mereka. Tak lama kemudian mereka dipanggil masuk kekkamar Wak Hitam. dari jauh. Kemana mereka perg?”
Buyung lihat dua orang diantaranya mwmbawa buah bungkusan, yang “Ya, barangkali mereka penjaga gua emas Wak Hitam” kata Talib,
kelihatannya berat isinya. Tak lama kemudian mereka mendengar suara “coba kalau kita tahu dimana letak gua itu, kan kita tak usah lagi letih-letih
berbisik-bisik menembus dinding bambu yang tipis. Akan tetapi betapa juga mengumpulkan damar, akan tetapi cukupkita mngambil emas banyak-banyak,
Buyung memasang telinganya tak dapat dia mengikuti pembicaraan mereka dan selanjutnya kita jadi orang kaya?”
didalam. Siti Rubiahpun tak berada di kamar tidur, akan tetapi tinggal duduk
di dekat tungku, memasak ubi jalar. Akan tetapi sekali-sekali mereka bertemu pula dengan orang-orang
lain yang menarik hati dan menyenangkan perasaan. Umpamanya beberapa
Tak lama kemudia mereka keluar, dan terus minla diri, dan mereka
bulan yang lalu, ketika mereka menginap disana,kebetulan ikut pula menginap
menghilang ke dalam hutan melalui ladang dalam gelap malam. seorang bercerita keliling. Dia seorang tua yang membawa sebuah gendang
Siapa mereka? Kemana mereka? Macam-macam timbul pertanyaan dan sebuah suling. Memang rupanya kesenangannya bercerita, karena tanpa
dalam hati tetapi tak seorangpun uga yang berani menanyakan. Sutan sendiri terlalu susah payah mengajaknya, maka diapun berdiri di tengah – tengah
pun terdiam, seakan kehadiran orang-orang yang berbaju hitam yang penuh beranda, dan mulai bercerita.
rahasia itu menekan perasaanya. Perasaan merka bertambah tertekan, melihat Aduh alangkah pandainya ia bercerita. Cerita kanak-kanak yang
sikap Siti Rubiyah yang seakan-akan tak acuh, dan pura-pura tak tahubahwa diceritakannya, tentang permusuhan antara seorang datuk yang memiliki
orang yang enam itu telah datang dan pergi. Dia hanya mengangguk saja kebun jagung dengan seekor tupai amat menarik.
ketika mereka berenam inta diri dan turun ke dalam gelap malam.
Mereka semua terpesona melihat betapa pandainya dia bercerita. Jiak dia
Buyung mengikuti mereka dengan pandangannya, betapa mereka bertaku sebagai si datuk tua yang marah amat sangat, karena jagungnya yang
berjalan dalam gelap samar malam di ladang, dan kemudian hilang dalam muda dicuri tupai, maka sungguh-sungguhlah dia berubah menjadi pemilik
kebun yang marah demikian. Dan kemudian tiba-tiba saja lalu dia menjadi
pelukan gelap hutan, rasanya seakan mereka tak pernah ada. Sesuatu bayangan
tupai, seekor tupai nakal yang kesenangan menggangu si pemilik kebun, dan
rahasia yang dilontarkan leh gelap malam ke dalam rumah , dan kemudian dari atas dahan pohon yang tinggi dan aman, menejek yang empunya kebun,
dihelaya kembali ke luar dan hilang ke dalam hutan. sambil memakan jagung muda dengan enaknya. Dan yang kelihatan di depan
kita bukan seorang tukang cerita, tetapi sungguh-sugguh seekor tupai.
Esok harinya Sutan bercerita, bahwa esok paginya dia bertanya
kepada Siti Rubiyah siapakah keenam ooerang itu, akan tetapi Siti Rubiyah Asyiklah mereka dibuatnya dengan macam-macam ceritanya. Hingga
menjawab dengan singkat : kemudian setelah dia selesai bercerita, maka mereka memberinya hadiah
sedikit uang. Mula-mulanya tak hendak ia menerimanya, akan tetapi mereka
“Baiklah jangan ditanya.” paksa juga.
Pada suatu malam lain, mereka berjumpa disana dengan seorang tua dan Dan Sutan bukan hanya malu mendengar itu, melainkan mukanya penuh
seorang anak lelakinya yang sudah besar. Mereka hendak pergi ke kampung banagga. Akan tetapi mendengar ucapannya kemudian, Sutan terdiam dan
Aur Kuning, di seberang hutan, dan mengambil jalan singkat dengan mukanya agak pucat, karena orang tua itu berkata:
memintas hutan dan gunung, dan malam itu bermalam di ladang Wak Hitam.
“Orang muda mesti hati-hati sekali. Bahaya besar menanti orang muda di
Setelah habis makan malam, ketika mereka bercakap-cakap, lalu orang waktu dekat yang datang. Janganlah turut nafsu hati.”
tua itu memegang tangan Buyung sambil berkata:
Buyung merasa seakan ini sindiran terhadap Sutan supaya jangan
“Anak kelihatannya yang termuda di sini. Mari aku baca tanganmu.” mangganggu Siti Rubiyah.

Lalu dia memperhatikan garis-garis tangan Buyung. Kepada Wak Katok dia berkata aneh sekali.

“Anak akan banyak mengalami pengalaman yang hebat. Anak harus “Maaf ya pak,” katanya, setelah memperhatikan telapak tangan kiri dan
sabar dan tabah menghadapi percobaan-percobaan hidup,” katanya, dan kanan Wak Katok. “Tak dapat saya membaca sesuatu.”
menambahkan, “tetapi akhirnya anak akan mendapatkan juga apa yang anak
inginkan sekali.” “Takutkah bapak mengatakan apa yang bapak baca? Saya tak takut.”

Di sini sutan tertawa, disusul oleh yang lain-lain. Muka Buyung merah Mereka berpandang mata sebentar, dan kemudian orang tua itu berkata:
padam malu-malu. Tetapi dalam hati, Buyung senang juga. Buyung teringat
pada Zaitun. “Gelap saja yang saya lihat, dan saya lihat banyak warna merah. Entah
apa artinya saya tak tahu.”
“Anak panjang umur,” katanya pula, “dan anakmu banyak... tiga, empat,
lima, enam, tujuh, delapan, sembilan.” Wak Katok tertawa keras, akan tetapi suara tertawanya agak tegang,
seakan dia menekan perasaannya yang terganggu.
Sutan mulai lagi tertawa menuggu Buyang. Muka Buyung tambah merah
padam. Juga dia tak hendak membaca tangan Pak Haji dan Pak Balam, dan
mengatakan, bahwaia tidak dapat membaca sesuatu di garis tangan mereka.
“Hanya satu anak harus hati-hati dalam hidup ini,” katanya melanjutkan,
“jangan terlalu percaya pada orang, meski kawan sendiri pun. Nasib anak Kepada Talib dan Salip dia berkata, supaya mereka amat berhati-hati
dalam hidup selalu akan dikhianati oleh orang-orang yang dekat dengan anak. dalam hidup, karena bahaya selalu mengancamnya.
Dan anak jangan lupa, tak boleh memakai pakaian yang terbalik. Rezeki anak Malam itu mereka tidak berbicara dan mengobrol segembira seperti biasa.
baik, dan anak akan senang nanti dihari tua.” Seakan ada sesuatu yang menekan di beranda rumah di ladang itu, sesuatu
Setelah ia membaca garis tangan Buyung, maka yang lain pun diminta yang sejuk yang datang melayang dari angkasa hitam di atas hutan, sesuatu
tangannya dibaca. rahasia yang gelap dan hitam memijit hati dengan jari-jarinya yang sejuk.

Pada Sutan dia berkata, supaya Sutan hati-hati terhadap hatinya sendiri, Mereka juga berjumpa di san dengan orang-orang yang pernah jauh
karena dia mudah tergoda oleh perempuan. Dia tidak boleh menurut kala merantau, dan bercerita tentang orang dan penghidupan di pulau-pulau lain.
hatinya, akan tetapi selalu harus berfikir dahulu baik-baik sebelum dia berbuat Sekali mereka bertemu dengan seorang yang pernah bekerja di New
sesuatu apa. Katanya, Sutan mudah berteman dengan orang, akan tetapi mudah Caledonia, pulau jajahan peracis. Katanya disana banyak orang indonesia yang
pula lepas. Selanjutnya dikatakannya pula bahwa Sutan akan kawin sampai bekerja dan pandai berbahasa prancis. Dia sudah berkeliling dunia, ada dua
enam kali. puluh tahun lebih dia mengembara dari suatu negeri ke negeri yang lain.
Asyiklah mendengar ceritanya, tentang negeri Cina, Jepang, sampai ke negeri
Amerika, Inggris, Belanda, Jerman, Spanyol, dan Portugis dan benua Afrika. ke dalam air. Lalu dia duduk mencangkung di dalam air dan mulai menggosok
Sampai jauh malam mereka mendengar eritanya ganti berganti dengan Pak kain dengan sabun.
Haji.
Coba aku air sungai yang mengalir itu, pikir Wak Katok. Kini dia agak
0oo0 tenang. Serangan nafsu birahi telah lewat, dan yang tinggal ialah api birahi
yang membakar kuat, tetapi yang dapat dikuasainya.
Wak Katok duduk mencangkung di dalam semak-semak di pinggir huma.
Telah lama juga dia menuggu disana. Dia tahu Siti Rubiyah akan lewat jalan Setengah jam kemudian Siti Rubiyah membuka kain yang dipakainya,
kecil itu untuk pergi ke sungai mencuci. Di seluruh huma itu sunyi sepi. Hanya dan mencuci kain. Dia membenamkan bahagian badannya di bawah
terdengar bunyi burung berkicau-kicau mencari makan di kebun jagung. Wak pinggangnya dalam air, dan yang kelihatan oleh Wak Katok hanya badannya
Hitam, suami Siti Rubiyah tidur di pondok, menderita demam panas. Kawan- bagian atas saja. Kemudian Siti Rubiyah mandi, dan setelah mengeringkan
kawannya yang lain di hutan mengumpulkan rotan. Tiba-tiba Wak Katok badnnya dengan sehelai kain, lalu memakai kebaya dan kainnya. Dia
memasang telinganya. Dia mendengar bunyi telapak di tanah. Dan tak lama mengumpulkan cuciannya, dan melangkah kembali ke jalan kecil meneuju
kelihatan datang dari kebun Siti Rubiyah membawa sebugkus cucian, berjalan ladangnya.
menuju ke sungai. Wak Katok menahan napasnya ketika Siti Rubiyah lewat di
depannya, dan kemudian setelah Siti Rubiyah menghilang di belakang jalan di “Aduh, terkejut aku, kusangka beruang atau apa,” serunya menjerit kecil.
balik semak-semak dengan perlahan-lahan dia berdiri, dan mengikuti jauh dari
belakang. Wak Katok mengendap masuk ke dalam semak-semak. Merangkak- Wak Katok tertawa menetramkannya.
rangkak mendekati pinggir sungai, dan bersembunyi di dalam belukar tebal “Aku kelupaan roko dirumah, dan kembali mengambilnya. Bagaiman
yang tumbuh di pinggir sungai. Wak Hitam?” “Masih panas sekali badannya.” “Siti, aku bawakan siti manik
Matanya tak putus-putusnya mengikuti gerak-gerik Siti Rubiyah. yang Siti minta dulu.” “Aduh, Wak, ada?” “Marilah,” dan Wak Katok
Perempuan muda itu menyangka dirinya seorang diri di pinggir sungai dengan memegang tangan Siti dan menariknya masuk ke dalam belukar.... 0oo0
tenang membuka pakaiannya. Dia membuka kebaya tuanya dan meletakkan di Mereka telah dua minggu bekerja mengumpulkan damar berpangkalan di
atas batu besar. Dia tidak memakai kutang. huma Wak Hitam. Lusa pagi mereka akan kembali ke kampung. Banyak juga
Wak Katok menahan napasnya melihat badan Siti Rubiyah yang terbuka hasil mereka sekali ini, hingga tak terangkat oleh mereka semuanya sekali
dengan tiba-tiba, menyala kuning langsat ditimpa matahari. Buah dadanya tak jalan. Yang tak dapat mereka angkut, akan mereka tinggalkan di rumah Wak
besar, akan tetapi bagus bentuknya. Kemudian Siti Rubiyah membuka Hitam. Dan Wak Hitam yang sakit telah berjanji akan mengirimkannya ke Air
kainnya. Dia tak memakai celana dalam. Dan menyusun kainnya di atas Jernih dengan orang yang lewat.
kebayanya di atas batu. Sebentar dia berdiri telanjang bulat di pinggir sungai “Bayar saja nanti mereka jika telah tiba di kampung,” kata Wak Hitam.
di atas batu, seluruh tubuhnya dicium oleh sinar matahari.
Sekali ini sakitnya kelihatan tambah berat. Badannya panas dan matanya
Wak Katok menahan napasnya. Nafsunya datang menyerang kemerah-merahan hingga wajahnya lebih menakutkan lagi. Tiap sebentar dia
bergelombang-gelombang. Dadanya terasa sesak. Matanya panas dan seakan minta minum pada Siti Rubiyah. Dia menyuruh Siti Rubiyah merebus obatnya
hendak meloncat ke luar dari kepalanya. Selama ini dia hanya dapat sendiri, terbuat dari ramuan daun-daunan, kulit kayu dan akar-akar.
membayangkan dan menerka tubuh Siti Rubiyah yang ditutupi baju dan kain
tua. Akan tetapi kini dia dapat melihatnya sendiri.seluruh tubuhnya kencang Pernah Buyung mencoba rasanya dari periuk di tungku Huuuuhh,
dan kaku, dan darahnya mengalir dipompa kuat-kuat oleh jantungnya yang pahitnya! Hingga ketika Buyung meludahkannya kembali keluar melalui
bekerja berdegup-degup amat cepatnya. Tetapi dia menahan dirinya. Siti jendela, Siti Rubiyah menertawawkannya. Terobata juga lidahnya yang
Rubiyah cepat membungkuk dan memakai sebuah kain tua yang hendak kepahitan mendengar tertawa Siti Rubiyah yang halus, dan melihat cahaya
dicucinya. Kemudian dia mengambil onggokan kain kolor dan merendamnya yang hinggap di mukanya dan memancar dari matanya. Siti Rubiyah jarang
tertawa. Buyung mengerti. Terikat kawin pada orang tua seperti Wak Hitam Mereka selalu mandi ke Sungai Air Putih. Jika pulang dari hutan di
dan tinggal berminggu-minggu di tengah hutan, jauh dari manusia yang lain, petang hari, maka mereka singgah dahulu di sungai dan mandi di sana. Siti
pasti terlalu berat bagi seorang perempuan muda seperti Siti Rubiyah yang Rubiyah pun selalu mandi dan mencuci pakaian di sana, dan meskipun di
memerlukan pergaulan dengan perempuan-perempuan yang sebaya dengan ladang ada sumur, akan tetapi, dia lebih suka mengambil air sungai yang
dia. Sungguh kejam Wak Hitam! airnya jernih dan sejuk.dia mengambil air membawa tabung-tabung bambu.
Sekali bawa sampai empat tabung. Sekali-sekali jika pagi hari Buyung
Sejak hari pertama mereka tba di ladang Wak Hitam, Buyung telah bertemu dengan dia hendak mengambil air, maka Buyung menolongnya
memasang sebuah perangkap kecil di pinggir ladang dekat ke hutan. Buyung membawakan tabung bambu airnya. Dan kemudian di hutan Sutan pasti akan
melihat bekas jejak kancil di sana. Perangkap dibuatnya dari dahan-dahan mengganggu Buyung. Kata Sanip, Buyung mencoba-coba hendak menarik
kayu dan di dalam perankap dipasangnya buah jagung muda. Jika dia dapat hati Siti Rubiyah.
kancil atau anaknya, hendak diberikannya nanti pada Zaitun. Demikianlah
maksudnya. Setiap hari sebelum berangkat ke hutan mengumpulkan damar Tetapi Sutan sendiri suka mandi lebih lama dari kawan-kawan yang lain,
selalu dia pergi ke tempat perangkap, memeriksa, dan mengganti umpan. menuggu-nuggu Siti Rubiyah tiba. Dua hari sebelum mereka akan pulang,
Karena beberapa kali pintu perangkap telahtertutup, akan tetapi di dalamnya ketika Buyung pulang dari hutan menjelang tengah hari, untuk menjemput
hanya ada tupai. Selalu tupai dilepaskannya karena dia tak suka membunuh keranjang besar tempat damar, Buyung memintas jalan di sungai, dan melihat
binatang dengan tak berguna. Meskipun sebenarnya tupai banyak merusak Siti Rubiyah sedang bermain-main di dalam air. Dia amat asyik dalam air,
kebun. Akan tetapi entah mengapa dia tak sampai hati membunuh tupai. hingga tak terdengar olehnya Buyung datang. Buyung pun berjalan lebih hati-
hati dari biasa. Siti Rubiyah sedang mencoba menangkap ikan-ikan kecil di
Binatangnya kecil dan kelihatannya lucu, dan jika dia ingat cerita tupai sungai dengan tangannya. Dia mendekapkan kedua belah tangannya, membuat
dengan Pak Datuk yang kikir, maka perasannya selalu berada di pihak sang tangannya menjadi semacam cabung yang bulat, dan memasang tangannya
tupai. Tiap petang pun, jika pulang dari hutan selalu dia memeriksa diam-diam di dalam air. Ditunggunya hingga anak-anak ikan masuk berenang
perangkapnya. kedalam tangannya, dan kemudian dengan tiba-tiba tangannya diangakatnya
ke atas. Akan tetapi ikan-ikan kecil yang jinak-jinak merpati amat cepat dapat
0oo0 melarikan diri, dan lepas dari tangkapan. Siti Rubiyah pura-pura marah, dan
Dari ladang Wak Hitam terbujur berbagai jalan kecil yang memintas ke menampar air beberapa kali akan tetapi kemudian dia akan memasang
hutan dan gunung. Sebuah di antaranya menuju ke Sungai Air Putih yang tangannya kembali dan menuggu ikan ikan kecil masuk. Sinar matahari
mengalir di antara batu-batu besar dan kerikil dan pasir kira-kira setengah menyiram mukanya dan kemudian menari-nari di permukaan air. Membuat
kilometer dari ladang. mukannya yang kuning langsat seakan penuh dengan siraman cahaya yang
berkilauan; terang matahari bersarang ke rambutnya yang tebal dan yang
Sebuah jalan yang menuju ke utara adalah jalan yang membawa mereka kelihatan bertambah hitam dan kini seakan memancarkan percikan cahaya
pulang ke kampung Air Jernih, yang menyusuri Sungai Air Putih sebanyak kecil-kecil, cahaya matahari yang datang dari langit dan dari permukaan air
mungkin, kecuali di beberapa tempat, ketike jalan meniggalkan sungai dan sungai membasuh seluruh mukannya, bahunya dan buah dadanya dengan
memilih sendiri tempat-tempat yang mudah dilaluinya. terang dan bayangan, sungguh terpesona Buyung memandanginya. Jika dia
bosan bermain demikian, maka menyanyai. Suaranya halus dan lagunya sedih,
Ke selatan sebuah jalan kecil memintasi hutan menuruni gunung, menuju lagu orang kesepian. Rupanya Buyung terlalu keras menatapinya, karena
kampung Wak Hitam, kampung Batu Putih, adatiga hari berjalan kaki jauhnya. seakan terkejut dia mengangkat kepalanya, dan kemudian ketika dia melihat
Jalannya kecil sekali, dan hampir-hampir tak kelihatan. Kalau bukan orang Buyung yang berdiri di bawah pohon di tepi sungai, sinar terkejut
perimba pasti akan sesat jika mengikutinya, karena selalu saja tertutup kembali meniggalkan matanya, dan senyum kecil yang amat manis menghiasi bibirnya,
oleh semak dan pohon-pohon, dan tiap sebentar orang yang melaluinya harus dan dia berseru:
membukanya kembali dengan perang.
“Engkau itu Buyung! Mengapa telah pulang kini?”
Muka Buyung merah padam, merasa malu, akan tetapai Siti Rubiyah tak sekali pada Siti Rubiyah, dan lupalah dia sama sekali pada Zaitun. Mereka
memperlihatkan seakan dia melihat sesuatu yang ganjil dalam sikap Buyung. sebaya, dan mudah benar Buyung merasa berkawan dengan dia.
Sedang Buyung merasa darahnya tersirap, dan mengalir cepat sekali dalam
badannya dan jantungnya berdebar-debar keras. Sungguh aneh sekali Buyung tak tahu berapa melama keduanya mencari-cari ikan. Siti rubiyah
perasaanya. Dia merasa amat sangat tertarik pada Siti Rubiyah, ingin dia banyak bercerita. Dia bercerita, bahwa dia di paksa kawin oleh orang tuanya
mendekatinya dan memegangnya dan memeluknya, akan tetapi pada waktu dengan wak hitam, sedang sebenarnya dia tak hendak kawin dengan wak
yang bersamaan hatinya merasa takut pula. Berbagai macam ketakutan yang hitam. Hampir dia membunuh dirinya, kalanya, ketika di paksa kawin dengan
timbul dalam hatinya. Takut pada perasaan hebat yang timbul dalam dirinya wak hitam. Akan tetapi karena menghormati dan takut pada ayah dan ibunya,
sendiri, takut karena ingat pada Wak Hitam, dan takut pada Siti Rubiyah maka diturutinya juga kemauan ayah da ibunya. Dia tak pernah merasa senang
sendiri, takut jika dia tahu apa yang dirasanya terhadap dirinya, maka Siti selama kawin dengan wak hitam, cerita siti rubiyah. Dia selalu ingin tinggal di
Rubiyah akan marah, dan mungkin tak mau lagi tertawa semanis itu padanya, kampung, dan ingin bergaul dengan kawan-kawan yang sebaya dengan dia.
dan dia pun merasa takut berdosa, karena dia sadar, bahwa perasaannya yang Akan tetapi wak hitam dalam bulan-bulan terakhir selalu saja membawa dia ke
demikian dilarang oleh ajaran agam. Tetapi meskipun demikian, Buyung tak huma, dan istri-istrinya yang lain di tinggalkan di kampung.
dapat menahan dirinya dari merasa demikian. Tak obahnya seakan sesuatu
tenaga yang lebih besar menguasai seluruh badan dan jiwanya dan Dia merasa amat kesepian di ladang, dan merasa tak enak berdua-dua
menghapuskan dari pikirannya, dari hatinya, cintanya kepada Zaitun, takutnya dengan wak hitam di tengah hutan demikian. Dia sebenarnya takut pada wak
pada Wak Hitam, takutnya kepada tuhan, takutnya kepada sikap Siti Rubiyah hitam, katanya mengaku. Wak hitam mengawininya, hanya untuk
sendiri, dan takutnya pada perasaan ganjil yang dahsyat yang menguasai memperpanjang umurnya. Dia hendak memakai kemudaannya untuk
dirinya. mempermuda dirinya sendiri. Dan siti rubiah menarik air muka, seakan dia
merasa jijik dan tak senang dengan wak hitam. Jatuh juga hati buyung
Buyung melangkah ke dalam sungai, mendekati Siti Rubiyah yang duduk melihatnya tak berdaya demikian. Sungguh kasihan dia, seorang perempuan
di dalam air. Siti Rubiyah memandang seraya mengangkat kepalanya kepada muda demikian. Di kawini dengan paksa oleh seorang tua, dan di paksa pula
Buyung, dan tertawa, dan berkata: tinggal bersama di tengah hutan. Pasti dia kesepian dan ingin berkawan
dengan orang-orang muda yang sebaya dengan dia.
“Aku coba menangkap ikan kecil. Tetapi mereka cepat lari. Seakan terasa
saja padanya tangan kita akan bergerak untuk mengangkatnya ke luar dari air.” Segan benar buyung sebenarnya meninggalkan siti rubiyah, akan tetapi
kemudian dia teringat tujuannya yang sebenarnya mengambil keranjang, dan
Dari ketinggian tempat Buyung berdiri, jelas sekali dilihatnya buah dada dipaksanya dirinya meninggalkan suasana yang menggembirakan bercakap-
Siti Rubiyah yang separuh terbuka, yang kecil dan bundar akan tetapi cakap dengan siti rubiyah, dan dia bergegas ke rumah mengambil keranjang.
membuat belahan pula di antara keduanya, kulit dadanya halus, dan di
rambutnya mutiara-mutiara air berkilauan, bibirnya merah. Ketika dia berada di atas beranda, di dengarnya wak hitam
memanggil,”siapa itu?”
Suara Buyung terasa garau ketika berkata:
“Buyung, wak,” sahutnya enggan,”mengambil keranjang. Dapat banyak
“Aku pulang hendak mengambil keranjang. Kami dapat banyak damar.” damar kami.”

Tetapi kakinya tak hendak bergerak dari tempat itu, dan dia berkata, “Marilah sebentar ke mari. Di mana siti rubiyah?”
melupakan semuanya: “Marilah aku tolong engkau menangkap ikan.”
Tersirap darah buyung sedikit. Tahu kah wak hitam, bahwa dia tadi
Buyung membungkuk dan kepala mereka amat berdekatan, badan mereka singgah dan lama berbicara dengan siti rubiyah? Buyung ingat akan cerita-
amat berdekatan, dan dengan suka cita Buyung lihat, bahwa Siti Rubiyah sama cerita tentang ilmunya yang hebat, dan bukan tak mungkin ilmu firasatnya
sekali tak berusaha menjauhkan dirinya. Ketika itu Buyung merasa amat dekat hebat, hingga dia dapat mengetahui apa yang terjadi jauh dari dirinya. Buyung
menguatkan dirinya, dan membaca mantera penjaga diri yang di ajarkan wak dan gelap wak hitam yang demam panas. Kamar terasa seakan sesak, udara
katok padanya dan dia melangkah dengan tenang ke dalam kamar tidur wak dalam kamar berat dan panas dengan bau badan wak hitam yang sakit, dan dia
hitam. Wak hitam terbaring di atas kasur di lantai, berselimut hitam tebal- seakan merasa tak dapat bernapas di dalamnya. Tiba di luar rumah, udara
tebal. Kepalnya memakai kupiah wol yang tebal yang belang-belang merah, panas di hirupnya dan terasa amat segar sekali. Di tengah jalan buyung
hitam dan putih. Ketika buyung masuk dia mengerang. Rupanya demannya bertemu dengan siti rubiyah yang hendak pulang. Dari jauh siti rubiyah telah
sedang naik. tersenyum. Kali ini senyumnya seakan mengandung arti yang lebih dalam.
Seakan dari pertemuan mereka, di sungai tadi, telah tumbuh sesuatu yang
“Aduh buyung, tolong berikan aku secangkir,”katanya dengan suara yang mendekatkan mereka. Dan buyung bukannya tak senang dengan persaan ini.
lemah dan gemetar. Mendengar suaranyadan keadaannya yang demikian,
hilang pula rasa takut dan was-was dalam hatinya. Cerek tempat air jauh dari Buyung mengatakan padanya agar dia bergegas, karena wak hitam
kasurnya. Buyung mengisi semangkuk air teh dan membawa padanya. Wak memanggi-mangginya, dan panas demamnya kelihatnya lelah dan menjadi
hitam mencoba duduk, tetapi tak kuat. Buyung mendorong punggungnya tinggi.
dengan sebelah tangannya, dan tangan kanannya cangkir ke bibir wak hitam.
Wak hitam memegang cangkir dengan kedua belah tangannya, seluruh Siti rubiyah terus pulang, dan buyung bergegas kembali ke hutan. Di
badannya gemetar dan cangkir bergoyang karena getar kedua tangannya, dan tengah hutan ingatannya yang penuh gembira dapa berjumpa tadi dengan siti
air teh akan tumpah jika cangkir tak di pegang kuat-kuat oleh buyung. Dia rubiyah tak terganggu oleh ketokan burung pelatuk yang mengisi hutan. Dia
minum dengan lahap, dan kemudian merebahkan dirinya kembali. Buyung terkejut ketika mendengar suara talib mereka berdua bekerja bersama
menyekah keningnya yang penuh keringat dengan sebuah lap kain merah yang mengummpulkan damar.
terletak dekat bantalnya.
“Aduh, senang benar hatimu, sampai menyanyi segala.”
“Aduh, beginilah kalau sudah tua dan sakit-sakit, tak ada lagi yang
mengurus awak,” keluhnya,” di mana siti rubiyah?” Dengan tak di sadari buyung telah menyanyi rupanya, dan dia tak sadar
dia telah tiba di tempat mereka bekerja, dan kini talib memajukan sebuah
“Di sungai, mencuci,”sahut buyung pertanyaan yang sukar pula untuk menjawabnya:

“Ohhhh,”katanya, kehilangan perhatiannya, dan kemudian timbul “Mengapa engkau lama?”


kembali kekesalannya dan iba hatinya pada dirinya sendiri. “Di sungai saja
kerjanya. Beginilah buyung,” katanya kembali,” kalau sudah tua dan sakit- Akan tetapi otaknya dapat cepat bekerja dan dia menjawab:
sakitan. Bini sendiri pun tidak lagi memperdulikan kita, apalagi anak-anak “Oh, aku memperbaiki perangkap kecilku sebentar.”
atau keluarga yang lain. Mereka malahan menunggu dan mendoakan supaya
kita lekas saja mati, biar mereka dapat membagi-bagi harta yang kita
tinggalkan.”
Dan dia takut talib akan melihat betapa pipinya memerah, karena harus
Kemudian diam-diam sebentar, dan kembali memandang kepada buyung, berdusta demikian. Akan tetapi talib terus berbalik dan meneruskan pekerjaan.
dan berkata: “bini yang tua dan bini yang mudah, sama saja, tak hendak
mengurus kita dengan benar.” “aduh senang juga hatiku, esok kita akan pulang ke kampung,” kata
talib.” sudah terlalu lama...” tiba-tiba dia berhenti berkata. Dan menengok ke
Kemudia dia diam, lalu memandang pada buyung, dan berkata: “pergilah, atas. Enam ekor burung gagak kelihtan terbang melintas di atas hutan tempat
engkau masih harus bekerja.” mereka bekerja, berbunyi-bunyi: gaak-gaak-gaak.!
Hati buyung legah disuruhnya pergi. Barangkali dia terlalu bergegas
berangkat, akan tetapi dia tak lahan rasanya tinggal di dalam kamar yang anas
Talib agak berubah air mukanya dia mengucap astaggfirullah...dan kegembiraan mereka akan berangkat pulang, dan tak lama lagi akanberkumpul
kemudian berkata:”aduh, alamat tak baik itu. Moga-moga tuhan tuhan kembali dengan keluarganya.
melindungi kita dan menyelamatkan perjalanan kita pulang.
Tetapi buyung merasa kehilangan perasaan gembira demikian, perasaan
“ah, tahyul saja iyu,”kata buyung,”apalagi kiat inikan di hutan, bukan di gembira dan mendesak, yang biasanya selalu menyertai pagi demikian, bila
kampung.” akan pulang ke kampung setelah berminggu-minggu di hutan.

“Kalau di kampung ada burung gagak terbang melintas rumah, dan di Kini hatinya seakan berat hendak meninggalkan siti rubiyah berdua saja
rumah itu ada orang sakit, maka artinya si sakit akan mati,”kata talib. dengan wak hitam. Dalam hatinya timbul pertanyaan, seandainya wak hitam
mati, setelah mereka berangkat, apakah yang akan di lakukan siti rubiyah?
“Itulah yang kumaksudkan,” kata buyung,”jadi di hutan tak ada artinya, Kepada siapa dia akan meminta tolong?
karena hutan tempat burung gagak tinggal, bukan?”
Alangkah ngerinya baginya tinggal berdua di ladang sepi di tegah hutan
“Ku harap benar perkataan mu itu,” kata talib. itu dengan mayat wak hitam. Dan sebagai kata orang, wak hitam orang yang
punya ilmu-ilmu, maka siapa tahu setan-setan akan datang mengganggu.
Hari ini mereka lebih cepat pulang ke rumah wak hitam, karena mereka Kemudian dia akan bertemu zaitun pun tidak dapat menimbulkan kegembiraan
hendak menyimpan hasil damar yang telah mereka kumpulkan selama dalam hatinya.
seminggu bekerja di hutan, dan untuk menyiapkan perbekalan pulang.
Tetapi dia tahu juga tak banyak yang dapat dilakukannya untuk menolong
. siti rubiyah. Dia tak dapat tinggal di sana. Dia juga harus ikut pulang memikul
damar yang mereka kumpulkan.

3 Ingin dia dapat bercakap-cakap dengan siti rubiyah sebelum berangkat,


akan tetapi tak akan ada kesempatan timbul. Hanya sebentar, ketika kawan-
kawannya yang lagi pergi mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal
kepada wak hitam, dan dia sengaja menuggu hingga terakhir, dia dapat berkata
Sebelum subuh mereka telah bangun.siti rubiyah ikut bangun pagi, dan dengan siti rubiyah:
memasakkan kopi dan makanan pagi untuk mereka. Buyung merasa agak berat
dalam hatinya berangkat. Dia teringat siti rubiyah akan mereka tinggalkan “Kami berangkat kini, rubiyah, baik-baiklah jaga dirimu. Moga-moga
sendiri dengan wak hitam yang masih sakit. Kemarin malam panasnya naik wak hitam lekas sembuh.”
lagi, sehingga dia mengerang-ngerang sepanjang malam, dan sepanjang
malam terdengar dia tak tertidur, akan tetapi berbalik-balik dengan gelisah di Siti rubiyah hanya memandang padanya dengan air muka yang penuh arti,
alas tempat tidurnya, dan tiap sebentar terdengar gerak siti rubiyah di dalam dan sinar matanya seakan meminta dengan amat sangat padanya untuk
kamar mangambil air minum untuknya. melakukan sesuatu. Sebentar tertegun persaan buyung. Sesaat terasa pula
olehnya seakan siti rubiyah hendak mengatakan sesuatu kepadanya. Seakan
Timbul rasa kasihan yang besar dalam hati buyung terhadap perempuan kata-kata hendak lompat dari mulutnya, telah menunggu dan bersiap di
mudah itu. Dia melihat pada kawan-kawannya, apakah mereka juga merasa belakang bibirnya, akan tetapi tak jadi di ucapkannya karena terdengar
seperti dia. Tetapi dia tak dapat membaca sesuatu di air muka pak haji yang langkah kawan-kawannya ke luar dari kamar wak hitam. Sinar menghilang
tenang sepeti biasa di air muka pak balam, atau di wajah wak katok dari mata siti rubiyah, dan air mukanya memperlihatkan seakan dia kecewa,
akan tetapi juga tabah menerima, bahwa dia tak jadi mengucapkan apa yang
Yang keras dan kukuh, di muka talib atau sutan dan sanip. Mereka seperti harus di ucapakannya, tangan nasib atau tangan tuhan yang maha kuasa telah
biasa saja. Malahan diwajah talib, sutan dan sanip dia dapat membaca menghentikan lompatan kata-kata, dan siapa tahu, jika jadi diucapkan akan
mempengaruhi jalan hidupnya? Ataukah karena tak jadi di ucapaka, apa yang Ketika dia tiba di luar kamar, kawan-kawannya semua telah turun
hendak diucapakan akan mempengaruhi jalan hidupnya? Ataukah karena tak membawa keranjang-keranjang punggung besar yang berisi damar dan bekal
jadi di ucapkan, apa yang hendak di ucapkannya ketika itu, maka terjadi apa mereka di hutan. Siti rubiyah masih tinggal duduk jongkok di depan tungku.
yang terjadi kemudian? Buyung menurutkan bisikan hatinya, dan melangkah cepat menuju ke tungku,
dan dan mengulurkan tanganya, dan memberikan salam dan selamat tinggal
Saat-saat gaib demikian selalu ada dalam setiap manusia,saat-saat yang kepada siti rubiyah.
penuh arti dan penuh gaib,saat-saat yang menyuruh orang melakukan pilihan
atau putusan, pilihan yang mungkin membawanya ke puncak kebahagiaan,atau Pegangan siti rubiah terasa keras sekali, amat jauh berbeda debga tangan
juga dasar ngarai gelap kenistaan. Atau yang membawa kesyukuran ataupun saki wak hitam. Tangan siti rubiyah kuat dan lembut, panas penuh kehidupan,
sesalan seumur hidup. penuh darah merah mengalir. Darah yang memanggil-manggil. Mata mereka
berpandangan. Dan buyung mersa tak perlu bekata sesuatu apa, dia meliha
Saat serupa itulah yang tiba akan tetapi berlalu kembali antara buyung dalam mata siti rubiyah cerminan apa yang dikatakan matanya sendiri, yaitu
dan siti rubiyah. Dan keduanya seakan menyadarinya dalam bawah sadarnya. bahwa seluruh hatinyadapat merasakan penderitaan siti rubiyah, dan dengan
Mereka seakan merasa lega dan kecewa sekaligus karenanya, dan hal itu juga seluruh hatinya dia ingin menolong siti rubiyah pada setiap waktu...siti rubiyah
menjauhkan mereka akan tetapi mendekatkan mereka pula.seakan merupakan hanya memanggilnya saja.
sebuah tali halus yang tak kelihatan yang mengikat jiwa mereka. Saat-saat
yang demikian, meskipun lewat dalam sekilas mata, akan tetapi mungkin Buyung melepaskan tangan siti rubiyah dan pergi ke ujung beranda
dapat meninggalkan bekas dalam bertahun-tahun, jika tak akan menjadi tempat keranjang punggungnya telah menanti. Dengan cepar keranjang di
kenangan untuk seumur hidup. Menjadi kenangan dan pertanyaan. sandangkannya keatas bahunya, dia memperbaiki letak parang panjang di
pinggangnya, menyentuh pisau belati di perutnya dengan tangan kirinya,
Siti rubiyah membuang muka dan pergi ke tungku, pura-pura melihat ke dinding apakah senapan lantak Wak Katok telah dibawa atau
memperbaiki kayu api di tungku, dan buyung melangkah maju ke kamar wak belum. Dia melihat bahwa senapan tak ada lagi tergantung di dinding. Telah
hitam untuk mengucapkan terina kasih dan selamat tinggal dibawa rupanya oleh Wak Katok.
Dia berpesan dengan kawan-kawannya di pintu kamar, dan setelah Kemudian dia memandang kembali kepada Siti Rubiyah yang masih
matanya terbiasa dalam gelap kamar, yang hanya di terangi sinar kecil sebuah duduk di depan tungku.
pelita minyak kelapa, maka dia melangkah mebdekati wak hitam berbaring.
Dia berjonkok dan mengulurkan tangannya memegang tangan wak hitam, dan Sesaat Buyung merasa ragu, antara hendak mendatanginya kembali, atau
berkata: “Saya minta diri, wak hitam, dan mengucapkan banyak terima kasih terus pergi. Akan tetapi dia teringat, bahwa dia telah memeberi salam selamat
telah di terima bermalam di sini.” tinggal. Karena itu dia cepat turun tangga tanpa berkata sesuatu apa lagi.

Wak hitam hanya mengerang saja, pijitan tangannya membalas salam Ketika dia tiba di bawah tangga, dia melihat kawan-kawannya telah
buyung amat lemah sekali, dan kemudian dengan perasaan tak enak, buyung menyebrangi ladang, dan mulai masuk ke pinggir hutan. Buyung bergegas
melepaskan tangan wak hitam, dan berdiri serta bergegas melangkah keluar. menyusul mereka.
Dia merasa malu, malu melihat kelemahan lelaki yang begitu gagah perkasa
dahulu, akan tetapi kini direbahkan oleh sakit demamnya, menjadi susana
daging dan otot-ototnya yang tidak berdaya sama sekali, dan dia merasa malu,
karena dia orang mudah, segar bugar, penuh kekuatan hidup. Semua kekayaan Setelah berjalan kurang lebih setengah jam, tiba-tiba Buyung ingat pada
dirinya ini dibandingkan dengan kelemahan orang tua. Seakan dia perangkap kancilnya.
memamerkannya dan menyombongkanya dirinya pada si lemah. Karena itu “Aduh, aku lupa memeriksa perangkap kancil,” katanya kepada Sutan
dia merasa terdorong harus cepat keluar dari kamar orang sakit. yang berjalan di depannya.
“Mengapa engkau tak kembali memeriksanya?” Kata Sutan. “Sayang “Mengapa engkau tak kembali memeriksanya?” kata Sutan. “Sayang
bukan.” bukan.”
“Tetapi aku malas kembali. Kita telah jauh.” “Tetapi aku malas kembali.. Kita telah jauh.”
“Mana jauh, kau memang pemalas,” kata Sutan, “baru jalan setengah jam.
“Mana jauh, kau memang pemalas,” kata Sutan, “baru jalan setengah
Tinggalkan saja keranjang mu di pinggir jalan, tak akan ada orang yang
jam. Tinggalkan saja keranjangmu di pinggir jalan, tak akan ada orang yang
mencurinya. Demikian engkau akan dapat berjalan lebih cepat. Susul kami
mecurinya. Demikian engkau akan dapat berjalan lebih cepat. Susul kami
nanti di tempat kita bermalam.”
nanti di tempat kita bermalam.”
“Ah, biarlah,” kata Buyung, masih ragu-ragu.
“Ah, biarlah,” kata Buyung, masih ragu-ragu.
“Tetapi kalau ada isinya, kancilnya bisa mati kelaparan,” kata Talib.
“Tetapi kalau ada isinya, kancilnya bisa mati kelaparan,” kata Talib.
“Berdosa engkau.” Buyung tambah ragu ucapan Talib menyebabkan dia
mengambil keputusan untuk kembali. “Berdoa engkau.” – Buyung tambah ragu. Ucapan Talib menyebabkan dia
mengambil keputusan untuk kembali.
menyentuh pisau belatu di perutnya dengan tangan kirinya, melihat ke dinding
apakah senapan lantak Wak Katok telah dibawa atau belum. Dia melihat “Baiklah, aku kembali memeriksa perangkap,” katanya, “kalian terus
bahwa senapan tak ada lagi tergantung di dinding. Telah dibawa rupanya oleh saja. Nanti aku susul.”
Wak Katok.
Dia melepaskan keranjang punggungnya yang berat dan
Kemudian dia memandang kembali kepada Siti Rubiyah yang masih meletakkannya ke dalam belukar di bawah sebuah pohon besar di sisi jalan
duduk di depan tungku. kecil di hutan.

Sesaat buyung merasa ragu, antara hendak mendatanginya kembali, Kemudian dia berbalik, kembali menuju ladang Wak Hitam. Dalam
atau terus pergi. Akan tetapi dia teringat, bahwa dia telah memberi salam hatunya dia berharap benar akan mendapat seekor kancil. Akan diberikannya
selamat tinggal. Karena itu dia cepat turun tangga tanpa berkata sesuau apa kepada Zaitun. Zaitun sudah lama ingin memelihara seekor kancil. Dan si
lagi. Rancak, adik Zaitun, tentu akan tambah sayang pula padanya, jika dia
memberi Zaitun kancil.
Ketika dia tiba di bawah tangga, dia melihat kawan-kawannya telah
menyeberangi ladang, dan mulai masuk ke pinggir hutan. Buyung bergegas Dari uang hasil damarnya, dia akan membeli, apakah yang akan
menyusul mereka. dibelinya …? Dia akan menyimpan seringgit untuk membeli sebuah senapan
berburu yang baru. Dia senang, karena dia tak punya hutang kepada siapa pun
Setelah berjalan kurang lebh setengah jam, tiba-tiba Buyung ingat juga. Oh, dia akan membelikan sebuah kain sembahyang yang baru untuk
pada perangkap kancilnya. ibunya. Ibunya akan senang benar dengan kain sembahyang baru nanti, sebuah
kain pelekat yang berwarna merah tua. Itulah warna yang disenangi ibunya.
“Aduh, aku lupa memeriksa perangkap kancil,” katanya kepada Sutan
Kemudian apa lagi ?
yang berjalan di depannya.

“Siapa tahu barangkali ada isinya pagi ini.”


Oh, dia akan memberi ibunya uang untuk membantu belanja di rumah. Dia merasa kembali kesegaran udara pagi di dalam hutan. Tiap tarikan
Sejak dia pandai mencari uang, selalu dia memberi uang pada ibunya, napas yang memenuhi jantung seakan obat segar yang mempercepat jalan
meskipun ibunya mengatakan, bahwa dia tak perlu memberikan uang., seperti darah, menguatkan otot dan tulang. Menggembirakan hati.
orang membayar makan saja di rumah orang lain. Ayahmu masih cukup
memberi ibu uang, kata ibunya kepadanya. Akan tetapi dia berkata, bahwa Semuanya di sekelilingnya, hutan dengan pohon dan daun, akar,
suka hati ibunyalah akan diapakan uang yang diberikannya. serangga dan margasatwa yang dirasanya kehadirannya, langit yang dirasanya
berada di atas lapisan payung hijau rimba, matahari di langit, angin yang
Dia juga akan menyimpan uang untuk membeli pakaian baru untuk datang berhembus, semuanya menapaskan kehidupan, dan mempertajam
hari Lebaran yang akan datang. Dia hendak membuat baju teluk belanga dari kesadaran dirinya. Kesadaran pada hidupnya, pada alam hidup di
sutera kuning muda, sebuah peci beludru hitam yang baru, dan sepasang sekelilingnya. Dia merasa amat sangat gembira, dan tanpa diketahuinya,
sandal kulit yang baru. Dia ingin sekali membeli sandal kulit yang berpaku- mulutnya lalu bersiul-siul.
paku putih sebagai perhiasannya.
Kegembiraannya bertambah sempurna ketika dia tiba di tepi ladang
Akan aku berikan uangnya pada ibu supaya disimpan, pikirnya. tempat dia memasang perangkapnya, dan melihat di dalam perangkap seekor
kancil yang kecil. Kancil itu berlari-lari berkeliling di dalam perangkap yang
Dia terkejut dan terbangun dari mimpi-mimpinya, ketika mendengar sempit, ketika Buyung tiba dekat perangkap.
bunyi berkeresek-keresek di dalam belukar di pinggir jalan. Dia berhenti,
tangannya memegang hulu parang panjangnya. Belukar bergerak-gerak, dan Alangkah manisnya binatang ini, pikir Buyung, dan dia teringat pada
kemudian seekor babi hutan yang besar muncul, melintas jalan dengan cepat, kisah kancil yang diceritakan ibunya kepadanya di waktu kanak-kanak.
tanpa melihat Buyung yang berdiri dengan diam-diam dan sipa untuk Hidungnya hitam dan basah berkilauan, kakinya ramping telinganya runcing
melompat ke pinggir jika babi hendak meyerangnya. dan halus, dan matanya lembab bercahaya.

Babi telah melintas jalan. Buyung kembali ke dalam hutan. Kini dia Dengan cepat dia membuat sebuah keranjang dari cabangcabang kecil
menyadari kembali pohon-pohon di sekelilingnya. Tombak-tombak sinar pohon yang liat yang tumbuh di pinggir hutan. Buyung mengumpulkan rumput
matahari yang berhasil menembus payungan tebal daun-daun hijau memiring kering dan dengan rumput itu dialasnya keranjang, dan kemudian sang kancil
dari langit menimpa tanah hitam di bawah, menimbulkan pola-pola cahaya dan ditidurkannya. Kancil amat ketakutan ketika dipegangnya. Dadanya dan
bayangan yang bertukar-tukar amat menarik hati. Dia mendengar kembali perutnya turun naik karena bernapas kencang, dan dia menggeliat-geliat
bunyi-bunyi ratusan ragam serangga di dalam hutan. Dia mendengar kembali badannya hendak melepaskan dirinya dari pegangan si manusia yang
bunyi teriak orang hutan yang bergendang-gendang berat dari jauh. Dia ditakutinya. Akan tetapi Buyung berbicara padanya dengan suara yang halus
mendengar ketukan tajam burung belatuk mencari ulat dibalik kulit pohon dan tenang.
kayu. Dia mendengar kokok ayam hutan berderaiderai merdu. Dia melihat
rama-rama yang beterbangan di sinar matahari yang menembus ke dalam Kemudian dia mengumpulkan daun-daun muda dan rumput muda dan
hutan, dan melihat kembali burung-burung berwarna hijau, kuning dan merah dimasukannya ke dalam keranjang.
yang beterbangan tinggi di antara cabang-cabang pohon.
Lalu keranjang ditutupnya dan dia menjinjing keranjang, dan
melangkah kembali ke hutan. Langkahnya tertegun, dia memutar badannya,
memandang ke pondok tinggi di tengah ladang sebentar terlintas dala hatinya
hendak pergi menengok Siti Rubiyah kembali, akan tetapi dia teringat pada teringat, lupa memeriksa perangkap kancil. Aku kembali, dan benar saja ada
Wak Hitam, dan hal ini menyebabkan dia kembali memutar badannya , kancil di dalamnya …” dan dia memperlihatkan kancil kepada Siti Rubiyah.
melangkah cepat ke dalam hutan. Kemudian dia teringat, bahwa mungkin sang
kancil akan haus, lalu dia membalikkan langkahnya, memintas hutan menuju Siti Rubiyah berteriak kecil girang melihat kancil, dan mengulurkan
sungai. jarinya melalui lubang anyaman keranjang. Mula-mula kancil mencoba
mengelakkan kepalanya dari sentuhan jari perempuan, akan tetapi kemudian
Di pinggir hutan dekat sungai, dia berhenti, tertegun Karena tiba-tiba dia membiarkannya, dan memandangi Siti Rubiyah dengan matanya yang
dia melihat Siti Rubiyah duduk di atas batu rupanya dia baru selesai mandi. bundar.
Karena dia telah berpakaian, dan sedang duduk di batu menyisir rambutnya.
Tetapi sesuatu dalam gerak perempuan itu sedang gundah gulana pikirannya. Buyung melangkah ke dalam hutan, dan meletakkan keranjang di
Sebentar-sebentar tangannya yang menyisir rambut yang hitam dan panjang bawah sebuah pohon kayu besar, dan mereka berdua mencangkung dekat
terhenti, dan dia seakan termenung, duduk menatapi air yang mengalir, keranjang yang berisi kancil.
kepalanya tegang kaku, matanya terbuka, akan tetapi seakan tak melihat “Aduh bagusnya dan halusnya dia,” kata Siti Rubiyah, “cantik
sesuatu apa. sungguh rupanya. Untuk siapakah dia?”
Pada saat yang demikian Buyung pun dapat ikut merasakan dalam
Buyung memandang kepadanya, keraguan timbul dalam hatinya,
dirinya kesepian yang dahsyat yang menawan diri si perempuan muda yang antara hendak mengatakan, bahwa kancil itu adalah untuk Zaitun,
duduk sendirian di atas batu, di pinggir sungai di tengah hutan belantara. kecintaannya di kampung Air Jernih, dan hasrat yang timbul pula dalam
Seluruh hatinya dan dirinya berseru menyuruhnya mendekati si perempuan hatinya untuk dengan gagah berkata: “Jika engkau suka, bolehlah untukmu.”
muda, dan memecahkan kesepian manusia yang sedang diderita Siti Rubiyah.
Dengan tak berpikir lagi Buyung melangkah ke luar dari naungan atap daun “Belum tahu,” kata buyung kemudian, entah mengapa dia berkata
rimba, dan menegur: demikian, dia sendiri pun tak tahu apa yang menyuruh berkata demikian.

“Rubiyah, mengapa engkau bermenung-menung sendiri?” “Jangan terlalu banyak pikiran, Rubiyah, “kata Buyung kemudian
memberanikan hati. “Aku perhatikan engkau tadi duduk di batu sungai. Tak
Perempuan itu tersentak bangun dari arus pikirannya, dan separuh baik menurutkan susah hati.”
terkejut mengangkat badannya dari batu, berpaling cepat ke arah suara
Buyung. Air mukanya seperti orang yang terkejut sekali. Ketika dia melihat Mendengar kata Buyung, air muka Siti Rubiyah yang telah girang
Buyung seluruh air mukanya berubah, cahaya matahari kembali bersinar di karena melihat kancil, lalu berubah, dan dia kembali teringat pada kesusahan
dalam matanya, dan senyum menyambut terang di bibirnya. hatinya, kembali dirinya dipeluk oleh hal-hal yang menyusahkan pikirannya.
Dia membungkukkan kepalanya, dan mengais-ngais tanah di bawah pohon
“Aduh, tersirap darahku,” katanya dengan suara yang tekejut, dan dengan jari-jarinya, lupa kepada kancil yang menarik hatinya mulamula tadi.
kedua tangannya dilipatkan menekan dadanya, gerak dan suara yang
mendetingkan tali hati Buyung. Siti Rubiyah berdiri, dan melangkah di dalam “Aduh, kakak,” katanya, “bagaimana aku tak bersusah hati. Aku
air, menuju Buyung, memegang tangan Buyung, sambil berkata: “Aduh, kakak hanya tinggal berdua dengan Wak Hitam. Penyakitnya tak hendak sembuh-
kembali…?” kemudian dia melihat kancil dalam keranjang, dan cepat sembuhnya. Panas badannya bertambah hebat saja. Dan aku…” dia tertegun,
mengerti, ketika Buyung berkata: “Ya, aku kembali … di tengah jalan aku berhenti berbicara, dan memandang kepada Buyung.
“Apa, apa?” Tanya Buyung, penuh rasa ingin tahu, dan hasrat hendak dilakukannya. Perasaannya amat tergoncang sekali. Apa yang dilihatnya baru
menolong. sekali itu dilihatnya, dan terasa padanya amat sangat dahsyatnya. Semua cerita
yang menakutkan dan mengerikan tentang Wak Hitam kini terbukti
“Malu aku sebenarnya mengatakannya, akan tetapi kepada siapa kini kebenarannya.
tempat aku mengadu, jika bukan kepada kakak yang begitu baik hati padaku?”
katanya kemudian, dan memandang kepada Buyung dengan matanya penuh Inilah Siti Rubiyah, istrinya yang muda, yang merupakan sebuah saksi
rasa percaya dan minta bantuan, yang membuat Buyung melupakan umurnya dan bukti yang terang sekali.
yang muda, dan dia merasa dirinya seorang lelaki yang dewasa dan gagah
perkasa, dan yang sanggup membela dan melindungi perempuan muda yang Meskipun dia belum dapat memahami semua yang terjadi antara Wak
tak berdosa, yang lemah dan yang sedang dalam kesusahan ini. Hitam dan Siti Rubiyah, akan tetapi hatinya merasakan sungguh nasib malang
perempuan muda itu. Dia kini juga mengerti mengapa Wak Hitam suka
“Katakanlah,” desak Buyung, “akan aku tolong engkau.” membawa istri – istrinya ke rumah yang sepi itu. Jika dia berbuat demikian di
kampung, tentu orang kampung akan ribut.
“Aduh, kak, sejak dia sakit, setiap aku ada di rumah, aku
disuruhnya…” dia terhenti lagi, dan tiba-tiba mukanya merah, malu, “… aku “Tetapi kak, kakak jangan ceritakan pada siapa pun juga apa yang aku
disuruhnya tidue memeluknya, aku tak boleh berbaju, sedikit pun tak boleh – katakana ini. Wak Hitam mengancam aku, bahwa jika aku membuka
katanya supaya kesehatan diriku masuk ke badannya yang sakit – dan rahasianya kepada siapapun juga, maka aku mati. Aku akan dirancunnya, atau
menyembuhkan dia – aku tak tahan lagi, tiap kali aku harus berbuat demikian, di tenungnya, hingga aku mati atau jadi gila. Aku akut padanya. Dia berilmu
tiap kali terasa tambah berat di hatiku. – Hatiku tambah segan dan takut – gaib yang hebat sekali, kak.”
tolonglah aku kak, aku hendak lari saja, hendak pulang ke kampung. Bawalah
aku pulang ke kampung, kak – atau ke mana saja sungguh aku tak tahan lagi, Tiba-tiba Buyung merasakan dirinya tak cukup gagah perkasa untuk
aku tersiksa – itu kalau dia lagi sakit – kalau dia tak sakit… aku lebih dapat melindungi Siti Rubiyah dari kesetanan dan kebinatangan Wak Hitam.
disiksanya lagi. Dia bukan manusia lagi kak, dia sudah seperti binatang, Apa dayanya melawan orang berilmu gaib yang hebat seperti Wak Hitam? Dia
seperti setan saja – aduh, kakak tak tahu apa yang dilakukannya pada diriku, baru belajar sedikit-sedikit dari Wak Katok. Sedangkan Wak Katok sendiri
dan kudengar dia juga pada bini-bininya yang lain …” dan tiba – tiba Rubiyah mengaku guru pada Wak Hitam. Bagaimana dia, murid Wak Katok akan dapat
melupakan rasa malu dan segannya kepada Buyung, karena dibawa arus menghadapi dan menantang Wak Hitam ?
kemarahan dan kasihan dirinya, lalu membuka kebayanya, membalikkan Akan tetapi melihat Siti Rubiyah dudduk mencangkung demikian di
punggungnya, Dan memperlihatkan kepada Buyung punggungnya yang penuh depannya, dan menundukkan kepala ke tanah, tak sampai hatinya untuk
dengan bekasbekas seperti cambukan atau cubitan yang mengeluarkan darah,
mengaku kalah, dan tak berbuat apa-apa. Dijangkauannya tangannya
atau jua goresan kuku yang mengenai daging, atau pula gigitan, dan kemudian
memegang bahu Siti Rubiyah, dan Siti Rubiyah merebahkan kepalanya ke
dia membalikkan dadanya, memperlihatkan dadanya kepada Buyung, dan pangkuan Buyung, dan Buyung menghapus-hapus kening Siti Rubiyah, dan
dengan terkejut Buyung melihat dadanya penuh bekas-bekas gigitan yang berkata:
telah sembuh.
“Diamlah, diamlah Rubiyah, jangan engkau menangis. Tenanglah.”
Siti Rubiyah kemudian dengan cepat menutup kembali dadanya, Kembali rasa lelakinya timbul mengalir kuat bersama darahnya, ketika Siti
menuduhkan kepalanya, dan air mata mengalir dari matanya. Dia menangis
terisak-isak, hingga sebentar Buyung bigung tak tahu apa yang harus
Rubiyah memegang tangannya, dan kemudian memeluk pinggangya dan dadanya, dan kemudian mata mereka berpandangan, lalu Buyung pun lupa
menyembunyikan kepalanya ke perut Buyung, sambil berkata: segala masalah yang harus dipecahkannya dengan segera.

“Lindungi aku, kak. Tak ada orang yang mau menolong aku, selain Napas Buyung terasa sesak, dan mengencang. Belum pernah dia
kakak. Kepada siapa aku akan minta tolong kini?” merasa apa yang dirasanya ketika badannya menempel pada badan Siti
Rubiyah. Bunyi air sungai, pohon-pohon di sekelilingnya, bunyi-bunyi hutan
“Aku tolong engkau, Rubiyah,” katanya kemudian. Pikirannya di waktu pagi, semuanya menghilang dari kesadarannya. Dia hanya tahu dia
diputarnya dengan keras mencari jalan bagaimana menolong Siti Rubiyah. memeluk seorang perempuan muda, seluruh tubuhnya dipanasi oleh darahnya
Akan dibawanya kini dengan mereka pulang ke kampung Air Jernih? Akan yang mengalir kencang dan kuat. Dan perempuan muda yang telah
mereka tinggalkan Wak Hitam sendirian sakit di huma? Apa kata ibu dan berpengalaman itu menolong tangan Buyung menemukan yang dicari-carinya
ayahnya nanti di kampung? Apa kata orang kampung? Dan apa kata Zaitun dengan kekakuan kebujangan lelakinya, dan mendorong kepalanya ke bawah,
sendiri? Tidakkah dia nanti akan didakwa melarikan istri orang? Besar juga dan membawa mulutnya mencari-cari buah dada yang muda, yang mengeras
perkaranya nanti. Atau akan dibawanya Siti Rubiyah kembali ke kampung di antara kedua bibirnya, dan buyung mengerang dan kemudian mereka
Wak Hitam saja? Tetapi juga ini akan menimbulkan pertanyaan di kampung dihampaskan tinggi ke atas oleh ledakan yang besar yang memenuhi seluru
Wak Hitam. Keluarganya mungkin akan mendakwanya melarikan istri Wak tubuh mereka ….
Hitam. Dan meninggalkan Wak Hitam sendiri sakit di huma tidakkah juga
salah dan dosa? Buyung tak hendak pergi. Dia belum hendak melepaskan perempuan
muda dari pelukannya. Dia belum hendak berpisah dari kenikmatan baru yang
Kacau pikirannya. Semua jalan yang mungkin ditempuh seakan serba belum pernah dirasakannya selama ini. Dan tak lama kemudian mereka
salah. Sedang sebenarnya halnya sudah jelas. Dia hendak menyelamatkan Siti kembali menaiki arus panas yang membawa mereka ke puncak-puncak yang
Rubiyah yang tak tahan lagi tinggal dengan Wak Hitam. Yang terang salah tinggi, lepas dari daya tarik bumi…
dan kejam ialah Wak Hitam. Akan tetapi mengapa demikian susahnya
membela yang benar dan yang menjadi korban kezaliman? Bagaimana Oooo
mungkin begitu sukar menjelaskan kebenaran?
Hari telah hampir magrib ketika Buyung tiba di tempat mereka yang
Dan mengapa harus diperlukan keberanian luar biasa untuk bermalam yang pertama dalam perjalanan pulang dari ladang Wak Hitam
melakukan sesuatu kejujuran biasa? menuju ke kampung Air Jernih.

Apakah tidak baik dibawanya Siti Rubiyah dahulu ke tempat kawan- Mereka sedang mendirikan sebuah pondok yang hanya di beri atap
kawannya bermalam, dan di sana meminta nasihat Pak Haji, Wak Katok dan daun-daun pisang hutan dan tak berdinding. Di depan pondok telah menyala
Pak Balam? Akan tetapi jika dia datang begitu saja apa pula kata mereka? api unggun . Rupanya mereka pun belum lama tiba. Legah juga hati Buyung ,
Mungkin mereka akan marah padanya, karena berbuat lancang demikian. jika demikian mereka tidak akan terlalu bertanya mengapa dia begitu lambat
baru tiba.
Karena merasa pikirannya buntu dan tidak dapat juga mencari jalan ke
luar, iba hatinya terhadap Siti Rubiyah bertambah besar, dan dengan tak Dari jauh dia telah berteriak memanggil, dan dia mendengar suara
disadarinya dipeluknya badan perempuan muda itu erat-erat. Dia merasa Siti sutan menyahut , dan melihat sutan melambaikan parang panjang yang di
Rubiyah membalas pelukannya, dan mengangkat badannya, mendekapkan pakainya memotong daun pisang hutan.
“Aduh, kalian juga baru tiba?”Tanya Buyung. Muka buyung jadi merah malu dan terkejut, serta takutnya kembali,
akan tetapi dalam samar-samar senja taka da mereka yang melihat perubahan
“Ya, kami di bawa Wak Katok berburu rusa, tapi tak dapat,”kala air mukanya. Buyung memperbaiki perasaannya, dan tertawa kecil.
Talib.
“Apapula lain dari kancil yang dapat di tanggkap di sana?”katanya .
“sedang jejaknya masih segar sekali,”kata Wak Katok, “tetapi ketika Dan segera ia menyadari kealpaannya berkata denikian, karena sutan
kami melihatnya dan kutembak, bedil tak meletus. Celaka.” dengancepat berkata: “Ho-ho-ho, dengar dia itu, Talib. Tak tahu dia ada lain
“Tak diulang?” Tanya Buyung. dari kancil yang dapat di tangkap di sana. Tak engkau lihat rusa muda di
sana?”
“Rusanya lari mendengar denting pelatuk, masuk ke rimba,”kata
sutan. Taka da jalan lain Buyung selain pura-pura tak mengerti apa yang di
maksud oleh Sutan, dan kembali mukanya merah, dan orang-orang lain
“Barangkali besok pagi kita coba lagi,”kata Wak Katok. tertawa.

“ya, enak juga dapat membawa dendeng rusa pulang,”kata pak haji. “Memang Buyung lekas kawin,supaya dia mengerti hidup sedikit,’
kata sanip.
“tetapi bagaimana kancilmu?”Tanya sutan.
Mukah Buyung tambah merah, dn sekali ini sutan melihat air matanya
“Dapat,” kata Buyung. . Sutan tertawa lebih besar lagi dan menunjuk kepada Buyung sambil
berkata:”lihat si Buyung. Merah mukanya.Engkau masih perawan ya?”
Dan tiba-tiba dia merasa menyesal mengatakan dapat, karena kancil
katanya menggangu.
tak dibawanya , dan tentu mereka akan bertanya mana kancilnya? Coba di
katakana tak dapat; mereka tidak akan bertanya lagi. Tetapi, katanya dalam Buyung tak tahan rasanya mendengar ganguan mereka. Dia segera
hati cepat, jika aku katakana tak dapat, dan tiga bulan kemudian kami memperbaiki duduk keranjangnya yang prnuh berisi damar, dan pergi cepat ke
bermalam lagi di hutan Wak Hilam dan mereka mendengar dari Siti Rubiyah sungai.
bahwa aku berikan kancil padanya, pasti mereka akan syak ada hubungan apa-
apa antara aku dengan Siti Rubiyah. Karena itu hatinya senang kembali, dia “Aku hendak mandi dulu mengambil air sembahyang,” katanya. dia
telah menjawab dengan terus terang, bahwa dia mendapat kancil. berjalan menuju ke sungai di turuti oleh tawa kawan-kawan nya dan teriakan
sutan dan Talip dan Sanip mengganggunya.
“Tetapi aku tinggalkan pada Siti Rubiyah,”katanya, “terlalu berat
untuk membawanya sekali ini bersama dengandamar yang kita dapat begitu Ketika mandi, pikiran dan hati Buyung kacau . Mengingat apa yang
banyak. Lain kali saja, aku bawa pulang.” terjadi tadi pagi menimbulkan rasa bahagia dan rasa takut, dan rasa senang,
dan keragu-raguan dalam dirinya. Berdosakah dia? ya, dia telah berdosa .
“Nah, sedikitnya Buyung dapat kancil,” kata pak Haji. Terang dalam gamanya mrngatakan , bahwa apa yang telah dilakukan nya
adalah dosa.Malahan, dia mersakan satu kesenangan, suatu kegembiraan hidup
“Asal sungguh dia hanya dapat kancil,” Sultan menyindir
yang tak pernah dirasaknnya selama ini. Dan lebih ane lagi bagi dirinya, ialah
mengganggu.
dapat berbuat demikian , tanpa mengganggu perasaannya tentang zaitun. Dia
merasa bahwa apa yang terjadi antara dirinya dengan Siti Rubiyah adalah
sesuatu yang wajar, yang harus terjadi, dan telah di takdirkan harus terjadi Wak Hitam akan mati karena penyakitnya. Maka dengan sendirinya Siti
demikian. Dia masih dapat merasakan panas badan Siti Rubiyah. Dan Rubiyah akan terlepas dari siksaan Wak Hitam, dan dia sendiri tak perlu
napasnya yang hangat. Seluruh badannya terasa panas kembali mengingat berbuat sesuatu apa lagi.
perempuan muda itu.
Tiba-tiba dia teringat pada Zaitu. Ah, berat juga perasaannya. Apa
Perasaan tidak berdosanya diperkuat pula oleh cerita Siti Rubiyah yang telah dilakukannya, tak dapat dibantahnya adalah mengkhianati cintanya
tentang kejahatan-kejahatan Wak Hitam. Kemudian, sesudahnya, ketika terhadap diri Zaitun. Akan tetapi apa dayanya? Dia telah melakukannya
mereka berbaring di bawah pohon di balik tabir belukar, Siti Rubiyah seakan di luar kehendak sadarnya sendiri, seakan ada dorongan tenaga gaib
berbantalkan dadanya, dan menceritakan kepadanya semua kejahatan Wak yang amat kuat dan yang tidak kuasa dia lawan. Engkau telah mengikuti
Hitam. Kini pun dia masih ngeri mengatakannya. bisikan setan bahwa nafsumu, suara kecil berkata dalam hatinya. Apa dayaku
terhadapnya, katanya pada dirinya. Sudah takdir. Hatinya senang sedikit
Siti Rubiyah bercerita, bahwa Wak Hitam suka membuatkan racun dengan bujukan sendiri ini, tetapi kemudian timbul pula keraguan hatinya.
yang dijualnya kepada orang-orang yang datang memintanya untuk Bagaimana jika nanti ternyata Wak Hitam tidak mati dan masih hidup? Dia
membunuh musuh0mmusuh mereka, dibuatnya dari kotoran manusia yang tidak dapat membawa Siti Rubiyah begitu saja, dan apakah dia hendak kawin
dicampur dengan bulu bambu, disuruhnya mencampurkan ke dalam kopi atau dengan Siti Rubiyah? Bagaimana dengan Zaitun? Dan bagaimana dengan
makanan orang yang akan diracun. Dia juga membuat gunaguna, ada yang janjinya dengan Siti Rubiyah hendak melepaskannya dari cengkeraman Wak
dibuat dari kotoran kuku atau kotoran orang yang hendak memakai guna-guna Hitam?
itu, dari rambut perempuanyang hendak diguna-guna, dan ada pula yang dia
tidak mengerti. Ingatlah kakak, tanyanya, orang-orang yang berangkat waktu Dengan tiba-tiba Buyung merasa, bahwa dia telah melakukan sesuatu,
kakak datang bermalam? Orang-orang yang berbaju hitam dan tidak banyak yang melontarkannya kedalam sebuah persoalan yang jauh lebih besar dari
bercakap-cakap? Ya, Buyung ingat sekali. Orang-orang itu telah beberapa kali yang diduganya semula, sebuah persoalan dia mungkin tak sanggup akan
datang ke sana, ada tiga lagi dalam waktu tiga bulan, dan tiap kali datang menyelesaikan atau mengatasinya. Baru dia mulai mengerti, bahwa hidup dan
membawa uang atau barang-barang emas untuk Wak Hitam. Kata Wak Hitam hubungan manusia tak semudah seperti yang disangka hati mudanya. Dan
dia berdagang bersama-sama mereka. Tetapi kelihatan padaku, kata Siti perlahan-lahan mulai timbul pula sedikit rasa menyesal dalam dirinya,
Rubiyah, mereka bukan pedagang sama sekali. Buyung pun merasa demikian, mengapa dia berbuat demikian? Bukankah Siti Rubiyah istri orang lain?
mereka sama sekali bukan pedagang, malahan lebih banyak merupakan Mengapa dia harus mencampuri soal-soal orang lain? Tidakkah lebih baik jika
penyamun. dia menjauhi campur tangan dan jangan memikirkan soal-soal orang lain? Apa
perdulinya dengan nasib orang lain? Bukankah lebih mudah jika dia hanya
Tidak, dia tak merasa terlalu berdosa. Malahan dia merasa gembira. membatasi dirinya pada cintanya pada Zaitun saja, dan memikirkan
Dia telah dapat memberikan kebahagiaan pula pada Siti Rubiyah, seperti Siti kebahagiaan dan penghidupan mereka berdua? Hatinya jadi susah.
Rubiyah telah memberikan kebahagiaan padanya. Dia mengatakan kepada Siti
Rubiyah, supaya Siti Rubiyah menunggu di ladang dahulu. Jika dia telah Akan tetapi pertanyaan-pertanyaan ini pun tak dapat dijawabnya
menjual damar, maka dia akan datang kembali ke huma, pura-pura hendak dengan mudah. Karena dia pun merasa, dan teringat akan segala cerita
berburu. Dan sementara itu mereka akan mencari jalan ke luar, bagaimana Siti penderitaan Siti Rubiyah, bahwa dia tak dapat bersikap tak acuh terhadap
Rubiyah dapat diselamatkan dari Wak Hitam. Dalam hatinya Buyung penderitaan orang lain. Dia ingat kembali perasaannya mendengar pengaduan
berharap, siapa tahu dalam waktu dua atau tiga minggu yang akan datang, Siti Rubiyah, dan dia kembali merasakan kezaliman yang dilakukan Wak
Hitam terhadap Siti Rubiyah, dan dia kembali merasa, bahwa wajib bagi setiap istri orang lain. Bukan saja dilarang oleh agama, akan tetapi adat istiadat,
orang untuk melawan kezaliman seseorang terhadap orang lain. Meskipun sopan santun, akal sehat, budi baik, semuanya melarang yang demikian. Akan
kezaliman itu tidak ditimpahkan atas dirinya sendiri. tetapi apa yang terjadi antara dia dengan Siti Rubiyah nampaknya tak ubahya
seperti air yang mengalir turun, mencari tanah rendah mengalir seperti hukum
Tetapi mengapa hatimu masih ragu dan seakan tak senang? Buyung alam yang telah menentukannya, dan baik Siti Rubiyah maupun dia tak
mencoba memeriksa hatinya. Yang terang, dia tak berniat hendak kawin berkuasa menahannya. Salahkah mereka telah mengikuti hukum alam?
dengan Siti Rubiyah. Dia tetap cinta dan ingin berumah tangga dengan Zaitun.
Apakah yang diharapkan Siti Rubiyah dari padanya? Agar dia melepaskannya Buyung terkejut terbangun dari pikiran-pikiran yang datang
saja dari cengkeraman Wak Hitam? Atau juga agar kemudian dia bergelombang-gelombang menggodanya, ketika mendengar Sutan memanggil
mengawinkannya? Akan tetapi mereka tak pernah berbicara tentang hendak namanya.
kawin. Siti Rubiyah pun tak pernah menyentuh soal ini. Jadi ini bukan
persoalan. Hanya pikirannya sendiri yang membawa masuk persoalan ini, “Buyung, Buyuuuuung! Mari cepat, maghrib sudah tiba! Mengapa
mengapa dia sampai berpikir demikian? engkau selama itu di air?”

Sungguh Buyung merasa bingung, perasaannya bercampur-campur Dengan cepat-cepat dia mengeringkan badannya, mengambil air
antara harap dan cemas, ragu dan takut, senang dan tak senang, dan dia amat sembahyang dan bergegas ke pondok mereka. Dia girang, karena taka da
ingin dirinya bukan seorang muda yang kebingungan yang untuk pertama waktu bagi Sutan atau kawan-kawannya yang lain untuk memperhatikan
kalinya melakukan sesuatu yang didorongkan oleh birahi badan dan hatinya, keragu-raguan yang mungkin tercermin di mukanya, karena mereka terus
akan tetapi seorang tua yang berpengalaman yang mungkin dapat menilai sembahyang magrib bersama-sama.
semua ini dengan lebih tenang dan bijaksana. Pak haji dengan suaranya yang berat dan bagus memanggilkan Allahu
Dan kepada siapa dia akan meminta nasihat? Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Dan Ashadu ala ilaha illallah, wa
ashaduanna Muhammadarrasulullah! Memenuhi langit yang mulai gelap
Dia tak berani menceritakan kepada siapa pun juga, biar dia sampai samar di tengah hutan belantara, mengalir melingkupi seluruh kalbu Buyung,
digantung, tentang apa yang telah terjadi. dan dalam hatinya dia menyerahkan diri

Bagaimana rasa kasihannya terhadap perempuan muda yang kesepian Sepenuhnya kepada haribaan Tuhan, dan ketika mereka mulai
dan malang itu dapat membawanya pada keadaan pelik serupa ini? Mengapa sembahyang, dan Buyung, dan Buyung mengucapkan
hasratya hendak menolong seorang yang ditimpa kezaliman dapat Bismillahirohmanirrohim, dia mengucapkan dengan kesadaran dan keyakinan
membawanya kedalam kesusahan? Dia tidak mengerti mengapa terjadi seperti yang lain dari biasa, dan dalam mengingatkan bahwa Tuhan adalah yang Maha
ini. Disangkanya orang yang berbuat perbuatan ksatria akan berbahagia terus. Pengampun dan Maha Penyayang, Buyung merasa hati dan perasaannya jadi
Memang bersalah benarkah dia telah menurutkan nafsu birahinya? Akan tetapi tenang kembali, jika dia berdosa, ya Tuhanku, bisiknya dalam hatinya,
apakah dia salah berbuat demikian? Bukankah dia tak memaksa Siti Rubiyah ampunilah aku, tiada maksudku dengan sadar hendak berdosa, akan tetapi
dan tak pernah mencoba untuk menggoda Siti Rubiyah? Selintas pun tak ada hatiku tergerak hendak menghibur hati perempuan muda yang gundah gulana
masuk ke dalam kepalanya untuk berbuat demikian dengan Siti Rubiyah. Tak itu, ampunilah dosa kami berdua, dan selamatkanlah dia dari kezaliman
ada perasaan yang bukan-bukan dalam hatinya. Dia pun tahu, bahwa orang suaminya, dan selamatkanlah kami semua seterusnya!
yang baik-baik tak boleh mempunyai pikiran dan perasaan demikian terhadap
Setelah sembahyang, mereka duduk berkeliling api unggun, dan duduk terjkejut, ditelinganya masih mengiyang seruan Zaitun memanggilnya
makan. Waktu-waktu serupa inilah yang merupakan hadiah bagai keletihan pulang : “Yuuuuuuungggg!”
orang-orang yang bekerja di hutan mencari nafkahnya. Duduk di sekeliling api
unggun, setelah sehari bekerja keras atau berjalan jauh, dikelelilingi hutan Bebrapa saau kemudian, baru dia menyadari bahwa yang terdengar
yang mulai menampakkan diri, masih pudar akan tetapi cepat akan bersinar ditelinganya adalah lengkingan suara rusa, dan kesadaraanya ini ditimbulkan
berkilauan, dengan wangi kayu basah mengisi udara, dan wangi dendeng atau ketika rus melengking sekali lagi. Buyung melihat,bahwa Wak Katok, juga
ikan asin yang dibakar oleh Talib atau Sanip dibara api, makan nasi dengan terbangun oleh suara rusa, dan Wak Katok berkata kepadanya : “baiklah
sambal cabai, dan minum kopi hitam hangat-hangat, membuat mereka esokkita coba memburunya.”
semuanya merasa berbahagia sekali dan melupakan jerih mereka sepanjang
hari.

Disaat serupa inilah antara mereka merasa dekat sekali, dan tak jarang
di waktu-waktu serupa itu, ada saja diantar mereka yang membuka hatinya,

4
melupakan rasa segan, dan maju yang biasanya mengikat mereka dalam
pergaulan biasa.

Agak mudahlah meminta Pak Haji bercerita tentang pengalaman-


pengalaman, atau Wak Katok tentang waktu dia belajar silat di tanah Aceh.
Pak Balam yang pendiampun akan bercerita tentang pengalaman-
pengalamannya kepada siapapun juga. Dan biasanya setelah Sanip memainkan Esok paginya, apabila yang lain masih tidur, lama sebelum subuh tiba,
beberapa lagu yang merdu dengan dangung-dangungnya, diikuti oleh Sutan Buyung telah membangunkan Wak Katok dan Sutan. Mereka bertiga akan
atau Buyung dengan suling, maka mereka akan mencari tempat tidur didalam pergi berbutru rusa. Tempat mereka bermalam dipinggir sungai ditumbuhi
pondok, dan dengan enaknya mereka pun akan tidur mendegkur. Diluar pohon-pohon yang jarang, dan kurang kurang lebih 1km ke mudik sungai,
pondok api unggun menyala kecil, dan sekali-kali juga sepanjang malam siapa hutan berganti dengan belukar-lukar jarang dan ditempat-tempat yang terbuka
diantara mereka yang terbangun, akan melemparkan beberapa buah potong tumbuh rumput dan lalang. Buyung berkata, bahwa mungkin mereka akan
kayu ke dalam api, dan api akan menyala besar kembali selama beberapa dapat menjumpai rusa disana, karena daerah itu adalah tempat rusa. Mungkin
waktu, kemudian mengecil kembali ketika kayu hendak habis, hingga ada lagi pagi-pagi sekali mereka berhasil menjumpai rusa disana.
yang terbangun dan melemparkan kayu lagi kedalam api. “Tapi itu juga tempat nenek,” kata Sutan, “Dimana ada rusa ada
Hutan menjadi tambah gelap, dan mereka tidur diiringi oleh bunyi- nenek.” Maksudnya harimau.
bunyian malam yang bermacam-macam didalam hutan. “Hussss,” kata Wak Katok. Jangan sebut-sebut namanya”
Buyung bermimpi dia rasayna naik perahu hendak menyebranng Mereka cepat berpakaian, Buyung menyandang senapan lantak Wak
danau,dan dilangit berkumpul awan gelap menandakan badai hendak turun, Katok. Wak Katoktahu, bahwa dalam terang remang-remang dinihari, maka
akan tetapi dia hendak menyebrangi danau juga, dan ketika dia telah agak jauh buyung yang muda lebih tajam dari matanya, dan diapun tahu, meskipun
dari pantai, dia melihat Zaitun datang berlari memanggil-manggilnya. belum mengakuinya didepan umum, bahwa Buyung lebih pandai menembak
Mimpinya demikian nyata terasa olehnya, hingga ketika ia terbangun dan
dari dia. Sutan membawa parang panjang dan pisau belatinya. Wak Katok Buyung mengikuti rusa jantan dengan ujung laras bedilnya, dan dia
hanya membawa pisau belati saja menahan napasnya, ketika rusa datang bertambah dekat, masuk ke dalam jarak
tembakan, dan kemudian dengan perlahan- lahan dia menarik pelatuk senapan.
Ketika mereka tiba ditempat yang dimaksud Buyung, dini hari lelah Ledakan mesiu dan lidah api yang menyembur luas dari laras senapan seakan
mulai datang dari timur. Ayam hutan mulai berkok. Embun membasahi tanah, sama- sama terjadi, bergegar memenuhi rimba, dan buyung melihat rusa jantan
daun, pohon, dan batu-batu, dan kabut yang tipis menyamarkan semuanya. terlompat ke atas, sedang rusa betina melompat berlari amat cepatnya, dan
Mereka berjalan lebih perlahan-lahan dan lebih berhati-hati. Tiba-tiba mereka menghilang kedalam belukar. Rusa jantan setelah melompat ke atas lalu jatuh
mendengar suara seekor rusa melengking, yang dibalas oleh seekor Rusa lagi terbaring, kakinya menghentam- hentam tanah, kemudian berbaring diam.
dari again hutan yang lain.
Buyung berteriak kegirangan, disambut oleh sultan dan Wak Katok.
Mereka bertiga berdiri tegang, diam tak bergerak- gerak, dan mencari-
cari dengan matanya. Sultan dan Wak Katok menyeberangi sungai, sultan dengan parang
pajang terhunus di tangannya.
Tak lama kemudian mereka mendengar bunyi- bunyi, belukar
bergerak, dan kira-kira dua ratus meter ke mudik dari tempat mereka melihat Buyung menahan dirinya, dengan cepat mengisi lantak kembali.
seekor rusa melangkah keluar dari sekumpulan semak- semak, berdiri di
pinggir belukar, dan sambil menggeleng- gelengkan kepalanya rusaitu Didalam rimba senjata harus selalu sedia utuk dipergunakan, karena
melengking memanggil kembali. bahaya atau kemungkinan mendapat perburuan setiap saat, dan senjata yang
tak siap sama juga dengan di tinggalkan di rumah. Setelah senapan diisinya
Rusa itu seekor rusa jantan yang masih muda. Tampan benar kembali, barulah dia menyeberangi sungai.
badannya. Kakinya kukuh dan ramping, dan tanduknya sedang besarnya.
Ketika dia tiba, Wak Katok telah menyembelih leher rusa. Di tanah
Dua ratus meter terlalu jauh untuk senapan lantak tua Wak Katok. darah rusa menghitam ke atas rumput yang penuh dengan embun. Sutan
Karena itu menunggu. Apalagi udara masih terlalu gelap untuk dapat memuji tembakannya.
menembak sejauh itu, Tak lama kemudian di seberang sungai, keluar seekor
rusa betina, yang melangkah berlari kecil menyeberangi sungai, menuju rusa “Tepat di belakang telinganya, lihat….” Kata Sutan menunjuk.
Jantan. “ Sungguh pandai engkau menembak Buyung,” Wak Katok
Mereka bertemu di tanah terbuka di pinggir sungai. memujinya.

Buyung bergerak perlahan- lahan mendekati mereka. Kini kedua rusa “ Ah, kebetulan saja,” kata Buyung, pura- pura merendah diri sedang
berada di samping sungai dari tempat mereka berdiri. Akan tetapi, segera dalam hatinya dia merasa senang dan bangga benar.
buyung berdiri diam- diam, dan memasang popor senapan ke bahunya ketika Dianggap seorang pemburu ahli, apalagi seorang muda seperti dia,
dia melihat kedua ekor rusa itu melagkah perlahan menghiliri sungai adalah sebuah pujian yang amat besr di kampugnya, setiap orang menganggap
mendekati tempat mereka berdiri. dirinya seorang pemburu yang cakap. Dan pujian yang dalang dari Wak
Kedua ekor rusa datang bertambah dekat, tak syak sedikit juga pu Katok, yang di anggap termasuk salah seorang pemburu yang tercakap di
bahwa maut menunggu mereka. kampungnya, adalah salah satu pujian yang sungguh tidak dapat di tolak.
Kemashurannya sebagai pemburu nanti akan bertambah tersiar di kampungnya “ jangan- jangan dia lagi memburu rusa ini”, ketika kalian
dank e kampong lain. Sutann dan Wak Katok akan bercerita, betapa dia menembaknya dan merebutnya dari dia,” kata Pak Balam yang selalu cepat
menembak dari jarak jauh, dalam udara yang gelap samar, dan penuh kabut. melihat segi yang tergelap dari setiap keadaan.
Orang akan memuji ketangkasannya membidik, ketenangannya menembak,
Zaitun akan mendengar cerita- cerita ini – Ah senang sungguh hati buyung. “ Ah benar juga,” kata sanik merasa lega.

“ Lebih baik panggil kawan-kawan yang lain,” kata Wak Katok, “ biar “paling baik rusa ini cepat kita kemasi, dan kita cepat berangkat
kita dukung rusa ini ketempat kita bermalam. Disana saja kita kuliti. meninggalkan tempat ini, “ kata pak haji.

Sutan berdiri, dan berlari kembali menyeberangi sungai, dan dia terus Mereka pun dengan cepat memotong- motong daging rusa, sedang
berlari kevil pergi memenggil kawan- kawannya yang lain. Mereka mendengar Sanib dan Talib bergeges masak makannan pagi.
auman harimau yang pertama kalinya, ketika mereka telah tiba membawa rusa
Daging rusa mereka bagi-bagi, dan setelah mereka garami dan beri
di tempat bermalam dan rusa telah di gantungkan kepada sebuah cabang bumbu yang telah mereka sediakan dari kampong, lalu daging di bungkus
pohon yang kuat, dan Wak Katok baru saja selesai menggulitinya. didalam daun pisang hutan, dan mereka simpan kekeranjang mereka masing-
Auman harimau itu datangnya seakan datang dari tempat mereka masing.
menembak rusa, harimau mengaum sekali saja, keras, dan hebat, akan tetapi “Sayang tak sempat kita asapi” kata Talib.
singkat.
“ nanti saja, ditempat kita bermalam nanti, “ kata Sanib.
Ketika mendengar bunyi harimau mengaum, mereka serentak berhenti
bekerja. Wak Katok menghentika pisaunya yang hendak sekaligus melepaskan Sanib membakar hati rusa untuk makan pagi itu, dan sebentar
kulit rusa dari badannya, dan lain duduk, atau berdiri kaku. Mereka memasang kemudian wangi hati bakar memenuhi udara, dan membuat mereka lupa pada
telinga mereka menunggu auman kedua, akan tetapi setelah beberapa waktu, harimau yang mengaum.
auman harimau tak berulang kembali, mereka saling berpandangan.
Ketika mereka akan berangkat, Wak Katok berkata kepada buyung:”
Seluruh rimba ikut terdiam. Serangga pun berhenti menyanyi. Biar aku yang membawa senapan.”

Wajah mereka membayangkan rasa terkejut yang mereka rasakan. Mereka lalu menyebrangi sungai karena dari sini mereka mengambil
Sutan yang mula- mula memecahkan kesunyian dengan berkata,: jalan singkat mendaki dan menuruni gunung, untuk tiba kembali nanti petang
di pinggir sungai tempat mereka akan bermalam.
“Aduh, ada nenek dekat disini.”
Mereka berjalan beriringan seorang demi seorang dengan Wak Katok
Ucapan Sutan seakan melepaskan mereka dari kekuatan gaib yang yang membawa senapan berjalan paling belakang. Pak Haji berjalan paling
memukau mereka. depan. Tanpa disuruh oleh siapapun juga, mereka kini berjalan lebih hati- hati,
Pak haji menyelah:” Barangkali dia lagi berburu.” san lebih sering memasang telinga mereka, dan malah mereka lebih waspada
dan lebih tajam memperhatikan hutan di sekeliling mereka. Setiap gerak dan
bunyi kini mereka perhatikan dan artikan lebih cermat dari biasa.
Dalam rimba belantara sebuah kealpaan dapat menjadi sebab Mereka sembahyang magrib bersama- sama dekat ap unggun. Mereka
terjadinya kecelakaan besar atau malahan kehilangan nyawa sendiri. Mereka merasa aman di dalam panas, dan terang api unggun semakin lama udara dia
tidak menyebut- nyebut harimau, akan tetapi masing- masing amat menyadari atas mereka semakin kabur. Langit di sebelah barat kuning kemerah- merahan,
beban daging rusa segar yang di simpan didalam daun pisang hutan didalam di bahagian langit yang lebih tinggi tersebar warna ungu tua dan kemudian
keranjang punggung. Danging yang masih amat segar dan berdarah ilu tiba- tiba seluruh lagit menjadi gelap. Dan malam pun turun. Tinggallah hanya
meninggalkan jejak yang amat jelas bagi harimau atau binatang buas lain. api unggun yang kuning dan merah membakar tinggi dan besar, menerangi
Mereka pun tahu bahwa darah daging rusa ada y ang menetes turun dari lingkaran di depan pondok tempat mereka tidur, merupakan sebuah pulau
keranjang ketanah yang mereka lewati. berisi manusia di tengah rimba belantara yang gelap dan penuh rahasia.

Sepanjang pagi mereka berjalan secepat mungkin, tanpa banyak Mereka bertujuh sembahyang di dalam keamanan pelukan sinar api
berkata- kata. Jalanpun agak licin, karena rupanya kemarin hujan. Baru lewat dan seruan Allahu Akbar pak haji terdengar lantang mengisi malam,
tengah hari, mereka mulai merasa agak lega dalam hati, setelah sepanjang hari menyampaikan segala pujian, kepada Tuhan yang maha kuasa, Pencipta
tidak melhat tanda- tanda harimau mengikuti mereka, dan ketika mereka seluruh jagad dan seluruh alam luas, rimba belantara, dan dunia terang api
berhenti untuk makan tengah hari di pinggir sebuah anak sungai kecil yang unggun kecil mereka di tengah lautan gelap rmba belantara, dan pencipta diri
turun cepat dari atas gunung, hamper- hamper mereka dapat melupakan mereka pula.
ancaman harimau meskipun mereka masih tetap awas dan terus juga
membperhatikan rimba disekelilingnya. Setelah sembahyang mereka makan. Mereka membakar daging rusa,
kini mereka makan dengan lezat sekali, keletihan berjalan cepat dan
Mereka tak lama berhenti disana, akan tetapi segera setelah makan kekwatiran yang memburu ereka sepanjang hari ini diganti dengan keenakan
lalu meneruskan perjalanan. Mereka ingin tiba di tempat bermalam baru. makan dan melepaskan lelah. Dan untuk pertama kalinya sejak mereka mulai
Lama sebelum senja akan tiba. berangkat tadi pagi, kini Sanib mulai bertakar dan tertawa. Perlahan- lahan
kekencangan urat syaraf mereka mulai kendor, mereka mulai merasa biasa
Mereka tiba disana jam setengah lima petang. Dengan cepat mereka kembali. Setelah makan Pak Balam merasa perutnya mules. Pak Haji berkata
membuat pondok bermalam. Jika biasanya pondok tak mereka beri dinding, bahwa dia terlalu banyak makan memakan daging rusa. Pak Balam berdiri lalu
akan tetapi sekali ini mereka pasang dinding dengan dahan- dahan dan daun- pergi ke sungai tempat dia melakukan hajatnya tak jauh dari tempat mereka
daun di ketiga sisinya,kecuali disisi depan yang menghadap api unggun. Anak- bermalam. Sinar api unggun masih mencapai pingggir sungai. Dan pak balam
anak muda seperti Buyung, Sanib, Talib, Dan Sutan mengumpulkan kayu api duduk di perbatasan yang samar- samar antara pingggiran lingkaran cahaya
banyak- banyak. Mereka bermaksud hendak memasang api unggun mungkin api unggun, dan pinggiran tempat mulainya kegelapann hutan di sungai. Pak
sampai pagi. Balam duduk mencakup diatas batu, menhadap api unggun.\, dan
Mereka juga hendak mengasap daging rusa supaya jangan busuk. Wak membelakang di kegelapan hutan. Dan itulah kesalahan besar yang di
Katok tetap memgang senapannya. lakukannya….

Hari telah hampir jam enam. Ketika mereka siap, Talib telah memasak 0oooo0
nasi mereka lalu mengambil air sembahyang. Bunyi- bunyi hutan yang biasa SANG harimau telah dua hari menderita lapar. Dan dia telah tua.
terdengar di waktu senja kini memenuhi udara senja seperti biasa. Tenaganya tak cukup tua lagi, dan larinya tak cukup cepat pula untuk
mengejar buruannya yang biasa seperti babi atau rusa. Dia dahulu sungguh
seekor harimau jantan yang gagah perkasa, dan lama lagi menjadi raja di hutan mengejutkan mereka yang di buruhnya. Dia menunggu- nunggu kesempatan
besar. Sepanjang ingatanyya tak pernah dia menderita kelaparan seperti yang baik untuk melakukan serangan.
sekarang. Badannya besar dan tinggi. Pada waktu muda, dengan mudahnya dia
dapat menerkam dan melarikan seekor rusa yang besar. Dan pernah dia Tiba- tiba harimau tua bergerak, bersikap siap, ketika melihat seorang
beberapa kali menerkam dan melarikan seekor rusa besar. Dan pernah dia diantara mereka melepaskan diri dari lindungan cahaya api, dan melangkah
beberapa kali menerkam dan membunuh dan menyeret ke dalam hutan sendiri menuju kegelapan sungai. Orang itu duduk mencangkung di air.
beberapa ekor sapi yang di jumpai di luar desa. Sejak dua hari dia telah Harimau menegangkan seluruh badan dan otot- ototnya, siap untuk
mengejar- ngejar sepasang rusa, seekor jantan dan betina muda. Akan tetapi melompat, dan kemudian – dengan auman yang dahsyat dia melancarkan
kedua ekor rusa itu amat awas sekali, dan selalu dapat melarikan diri sebelum
dirinya dari tempat persembunyiannya- pada saat pak Balam mendengar bunyi
dia sempat menerkamnya. auman harimau, secepat kilat dalam kepalanya timbul kesadaran, bahwa dialah
Kinii dia mulai merasa letih. yang menjadi sasaran terkaman harimau. Dia melompat berdiri hendak lari,
akan tetapi kakinya tergelincir dan dia terjatuh sepanjang badannya ke dalam
Tadi pagi ketika dia merasa telah dekat sekali pada rusa betina, air, dan belum sempat dia bangun dan lari kembali, sang harimau telah tiba,
pemburuannya terganggu oleh bunyi yang amat hebat sekali, yang dan menerkam kakinya. Seandanya Pak Balam tak terjatuh, maka sang
memecahkan dan merobek udara dalam hutan. Rusa betina yang tadi di harimau akan tepat menerkam kepalanya atau lehernya, akan tetapi mulut
lihatnya telah mendekati rusa jantan, lari terbang amat cepatnya, sedangkan harimau dan gigi- giginya yang tajam dan kuat menerkam betis kaki kirinya,
rusa jantan jatuh. Dia pun melarikan diri segera setelah bunyi keras yang dan harimau ulalu menyeretnya ke dalam hutan. Bunyi- bunyi serangga dan
mengejutkannya memenuhi udara. Dan kemudian, beberapa jam kemudian, margasatwa terdiam beberapa saat sehabis auman harimau. Kebekuan yang
beberapa jam kemudian, didorong oleh rasa laparnya maka dengan hati- hati menyerkap mereka karena amat sangat terkejut mendengar auman harimau
dia kembali ketempat rusa jantan terjatuh.yang tinggal hanya bekas- bekas yang menerkam, dengan cepat cair mereka yang mendengar jerit pak Balam
darah yang telah membeku ditanah. Dengan lidahnya dijilatinya darah rusa minta tolong.
yang telah membeku. Darah yang dijilatinya hanya tambah mengobarkan rasa
laparnya, dan rasa laparnya mendorongnya untuk mengikuti jejak mereka. Dia Reaksi kawan- kawannya disekeliling api unggun cukup cepat. Wak
menjumpai tempat mereka menguliti dan memotong daging rusa. Dan disana Katok segera mengambil senapan, yang muda- muda melompat menghunus
dia menemui tulang- tulang. Usus rusa, yang dengan lahapnya di makannya. parang panjang, dan segera berlari ketepi api mengambil sepotong kayu yang
Akan tetapi apa yang tinggal sama sekali tidak menenangkan rasa laparnya. menyala, dan mereka terus berlari ke tempat pak Balam. Melihat Pak Balam
Sebaliknya dia merasa bertambah lapar. telah taka da , mereka lalu pergi berlari mengejar ke seberang sungai, karena
mereka dapat melihat semak- semak yang bergerak- gerak bekas dilalui
Sepanjang hari dengan berhati- hati dia mengikuti manusia dan daging harimau, dan dapat mendengar jeritan pak Balam, yang kesakitan, yang
rusa dari jauh. ketakutan dan minta tolong. Wak Katok berlari di depan dengan senapannya,
disusul segera oleh Buyung dan yang lain. Sutan melemparkan potongan
Sang harimau bertambah yakin bahwa sekali ini pemburuannya akan kayunya yang menyala- nyala sekuat- kuat tenaganya ke arah harimau yang
berhasil. Dia bersembunyi dan menunggu dengan sabar di pinggir sungai, dan melarikan Pak Balam, dan tak lama kemudian mereka tiba di suatu tempat
memperhatikan manusia- manusia membuat pondok dan memasang api. yang agak terbuka, dan gelap malam mereka dapat melihat harimau berlari
Wangi daging yang dibakar menyebabkan rasa laparnya bertambah hebat, dan
dengan susah payah dia menahan diri tidak menggeram, yang munghin akan
cepat menyeret Pak Balam. Mereka berteriak keras- keras, dan Wak Katok tolong. Baru sejam kemudian, dia mulai tenang, dan melihat berkeliling,
mengangkat senapannya, dan membidik lalu menembak. memandangi mereka seorang demi seorang.

Mereka melihat harimau melepaskan Pak Balam, dan terus berlari, dan Tiap sebentar pak Balam mengucap – La ilaha illallah – la ilaha
terus menghilang ke dalam hutan yang lebih gelap. Dengan cepat mereka illallah – diseling oleh erang kesakitannya .
berlari ketempat Pak Balam terbaring. Dalam cahaya samar- samar dari
potongan kayu yang menyala mereka melihat betapa kaki kiri Pak Balam Kemudian ketika dia lebih tenang dia memandangi kawan –kawannya
hancur betisnya kena gigitan harimau, daging dan otot betis koyak, sehingga kembali , lalu berkata : “ sudah sampai ajalku kini. Rupanya aku mesti juga
kelihatan tulangnya yang putih, dan darah mengalir amat banyak. menebus dosaku.”

Pakaikan pak Balam koyak-koyak,dan seluruh badanya penuh luka- Pak Haji berkata.
luka kecil dan gores-gores merah,kana duri,batu dan kayu ketika di larikan
‘’Hus, diamlah, jangan ingat mati. Awak sudah selamat kini. Telah
harimau,mukanya berdarah. Darah keluar dari hidungnya dari mulutnya. pula diobati oleh Wak Katok . tenanglah. Cobalah tidur.”
Mukanya berdarah. Pak Balam kelihatannya pingsang,tak sedar diri,dia hanya
terbaring di sana mengerang-ngerang. “tidak, dengarkan kataku,” kata pak Balam menguatkan hatinya, “Aku
telah dapat firasat dan dapat mimpi. sebelum kita berangkat dari kampung, dua
Buyung, Sanip,talib,pak Haji dan sultan mengangkatnya. Wak katok malam sebelumnya, dan malam kita akan meninggalkan humah Wak Hitam.
telah mengisih senapangnya kembali, dan dengan wak katok berjalan di Tetapi ketiak itu aku masih berharap Tuhan akan mengampuni dosaku, dan
belakang,mereka cepat-cepat membawa pak Balam ke tempat api unggun. melindungi kita semua. Tidak aku seorang saja. Akan tetapi semua kita akan
Ketika tiba di tempat terang, lebih nyata lagi betapa dahsyatnya luka- mendapat celaka dalam perjalanan, yaitu tiap kita akan melaukukan dosa
luka yang diderita oleh pak balam. Selain gigitan harimau yang membelah, besar….’’
pungunganya pun luka dalam kena cakaran harimau, dan seluruh badan luka- Buyung tiba-tiba sejuk dalam hatinya, mendengar ucapan pak Balam
luka. Wak katok menyuruh talib masak air panas.
ini. Taukah pak Balam akan dosanya ? dia melihat kepada kawan-kawannya
Dari sebuah katong di dalam keranjang berasnya,wak katok yang lain, ingin tahu apakah airmuka mereka berubah juga mendengar kish
mengeluarkan daun dan ramu-ramuan. Mereka menbersihkan luka-luka, pak pak Balam, apakah mereka juga masing-masing menyimpan dosa-dosa besar
Balam dengan air panas, dan Wak Katok menutup luka besar di betis dengan yang mereka sembunyikan dari orang lain? Ataukah dia sendiri saja yang
ramuan daun-daunan, yang kemudian mereka bungkus dengan sobekan kain mempunyai dosa besar yang harus di tebusnya?
sarung pak Balam. Kemudian Wak Katok merebus ramuan obat-obatan sambil tetapi tidakkah dia meminta ampun kepada Tuhan?
membaca mantra-mantra, dan setelah air mendidih, maka air obat dituangkan
ke dalam mangkok dari batok kelapa. Setelah air agak dingin Wak Katok Buyung tak daopat meliat sesuatu pada wajah kawan-kawannya yang
meminumkannya pada pak balam sedikit demi sedikit. samar- samar di terangi api unggun.

Pak Balam sudah agak sadar, akan tetapi belum dapat berbicara Muka Wak Katok tetap kelihatan keras dan kukuh. Muka pak Haji
dengan terang. Dia mengerang terus, dan sebentar-sebantar menjerit minta sabar dan tenang, dan dimuka kawan-kawannya yang lain lebih muda seperti
Talib, Sanib dan Sutan dibacanya perasaannya sendiri juga, yang
mencerminkan rasa tegang yang mereka rasakan sejak harimau datang “Dan mimpiku yang kedua lebih seram laagi di rumah Wak Hitam.
menyerang. Akan tetapi dia tidakk dapat membaaca wajah mereka apakah Aku lagi bermimpi memanjat pohon, hendak mengambil akan burung Beo
mereka juga menyembunyikan dosa-dosa. disarangnya. Kalian, antaranya juga pak Haji berdiri di bawah pohon melihat
aku manjat. Pohonnya besar dan tinggi dan anehnya – semakin tinggi aku
Wak Katok berkata: “Apa mimpi awak, pak Balam? Coba ceritakan, memanjt pohon terasa bertambah tinggi saja, dan sarang burung bertambah
barangkali kita masih dapat mengelakkan bala yang hendak menimpa kita. jauh diatas. Aku menjat juga cepat – cepat, akan tetapi pohon tumbuh
Megapa tak ceritakn dahulu di kampung? Aku ‘kan dapat membaca mantra bertambah tinngi lebih cepat aku meras letih sekali, tetapi aku paksakan juga
atau membuat jimad untuk kita semua?’’ memanjat, dan tiba – tiba pohon tumbang, dan aku terjatuh bersaa pohon, dan
kalian pun berteriak- teriak hendak melarikan diri, tetapi kita semua masih
‘’Aduh, kini sudah terlambat, salahku juga, “ kata pak Balam.
“Denagrlah,” tambahnya, “dua hari sebelum kita berangkat kehutan damar terhimpit di bawah pohon, dan alangkah ngerinya sedang kita tak dapat
aku bermimpi. Aku bermimpi rasanya pergi naaik perahu ke danau dengan bergerak melarikan diri, datanglah ular besar- besar amat banyaknya penuh
Wak Katok, pak haji, Sutan dan Sanib. Darr ada dua orang lagi kawan di atas disekeliling kita. Aku terbangun dengan nafas ketakutan semuanya ini mimpi
perahu,akan tetapi tak jelas padaku mukanya. Bukan Buyung dan bukan Talib. alamat – alamat yang tidak baik saja. Aku membaca ayat quran banyak –
Entah siapa mereka, tak jelas begitu kemudian, setelah aku terbangun kita banyak setelah bangun untuk mengusir setan – setan jahat yang datang
pergi menagkap ikan ditengah danau. Aduh banyaknya ikan yang kita dapat. mengganggu. Tetapi rupanya memang sudah ditakdirkan hanya sampai disini
Penuh perahu. Pak haji berkata ‘sudah mari kita pulang, nanti perahu terlalu umurku.” Pak Balam terdiam, dan memandangi mereka dengan mata yang
berat,jika datang angina dan ombak besar, mugkin terbalik. Akan tetapi Wak kini bersinar sayu.
Katok berkata ‘jangan kita berhenti dahulu, kepalang benar, lagi ikan banyak, Mereka tak dapat berkata sesuatu apa, hanya pak Haji saja yang
marilah ita menangkap ikan terus.’ Dan Sutan dan Sanib dan akupun perlahan – lahan membacakan ayatt – ayat Quran untuk menenangkan hati Pak
menyokong usul Wak Katok. Demikianlah kami terus juga menagap ikan. Dan Balam dan juga hati mereka semua.
ikan yang kami dapat semakin banyak, hingga sungguh-sungguh perahu jadi
teralu penuh dan perahu terbenam dalam. Tak sampai sejari lagi, airpun akan Kemudian Pak Balam tiba –tiba memutar kepalanya dan memandang
masuk ke dala perahu. Dalam mimpiku Wak Katok terus menyuruh kami pada Wak Katok, dan sinar matanya berubah jadi kencang dan kuat dan keras,
memancing, sedang aku tak menyangkanya, meskipun dalam hatiku, aku tahu, dan dia berkata dengan suara garau :
bahwa sebenarnya kami telah lama harus berhenti, dan ahrus segara pulang.
Benar juga kekawatiranku, karena tak lama kemudia aku mendapat seekor “karena engkaulah Wak Katok maka aku harus menebus dosaku dulu
ikan yang sangat besar, dan meskipun yang lain menolong untuk seperti ini” Wak Katok memandang padanya , dan ganjil sekali, sebuah
mengangkatnya ke dalam perahu, aka tetapi iakn besar itu amat kuat, dan perasaan takut seakan kelihatan melayang menutupi mukanya sebentar, dan
malahan menarik tali pancing dan perahu beserta isinya ke tengah danau, dan kemudian menghilang cepat tak ubahnya seakan bayangan gelap dan terang
semakin lama semakin cepat….dan tiba-tiba udarapun jadi gelap, topan tiba, dari api unggun yang selama ini bermain diatas muka dan tubuh mereka dan
angi berhembus kencang, ombak menjadi besar, perahu oleng, dan terus juga gelap hutan disekelilingnya, diselingi oleh sesuatu bayangan lain yang lebih
ditarik, oleh ikan besar, dan tiba-tiba perahu pun terbalik-habis semua ikan gelap dan menyeramkan hati. Wak Katok berdiam diri, dan mereka semua
kami tangkap sepanjang hari tertumpa kembali kedalam danau dan kami, berdiam diri setiap mereka merasa , bahwa sesuatu unsur baru yang
semua jatuh kedalam air-aku terbangun basah keringat, ditelingaku asih megandung rahasia dan asing seakan telah memasuki dunia kecil mereka
terdengar pekikan kami semua, ketakutan an bunyi deru badai dan angin...’’ disekeliling api unggun. Dalam hati mereka seakan ingin hendak
memerintahkan kepala Pak Balam untuk tidak membawa unsur baru yang tak pergilah engkau dahulu , aku segera menyusul maka akupun terus berangkat
dikenal dan menakutkan itu ke tenagh mereka. Akan tetapi tak seorang juga tanpa kembali lagi melihat Sarip didalam pondok.
mencoba menghalangi Pak Balam berbicara terus, Wak Katok pun tidak.
Tak lama kemudian Wak Katok menyusul aku dan kami berangkat
“Terjadi dahulu….”cerita Pak Balam, suaranya kini lebih kuat, ketempat persembunyian aku. Aku tak pernah menanyakan kepada Wak
“diwaktu pemberontakan ditahun 1926 melawan Belanda. Aku satu pasukan Katok apa yang terjadi dengan Sarip. Aku tahu apa yang terjdi. Wak Katok
dengan Wak Katok. Wak Katok pemimpin pasukan kami. kami baru saja habis kembali kepondok dan membunuh mati Sarip dan melemparkan Sarip kedalam
melakukan pertempuan dengan serdadu musuh. Kami melarikan diri, dan sumur. Ini aku ketahui, setelah pemberontakan dikalahkan oleh Belanda.
dikejar- kejar oleh pasukan musuh. Akan tetpai setelah setengah haridikejar – Tetapi aku tidak pernah membicarakannya dengan Wak Katok. Sejak hari itu
kejar, kami berhasil meninggalkan pasukan Belanda, dan bersembunyi hingga hari ini, barulah kini aku menceritaka hal ini.
disebuah lading yang ditinggalkan yang punya. Pasukan kami telah bercerai
berai, dan hanya kami yang tinggal bertiga yang asih bersama sama Wak Aku ikut bersalah. Aku berdosa. Barangkali aku lebih bersalah lagi
Katok, Sarip dan aku. Sarip kawan kami, luka di pahanya, dan darah di dari Wak Katok. Karena dalam hatikuaku telah tahu apa yang hendak
pahanya masih mengalir terus menetes netes. Ketika kami tiba diladang dilakukan oleh Wak Katok, ketika dia membawa aku pergi ke sumur. Tetapi
kosong, dia sudah lemah sekali, hamper tidak dapat berjalan. Naik kepondok hati ku begitu cinta pada hidup dewiku , hingga aku rela membayar apa saja
yang kosong pun terpaksa dia kami tarik. Didalam pondok kami batut lukanya agar aku dapat hidup terus biarlah Sarip yang mati asal aku dapat hidup. Aku
sebaik mungkin akan tetapi kami tak mempunyai obat-obat yang diperlukan. amat pengecut sekali, aku takut mati aku tak mau mati jika aku melarang Wak
Tempat persembunyian pasukan kami masih jauh, kira-kira lima jam berjalan Katok, dan berkeras supaya Sarip kami bawa pasti Wak Katok menuruti
lagi dari ladang itu. Di sana ada bekal makanan. Kami tak punya mkanan sama kehendakku tetapi aku biarkan saja. Otrang yang membiarkan orang lain
sekali. Tak mungkin pula membawa si Sarip kesana , karena perjalanan akan melakukan kejahatan dan dosa, dia mampu menghalanginya , sama besar
lambat sekali, dan kami tak mungkin tiba disana sebelum hari gelap. dosanya dengan orang yang melakukan dosa itu. Apalagi jika ia tahu, bahwa
Perjalanan ketempat persembnyian amat sukar dan berat. Meninggalkan Sarip karena perbuatan dosa itu, dia sendiri mendapat keuntungan. Itulah perbuatan
di ladang tak mungkin pula. Kami takut pasukan Belanda dengan mudah dapat Wak Katok, kawanku yang amat karib yang pertama, yang aku biarkan, dan
mengikuti jejak kami hingga keladang, karena darah Sarip yang menetes akupun tak kurang ikut memikul dosanya. Selama pemberontakan banyaklah
sepanjang jalan. Kami pun merasa khawatir karena setiap saat pasukan patrol hal-hal yang aku biarkan Wak Katok melakukannya, dan akupun harus
Belanda akan tiba dan menyergap kami diladang kosong. memikul dosanya. Seperti Wak Katok memperkosa istri Demang, kemudian
membunuh Demang, istri dan tiga orang anaknya,dan merampas emas dan
Jika Sarip ditinggalkan, kami khawatir akan dipaksa oleh pasukan perak di rumah demang.aku ada bersama wak katok berbuat dosa demikian.
Belanda menunjukkan tempat persembunyian kami. apa yang mesti
dilakukan. Wak Katok mengajak aku pura pura prrgi ke sumur umtuk Kami berperang melawan belanda dan tidak memerangi perempuan
membicarakannya. dan anak-anak yang tak berdosa…’’

Wak Katok bertanya apa yang mesti di lakukannya, tetapi aku tidak Pak balam berhenti berbicara, matanya masih juga mamandangi muka
dapat menjawab dengan pasti. Kemudian Wak Katok berkata bahwa kami Wak Katok tetapi kini sinar matanya tak lagi keras tetpi berubah jadi lembut,
harus berangkat cepat. Bangaimana Sarip tanyaku, dan Sarip menjawab dan dia seakan hendak mengulurkan tangannya kepada Wak Katok, akan
‘serahkan padaku.’ Aku berpikir panjang lagi, dan ketika Wak Katok berkata, tetapi rupanya dia merasa tak berdaya, karena tangannya yang telah mulai
bergerak, turun kembali, kesisinya, dan airmuka Pak Balam bertambah
berubah, kini mulai jadi terang dan seakan segala keterangan dan tekanan yang Buyung menyuruh hatinya dan pikrannya diam, jangan
selama ini mengungkung jiwa dan pikirannya muai menhilang. Sinar matanya mengingatkannya pada dosanya.
menjadi jernih, wajahnya jadi tenang, dan seakan sebuah senyuman hlus
hinggap dibibirnya dan suara yang halus sekali dia berkata: Pak Haji juga demikian.

“Aku merasa ringan kini aku sudah menceritakan pada kalian didepan Wak Katok duduk dengan airmuka yang keras dosanya telah diceritakan
Wak Katok beban dosa yang selam ini menghimpit hatiku dan kepataku. Aku sebagian terbesar oleh Pak Balam dan tentang dosanya yang terakhir, dia
sudah mengakui dosaku, dan tolonglah doaakan supayaTuhan suka kiranya yakin sekali, tak seorang juga yang tahu,dan dia tak akan hendak
mengampuni segala dosaku, dan juga menampuni dosa Wak Katok Pak balam menceritkannya kepasa siapa pun juga. Biarlah orang lain dahulu mengakui
mendekatkan kedua belah tangannya seperti orang mendoa dan mulutnya dosa- dosanya .
komat kamit Pak Haji bertakbir, perlahan –lahan : Allahu Akbar Allahu Akbar Pak Balam kemudian terdengar berkata dengan suara seprti orang
Allahu Akbar! mengigau :,, Awaslah, harimau itu dikirim oleh Tuhan untuk menghukum kita
Wak Katok duduk mencangkung juga diam- diam. Airmukanya kaku tang berdosa – Awaslah harimau – dikirim Allah – awalaslah harimau –
dank eras dan agak menakutkan. akuilah dosa –dosa kalian – akuilah dosa dosa kalian.,,

Kemudian Pak Balam membuka matanya, dan memandang mencari Mereka diam saja mendengarkannya rasa takut mulai timbul dalam
mata Wak Katok, dan ketika pandangan mereka bertaut Pak Balam berkata hati mereka seluruh gelap rimba raya disekeliling terasa penuh dengan
pada Wak Katok : ‘’ Akuilah dosa-dosamu, Wak Katok dan sujudlah kehadirat ancaman dan raksasa hitam yang ganas yag bersembunyi menunggu saat
Tuhan, mintalah ampun kepada Tuhan Yang Maha Penyayang dan Maha hendak menerkam, dan meraka merasa seakan harimau gelisah berjalan modar
Pengampun akuilah dosa- dosa kalian, juga kalian yang lain, supaya kalian mandir di seberang batas gelap anatara pinggiran lingkaran api dan gelap
dapat selamat keluar dari rimba ini, terjauh dari bahaya yang dibawah hutan, mengawasi mereka, memeriksa dosa- dosa mereka, memutuskan siapa
harimau…biarlah aku seorang jadi korban”. lagi yang harus di hokum karena dosanya.

Pak Balam menutup matanya kembali dan dia terbaring demikian, Mereka tak berani lagi berpandangan muka, takut yang lain akan dapat
letih berbicara begitu banyak. membaca apa yang mereka rasakan dan pikirkan,karena ucapan –ucapan Pak
Balam yang masih terus juga dari waktu ke Waktu keluar dari mulutnya –“
Mereka duduk mengelilinginya dengan pikiran masing-masing. Cerita akuilah dosa- dosa kalian – bawalah harimau – dikirim Allah – akuilah dosa-
Pak Balam menimbulkan kesa yag dashyat sekali dalam hati merka. Mereka dosa kalian’’ memaksa mereka untuk memamdang denagr jujur kedalam lubuk
ingin dapat selamat sampai kekampung, meninggalkan hutan denagn harimau hati memaksa mereka meninjau kembali perbuatan-perbuatan selama hidup
maut jauh- jauh dibelakang. Akan tetapi mengakui dosa- dosa di depan kawan dan aduh, banyaklah dosa dan kesalahan yang mereka lihat. Mata mereka silau
semua. melihat kejahatan dan dosa- dosa mereka sendiri mereka lebih suka
menyembunyikan dan tidak melihatnya tak mengingatnya dan tak
Aku tak berdosa, taka da dosa yang harus aku akui pikir Sanip. menbukanya. Jangankan membukanya kepada orang lain , kepada diri sendiri,
Aku tak punya dosa yang mesti aku akui kata Talip dalam hatinya. masing –masing enggan dan tak hendak mengakuinya karena orang yang
mencoba membuka kebenaran dibenci dan dimusuhi oleh mereka yang
Aku tak punya dosa kata Sutan pada dirinya. bersalah dan berdosa. banyak orang yang takut hidup mengahadapi kebenaran,
dan hanya sedikit orag yang merasa tak dapat hidup tanpa kebenaran dalam negeri? Mungkin dia juga telah membunuh orang, telah menipu orang, dia
hidupnya . mungkin telah mencuri dan merampok, tetapi, karena tak ada orang lain yang
tahu, maka dia dapat duduk di sana dekat pak bulam, seperti seorang keramat
Mulai pula timbbul disamping rasa takut mereka, rasa tak senang dan seorang saleh, sambil membaca-baca ayat Qur’an, seakan dirinya masih
kepada diri Pak Balam, yang mereka kasihani selama ini, sejak dia di terkam bersih dan suci, dan hanya wak katok yang penuh dosa dan kotor dan harus
harimau dan berkat ketangkasan mereka bersama berhasil mereka rebut mengakui dosa-dosanya dan minta ampuna kepada Tuhan, supaya mereka
kembali dari rahang hariamau. Dan kini, Pak Balam yang telah mereka semua selamat dari bahaya harimau. Dan si sinip orang muda yang periang,
selamatkan itulah pula yang menyuruh mereka membongkar kompor- kompor yang suka menyanyi, siapa tahu itu juga hanya topeng yang dipakainya saja di
rahasia dalam hati dan jiwa mereka. depan orang lain. Entah dosa-dosa gelap apa yang telah dilakukannya dan di
Dalam hatnya Wak Katok seakan mersa menyesal, mengapa mereka sembunyikannya di belakang ketakutannya yang periang dan adatnya yang
telah menyelamatkan Pak Balam. santun pada orang-orang tua di kampung.

Seandainya Pak Balam dibiarkan dimakan harimau, maka sama sekali Bukan tak mungkindia pun telah pernah mencuri, ataupun berzinah
taka da timbul persoalan harus mengakui dosa –dosa ini untuk menyelamatkan dengan seseorang umpamanya di kampung. Jangan-jangan bini muda ayahnya
diri. Dan rahasia hidupnya sendiri, yang selama puluhan tahun telah tertutup sendiri. Pernah dia digujingkan orang kampung, karena ada cerita yang
rapat, dan hanya diketahui Pak Balam saja kini telah diketahui pula oleh lima melihat dia bercubit-cubitan dengan bini muda ayahnya, sedang ayahnya tak
orang lain, orang sekampungnya, apakah mereka akan menutup mulutnya? ada di rumah. Dan si talib, itu pun orang pendiam seperti air di lubuk yang
dalam. Pamannya yang sudah mati dulu pernah di buang ke pulau
Tidakkah mereka nanti jika tiba dikampung akan meceritakan kepada istrinya,
atau kawan –kawan mereka, apa yang telah mereka dengar dari Pak Balam? nusakambangan, karena mengamuk di pasar dan menikam sampai enam orang,
Sungguh terkutuklah Pak Balam, terkutuklah harimau itu, terkutuklah kawan- dan empat orang sampai mati. Darah keluargannya darah gelap juga.
kawannya sendiri yang hadir dan mendengar Pak Balam berceita. Apa yag Dia pun mungkin telah melakukan kejahatan dan dosa-dosa besar, hanya
mesti dilakukannya supaya mereka berjanji untuk tidak meneruskan cerita Pak orang lain saja tak ada yang tahu. Menurut cerita orang meskipun dia sudah
Balam kepada siapapun juga ? magapa Pak Balam tak membiarkan apa yang berbini, akan tetapi dia suka juga tidur di surau bersama dengan anak lelaki
talah terjadi tinggal di dalam kubur masa yang telah mati yang telah jauh yang muda-muda. Dan sutan – ah, sedikit pun dia tak dapat di percaya dengan
ditinggalkan jauh dibelakang? Apa gunanya menariknya kembali, dan perempuan. Dia tukang mengejar perempuan, tak peduli tua atau muda. Kata
menghidupkannya kembali, mengapa orang tak membiarkan tulang –tulang orang dia suka bertemu dengan siti rafiah, janda muda. Pasti mereka telah
yang terkubur tetap tinggal didalam pelukan tanah. Apa gunanya berzinah berkali-kali. Dan si buyung, - meskipun dia masih muda, akan tetapi
membongkarnya dan mempertontonkannya kepada semua orang? dia juga tak dapat di percaya , anak-anak muda sekarang tak lagi
Dan tiba- tiba rasa tak senang juga meliputi kawan- kawannya yang lain – Pak mempedulikan ajaran agama dan adat. Mereka hanya menurt kemauan dan
Haji, Talib,Sutan, dan Buyung. Mereka ini telah mendenagr cerita tentang nafsu saja. Daia sejak lama telah meminta supaya diajar ilmu guna-guna. Tak
kejahatan dan dosa- dosa dari mulut Pak Balam akan tetapi dia Wak Katok, lain tujuannya untuk menggoda perempuan saja. Dia pun tukang berzinah
tak mengetahui dosa- dosa mereka masing- masing. Pasti setiap mereka juga juga. Mereka semuannya berdosa, wak katok memutuskan dalam hatinya.
Akan tetapi mengapa hanya dosa-dosaku saja yang harus di bongkar oleh pak
mempunyai dosa –dosa yang mereka rahasiakan dan tutp rapat –rapat. Pak
Haji, yang pura-pura Sholeh dan bijaksana itu, apa yang tidak di lakukannya bulam?
selama hidupnya, apalagi selama petualangnya bertahun – tahun di luar
Dan sebenarnya pula, apakah sungguh dosa yang telah dilakukannya itu. halus. Kerja ini berbahayajuga. Baiklah kalian membelakangi aku. Dan
Bukankah itu perbuatan per-.... janganlah jangan pak balam sampaidapat melihat kepadaku.”

*************Halaman 106-107 hilang********** Mereka mengubah duduk, membelakangi api dan melihat ke dalam gelap
hutan. Mereka hanya mendengar bunyi-bunyi yang dibuat wak katok
karena itu mereka dengan penuh harap memnadang kepada wak katok. melakukan pemeriksaannya, dan tiba-tiba mereka mencium bau menyan
Wak katok lama berdiam diri, air mukannya menunjukkan seakan dia berpikir, mengisi udara. Bau menyan yang keras dan tajam yang datang menyerang
kemudia dia kelihatan mengambil putusa,karenanya lalu membuka mulut, hidung, menimbulkan pikiran-pikiran dan ingatan-ingatan kepada dunia dan
berkata: makhluk gaib. Mengingatkan mereka pada cerita hantu-hantu dan mayat-
“Tak mudah untuk memastikan apakah harimau itu harimau biasa atau mayat yang hidup kembali, kepada iblis, setan dan jin.
harimau jadi-jadian. Apakah kalian semua memakai jimat pengusir harimau, Mereka mendengar suara wak katok berbisik-bisik membacakan mantera-
ular dan binatang buas yang lain? Jika pak bulam memakainya, barangkali manteranya. Mereka mendengar bunyi menggeram yang menakutkan beberapa
terlupa dibawanya kebelakang ketika dia berhajat. Jika pernah dilakukannya kali, yang rupanya keluar dari tenggorokan wak katok sendiri. Kemudia semua
begitu, maka jimatnya tak mampan lagi, dan harimau biasa akan berani suara berhenti. Mereka merasakan sekali kesepian dunia kecil mereka didalam
menyerang.” lingkaran cahaya dan panas api. Tak ubahnya seakan mereka sedang berada di
Wak katok lalu berdiri, dan mendekati pak balam, memeriksa dalam perut sebuah makhluk raksasa yang maha besar, yang telah
pinggangnya, tempat biasanya orang memakai jimat. Yang lain datang menelannya, dan mereka selama lamanya tidak lagi akan dapat ke luar dari
mengingsut mendekati pak balam, dan dengan penuh perhatian mereka perut gelap dan hitam besar.
memandangi tangan wak katok memriksa di balik celana pak balam, Akan tetapi kemudian suara wak katok membangunkan mereka, ketika
dipinggangnya. Yang berisi berbagai rupa jimat. Wak katok memeriksanya mereka mendengar.
satu persatu, dan kemudian dia berpaling pada mereka, dan berkata:
“Syukur alhamdulillah, harimau bukan harimau siluman. Menurut daerah
“Ada jimat pelawan binatang buas dipakainya. Soalnya kini apakah tadi, di pisau,” kata wak katok, dan menunjukkan pada mereka belatinya. Di ujung
ketika dia hendak melakukan hajatnya ke sungai jimat ini dipakainya, atau belati kelihatan bekas darah yang kini bewarna hitam, dan mereka melihat wak
dilepaskannya. Ingatlah kalian, ketika membawanya pulang tadi, apakah jimat katok mencicip ujung jari karinya, yang bekas ditusuknya dengan pisau belati.
ini masih terikat di pinggangnya?”
“Jika harimau itu harimau siluman, maka darah di pisau akan tetap
Tak seorang pun juga dapat memastikan apakah mereka melihat tali jimat tinggal merah setelah dibakar di api,” kata wak katok menerangkan. “Akan
telah terpasang atau belum. Mereka demikian sibuk dengan kedahsyatan tetapi lihatlah, darahnya jadi hitam, jadi darah biasa, dan karena itu darah
serangan harimau dan mengejar harimau untuk merebut pak balam kembali, harimau adalah juga daerah biasa, dan dia adalah harimau biasa.”
hingga tak seorang juga yang memperhatikan hal yang demikian. Mereka telah
mengganti celana dan pakaian pak balam, dan tak seorang pun ingat apakah Terdengar mereka semua menarik napas lega setelah mendengar kata wak
tali jimatnya selama itu terikat pada pinggangnya. katok. Harimau biasa, meskipun menakutkan, akan tetapi tidak begitu dahsyat
menakutkan sepeti harimau siluman. Harimau biasa adalah binatang buas
Ketika seorang juga yang berani memastikan, maka wak katok berkata: biasa, yang dapat dilawan. Sedangkan harimau siluman tak seorang manusia
“Jika begitu terpaksa dicoba jalan lain. Aku harus menanyakan kepad orang
juga kuasa melawannya. Orang merasa tak berdaya dan tak bertenaga sama mengusung pak balam rasanya tak mungkin. Bagaimana yang baik pak haji,
sekali jika harus menghadapi harimau jadi-jadian. Apalagi jika harimau akan kita tinggalkan keranjang yang berisi damar kita semua di sini, dan kita
siluman menjadi peseruh yang maha kuasa untuk menghukum dosa-dosa berganti-ganti mengusung pak balam, atau kita tinggalkan dua keranjang saja,
mereka. Menghadapi harimau demikian orang hanya tinggal menuggu nasib dan kita berganti-ganti mengusung pak balam dan membawa keranjang
saja. Menuggu terus-menerus dalam ketakuatan, hingga saat setiap orang tiba damar?”
untuk dipanggil kembali kealam baka. Tetapi harimau biasa dapat dilawan.
Dan buyung sendiri merasa mempunyai cukup kecakapan menembak untuk Pak haji berpikir sebentar sebelum menjawab, kemudian berkata: “Aku
memburu harimau biasa. kira sebaiknya kita tinggalkan saja damar di sini. Kita bawa saja perbekalan
makanan. Dengan demikian kita dapat berjalan lebih cepat, dan tidak merasa
Dan yang lebih menyenangkan hati mereka lagi adalah, kini persoalan terlalu letih berganti-ganti mengusung pak balam. Kita harus cepat pulang
harus mengakui dosa-dosanya telah dikesampingkan. Kini tak perlu lagi kampung.”
mereka memeriksa dirinya, dan melihat dan berhadapan dengan dosa-dosanya,
yang selama ini mereka simpan jauh-jauh di dasar ingatan, kesadaran dan hati Pikiran pak haji mereka terima.kemudian wak katok berkata, bahwa lebih
nuraninya. Tak seorangpun juga merasa senang menelanjangi dirinya sendiri. baik mereka mencoba tidur, supaya jangan terlalu letih esok hari. Akan tetapi
Jangankan di depan orang lain, meskipun pada dirinya sendiri, ketika orang tak seorang juga dapat tidur nyenyak dan lama malam itu. Bukan saja kejadian
seorang hanya sendiri dengan dirinya, tak ada yang suka bertentangan mata yang dahsyatmasih menegangkan urat syaraf dan perasaan, akan tetapi hati
dengan hati nuraninya. nurani pun secara tak mereka sadari tinggal resah dan gelisah. Dan tak mudah
dan tak cepat dapat menidurkannya kembali, meskipun mereka mencoba
Wak katok pun merasa senang dengan putusannya. Kini pimpinan sekuat-kuatnya.
direbutnya lebih tegas di tangannya. Ada saat ketika pak balam bercerita,
seakan anak-anak muda yang lain hendak memindahkan hormat,segan dan Masing masing penuh dengan perasaan dan pikiran tentang diri sendiri
pimpinan mereka ke tangan pak haji. Akan tetapi kini, wak katok dapat dan tentang kawan-kawannya. Talib teringat pada siti nurbaiti, anak gadis
melihat pada air muka mereka, juga dalam cahaya mata pak haji, bahwa berumur tiga belas tahun yang terdapat mati di ladang di luar kampung dan
mereka semua berterima kasih padanya atas ucapannya, dan sejak saat itu, membuat heboh seluruh daerah berbulan lamanya, kurang lebih dua tahun
mereka akan menerima pimpinannya tampa bertanya-tanya. Dia pun tahu pula, yang lalu. Pakaian gadis itu koyak-koyak, dan menurut cerita, dia diperkosa.
bahwa mereka pun tak akan menyinggung-nyinggung cerita pak balam, Sampai kini tak diketahui siapa yang memperkosa dan membunuhnya.
malahan akan berusaha untuk melupakannya, seperti mereka juga selalu Siapakah yang berbuat demikian? Adakah dia diantara mereka ini?
berusaha untuk melupakannya, seperti mereka juga selalu berush untuk
melupakan dosa-dosanya sendiri. Dia merasa ikut berdosa juga, karena bukan sekali saja timbul rasa
berahinya melihat gadis umur tiga belas tahun yang badannya lekas menjadi
“Nah,” kata wak katok, “harimau biasa dapat kita hadapi bersama.rasanya dewasa itu, dengan buah dada yang besar dan kencang mendorong mendorong
untuk malam ini kita akan aman. Harimau biasa takut pada api. Karena itu baju kurungnya, raut mukanya yang manis, dan cahaya matanya yang berani
harus kita jaga supaya api tetap besar sepanjang malam.untunglah cukup dan penuh tantangan. Kemudian dia menutup pikiran dan menahan hati
banyak kayu tersedia. Esok pagi kita berangkat lebih siang sedikit. Pak balam nuraninya, ketika pikiran-pikiran serupa itu membawanya terlalu dekat pada
rasanya tak akan kuat berjalan kaki, karena itu harus kita pikul berganti-ganti. dosa-dosanya sendiri.
Esok baiklah kita buatkan usungan untuknya. Membawa damar sambil
Pak haji, sanip, sutan, buyung dan wak katok pun tidur gelisah. Meskipun Setelah selesai sembayang hati mereka terasa lebih tenang, dan kini
mereka memicingkan mata, akan tetapi pikirannya tak berhenti. Ketukan pak mereka dapat menghadapi dari yang baru dengan kepercayaan yang lebih
balam terhadap hati nurani mereka masih berkumandang juga di dalam relung besar.
hati dan pikiran, bergema ke bawah sadar. Pak balam sendiri pun, entah karena
lukanya, entah karena hatinya, tidur lebih gelisah lagi... Pak Bakam kelihatan kini menderita demam ringan. Ketika Wak
Katok membuka betisnya untuk mengganti obatnya dengan ramuan yang baru,
Api unggun menyala besar, melontarkan lingkaran cahaya kecil di tengah kelihatan lukanya seakan kena infeksi, daging luka yang terbuka tidak
gelap rimba raya menahan gelap yang hendak menahan mereka. Bunyi hutan berwarna merah yang sehat akan tetapi kehitaman, dan nanah kelihatan mulai
di malam hari yang penuh dengan bunyi-bunyi rahasia dan gaib melingkari menjadi. Ketika perbannya dibuka dan daun-daun ramuan yang menutupi luka
mereka. Hati nurani manusia memburu-buru minta pengakuan. dibuka, dia menjerit kecil kesakitan. Luka di punggungnya bekas cakaran
harimau lebih buruk lagi.

Daging di sekeliling luka kelihatan mengembung dan warnanya tak

5
sehat.

Wak Katok kelihatan menggelengkan kepalanya, dan Pak Haji pun


kelihatan air mukanya seakan berat. Buyung, Talib, Sanip dan Sutan pun
mengerti apa arti luka itu.pak Balam harus segera dibawa ke kampung, dan
dari kampung di bawa ke kota, ke doktor. Biasanya jika luka telah menjadi
Tak seorang juga yang dapat sungguh-sungguh tidur sepanjang malam, demikian, maka obat-obat kampung tak mempan lagi. Yang menderita harus
dan ketika bunyi kokok ayam hutan yang berderai-deraimenandakan dini hari dibawa kerumah sakit untuk ditolong oleh doktor. Keningnya panas tersa ke
telah dekat, mereka pun segera bangun. Kini mereka memandangi rimmba tangan.
sekelilingnya dengan lebih awas dan cermat. Mereka memasak air dan
makana, mengambil air sembahyang dan sembayang, dengan selalu sebagian Dia pun tak hendak makan, akan tetapi hanya mau minum kopi saja
utama panca indra mereka memeriksa dan mengamati rimba disekelilingnya. sedikit. Talib dan Buyung segera membuat, usungan setelah meraka makan.
Rimba yang kini mengandung ancaman dan bahaya maut. Pak Haji, Wak Katok dan Sutan mengemasi perbekalan makanan dan danging
rusa kedalam duabuah keranjang, yang akan merka pikul berganti-ganti,
Merela lebih khusuk lagi mendengarkan seruan Allahu Akbar! Allahu sambil berganti-ganti pula mengusung Pak Balam. Keranjang-keranjang lain
Akbar! Yang diserukan oleh Pak Haji, dan mereka lebih merasa dengan berisi damar yang harus mereka tinggalkan disimpan baik-baik didalam
kesadaran yang amat dalam, penyerahan dirinya ke bawah lindungan Tuhan pondok.
Yang Maha Kuasa. Tak pernah rasanya mereka merasakan nikmat
sembahyang seperti pada pagi itu. Rasanya seakan mereka tunduk menyentuh Mereka baru berangkat setelah hari terang. Wak Katok berjalan didepan
tanah, dan membacakan Subhana rabbial a’laa- Maha Suci Tuhan Kami Yang membawa senapannya, dibelakangnya Buyung yang menyandang keranjang
Agung – merebahkan kepala mereka ke atas haribaan Tuhan, dan dan di tangannya parang panjang yang terhunus, disusul oleh Talib dan Sutan
mendapatkan pengampunan dan perlindungan dari Tuhan untuk selama- yang mengusung Pak Balam, dan di belakang sekali berjalan Pak Haji, juga
lamanya. dengan perang terhunus.menurut kepercayaan mereka, harimau selalu
menyerang dari belakang.karena itu tempat Pak Haji adalah yang paling
berbahaya.wwak Katok dengan senapannya sengaja tak berjalan di belakang, Wak Katok lah yang tahu bagaimana menyelamatkan mereka semua dari
karena dia harus menmbak, jika bagian belakang diserang. Jika dia berjalan ancaman harimau. Tidak lah dia yang memutuskan, bahwa harimau itu
dibelakang, dan dia diserang, maka mungkin dia tak sempat menembak, dan harimau biasa? Bukankah dia maha pemburu yang disegani orang
mereka semua akan jadi korban harimau. Dengan cara susunan mereka kampungnya, dan yang telah membunuh tiga ekor harimau? Harimau ini pun
berjalan seperti kini, maka jika Pak Haji diserang, Wak Katok akan mendapat jika masih menganggu mereka, akan di bunuhnya juga.
waktu membidik dan menembak. Akan tetapi jikaharimau menyerang dari
Deman Pak Balam kelihatan tak kurang-kurang. Juga dia kelihatan amat
depan, bagaimanakh? Pertanyaan ini tak mereka tanyakan. Dalam hidup tak
menderita sekali di usung demikian, tergoncang-goncang dan terantuk-antuk.
selamnya orang dapat bersedia menghadapi segala kemungkinan, dan
Dan sekali dia menjerit kesakitan, karena Sultan tergelincir jatuh, dan usungan
mengambil risiko selalu perlu.
terhempas ke tanah. Ketika mereka makan, dan hanya minta minum saja.
Yang prnting ialah bersiap-siap seperlunya dan kemudian menghadapi Pak Haji mencoba menyuruhnya makan dengan mengatakan, bahwa lebih
apa yang akan t=datang dengan tabah dan berani. baik dia mencoba makan sedikit, supaya badannya jangan terlalu lemah. Akan
tetapi setelah di cobanya, pak Balam merebahkan kepalanya kembali,
Berjalan mengusung pak balam tidak dapat mereka lakukan denga cepat.
mengerang sambil menutup matanya, dan suara lemah mengatakan bahwa dia
Apalagi jalan yang mereka tempuh masih licin, dan mereka harus mendaki
tidak ingin makan. Dia hanya mau minum kopi pahit sedikit.
sejak meninggalkan sungai. Beberpa kali yang lain terpaksa terus membantu
Talib danSutan, karena mereka berdua tak sanggup mengangkat usungan Demamnya bertambah panas.
sambil mendaki tebing. DUA jam lewat setelah mereka meninggalkan tempat bermalamdi pinggir
sungai, harimau tua yang kelaparan tiba di sana. Dia mendatangi tempat
Baru setengah jam berjalan, mereka telah harus digantikan oleh dua orang
mermalam dengan hati-hati sekali. Berbagai bau yang tinggal amat
lain. Demikian mereka berjalan dengan susah payah hingga tengah hari, ketika
mengganggu perasannya.
Wak Katok memberi isyarat supaya mereka berhenti, mengaso dan makan.
Selama itu Wak Katok tak pernahikut mengusung. Dia terus berjalan didepan Bau darah dan daging rusa yang melekat di keranjang-keranjang berisi
dengan membawa senapannya. Yang lainpun menerima kenyataan, bahwa damar akhirnya menariknya di dalam pondok, dan setelah dia merasa syok dan
Wak Katok tak usah ikut mengusung, kini dialah yang menjadi pemimpin takut lagi pada benda yang asing baginya, maka laparnya mendorongnya
rombongan. Pemimpin usaha mereka menyelamatkanPak Balam dan diri merebahkan sebuah keranjang dengan tarikan kuku kaki depan kanannya,dan
mereka semuanya. Karena itu dialah yang berjalan paling depan. Dialah yang dia segera menjilat-jilat sisi keranjang tempat darah rusa kering yang melekat.
punya dan yang memegang senjata yang paling ampuh untuk menghadapi Tetapi hal ini tak memuaskannya. Dia mencari keranjang di robohkan dan di
harimau. Ditangan Wak Katok lah satu-satunya senjata yang menyelamatkan bongkarnya kecuali bekas darah yang kering, tak ada daging enak di
mereka. Wak Katoklah yang memegang kunci keselamatan hidup mereka. makannya. Dia mengeram-geram, kecewa dan marah, dan menghembus-
Karena itu tak terlintas suruhan Wak Katok. hembus di tanah sekeliling api unggun yang telah padam.

Wak Katok pun dengan sendirinya menganggap dirinya yang emberikan Diantara bau rusa, bau manusia juga keras sekali tinggal, dan bau
pimpinan dan perintah. Dia dengan sendirinya pula mengharapkan mereka manusia itu kini makin menimbulkan selera laparnya yang amat sangat pula.
yang mengikuti segala pimpinannya. Tak terpikirkan dalam kepalanya mereka Dia mencium-cium tanah mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan kaki
akan mempunyai pikiran atau pandangan yang lain. manusia yang tinggal di tanah, dan dia menyebragi sungai, dan kemudian
mencium-cium tanah kembali....
“DARI sini tempat kita bermalam nanti, jalan tak begitu sukar lagi, sudah kelihatan oleh mereka kini hanyala keranjang yang di dukung oleh Talib
menurun,” kata Wak Katok, ketika mereka makan siang, “ cobahlah jalan terguling di tanah, parang panjangnya terhunus terletak di tanah, dan bunyi
lebih cepat, supaya kita tiba di waktu petang, lama sebelum magrib.” berat lari harimau yang menarik mangsanya ke dalam hutan.
Ucapannya segera mengingatkan mereka kembali pada harimau. Apakah Wak Katok menembak pun tak sempat, karena begitu dia berpaling
harimau mengikuti dari belakang? Sebagai seorang pemburu yang mengikuti harimau telah menghilang melarikan korbanya. Mereka melihat besarnya jejak
rusa? Akan tetapi suasana hari itu tidak menunjukkan tanda-tanda adanya itu. Akan tetapi tanpa berpikir panjang mereka berlari kedalam hutan
harimau di dekatnya. Bunyi-bunyi margasatwa yang biasa masih memenuhi mengikuti jejak dan daarah. Pak Balam tinggal terlupa sendirian di atas
hutan dan di atas pohon-pohon yang tinggi mereka melihat bentuk bentuk usungannya.
merah yang besar melintas sambil memanggil-manggil.
Mereka berteriak-teriak, berseru-seru sekuatnya dengan harapan agar
Karena itu mereka merasa agak bersenang hati. Bunyi pukulan burung harimau melepaskan korbanya. Hanya beberapa menit kemudian, akan tetapi
pelatuk, yang datang dari jauh bergemagema, lebih-lebih lagi menentramkan rasanya berabad-abad badi mereka, mereka berhenti di pohon-pohon yang
perasaan mereka. Mereka kemudian berangkat meneruskan perjalanan dengan tumbuh rapat, dan merupakan pagar yang lebat, dan mereka jelas dapat
hati lebih tak terganggu. mendengar harimau mengeram-geram. Mereka melupakan bahaya terhadap
diri mereka kini, penuh dengan semangat dan naluri barburu yang terdapat
Wak Katok tetap berjalan di depan sekali. Mungkin perasaan mereka
dalam diri setiap manusia. Ingat pada nasib teman mereka yang berada dalam
yang membuat mereka agak lengah, dan membiarkan Talib tinggal di belakang
kekuasaan harimau, dan dengan parang terhunus mereka menyerbu kedalam
kencing di pinggir jalan. Yang lain berjalan terus sedang Talib membuka
pohon-pohon yang tumbuh rapat. Rupanya harimau terkejut juga oleh
celananya hendak kencing.
serangan mereka yang yang ubahnya seperti pasukan setan yang datang
Mereka kembali mengingat pada bahaya harimau, ketika mendegar bunyi mengamuk, karena ketika mereka telah menembus pohon-pohon dan tiba di
auman harimau yang amat dahsyat, yang membekuhkan darah mereka, dan tempat kecil yang terbuka, mereka melihat Talib terbaring di tanah, tak
mengakukan otot-otot mereka, hingga beberapa saat mereka tak daoat sadarkan diri. Badannya penuh berlumuran darah dari kepala hingga kekaki,
bergerak. Auman harimau disusul oleh jerit Talib ketakutan dan kesakitan, dan hingga mereka menyangka dia telah mati. Darah merah membasahi tanah di
baru beberapa saat kemudian mereka dapat bergerak. Baru darah mereka yang sekelilingnya. Pemandangan sungguh mengerikan hati. Tetapi saat itu bukan
membeku dapat cair kembali. Dan baru otot-otot mereka yang telah kaku saatnya merasa takut lagi. Dengan cepat tiga orang mengangkat Talib, sedang
kemudian dapat liat dan dapat bergerak. Baru panca indera mereka yang beku Wak Katok berjagajaga. Mereka cepat-cepat kembali ketempat Pak Balam
kembali bekerja. Mereka merasa tiba-tiba betapa suara dan bunyi-bunyi yang mereka tinggalkan. Dalam hati mereka timbul pula rasa kekhawatiran,
margasatwa terhenti. Dan mereka dapat mendengar pukulan nafasdan denyut jangan-jangan harimau kembali menyerang Pak Balam sedang mereka tak ada.
jantung amat keras di telinga. Mereka merasa takut yang amat dahsyat Akan tetapi tal seorang juga yang mengeluarkan perasaan ini.
sekali,yang segera pula di lawan oleh rasa setia kawan. Disela pula oleh rasa
Sejak serangan harimau terhadap Talib tak seorang juga di antara mereka
hendak menyelamatkan diri masing-masing. Semua ini terjadi hanya beberapa
berbicara. Hati dan perasaan mereka penuh di landa dengan pikiran dan
saat, tetapi waktu mengalir amat lambat sekali. Kemudian ketika reaksi-reaksi
perasaanya sendiri. Perasaan mereka yang belum mereka sadari telah datang
wajar mereka dapat bekerja kembali denga cepat. Sultan dan Sanip sedang
menyerang, kerena seluru panca indera mereka tertuju kepada kedahsyatan
mengusung pak Balam menurunkan usungan ke tanah. Buyung yang
serangan harimau.
mendukung keranjang menurunkannya cepat ke tanah, dan Wak Katok
melompat berlari kebelakang, menuju tempat Talib hendak kencing. Yang
Ketika tiba di tempat mereka meninggalkan Pak Balam, dengan hati yang yang mengambil keranjang dengan senapannya? Jika bertiga pergi mengambil
legah mereka melihat, bahwa Pak Balam masih selamat. Pak Balam yang keranjang Wak Katok dengan senapannya, maka tinggal dua orang yang sehat
masih disarang demam, mendudukkan dirinya di alas usungan dan dan kuat untuk menjaga dua korban yang tak berdaya. Bagaimana kalau
memandang mereka datang membawa Talib yang berlumuran darah. Seluruh harimau datang menyerang ke tempat pondok mereka? Akan tetapi jika yang
muka Pak Balam yang pucat bertambah pucat. Mereka mendengar bunyi pergi mengambil keranjang tidak di kawal dengan senapan, bagaimana jika
auman harimau yang dahsyat yang mula-mula menerkam Talib. Dia pun ikut harimau menyerang mereka di tengah jalan? Mereka tak akan berdaya
menjerit ketakutan ketika mendengarnya. Dan mendengar jerit Talib ketakutan melawan harimau dengan parang panjang saja. Dan jika Wak Katok yang
dan minta tolong, segala kedahsyatan yang di rasakan kemarin malam pergi mengambil keranjang dengan senapannya, bagaimana dengan Talib,
dirasakannya kembali. Dan ketika mereka kemudian meninggalkannya sendiri yang harus di tolong dan di obati dengan segera? Siapa yang menolongnya?
di hutan, dia telah mati entah berapa ribu kali. Mati ketakutan. Dan kembali Akhirnya, dengan perasaan yang enggan yang jelas kelihatan pada air
jiwanya tersiksa oleh kesadaranya, bahwa hukuman terhadap dirinya dan diri mukanya, Wak Katok menyerahkan senapannya kepada buyung, Sutan dan
kawan-kawannya. Teringat pula olehnya bahwa kawan-kawannya mungkin Sanip yang pergi mengambil keranjang dan dia dan Pak Haji tinggal di
belum hendak mengikuti dasa-dosanya dan bertaubat kepada Allah. pondok.
Mereka melihat, bahwa Pak Balam pun tahu apa yang telah terjadi, dan Mereka akan memasang api unggun yang besar untuk menakuti harimau,
tak seorang juga memberikan penjelasan kepadanya apa yang terjadi. dan mereka segera memasak air untuk membersihkan luka-luka Talib dan
membuat obat baginya.
Wak Katok menyuruh Buyung dan Sutan cepat membuat usungan untuk
Talib. Kini mereka hanya tinggal berlima yang masih dapat berjalan. Wak Buyung membawa senapan Wak Katok. Diperiksanya dengan cermat isi
Katok mengatakan, bahwa nanti akan bermalam di bawah bukit, di pinggir senapan. Dia berjalan paling depan. Mereka bertiga melangkah cepat, dan
anak sungai kecil, setengah jam perjalanan dari temat mereka kini. memasang panca inderanya setajam mungkin, masing-masing dengan
pikirannya sendiri yang kini datang mengetuk hati lebih keras hingga akhirnya
Sebenarnya tempat bermalam mereka yang biasa masih dua perjalanan
Buyung tak dapat menahan dirinya dan berkata: “Apakah barangkali benar
lagi. Akan tetapi karena mereka dapat mendukung keranjang sambil
juga Pak Balam, yang sejak tadi berkata, bahwa harimau itu dikirim untuk
mengusung, maka Wak Katok memutuskan, untuk mengusung Pak Balam dan
oleh Tuhan untuk menghukum kita yang berdosa?”
Talib dahulu tempat bermalam mereka yang lebih dekat, dan meninggalkan
kedua keranjang, dan kemudian menjemput kedua keranjang berisi perbekalan “Huusss, jangan sebut-sebut namanya, engkau ingin dia datang
makanan. menyerang kita?” kata Sutan cepat.
Segera setela usungan Talib selesai, mereka meletakkan Talib di atas “Maaf, aku lupa tak boleh menyebut nama nenek di hutan.” jawab
usungan. Talib masih pingsan. Kelihatannya lukanya amat berat. Tak berani Buyung, “tetapi tak mungkin Pak Balam benar, dan kita harus mengakui dosa-
mereka memeriksa luka-lukanya. Nanti saja di tempat bermalam, Wak Katok dosa kita dan kita minta ampun kepada Tuhan?”
akan mengobatinya. Jalan menuruni bukit licin dan sukar dan dengan susah
“Entah, lebih baik jangan kita bicarakan kini. Biar nanti Pak Balam dan
payah mereka menurun, dan tiba di pinggir anak sungai. Di sana mereka
Wak Katok yang memikirkanya,” kata Sanip.
cepat-cepat membuat pondok yang lebih kuat dari biasa, dan memasang
dahan-dahan pohon melintang di tiga sisinya, kecuali yang menghadap ke Mereka bertiga diam kembali, dan bergegas.
tempat api unggun, yang mereka biarkan terbuka. Sebentar timbul pertukaran
pikiran antara mereka tentang apakah Wak Katok akan ikut mengawal mereka
APABILA mereka kemudian telah tiba kembali di tempat mereka Akan tetapi dalam bawah sadar mereka nafsu hidup tetap menyala dengan
bermalam di pinggir anak sungai, senja telah dekat. Dari jauh mereka melihat kuat. Malahan kini, di tengah ancaman yang dahysat, menyala lebih besar dan
nyala api unggun di depan pondok. Dengan hati yang amat lega. lebih kuat lagi. Mereka hendak hidup terus, mereka hendak keluar hutan,
mereka hendak meninggalkan rimbah dengan selamat. Mereka hendak pulang
Sanip dan Sutan menurunkan keranjang ketanah, dan Buyung
kekampungnya. Mereka hendak kembali kepada istri dan anaknya. Mereka
mengembalikan senapan kepada Wak Katok. Talib terlentang di atas tanah di
hendak mencinta kembali. Mereka hendak hidup di tengah manusia. Mereka
dalam pondok. Di sampingnya terbaring Pak Balam. Talib masih belum sadar,
tak hendak mati diserang harimau yang ganas dan zalim. Bawah sadar mereka
akan tetapi luka-lukanya telah di obati dan di balut oleh Wak Katok dengan
berteriak menyuruh mereka berjuang, berkelahi, bertarung untuk
kain sarung yang disobek-sobek. Kain sarung yang membalut luka-lukanya,
mempertahankan hak hidupnya.
sekeliling dadanya, kedua, tanganya basah dengan darah merah. Mukanya
pucat sekali, dan nafasnya berat dan perlahan. “Apa Talib mencuri? Apa yang di curinya?” kata Pak Haji, memandang
kepada Sanip, Buyung dan Sutan berganti-ganti.
Pak Balam kelihatan juga bertambah panas demannya. Matanya terbuka
memandang keatas, dan sebentar-sebentar dengan suara yang lemah berkata: Mereka bertiga berpandangan, dan Buyung cepat menjawab: “Aku tak
“Akuilah dosa kalian, akuilah dosa kalian. Harimau itu dikirim Tuhan untuk maksudnya.”
menghukum kita.” ketika mereka bertanya kepada Wak Katok bagaimana
Akan tetapi di wajah Sanip dan Sutan timbul keraguan, dan ketika Sutan
dengan luka-luka Talib, Wak Katok menggelengkan kepalanya, dan berkata,
dan Sanip berpandangan, seakan Sutan hendak menyampaikan peringatan
bahwa ia tak banyak harapan Talib akan dapat selamat.
kepada Sanip, supaya berhati-hati, dan jangan mengatakan sesuatu apa.
“Dadanya hancur dicakar, pahanya hancur digigit, sampai terbuka ke
Akan tetapi pada saat itu pikiran Pak Balam berada di saat-saat yang
tulang. Kalau dia masih dapat sadar, masih untung,” kata Wak Katok. Tak
cerah, dan rupanya mendengarkan kata-kata mereka. Karenanya Pak Balam
ubahnya seakan Talib dapat mendengar kata-kata Wak Katok, karena itu dia
berkata: “belum juga kalian sadar dan insaf. Talib telah mati. Aku akan
membuka matanya, dan bibirnya seakan hendak berkata. Mereka mendekatkan
menyusulnya tak lama lagi. Aku tahu badanku tak kuat lagi menahan demam
diri, membungkuk di atas kepalanya hendak mendengarkan apa katanya.
ini. Akuilah dosa-dosa kalian, supaya kalian di selamatkan pada Tuhan.
“... Dosa ... Aku berdosa ... Mencuri ... Curi, ampun Tuhan... La ilaha illl Syukurlah Talib masih sempat mengakui dosa-dosanya. Tobatlah!”
...” tiba-tiba nafasnya terhenti, badannya mengejang, matanya seakan terbalik,
Kemudian dia terdiam, demamnya kembali menguasai otaknya, dan
dan Talib lalu berhenti hidup. Dia telah mati.
matanya yang terbuka memandang kaku jauh melewati pondok, melewati
Mereka berpandangan. puncak-puncak pohon di pinggir anak sungai terus sampai ke cakrawala, entah
apa yang dilihatnya.
Seorang dari mereka telah mati akibat serangan, harimau, yang menurut
Pak Balam di kirim Tuhan untuk menghukum mereka yang berdosa. Tiba-tiba Sanib berdiri seakan tak kuat lagi menahan dirinya, dan berkata
Mungkinkah Pak Balam benar? Dan harimau itu bukanlah harimau biasa? dengan suara yang tegang: “Tidak Sutan, aku mesti berbicara ...”
Akan tetapi harimau yang dikirim oleh Tuhan Yanng Maha Kuasa, harimau
Tetapi Sutan melompat mendekatinyadan memegang bahunya:
gaib, yang datang untuk menghukum mereka? Apa daya mereka terhadapnya,
selain menyerahkan diri kepada Tuhan? Jika memang telah bersurat, bahwa “Tidak,” seru Sanip sesuatu cahaya ganjil timbul dalam matanya, sesuatu
mereka harus mati diterkam harimau di tengah hutan karena dosa-dosanya, akan menyelinap di dalam dirinya dan memaksa untuk berkata, dan diinsafi
maka haruslah mereka menerima takdir yang demikian.
oleh Sutan yang yang berkata kepadanya dengan suara yang tegang penuh “Apa lagi dosa-dosaku ...” Sanip tertegun, dalam hatinya teringat pada
desakan. rahasia, ketika dia berumur sembilan belas tahun, pergi ke kota, dan
berkunjung kerumah perempuan lacur. Akan di ceritakankah ini? Ini terang
“Jangan, ingat sumpahmu...!”
dosa yang amat di larang oleh Tuhan. Akan diceritakankah? Atau ketika dia
Tetapi Sanip tak dapat lagi menahan dirinya, dan berseru: Memang kami masih kecil , sering benar dia mencuri durian, mangga, duku. Dan waktu dia
berdosa, kami... Talib, aku dan...: pegangannya di bahu Sanip, dan dengan kecil, disuruh mengaji sedang dia ingin, hingga dia menendang Qur’an di
suara yang keras berkata: “Sanip!” tengah jalan ke mesjid tempatnya mengaji. Dia melawan pada ibunya. Hawa
Akan tetapi Sanib melepaskan pegangan tangan Sutan dari bahunya, dan nafsu yang timbul pada dirinya tiap kali dia melihat perempuan yang cantik.
berpaling kepada yang lain. Sutan bertekad untuk menghentikan Sanip, dan Hawa nafsu yang membakar perutnya selama mereka tinggal di Wak Hitam
dia melangkah mendekati Sanip, dan kemudian gerakan tangan dan kaki yang dan dia setiap hari melihat Siti Rubiyah.
cepat dia menjatuhkan Sanip ke atas tanah. Sanip membela diri, dan menghela Akan di ceritakan semua ini dan banyak lagi yang lain? Dia ingat, bahwa dia
Sutan jatuh ketanah. Di tanah mereka bergumul. telah melakukan segala dosa, besar dan kecil. Dia telah merasakan dalam
Dengan susah payah yang lain menceraikan mereka. Selama itu terjadi dirinya hawa nafsu setan, Dada anak gadis itu yang kelihatan, karena pakaian
Wak Katok duduk saja diam-diam memegang senapanya. Setelah mereka yang dipakainya sudah koyak bagian depannya.
dilerai, Buyung memegang Sutan, dan Pak Haji memegang Sanip, dan Pak Dia mendatangi anak itu, dan mengatakan anak itu,dan mengatakandia
Haji berkata: akan menolon,dan mengatakandia akan menolongnya memetik buah rimbang .
“Sabar, sabarlah, mengapa kita dengan kita berkelahi, sedang kita dalam Dan kemuadian dia memeluk anak itu, dan melemparkannya ke tanah, dan
bahaya besar? Mengapa kalian berkelahi sebenarnya?” kemuadian …. Ketika anak itu melawan …..dan dia ….dan dia sutan berteriak
brsruh “diam! “ diam!” dan melompat hendak mencekik pak bala, hendak
“Aku hendak mengakui dosa-dosaku,” kata Sanip dengan nafas terengah- mendiamkan mulutnya yang terus mengigau –dosa – dosa –dosa akui-akui
engah, “biarlah Sutan matah karena aku melanggar janji atau sumpah. Tetapi dosa kalian ,dosa kalian, dosa kalian .
aku tak tahan lagi. Karena aku juga, maka Talib telah jadi korban harimau.
Kami bertiga, Talib, Sutan dan aku, enam bulan yang lalu yang mencuru Pak haji terkejut, dan dengan susah payah menarik sutan dari pak
empat ekor kerbau Haji Serdang di kampung Kerambi...” dan dia melihat balam . pak balam kini terdiam hanya napasnya saja yang terdengar amat
kepada Sutan, siap untuk mempertahankan dirinya, jika Sutan menyerangnya berat bertahan-tahan.
kembali. Pak haji tetap memegang sutan yang bernapas kencang mstsnys
Akan tetapi Sutan seakan tak peduli lagi terhadap apa yang hendak mmemandang liar.
dikatakan Sanip. Dia duduk di tanah, dadanya naik turun, karena nafasnya “mengapa engkau ,sutan??” kata pak haji kajam
masih kencang dan dia hanya melihat saja ke tanah.
Sutan melepaskan dirinya dari pegangan pak haji,memijat kepala
“Kami bertiga mencurinya malam-malam, dan ketika penjaga kerbau dengan kedua tangannya;” mengapa, dia tak mau diam? Tak tahan aku
mengetahui pekerjaan kami, maka Talib yang menikamnya, hingga dia rubuh. mendengar lagi , siang danmalam hanya dosa,dosa,dosasaja yang disebutnya.
Dia tak mengenal kami, dan kami berhasil melarikan kerbau dan menyembelih Mengapa dia tak mati
kerbau dan menjualnya ke kota. Penjaga kerbau tak mati. Itulah dosa kami
bertiga, tapi Sutan tak suka aku ceritakan.”
Sutan berdiri, dan tiba-tiba seakan dia mengambil putusan, dia timbul di seberang sungai “akan perlu waktu untuk mencari jejak kembali ,”
mengambil parangnya, dan berlari-lari kecil meninggalkan tempat mereka kata wak katok ,dan dia melihat ke langit mencari matahari yang terlindungi
bermalam , masuk hutan menyusul arak wak katok, sanip dan buyung pergi do balik daun-daun kayu. “lebih baik baik kita makan dahulu. Telah tengah
hari .tak banyak waktu tinggal. Kita mesti pulang ketempat bermalam
Pak haji tergang saja, dan baru setelah sutan menghilang dia antara
sebelum magrib .” mereka mankan siang di pinggi sungai kecil. Wak katok
pohon-pohon , dia dapat bersuara dan berseru ; “sutan ,sutan ke mana engkau
menaksir bahwa dari tempat mereka makanke tempat mereka bermalam ada
? mari kembali !”
tiga jam perjakinan jauhnya. “paling banyak hanya tinggal waktu duajam
Akan tetapi hanya suara beruk yang menghimbau –himbau saja yang lagi untuk mengikuti jejaknya ,” kata wak katok. Buyung dan sanip diam
menyambut seruan pak haji. saja. Mereka merasa letih mengikuti jejak harimau dari pagi. jalan yang di
Wak katok, buyung dan senip telah dua jam mengikuti jejak harimau tempuh harimau bukanlah jalan yang mudah diikuti oleh manusaia. Tetapi
dari harimau dari tempat harimau dari tempat harimau menyerang talib. rasa takut mereka bahwa harimau adalah makhluk dari daging dan tulang
Jejaknya mudah diikuti ,karena tanah di hutan lembab sekali . juga ,seperti rusa yangdapat diburu dan ditembak mati. Setelah
makan,mereka lalu mencoba mengikut air sungai mengalir, dan beberapa kali
Mata mereka yang pandai membaca jejak dapat meliat bahwa menyeberang mencari jejak harimau beberapa kali mereka tak berhasil.
harimau itu amat besar sekali . jarak dari jejak kaki belakangnya ke kaki Wak katokbaru hendak memutuskan agar mereka memudiki sungai kembali
depanya lebih dari enam langkah , menandakan bahwa harimau itu panjang dan mencari ke sebelah mudik, ketika buyung yang mencari-cari dikedua
dan tinggi, dan menunjukan pula, bahwa umurnya telah lanjut dan tua. Setelah pinggir sungai dengan matanya dari lengah sungai menunjuk ke pinggir sungai
mereka berhasil melepaskan talib dari tekanan harimau , kelihatan harimau dari arah mereka datang.sebuah batu sebesar kepala orang kelihatan baru
lalu lari lebih jauh dari kedalam hutan akan tetapi kemudian jejak harimau jatuh dari terbing sungai. Mereka berlari kesana, dan berlari kesana, dan
kembalike tempat talib diterkamnya,dan kembali ke tempat pak balam ketika benar , di pasir tepi sungai yang basah kelihatan jejak harimau. Mereka
di tinggalkan,dan kemudian meminta kembali ke dalam hutan .harimau itu mengikuti jejak dan melihat betapa harimau beberapalama berhenti di suatu
meninggalkan jalan yang mereka tempuh ,karena rupahnya perhatiannya tempat. Dari tempat harimau berhenti, mereka dapat melihat tempat mereka
teralih oleh seekor babi yang tercium oleh di dalam hutan tak jauh dari jalan makan dipinggir sungai. Bekas jejak harimau di sini kelihatan lebih segar lagi
yang mereka tempuh .mereka dapat melihat jejak harimau mengikuti jejak dari yang di tepi sungai .
babi . babiitu belum merasa bahwa dia diikuti seekor harimau,karena
langkahnya teratur kelihatan ditanah .babi menuju sebuah tempat minum di Dan tiba-tiba hati mereka seakan diparas oleh sebuahtangan dingin.
tengah hutan. Dandi sini kelihatan , bahwa harimau mencoba menerkan babi Mereka tiba-tiba mengisayfi , bahwa mereksysng memburu harimau, sejak
, akan tetapi gagal karena di pinggir tempat minum kelihatan jejak –jejak beberapa waktu telah dibunuh oleh harimau. Mereka sadar bahwa
harimau dan babi yang kacau , dan jejak babi lari menyeberangi tempat minum merekamenghadapi seekor harimau yang pandai pula beburu.
terus kedalam hutan ,dan jejak harimau mengejarnya akan tetapi setengah Rasa terkejut mereka cepat dikalahkan oleh hasrat hidup mereka.
jam berjalan kemudian berjalan kelihatan jejak babi berjalan terus , sedang Kini mereka harus mengadu kepandaian berburu dengan kepandai berburu
jejak harimau berhenti mengejar babi dan berpaling kembali ke arah jalan sang harimau. Siapakah yang akan menjadi pemburu, dan siapakah yang
yang tlah mereka tempuh . hati mereka berdebar melihat perubhan arah jejak menjadi korban, tergantung dari kewaspadaan dan kesiapan masing-masing.
harimau. Mereka mengikuti jejak itu hingga kepinggir sebuah sungai kecil Dengan cermat mereka memperhatikan arahjejak harimau menghilang
,dan disana hrimau berhenti sebentar minum air, kemudian masuk ke sungai kedalam hutan di antara pohan dan belukar.
akan tetap di mereka tiba di seberang , mereka tak melihat jejak harimau
Kelihatan arah itu menuju jalan yang telah mereka tempuh ketika daia teringat pada pak balam, pak haji dan sutan.Apa yang mereka lakukan
mereka mengikuti jejak harimau. Rupanya harimau itu sengaja berpaling di kini? Pikirannya kemudian membawahnya kembali ke kampungnya. Apa
sungai dan kembali berputar mengikuti jejak mereka, dan demikian dapat kerja saitu kini? Teringat pada Zaitun menyebabkan dia teringat pula pada Siti
menyerang mereka dari belakang , atau lebih baik lagi memasang perangkap Rubiyah. Apa kerja Siti Rubiyah sekarang? Bagaiman dengan Wak Hitam?
bagi pasang sang harimau, menunggguhnya muncul mengikuti jejak Sudah mati kah dia ?atu telah sembuh dia ?
mereka dari sungai
Sanip teringat pada istrinya. Dan tiba-tiba timbul hasratnya yang
Wak katok memberti isyarat , dan mereka mengerti apa yang besar untuk tidur dengan istrinya. Teringat dia malam-malam dia memeluk
dimaksud wak katok. Mereka mencari tempat bersembunyi untuk badan istrinya terasa kedadnya buah dada istrinya—setuhan paha istrinya ke
menghadakan harimau. Mereka bergerak dengan perlahan-lahan sekali , tak pahanya – Wangi rambut istrinya yang selalu diminyakinya denga minyak
membual bunyi dan tak bersuara. Tak dapat diketahui dimana di mana kelapa yang di masak dengan bunga melatih dan bunga mawar dan iris daun
harimau berada, entah telah dekat sekali, dan panca indrah harimau amat pandan wang ---wangi bedak beras yang di pakai istrinya di pipi dan di
sangat tajam nya. badanya--- dangan jelas benar dia dapat membayangkan istrinya di depan
matanya.
Wak katok membawa mereka mendaki tebing, naik keatas jalan bekas
jejak harimau lewat mereka yang di ikuti,dan mereka bersembunyi di balik Wak kato menungggu dengan hati yangpenuh amarah. Dia marah
pohon besar. Wak katok duduk, siap dengan senapannya , dan buyung dan kepada harimau.Dia marah kepda pak balam.Pak balamlah yang memulai
sanip siap dengan parang panjang mereka . kesusahan ini. Seandainya dia tak diteram harimau, maka mereka tidak
akansampai begini. Pak balam tidak akan membuka rahasia kejahtan-
Soalnya kini ia telah menungggu, menggu dengan sabar. Yang mereka
kejahatannya yang selama ini tertutup rapat dan dianggapnya tidak akan
perlukan ialah waktu. Dengan penuh khawatir mereka melihat pada terang
terbongkar lagi selama-lamanya. Dalam hatinya taka da kepercayaan kawan-
matahari di luar atap-atap daun kayu di atas kepala.
kawanya akan menyimpan rahasia seperti selama ini. Hanya sesuatu
Matahari telah lebih berat turun ke arah barat. Mereka takdapa perbuatan yang hebat, seperti jika dia berhasil membunuh harimau , maka
menungggu lama-lama. Jika mereka menugggu terlalu lama, maka malam mereka mungkin akan kembali hormat dan segan padanya seperti dahulu.
akan turun. Dan jika mereka masih mendapatkan kelebihan. Sanapan mereka Hanya jika dia yang membunuh harimau,dan dengan demikian dialah yang
tak banyak artinya di malam hari. Harimau lebih dapat melihat dalam gelap menyelamat jiwa mereka semua, barulah dengan ikatan serupa ini
dari mereka. Hati mereka berdebar-debar menungggu. merekaakanmenutup mulutnya. Wak katok pun tahu, bahwa tak adayang lebih
Di sekeeliling mereka hutanmasih penuh dengan bunyi-bunyi hina dan celakdari seorang pemimping yang gagal,dari seorang raja yang
ungggas dan dab beruk. Malahan beberapa puluh meter dari pohon mereka gagal yang kelemaha-kelemahanya telah terbongkar dan tak berhasil tela
tempat bersembunyi sekumpulan beruk yang berbulu kelabu pangil- membuktikan keramatanya dirinya sendiri, yang selama ini di puja-puja orang.
memanggil dan ayun- berayun dari sebuah cabang ke cabang yang lain. Dia telah mengatakan bahwa harimau itu adalah harimau biasa. Timbul
sedikit rasa menyesal dalam dirinya, mengapa dia tidak mengatakan, bahwa
Serangga kecil-kecil berterbangan di udara dekat pohon harimau itu adalah harimau sulaiman. Jadi sesuatu yang gaib yangmungkin
mereka.Beberapa ekor burung melintas melalui pohon. Sanip mengggores tak terlawan oleh daya manusia biasa, betapa pun tingggi ilmunya seperti Wak
beberapa ekor pacet yang melekat di kaki dengan parangnya. Katok. Karena siapa yang dapat melawan kehendak allah yang maha kuasa ?
Tiba-tiba buyung merasa hasrat yang amal besar untuk merokok. Dan
berat sekali terasa olehnya melawan keinginannya hendak merokok ini. Lalu
Akan tetapi mulanya dia tak hendak mengaku bahwa harimau itu dalam keadaan apa pun juga, dan mendapatkan nama pula dari sesuatu
harimau sulaiman adalah untuk menontak ucapan Pak balam, bahwa harimau pekerjaan yang sebenarnya orang lain yang berpikir dan bekerja.
dikrim oleh tuhan untuk menghukum dosa-dosa mereka. Dia juga marah
Dan sejak tahun-tahun terakhir, ketika namanya telah terkenal sebagai
terhadap Pak Haji, terhadap sutan, terhadao buyung, terhadap Talib dan
guru silat yang ulung, sebgai seorang dukun mahir dan sebaginya pemburu
terhadap sanip yang telah ikut mengetahui dosa-dosanya,dank arena mereka
yang utama, ketika semua orang di kampungnya tela percaya pada
telah mengetahuinya, maka kini diaharus menghadapi bahaya harimau,
keungggulan ilmunya, keunggulan kecakapanya, keunggulan pimpinannya,
memburuh dan membunuh mati harimau dia marah pada mereka. Karena dia
maka peran yang harus di mainakan bertambah mudah terasa olehnya. Dia
kini mesti melakukan pekerjahan yangmaha berbahaya. Sdang dalam hatinya
kini dapat member obat, melwan jin dan membaca mantera. Jika berhasil,
dia merasa takut. Orang mengataka dia tukan silat yang ulung, pemburu yang
maka namanya bertambah harum, akan tetapi si sakit mati, maka dia dapat
mahir,akan tetapi dalam hatinya dia selalu merasa takut, sejak dahulu, sejak
berkata, bhawa si sakit goyang imanya, dank arena itu tak berhasil
waktu mudahnya.
dimaterainya dan diobatinya. Dia telah biasa menerima sanjungan dan
Apa yang dilakukannya adalah utntuk membunyikan ketakulannya. dimulainya orang banyak, hingga semakin lama semakin panjang waktu agar
Karena itu waktu, duluh,sejak waktu mudahnya. Waktu duluh pecha lupa pada ketakutanya dan kelemahan-kelemahan dirinys, dan percaya
pemberontakan melawan belandah dialah yang- memubuat paling ganas dan sungguh, bahwa dia adalah apa yang dibayangkan orang, dan apa yang di
kejam dalam pasukannya. Dialah yang belajar menuntut ilmu dukun sangka orang banyak. Jarang-jaranglah dia selama ini menyadari kelemahan-
bdrtahun-tahun, supaya orang dikampungnya segan terhormat padanya. kelemahanya. Sejak serangan harimau yan pertma, dan sejak Pak balam
Karena itu dia selalu berusaha untuk menjadi pemburu yang mahir. Akan membongkar rahasiaa kejahata-kejahatanya di waktu dulu, Wak katok telah
tetapi dia selalu takut.dia tak dapat meninggalkan rasa takutnya. Dia tak berada di bawah tekanan jiwa yang semakin hari semakin besar dia mersa
dapat damai dengan takutnya. Karena itu selalu dia lerpaksa untuk besa. Dia merasa kelemahn-kelemahanya yang dirahasiaakannya selam ini
melakukan hal-hal berlebihan untuk menutupinya. Dan dia selalu pandai telah terbongkar, dan menbuat lemah kembali. Dan serangan yang kedus
mengatur semua perubahan beraninya sedemikian rupa. Hingga dia selalu terhadap talib telah lebih memperbesar tekanan ini. Dan kini sambil
selamat. Tetapi tak perna dia mengambil resiko sebesar sekarang. Dia dengan menunggu-nunggu harimau, datang tekanan lebih besar lagi. Bagaimana jika
dua orang anak ,uda yang tak bersejata. dia menembak tak tepat? Jika harimau itu llolos kembali ? atau jika dia
menembak hanya luka, dan harimau dalang mengamuk menyerang nereka ?
Dahulu ketika berontak dia selalu berlindung di belakang kawan-
mereka kini tidak di alasan pohon yang aman. Ingin dia sebenarnya
kawanya. Dan jika keadaan tela mereka kuasai, maka dialah yang memulai
mengusulkan supaya mereka pindah tempat,naik ke Atasb pohon, membuat
membunuh, merapok atau memperkosa. Akan tetpi karena berbuat demikian,
tempat menungggu di atas pohon. Akan tetapi dia tahu bahwa usulnya akan di
maka dialah yang di anggap paling berani. Dan waktu berburu dia selalu
dengar dengan perasaa aneh dan ganjil oleh buyung. Karena keadaan kini
paling beruntung. Nelum perna dia memburu harimau seperti dilakukanya
tidak mengizimkan mereka berburu cara demikian.
kini. Dan sejak tadi pagi pun yang sebenarbya bekerja mengikuti jejak
harimau adalah buyung. Akan tetapi wak katok amat pandainya membuat Kini soal mengadu kwmahiran berburu dan kekuatan hati dengan
usaha orang lain kelihatan seakan dilakukan di bawah pimpinannya. Dia tela harimau. Dan inilah yang dirasakan sekarang amat kurang cukup dimilikinya.
belajar berbuat demikian sejak lama. Sejak mudanya dia telah nelajar untuk Dai buka saja takut menghadapi harimau yang kini datang semakin dekat
memakai topeng, dan memakai warna-warna yqng berlainan-berlainan, di ke tempatnya bersembunyi, akan tetapi dia pun tak kurang takutnya, nanti
sesuaikan dengan waktu dan keadaan. Dia telah belajar untuk selalu selamat akan terbukti, di depan mata sanip dan buyung, jika gagal menembak.
Bagaiman jika ketika melihat dan mendengar auman harimau, badanya beku
dan kaku ? alangkah senangnya jika dia dapat mencari alsan untuk member akan tetapi buyung pun menginsyafi, bahwa kiini keselamatan mereka
senapan kepada buyung. Biarlah buyung yang menembak. Jika meleset, maka tergantung dari kekuartan hati mereka menunggu dan menunggu , dan
buyung lah yang salah. Akan dikatakankah, bahwa tanganya sakit, tau kaku, menunggu.
semutan…? Akan tetpi hatinya amat enggan melepaskan senapan dari
Tak ada kesenangan hal terasa dalam menunggu demikian. Lain
tangannya.
halnya dengan menunggu yang dilakukan oran ketika mengail ikan, dan
Sejak bahaya mengacam, tak perna dia melepaskan senpan dari berjam-jam dapat mengalir lewat dan hati merasa tenang dan enak,
tanganya lagi, jika taka mat perlu sekali. Dia mendapatkan sesuatu perasaan menunggu tarikan mulut ikan yang perlama pada umpan panjing di dalam
aman dari besi laras senapannya. Senapanya itulah yang memberikan air. Atau menunggu burubg belibis lewat di atas kepala, sedan pemburu
kepadanya kedudukan pimpinan dan kekuasaan antara mereka kini tanpa bersembunyi di dalam belukan rawa.
senapannya dia tak punya arti. Wak katok, meskipun seluruh tampangnya
“Aku hendak mengakui dosa-dosaku,”kata sanip dengan nafas ternga-
dan mukanya menunjukan kekukuhan dan kekerasan dan ketegahan,
engah,”biarlah Sutan marah karena aku melanggar janji atau sumpah.Tetapi
sebenarnya jauh dalam lubuh hatinya, adalah seorang yang rusuh hatinya,
aku akan tahan lagi.Karena aku juga,maka Talib telah jadi korban
kacu perasaannya, ragu-ragu pikirannya, penuh dilanda kebimbingan,
harimau.Kami bertiga,Talib Sultan dan aku,enam bulan yang lalu,yang
keraguan dan kekhawatiran. Tangan beku dan jari-jari beku, ketakutan pun
mencari empat ekor kerbau Hj serdang di kampung kerambi…”dan dia
meremes-remes hatinya tak berhenti-hentinya. Lama mereka menunggu.
melihat kepada Sutan,siap untuk mempertahan kan dirinya,,jika Sutan
Mereka memandang ke atas mengikuti jalan matahari, dn kecemasa menyerangnya kembali.
mereka semakin besar. Petang telah bertambah dekat, dan jika harimau tak
muncul dalam waktu setengah jam lagi, mereka akan harus berangkai, jika Akan tetapi Sutan seakan kini tak perduli lagi terhadap apa yang
masi ingin tiba di tempat bermalam sebelum saaat magrib. Jika mereka hendak dikatan oleh Sanip.Dia duduk di tanah,dadanya turun naik,karena
menungggu terlalu lamah, mereka akan kemalahan di jalan, dan keadaan napasnya masih kencang,dan dia hanya melihat saja ke tanah.
mreka akan amat berbahaya sekali. Akan tetapi seandainya pun mereka “Kami bertiga mencurinya malam-malam,dan ketika penjaga kebau
berangkat sekarang, keaadan merka tetap berbahaya, karena mungkin kini mengetahui pekerjaan kami,maka Talib yang menikamnya ,hingga dia
sang harimau bersembunyi menghadang di sesuatu tempat dijalan yang hary
rubuh.Dia tak mengenal kami,dan kami berhasil melarikan kebau dan
mereka tempuh untuk kembali. meyembelih kembali dan menjual dagingnya ke kota.Penjaga kerbau tak
Mereka tak tak tahu lagi sebenarnnya siapa kini yang menjadi mati.Itula dosa kami bertiga,tetapi sutan tak suka kimi ceritakan.
pemburu, dan siapa yang diburu.
“Apa lag dosa dosaku…”Sanip tertegun,dalam hatinya teringat
Matahari bergerak juga terus perlahan-lahan di langit. Udarah di rahasianya,ketika dia berumur Sembilan belas tahun, pergi ke kota, dan
bawah daun-daun hutan terasa panas. Tanah hutan yang lebab perlahan-lahan berkunjung ke rumah perempuan lancur.Akan diceritakan ini? Ini terang dosa
Mengauap kanair yang membuat udrah menjadi panas dan basah. Mereka tak juga yang amat di larang Tuhan.Akan diceritikankah ini?Atau ketika dia
berani mengusir atau memukul nyamuk yang dalan menyerah dan harus masih kecil,sering benar dia mencuri durian, mangga,duku.Dan waktu dia
menhan gigitan nyamuk dengan sabar dan tahan sekali. Kadang- kadang kecil,disuruh mengaji,sedang dia ingin main bola,hingga dia menendang
buyung merasa seakan hendak melompat dan memekik dan memukul Qur’an di tengah jalan ke mesjid tempatnya mengaji.Dia melawan pada
nyamuk di tangan, kaki dan teguhnya dengan kertas, demikia rasanya ibunya.Hawa nafsu yang timbul dalam dirinya tiap kali dia melihat perempuan
tekanan di dalam dirinya emndesak-desak menyuruhnya berbuat sesuatu
yang cantik.Hawa nafsu yamg membakar perutnya selama mereka tinngal di harus mengakui dosa-dosaku? Bukankah aku telah mengakui dosa telah
ladang Wak Hitam dan dia setiap hari melihat Siti Rubiyah. mencuri kerbau?”

Akan dicertakan semua ini dan banyak lagi yang lain?Dia ingat,bahwa “Semuanya, semua dosamu harus engkau akui,”terdengar suara Pak
dia telah melakukan segala dosa,besar dan kecil.Dia telah merasakan dalam Balam yang lemah, yang mendengarkan percakapan mereka.
dirinya hawa nafsu setan,rasa dengki,syrik,cemburu,kesombongan
hati,kekejaman,kekikiran.Dia pernah menghina orang miskin.Dia pernah Sanip terdiam, enngan benar hatinya hendak mulai. Sedangkan
menertawakan orang cacad, Dia perna… oh, semuanya yang tak baik perna dia mengaku dosa dosanya dalam hati sendiri suda amat susah, bagaimana
lakukannya.Dia perna tak patuh pada orang tuanya.Dia perna kurang ajar pada mengakuinya di hadapan orang lain, meskipun kawan nya sendri?.
orang yang lebih tua dari dirnya.Akan di cerikan semua ini?Akan tetpi jika di “Yang lain pun akan mengaku dosa dosanya,”kata Wak Katok,
ceritannya, apa lagi yang tinngal dari dirinya.Dia akan tinggal telanjang! suaranya keras dan tajam, “jika aku perlu paksa dengan ini,”dan dia
Dirinya akan kehilangan lapisan pelindungnya selama ini, yang membuat diri menggerakkan senapanya.
dengan serupa dengan orang lain. Kulit rahasia yang melpisi peribadi setiap
orang yang melindungi seseorang dari orang lain.Jika di ceritakan nya Buyung terkujut.
semuanya, jika di lepaskan lapis pelindungnya ini, maka ia tak berdaya
menghadapi orang lain. Dia tahu, sebagian besar orang besrsikap kejam “Setelah Sanip lalu Sutan, kemudian Buyung, dan kemudian Pak Haji.
tarhadap orang tak berdaya. Kebanyakan orang yang bersikap kejam dan Dosa-dosaku, telah kalian dengar di ceritakan oleh Pak Blam,” katanya dengan
hendak menindas orang yang tak berdaya itu kemungkinan bahwa dia pun suara pahit, “semuanya kita membersikan diri,dan meminta ampun kepada
dapat berganti tempat dengan orang yang tak berdaya itu, dank arena itu Tuhan. Mogamoga si nenek akan pergi meninggalkan kita. Ayo
timbul rasa benci dan kejamnya, hendak di hapuskannya orang-orang yang tak mulailah,Sanip. Tak banyak waktu tinggal. Sebentar lagi malam tiba, dan
berdaya dari permukaan bumi ini,supaya mereka tidak mengingat kepada dalam gelap entah apa yang akan terjadi.”
kemungkinan dirinya akan dapat demikian pula.
Dalam hatinya Buyung mengambbil tekat tidak akan menceritakan
Akan tetapi jika ia berdia diri,tidak lah pula mungkin dia akan apa yang terjadi antara dirinya dengan Siti Rubiya, biarlah dia mati, di tembak
menembus dosanya dengan mati di terkam harimau? Dan dia tak hendak mati. oleh Wak Katok atau di terkam harimau sama saja.
Dia merasa dirinya terlalu muda untuk mati.dia hendak masih hidup terus.
Orang mati hanya sekali, pikirnya, tetapi noda yang tergores di kening
Dia terkejut medengar kata Wak Katok, yang berkata dengan suara di bawah seumur hidup!
keras dan tajam; “Sanip, berbicaralah! Aku sebagai pemimpin rombongan
Daya Sanip menguasai dirinya patah di bwah ancaman Wak Katok.
berkewajiban untuk menyelamatkan diri kita semuanya. Menurut tenunangkau
Dia selalu bercerita. Semuanya diceritakannya. Tidak ada satupun di tahan
harimau itu harimaun biasa, akan tetapi mungkin harimau siluman seperti yang
lahanya. Dan dalam bercerita mulai pula terasa kelegaan dalam hatinya.
di katakana Pak Balam. Kita tak boleh lebih memarakannya. Baik lah enkau
Akhirnya dia pun terlepas pula dari tekanan dosa dosa yang selam ini melekat
mengaku terus terang dosa dosamu, dan minta ampun kepada Tuhan.
di jiwannya.
“Akan tetapi,” kata Sanip,yang masih cobah untuk mengekahkan
Buyung mendengarkan denagn penuh takjub. Berbagai persaan timbul
dirinya, “apa kah aku sendiri yang bedosa? Mengapa aku sendiri yang harus
di hatinya . perasaan marah, kecewa, kesal, jijik. Mungkinkan Sanip bercerita
sekarang adalah Sanip kawannya selama ini? Sanip yang periang, Sanip belantara. Dan di luar lingkaran cahaya di dalam gelap rimba belantara,
termasuk orang yang baik-baik di kampung, yang di hormati dan di sayangi, mereka seaakan merasakan kehadiran harimau yang ganas, mundar mandir,
dan di percaya selalama ini? Ternyata dia seorang tukang berzuna, seorang menunggu kesempatan dengan tak sabar. Di telinga mereka seakan masih
pencuri, seorang pendusta? terdengar bunyi aumannya yang dahsyat, dan pekik Talip. Kini hati mereka
bertambah susah lagi dengan kemarin malam.
“Sekarang engaku. Sutan,”kata Wak Katok.
Kini ancaman terasa lebih dekat dan lebih dahsyat. Dan rasa tak
Tetapi sutan dudk saja di tanah, kepalanya nunduk ketanah,dan dia tak berdaya tambah terasa. Seaakan pegangan tangan Dan jari-jari es yang sejuk
bergerak seaakaan tak mendengar kata Wak Katok. memeras meras hati mereka. Di dalam setiap kegelapan, di belakang setiap
“Sutan!” kata Wak Katok dengan suara yang lebih keras. daun dan dibelakan setiap bunyi mereka seakan bunyi mendengar tapak
harimau yang melangkah dengan halus dan berhati hati mendekati, mendekati,
Sutan diam juga,, tak bergerak-gerak. mendekati, mendekati….

“baikalah, cukuplah Sanip saja malam” ini, kalian masih terkejut, Esok paginya setelah mereka sembahyang subuh,lalu
masih ketakutan dan risau pikiran dan hati,” kata Wak Katok kemudian, “akan menyembayanhkan mayat Talib, dan pagi itu juga mereka menggali kuburan
tetapi esok pagi baiklah kalian mengakui dosa-dosa kalian semuanya.” untuk Talib di tempat yang tinggi, hingga jika anak sungai banjir, di musim
hujan, maka kuburan Talib tidak akan terendam air. Mereka menyusun batu-
Tak seorng kemudian hendak makan kemudian, setelah mereka batu sungai di sekeliling kuburan,dan pak haji mengatakan, nanti akan
sembayang magrib. Sembayang merekapun di kawal mula mula oleh Wak membuatkan batu kelapa kuburan di kampung untuk di pasang nanti jika
Katok, dan kemudian Wak Katok sembayang, sedang buyung berjaga-jaga kembali ke hutan.
memegang senapan.
Mereka tak banyak berbicara ketika Pak Haji memindahkan mayat
Malam itu tak seorang juga yang dapat tidur. Mereka selalu ingat Talib. Tubuhnya bekas gigitan dan cakaran harimau amat meyedihkan dan
perkataan Wak Katok: “Esok pagi kita kuburkan Talip.” mengerikkan. Dadanya kelehatan seaakan hancur sama sekali, dan pahanya
belah dan rusak. Belum lagi ratusan luka lain yang lebih kecil di seluruh
Dan sepanjang malam mereka duduk mengelilingi Talib, medoa, dan
badanya. Mukanya pun penuh dengan luka akibat do seret harimau kedalam
membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Buyung teringat pada istri dan anak-anak Talib
hutan.
di kampung. Bagaimana nanti dia menerima kabar kematian-nya. Akan heboh
besar di kampung, jika mereka pulang. Disini pikiran nya terhenti, dan Pak Haji memindahkan dan membersihkan badan Talib, dan kemudian
tajutnya timbul. Dapatkah mereka yang masih hidup pulang selamat ke membukus kain mayat dengan kain sarung yang bersih. Mereka
kampung? Bacaan doa doa mereka tak henti hentinya diiringi oelh erang Pak menyembayangkan mayat. Lalau mereka usung mayat ke kuburannya. Setelah
Balam, yang demamnya semakin panas, dan tiap sebentar bebicara tak keruan. lobang kuburan di tutup kembalih dengan tanah, maka batu-batu mereka susun
Kata kata dosa, bersalah, ampun Allah, silih berganti kening Pak Balam yang di atas kuburan. Dan Pak Haji kembali membacakan doa-doa.
basah. Lukanya kelihaian membusuk sekali. Kakinya gembung di bawah
bungkusan kain. Demikian lah mereka, seorang yang telah jadi mayat , yang Beberapa waktu mereka duduk mengelilingi kuburan, masing-masing
terbujur di tanah, seorang yang menanti mautnya,terbujur di seblah mayat, di dengan pikiran sendiri, sehinnga akhirnya Wak Katok berkata: “Marilah kita
dalam lingkaran api unggun. Mereka yang hidup dan mati di lenga hutan berengkat lagi.”
Akan tetapi ketika mereka tiba di pondok, kelihatan Pak Balam Kemudian Wak Katok berangkat dengan Buyungn dan Sanip menuju
menghadapi kerisis demamnya. Seluruh badanya amat sangat panas, dan dia ketempat harimau menyerang Talib. Mereka yang tinggal memandangi mereka
mengigau terus-menerus, menyebut-nyebut dosa dan meminta ampun kepada sampai hilanag di antara pohon-pohon, dan tinggal lah Pak Haji dan Sutan
Allah, dan meyuruh mereka meminta ampun dan mengakui dosa-dosanya. berdua menjaga Pak Balam. Keduanya merasa lebih tak berdaya di tinggal kan
oleh tiga orang kawannya. Ada nya Pak Balam yang sakit, yang telah di serang
Wak katok berkata, tak mungkin membawa Pak Balam sedang sakit harimau , lebih-lebih mengecewakan hati dan mematahkan semangat. Setiap
demikian. Lebih baik mereka menunggu dahulu sehari lagi. Buyung saat mereka merasa takut harimau akan datang meyerang. Apa daya? Senapan
menghusulkan agar mecoba memburuh harimau. Usul Byung mula-mula di bawah oleh Wak Katok yang membawa Buyung dan Sanip. Juga timbul
mereka terima dengan terkejut. rasa iri hati terhadap Buyung dan Sanip yang beruntung di pilih oleh Wak
Buyung berkata: Katok mengiringinya.

“lebih baik kita yang memburuhnya dari pada kita membiarkan dia Bagaimanapun juaga mereka mempunyai senapan, senjata terampuh
memburuh kita seperti selama dua hari ini,” yang mereka miliki terhadap harimau, dan mereka berdua di tinggalkan begitu
saja meninngalkan Pak Balam tanpa senjata, kecuali perang yang tak banyak
Setelah habis terkejutnya. Sutan meyokong usul Buyung. Wak Katok gunanya dipakai melawan harimau.
berkata, bahwa dia hendak membawa Sanip dan Buyung saja, biar lah Sutan
dan Pak Haji tinngal menjaga pondok. Sutan dan Pak Haji di kejutkan oleh setiap bunyi dan gerak yang
mereka dengar dan liat dalam hutan sekelilingnya. Dan jika tiba-tiba beruk-
“Nyalakan terus api unggun, insya Allah harimau tidak berani beruk berhenti berteriak-teriak, maka mereka akan berpandangan, bahwah
mendekat “katanya. harimau lelah tiba dekat mereka.

Mengingat bahwah akhirnya kini akan berkelahi dan akan menghdapi Dan jika beruk-beruk berbunyi-bunyi kembali, maka keduanya
musuh, kerusuhan hati mereka yang akan pergi memburu harimau mulai menarik napas lega, untuk kemudian menegang kembali, mendengar suara
mendorong kebelakang oleh gairah beburu yang timbul Dallam dirinya. berdetak di balik pohon dan daun-daun di sekelilinya. Dan igauan Pak Balam
Beburuh mereka tahu. Menghadapi harimau mereka yang akan mereka buruh, yang demamnya bertambah tinggi tidak membatu menenangkan hati mereka.
berlainan dengan menjadi korban yang di buru-buru, dan merasa tak berdaya. Sebaliknya hanya memnginginkan ketegangan dan ketakutan hati saja.
Kini mereka kembali seakan memegang tali nasib di tanagn sediri. Merekalah
yang memberi putusan, yeng mengambil putusan yang berbuat, mereka yang Dalam hati Sutan sekali-sekali ingin melihat Pak Balam cepat saja
mati, supaya jangan lagi telinganya mendengar seruan seruan Pak Balam
memburuh. Rasa manusia mereka telah kembali jadi kukuh dan tanggu dan
menyala, mereka masak makanan pagi dengan cepat-cepat, dan membungkus sedang menjadi-jadi,l maka sutan menutup telinganya, menguatkan hati dan
makanan untuk di bawah oleh wak Wak Katok, Buyung dan Sanip. pikiranya. Dia merasa seakan dalam dirinya suata meronta-ronta merenggut-
renggut minta di bukakan pintu.
“Kami akan pulang sebelum magrib,”kata Wak Katok kepada Pak
Haji, “ rebuslah hobat waktu tenga hari untuk Pak Balam. Paksakan suapaya Sutan tahun, bahwa dia tak memboleh membuka pintu dalam hatinya
diminumnya.” untuk yang merenggut-renggut dan meronta-ronta itu. Pintu harus di tutupnya
sekeras kerasnya. Mengapa Pak Balam tak berhenti mengigau? Mengapa dia
harus menyebutnyebut tentang dosa? Tidak kah cukup Talib dan sanip yang tahun telah kawin tak kurang dari empat puluh lima kali, jadi tepat tiap tahun
telah mengakui dosa dosanuya. dia mengganti seorang isrtri, dan tiap kalinya seorang anak perawan?

Untuk Wak Katok cepat pergi memburuh harimau, jika tidak, dan dia Akan tetapi ada kata yang meronta-ronta jauh di bawah lubuk
memaksa agar supaya mereka mengakui dosa-dosanya, maka sutan tak tahu hatinya,”apa yang engkau lakukan adalah kebiadaban gelap dan hitam, dan
apa yang akan di baut nya. Dia tak hendak mengakui dosa-dosanya. Selama- adalah dosa dahsyat.”
lama tidak. Mengingatnya saja pun dia tidak mau, apa lagi untuk mengakuinya
kepada orang lain. “Diaammmm! Diam engkau1” Sutan tiba-tiba berteriak, menyuruh
hatinya diam, dan menyruh Pak Balam yang masih terus mengigau supaya
Dia dapat mengingat dosa nya seperti di waktu di bulan puasa dia diam. Kini harus kenangannya. Dia teringat suatu hari, ketika dia kembali dari
makan sembunyi sembunyi,akan tetapi waktu berbuka, terus juga mengakui memasang jerat untuk menangkap burung balam, dan jerat di pasang ladang
dia telah berpuasa sehari penuh, atau kitaka dia merokok sembunyi-sembunyi yang di jeratnya yang di tanggalkan orang kampung. Dan dia sedang duduk
di dalam kakus, sedang ayahnya melarang untuk merokok. Atau kepada dusla- bersembunyi di bawah pohon dadap, dia melihat Sti Nurbaiti, gadis berumur
dusla nya kepada orang ibu dan kawan-kawannya, atau kepada istri sendiri. tiga belas tahun masuk ke ladang. Dia membawah sebuah keranjang kecil, dan
Dan teringat pada ini, hatinya tidak terganggu sama sema sekali. Dia juga datang keladang untuk memetik buah rimbang, karena banyak pohonya
dapat ingat pada pencurian kerbau yang mereka lakukan. Dan ini pun tak tumbuh di ladang kososng.
terlalu mengganggu hati nuraninya. Hamper oleh setiap orang di kampung ada
saja yang telah di curunya, pikirnya, kalau buak kerbau, maka kambing, bukan Siti Nurbaiti anak yatim piatu di kampung, dan dia tinggal dengan
kambing ayam, bukan kambing, ayam, bukan ayam ikan, bukan ikan buah neneknya yang suda tua. Dialah yang berkerja mencari sayuran atau kayu
kelapa, atau yang lain. Dia tahu sebabagi penyamun, dan mereka hidup selama bakar. Bagaimana terjadi apa yang terjadi kemudian, kini pun tak jelas dapat
sampai hari tuanya. Malahan ada seorang yang lelah berumur delapan puluh di ingat oleh Sutan. Mungkin hawa nafsun iblisnya terbangun melihat buah
tahun, dan jika lagi senang bercerita, dan maka dengan bangga menceritakan Menunggu rusa dalang minum ke tempat air di tengah hutan atau menunggu
bagaimana dia di waktu mudanya menyamun pedali-pedati yang membawag kekasih yang datang terlambat .
barangbarang dagangn dengan di hari pekan dari desa ke desa yang lain. Di dalam menunggu serupa ini ada terasa bahagia yang terdiri dari
Perbuatan penyamunan demikian, malahan di anggap sebagai perbuatan berani campuran harap-harap dan tak sadar .akan tetapi menunggu seperti yang
dan gagah, dan buka dosa dan kejahatan. mereka lakukan ini adalah satu siksaan.akan tetapi karena sadar ,bahwa untuk
Dan tentang perempuan. Ya, dia pun tak luput dari berdosa demikian, dapat hidup terus mereka harus dapat menahan siksaan ini ,maka mereka pun
akan tetapi ini pun akankah sungguh merupakan dosa besar yang tak dapat di diam dan menunggu .untuk dapat hidup terus manusia bersedia berbuat banyak
ampuni, dan harus di hokum dengan mengirimkan harimau untuk membunuh sekali.tidak saja mengorbankan kesenangan diri,harta dan kekayaan ,akan
mereka? Berapa banyak orang lain yang lebih terhormat dan mulai tetapi menjual kehormatannya sendiri pun banyak orang yang yang bersedia
kedudukannya yang berbuat demikian pula. Dan tiap tahun menceritakan melakukannya .hidup penuh kemanisan ,sedang janji –janji surge bagi orang
istrinya, dan kawin lagi, dan dengan hormat menjaga supaya jumlah istrinya yang beramal saleh belum ada seorang manusia pun yang dapat
tidak melebihi orang batas seperti di tetapkan dalam Al Qur’an. Apakah membuktikannya ,baik bagi dirinya sendiri ,apalagi untuk orang lain.
mereka tak berdosa juga sebenarnya? Bagaimana dengan ulama Syakh Haji
Bukaruddin,yang sejak berumur dua puluh limah tahun hingga tuju puluh
Karena itu orang ingin memperpanjang hidupnya sebanyak mungkin. Wak Katokkah? Sanip yang di dengarnya waktu lecilnya, yang kadang-kdang
Peminta-minta yang paling sengsara memperpanjang hidupnya ,sedangkan menyaru sebagai orang yang di kenal lalu membawanya sesat jauh ke dalam
hidupnya telah begitu getir dan pahit. hutan. Apakah suara itu kini suara orang halus rimba yang menyesalkan
mereka?
Mereka menunggu terus.
Apakah itu suara harimau siluman yang hendak mengumpan mereka,
BUYUNG yang mula-mula menegakkan kepalanya dan memasang supaya meninggalkan tempat persembunyian mereka? Nah, kini suara teriak
telingnya baik-baik .beberapa saat dia demikian ,sedang wak katok dan sanip orang bertambah jelas –datangnya seakan dari arah hutan yang telah mereka
ikut pula memasang telinganya .mereka tak mendengar sesuatau apa.hanya tempuh tadi, dijalan yang mereka lalui, mengikuti jejak harimau yang akhirnya
bunyi angina di antara daun-daun dan bunyi-bunyi hutan yang biasa . membawa mereka ke tepi sungai, tempat mereka berhenti dan makan sebentar.
BUYUNG berbisik amat halus sekli: Kini mata mereka menuju kea rah hutan yang telah mereka tinggalkan.
“saya seakan mendengar suara orang memanggil-manggil . Mereka menunggu. Mereka menunggu. Mereka menunggu.

Mereka bertiga tegang menajamkan pendengarannya.akan tetapi Tiba-tiba seluruh urat syaraf mereka mengencang amat sangat, dari
mereka tak mendengar sesuatu apa pun juga. tempat mereka makan di pinggir sungai, mereka mendengar suara auman
harimau, dan jerit orang yang kesakitan dan penuh ketakutan, jerit suara
Setelah menunggu beberapa saat lagi dan tidak juga mendengar sesuatu manusia yang merobek hati dan jantung, merobek dada dan hati dan perut.
apa,kembali mereka menggundurkan panca inderanya ,lima menit kemudian
buyung mengangkat kepalanya kembali, dan berteriak perlahan sekali: Yang merobek-robek seluruh rasa manusia. Jerit yang tajam
menembus ke langit, menembus ke dalam bumi yang menggetarkan seluruh
“aku dengar kembali seperti suara orang memanggil” daun-daun di seluruh rimba raya, jerit maut yang mengheningkan seluruh
bunyi dan suara di dalam hutan. Jeirtan yang membekukan darah mereka
Sanip dan wak katok memasang telinganya.mereka bertiga… harimau telah menyerang yang ketiga.
menunggu.benar,tak lama kemudian,jauh sekali,sayup-sayup sampai,mereka
mendengar suara.akan tetapi apa yang dipanggil suara itu tak jelas pada Kali ini kebekuan darah dan panca indera mereka lebih lama bertaku.
pendengarnnya.suara itu menghilang begitu terdengar ke telinga .hingga Dan ketika panca indera mereka mulai bekerja kembali Sanip menutup
mereka belum begitu yakin benar ,bahwa ada mereka mendengarnya. mukanya dengan kedua tangannya, dan bersuara seakan orang yang hendak
menangis. Buyung kaku seluruh mukanya, dan nalurinya yang pertama ialah
Kini ketegangan memuncak dan berkumpul ketat serta padat dalam hendak melompat memburu ke tempat harimau menerkam mangsanya,
diri mereka.menunggu kembali.suara itu terdengar kembali-sebuah suara menolong sang korban. Dalam hatinya Wak Katok merasa ketakutan yang
seperti seorang berteriak ‘oooo-oooo!!!!’ – ataukah ‘tooolooong!!!!!’ yang lalu amat sangat. Dia dapat membayangkan dirinya sebagai sang korban. Tetapi ia
segera menghilang pula kembali. merasa agak lega, karena harimau telah menyerang sasaran lain. Wak Katok
berdiri, dan mengambil jalan pintas mengambil arah kembali ke tempat
Adakah orang meminta lolong jauh disana? Adakah orang lain dihutan
mereka bermalam.
besar ini ,yang kini, yang kini diserang harimau? Mereka berpandangan.
Mereka merasa amat tegang sekali. Kini suara datang lebih jelas, dan kini
dapat mereka mendengar jelas ‘tooooooooookkkkkkkk!!!!!’ orang memanggil
Buyung memegang lengan bajunya dan berbisik: “Tidakkah kita ke “Pak Balam bertambah parah kini,” katanya, “Aku khawatir dia tak
sana menolong orang itu?” sampai pagi dapat hidup.”

Wak Katok berbisik kembali dengan suara marah: Mereka tergesa menuju pondok hendak melihat Pak Balam. Pak
Balam terbaring di tanah, mengersang perlahan-lahan, napasnya berat, dada
“Dungunya engkau. Kita tak dapat menolongnya jika kita tiba di sana, kelihatan bahwa demam karena infeksi luka-lukanya kini telah menyerang
dia telah hancur di makan harimau. Paling cepat dua puluh menit baru kita seluruh tubuhnya dia telah bertambah jauh meninggalkan cahaya hidup, dan
dapat tiba di sana. Petang telah larut. Kita mesti cepat pulang.” telah lebih dekat pada pinggir jurang kegelapan kematian. Tetapi Buyung tak
Wak Katok meneruskan langkahnya cepat-cepat. Buyung hendak dapat lama-lama memperhatikan Pak Balam yang kini tetap tak sadar dan tak
memprotes, akan tetapi dalam hatinya dia pun merasa senang Wak Katok mengenalnya, meskipun matanya terus terbuka. Buyung teringat pada Sutan
memutuskan yang demikian. Dia tak terlalu gembira untuk berlari menuju dan dia mendesak:
tempat harimau menerkam mangsanya. “bagaimana? Apa yang meski kita lakukan? Tidakkah kita harus
Mereka berlari sejarak beberapa ratusan meter ketika akan tiba di kembali ke sana? Akan kita biarkan Sutan dimakan harimau?”
tempat bermalam. Dari jauh mereka telah melihat asap api unggun. Asap Mereka memandang padanya. Mereka memandang berkeliling pada
menunjukkan tanda hidup, dan mereka ingin cepat dapat merangkul hutan yang mulai di selimuti selendang-selendang senja tipis dan amat halus,
kehidupan. Pak Haji datang menyongsong mereka berlari yang menimbulkan yang pertama turun dari langit di sebelah barat, yang mengurangi
pertanyaan dalam diri mereka. Telah matikah Pak Balam? Pak Haji telah kecemerlangan cahaya matahari. Dan Buyung pun insaf bahwa tak ada
terdengar berseru-seru dari jauh, tetapi suaranya tak terdengar jelas. Baru gunanya kini bagi mereka untuk kembali. Belum mereka tiba di tempat itu,
setelah dekat, mereka mendengar seruan Pak Haji yang bertanya: Sutan, jika seandainya dialah yang menjadi korban harimau, telah lama mati
“bertemukah kalian dengan Sutan?” dan habis di koyak-koyak harimau. Akan tetapi mungkinkah bukan Sutan itu?
Barangkali orang lain? Dan Sutan emana dia? tiba-tiba Buyung menyesal
Dan tiba-tiba mereka berhenti dekat pondok mendengarkan teriak Pak mengapa dia tadi tidak lebih kuat menjaga Wak Katok dan Sanip untuk segera
Haji. Pak Haji pun berhenti berlari menyongsong mereka. Seluruh mengejar ke tempat auman harimau menerkam orang.
kedahsyatan kejadian kini menguasai diri mereka. Sutan lah yang diterkam
harimau! Akan tetapi mengapa dia meniggalkan tempat bermalam? Bukankah Pikirannya bingung. Mengapa Sutan melakukan apa yang telah di
dia dan Pak Haji harus menjaga lakukannya? Mengpa dia hendak mencekik Pak Balam yang sakit? Mengapa
dia tak tahan mendengar kata-kata dosa yang di ucapkan Pak Balam yang
Pak Balam? Apa yang telah terjadi? Mengapa Sutan meninggalkan mengigau? Kini sekali-kali Pak Balam masih mengucapkan kata itu. Dosa
Pak Haji dan Pak Balam? Kemana dia? besar apakah yang di simpan Sutan, hingga dia bertaku demikian? Susah benar
hati Buyung. Dia merasa seakan dunia yang di kenalnya selama ini telah
Wak Katok menyumpah-nyumpah dengan hebat. Buyung runtuh di sekelilingnya. Orang-orang yang selama ini dikenalnya
menceritakan kepada Pak Haji apa yang mereka dengar. Pak Haji disayanginya, dihormati, dan di seganinya, kini seakan terbuka topeng mereka
menceritakan apa yang telah terjadi. sehari-hari, dan mereka memperlihatkan wajah-wajah yang lain. Pak Balam
yang begitu pendiam, Wak Katok disegani dan dihormati, gurunya, talib yang
di anggapnya orang baik-baik di kampung. Dan bagaimana dengan Pak Haji? Mereka terlalu letih mengikuti jejak harimau sepanjang hari, hingga
Dia tentu juga punya dosa-dosa yang di sembunyikannya dari orang lain. setelah makan malam, meskipun Pak Balam terus mengigau, dengan kematian
Sutan yang diterkam harimau dan bahaya yang masih mengancamnya, Buyung
Tiba-tiba Buyung teringat pada dosa-dosanya sendiri, dan pikirannya dan Sanip tertidur juga. Tetapi mereka tertidur dengan gelisah. Wak Katok dan
bertambah kacau. Mengapa selama ini, meskipun masing-masing berdosa, Pak Haji berdua yang metaksanakan sembahyang magrib dan isya. Biasanya
mereka dapat hidup biasa? Mengapa baru kini dosa-dosa ini menonjol begitu Wak Katok membangunkan Buyung dan Sanip, menurut giliran mereka untuk
tajamnya, dan menguasai semua pikiran dan perbuatannya? Apakah semua berjaga-jaga, selelah mereka mulai diserang harimau akan tetapi malang itu
orang demikian, berubah dari yang biasa jika berada di bawah tekanan bahaya, Wak Katok tak hendak melepaskan senapan dari pegangannya. Dia duduk
atau tekanan lain yang terlalu berat? Maka lalu dia tak dapat lagi damai sendiri dekat api. Tiap sebentar matanya mengawasi hutan gelap di luar
dengan dosa-dosanya, dan api yang selama ini membakar jauh di lubuk lingkaran cahaya api. Semakin lama ketegangan yang menekan itu semakin
hatinnya, lalu mencari jalan keluar dengan berbagai cara? Buyung sendiri besar, dan semakin besar pula, dan semakin besar, da nada beberapa kali Wak
merasakan ketegangan yang amat sangat. Diapun bingung dan rusuh, akan Katok pun tak dapt menahan rasa takut yang meneras dengan amat kuatnya,
tetapi satu hal tetap jelas baginya, dia tidak akan menceritakan apa yang telah dan dia merasa ingin melompat dan menjerit melakukan sesuatu kekerasan
terjadi antara dia dengan Siti Rudiah kepada-kepada siapapun juga. Lebih untuk menghapuskan rasa takut demikian dari hatinya.
baik, daripada harus mengakui.
Beberapa kali hatinya berdebar-debar amat kerasnya mendengarkan
Sejak mereka mulai menunggu datangnya harimau di tempat bunyi berkeresekan di antara belukar gelap yang di luar cahaya api unggun,
persembunyian mereka, Buyung dapat merasakan sesuatu perubahan di dalam dan timbul hasratnya untuk membangunkan Pak Haji, atau Buyung, atau
diri Wak Katok. Air mukanya yang keras kini seakan goyah. Seakan Wak membangunkan mereka semua. Akan tetapi di tahannya dirinya. Takut dia
Katok meragukan kekerasan dirinya sendiri. Sesuatu yang goyah yang dapat akan merasa malu, merasa akan tahu, baha dia merasa takut. Karena bukankah
membahayakan, bukan saja diri Wak Katok sendiri, akan tetapi diri mereka dia adalah Wak Katok, orang yang paling berani di kampungnya, yang tidak
semua. takut pada setan, jin atau iblis, seorang dukun yang amat tinggi ilmunya, yang
“Pasti Sutan itu,” kata Pak Haji kemudian, menyimpulkan apa yang dapat mengobati segala penyakit, yang dapat memanggil angin dan hujan,
telah di putuskan sejak semula dalam hati masing-masing, akan tetapi tak ada menundukkan api, menundukkan racun dan gunaguna, seorang pemburu yang
yang mau mulai mengeluarkannya. merajai semua rimba, guru silat yang tidak ada tandingannya?

Setelah Pak Haji memastikannya, mereka amat merasa sekali betapa Demikianlah dia duduk sendiri, dekat api unggun, seorang manusia
telah tiga orang di antara mereka bertujuh yang telah jadi korban harimau. yang menganggap dirinya besar, di dalam dunia kecil lingkaran api unggun, di
Kini mereka tinggal berempat. Pak Balam hanya menunggu saatnya yang dalam perut kegelapan malam dan hutan raya. Dan semakin lama
terakhirnya saja. Tak seorang juga di antara mereka yang kini berpikir Pak ketakutannya itu semakin menguasai dirinya, dan semakin menguasai dirinya
Balam dapat sembuh. … kenangan-kenangan timbul dari lubuk hatinya,naik keatas, menonjolkan
kepala ke alas permukaan air yang ditimpa sinar matahari,dan mata-mata ikan
Dan diantara mereka yang berempat siapakah lagi yang akan menjadi terasa silau dan terbakar melihat terang yang nyalang. Wak katok
korban sebelum mereka dapat tiba selamat di kampungnya? Masing-masing ingat,ingatanya kembali pada semua yang dilakukannya dimasa dahulu.
berkeyakinan dan berharap dialah yang akan selamat, dan biarkan yang lain
menjadi korban harimau, jika perlu.
takutnya mengakui berdosa menguasai dirinya kembali,dan dia menolak dosa Dengan cepat mereka memeriksa Pak Balam yang terbaring di tanah… dan
dosa itu sebagai dosa.dia akan menghapuskan dari ingatannya dan dari ingatan meliht Pak Balam terbaring kaku dan diam. Mereka pun tahu, bahwa Pak
kawan-kawannya.dia menoleh kepada mereka yang sedang tidur.alangkah Balam telah berhenti hidup.
mudahnya pikirannya-kini saatnya,bunuh saja mereka yang tinggal-pak
haji,sanip dan buyung.pak balam tak lama lagi akan mati.dan dia pulang Kembali ketegangan menguasai diri mereka dan hati mereka jadi
sendiri ke kampung.mayat mereka akan segera habis dimakan oleh harimau. rusuh dan pikiran mereka jadi kacau kembali. Ketakutan kembali melanda
mereka bersembahyang subuh, seruan Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Laporkan ke kampung bahwa dari mereka bertujuh hanya dia sendiri Akbar! Pak Haji terdengar bertambah khusuk, dan dalam hati mereka pun
yang tinggal selamat .orang kampung mahalan akan lebih segan dan hormat lebih-lebih lagi menyerahkan iri mereka di bawah perlindungan Allah Yang
lagi dan akan lebih percaya lagi,bahwa sesungguh-sesungguh tuahnya MAha Kuasa. Setiap orang di antara mereka menambahkan doa dalam hatinya
besar.keramatnya hebat sekali,hingga dari mereka bertujuh hanya dia sendiri supaya dialah yang di selamatkan Tuhan.
saja yang dapat selamat.dia akan dapat mengatankan kepada orang kampung
,bahwa harimau itu adalah harimau siluman yang datang mengejar orang- Kemudian mereka memandikan mayat Pak Balam dan
orang bedosa diantara mereka.dan meskipun dia telah mencoba membungkusnya dengan kain sarung, bekas luka-luka di badan dan kaki Pak
menotaknya,akan tetapi kawan-kawannya yang menjadi korban rupanya Balang telah membusuk sama sekali. Mayatnya berbau busuk. Mereka
terlalu besar dosanya,hingga sia-sia usahanya.nyaris dia sendiri pun hamper kemudian menggali kuburan. Setelah kuburan mereka tutup kembali tiba-tiba
jadi korban, jika tidak ilmunya kuat sekli.dan dia akan dapat menambahkan Buyung tak dapat menahan dirinya.
dengan suara yang saleh ,ya apa daya kita,jika sudah kehendaknya,maka tak
“Wak Katok,” katanya, “mari sekarang kita buru harimau itu sampai
ada suatu kekuasaan di dunia yang fana ini yang akan dapat menahannya. dapat. Hatiku panas sekali. Pak Balang, Talib dan Sutan harus di tuntut bela.”
Dia hendak bergerak melakukan niatnya, ketika tiba-tiba sesuatu
Wak Katok memandang kepalanya kemudian Pak Haji, dan Sanip.
dalam hatinya menahannya. Jika dibunuhnya mereka bertiga maka dia akan Tak ada berniat sebenarnya dalam hatinya untuk memburu harimau. Satu-
tinggal sendiri membayangkan dirinya tinggal sendiri di dalam gelap itu, satunya rencana ialah secepat mungkin meneruskan perjalanan untuk kembali
dengan harimau menunggu di dalam gelap di luar batas cahaya api unggun ke kampung dan untuk menyelamatkan dirinya. Tetapi ini, anak muda yang
menimbulkan takut lebih besar lagi dalam dirinya. Dia masih menghadapi menjadi muridnya pula, berani mengusulkan agar mereka pergi memburu
empat hari empat malam perjalanan lagi sebelum tiba di kampung. Dia harus harimau.
mencari akal agar dia masih mempunyai kawan hingga malam terakhir. Siang
hari terakhir dapatlah dia sendiri menuju kampung dengan membawa “diam engkau dulu, Buyung tunggu orang-orang tua berunding dulu, “
senapannya. Lebih baik dia menunggu lebih dahulu. Kesempatan untuk kata Wak Katok mendiamkan Buyung.
melakukan niatnya masih banyak.
Buyung hendak membantah, akan tetapi menahan dirinya. Dia melihat
Setelah mengambil keputusan serupa ini hati Wak Katok merasa lebih kepada Pak Haji dan Sanip, seakan hendak meminta bantuan dari mereka.
senang. Dengan tak disadarinya dia tertidur pula. Dia dan kawan-kawannya Akan tetapi Pak Haji diam saja, dan Sanip menundukkan mukanya, lebih suka
yang lain terbangun oleh kokokan ayam hutan yang berderai-derai ketika fajar memerika orang lain saja mengambil putusan. Sejak Talib di terkam harimau,
tiba. Dan segera pula mereka merasakan sesuatu yang baru di tempat mereka dan kemarin Sutan. Seakan sesuatu patah di dalam dirinya, dan Sanip yang
bermalam. Dengan terkejut mereka tak lagi menyadari lagi igauan Pak Balam. penggembira dulu seakan tak ada lagi. Ia kelihatannya lesu sekali.
Kecemerlangan hatinya dan penggembiraan telah hilang. Seakan cahaya hidup “Turutlah segala perintahku baik-baik,” kata Wak Kato, “yang kita
telah hilang dalam dirinya. Sinar matanya pun pudar, tak berkilau. buru bukan sembarang lawan. Hanya jika kalian menurut semua petunjukku
dengan cermat, baru kita akan berhasil.”
Pak Haji berunding dengan Wak Katok, Pak Haji mengatakan
bahwa putusan terserah pada Wak Katok, karena Wak Katok yang membawa Mereka masak, makan pagi, menyiapkan pembekalan.
senapan dan Wak Katok lah yang ahli berburu. Memang kemungkinan besar
Sutan telah lama habis dimakan harimau. Akan tetapi selalu pula ada
kemungkinan dia berhasil melepaskan diri, dan mungkin kini bersembunyi di
atas pohon. Mungkin dia luka. Tidaklah dalam keadaan demikian kewajiban
mereka untuk menolongnya? Dan bagaimana jika mereka kembali ke
kampong dan kemudian ternyata Sutan masih hidup, dan berhasil pula kembali
ke kampong? Apa kata orang kampong tentang diri merka?

Ucapan Pak Haji yang terakir inilah yang menyebabkan Wak Katok
memutuskan untuk kembali ke tempat mereka mendengar Sutan diserang
harimau. Dia lebih takut lagi jika namanya akan rusak di kampung, jika orang
kampung akan tahu, bahwa dia takut, apalagi setelah Buyung yang
mengusulkan supaya mereka kembali. Mulut anak muda itu tak akan berhenti-
henti nanti bercerita, pikirnya dengan marah, bahwa dia telah mengusulkan
agar kembali, tetapi Wak Katok tak mau. Dia takut dan ingin cepat lari ke
kampung. Serasa terdengar olehnya maki-makian orang kampung terhadap
dirinya, jika terjadi yang demikian. Tidak, hal yang demikian tak dapat
dibiarkannya terjadi. Dia harus tetap memelihara keganan dan hormat orang
kampung terhadap dirinya. Dia merasa tak dapat hidup, jika dia tidak lagi
dihormati, disegani, dan dipuji-puji orang di kampung. Dia akan lebih
menegaskan hatinya, dan berkata: “Memang aku telah memutuskan untuk
memburunya sampai dapat. Sebelum kita berangkat, aku buat dahulu jimat
yang lebih kuat lagi untuk melindungi diri kalian terhadap serangannya.”

Wak Katok pergi menyendiri ke dalam pondok, dan mengeluarkan


batu dari dalam kantong ikat pinggangnya, yang dibungkusnya dalam
potongan-potongan kain putih yang dibawahnya, kemudian dijampinya
beberapa lama. Kemudian batu yang telah dibungkusnya diberikannya kepada
mereka seorang satu.
Seakan-seakan mereka melalui bahagian hutan yang dikososngkan,

7 yang lain dari yang lain. Udara di dalamnya panas, lembab, dan basah, dan
jalan yang mereka lalui berat sekali, karena mereka haus membuka jalan
antara panda-pandan dan rotan-rotan berduri. Semakin dalam mereka
memasuki hutan, semakin gelap udara di dalam hutan, dan tanah yang mereka
Wak Katok membawa mereka memintas jalan menuju tempat mereka lalui tiap sebentar dilintasi oleh anak-anak sungai kecil yang mengalir dengan
mendengar Sutan diserang oleh harimau, Meskipun Wak Katok telah lamban. Jika ada orang dalam mimpi pernah memasuki hutan-hutan jahat yang
mengatakan, bahwa dia akan memimpin mereka memburu harimau, akan keramat dan bertuah, tempat orang disesatkan oleh tukang-tukang sihir gaib,
tetapi dalam hatinya dia masih mencari jalan ke luar dari tugas ini. Putusannya dan ditakdirkan akan berputar-putar berkeliling tersesat di dalam hutan sampai
untuk memintas jalan merupakan juga sebuah usahanya untuk menghindarkan akhir jaman, maka inilah hutan itu. Rupa pohon-pohon dalam hutan pun
selammma mungkin kembali ke tempat jejak harimau. Alasannya benar. menakutkan. Pohon dan cabang-cabang tebal ditutupi lumut yang panjang-
Katanya, supaya mereka lebih lekas sampai dan untuk mengelakkan diri dari panjang, dan tanaman yang menjalar memasang sulur-sulurrnya dari pohon ke
buruan harimau, jika mereka mengikuti jejak harimau yang lama. Karena pohon, hingga tak ubahnya seakan ada seekor laba-laba raksasa yang
harimau telah tahu, bahwa mereka memburunya, seperti terbukti kemarin. memasang jaring-jaringnya di seluruh hutan.

Buyung sendiri pun sepaham dengan Wak Katok. Putusannya tepat Seluruh suasan hutan menekan perasaan dan mereka berjalan dengan
dan benar, dan sama sekali tidak menimbulkan kecurigaan tentang maksud- diaam-diam. Tak seorang juga bereselera hendak bercakap-cakap. Masing-
maksudnya yang sebenarnya. Setelah mereka berjalan ada-sejam lamanya masing dengan pikiran-pikirannya, membawa perasaan-perasaan-nya yang
melintasi tebing dan ngarai, mereka tba di sebuah bahagian hutan yang lebat tambah lama terasa tembah berat.
sekali. sinar matahari hampir tak dapat masuk. Di tengah hutan udara separuh
gelap. Tanah basah dan di banyak tempat becek sekali. Daun-daun basah, dan Buyung merasa setengah menyesal karena telah mengambil jalan
air menetes-netes terus dari daun yang paling atas hingga ke daun yang paling memintas yang tak pernah ditempuh orang ini. Entah berapa lama mereka
bawah. Tak seekor burung pun terbang di bahagian hutan yang gelap ini. Di harus mengarungi rimba jahat ini. Mereka lebih terlambat tiba di tempat
sini hanya bereterbangan nyamuk, dan serangan pacet amat hebat. Tiap harimau meneyerang Sutan. Mereka tak dapat berjalan dengan cepat, kerapkali
sebentar mreka harus menggosok tangan dan kaki dang tengkuk dengan air harus berhenti untuk memotong dahan-dahan dan daun-daun pandan yang
tembakau. berduri. Dan jika memotongnya menimbulkan bunyi yang begitu keras, wak
Katok akan menggeram: “jangan terlalu rebut kalian.”
Tak seorang pun di antara mereka telah pernah memasuki hutan ini.
Mungkin sejak dunia muulai terhampar belum pernah manusia memasukinya. Bagaimana dapat memotong daun dan dahan tak bersuara? Mereka
Margasatwa hutan yang biasa pun tak senang tinggal di hutan serupa ini, menyesal mengikuti Wak Katok yang membawa mereka melalui hutan ini.
kecuali barangkali babi atau badak. Dalam hutan ini orang tak lagi dapat mengikuti kedudukan matahari. Orangtak
dapat lagi memeriksa ke arah mana dia menuju. Entah dimana arah Timur,
Ketika mereka melalui hutan gelap itu mereka tak mendengar sesuatu enah dimana arah Barat, Selatan atau Utara. Mereka mungkin tersesat jika
apa. Hutan seakann sunyi sepi, taka da penghuninya, kecuali serangga- keadaan hutan begini terus.
serangga kecil. Tak ada bunyi himbauan beruk atau siamang. Tak ada bunyi
paluan burung pelatuk, tak ada bunyi burung-burung. Dalam khayalannya Buyung membayangkan mereka tersesat,
kehabisan makanan, hilang tak tentu rimbanya di dalam hutan yang dahsyat.
Akan tetapi dia menahan hatinya, tak hendak membiarkan dirinya dihanyutkan dengan kawan-kawannya yang lain adala kerjasama yang sama-sama
oleh pikiran-pikiran yang demikian. Dia teringaht nasihat pamannya yang tua, menguntungkan pada diri masing-masing. Ia tak hendak mencampuri soal-soal
yang mengatakan kepadanya, bahwa orang tak boleh memikirkan atau pribadi mereka, dan dia tidak mengundang orang lain mencampuri persoalan
membiarkan pikiran-pikiran demikian dapat mempengaruhi diri orang. Dan dirinya. Masing-masing orang wajib mengurus dunianya sendiri, itulah
terjadilh hal-hal yang tak dikehendaki atau ditakuti. sembonyannya.

Karena itu Buyung menahan arus pirannya yang demikian. Dia Dia tidak percaya adanya manusia yang berjuan dan memikirkan dan
mengalihkannya dengan mencoba mengingat Zaitun. Apa kiranya kerja Zaitun malahan sampai memberikan jiwanya untuk kepentingan umum yang lebih
kini? Sedang memasakkah dia di rumahnya? Atau dia menjahit? Teringat pada besar, untuk kebahagiaan manusia-manusia lain yang lebih banyak.
Zaitun membawa pula ingatannya kepada Siti Rubiyah. Dia masih tak Pengalamannya dalamhal-hal serupa ini telah terlalu banyak dan terlalu pahit.
mengerti benar apa perasaanya sebenarnya terhadap Siti Rubiyah, tetapi tak Telah amat sering dia tertipu dahulu, waktu mudanya, ketika I mengembara ke
serupa dengan apa yang dirasakannya terhadap Zaitun. Dia merasa hanya seluruh dunia, betapa orang-orang yang datang kepadanya dan mengatakan
dapat hidup dengan Zaitun. Hanya jika dia kawin dengan Zaitun baru dia hendak menolongnya, sebaliknya telahmenimbulkan celaka padanya.
merasa dirinya lengkap, baru hidupnya sempurna, baru terisi jejosongan yang
ada di samping dirinya. Kemudian dia menahan kembali, dia tak hendak Berkali-kali dia mengalami yang serupa itu sejak waktu mudanya.
memikirkan apa yang harus dilakukannya jika mereka telah kembali ke Bukan saja dia telah kehilangan kepercayaanya terhadap sesame manusia,
kampung, dengan janjinya kepada Siti Rubiyah. akan tetapi kepercayaanya.

Sanip berjalan dengan diam, dan menebas daun dan dahan gerak Terhadap Tuhan pun sebenarnya telah hilang dari hatinya. Dia
tangan seakan tak disadarinya, akan tetapi yang bekerja sendiri secara memang telah naik haji, telah menunaikan rukun Isalam yang kelima. Dia
otomatis. Hatinya penuh gundah gulana. Dia ingin benar cepat-cepat memang berpuasa dan besembahyang, akan tetapi semua ini dilakukannya
meneruskan perjalanan ke kampung. Dalam hatinya dia tak setuju mereka sepaya dia jangan keliatan berbeda dengan orang lain. Dia melakukannya
kembali memburu harimau. Lebih baik pulang ke kampung dan minta bantuan karena hal ini perluu dilakukannya untuk dapat hidup damai dengan orang
di sana untuk mencari Sutan. Apa yang dapat mereka lakukan berempat lain. Dia melakukannya karena hal ini perlu dilakukannya untuk dapat hidup
dengan sebuah senapan tua Wak Katok? Meskipun hatinya agak terobat, damai dengan orang lain di kampung.
karena diberi jimat baru oleh Wak Katok, akan tetapi keraguaanya belum Tak pernah dia menjumpai manusia yang benar dan yang adil yang
hilang. Tidakkah Pak Balam memakai jimat, juga Talib dan Sutan? Dan terlebih dahulu melepaskan kepentingan dirinya untuk kepentingan orang
bukankah mereka juga diserang sampai mati? Tetapi dia mendiam bisikan banyak. Dia telah terlalu banyak mengikuti orang- orrang yang berakata
hatinya yang tak percaya, karena ini lebih membesarkan kerusuhan hatinya demikian, yang terlebih dahulu lari menyelamatkan dirinya. Krena itu, ketika
saja. Lebih baik dia mengingat istrinya … dia pulang dari berpetualang ke dunia luar, dan tiba di kampunya dia selalu
Pak Haji yang berada paling belakang berjalan penuh dengan menolak untuk dituakan dan dijadikan pemimpin. Selalsu dia dapat memberi
pikirannya sendiri pula. Hatinya pun segan untuk mengikuti jalan pikirannya. alas an mengapa dia tak hendak memimpin sembahyang, atau melakukan
Selama umurnya yang telah enam puluh tahun, dari berbagai pengalamannya khotbah, atau dikemukakan bersama-sama. Lama-lama oang di kampung biasa
yang pahit-pahit, dia sejak lama telah mengambil kesimpulan untuk tidak dengan sikapnya yang ak hendak mencampuri sesuatu, dan membiarkan diri
hendak mencampuri urusan orang lain. Baginya bersama-sama mencari damar sendiri. Orang tetap memanggilnya Pak Haji, dan menghormati umurnya yang
tua, akan tetapi dia tak terpandang sebagai salah seorang pemimpin di di negeri Arab, dan di sana dia ikut naik haji, karena tuannya yang diikutinya
kampung. pergi melakukan ibadah haji. Selama petualangannya tak aada yang baik
dilihatnya di antara sifat manusia.
Pak Haji merasa puas dengan keddukan serupa ini. Dia tak perlu
mengikuti seorang pemimpin, dan dia tak perlu memberikan pimpinan. Dia tak Dia hanya melihat manusia menindas manusia, manusia menipu
mencampuri soal-soal orang lain di kampung dan persoalan dirinya tak pula manusia, manusia merusak manusia, manusia merampas dan memperkosa
dicampuri orang lain. manusia. Dia bergerak melalui lapisan-lapisan kelas rakyat yang terendah di
semua negeri itu, dan yang dilihatnya hanyalah orang kecil yang ditipu,
Tentang keperayaan pada Tuhan, terutama sekali disebabkan oleh dipergunakan, diinjak, dan diperas dan diperkosa, dizalimi oleh orang-orang
pengalaman-pengalamannya sendiri yang pahit. Pernah dia ketika menetap di yang berkuasa, yang kaya, yang kuat. Rakyat yang diperkosa itu masihlah
India, jatuh cinta kepada seorang perempuan di sana dan mereka menikah. merupakan jumlah yang terbesar dari manusia yang terinjak di atas dunia kita.
Ketika itu dia berumur tiga puluh tahun. Inilah cintanya yang pertama, dan dia Dia telah pernah ikut mogok, dia pernah ikut demonstrasi, dia pernah ikut
merasa bahagia sekali. dia bekerja sebagai pesuruh sebuah took, dan gajinya berontak, dan hasilnya hanyalah dia jadi alat orang yang berkuasa memukuli
jauh dari cukup, akan tetapi dia dan istrinya berbahagia dalam kemiskinan mereka, menangkapi mereka, dan membunuhi mereka.
mereka kemudian istrinya melahirkan anak.
Pak Haji telah patah hati ketika dia pulang ke kampungnya. Dan apa
Seorang anak laki-laki yang amat disayanginya. Ketika itu Pak Haji yang dilihatnya terjadi di kampungnya tak banyak berbeda dari apa yang
(dia belum haji di kala itu) memutuskan untuk pulang ke kampung, membawa dialaminya di dunia luar. Sebuah contoh dekat ssaj, lihatlah Wak Katko.
istri dan anaknya. Dia berusaha sekuat mungkin menyimpan dan mendapat Alangkah angkuhnya dan sombongnya dia, ketika dia berada dalam
penghasilan yang lebih banyak untuk ongkos mereka pulang. Akaan tetapi lingkungan kampungnya yang aman.
ketika bayinya berumur eam bulan, anak itu jatuh sakit, dan uang
simpanannya yang sedikit dengan cepat habis untuk membeli obat dan Di sana dia dapat berlagak sebegai guru silat yang benar, dukun yang
membayar tabib. Ketika uangnya telah habis, dan penyakit anaknya belum berilmu tinggi, pemburu yang perkasa. Semua orang segan dan hormat
juga sembuh, dia pernah menawarkan dirinya akan bekerja tanpa digaji selama padanya. Malahan banyak yang takut pada ilmu-imu gaibnya. Jika dia
setahun pada seorang tabib, asal tabib mau mengobati anaknya sampai berbicara pantang di sangkal. Semua kata-katanya hendaknya di amin kan
sembuh. Akan tetapi tak ada seorang tabib yang bersedia menolongnya dengan saja. Pak haji sejak lama telah dapat melihat kelemahan kelehaman pribadi
syarat demikian. Dia sampai memberanikan hatinya memasuki tempat bekerja wak katok dan juga kelemahan dalam ilmu yang mashur-mashurkan orang
seorang dokter kulit putih, akan tetapi bertemu saja pun dia tak dapat dengan tentang wak katok. Akan tetapi, dia berdiam diri. Apa perluya? Mengapa dia
dokter itu. harus membongkar kedok wak katok pada orang –orang sekampugnya ? jika
mereka senang dan berbahagia mengikuti wak katok, mengangkatnya menjadi
Ketika mencari tabib dan dokter itu sepanjang hari, dia terus juga pemimpin dan gurunya, maka itu persoalan mereka. Apa untngnya bagi
menggendong anaknya. Dalam putus asanya dia mendoa kepada Tuhan supaya membuka mata orang banyak ? dialah yang akan celaka. Dia akan di benci
Tuhan menolong anaknya hanya Engkau saja lagi yang tinggal, yang dapat rang jika dia berbuat dekimikan. Dia hanya akan mendapat musuh saja. Dan
menolong anak hamba, serunya dalam hatinya. Akan tetapi esok harinya dia telah bosan pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di hari tuanya dia
anaknya mati. Sejak itu kepercayaannya kepada Tuhan tergoncang sekali. Dan ingin hidup tak tergaggu dan tak mengganggu orang lain. Suka hati orang
ketika enam bulan kemudian istrinya meninggal pula akibat sakit disentri, lainlah apa yang hendak mereka lakukan.
maka dia pun meneruskan penggembaraaannya. Dia menggembara hingga tiba
Hidup mereka adalah hidup mereka, dan hidupnya adalah hidupnya tidak dapat mengetahui telah jam berapa kini, karena matahari tetap tak
sendiri. Dia tak percaya pada ilmu-ilmu, mantra-mantra dan jimat-jimat wak terlihat dari bawah. Hutan gelap yang basah itu seakan telah menelan mereka.
katok, akan tetapi jika di berikan padanya, di terimah nya juga, demi untuk Dan hutan itu terasa seakan tak ada akhirnya. Napas mereka terengah-engah,
menjaga keadaan, supaya jangan ada perasaan dan hati yang terganggu itu lah bukan saja karena keletihan, akan tetapi juga karena hawa panas dan lembab
yang di kehendaki pak haji kini dalam hidupnya. Supaya dia di berikan yang memberat di dalam hutan.
sendiri. Sejak dia kembali ke kampung sikap ini dapat di pertahankannya.
Akan tetapi kini, dirinya langsung di ceburkan ke dalam sebuah keadaan yang Ketika mereka tiba dipinggir sebuah anak sungai kecil yang mengalir
penuh bahaya . lambat, buyung membungkuk dan menunjuk pada jejak-jejak dipinggirnya, di
dalam lumpur. Kelihatannya jejak baru sekali, karena air masih mengisinya
Dia tahu bahwa wak katok mengahadapi krisis dalam dirinya. Dari perlahan-lahan.
ucapan-ucapan dan tingkah laku wak katok, pak haji dapat menyimpulkan,
bahwa tekanan yang lebih besar akan mungkin mengadakan krisis ini, dan tak “badak,” bisik buyung.
seorang juga yang dapat mengatakan apa yang di lakukan wak katok. Sanip merasa lega ketika dia melihat, bahwa bukan jejak harimau.
Perbuatannya mugkin akan menimbulkan bencana bagi mereka semua. Wak katok juga. Dan pak haji.
Apakah dia akan berdiam diri, dan membiarkan dirinya di tarik ke
“mari kita makan di sini,” kata wak katok.
dalam kehancuran oleh seorang pemimpin yang tak hendak mengakui ke
tidakmampuannya, dan terus hendak menutup kelemahan-kelamahannya, Selama makan mereka pun bercakap-cakap. Mereka terlalu letih.
ketakutan-ketakutannya, dan kebodohan-kebodohannya sendiri, dengan Hanya buyung yang bertanya, ketika mereka diajak wak katok meneruskan
memberikan peritah-perintah baru, mantra-mantra baru dan jimat-jimat baru? perjalanan.
Dan memaksa dan mengancam orang supaya mengikuti semua kata dan
kehendaknya ? yang berkeras mngatakan, bahwa hanya dia sendiri yang benar “berapa lama lagi kita keluar dari hutan ini?”
? sikap wak katok tak hendak melepaskan senapan dari tangan nya, lambang
“tak lama lagi!” kata wak katok. Dan wak katok terus melangkah
kekuatan dan kekuasaanya, sejak harimau datang.
menembus belukar. Sejak mereka dilarangnya menebas pohon dan dahan, wak
Malam, dan mereka tidak lagi dapat memburu. Dengan suara yang katoklah yang berjalan di depan. Karena dialah yang jadi pemimpin, dan yang
tegas dia berkata: “buyung, sanip, pak haji. Berhentilah kini memotong daun tahu jalan dan arah. Buyung sendiri pun merasa seakan kehilangan arah. Dia
dan dahan. Rasanya kita tak jauh lagi, nanti terdengar padanya. tak lagi dapat mengatakan dengan tegas arah mana yang akan membawa
mereka ke tempat sutan diserang harimau. Mata angin tak dapat ditentukan
Mereka dapat menerima kebenaran perintah ini. Meskipun kini karena matahari tak tampak lagi. Karena itu pun dia puas menyerahkan pada
perjalanan mereka jadi bertambah sukar, karena mereka tak dapat memotong wak katokuntuk menentukan arah yang harus mereka ambil.
jalan, dan baju dan kulit mereka acap tergores oleh duri daun-daun pandan,
mereka menguatkan hati untuk cepat dapat keluar dari hutan gelap. Di banyak Akan tetapi menurut perkiraannya telah tiba waktu sembahyang asyar,
tempat mereka terpaksa berjalan membungkuk, berlukar lebat dan rapat sekali. dan mereka masih juga mengharungi hutan yang gelap, yang basah dan panas
lembab itu, dan kelihatannya hutan masih tetap luas dan tebal di sekelilingnya,
Mereka tak dapat lagi mengira-ngirakan telah berapa lama mereka mulai timbul keraguan dalam pikiran buyung, apakah wak katok juga tahu ke
berjalan demikian. Seluruh badan mereka rasanya sakit dan letih. Mereka juga arah mana dia membawanya. Kelihatannya seakan dia tahu, karena dia
berjalan dan melangkah seakan tak ragu-ragu. Buyung memandang kepada Pak haji membiarkan buyung berjalan dahulu dan dia berpikir. Aneh,
pak haji dan sanip, mencoba untuk mengajuk perasaannya. Apakah mereka tak aneh pikirnya, ada juga orang yang serupa itu, yang bersedia menolong orang
merasakan keraguan yang kini dirasakannya. lain, tanpa memikirkan bahaya untuk dirinya sendiri. Dan tak pula
diamengharapkan balas jasa. Ah, katanya kemudian, mungkin karena buyung
Tetapi tak dapat dia membaca sesuatu apa di muka sanip. Dan ketika masih terlalu muda, belum banyak makan pahit garam penghidupan, karena itu
dia melihat ke wajah pak haji ... buyung melompat amat cepat mendekati pak dia berbuat demikian. Akan tetapi pikiran pak haji tidak pula dapat
haji ... parang panjangnya dihayunkannya, pak haji terdorong ke pinggir menghapuskan kenyataan yang telah terjadi, bahwa buyung telah cepat dan
terkejut ... nah, kena dia!! Buyung berseru gembira ... muka pak haji pucat tanpa berpikir panjang-panjang datang menolongnya, mengelakkan dia, dari
ketika melihat badan dan kepala ular hijau yang kini bergerak-gerak jatuh di bahaya maut yang tak dilihatnya. Kenyataan itu tetap ada, tak dapat
tanah yang lembab. Ular yang amat berbisa. Dia hampir saja dipatuk oleh ular dihilangkan dengan berbagai dalil-dalil yang dibuat. Apakah buyung kurang
yang berbisa itu yang turun dari pohon ketika ia lewat. Untunglah buyung makan garam pahit penghidupan karena dia masih muda, atau karena
memalingkan mukanya hendak melihat wajah pak haji. Mereka semua kebodohannya, semua ini tidak dapat menghapuskan kenyataan yang telah
terhenti. Wak katok kembali beberapa langkah. Dan dengan diam memandangi terjadi. Merubah nilai-nilai yang dipegang teguh selama hidup di hari tuanya,
ular yang telah bercerai dari badannya di atas tanah. Pak haji beberapa saat tak memang sukar bagi setiap orang. Pak haji pun tak begitu mudah hendak
dapat berkata-kata. Wajahnya pucat. Dia masih amat terkejut. Sanip pun melepaskan ukuran-ukuran yang telah dipasangnya selama ini. Dia kembali
terdiam. Mereka semua terkejut. Ular selalu merupakan alamat buruk. mempercepat langkahnya mendekati buyung yang berjalan di depannya.
“terima kasih, buyung engkau telah menyelamatkan jiwaku,” kata pak “buyung,” katanya, “sungguh perlukah engkau rasa kita memburu dan
haji. membunuh harimau?”
Kemudian wak katok berpaling dan meneruskan perjalanan. Untuk Buyung memalingkan kepalanya melihat kepada pak haji.
pertama kalinya pak haji merasakan sesuatu yang ganjil di dalam hidupnya.
Ada orang yang telah menolongnya. Malahan telah menyelamatkan jiwanya. “aku bukan pemburu, dan aku tak tahu bagaimana harus memburu
Dan orang itu tidak meminta sesuatu dari dia. Pertolongan diberikan padanya binatang buas yang berbahaya serupa itu,” pak haji memberikan penjelasan.
tanpa diminta dan dengan cepat sekali, tanpa memperhitungkan bahaya
terhadap dirinya sendiri. Karena jika tebasan parang buyung tidak tepat, maka “perlu,” kata buyung.
dialah yang akan diserang ular berbisa. Pak haji mempercepat langkahnya, dan “untuk apa? Apakah hanya untuk membalas dan menuntut bela
mendekati buyung dan berkata kembali: kematian ketiga kawan kita saja?” Tanya pak haji.
“terima kasih buyung. Engkau bersedia membahayakan jiwamu untuk Belum sempat buyung menjawab, pak haji meneruskan:
menolong aku?”
“kalau sekedar hanya menuntut bela saja, biarpun harimau itu kita
Buyung memandang kepadanya agak heran. bunuh, kawan kita bertiga tidak akan hidup lagi, bukan?”
“tentu aku bersedia menolong pak haji, siapa saja yang dalam “untuk menuntut bela, karena harimau telah bersalah membunuh
bahaya,” katanya dengan sederhana. “dan tak ada bahayanya bagiku,” kawan-kawan kita,” jawab buyung kemudian, “dan jika tak kita buru kini,
tambahnya kemudian.
maka harimau akan datang ke kampung, menyerang ternak. Akan habis lembu akan selamat semalam lagi. Dan siapa tahu dalam semalam harimau akan
dan kambing, dan siapa tahu orang kampung pun akan jadi korbannya.” pindah, mencari mangsanya ke tempat lain.

“tetapi tidakkah itu menjadi urusan orang sekampung nanti?” kata pak Akan tetapi mata buyung yang tajam telah melihat bekas-bekas
haji, “mengapa kita saja yang memikul tugas membunuhnya?” tebasan daun dan dahan.

“tak sampai ke sana pikiranku,” kata buyung, “menurut rasa hatiku, di “mengapa tersesat? Sengaja memang aku bawa kalian kemari karena
mana kita bertemu dengan yang jahat, dan hendak merusak kita, atau merusak jalan terus lebih berat lagi. Ini soal biasa jika kita mencoba memintas hutan,”
orang lain, merusak orang banyak, maka kita yang paling dekat wajib jawabnya dengan singkat.
melawannya. Masa kita harus tunggu dulu diri kita yang kena bala maka baru
kita yang tak kena?” Dengan enggan buyung menahan dirinya. Kembali mengikuti jalan
yang telah mereka tempuh dari pagi akan mengambil waktu yang begitu lama,
Dalam hatinya buyung merasa heran, mengapa pak haji berpikir hingga mereka akan beruntung jika dapat keluar dari hutan gelap sebelum
demikian. Tak disangkanya pak haji akan berkata serupa itu. Akan tetapi maghrib tiba. Sedang jika mereka meminta siapa tau, mereka akan dapat
dalam hati buyung timbul ingatan, mungkin pak haji hendak mencoba-coba keluar hutan lebih cepat. Akan tetapi dia menutup mulutnya, karena dia sendiri
hatinya. pun tak perlu yakin kini arah mana sebenarnya tempat sutan diterkam harimau.
Dengan perasaan amat lega, mereka melihat pohon-pohon tumbuh bertambah
Buyung tersenyum, memalingkannya kepalanya ke depan. Ada-ada jarang, dan tak lama kemudian mereka keluar dari kegelapan hutan, dan tiba
saja pak haji, bisiknya pada dirinya sendiri. Dan pak haji kembali menimbang- ditempat yang lebih terbuka. Wak katok mempercepat langkah, menuruni
nimbang apa yang dikatakan buyung. sebuah lereng bukit yang ditumbuhi semak-semak, menuju sebuah anak sungai
Pak haji tersentak bangun dari arus pikiran-pikirannya ketika kecil yang mengalir diantara batu-batu besar. Mereka berlari menuju sungai,
mendengar buyung berseru: mencuci muka dan tangan mereka, dan minum air dengan lahapnya.

Air sungai terasa segar dan sejuk sekali. Dengan cepat mereka
“wak katok, kita tersesat sudah. Kita kembali lagi ke tempat yang
sudah kita lalui!” dan buyung menunjuk pada daun-daun pandan berduri dan kemudian memasang pondok, mengumpulkan kayu bakar dan memasak api
dahan kayu bekas kena tebas parang, dan ke bekas jejak-jejak kaki di tanah. unggun. Mereka cepat-cepat mandi, segera memasak. Waktu makan mereka
tak banyak bercakap-cakap. Pada waktu maghrib itu tak seorang juga yang
Wak katok berpaling menghadapi mereka. Mukanya keras. Memang sembahyang pak haji pun tidak mereka semuanya merasa terlalu letih untuk
sejak mereka habis makan, dia telah sengaja membuat mereka tersesat dalam dapat bangkit lagi setelah makan.
hutan gelap.
Masing-masing duduk dekat api dengan pikiran-pikirannya sendiri.
Disengajanya berbuat demikian, agar mereka terlambat tiba di tempat Kampung mereka, dimana keselamatan menunggu, rasanya amat jauh sekali.
sutan diterkam. Tak ada maksudnya untuk membawa mereka kembali ke Tiba-tiba buyung melihat kepada wak katok yang duduk memangku
bekas-bekas yang telah mereka lalui. Rupanya mereka telah berputar-putar senapannya. Buyung berdiri dan meraihkan tangannya, dan seakan-akan ia
saja sepanjang hari di dalam hutan gelap. Tetapi dia tahu bahwa waktu asyar hendak mengambil senapan, tapi wak katok menyentakkan senapan jauh dari
telah lewat, dan beberapa jam lagi malam akan tiba, dan mereka akan terpaksa jangkauan tangan buyung, dan membentak:
menhentikan pemburuan, dan memasang pondok dan menyatakan api. Dan dia
“engkau hendak mengambil senapanku?” “ya, engkau pencuri, pendusta, pembohong!” kata wak katok, dan dia
tertawa, buruk dan jahat sekali. “dan aku mesti melindungi dan
Buyung agak terkejut melihat kerasnya reaksi wak katok, dan berkata: menyelamatkan kalian, orang-orang yang berdosa ini? Ejeknya. “dan kalian
“maksudku hanya hendak mengingatkan wak katok untuk memeriksa berdua, pak haji, dan buyung, aku belum mendengar kalian mengakui dosa-
dosa kalian. Apakah kalian berdua orang suci, yang tak berdosa sama sekali?
apakah mesiu di dalam masih kering, dan tidaklah lebih baik senapan
dibersihkan dan dikeringkan lagi, setelah lewat hutan yang basah tadi?” Ha-ha-haa-haaaa!” dia tertawa terkekeh-kekeh. “apakah kalian menyangka,
kalian tidak usah mengakui dosa-dosa kalian, sedang kalian sudah mengetahui
Wak katok melihat padanya penuh curiga, dan memandangi pak haji dosa-dosa orang lain?”
dan sanip dengan air muka yang sama.
“nah, buyung!!!” tiba-tiba dia berpaling galak kepada buyung.
Sejak buyung mengatakan mereka tersesat dihutan gelap, hatinya “berceritalah engkau tentang dosa-dosamu. Apa kejahatan yang telah engkau
bertambah tak enak. Dan dia tahu, bahwa pak haji dan buyung berbisik-bisik lakukan? Engkau telah mencuri, engkau telah khianat, engkau telah
sepanjang jalan di hutan gelap dibelakangnya. Apa yang mereka gunjingkan? mengambil hak orang lain, engkau telah berzinah?”
Tahukah mereka, bahwa dia takut? Bahwa dia enggan mengejar harimau?
Dia tertawa lebih keras melihat sikap buyung yang terkejut.
Tidak percaya lagikah mereka pada pimpinannya, pada kesaktiannya,
pada kejagoannya? Mengapa mereka tak bercakap-cakap akan tetapi diam “ha-haaaa, engkau juga telah melakukan semuanya, ya, sama juga
saja. Sungguh sikap mereka kelihatannya telah berubah kini. Sanip sendiri pun dengan orang lain? Tetapi engkau ingin pura-pura suci, anak muda yang
hanya duduk terpekur saja dengan kepala terkulai. Yang meski diawasi oleh bersih, anak muda yang alim, anak muda yang santun eh??? Ha-aaaaa!!!
Kalian merasa diri kalian lebih baik dan lebih suci dari aku, ya???” wak katok
wak katok dan buyung adalah pak haji. Dari mereka bahaya mungkin tiba apa
maksud buyung hendak meraih senapan. Apakah pak haji dan buyung telah berdiri menghadapi mereka.
berkomplot untuk merebut senapan dari tangannya? Guna menyelamatkan “dan pak haji, baiklah pula pak haji mengakui dosa-dosanya. Pak haji
dirinya sendiri? yang angkuh hati, yang tak hendak campur dengan orang kampung, tak
Tidak, dia tidak begitu bodoh akan mengeluarkan peluru dan mesiu hendak ikut dengan orang banyak. Apa benar yang istimewa pada pak haji?
dari senapannya. Jika dia berbuat demikian, maka senjatanya yang ampuh Karena pak haji sudah lama dan banyak merantau? Mana ilmu yang pak haji
akan tak berdaya. Dia akan kehilangan kekuatannya menghadapi mereka. kumpulkan? Mengapa tak disiarkan kepada orang banyak?” wak katok tertawa
Sungguh licin juga akal mereka untuk membuat dirinya tak berdaya. Tidak, keras. “pak haji apakah orang suci, apakah orang tak berdosa? Ayuh, ceritalah,
akuilah dosa-dosa kalian. Mulailah engkau, buyung”.
dia lebih pintar lagi dari mereka. Wak katok tertawa sendiri. Mereka
memandang padanya keheranan. Buyung tinggal duduk dan memandangi wak katok dengan sinar mata
“ha-ha-ha,” kata wak katok. “kalian sangka aku bodoh ha-ha-ha!!!” yang keras. Dia telah memutuskan untuk tidak bercerita kepada siapa pun juga
dia memeluk senapannya lebih kuat, dan mengamat-amati mereka. tentang apa yang terjadi antara dia dengan siti rubiyah.

Pak haji, sanip dan buyung berpandang heran. “engkau tak hendak bicara, engkau hendak melawan akuuuu?” teriak
wak katok dengan marah. Dia mengacungkan senapannya kepada buyung.
“aku bunuh engkau, aku tembak engkau, jika engkau tidak hendak mengakui
dosa-dosamu. Engkau telah mendengar dari mulut pak balam tentang diriku. “untuk menyelamatkan kalianlah, maka aku menyuruh kalian
Adillah jika kini engkau menceritakan pula dosa-dosamu! Hayo, lekas!” dan mengakui dosa-dosa kalian. Sudah lupakah kalian pada kata-kata pak balam?”
wak katok mengacungkan laras senapannya ke dada buyung. balas wak katok.

Buyung berdiri perlahan-lahan. “baiklah, baiklah,” kata pak haji, “tetapi kita tak boleh melakukan
paksaan. Ada orang yang tak hendak mengakui dosanya, malahan pada tuhan
“sungguh hendak wak katok tembakkah aku? Tanyanya dengan suara sekalipun dia tak hendak mengakui dosanya. Tak ada gunanya dipaksa orang
agak tergoncang, karena menahan rasa marahnya. yang demikian. Kalau wak katok merasa perlu mendengar dosa-dosa.
“aku tidak main-main, hayo, lekas!” bentak wak katok. Buyung dan Sanip amat sangat terkejut. Sanip sampai
“apakah hak wak katok memaksaku?” Tanya buyung, “dosa-dosaku menggoncang-goncang bahunya, dan berseru-seru: ”Pak Haji! Pak Haji!”
Akan tetapi Buyung menahannya, dan berkata dengan sederhana: “Inna lillahi
adalah soalku sendiri. Mengapa aku harus dipaksa mengakuinya?”
wa inna ilaihi roji’un ...”
“karena aku menghendakinya, karena aku adalah gurumu, karena aku
adalah pemimpinmu, karena akulah yang berkuasa. Engkau lihat ini, senapan Mereka melipatkan tangan Pak Haji ke atas dadanya, menutupkan
lantak ini dapat aku memaksa siapa pun juga mengikuti keinginanku. kelopak matanya.
Mengertikah engkau?” “Tinggal berdua kita, dan dia itu!” kata Sanip.
“aku tak hendak bercerita,” kata buyung dengan singkat, “tembaklah “Ya, jika bukan karena dia, Pak Haji masih hidup!.”
aku, jika itu yang wak katok inginkan!”
“Kita apakan dia?” tanya Sanip.
Keraguan terlintas di belakang mata wak katok menghadapi kepala
batu buyung. Pak haji yang sejak tadi memperhatikan mereka, dengan tak Baru Buyung berpikir, bahwa mereka harus mengambil sikap
disadarinya, menyela: terhadap Wak Katok. Tak terlintas dalam kepalanya untuk melakukan sesuatu
terhadap diri Wak katok, selelah mereka berhasil merebut senapan. Kini dia
“sabarlah kalian berdua....” sadar, bahwa Wak Katok adalah pembunuh Pak Haji, dan malahan dia telah
Tetapi wak katok cepat berpaling kepadanya, dan membentak: bersedia untuk membunuh mereka bertiga, dengan mengusir mereka ke dalam
hutan yang gelap.
“jangan pak haji campuri perkara ini. Giliran pak haji segera juga akan
datang. Tunggulah hingga giliran pak haji tiba.” “Ikat dia baik-baik!” kata Buyung. Dengan sendirinya, Buyung kini
yang mengambil pimpinan antara mereka berdua. Sedang Sanip mengikat
Tetapi pak haji menguatkan hatinya: Wak Katok, Buyung memadamkan api-api unggun lain yang telah dipasang
Wak Katok.
“dengarlah kataku dahulu,” katanya dengan suara yang tenang dan
sabar. “mengapa kita jadi begini? Tidakkah kita masih menghadapi bahaya “Tak cukup kayu hingga pagi, jika api unggun begitu banyak dipasang
bersama?” semuanya,” kata Buyung.
Kemudian mereka pindahkan Wak Katok yang masih pingsan ke berdiri di tengah sungai, dan memasang telinganya dan memperhatikan rimba
dalam pondok, dan mereka duduk di depan pondok dekat api, bertekad untuk di sekelilingnya dengan cermat. Kemudian dia memberi tanda, dan mereka
tak tidur sepanjang malam, akan tetapi akan berjaga-jaga terus. naik ke darat. Buyung mengikuti jalan yang pernah mereka tempuh, yang tak
kelihatan oleh mata biasa. Buyung hanya dapat mengenalnya karena melihat
Ketika Wak Katok sadar dari pingsannya, dia mencoba duduk, akan bekas-bekas daun yang di patahkan mereka dulu. Dan setelah sepuluh menit
tetapi dia tak dapat menggerakkan tangan dan kakinya, dan kemudian dia tahu, berjlan, tiba-tiba Buyung menunduk memeriksa tanah di depannya. Dia
bahwa dia diikat. Kemudian dia teringat apa yang telah terjadi. Pak Haji yang melihat sepotong kain yang sobek, sobek dirobek oleh kuku harimau, dia terus
jatuh tersungkur di tembaknya, dan kemudian pergumulannya dengan Buyung. rebah ke tanah, dan mereka melihat bekas-bekas darah tersebar di mana-mana,
Dia membalikkan kepalanya dan meilhat mayat Pak haji di sampingnya. Dia sampai daun-daun di belukar, Buyung memberi isyarat kepada Sanip. Sanip
terkejut. Kemudian diangkatnya kepalanya sedikit, dan melihat Buyung dan dan Wak Katok datang mendekat. Sanip dan Wak katok menahan napas,
Sanip yang duduk membelakangi pondok dekat api. Hati Wak Katok jadi mereka terkejut, mereka melihat apa yang tertinggal dari Sutan tulang
senang sedikit. Buyung dan Sanip akan dapat dikalahkannya. Dia akan dapat belulang, pakaian yang robek, sarung parangnya, dan kemudian mereka
menakuti mereka. Dia mengangkat suaranya, memanggil Buyung. Buyung dan melihat parangnya terlempar di bawah semak tak jauh dari sana. Buyung
Sanip berdiri dan masuk ke pondok. merasa hatinya seakan berhenti berdetak. Tetapi dengan sekuat tenaganya dia
“Lepaskan aku,” kata Wak Katok, sinar matanya mengandung menguasai dirinya dan cepat bekerja mengumpulkan bekas-bekas Sutan yang
kemarahan dan kebencian. sudah busuk, memasukkannya ke dalam buntelan yang dibuatnya dari kain
sarungnya.
“Lepaskan aku, mengapa kalian ikat aku?”
Kemudian dia memberi isyarat kembali, dan dengan hati-hati dia
“Wak Katok sudah membunuh pak Haji,” kata Buyung. mencari jejak harimau. Sejam kemudian dia melihat, bahwa jejak harimau
mengikuti jejak-jejak mereka kembali ke tempat bermalam. Buyung tahu
“Bukan salahku. Mengapa aku kalian serang?” bahwa harimau masih terus memburu setelah dia menyerang dan memakan
sutan. Dia tahu juga, bahwa harimau itu akan terus memburu. Dalam
“Wak katok mengirim kami mati,” kata Buyung.
kepalanya dia menyusuntuk menunggu harimau. Dia membawa mereka ke
“Lepaskan aku, kalau tidak aku malerai kalian. Akan mati kalian, mati sebuah tempat yang agak terbuka tak jauh dari sana. Ketika tiba di bawah
dengan perut gembung, aku kirim setan dan jin menyerang kalian, aku sebuah pohon, buyung memberi isyarat supaya mereka berhenti.
sumpahi kalian tujuh turunan” dia berhenti, melihat Buyung.
“Mulai kini, diam-diamlah kita semua,” katanya berbisik, “jangan
Buyung mengambil jalan memintas, tetapi mengelakkan hutan gelap. merokok, jangan batuk, dan jangan ribut sedikitpun juga. Mari makan dulu.”
Dekat sembahyang lohor, mereka tiba di sungai kecil tempat mereka makan di
Mereka makan dalam keadaan siap sedia. Setelah selesai makan,
pinggirnya. Buyung membawa mereka ke dalam sungai, berjalan memudiki
Buyung berbisik pada Snip, dan kemudian memberi isyarat pada Wak katok.
sungai di dalam air, meloncat dari batu ke batu, dan turun sungai. Kadang-
kadang hingga ke pinggang mereka tinggi air. “Kaki Wak Katok kami ikat lagi,” katanya.
Mereka berjalan berhati-hati sekali, sebanyak mungkin tidak membuat “Mengapa?” tanya Wak katok.
bunyi dan ribut. Ketika mereka tiba di tempat mereka makan, Buyung lama
“Ikut sajalah perintah,” kata Buyung. Lalu Buyung memberi isyarat pada Sanip, dan mereka berdua
menjauhkan diri, kira-kira lima belas meter dari tempat Wak Katok terikat di
Akan tetapi Wak Katok hendak lari, dan Buyung berseru, pohon. Mula-mula Wak katok diam, akan tetapi ketakutannya semakin
“Larilah, harimau menunggu.” membesar.

Dan Wak Katok berhenti, tertegun, ketakutannya pada harimau lebih Hutan terasa hening dan sepi. Daun-daun seakan tak bergerak sedikit
besar lagi. Dia membiarkan kainnya diikat, dan kemudian Buyung dan Sanip pun juga. Dia menoleh-nolehkan kepalanya mencari Sanip dan Buyung,akan
menyandarkannya ke pohon, dan sebelum Wak Katok menyadari apa yang tetapi tak dilihatnya mereka. Dia tak lagi dapat menahan diri, dia hendak
mereka lakukan terhadap dirinya, maka Buyung dan Sanip telah mengikatkan berteriak, akan tetapi tiba-tiba timbul pula takutnya lebih besar lagi, jika dia
badannya ke pohon. bergeraak, harimau akan lebih mudah mendenarnya, dan akan lebih cepat tiba.
Akan tetapi jika dia tak berteriak, maka harimau pun akan datang.. ah, telah
Tiba-tiba Wak Katok sadar apa yang dilakukan mereka. Dan dengan tibakah harimau, itu suara napas menghembus-hembus di dalam belukar
suara yang gemetar penuh takut dan ngeri, dia berkata: “Kalian buat aku jadi kretekkretek dahan dun daun kering. Wak katok tak lagi dapat menahan
umpan harimau?” matanya terbelalak, dan lidahnya hampir kelu. dirinya, dan berteriak sekeras-kerasnya, teriak manusia yang dicekik kengerin
dan ketakutan hati, teriak manusia primitip ketika melihat maut hendak
“Ya,” kata Buyung, “tetapi jangan takut, kami lindungi jiwa Wak datang hinggap di bahunnya.
Katok.”
“Buyuuuuung dimana engkauuuuuuu?
“Tapi bagaimana kalau tembakanmu meleset?” tanya wak Katok Aduhhhhhhhhh,tolongggg!!!kalian tinggalkan aku sendiriiiiiii! Bohong kalian,
dengan suara gemetar. kalian lari meninggalkan akuuuuuu! Buyuuuuuung!!! Tolooooooong!!”
“Pakailah segala ilmu Wak Katok untuk membuat tembakanku tepat Lama dia berteriak dan menjerit demikian, hingga suaranya serak, dan
sekali,” jawab Buyung. setelah dia letih berteriak, maka dia menangis terisak-isak, dan lalu
menjanjikan uang, sawah dan rumah kepada Buyung dan Sanip, dan ketika ini
“Tidak,tidak, tak boleh engkau buat begitu,” seru Wak Katok “apa
juga tidk berhasil, lalu dia mencoba mengadu Sanip melawan
dosaku, maka aku disiksa serupa ini?”
buyung,menjanjikan Sanip uang,ilmu,harta asal Sanip mau melepasnya.
“Dosa Wak Katok?” kata Buyung, “dengarlah,dosa-dosa Wak Katok
Kemudian dia menangis kembali, dadanya seakan hendak pecah.
dahulu kami lupakan, dosa Wak Katok hendak membunuh kami, dan telah
Sanip sampai tak tahan, dan berbisik pada Buyung, “ tak kasihan engkau?”
membuhuh Pak Haji, kami maafkan, dan biarlah hakim yang mengadili Wak
Katok di dunia ini, dan Tuhan nanti di akhirat untuk dosa-dosa itu semuanya. Tetapi Buyung menggelengkan kepalanya, kemudian tiba-tiba Buyung
Tetapi Wak katok telah menipu orang banyak, Wak katok katanya guru dan mengangkat kepalanya. Sebuah tali nalurinya seakan dipetik berdenting, dia
pemimpin, tapi wak katok telh memberi pelajaran palsu, mantera palsu, jimat akan mengangkat senapan perlahan-lahan. Belum ada sesuatu yang terdengar.
palsu, pimpinan palsu. Dalam hati Wak katok selama ini bukan manusia yang
bersarang, tetapi harimau yang buas. Kami hanya hendak mengumpan harimau Mereka menunggu dengan hati berdebar-debar, kemudian mereka
dengan harimau. mendengar seakan ada sesuatu bergerak dalam belukar di depannya. Perlahan
dan halus sekali. Hanya mata yang amat tajam sekali dan yang
memperhatikannya dengan seksama dapat membedakan gerakan itu dengan Buyung dengan cepat mengisi senapan kembali, dan beberapa saat
gerakan daun dan dahan yang dibuai angin. Perlahan-lahan belukar di depan mereka menunggu, melihat apakah harimau benar-benar telah mati. Kemudian
mereka tersibak, dan mereka melihat muka harimau muncul, muka harimau dengan hati-hati Buyung dan Sanip mendekati harimau, dan keduanya lalu
yang telah memburu-buru mereka berhari-hari, yang telah menimbulkan berteriak kegirangan melihat harimau telah mati. Peluru tepat mengenai
korban begitu banyak diantara mereka. Kini mereka berhadap hadapan. tempat di tengah-tenagh kedua matanya. Sanip melompat-lompat dan
Harimau itu memperhatikan tempat yang agak terbuka di hadapannya dan melonjak-lonjak kegirangan. Habislah mengalir lalu segala ketegangan dan
kemudian dia menegangkan tubuhnya dan sebuah geram kecil timbul di dalam ancaman ketakutan yang dahsyat dan ngeri yang mereka derita sejak berhari-
rongga dadanya. Dia melihat kepada Wak Katok yang terikat bersandar ke hari. Tinggalah hanya kini kenangan sayu pada kawan-kawan yang telah jadi
pohon di hadapannya dan kemudian dia menegangkan tubuhnya dan sebuah korban.
geram kecil timbul di dalam rongga dadanya. Dia melihat kepada Wak Katok
yang terikat bersandar ke pohon di hadapannya, dengan kepala terkulai. Wak Harimau itu sungguh besar. Buyung melepaskan tali ikatan Wak
Katok telah beberapa waktu diam, karena keletihan. Akan tetapi dia Katok, dan Wak Katok tergelincir jatuh ke tanah. Dengan cemas Buyung
mengangkat kepalanya ketika mendengar harimau memgeram kecil, dan memeriksa pukulan jantungnya. Dia menarik napas lega. Wak Katok masih
melihat muka harimau, hanya sepuluh meter di depannya, dia membuka hidup. Dia hanya jatuh pingsan ketakutan. Dan Buyung melihat bahwa celana
mulutnya hendak menjerit,akan tetapi tiba-tiba kepalanya jatuh terkulai, dan Wak Katok basah.
yang keluar dari mulutnya hanyalah bunyi napas yang dikejutkan ke luar, dan “Mari kita kuliti dia cepat, dan kita memasang pondok di tepi sungai.”
bunyi erang ketakutan yang menyayat hati. Harimau itu merendahkan Kata Buyung,” kita bermalam saja di sini malam ini.”
badannya, siap hendak melompat. Buyung membidik hati-hati membidikkan
senapan tepat ke tengah antara kedua mata harimau. Dengan gembira dia Petang itu mereka masih sempat menguburkan sisa-sisa Sutan. Dalam
melihat tangannya tak gemetar. Sepanjang hari hatinya selalu bertanya-tanya malam ketika mereka duduk dekat api unggun yang mereka pasang lebih besar
dan di merasa khawatir, apakah dia tidak akan ketakutan dan tak kuasa dari biasa, dan Wak Ktok duduk terikat kaki dan tangannya dekat api, Buyung
membidik, tangannya dan seluruh badannya akan gemetar jika melihat dan Sanip duduk diam-diam. Mereka tak bernafsu untuk berbicara banyak
harimau. Akan tetapi kini dia merasa seluruh badan dan pikirannya tenang. kini. Wak Katok tak pernah lagi membuka mulutnya sejak ia sadar dari
Dia tahu apa yang dilakukannya, dia menginsyafi bahaya besar yang mereka pingsannya. Buyung duduk memandangi lidah-lidah api yang menari-nari.
hadapi, dia yakin pada dirinya sendiri. Kemudian melintas dalam kepalanya, Kegembiraan yang terasa olehny duduk demikian dekat api ungun seperti dulu
dia dapat juga membiarkan Wak Katok dibunuh harimau, dan kemudian baru masih belum kembali. Dia teringat pada apa yang telah terjadi selama
dia menembak, hatinya tertarik pada pikiran ini. Tetapi dia seakan mendengar beberapa hari yang lalu. Seakan di celah lidah-lidah api dia dapat melihat Siti
bisikan Pak Haji- bunuhlah dahulu harimau dalam hatimu sendiri. Buyung Rubiyah. Jika demikian dirinyalah yang dipikat oleh Siti Rubiyah. Akan tetapi
membidik hati-hati, memberatkan jari telunjuknya pada pelatuk senapan, dia tak menyesal, dan dia tak merasa benci pada Siti Rubiyah. Ssebuah
menunggu dan ketika harimau membuka mulutnya mengaum yang dahsyat kesadaran baru timbul dalam diinya. Dia akan memasang jerat lain untuk
berkumandang bergelombang di dalam hutan, bercampur dengan pekik erang menangkap kancil untuk Zaitun. Buyung tersenyum pada dirinya sendiri,
sang harimau, dan mereka melihat seakan harimau ditahan oleh sebuah tangan kemudian dia teringat pada saat penuh ketegangan, ketika ia membidik
raksasa yang maha kuat di udara, dan harimau terhempas di tanah satu meter harimau, dn jari menekan pelatuk senapan, di saat itu sungguh dia amat
dar tempatnya melompat, meronta-ronta sebentar di tanah, dan kemudian terpedaya oleh suara iblis yang membisikkan ke telinganya untuk menahan
diam, mati terbujur. pelatuk, agar harimau menerkam Wak katok lebih dahulu, akan tetapi dia
sadar, ingat pada kata Pak Haji, bahwa harimau dalam hatinyalah yang “Mengapa?” tanya Sanip heran.
berbisik demikian, dan dia melawannya dengan kuat. Dan dia merasakan,
ketik dia menarik pelatuk senapan dia telah menembak mati harimau rimba “Karena di antara batu-batu jimat itu, ada sebuah batu yang
yang buas, akan tetapi juga harimau rimba yang buas, akan tetapi juga harimau sebenarnya baik dibuat cincin, diikat dengan suasa, warnanya merah hati
di dalam dirinya. ayam, bagus sekali kalau digosok.’

Sebuah kesadaran baru tentang hidup dan manusia terasa tumbuh Sanip tertawa:
dalam dirinya. Dia tahu benar kini, mereka esok akan pulang ke kampung dan “Jika engkau ingin batu cincin, esok kita cari di sungai.”
tahu, di tak akan kembali memenuhi janjinya pada Siti Rubiyah. Apa yang
terjadi antara Siti Rubiyah dengan dia adalah sebagai air sungai yang telah TAMAT.
mengalir jauh di belakang telah tertutup, telah habis. Dia kini tahu bahwa
hidup manusia tak semudah yang disangkanya. Siapakah yang menyangka hl-
hal yang demikian dalam diri Pak Balam,Sanip,Wak Katok, Pak Haji, Talib,
dan Sutan?

Setiap orang wajib melawan kezalimsn di mana pun juga kezaliman


itu berada. Salahlah bagi orang memencilkan diri, dan pura-pura menutup
mata terhadap kezaliman yang menimpa diri orang lain. Besar kecil
kezaliman, atau ada dan tak adanya kezaliman tidak boleh diukur dengan
jauhnya terjadi dari diri seseorang . Manusia di mana juga di dunia harus
mencintai manusia, dan untuk menjadi manusia haruslah orang terlebh dahulu
membunuh harimau di dalam dirinya. Dia kini mengerti benar apa yang
dimaksud Pak Haji dengan kata-katanya ‘ bunuhlah dahulu harimau dalam
dirimu.’

Untuk membina kemanusiaan perlulah mencinta, orang sendiri tak


dapat hidup sebagai manusia ya, dia akan mencintai manusia, dia akan mulai
mencintai Zaitun, dia akan belajar dan berusaha jadi manusia yang hidup
dengan manusia lain. Buyung merasa sesuatu yang segar memasuki dirinya,
seakan sebuah beban berat yang selama ini menimpa kepala dan seluruh
dirinya telah terangkat. Alangkah enaknya merasa jadi manusia kembali, lepas
dari katan takhyul, ikatan mantera dan ikatan jimat yang palsu.

Pinggangnya terasa bebas dari ikatan jimat-jimat palsu yang diberikan


Wak Katok. Buyung tersenyum, dan berpaling pada Sanip, dan berkata:
“Sanip, ada yang aku sayangkan kita membuang jimat-jimat Wak Katok ke
dalam api.”

Anda mungkin juga menyukai