Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BAHASA INDONESIA

HIKAYAT SRI RAMA

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
 PUTRI AYU
 RAHMADANI ZALZA FITRI
 WAHYU
 ZULFIKAR
 IDUL FATRAH
 IRHAM RASJU
 YAYAT HIDAYAT

SMA NEGERI 5 BONE


TAHUN AJARAN 2017/2018
Hikayat Sri Rama

Maharaja Rawana dibuang ke Bukit Serendib. Di Bukit itu ia bertapa dengan cara yang
paling hebat, kakinya digantung, kepalanya di bawah. Selama dua belas tahun ia bertapa. Tuhan
lalu mengasihaninya dan mengirim Nabi Adam untuk menanyai apa kehendaknya. Rawana
memohon empat kerajaan pada Tuhan yaitu satu kerajaan dalam dunia, satu kerajaan pada
keinderaan, satu kerajaan di dalam bumi, dan satu lagi di dalam laut. Permohonan Rawana
disetujui Tuhan dengan syarat, Rawana harus memerintah dengan adil dan dilarang mengerjakan
pekerjaan haram. Dalam naskah lain disebut juga dilarang mengganggu anak-isteri orang.
Di kerajaannya di keinderaan, Rawana kawin dengan Puteri Nila Utama dan beranakkan
Indra Jat. Genap dua belas tahun, Indra Jat dirajakan di keinderaan. Di kerajaannya yang di
bumi, Rawana kawin dengan Puteri Pertiwi Dewi dan mempunyai anak Patala Maharayan.
Sesudah genap umur, Patala Maharayan dirajakan di bumi. Di kerajaannya yang di dalam laut,
Rawana kawin dengan Gangga Maha Dewi dan beranakkan Gangga Maha Suri. Sesudah genap
umur, anak ini dirajakan di dalam laut. Di dunia, Rawana membuat sebuah negeri yang sangat
indah. Negeri itu ialah Langkapuri. Maka Rawana pun menjadi raja yang adil di Langkapuri.
Semua kerajaan di dalam dunia takluk kepada hukumnya. Yang masih belum takluk hanya empat
buah negeri saja, yaitu Indrapuri, Biruhasa, Lekorkatakina, dan Aspaha.
Dasarata Maharaja, seorang raja yang gagah, pahlawan di negeri Isafa, tidak mempunyai
putera. Atas nasihat seorang brahmana, baginda mengadakan acara pemujaan Homam. Tidak
lama kemudian kedua permaisuri baginda pun hamillah. (Dalam Shellabear karena memakan biji
geliga yang diberikan oleh seorang brahmana). Mandudari puteri yang lahir dari buluh betung
beranakkan Rama dan Laksamana. Baliadari, beranakkan Beradan, Citradan dan seorang anak
perempuan Kikewi Dewi namanya (anak perempuan ini tak disebut dalam Shellabear).
Sri Rama adalah seorang anak raja yang terlalu elok parasnya dan gagah berani, tetapi
nakal. Karena kenakalannya itu, sekalian menteri lebih senang kalau anak Baliadri, Beradan atau
Citradan yang dirajakan dalam negeri. Dasarata sendiri juga pernah dua kali berjanji akan
merajakan anak-anak Baliadri dalam negeri karena jasajasa gundiknya ini.
Rawana mendengar bahwa Dasarata sudah memperisterikan seorang puteri yang sangat
elok parasnya. Timbul keinginan untuk memilikinya (puteri itu). Rawana lalu datang dan
meminta puteri itu kepada Dasarata. Dasarata tidak keberatan. Mandudari segera diberitahu hal
ini. Mandudari masuk ke suatu bilik. Tidak lama kemudian keluarlah seorang puteri yang serupa
dengan Mandudari, Mandudaki namanya. Puteri itu lalu dibawa pulang oleh Rawana. Seketika
itu juga keluarlah Mandudari dari biliknya dan menjelaskan apa yang sudah terjadi. Puteri yang
dibawa Rawana bukanlah dirinya sendiri, melainkan puteri yang dijadikan dari mengubah daki.
Dasarata sangat gembira sebab istrinya tetap ada. Di samping itu, ia meminta seorang perempuan
tua membawanya ke istana Rawana. Pada malam hari ia meniduri puteri itu dan dengan
demikian, menjadi ayah dari anak Rawana.
Setelah beberapa lamanya, Mandudaki pun hamillah dan melahirkan seorang puteri yang
sangat elok parasnya. Puteri itu ialah Sita Dewi. Menurut ramalan ahlinujum, suami Sita Dewilah
kelak yang akan membunuh Rawana. Rawana terlalu murka, mau rasanya membunuh Sita Dewi
ketika itu juga. Atas rayuan Mandudaki, Sita Dewi ditaruh dalam peti besi dan dihanyutkan ke
laut.
Sekali peristiwa Maharisi Kali, raja negeri Darwati Purwa, bertapa di laut dan
mendapatkan peti besi yang dihanyutkan oleh Rawana. Sita Dewi diselamatkannya dan
dipelihara dengan baik. Tak lama kemudian, mashyurlah kepada segala alam bahwa Maharisi
Kali mempunyai seorang puteri yang sangat elok parasnya. Setelah umur Sita Dewi genap dua
belas tahun, Maharisi Kali mengadakan sayembara untuk memilih menantu: barang siapa yang
dapat mengangkat panah yang ada di halaman rumahnya dan dapat pula memanah pohon lontar
dengan sekali terus empat puluh pohon, dia akan diterima menjadi suami Sita Dewi.
Banyaklah sudah anak raja yang besar-besar berkumpul di negeri Maharisi Kali. Yang
tidak datang hanyalah anak-anak Dasarata. Maharisi lalu pergi menjemput anak-anak Dasarata.
Dengan hati yang berat, Dasarata melepaskan Seri Rama dan Laksamana pergi mengikuti
Maharisi Kali ke negeri Darwati Purwa. Dalam perjalanan, Rama sudah menunjukkan
keberaniannya. Raksasa Jagina (Sh. Jekin), badak, naga (ular) yang selalu mengganggu
perjalanan manusia habis ditewaskan.
Sayembara dimulai. Tetapi tidak seorang pun anak raja yang dapat dengan sekali panah,
menerusi empat puluh pohon lontar. Rawana sendiri hanya dapat menerusi tiga puluh delapan
pohon saja. Akhirnya, dengan tenang Rama masuk ke dalam gelanggang sayembara. Dengan
sekali panah saja, keempat puluh pohon lontar teruslah semuanya. Bukan main terkejutnya anak-
anak raja yang berkumpul di situ. Dengan demikian, Rama pun beroleh Sita Dewi sebagai isteri.
Untuk mencoba kearifan Rama, Maharisi Kali menyembunyikan Sita Dewi dalam rumah
berhala pula. Ia mengatakan kepada Rama bahwa Sita sudah hilang. Dengan mudah saja, Rama
menemukan Sita kembali. Dalam perjalanan pulang pula, ada empat orang anak raja yang putus
asa mencoba menghalangi Rama. Tetapi, semuanya dapat dikalahkan oleh Rama.
Segala persiapan sedang diadakan untuk menabalkan Rama dalam negeri. Si Budak
Bungkuk menghasut Baliadri menuntut Dasarata supaya menunaikan janjinya, yaitu menabalkan
anak-anak Baliadri. Apa daya, kata raja tak dapat diubah maka terpaksalah Dasarata
mengabulkan permohonan Baliadri. Rama dan Sita, bersama-sama Laksamana lalu
meninggalkan negeri dan pergi bertapa di dalam hutan.
Maka berjalanlah Sri Rama dan Laksamana di dalam hutan belantara. Dalam perjalanan,
mereka bertemu dengan beberapa orang Maharisi yang baik kepada mereka. Anggasa Dewa,
Kikukan, dan Wirata Sakti menjamu mereka dan mengajak Sri Rama bertapa samasama dengan
mereka. Rama menolak dan meneruskan perjalanan hingga sampailah di bukit Indra Pawanam.
Di sini ada seorang raksasa Purba. Ia mencoba melarikan Sita. Raksasa itu dibunuh oleh Rama.
Maka Rama pun membuat tempat pertapaan di bukit ini.
Tidak lama kemudian, terdengar pula suara Rama meminta tolong. Sita mendesak
Laksamana pergi menolong Rama. Ketika Laksamana menolak, Sita menuduh Laksamana.
Dikatakannya bahwa Laksamana ingin memilikinya seandainya Rama mati. Oleh karena tuduhan
itu maka terpaksalah Laksamana pergi. Sebelum ia pergi, ia menggores tanah dengan
telunjuknya. Maksudnya, barang siapa yang melangkahi goresan ini akan kena tangkap.
Kemudian, muncullah Rawana sebagai seorang Brahmana yang miskin dan meminta
sedekah dari Sita. Sita yang tidak tahu apa-apa telah keluar dari goresan itu untuk memberi
sedekah kepada Brahmana palsu itu. Dengan seketika itu juga, Sita dilarikan Rawana. Burung
Jentayu berusaha menolong Sita, tetapi tidak berhasil, malah dirinya sendiri terbunuh.
Ketika Rama dan Laksamana kembali, mereka bukan main kaget. Didapati Sita sudah
hilang. Rama rebah dan jatuh di tempat duduk Sita sampai beberapa hari tidak sadarkan diri.
Sesudah Rama sadar kembali, mereka lalu pergi mencari Sita.
Mula-mula, mereka bertemu dengan kakak burung Jentayu yang memberi tahu mereka
bahwa Sita sudah diculik oleh Rawana. Kemudian, mereka bertemu dengan Sugriwa yang diusir
dari kerajaan oleh saudaranya Balya. Rama dan Laksamana menolong Sugriwa merebut kerajaan
kembali. Sebelum meninggal, Balya meminta Rama menjaga isteri dan kedua orang anaknya
yang masing-masing bernama Anggada dan Anila. Balya memberi tahu Rama bahwa yang dapat
menolong Rama merebut Sita kembali ialah anak saudaranya yang bernama Hanuman.
Hanuman menyamar diri sebagai seorang Maharisi dan menemui Sita Dewi di istana
Rawana. Hanuman menceritakan asal-usulnya dan Sita mengakuinya sebagai anaknya.
Kemudian, Hanuman memakan habis buah mempelam yang ada di dalam istana. Karena hal ini,
dia ditangkap dan mau dibakar. Tetapi, Hanuman melompat ke sana-sini, menyebabkan
kebakaran yang besar. Hanuman juga mau membawa Sita Dewi ke tempat Rama. Sita Dewi
menolak. Pertama, karena ia tidak mau dijamah oleh laki-laki lain melainkan Rama. Kedua,
karena ia maukan kehormatan menyelamatkannya diberikan kepada Rama.
Sementara itu, pembinaan jambatan (titian) hampir selesai. Gangga Mahasura, anak
Rawana, berusaha membinasakan titian itu. Tetapi, semua ikan dan ketam yang dikirimkan untuk
melaksanakan tugas itu, habis dibinasakan oleh Hanuman. Rawana mulai gentar dan berunding
dengan saudara dan menteri-menterinya tentang serangan Rama yang bakal datang itu.
Bibusanam, menteri yang tua, mengusulkan supaya Sita dikembalikan kepada Rama. Rawana
marah dan mau membunuh Bibusanam yang terpaksa melarikan diri dan menyerah diri kepada
Rama. Anak-anak Rawana, Indra Jat dan Kumbakarna juga menganjurkan supaya Sita
dikembalikan saja. Rawana tetap berkeras. Akhirnya, peperangan pun berlangsung. Anak-anak
Rawana satu demi satu gugur di medan perang. Mulamula Buta Dapat, kemudian Patala
Maharayan, kemudian Indra Jat dan akhirnya Mula Patani. Selepas itu, keluarlah Rawana sendiri.
Sesudah peperangan sengit, berpanah-panahan, akhirnya Rawana tewas juga. Dengan demikian,
berakhirlah peperangan antara Rama dengan Rawana.
Masuklah Rama ke dalam kota Langkapuri. Rama tidak mau menerima Sita kembali,
takut kalau-kalau Sita sudah diperkosa oleh Rawana. Sita membuktikan kesuciannya dengan
duduk di dalam api yang menyala. Akhirnya, berkumpullah Rama dan Sita kembali.
Di tempat Maharisi Kala, Sita melahirkan seorang anak, Tilawi (Sh. Lawa) namanya.
Sekali peristiwa, Maharisi Kala membawa Tilawi berjalan-jalan. Tilawi tersesat jalan dan
kembali sendiri ke tempat ibunya. Maharisi Kala takut kalau-kalau Tilawi sudah hilang, lalu
memuja lalang. Dengan seketika terjadilah seorang anak lakilaki yang mirip dengan Tilawi.
Anak tersebut diberi nama Kusa. Sesudah besar, Tilawi dan Kusa menjadi anak muda yang
gagah berani. Banyak raksasa yang dibunuh mereka.
Sesudah beberapa lama, Rama pun sadar akan kesalahannya dan meminta Sita kembali.
Setelah Sita Dewi pulang, segala mergastua pun berbunyi kembali dan Kikewi Dewi datang
meminta ampun kepada Sita. Tilawi dikawinkan dengan Puteri Indra Kusuma Dewi, anak Indra
Jat, dan dirajakan di dalam negeri Durja Pura. Kusa dikawinkan dengan Gangga Surani Dewi,
anak Gangga Mahasura, dan dirajakan di dalam negeri Langkapuri.
Setelah beberapa lama, Rama membuat negeri di tempat orang bertapa. Negeri itu
dinamainya Ayodhya Pura Negara. Sesudah empat puluh tahun lamanya hidup bersuka-sukaan
dengan Sita dalam pertapaan maka Sri Rama pun kembalilah dari negeri yang fana ke negeri
yang baka.
Unsur intrinsik
1. Tema : Kesetiaan dan pengorbanan
2. Latar :
A. Latar 1
Di Bukit Serendib Rawana bertapa selama 12 tahun lamanya dengan penuh
kekhusuhan dan kesabaran.
B. Latar 2
Kerajaannya di keinderaan, Rawana menikah dengan Puteri Nila Utama dengan
kebahagian hingga 12 tahun lamanya mereka memiliki seorang Putra.
C. Latar 3
Di kerajaannya yang di bumi, Rawana kawin dengan Puteri Pertiwi Dewi dan
mempunyai anak Patala Maharayan.
D. Latar 4
Di kerajaannya yang di dalam laut, Rawana kawin dengan Gangga Maha Dewi
dan beranakkan Gangga Maha Suri. Sesudah genap umur, anak ini dirajakan di dalam
laut.
E. Latar 5
Di dunia, Rawana membuat sebuah negeri yang sangat indah. Negeri itu ialah
Langkapuri. Maka Rawana pun menjadi raja yang adil di Langkapuri.
F. Latar 6
Raja negeri Darwati Purwa, bertapa di laut dan mendapatkan peti besi yang
dihanyutkan oleh Rawana yang berisi Dewi Sita dengan keharuan dan kebahagiaan.
G. Latar 7
Dasarata sangat gembira, sebab istrinya tetap ada. Di samping itu, ia meminta
seorang perempuan tua membawanya ke istana Rawana. Pada malam hari ia meniduri
putri itu dan dengan demikian menjadi ayah, dari anak Rawana.
H. Latar 8
Banyaklah sudah anak raja yang besar-besar berkumpul di negeri Maharisi Kali
untuk melakukan sayembara memperebutkan Dewi Sita dengan penuh ketegangan
dan kegigihan.
I. Latar 9
Rama menolak dan meneruskan perjalanan hingga sampailah di bukit Indra
Pawanam. Di sini ada seorang raksasa Purba. Ia mencoba melarikan Sita. Raksasa itu
dibunuh oleh Rama. Maka Rama pun membuat tempat pertapaan di bukit ini.
J. Latar 10
Maka berjalanlah Sri Rama dan Laksamana di dalam hutan belantara. Dalam
perjalanan, mereka bertemu dengan beberapa orang Maharisi yang baik kepada
mereka. Anggasa Dewa, Kikukan, dan Wirata Sakti menjamu mereka dan mengajak
Sri Rama bertapa samasama dengan mereka.
K. Latar 11
Hanuman menyamar diri sebagai seorang Maharisi dan menemui Sita Dewi di
istana Rawana. Hanuman menceritakan asal-usulnya dan Sita mengakuinya sebagai
anaknya. Kemudian, Hanuman memakan habis buah mempelam yang ada di dalam
istana. Karena hal ini, dia ditangkap dan mau dibakar. Tetapi, Hanuman melompat ke
sana-sini, menyebabkan kebakaran yang besar.
L. Latar 12
Masuklah Rama ke dalam kota Langkapuri. Rama tidak mau menerima Sita
kembali, takut kalau-kalau Sita sudah diperkosa oleh Rawana. Sita membuktikan
kesuciannya dengan duduk di dalam api yang menyala. Akhirnya, berkumpullah
Rama dan Sita kembali.
M. Latar 13
Di tempat Maharisi Kala, Sita melahirkan seorang anak, Tilawi (Sh. Lawa)
namanya. Sekali peristiwa, Maharisi Kala membawa Tilawi berjalan-jalan. Tilawi
tersesat jalan dan kembali sendiri ke tempat ibunya. Maharisi Kala takut kalau-kalau
Tilawi sudah hilang, lalu memuja lalang.
N. Latar 14
Rama membuat negeri di tempat orang bertapa. Negeri itu dinamainya Ayodhya
Pura Negara. Sesudah empat puluh tahun lamanya hidup bersuka-sukaan dengan Sita
dalam pertapaan maka Sri Rama pun kembalilah dari negeri yang fana ke negeri yang
baka.
3. Penokohan
A. Sri Rama. Putra dari raja Dasarata dan suami dari Dewi Sita yang terlalu elok
parasnya dan gagah berani bijaksana, patuh, dan sangat menghormati orang tua
buktinya ia dapat menaklukkan banyak musuh dengan panahnya bahkan ia dapat
mengalahkan Rawana,. Bahkan ketika saat Rama dibuang ke hutan dia tetap patuh
dan tunduk kepada orang tuanya.
B. Dewi Sita. Seorang putri dari Mundadaki dan istri dari Sri Rama, seorang puteri yang
sangat elok parasnya, ia diasuh oleh Maharisi Kali. Dewi sita seorang putri yang
sangat setia terhadap suaminya Rama, buktinya ketika ia diculik oleh Rawana, ia
dapat menjaga dan membuktikan kesuciannya dengan melompat kedalam api.
C. Rawana. Seorang raja yang dapat menaklukkan banyak kerajaan, Rawana seorang
raja yang hatinya dipenuhi ankara murka yaitu ingin menang sendiri, penganiaya, dan
penghianat. Buktinya ia ingin membunuh Rama dan Sita karena ia mendapat ramalan
bahwa Rama akan menghancurkan kerajaannya. Namun, dia juga merupakan seorang
yang gigih. Buktinya ia melakukan pertapaan dengan cara yang paling hebat yaitu
kaki digantung dan kepala di bawah selama 12 tahun lamanya agar dapat menguasai 4
kerajaan.
D. Dasarata. Seorang raja yang baik hati, dan pemurah buktinya ketika Rawana ingin
mengambil istrinya dia dengan suka rela memberikan istrinya tersebut kepada
Rawana walaupun Putri yang dibawa Rawana bukanlah Mandudari melainkan
Mandudaki yang serupa dengan Mandudari dan juga selalu menepati janjinya
buktinya yaitu dia berjanji menabalkan anak-anak Baliadri. Apa daya, kata raja tak
dapat diubah maka terpaksalah Dasarata mengabulkan permohonan Baliadri. Rama
dan Sita, bersama-sama Laksamana lalu meninggalkan negeri dan pergi bertapa di
dalam hutan.
E. Laksamana. Putra ketiga dari raja Dasarata dan merupakan saudara dari Sri Rama. Ia
berwatak halus, setia, dan.tak kenal takut. Buktinya ia setia menemani Sri Rama
untuk menjalani pengasingan selama 13 tahun bersama Dewi Sita di hutan, dan dia
juga membantu Sri Rama dalam membebaskan kembali Dewi Sita yang di culik oleh
Rawana.
F. Jentayu. Seekor burung yang suka menolong orang-orang serta rela berkorban demi
keselamatan orang lain. Buktinya ia rela mati demi membebaskan Dewi Sita dari
penculikan Rawana.
G. Hanuman. Seorang siluman kera putih yang suka menolong dan rela berkorban,
buktinya dia dapat membantu Sri Rama membebaskan Dewi Sita dari Rawana.
4. Alur
A. Waktu : Maju
B. Pengisahan :
1) Pengenalan.
Maharaja Rawana dibuang ke Bukit Serendib. Di Bukit itu ia bertapa
dengan cara yang paling hebat: kakinya digantung, kepalanya di bawah. Selama
dua belas tahun ia bertapa. Tuhan lalu mengasihaninya dan mengirim Nabi Adam
untuk menanyai apa kehendaknya. Rawana memohon empat kerajaan pada Tuhan
yaitu satu kerajaan dalam dunia, satu kerajaan pada keinderaan, satu kerajaan di
dalam bumi, dan satu lagi di dalam laut. Permohonan Rawana disetujui Tuhan
dengan syarat, Rawana harus memerintah dengan adil dan dilarang mengerjakan
pekerjaan haram.
2) Konflik.
Mandudaki pun hamillah dan melahirkan seorang puteri yang sangat elok
parasnya. Puteri itu ialah Sita Dewi. Menurut ramalan ahlinujum, suami Sita
Dewilah kelak yang akan membunuh Rawana. Rawana terlalu murka, mau
rasanya membunuh Sita Dewi ketika itu juga. Atas rayuan Mandudaki, Sita Dewi
ditaruh dalam peti besi dan dihanyutkan ke laut.
3) Klimaks.
Tidak lama kemudian, terdengar pula suara Rama meminta tolong. Sita
mendesak Laksamana pergi menolong Rama. Ketika Laksamana menolak, Sita
menuduh Laksamana. Dikatakannya bahwa Laksamana ingin memilikinya
seandainya Rama mati. Oleh karena tuduhan itu maka terpaksalah Laksamana
pergi. Sebelum ia pergi, ia menggores tanah dengan telunjuknya. Maksudnya,
barang siapa yang melangkahi goresan ini akan kena tangkap. Kemudian,
muncullah Rawana sebagai seorang Brahmana yang miskin dan meminta sedekah
dari Sita. Sita yang tidak tahu apa-apa telah keluar dari goresan itu untuk memberi
sedekah kepada Brahmana palsu itu. Dengan seketika itu juga, Sita dilarikan
Rawana.
4) Peleraian.
Mula-mula, mereka bertemu dengan kakak burung Jentayu yang memberi
tahu mereka bahwa Sita sudah diculik oleh Rawana. Kemudian, mereka bertemu
dengan Sugriwa yang diusir dari kerajaan oleh saudaranya Balya. Sebelum
meninggal, Balya memberi tahu Rama bahwa yang dapat menolong Rama
merebut Sita kembali ialah anak saudaranya yang bernama Hanuman. Hanuman
menyamar diri sebagai seorang Maharisi dan menemui Sita Dewi di istana
Rawana. Hanuman menceritakan asal-usulnya dan Sita mengakuinya sebagai
anaknya. Kemudian, Hanuman memakan habis buah mempelam yang ada di
dalam istana. Karena hal ini, dia ditangkap dan mau dibakar. Tetapi, Hanuman
melompat ke sana-sini, menyebabkan kebakaran yang besar. Hanuman juga mau
membawa Sita Dewi ke tempat Rama. Sita Dewi menolak. Pertama, karena ia
tidak mau dijamah oleh laki-laki lain melainkan Rama. Kedua, karena ia maukan
kehormatan menyelamatkannya diberikan kepada Rama. Sementara itu,
pembinaan jambatan (titian) hampir selesai. Gangga Mahasura, anak Rawana,
berusaha membinasakan titian itu. Tetapi, semua ikan dan ketam yang dikirimkan
untuk melaksanakan tugas itu, habis dibinasakan oleh Hanuman. Rawana mulai
gentar dan berunding dengan saudara dan menteri-menterinya tentang serangan
Rama yang bakal datang itu. Bibusanam, menteri yang tua, mengusulkan supaya
Sita dikembalikan kepada Rama. Rawana marah dan mau membunuh Bibusanam
yang terpaksa melarikan diri dan menyerah diri kepada Rama. Anak-anak
Rawana, Indra Jat dan Kumbakarna juga menganjurkan supaya Sita dikembalikan
saja. Rawana tetap berkeras. Akhirnya, peperangan pun berlangsung. Anak-anak
Rawana satu demi satu gugur di medan perang. Mulamula Buta Dapat, kemudian
Patala Maharayan, kemudian Indra Jat dan akhirnya Mula Patani. Selepas itu,
keluarlah Rawana sendiri. Sesudah peperangan sengit, berpanah-panahan,
akhirnya Rawana tewas juga. Dengan demikian, berakhirlah peperangan antara
Rama dengan Rawana.
5) Penyelesaian.
Di tempat Maharisi Kala, Sita melahirkan seorang anak, Tilawi (Sh.
Lawa) namanya. Sekali peristiwa, Maharisi Kala membawa Tilawi berjalan-jalan.
Tilawi tersesat jalan dan kembali sendiri ke tempat ibunya. Maharisi Kala takut
kalau-kalau Tilawi sudah hilang, lalu memuja lalang. Dengan seketika terjadilah
seorang anak lakilaki yang mirip dengan Tilawi. Anak tersebut diberi nama Kusa.
Sesudah besar, Tilawi dan Kusa menjadi anak muda yang gagah berani. Banyak
raksasa yang dibunuh mereka. Sesudah beberapa lama, Rama pun sadar akan
kesalahannya dan meminta Sita kembali. Setelah Sita Dewi pulang, segala
mergastua pun berbunyi kembali dan Kikewi Dewi datang meminta ampun
kepada Sita. Tilawi dikawinkan dengan Puteri Indra Kusuma Dewi, anak Indra
Jat, dan dirajakan di dalam negeri Durja Pura. Kusa dikawinkan dengan Gangga
Surani Dewi, anak Gangga Mahasura, dan dirajakan di dalam negeri Langkapuri.
Setelah beberapa lama, Rama membuat negeri di tempat orang bertapa. Negeri itu
dinamainya Ayodhya Pura Negara. Sesudah empat puluh tahun lamanya hidup
bersuka-sukaan dengan Sita dalam pertapaan maka Sri Rama pun kembalilah dari
negeri yang fana ke negeri yang baka.
C. Sudut Pandang : Orang ketiga
D. Amanat : Kita harus percaya akan kesetian dan kepatuhan Istri kita, jangan percaya
akan satu hal yang membuat kepercayaan kita hilang terhadap Istri kita, karena
penyesalan selalu berada dibelakang.

Unsur Ekstrinsik

1. Nilai Moral
A. Hikayat ini mengajarkan kita tentang kesetiaan dan kepatuhan terhadap suami seperti
yang dilakukan oleh Dewi Sita yang tetap mengaja kesuciannya.
B. Hikayat ini mengajarkan kita untuk selalu sabar dan optimis membuktikan bahwa kita
tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh Dewi Sita yang rela bersabar
ketika diusir oleh Rama karena dianggap telah dinodai oleh Rawana dan mematahkan
keraguaan Rama dengan membuktikan bahwa dia menjaga kesuciannya dengan
duduk di dalam api yang menyala.
C. Hikayat ini mengajarkan kita untuk mendengarkan penjalasan sang istri terlebih
dahulu sebelum mengambil kesimpulan tanpa melakukan diskusi. Seperti Sri Rama
yang tidak mau menerima Dewi Sita karena menurutnya Dewi Sita telah dinodai oleh
Rawana tanpa meminta penjelasan dari sang istri.
D. Hikayat ini mengajarkan kita untuk gigih dan sabar walaupun mengambil banyak
waktu agar keinganan kita tercapai. Seperti yang dilakukan oleh Rawana yang
melakukan pertapaan dengan cara yang paling hebat yaitu kaki digantung dan kepala
dibawah selama 12 tahun lamanya agar dapat menguasai 4 kerajaan.
E. Hikayat ini mengajarkan kita bahwa penyesalan selalu berada di belakang. Seperti Sri
rama yang tidak memercayai sang Istri yang telah patuh dan setia terhadapnya.
Namun, ketika Sri Rama mengetahui bahwa ternyata sang istri adalah sosok yang
patuh dan setia dia merasa menyesal telah menyianyiakan sang istri.

2. Nilai Budaya
A. Pada zaman kerajaan seorang raja memilki lebih dari satu istri. Seperti yang
dilakukan oleh Rawana dia memiliki 4 orang istri yaitu Dewi Nila Utama, Puteri
Pertiwi Dewi, Gangga Maha Dewi dan Mandudaki.
B. Untuk menikahkan putri raja diadakan sayembara untuk mencari calon suami seperti
yang dilakukan Maharisi Kali yang melakukan sayembara yaitu barang siapa yang
dapat mengangkat panah yang ada di halaman rumahnya dan dapat pula memanah
pohon lontar dengan sekali terus empat puluh pohon, dia akan diterima menjadi
suami Dewi Sita
C. Pada zaman dahulu orang – orang selalu melakukan pertapaan untuk meminta atau
memohon sesuatu. Seperti yang dilakukan Rawana, Dasarata, dan Maharasi Kali yang
melakukan pertapaan agar permintaannya dapat terwujud.

3. Nilai Sosial
A. Hikayat ini mengajarkan kita untuk saling tolong menolong sesama makhluk hidup
tidak mengenal batas derajat baik itu manusia maupun hewan. Seperti yang dilakukan
Burung Jeyantu yang rela mati demi membantu Rama mengambil kembali Dewi Sita
dari Rawana.
B. Hikayat ini mengajarkan kita bahwa tali persaudaraan tidak akan putus. Seperti yang
dilakukan Laksamana yang setia menemani Sri Rama yang diasingkan di Hutan dan
mencari Dewi Sita yang diculik oleh Rawana.

4. Nilai Agama
A. Pada zaman dahulu orang – orang melakukan pertapaan kepada Tuhan. Seperti yang
dilakukan Rawana yang beratapa kepada Tuhan agar dapat dikasihi dengan
dikabulkannya keinginannya yaitu menguasai 4 kerajaan.

Anda mungkin juga menyukai