Anda di halaman 1dari 7

Tugas Agama Hindu

BalaKanda

Nama Anggota:
- I Gede Fajar Saputra (3)
- I Gede Teguh Suryasa (05)
- I Gusti Agung Aditya Dinata (06)
- I Gusti Ayu Putu Dyah Agung Krisna (07)
- I Kadek Wahyu Putra Perdana ( 8)
SINOPSI KITAB BALAKANDA

Pada jaman dahulu kala di India Utara di sepanjang tepi sungai Serayu terdapat
sebuahkerajaan yang bernama kerajaan Kosala. Ibu kotanya bernama Ayodhya Pura.
KotaAyodhya terletak di tepi Sungai Amtani, yang merupakan salah satu cabang dari
sungaiSerayu. Rajanya bernama Dhasaratha dari dinasti Ikswaku.Raja Dhasaratha
mempunyai beberapa pendeta penasehat dalam bidang keagamaan.Pemimpin dari
pendeta ini adalah Reshi Wasista. Sang Raja mempunyai tiga orang istri, yaituDewi
Kosalya, Dewi Sumitra, dan Dewi Keikayi. Pernikahan beliau sudah cukup lama,
tetapi beliau belum mempunyai putra. Oleh karena itu beliau sangat resah, karena
tidak mempunyaiketurunan yang akan menggantikannya sebagai raja. Beliau lalu
memohon nasehat kepada penashat beliau. Oleh penasehat beliau, yaitu Reshi Wasista
beliau disarankan untuk
melakukan yadnya “
  Putra kama
” dengan cara melakukan
homa
. Juga disarankan agarupacara tersebut dipimpin oleh seorang Reshi yang cukup
mumpuni,yaitu Reshi Resyasringa.Atas saran penasehat tersebut, Dhasaratha lalu
menyuruh mentrinya mempersiapkan segalasesuatunya untuk pelaksanaan
homa
tersebut. Beliau juga mengutus seorang punggawa untukmenghadap Reshi Resyasringa
memohon kepada beliau untuk memimpin upacara
homa
.Pada saat bulan purnamadi musim Wasanta upacara
homa
 pun dimulai.Pada waktu raja Dhasaratha melaksanakan upacara
  putrakama
 para Dewa diKahyangan di bawah pimpinan Dewa Indra menghadap ke hadapan
Bhatara Hyang Jagatnata.Mereka lalu menyampaikan bahwa berkat anugrah Bhatara
Hyang Jagatnata kepada Rahwanaia menjadi sangat sakti dan tidak bisa dikalahkan
oleh para Dewa, Gandarwa, Yaksa dan penghuni sorga lainnya. Karena kesaktiannya
tersebut ia lalu menjadi sewenang-wenang.Tidak saja terhadap manusia di mayapada,
melainkan juga kepada para Dewa di Sorgaloka.Bahkan sampai berani menculik Dewi
Tari. Para Dewa lalu memohon ke hadapan BhataraHyang, bagaimana caranya
melenyapkan kesewenang-wenangan Rahwana tersebut.Bhatara Hyang,menyuruh para
dewa menemui Dewa Wisnu untuk meminta DewaWisnu ber-awatara untuk
melenyapkan adharma yang dilakukan oleh Rahwana. Setelahmendengar penjelasan
Bhatara Hyang Jagatnata, para Dewa di bawah pimpinan Dewa Indralalu mohon
pamit, dan langsung menuju ke Waikunta menghadap Dewa Wisnu. Sesuai
saranBhatara Hyang Jagatnata, beliau-beliau tersebut lalu memohon agar Dewa Wisnu
berkenan ber-awatara untuk melenyapkan kesewenang-wenangan Rahwana. Dewa
Wisnu

 
menjawab,bahwa beliau sudah berencana untuk ber-awatara. Atas jawaban tersebut,
paraDewa merasa puas, lalu mohon pamit.Upacara putrakamayang dilakukan oleh
rajaDhasaratha sudah hampir mencapai puncaknya. Dari nyala api homa tersebut,
muncullah makhluk dengan membawa mangkokdan bersabda kepada raja Dhasaratha.
Dhasaratha lalu berlutut menerima mangkok tersebutdengan penuh hormat. Setelah
mangkok itu diterima, makhluk tersebut menghilang. Makayadnyapun berakhir. Dan
payasapun dibagi-bagikan kepada ketiga permaisurinya.Sepuluh bulan setelah upacara
putrakama, Dewi Kosalya melahirkan seorang putrayang diberi nama Rama. Rama ini
adalah awatara Dewa Wisnu. Sebulan kemudian DewiSumitra melahirkan putra
kembar diberi nama Laksamana dan Satrugna. Dan bulan berikutnya Dewi Keikayi
melahirkan putra yang diberi nama Bharata.Sejak masa kanak-kanak Laksamana
sangat dekat dengan Rama, dan Satrugna sangatdekat dengan Bharata. Mereka
berempat dididik oleh Rshi Wasista, baik dalam hal kewiraan,maupun dalam soal
pemerintahan, ketatasusilaan, dan keagamaan. Sampai umur 16 tahun,mereka sudah
mahir dalam ilmu tersebut. Dan yang paling mahir diantara mereka adalahRama.Pada
suatu hari datanglah seorang Rshi yang bernama Rshi Wiswamitra ke istanaAyodhya.
Kedatangan beliau disambut langsung oleh Raja Dasarata. Setelah
memberikan penghormatan kepada sang Rshi, raja Dasarata lalu menanyakan maksud
kedatangan sangRshi. Sang Rshi lalu mengatakan bahwa kedatangannya perlu untuk
memohon bantuan. Sangraja langsung menjawab bahwa beliau akan sanggup
memberikan bantuan dan menanyakanapa jenis bantuan yang bisa diberikan. Sang
Rshi lalu bercerita dan meminta agar Rama maumangawal Rshi Wiswamitra untuk
mengusir para raksasa yang mengganggu pertapaan paraRshi.Mendengar permintaan
tersebut, timbul kekhawatiran pada diri Dasarata untukmelepaskan Rama melawan
para raksasa. Sebab Rama masih terlalu muda dan belum berpengalaman.Setelah
melalui perdebatan dan pergolakan dalam batin,Dasarathamengabulkan permohonan
sang Rshi Wiswamitra yang sampai mengeluarkan kutukan. Danmengenai keselamatan
Rama, ya terserah kehendak Dewata. Maka dipanggilah Ramadiberitahu akan tugas
tersebut, dan supaya bersiap untuk berangkat keesokan harinya.Dalam pada itu,
Laksamana yang selalu dekat dengan Rama menyatakan diri untukikut menyertai
Rama. Maka keesokan harinya berangkatlah Rama dan Laksamana mengiringiRshi
Wiswamitra menuju pertapaan Sidasrama. Jalan yang ditempuh cukup jauh,
melaluisungai-sungai dan danau, melintasi lembah, jurang dan bukit. Kebetulan pada
waktu itu
 
adalah sedang musim semi, sehingga daun-daun sedang menghijau, dan bunga-bunga
sedang bermekaran. Maka pemandangan alam yang dilalui sangat indahnya sehingga
perjalanan jadimenyenangkan. Sebelum matahari terbenam mereka sampai di tepi
sungai Serayu. Merekamemutuskan untuk bermalam di tempat itu. Setelah mandi,
mereka sembahyang bersama.Setelah itu, Rshi Wiswamitra memberikan berbagai jenis
astra kepada Rama sertamengajarkan mantra-mantra cara penggunaannya. Dengan
astra-astra tersebut, diyakini akandapat mengalahkan semua musuh.Keesokan harinya
setelah melaksanakan sandya pagi, mereka lalu melanjutkan perjalanan. Sore harinya
mereka sudah memasuki pasraman Sidasrama. Pada hari berikutnyayadnya para Rshi
di bawah pimpinan Rshi Wiswamitra dimulai. Rama dan Laksamana sudahsiap dengan
busur dan anak panahnya untuk mengamankan yadnya tersebut. Ketika yadnyasedang
berlangsung, datanglah segrombolan raksasa dibawah pimpinan patih Marica.
Ramamengarahkan panahnya pada mereka dan mengancam menyuruh
mereka mundur. Ancamantersebut tidak dihiraukan oleh mereka, sehingga
dilepaskanlah panah
manawastra
 kepadaMarica sebagai peringatan. Panah tersebut tidak mematikan, tetepi
menyebabkan Marica jatuh tersungkur dan terlempar sejauh satu yojana. Melihat hal
tersebut, sebagian anak buahnya menjadi takut, lalu melarikan diri. Tetapi sebagian
lagi justru marah, lalu majumenyerang. Mereka yang maju ini akhirnya dihabisi oleh
panah-panah Rama dan Laksamana.Patih Marica yang tersungkur dan terlempar
sejauh satu yojana merasa bahwa dia tidak akanmenang melawan Rama. Ia lalu
mengundurkan diri ke tempat sepi, dan mulai hidup sebagai pertapa.Setelah
rombongan yang dipimpin oleh patih Marica terkalahkan, lalu datanglahrombongan
kedua dibawah pimpinan sang Tataka. Dalam sekejap si Tataka dan seluruh
anak buahnya telah tersungkur oleh panah Rama dan Laksamana. Maka amanlah
keadaan asrama,sehingga yadnya dapat dilangsungkan sebagaimana
mestinya.Keesokan harinya Rshi Wiswamitra menceritakan bahwa raja Janaka di
negeri Mitilamempunyai seorang putri bernama Dewi Sita. Diberi nama Sita karena ia
lahir darisiti(tanah). Yaitu pada waktu raja Janaka menggali lubang untuk homa,
muncullah seorang bayi wanita dari dalam galian tersebut. Disamping bayi tersebut
juga terletak busur dengananak panahnya. Sekarang bayi tersebut sudah gadis, dan
raja Janaka akan membuatsayembara untuk memilih calon suami bagi putrinya. Siapa
yang dapat membentangkan busur yang mengiringi kelahirannya dan mengarahkan
pada sasarannya yang tepat dialahyang menjadi suami Dewi Sita.

 
 Selanjutnya Rshi Wiswamitra menyarankan Rama untuk mengikuti sayembaratersebu
t. Rama menyatakan kesediaannya, dan merekapun bersiap-siap untuk pergi ke
Mitila.Maka keesokan harinya pagi-pagi sekali, mereka (Rshi Wiswamitra, Rama, dan
Laksamana)memulai perjalanan menuju Mitila. Ketika matahari telah sampai di ufuk
barat, merekasampai di tepi sungai Gangga. Mereka lalu menginap disana. Malam
harinya RshiWiswamitra menceritakan tentang riwayat sungai Gangga.Ketika sampai
di tempat sayembara diadakan, mereka dipersilahkan duduk di deretantamu-tamu
peserta sayembara. Satu demi satu peserta sayembara mencoba untukmembentangkan
busur yang dijadikan alat sayembara. Namun tidak seorangpun berhasil.Giliran
terakhir tiba pada Rama. Rama berhasil membentangkan busur tersebut sampai
patah.Lalu terdengarlah gemuruh sambutan para hadirin tanda kegembiraan. Setelah
suasanatenang, Raja Janaka lalu mengumumkan bahwa Rama lah yang berhak
memperistri DewiSita.Rshi Wiswamitra, Rama, dan Laksamana lalu diajak ke istana.
Raja Janaka lalumengirim utusan ke Ayodhya, mengundang raja Dasarata untuk
menghadiri pernikahan putranya.Raja Dasarata setelah membaca undangan tersebut
menjadi sangat gembira, dansegera bersiap untuk memenuhi undangan tersebut.
Memerlukan tiga hari perjalanan untuksampai di Wideha. Setelah sampai di Wideha,
upacara pernikahan antara Rama dan Sita pundimulai.Setelah upacara pernikahan
berlangsung, keesokan harinya Dasarata dan rombongankembali ke Ayodhya. Tiba-
tiba di tengah jalan mereka dihadang oleh seorang brahmana bernama Rama Prasu,
putra Rshi Jamadageni. Rshi Jamadageni dulu mempunyai seekorlembu
kamadenu
 yang sanggup memberikan apapun yang diminta padanya. Raja Harihayayang
bernama Arjuna Sastrabahu menginginkan lembu tersebut, lalu meminta pada
sangRshi. Karena tidak diijinkan, maka ia memaksa mengambilnya. Ketika itu Rama
Prasukebetulan tidak berada di rumah. Ketika ia kembali dan mengetahui lembu
ayahnya dirampas,ia menjadi marah, lalu menantang Arjuna Sastrabahu. Arjuna
Sastrabahu akhirnya terbunuholeh Rama Prasu.Ada 21 orang ksatria yang tidak
terima atas kematian Arjuna Sastrabahu. Merekasepakat untuk membalas dendam,
dan mecari Rama Prasu. Karena tidak menemui RamaPrasu mereka lalu membunuh
Jamadageni.Mengetahui hal itu, Rama Prasu mejadi sanagt marah, lalu membalas
membunuh ke-21 ksatria tersebut. Darah para ksatria tersebut lalu ditampung dalam
lima telaga, laludipersembahkan kepada ayahnya dan para leluhurnya, sebagai bukti
anak yang berbakti, yang
 
telah berhasil membalaskan hati orang tuanya. Namun persembahan tersebut
ditolakoleh paraleluhurnya, karena tidak patut mempersembahkan darah kepada para
leluhur. Denganmelakukan meditasi yang mantap, kelima telaga darah tersebut
lalu diubah dijadikan limatelaga air suci, yang dinamakan
  Pancaka Tirtha
. Tirtha Pancaka itulah yang dipersembahkankepada leluhurnya. Setelah melakukan
upacara persembahan Rama Prasu lalu bertapa digunung Mahendra.Pada waktu
beliau sedang bertapa, beliau mendengar tentang kemasyuran kesaktianRama. Oleh
karena pada dasarnya beliau tersebut mempunyai rasa dendam kepada paraksatria,
maka timbul keinginannya untuk mencoba kesaktian sang Rama. Oleh karena
itulah beliau mencegat perjalanan sang Rama dan menantangnya untuk bertarung.
Mendengartantangan tersebut, raja Dasarata segera menghadap, memberi hormat dan
mengatakan kalauRama masih kanak-kanak dan sama sekali tidak sakti.Rama Prasu
tidak mengindahkan kata-kata Dasarata. Ia terus mendesak RamaRama merasa
tertantang, lalu menerima busur itu. Tanpa kesulitan membentangkan busur
itu.Setelah busur itu terbentang,Rama Prasu menjadi ketakutan, lalu mengakui
keunggulanRama. Dan kembali ke pertapaanku di gunung Mahendra. Dan ia pun
langsung pergi.Setelah Rama Prasu pergi, Dasarata beserta rombongan melanjutkan
perjalanan.Akhirnya mereka sampai di Ayodhya

NILAI YAJNYA YANG TERKANDUNG


DALAM KITAB BALAKANDA IALAH
1. Dewa Yajña
Dewa Yajña adalah Yajña yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh manifestasinya. Dalam cerita Rāmāyana
banyak terurai hakikat Dewa Yajña dalam perjalanan kisahnya. Seperti pelaksanaan Homa
Yajña yang dilaksanakan oleh Prabu Daśaratha. Upacara ini dimaknai sebagai upaya
penyucian melalui perantara Dewa Agni.
Dari beberapa uraian singkat cerita Rāmāyana tersebut tampak jelas bahwa sujud
bakti ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu
keharusan bagi makhluk hidup terlebih lagi umat manusia. Keagungan Yajña dalam bentuk
persembahan bukan diukur dari besar dan megahnya bentuk upacara, tetapi yang paling
penting adalah kesucian dan ketulusikhlasan dari orang-orang yang terlibat melakukan Yajña.

2. Pitra Yajña
Upacara ini bertujuan untuk menghormati dan memuja leluhur. Seperti apa yang diuraikan
dalam kisah kepahlawanan Rāmāyana, dimana Śrī Rāmā sebagai tokoh utama dengan
segenap kebijaksanaan, kepintaran dan kegagahannya tetap menunjukkan rasa bakti yang
tinggi terhadap orang tuanya.
Nilai Pitra Yajña yang termuat dalam epos Rāmāyana terdapat pada Kekawin
Rāmāyana Trĕyas Sarggah bait 9 demi memenuhi janji orang tuanya (Raja Daśaratha), Śrī
Rāmā, Lakṣmaṇa dan Dewi Sītā mau menerima perintah dari sang Raja Daśaratha untuk
pergi hidup di hutan meninggalkan kekuasaanya sebagai raja di Ayodhyā.
Dari kisah ini tentu dapat dipetik suatu hakikat nilai yang sangat istimewa bagaimana
bakti seorang anak terhadap orang tuanya. Betapapun kuat, pintar dan gagahnya seorang anak
hendaknya selalu mampu menunjukkan sujud baktinya kepada orang tua atas jasanya telah
memelihara dan menghidupi anak tersebut.
3. Manusa Yajña
Dalam rumusan kitab suci Veda dan sastra Hindu lainnya, Manusa Yajña atau Nara
Yajña itu adalah memberi makan pada masyarakat  dan melayani tamu dalam upacara.
Namun dalam penerapannya di Bali, upacara Manusa Yajña tergolong Sarira Samskara. Inti
Sarira Samskara adalah peningkatan kualitas manusia.
Pada cerita Rāmāyana juga tampak jelas bagaimana nilai Manusa Yajña yang termuat
di dalam uraian kisahnya. Hal ini dapat dilihat pada kisah yang meceritakan upacara Śrī
Rāmā mempersunting Dewi Sītā. Selayaknya suatu pernikahan suci, upacara ini dilaksanakan
dengan Yajña yang lengkap dipimpin oleh seorang purohita raja dan disaksikan oleh para
Dewa, kerabat kerajaan beserta para Mahaṛsī.
4. Ṛsī Yajña
Ṛsī Yajña itu adalah menghormati dan memuja Ṛsī atau pendeta. Pada kisah
Rāmāyana, nilai-nilai Ṛsī Yajña dapat dijumpai pada beberapa bagian dimana para tokoh
dalam alur ceritanya sangat menghormati para Ṛsī sebagai pemimpin keagamaan, penasehat
kerajaan, dan guru kerohanian.
Keberadaan beliau tentu sangat penting dalam kehidupan umat beragama. Sudah
sepatutnya sebagai umat beragama senantiasa sujud bakti kepada para Mahaṛsī atau pendeta
sabagai salah satu bentuk Yajña yang utama dalam ajaran agama Hindu. Oleh karena itu
banyak sekali hakikat Yajña yang dapat dipetik untuk dijadikan pelajaran dalam mengarungi
kehidupan sehari-hari.
5. Bhuta Yajña
Upacara ini lebih diarahkan pada tujuan untuk nyomia butha kala atau berbagai
kekuatan negatif yang dipandang dapat mengganggu kehidupan manusia. Bhuta Yajña adalah
usaha untuk memelihara kesejahteraan dan keseimbangan alam.
Nilai-nilai Bhuta Yajña juga nampak jelas pada uraian kisah epos Rāmāyana, hal ini
dapat dilihat pada pelaksanaan Homa Yajña sebagai Yajña yang utama juga diiringi dengan
ritual Bhuta Yajña untuk menetralisir kekuatan negatif sehingga alam lingkungan menjadi
sejahtera.

KESIMPULAN
Bala Kanda adalah kitab pertama Ramayana yang menceritakan mengenai
Dasarata, seorang raja di Ayodhya yang memiliki tiga istri. Nama dari ketiga istri
Dasarata adalah Dewi Sumitra, Dewi Kekayi, dan Dewi Kosalya. Ketiga istri ini
juga memiliki buah hati di mana Dewi Sumitra memiliki anak Sang Satrugna dan
Sang Admiral, Dewi Kekayi memiliki putra Sang Barata, dan Dewi Kosalya
memiliki putra Sang Rama. Cerita dari Bala Kanda diawali dengan Rsi
Wiswamitra yang meminta tolong kepada Prabu Dasarata untuk menjaga tempat
bertapa dari Wiswamitra. Karena itu, Admiral dan Rama pergi menjaga pertapaan
tersebut dan mengusir raksasa yang menjadi pengganggu di tempat tersebut.
Akhirnya, Sang Rama menikah dengan Dewi Sita setelah ia mengikuti sayembara
di Wideha. Sepulangnya mereka ke Ayodhya, mereka dihadapi oleh Ramaparasu
yang pada akhirnya juga mereka kalahkan.

NILAI NILAI YANG KITA DAPAT IALAH

1.Nilai kesetiyaan
2.Nilai Tolong Menolong
3.Nilai pendidikan

Anda mungkin juga menyukai