Anda di halaman 1dari 11

HIKAYAT SRI RAMA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 3

A.MUTMAINNAH
FHALMULQIYATI ZHIQRO
NUR ADZIMAH
NURMIATY SYARIFUDDIN
PUTRI NAMIRA APRILIA
SARINA
ALFIANSYAH
FAJAR BAHARI

X.7

SMA NEGERI 1 PINRANG


TAHUN AJARAN 2015/2016
Hikayat Sri Rama

Maharaja Rawana dibuang ke Bukit Serendib. Di Bukit itu ia bertapa dengan


cara yang paling hebat, kakinya digantung, kepalanya di bawah. Selama dua belas
tahun ia bertapa. Tuhan lalu mengasihaninya dan mengirim Nabi Adam untuk
menanyai apa kehendaknya. Rawana memohon empat kerajaan pada Tuhan yaitu satu
kerajaan dalam dunia, satu kerajaan pada keinderaan, satu kerajaan di dalam bumi,
dan satu lagi di dalam laut. Permohonan Rawana disetujui Tuhan dengan syarat,
Rawana harus memerintah dengan adil dan dilarang mengerjakan pekerjaan haram.
Dalam naskah lain disebut juga dilarang mengganggu anak-isteri orang.

Di kerajaannya di keinderaan, Rawana kawin dengan Puteri Nila Utama dan


beranakkan Indra Jat. Genap dua belas tahun, Indra Jat dirajakan di keinderaan. Di
kerajaannya yang di bumi, Rawana kawin dengan Puteri Pertiwi Dewi dan
mempunyai anak Patala Maharayan. Sesudah genap umur, Patala Maharayan
dirajakan di bumi. Di kerajaannya yang di dalam laut, Rawana kawin dengan Gangga
Maha Dewi dan beranakkan Gangga Maha Suri. Sesudah genap umur, anak ini
dirajakan di dalam laut. Di dunia, Rawana membuat sebuah negeri yang sangat indah.
Negeri itu ialah Langkapuri. Maka Rawana pun menjadi raja yang adil di Langkapuri.
Semua kerajaan di dalam dunia takluk kepada hukumnya. Yang masih belum takluk
hanya empat buah negeri saja, yaitu Indrapuri, Biruhasa, Lekorkatakina, dan Aspaha.

Dasarata Maharaja, seorang raja yang gagah, pahlawan di negeri Isafa, tidak
mempunyai putera. Atas nasihat seorang brahmana, baginda mengadakan acara
pemujaan Homam. Tidak lama kemudian kedua permaisuri baginda pun hamillah.
(Dalam Shellabear karena memakan biji geliga yang diberikan oleh seorang
brahmana). Mandudari puteri yang lahir dari buluh betung beranakkan Rama dan
Laksamana. Baliadari, beranakkan Beradan, Citradan dan seorang anak perempuan
Kikewi Dewi namanya (anak perempuan ini tak disebut dalam Shellabear).

Sri Rama adalah seorang anak raja yang terlalu elok parasnya dan gagah
berani, tetapi nakal. Karena kenakalannya itu, sekalian menteri lebih senang kalau
anak Baliadri, Beradan atau Citradan yang dirajakan dalam negeri. Dasarata sendiri
juga pernah dua kali berjanji akan merajakan anak-anak Baliadri dalam negeri karena
jasajasa gundiknya ini.

Rawana mendengar bahwa Dasarata sudah memperisterikan seorang puteri


yang sangat elok parasnya. Timbul keinginan untuk memilikinya (puteri itu). Rawana
lalu datang dan meminta puteri itu kepada Dasarata. Dasarata tidak keberatan.
Mandudari segera diberitahu hal ini. Mandudari masuk ke suatu bilik. Tidak lama
kemudian keluarlah seorang puteri yang serupa dengan Mandudari, Mandudaki
namanya. Puteri itu lalu dibawa pulang oleh Rawana. Seketika itu juga keluarlah
Mandudari dari biliknya dan menjelaskan apa yang sudah terjadi. Puteri yang dibawa
Rawana bukanlah dirinya sendiri, melainkan puteri yang dijadikan dari mengubah
daki. Dasarata sangat gembira sebab istrinya tetap ada. Di samping itu, ia meminta
seorang perempuan tua membawanya ke istana Rawana. Pada malam hari ia meniduri
puteri itu dan dengan demikian, menjadi ayah dari anak Rawana.

Setelah beberapa lamanya, Mandudaki pun hamillah dan melahirkan seorang


puteri yang sangat elok parasnya. Puteri itu ialah Sita Dewi. Menurut ramalan
ahlinujum, suami Sita Dewilah kelak yang akan membunuh Rawana. Rawana terlalu
murka, mau rasanya membunuh Sita Dewi ketika itu juga. Atas rayuan Mandudaki,
Sita Dewi ditaruh dalam peti besi dan dihanyutkan ke laut.

Sekali peristiwa Maharisi Kali, raja negeri Darwati Purwa, bertapa di laut dan
mendapatkan peti besi yang dihanyutkan oleh Rawana. Sita Dewi diselamatkannya
dan dipelihara dengan baik. Tak lama kemudian, mashyurlah kepada segala alam
bahwa Maharisi Kali mempunyai seorang puteri yang sangat elok parasnya. Setelah
umur Sita Dewi genap dua belas tahun, Maharisi Kali mengadakan sayembara untuk
memilih menantu: barang siapa yang dapat mengangkat panah yang ada di halaman
rumahnya dan dapat pula memanah pohon lontar dengan sekali terus empat puluh
pohon, dia akan diterima menjadi suami Sita Dewi.

Banyaklah sudah anak raja yang besar-besar berkumpul di negeri Maharisi


Kali. Yang tidak datang hanyalah anak-anak Dasarata. Maharisi lalu pergi menjemput
anak-anak Dasarata. Dengan hati yang berat, Dasarata melepaskan Seri Rama dan
Laksamana pergi mengikuti Maharisi Kali ke negeri Darwati Purwa. Dalam
perjalanan, Rama sudah menunjukkan keberaniannya. Raksasa Jagina (Sh. Jekin),
badak, naga (ular) yang selalu mengganggu perjalanan manusia habis ditewaskan.

Sayembara dimulai. Tetapi tidak seorang pun anak raja yang dapat dengan
sekali panah, menerusi empat puluh pohon lontar. Rawana sendiri hanya dapat
menerusi tiga puluh delapan pohon saja. Akhirnya, dengan tenang Rama masuk ke
dalam gelanggang sayembara. Dengan sekali panah saja, keempat puluh pohon lontar
teruslah semuanya. Bukan main terkejutnya anak-anak raja yang berkumpul di situ.
Dengan demikian, Rama pun beroleh Sita Dewi sebagai isteri.

Untuk mencoba kearifan Rama, Maharisi Kali menyembunyikan Sita Dewi


dalam rumah berhala pula. Ia mengatakan kepada Rama bahwa Sita sudah hilang.
Dengan mudah saja, Rama menemukan Sita kembali. Dalam perjalanan pulang pula,
ada empat orang anak raja yang putus asa mencoba menghalangi Rama. Tetapi,
semuanya dapat dikalahkan oleh Rama.

Segala persiapan sedang diadakan untuk menabalkan Rama dalam negeri. Si


Budak Bungkuk menghasut Baliadri menuntut Dasarata supaya menunaikan janjinya,
yaitu menabalkan anak-anak Baliadri. Apa daya, kata raja tak dapat diubah maka
terpaksalah Dasarata mengabulkan permohonan Baliadri. Rama dan Sita, bersama-
sama Laksamana lalu meninggalkan negeri dan pergi bertapa di dalam hutan.

Maka berjalanlah Sri Rama dan Laksamana di dalam hutan belantara. Dalam
perjalanan, mereka bertemu dengan beberapa orang Maharisi yang baik kepada
mereka. Anggasa Dewa, Kikukan, dan Wirata Sakti menjamu mereka dan mengajak
Sri Rama bertapa samasama dengan mereka. Rama menolak dan meneruskan
perjalanan hingga sampailah di bukit Indra Pawanam. Di sini ada seorang raksasa
Purba. Ia mencoba melarikan Sita. Raksasa itu dibunuh oleh Rama. Maka Rama pun
membuat tempat pertapaan di bukit ini.

Tidak lama kemudian, terdengar pula suara Rama meminta tolong. Sita
mendesak Laksamana pergi menolong Rama. Ketika Laksamana menolak, Sita
menuduh Laksamana. Dikatakannya bahwa Laksamana ingin memilikinya
seandainya Rama mati. Oleh karena tuduhan itu maka terpaksalah Laksamana pergi.
Sebelum ia pergi, ia menggores tanah dengan telunjuknya. Maksudnya, barang siapa
yang melangkahi goresan ini akan kena tangkap.
Kemudian, muncullah Rawana sebagai seorang Brahmana yang miskin dan
meminta sedekah dari Sita. Sita yang tidak tahu apa-apa telah keluar dari goresan itu
untuk memberi sedekah kepada Brahmana palsu itu. Dengan seketika itu juga, Sita
dilarikan Rawana. Burung Jentayu berusaha menolong Sita, tetapi tidak berhasil,
malah dirinya sendiri terbunuh.

Ketika Rama dan Laksamana kembali, mereka bukan main kaget. Didapati
Sita sudah hilang. Rama rebah dan jatuh di tempat duduk Sita sampai beberapa hari
tidak sadarkan diri. Sesudah Rama sadar kembali, mereka lalu pergi mencari Sita.

Mula-mula, mereka bertemu dengan kakak burung Jentayu yang memberi


tahu mereka bahwa Sita sudah diculik oleh Rawana. Kemudian, mereka bertemu
dengan Sugriwa yang diusir dari kerajaan oleh saudaranya Balya. Rama dan
Laksamana menolong Sugriwa merebut kerajaan kembali. Sebelum meninggal, Balya
meminta Rama menjaga isteri dan kedua orang anaknya yang masing-masing
bernama Anggada dan Anila. Balya memberi tahu Rama bahwa yang dapat menolong
Rama merebut Sita kembali ialah anak saudaranya yang bernama Hanuman.

Hanuman menyamar diri sebagai seorang Maharisi dan menemui Sita Dewi di
istana Rawana. Hanuman menceritakan asal-usulnya dan Sita mengakuinya sebagai
anaknya. Kemudian, Hanuman memakan habis buah mempelam yang ada di dalam
istana. Karena hal ini, dia ditangkap dan mau dibakar. Tetapi, Hanuman melompat ke
sana-sini, menyebabkan kebakaran yang besar. Hanuman juga mau membawa Sita
Dewi ke tempat Rama. Sita Dewi menolak. Pertama, karena ia tidak mau dijamah
oleh laki-laki lain melainkan Rama. Kedua, karena ia maukan kehormatan
menyelamatkannya diberikan kepada Rama.

Sementara itu, pembinaan jambatan (titian) hampir selesai. Gangga Mahasura,


anak Rawana, berusaha membinasakan titian itu. Tetapi, semua ikan dan ketam yang
dikirimkan untuk melaksanakan tugas itu, habis dibinasakan oleh Hanuman. Rawana
mulai gentar dan berunding dengan saudara dan menteri-menterinya tentang serangan
Rama yang bakal datang itu. Bibusanam, menteri yang tua, mengusulkan supaya Sita
dikembalikan kepada Rama. Rawana marah dan mau membunuh Bibusanam yang
terpaksa melarikan diri dan menyerah diri kepada Rama. Anak-anak Rawana, Indra
Jat dan Kumbakarna juga menganjurkan supaya Sita dikembalikan saja. Rawana tetap
berkeras. Akhirnya, peperangan pun berlangsung. Anak-anak Rawana satu demi satu
gugur di medan perang. Mulamula Buta Dapat, kemudian Patala Maharayan,
kemudian Indra Jat dan akhirnya Mula Patani. Selepas itu, keluarlah Rawana sendiri.
Sesudah peperangan sengit, berpanah-panahan, akhirnya Rawana tewas juga. Dengan
demikian, berakhirlah peperangan antara Rama dengan Rawana.

Masuklah Rama ke dalam kota Langkapuri. Rama tidak mau menerima Sita
kembali, takut kalau-kalau Sita sudah diperkosa oleh Rawana. Sita membuktikan
kesuciannya dengan duduk di dalam api yang menyala. Akhirnya, berkumpullah
Rama dan Sita kembali.

Di tempat Maharisi Kala, Sita melahirkan seorang anak, Tilawi (Sh. Lawa)
namanya. Sekali peristiwa, Maharisi Kala membawa Tilawi berjalan-jalan. Tilawi
tersesat jalan dan kembali sendiri ke tempat ibunya. Maharisi Kala takut kalau-kalau
Tilawi sudah hilang, lalu memuja lalang. Dengan seketika terjadilah seorang anak
lakilaki yang mirip dengan Tilawi. Anak tersebut diberi nama Kusa. Sesudah besar,
Tilawi dan Kusa menjadi anak muda yang gagah berani. Banyak raksasa yang
dibunuh mereka.
Sesudah beberapa lama, Rama pun sadar akan kesalahannya dan meminta Sita
kembali. Setelah Sita Dewi pulang, segala mergastua pun berbunyi kembali dan
Kikewi Dewi datang meminta ampun kepada Sita. Tilawi dikawinkan dengan Puteri
Indra Kusuma Dewi, anak Indra Jat, dan dirajakan di dalam negeri Durja Pura. Kusa
dikawinkan dengan Gangga Surani Dewi, anak Gangga Mahasura, dan dirajakan di
dalam negeri Langkapuri.

Setelah beberapa lama, Rama membuat negeri di tempat orang bertapa.


Negeri itu dinamainya Ayodhya Pura Negara. Sesudah empat puluh tahun lamanya
hidup bersuka-sukaan dengan Sita dalam pertapaan maka Sri Rama pun kembalilah
dari negeri yang fana ke negeri yang baka.
Unsur intrinsik

1. Tema : Kesetiaan dan pengorbanan


2. Latar :
A. Latar 1
Di Bukit Serendib Rawana bertapa selama 12 tahun lamanya dengan
penuh kekhusuhan dan kesabaran.
B. Latar 2
Kerajaannya di keinderaan, Rawana menikah dengan Puteri Nila
Utama dengan kebahagian hingga 12 tahun lamanya mereka memiliki
seorang Putra.
C. Latar 3
Di kerajaannya yang di bumi, Rawana kawin dengan Puteri Pertiwi
Dewi dan mempunyai anak Patala Maharayan.
D. Latar 4
Di kerajaannya yang di dalam laut, Rawana kawin dengan Gangga
Maha Dewi dan beranakkan Gangga Maha Suri. Sesudah genap umur,
anak ini dirajakan di dalam laut.
E. Latar 5
Di dunia, Rawana membuat sebuah negeri yang sangat indah. Negeri
itu ialah Langkapuri. Maka Rawana pun menjadi raja yang adil di
Langkapuri.
F. Latar 6
Raja negeri Darwati Purwa, bertapa di laut dan mendapatkan peti besi
yang dihanyutkan oleh Rawana yang berisi Dewi Sita dengan keharuan
dan kebahagiaan.
G. Latar 7
Dasarata sangat gembira, sebab istrinya tetap ada. Di samping itu, ia
meminta seorang perempuan tua membawanya ke istana Rawana. Pada
malam hari ia meniduri putri itu dan dengan demikian menjadi ayah, dari
anak Rawana.
H. Latar 8
Banyaklah sudah anak raja yang besar-besar berkumpul di negeri
Maharisi Kali untuk melakukan sayembara memperebutkan Dewi Sita
dengan penuh ketegangan dan kegigihan.
I. Latar 9
Rama menolak dan meneruskan perjalanan hingga sampailah di bukit
Indra Pawanam. Di sini ada seorang raksasa Purba. Ia mencoba melarikan
Sita. Raksasa itu dibunuh oleh Rama. Maka Rama pun membuat tempat
pertapaan di bukit ini.
J. Latar 10
Maka berjalanlah Sri Rama dan Laksamana di dalam hutan belantara.
Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan beberapa orang Maharisi yang
baik kepada mereka. Anggasa Dewa, Kikukan, dan Wirata Sakti menjamu
mereka dan mengajak Sri Rama bertapa samasama dengan mereka.
K. Latar 11
Hanuman menyamar diri sebagai seorang Maharisi dan menemui Sita
Dewi di istana Rawana. Hanuman menceritakan asal-usulnya dan Sita
mengakuinya sebagai anaknya. Kemudian, Hanuman memakan habis buah
mempelam yang ada di dalam istana. Karena hal ini, dia ditangkap dan
mau dibakar. Tetapi, Hanuman melompat ke sana-sini, menyebabkan
kebakaran yang besar.
L. Latar 12
Masuklah Rama ke dalam kota Langkapuri. Rama tidak mau
menerima Sita kembali, takut kalau-kalau Sita sudah diperkosa oleh
Rawana. Sita membuktikan kesuciannya dengan duduk di dalam api yang
menyala. Akhirnya, berkumpullah Rama dan Sita kembali.
M. Latar 13
Di tempat Maharisi Kala, Sita melahirkan seorang anak, Tilawi (Sh.
Lawa) namanya. Sekali peristiwa, Maharisi Kala membawa Tilawi
berjalan-jalan. Tilawi tersesat jalan dan kembali sendiri ke tempat ibunya.
Maharisi Kala takut kalau-kalau Tilawi sudah hilang, lalu memuja lalang.
N. Latar 14
Rama membuat negeri di tempat orang bertapa. Negeri itu dinamainya
Ayodhya Pura Negara. Sesudah empat puluh tahun lamanya hidup
bersuka-sukaan dengan Sita dalam pertapaan maka Sri Rama pun
kembalilah dari negeri yang fana ke negeri yang baka.
3. Penokohan
A. Sri Rama. Putra dari raja Dasarata dan suami dari Dewi Sita yang terlalu
elok parasnya dan gagah berani bijaksana, patuh, dan sangat menghormati
orang tua buktinya ia dapat menaklukkan banyak musuh dengan panahnya
bahkan ia dapat mengalahkan Rawana,. Bahkan ketika saat Rama dibuang
ke hutan dia tetap patuh dan tunduk kepada orang tuanya.
B. Dewi Sita. Seorang putri dari Mundadaki dan istri dari Sri Rama, seorang
puteri yang sangat elok parasnya, ia diasuh oleh Maharisi Kali. Dewi sita
seorang putri yang sangat setia terhadap suaminya Rama, buktinya ketika
ia diculik oleh Rawana, ia dapat menjaga dan membuktikan kesuciannya
dengan melompat kedalam api.
C. Rawana. Seorang raja yang dapat menaklukkan banyak kerajaan, Rawana
seorang raja yang hatinya dipenuhi ankara murka yaitu ingin menang
sendiri, penganiaya, dan penghianat. Buktinya ia ingin membunuh Rama
dan Sita karena ia mendapat ramalan bahwa Rama akan menghancurkan
kerajaannya. Namun, dia juga merupakan seorang yang gigih. Buktinya ia
melakukan pertapaan dengan cara yang paling hebat yaitu kaki digantung
dan kepala di bawah selama 12 tahun lamanya agar dapat menguasai 4
kerajaan.
D. Dasarata. Seorang raja yang baik hati, dan pemurah buktinya ketika
Rawana ingin mengambil istrinya dia dengan suka rela memberikan
istrinya tersebut kepada Rawana walaupun Putri yang dibawa Rawana
bukanlah Mandudari melainkan Mandudaki yang serupa dengan
Mandudari dan juga selalu menepati janjinya buktinya yaitu dia berjanji
menabalkan anak-anak Baliadri. Apa daya, kata raja tak dapat diubah
maka terpaksalah Dasarata mengabulkan permohonan Baliadri. Rama dan
Sita, bersama-sama Laksamana lalu meninggalkan negeri dan pergi
bertapa di dalam hutan.
E. Laksamana. Putra ketiga dari raja Dasarata dan merupakan saudara dari
Sri Rama. Ia berwatak halus, setia, dan.tak kenal takut. Buktinya ia setia
menemani Sri Rama untuk menjalani pengasingan selama 13 tahun
bersama Dewi Sita di hutan, dan dia juga membantu Sri Rama dalam
membebaskan kembali Dewi Sita yang di culik oleh Rawana.
F. Jentayu. Seekor burung yang suka menolong orang-orang serta rela
berkorban demi keselamatan orang lain. Buktinya ia rela mati demi
membebaskan Dewi Sita dari penculikan Rawana.
G. Hanuman. Seorang siluman kera putih yang suka menolong dan rela
berkorban, buktinya dia dapat membantu Sri Rama membebaskan Dewi
Sita dari Rawana.
4. Alur
A. Waktu : Maju
B. Pengisahan :
1) Pengenalan.
Maharaja Rawana dibuang ke Bukit Serendib. Di Bukit itu ia
bertapa dengan cara yang paling hebat: kakinya digantung, kepalanya
di bawah. Selama dua belas tahun ia bertapa. Tuhan lalu
mengasihaninya dan mengirim Nabi Adam untuk menanyai apa
kehendaknya. Rawana memohon empat kerajaan pada Tuhan yaitu
satu kerajaan dalam dunia, satu kerajaan pada keinderaan, satu
kerajaan di dalam bumi, dan satu lagi di dalam laut. Permohonan
Rawana disetujui Tuhan dengan syarat, Rawana harus memerintah
dengan adil dan dilarang mengerjakan pekerjaan haram.
2) Konflik.
Mandudaki pun hamillah dan melahirkan seorang puteri yang
sangat elok parasnya. Puteri itu ialah Sita Dewi. Menurut ramalan
ahlinujum, suami Sita Dewilah kelak yang akan membunuh Rawana.
Rawana terlalu murka, mau rasanya membunuh Sita Dewi ketika itu
juga. Atas rayuan Mandudaki, Sita Dewi ditaruh dalam peti besi dan
dihanyutkan ke laut.
3) Klimaks.
Tidak lama kemudian, terdengar pula suara Rama meminta
tolong. Sita mendesak Laksamana pergi menolong Rama. Ketika
Laksamana menolak, Sita menuduh Laksamana. Dikatakannya bahwa
Laksamana ingin memilikinya seandainya Rama mati. Oleh karena
tuduhan itu maka terpaksalah Laksamana pergi. Sebelum ia pergi, ia
menggores tanah dengan telunjuknya. Maksudnya, barang siapa yang
melangkahi goresan ini akan kena tangkap. Kemudian, muncullah
Rawana sebagai seorang Brahmana yang miskin dan meminta sedekah
dari Sita. Sita yang tidak tahu apa-apa telah keluar dari goresan itu
untuk memberi sedekah kepada Brahmana palsu itu. Dengan seketika
itu juga, Sita dilarikan Rawana.
4) Peleraian.
Mula-mula, mereka bertemu dengan kakak burung Jentayu
yang memberi tahu mereka bahwa Sita sudah diculik oleh Rawana.
Kemudian, mereka bertemu dengan Sugriwa yang diusir dari kerajaan
oleh saudaranya Balya. Sebelum meninggal, Balya memberi tahu
Rama bahwa yang dapat menolong Rama merebut Sita kembali ialah
anak saudaranya yang bernama Hanuman. Hanuman menyamar diri
sebagai seorang Maharisi dan menemui Sita Dewi di istana Rawana.
Hanuman menceritakan asal-usulnya dan Sita mengakuinya sebagai
anaknya. Kemudian, Hanuman memakan habis buah mempelam yang
ada di dalam istana. Karena hal ini, dia ditangkap dan mau dibakar.
Tetapi, Hanuman melompat ke sana-sini, menyebabkan kebakaran
yang besar. Hanuman juga mau membawa Sita Dewi ke tempat Rama.
Sita Dewi menolak. Pertama, karena ia tidak mau dijamah oleh laki-
laki lain melainkan Rama. Kedua, karena ia maukan kehormatan
menyelamatkannya diberikan kepada Rama. Sementara itu, pembinaan
jambatan (titian) hampir selesai. Gangga Mahasura, anak Rawana,
berusaha membinasakan titian itu. Tetapi, semua ikan dan ketam yang
dikirimkan untuk melaksanakan tugas itu, habis dibinasakan oleh
Hanuman. Rawana mulai gentar dan berunding dengan saudara dan
menteri-menterinya tentang serangan Rama yang bakal datang itu.
Bibusanam, menteri yang tua, mengusulkan supaya Sita dikembalikan
kepada Rama. Rawana marah dan mau membunuh Bibusanam yang
terpaksa melarikan diri dan menyerah diri kepada Rama. Anak-anak
Rawana, Indra Jat dan Kumbakarna juga menganjurkan supaya Sita
dikembalikan saja. Rawana tetap berkeras. Akhirnya, peperangan pun
berlangsung. Anak-anak Rawana satu demi satu gugur di medan
perang. Mulamula Buta Dapat, kemudian Patala Maharayan, kemudian
Indra Jat dan akhirnya Mula Patani. Selepas itu, keluarlah Rawana
sendiri. Sesudah peperangan sengit, berpanah-panahan, akhirnya
Rawana tewas juga. Dengan demikian, berakhirlah peperangan antara
Rama dengan Rawana.
5) Penyelesaian.
Di tempat Maharisi Kala, Sita melahirkan seorang anak, Tilawi
(Sh. Lawa) namanya. Sekali peristiwa, Maharisi Kala membawa
Tilawi berjalan-jalan. Tilawi tersesat jalan dan kembali sendiri ke
tempat ibunya. Maharisi Kala takut kalau-kalau Tilawi sudah hilang,
lalu memuja lalang. Dengan seketika terjadilah seorang anak lakilaki
yang mirip dengan Tilawi. Anak tersebut diberi nama Kusa. Sesudah
besar, Tilawi dan Kusa menjadi anak muda yang gagah berani. Banyak
raksasa yang dibunuh mereka. Sesudah beberapa lama, Rama pun
sadar akan kesalahannya dan meminta Sita kembali. Setelah Sita Dewi
pulang, segala mergastua pun berbunyi kembali dan Kikewi Dewi
datang meminta ampun kepada Sita. Tilawi dikawinkan dengan Puteri
Indra Kusuma Dewi, anak Indra Jat, dan dirajakan di dalam negeri
Durja Pura. Kusa dikawinkan dengan Gangga Surani Dewi, anak
Gangga Mahasura, dan dirajakan di dalam negeri Langkapuri. Setelah
beberapa lama, Rama membuat negeri di tempat orang bertapa. Negeri
itu dinamainya Ayodhya Pura Negara. Sesudah empat puluh tahun
lamanya hidup bersuka-sukaan dengan Sita dalam pertapaan maka Sri
Rama pun kembalilah dari negeri yang fana ke negeri yang baka.
C. Sudut Pandang : Orang ketiga
D. Amanat : Kita harus percaya akan kesetian dan kepatuhan Istri kita, jangan
percaya akan satu hal yang membuat kepercayaan kita hilang terhadap
Istri kita, karena penyesalan selalu berada dibelakang.

Unsur Ekstrinsik

1. Nilai Moral
A. Hikayat ini mengajarkan kita tentang kesetiaan dan kepatuhan terhadap
suami seperti yang dilakukan oleh Dewi Sita yang tetap mengaja
kesuciannya.
B. Hikayat ini mengajarkan kita untuk selalu sabar dan optimis membuktikan
bahwa kita tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh Dewi
Sita yang rela bersabar ketika diusir oleh Rama karena dianggap telah
dinodai oleh Rawana dan mematahkan keraguaan Rama dengan
membuktikan bahwa dia menjaga kesuciannya dengan duduk di dalam api
yang menyala.
C. Hikayat ini mengajarkan kita untuk mendengarkan penjalasan sang istri
terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan tanpa melakukan diskusi.
Seperti Sri Rama yang tidak mau menerima Dewi Sita karena menurutnya
Dewi Sita telah dinodai oleh Rawana tanpa meminta penjelasan dari sang
istri.
D. Hikayat ini mengajarkan kita untuk gigih dan sabar walaupun mengambil
banyak waktu agar keinganan kita tercapai. Seperti yang dilakukan oleh
Rawana yang melakukan pertapaan dengan cara yang paling hebat yaitu
kaki digantung dan kepala dibawah selama 12 tahun lamanya agar dapat
menguasai 4 kerajaan.
E. Hikayat ini mengajarkan kita bahwa penyesalan selalu berada di belakang.
Seperti Sri rama yang tidak memercayai sang Istri yang telah patuh dan
setia terhadapnya. Namun, ketika Sri Rama mengetahui bahwa ternyata
sang istri adalah sosok yang patuh dan setia dia merasa menyesal telah
menyianyiakan sang istri.

2. Nilai Budaya
A. Pada zaman kerajaan seorang raja memilki lebih dari satu istri. Seperti
yang dilakukan oleh Rawana dia memiliki 4 orang istri yaitu Dewi Nila
Utama, Puteri Pertiwi Dewi, Gangga Maha Dewi dan Mandudaki.
B. Untuk menikahkan putri raja diadakan sayembara untuk mencari calon
suami seperti yang dilakukan Maharisi Kali yang melakukan sayembara
yaitu barang siapa yang dapat mengangkat panah yang ada di halaman
rumahnya dan dapat pula memanah pohon lontar dengan sekali terus
empat puluh pohon, dia akan diterima menjadi suami Dewi Sita
C. Pada zaman dahulu orang – orang selalu melakukan pertapaan untuk
meminta atau memohon sesuatu. Seperti yang dilakukan Rawana,
Dasarata, dan Maharasi Kali yang melakukan pertapaan agar
permintaannya dapat terwujud.

3. Nilai Sosial
A. Hikayat ini mengajarkan kita untuk saling tolong menolong sesama
makhluk hidup tidak mengenal batas derajat baik itu manusia maupun
hewan. Seperti yang dilakukan Burung Jeyantu yang rela mati demi
membantu Rama mengambil kembali Dewi Sita dari Rawana.
B. Hikayat ini mengajarkan kita bahwa tali persaudaraan tidak akan putus.
Seperti yang dilakukan Laksamana yang setia menemani Sri Rama yang
diasingkan di Hutan dan mencari Dewi Sita yang diculik oleh Rawana.

4. Nilai Agama
A. Pada zaman dahulu orang – orang melakukan pertapaan kepada Tuhan.
Seperti yang dilakukan Rawana yang beratapa kepada Tuhan agar dapat
dikasihi dengan dikabulkannya keinginannya yaitu menguasai 4 kerajaan.

Anda mungkin juga menyukai