Anda di halaman 1dari 25

OM

SWASTYAS
TU
SAPTA KANDA
Bala Kanda
Ayodhya Kanda
Aranya Kanda
Kishkinda Kanda
Sundara Kanda
Yuddha Kanda
Uttara Kanda
Pada jaman dahulu
kala di India Utara
di sepanjang tepi s
ungai Serayu
terdapat sebuah ke
rajaan yang
bernama kerajaan
Kosala.

Kerajaan : Kosala
Ibu Kota :Ayodhya Pura
Letak : Di tepi sungai
Amtani
Raja : Dasaratha
Dinasti : Ikswaku
Sang Raja mempunyai tiga orang istri, yaitu
Dewi Kosalya, Dewi Sumitra, dan Dewi
Keikayi.

Pernikahan beliau sudah cukup


lama, tetapi beliau belum
mempunyai putra.
n a se h a t k e p a d a p e nashat
n
Beliau lalu memoho u , y a it u R s i W asista
at b e li a
beliau. Oleh penaseh ku k a n y a d n y a “ Putra
tuk m e la
beliau disarankan un k u k a n h o m a . Ju g a
me la
kama” dengan cara u t d ip im p in o le h
a ga r u p a cara te rs e b
d isa ra n k a n a it u Rsi
u k u p m u m p u n i, y
seorang Rsi yang c s e h a t te rs e but,
ra n p e n a
Resyasringa. Atas sa h m e n t rinya
lu m e n y u ru
Dasaratha la n y a untuk
n se g a la s e s u a tu
mempersiapka a u ju g a m e n gutus
h o m a tersebu t. B e li
pe la k s a n a an d ap Rsi
a l u n tu k m e n g h a
seorang punggaw a b e li a u u ntuk
o n k e p a d
Resyasringa memoh P a d a s a a t b ulan
h o m a .
memimpin upacara a ca r a h o m a pun
as a n ta u p
purnamadi musim W
dimulai.
Upacara
putrakama
yang
dilakukan oleh
raja Dasaratha
sudah hampir
mencapai
puncaknya.
Dari nyala a Dhasaratha lalu
pi homa te
muncullah rsebut,
makhluk Ila berlutut menerima
membawa hi mangkok tersebut
mangkok d
bersabda k an dengan penuh
epada raja
Dasaratha hormat. Setelah

mangkok itu
diterima, makhluk
Ilahi tersebut
menghilang. Maka
yadnyapun berakhir.
Dan payasapun
dibagi-bagikan
kepada ketiga
permaisurinya.
Sepuluh bulan setelah Kosalya Sumitra
Keikayi
upacara putrakama, Dewi
Kosalya melahirkan
seorang putra yang diberi
nama Rama. Rama ini
adalah awatara Dewa
Wisnu. Sebulan kemudian
Dewi Sumitra melahirkan
putra kembar diberi nama
Laksamana dan Satrugna.
Dan bulan berikutnya
Dewi Keikayi melahirkan
putra yang diberi nama
Bharata. Rama
Laksamana Satrugna Bharata
Sejak masa kanak-kanak
Laksamana sangat dekat
dengan Rama, dan Satrugna
sangat dekat dengan Bharata.
Mereka berempat dididik oleh
Rshi Wasista, baik dalam hal
kewiraan, maupun dalam soal
pemerintahan, ketatasusilaan,
dan keagamaan. Sampai umur
16 tahun, mereka sudah
mahir dalam ilmu tersebut.
Dan yang paling mahir
diantara mereka adalah Rama.
Pada suatu hari datanglah
seorang Rshi yang bernama
Rshi Wiswamitra ke istana
Ayodhya. Kedatangan beliau Mendengar
disambut langsung oleh Raja permintaan
Dasarata. Setelah tersebut, timbul
a
memberikan penghormatan kekhawatiran pad
uk
diri Dasarata unt
kepada sang Rshi, raja
Dasarata lalu menanyakan a
maksud kedatangan sang melepaskan Ram
Rshi. Sang Rshi lalu melawan para
mengatakan bahwa raksasa. Sebab
lu
kedatangannya perlu untuk Rama masih terla
muda dan belum
memohon bantuan. Sang raja
langsung menjawab bahwa
beliau akan sanggup berpengalaman.
memberikan bantuan dan
menanyakan apa jenis
bantuan yang bisa diberikan.
Mendengar kata-kata
sang Rsi raja Dasarata
kembali berpikir….
Akhirnya beliau pun
mengijinkan Rama untuk
berangkat mengusir para
durjana
Maka keesokan harinya berangkatlah
Rama dan Laksamana mengiringi Rshi
Wiswamitra menuju pertapaan Sidasrama.
Jalan yang ditempuh cukup jauh, melalui
sungai-sungai dan  danau, melintasi
lembah, jurang dan bukit.

Sebelum matahari terbenam mereka


sampai di tepi sungai Serayu.
Mereka memutuskan untuk bermalam di
tempat itu.
Setelah mandi, mereka sembahyang bersama. Setelah itu,
Rshi Wiswamitra memberikan berbagai jenis astra kepada
Rama serta mengajarkan mantra-mantra cara
penggunaannya. Dengan astra-astra tersebut, diyakini akan
dapat mengalahkan semua musuh.
Keesokan harinya setelah melaksanakan sandya pagi, mereka lalu melanjutkan
perjalanan. Sore harinya mereka sudah memasuki pasraman Sidasrama. Pada
hari berikutnya yadnya para Rshi di bawah pimpinan Rshi Wiswamitra dimulai.
Rama dan Laksamana sudah siap dengan busur dan anak panahnya untuk
mengamankan yadnya tersebut.
Ketika yadnya sedang berlangsung, datanglah segrombolan
raksasa dibawah pimpinan patih Marica. Rama mengarahkan
panahnya pada mereka dan mengancam menyuruh mereka
mundur. Ancaman tersebut tidak dihiraukan oleh mereka,
sehingga dilepaskanlah panah manawastra kepada Marica
sebagai peringatan. Panah tersebut tidak mematikan, tetepi
menyebabkan Marica jatuh tersungkur dan terlempar sejauh satu
yojana. Melihat hal tersebut, sebagian anak buahnya menjadi
keder, lalu melarikan diri. Tetapi sebagian lagi justru marah, lalu
maju menyerang. Mereka yang maju ini akhirnya dihabisi oleh
panah-panah Rama dan Laksamana. Patih Marica yang tersungkur
dan terlempar sejauh satu yojana merasa bahwa dia tidak akan
menang melawan Rama. Ia lalu mengundurkan diri ke tempat
sepi, dan mulai hidup sebagai pertapa.

Ramayana Stories - Bal Kandam - YouTube.FLV


Setelah rombongan yang dipimpin oleh patih Marica
terkalahkan, lalu datanglah rombongan kedua dibawah
pimpinan sang Tataka. Dalam sekejap si Tataka dan seluruh
anak buahnya telah tersungkur oleh panah Rama dan
Laksamana. Maka amanlah keadaan asrama, sehingga
yadnya dapat dilangsungkan sebagaimana mestinya.
Keesokan harinya Rshi Wiswamitra menceritakan bahwa raja Janaka di negeri Mitila mempunyai seorang
putri bernama Dewi Sita. Diberi nama Sita karena ia lahir dari siti(tanah). Yaitu pada waktu raja Janaka
menggali lubang untuk homa, muncullah seorang bayi wanita dari dalam galian tersebut. Disamping bayi
tersebutjuga terletak busur dengan anak panahnya. Sekarang bayi tersebut sudah gadis, dan raja Janaka
akan membuat sayembara untuk memilih calon suami bagi putrinya. Siapa yang dapat membentangkan
busur yang mengiringi kelahirannya dan mengarahkan pada sasarannya yang tepat dialah yang menjadi
suami Dewi Sita.
Selanjutnya Rshi Wiswamitra  menyarankan Rama untuk mengikuti sayembara
tersebut. Rama menyatakan kesediaannya, dan merekapun bersiap-siap untuk pergi ke
Mitila. Maka keesokan harinya pagi-pagi sekali, mereka (Rshi Wiswamitra, Rama, dan
Laksamana) memulai perjalanan menuju Mitila. Ketika matahari telah sampai di ufuk
barat, mereka sampai di tepi sungai Gangga. Mereka lalu menginap disana. Malam
harinya Rshi Wiswamitra menceritakan tentang riwayat sungai Gangga.
Ketika sampai di tempat sayembara diadakan, mereka dipersilahkan duduk di deretan tamu-tamu peserta
sayembara. Satu demi satu peserta sayembara mencoba untuk membentangkan busur yang dijadikan alat
sayembara. Namun tidak seorangpun berhasil. Giliran terakhir tiba pada Rama. Rama berhasil membentangkan
busur tersebut sampai patah. Lalu terdengarlah gemuruh sambutan para hadirin tanda kegembiraan. Setelah
suasana tenang, Raja Janaka lalu mengumumkan bahwa Rama lah yang berhak memperistri Dewi Sita.
Rshi Wiswamitra, Rama, dan Laksamana lalu
diajak ke istana. Raja Janaka lalu mengirim
utusan ke Ayodhya, mengundang raja Dasarata
untuk menghadiri pernikahan putranya.

            Raja Dasarata setelah membaca undangan tersebut


menjadi sangat gembira, dan segera bersiap untuk memenuhi
undangan tersebut. Memerlukan tiga hari perjalanan untuk
sampai di Wideha. Setelah sampai di Wideha, upacara
pernikahan antara Rama dan Sita pun dimulai
Setelah upacara pernikahan berlangsung, keesokan harinya Dasarata
dan rombongan kembali ke Ayodhya. Tiba-tiba di tengah jalan
mereka dihadang oleh seorang brahmana bernama Rama Prasu,
putra Rshi Jamadageni. Rshi Jamadageni dulu mempunyai seekor
lembu kamadenu yang sanggup memberikan apapun yang diminta
padanya. Raja Harihaya yang bernama Arjuna Sastrabahu
menginginkan lembu tersebut, lalu meminta pada sang Rshi. Karena
tidak diijinkan, maka ia memaksa mengambinya. Ketika itu Rama
Prasu kebetulan tidak berada di rumah. Ketika ia kembali dan
mengetahui lembu ayahnya dirampas, ia menjadi marah, lalu
menantang Arjuna Sastrabahu. Arjuna Sastrabahu akhirnya
terbunuh oleh Rama Prasu.
Ada 21 orang ksatria yang tidak terima atas kematian Arjuna
Sastrabahu. Mereka sepakat untuk membalas dendam, dan
mecari Rama Prasu. Karena tidak menemui Rama Prasu
mereka lalu membunuh Jamadageni.

Mengetahui hal itu, Rama Prasu mejadi sangat marah, lalu


membalas membunuh ke-21 ksatria tersebut. Darah para
ksatria tersebut lalu ditampung dalam lima telaga, lalu
dipersembahkan kepada ayahnya dan para leluhurnya,
sebagai bukti anak yang berbakti, yang telah berhasil
membalaskan hati orang tuanya. Namun persembahan
tersebut ditolakoleh para leluhurnya, karena tidak patut
mempersembahkan darah kepada para leluhur.
r a h t e rs ebut
l im a te l aga da ka T ir tha.
a ntap , k e n Pan c a
n g m m a ka
m e d it a si y a
c i, y a n g din a
r ny a . S e telah
a n m e l a kukan t e l a ga ai r s u e p a d a le luhu
n u ng
Deng a n lim a h ka n k d i g u
iu b a h d ijadik g d i p e rs emba u la lu b ertapa
lalu d k a it u la h yan n R a m a Pras
nca ah a
Tirtha Pa upacara persemb
n
melakuka
ra.
Mahend
Pada waktu beliau sedang bertapa, beliau mendengar tentang kemasyuran kesaktian Rama.
Oleh karena pada dasarnya beliau tersebut mempunyai rasa dendam kepada para ksatria,
maka timbul keinginannya untuk mencoba kesaktian sang Rama. Oleh karena itulah beliau
mencegat perjalanan sang Rama dan menantangnya untuk berduel. Mmendengar tantangan
tersebut, raja Dasarata segera menghadap, memberi hormat, lalu berkata, “Hormat hamba
kepada paduka Rshi. Hamba telah mendengar kehebatan paduka sebagai pemenang atas para
ksatria yang sakti. Sekarang tidak sepantasnya paduka menantang Rama, karena dia masih
kanak-kanak dan sama sekali tidak sakti.”
Rama Prasu tidak mengindahkan kata-kata Dasarata. Ia terus mendesak Rama dan berkata, “Hai
Rama, ini aku punya busur dan anak panahnya. Apabila kamu bisa membentangkan busur ini dan
mengarahkannya pada suatu sasaran, maka aku mengakui keunggulanmu. Sebaliknya apabila kamu
tidak mampu, kamu harus mengaku kalah dan mengakui keunggulanku.”

Rama merasa tertantang, lalu menerima busur itu. Tanpa kesulitania


membentangkan busur itu. Setelah busur itu terbentang, ia lau
berkata, “Hai Rama Prasu, busur ini telah berhasil aku bentangkan.
Panah ini tidak bisa dilepaskan tanpa mengenai sasaran. Sekarang
katakan padaku, apa yang harus aku jadikan sasaran. Apa lehermu,
dadamu, atau apamu?”
Rama Prasu menjadi ketakutan, lalu berkata, “Berkat tapaku, Indra telah memberikan sorga kepadaku. Sekarang
arahkanlah panahmu kesana.” Rama pun lalu nmengarahkan panahnya kesana. Setelah itu busurnya dikembalikannya
kepada Rama Prasu. Rama Prasu menerima busur tersebut dan berkata, “Aku mengakui keunggulanmu. Dan sekarang aku
akan kembali ke pertapaanku di gunung Mahendra.” Dan ia pun langsung pergi.

Setelah Rama Prasu pergi, Dasarata beserta


rombongan melanjutkan perjalanan.
Akhirnya mereka sampai di Ayodhya.

Anda mungkin juga menyukai