Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SUSASTRA

ARANYAKANDA

Disusun Oleh:
Ni Nyoman Dita Ayu Purwani
( 22031660011 )

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya kepada
penulis , sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Aranyakanda”. Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai
Aranyakanda sekaligus memenuhi syarat penilaian mata kuliah Susastra Hindu di Institut
Agama Hindu Gde Pudja Mataram.

Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang telah tersusun,
hanya lebih membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Terimakasih
penulis sampaikan kepada Pak Edy Chandra M.I.Kom. selaku dosen pengempu mata
kuliah susastra Hindu yang memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas ini, serta
terimakasih kepada teman-teman telah membantu kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik baiknya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan kepada kita semua .makalah ini
memiliki banyak kekurangan sehingga kami mohon kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar makalah ini dapat menjadi lebihbaik .Om shanti shanti shanti om.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
2.1 Kehidupan Sang Rama.............................................................................................................5
2.2 Rama dan Wiswamitra..........................................................................................................5
2.3 Mendapatkan Dewi Sita........................................................................................................6
2.4 Rama diusir ke hutan............................................................................................................7
2.5 Peristiwa di Pancawati..........................................................................................................8
2.6 Petualangan menyelamatkan Sita........................................................................................9
2.7 Persahabatan dengan Sugriwa...........................................................................................10
2.8 Membangun jembatan Ramasetya.....................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
RANYAKA KANDA
Menceritakan kehidupan Rama, Laksmana, dan Sita saat menemui para Rsi untuk
memohon restu. Suatu ketika mereka datang ke asrama Rsi Atri dan disana Sita diberi
pakaian, prhiasan, dan pewangi oleh Anasuya, istri Rsi Atri. Disini juga deceritakan saat
Rama, Laksmana, dan Sita bertemu dengan Jatayu. Selain itu mereka juga bertemu
dengan seorang raksasi yaitu Surpanaka yang menggoda laksmana, karena Laksmana
tidak terima dengan tindakan raksasi itu ia melukai hidung dan telinganya.

Ravana memaksa Marica untuk mendekati Sita. Kemudian Sita menyuruh Rama untuk
menangkap kijang itu. Rama kesal karena ia merasa telah dipermainkan oleh kijang itu
dan Rama pun memanah tubuh kijang itu sehingga kijang itu terjatuh. Kijang itu
menunjukkan wujud aslinya dan berteriak memanggil Sita dan Rama dengan suara yang
menyerupai Suara Rama. Sita menyuruh Laksmana untuk segera menemui Rama.

Ravana menyamar sebagai Sanyasi dan menemui Sita di sebuah gua dimana Sita
berada. Sita tidak mengenali Sanyasi itu. Sita marah dan juga ketakutan melihat Sanyasi
itu ternyata Ravana yang menyamar. Ravana memaksa Sita untuk ikut dengannya ke
Lanka dan menikah dengannya namun Sita menolak ajakan Ravana. Dengan paksa
Ravana menculik Sita.

1.2 Tujuan
Makalah ini kami susun bertujuan untuk memenuhi salah satu mata kuliah susastra di
samping itu makalah ini juga sebagai bahan ajar bagi pembaca untuk lebih dekat mengenal
sejarah dan bagaimana konsep tentang kitab aranyakanda.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kehidupan Sang Rama


Kelahiran dan keluarga

Sebuah lukisan dari Himachal Pradesh. Dari kiri ke kanan: Sita, Rama, dan Laksmana.


Ayah Rama adalah Raja Dasarata dari Ayodhya, sedangkan ibunya adalah Kosalya.
Dalam Ramayana diceritakan bahwa Raja Dasarata yang merindukan putera mengadakan
upacara bagi para dewa, upacara yang disebut Putrakama Yadnya. Upacaranya diterima oleh
para Dewa dan utusan mereka memberikan sebuah air suci agar diminum oleh setiap
permaisurinya. Atas anugerah tersebut, ketiga permaisuri Raja Dasarata melahirkan putera.
Yang tertua bernama Rama, lahir dari Kosalya. Yang kedua adalah Bharata, lahir
dari Kekayi, dan yang terakhir adalah Laksmana dan Satrugna, lahir dari Sumitra. Keempat
pangeran tersebut tumbuh menjadi putera yang gagah-gagah dan terampil memainkan senjata
di bawah bimbingan Resi Wasista.

2.2 Rama dan Wiswamitra

Pada suatu hari, Resi Wiswamitra datang menghadap Raja Dasarata. Dasarata tahu benar


watak resi tersebut dan berjanji akan mengabulkan permohonannya sebisa mungkin.
Akhirnya Sang Resi mengutarakan permohonannya, yaitu meminta bantuan Rama untuk
mengusir para rakshasa yang mengganggu ketenangan para resi di hutan. Mendengar
permohonan tersebut, Raja Dasarata sangat terkejut karena merasa tidak sanggup untuk
mengabulkannya, tetapi ia juga takut terhadap kutukan Resi Wiswamitra. Dasarata merasa
anaknya masih terlalu muda untuk menghadapi para rakshasa, tetapi Resi Wiswamitra
menjamin keselamatan Rama. Setelah melalui perdebatan dan pergolakan dalam batin,
Dasarata mengabulkan permohonan Resi Wiswamitra dan mengizinkan puteranya untuk
membantu para resi.
Di tengah hutan, Rama dan Laksmana memperoleh mantra sakti dari Resi Wiswamitra,
yaitu bala dan atibala. Setelah itu, mereka menempuh perjalanan menuju kediaman para resi
di Sidhasrama. Sebelum tiba di Sidhasrama, Rama, Laksmana, dan

5
Resi Wiswamitra melewati hutan Dandaka. Di hutan tersebut, Rama
mengalahkan rakshasi Tataka dan membunuhnya. Setelah melewati hutan Dandaka, Rama
sampai di Sidhasrama bersama Laksmana dan Resi Wiswamitra. Di sana, Rama dan
Laksmana melindungi para resi dan berjanji akan mengalahkan rakshasa yang ingin
mengotori pelaksanaan yadnya yang dilakukan oleh para resi. Saat
rakshasa Marica dan Subahu datang untuk mengotori sesajen dengan darah dan daging
mentah, Rama dan Laksmana tidak tinggal diam. Atas permohonan Rama,
nyawa Marica diampuni oleh Laksmana, sedangkan untuk Subahu, Rama tidak memberi
ampun. Dengan senjata Agneyastra atau Panah Api, Rama membakar tubuh Subahu sampai
menjadi abu. Setelah Rama membunuh Subahu, pelaksanaan yadnya berlangsung dengan
lancar dan aman.

2.3 Mendapatkan Dewi Sita

Adegan Rama mematahkan busur Dewa Siwa saat sayembara memperebutkan Dewi Sita,
dalam lukisan India karya Raja Ravi Varma.
Wiswamitra mendengar adanya sebuah sayembara di Mithila demi memperebutkan
Dewi Sita. Ia mengajak Rama dan Laksmana untuk mengikuti sayembara tersebut. Mereka
menyanggupinya. Setibanya di sana, Rama melihat bahwa tidak ada orang yang mampu
memenuhi persyaratan untuk menikahi Sita, yaitu mengangkat serta membengkokkan
busur Siwa. Namun saat Rama tampil ke muka, ia tidak hanya mampu mengangkat serta
membengkokkan busur Siwa, tetapi juga mematahkannya menjadi tiga. Saat busur itu
dipatahkan, suaranya besar dan menggelegar seperti guruh. Melihat kemampuan istimewa
tersebut, ayah Sita yaitu Raja Janaka, memutuskan agar Rama menjadi menantunya. Sita pun
senang mendapatkan suami seperti Rama.
Kemudian utusan dikirim ke Ayodhya untuk memberitahu kabar baik tersebut.
Raja Dasarata girang mendengar puteranya sudah mendapatkan istri di Mithila, kemudian ia
segera berangkat ke sana. Setelah menyaksikan upacara pernikahan Rama
dan Sita, Wiswamitra mohon pamit untuk melanjutkan tapa di Gunung Himalaya,
sementara Dasarata pulang ke Ayodhya diikuti oleh Resi Wasistha serta pengiring-
pengiringnya. Di tengah jalan, mereka berjumpa dengan Resi Parasurama,

6
yaitu brahmana sakti yang ditakuti para ksatria. Parasurama memegang sebuah busur di
bahunya yang konon merupakan busur Wisnu. Ia sudah mendengar kabar bahwa Rama telah
mematahkan busur Siwa. Dengan wajah yang sangar, ia menantang Rama untuk
membengkokkan busur Wisnu. Rama menerima tantangan tersebut dan membengkokkan
busur Wisnu dengan mudah. Melihat busur itu dibengkokkan dengan mudah, seketika raut
wajah Parasurama menjadi lemah lembut. Rama berkata, "Panah Waisnawa ini harus
mendapatkan mangsa. Apakah panah ini harus menghancurkan kekuatan Tuan atau hasil tapa
Tuan?". Parasurama menjawab agar panah itu menghancurkan hasil tapanya, karena ia
hendak merintis hasil tapanya dari awal kembali. Setelah itu, Parasurama mohon pamit dan
pergi ke Gunung Mahendra.
2.4 Rama diusir ke hutan

Lukisan India modern yang menggambarkan Sita dan Rama saat tinggal di hutan.
Dasarata yang sudah tua ingin mengangkat Rama sebagai raja. Dengan segera ia melakukan
persiapan untuk upacara penobatan Rama, sementara Bharata menginap di rumah pamannya
yang jauh dari Ayodhya. Mendengar Rama akan dinobatkan sebagai
raja, Mantara menghasut Kekayi agar menobatkan Bharata sebagai raja. Kekayi yang semula
hanya diam, tiba-tiba menjadi ambisius untuk mengangkat anaknya sebagai raja. Kemudian
ia meminta agar Dasarata menobatkan Bharata sebagai raja. Ia juga meminta agar Rama
dibuang ke tengah hutan selama 14 tahun. Dasarata pun terkejut dan menjadi sedih, tetapi ia
tidak bisa menolak karena terikat dengan janji Kekayi. Dengan berat hati, Dasarata
menobatkan Bharata sebagai raja dan menyuruh Rama agar
meninggalkan Ayodhya. Sita dan Laksmana yang setia turut mendampingi Rama. Tak berapa
lama kemudian, Dasarata wafat dalam kesedihan.
Sementara Rama pergi, Bharata baru saja pulang dari rumah pamannya dan tiba di Ayodhya.
Ia mendapati bahwa ayahnya telah wafat serta Rama tidak ada di istana. Kekayi menjelaskan
bahwa Bharata-lah yang kini menjadi raja, sementara Rama mengasingkan diri ke hutan.
Bharata menjadi sedih mendengarnya, kemudian menyusul Rama. Harapan Kekayi untuk
melihat puteranya senang menjadi raja ternyata sia-sia. Di dalam hutan, Bharata mencari
Rama dan memberi berita duka karena Prabu Dasarata telah wafat. Ia membujuk Rama agar
kembali ke Ayodhya untuk menjadi raja. Rakyat juga mendesak demikian, tetapi Rama
menolak karena ia terikat oleh perintah ayahnya. Untuk menunjukkan jalan yang benar, Rama
menguraikan ajaran-ajaran agama kepada Bharata. Akhirnya Bharata membawa sandal milik

7
Rama dan meletakkannya di singasana. Dengan lambang tersebut, ia
memerintah Ayodhya atas nama Rama.
2.5 Peristiwa di Pancawati
Saat menjalani masa pengasingan di hutan, Rama dan Laksmana didatangi
seorang rakshasi bernama Surpanaka. Ia mengubah wujudnya menjadi seorang wanita cantik
dan menggoda Rama dan Laksmana. Rama menolak untuk menikahinya dengan alasan
bahwa ia sudah beristri, maka ia menyuruh agar Surpanaka membujuk Laksmana, tetapi
Laksmana pun menolak. Surpanaka iri melihat kecantikan Sita dan hendak membunuhnya.
Dengan sigap Rama melindungi Sita dan Laksmana mengarahkan pedangnya
kepada Surpanaka yang hendak menyergapnya. Hal itu membuat hidung Surpanaka terluka.
Surpanaka mengadukan peristiwa tersebut kepada kakaknya yang bernama Kara. Kara marah
terhadap Rama yang telah melukai adiknya dan hendak membalas dendam. Dengan angkatan
perang yang luar biasa, Kara dan sekutunya menggempur Rama, tetapi mereka semua gugur.
Akhirnya Surpanaka melaporkan keluhannya kepada Rahwana di Kerajaan Alengka.
Rahwana marah dan hendak membalas perbuatan Rama. Ia mengajak patihnya yang
bernama Marica untuk melaksanakan rencana liciknya.

Lukisan India dari abad ke-18, yang menggambarkan adegan Rama sedang memburu kijang
siluman.

Rahwana menculik Sita dan membunuh Jatayu - oleh Raja Ravi Varma.

8
Pada suatu hari, Sita melihat seekor kijang yang sangat lucu sedang melompat-lompat di
halaman pondoknya. Rama dan Laksmana merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa,
tetapi atas desakan Sita, Rama memburu kijang tersebut sementara Laksmana ditugaskan
untuk menjaga Sita. Kijang yang diburu Rama terus mengantarkannya ke tengah hutan.
Karena Rama merasa bahwa kijang tersebut bukan kijang biasa, ia memanahnya. Seketika
hewan tersebut berubah menjadi Marica, patih Sang Rahwana. Saat Marica sekarat, ia
mengerang dengan keras sambil menirukan suara Rama. Merasa bahwa ada sesuatu yang
buruk telah menimpa suaminya, Sita menyuruh Laksmana agar menyusul Rama ke hutan.
Pada mulanya Laksamana menolak, tetapi karena Sita bersikeras, Laksmana meninggalkan
Sita. Sebelumnya ia sudah membuat lingkaran pelindung agar tidak ada orang jahat yang
mampu menculik Sita. Rahwana yang menyamar sebagai brahmana, menipu Sita sehingga
Sita keluar dari lingkaran pelindung dan diculik oleh Rahwana. Saat Laksmana menyusul
Rama ke hutan, Rama terkejut karena Sita ditinggal sendirian. Ketika mereka berdua pulang,
Sita sudah tidak ada.

2.6 Petualangan menyelamatkan Sita


Setelah mendapati bahwa Sita sudah menghilang, perasaan Rama
terguncang. Laksmana mencoba menghibur Rama dan memberi harapan. Mereka berdua
menyusuri pelosok gunung, hutan, dan sungai-sungai. Akhirnya mereka menemukan darah
tercecer dan pecahan-pecahan kereta, seolah-olah pertempuran telah terjadi. Rama berpikir
bahwa itu adalah pertempuran raksasa yang memperebutkan Sita, tetapi tak lama kemudian
mereka menemukan seekor burung tua sedang sekarat. Burung tersebut bernama Jatayu,
sahabat Raja Dasarata. Rama mengenal burung tersebut dengan baik dan dari penjelasan
Jatayu, Rama tahu bahwa Sita diculik Rahwana. Setelah memberitahu Rama, Jatayu
menghembuskan napas terakhirnya. Sesuai aturan agama, Rama mengadakan upacara
pembakaran jenazah yang layak bagi Jatayu.
Dalam perjalanan menyelamatkan Sita, Rama dan Laksmana bertemu raksasa aneh yang
bertangan panjang. Atas instruksi Rama, mereka berdua memotong lengan raksasa tersebut
dan tubuhnya dibakar sesuai upacara. Setelah dibakar, raksasa tersebut berubah wujud
menjadi seorang dewa bernama Kabanda. Atas petunjuk Sang Dewa, Rama dan Laksamana
pergi ke tepi sungai Pampa dan mencari Sugriwa di bukit Resyamuka karena Sugriwa-lah
yang mampu menolong Rama. Dalam perjalanan mereka beristirahat di asrama Sabari,
seorang wanita tua yang dengan setia menantikan kedatangan mereka berdua. Sabari
menyuguhkan buah-buahan kepada Rama dan Laksmana. Setelah menyaksikan wajah kedua
pangeran tersebut dan menjamu mereka, Sabari meninggal dengan tenang dan
mencapai surga.

9
2.7 Persahabatan dengan Sugriwa

Lukisan karya Raja Ravi Varma, menggambarkan adegan saat Rama menaklukkan


Dewa Baruna.

Reruntuhan jembatan kuno antara India dan Sri Lanka, yang konon dibangun oleh Rama,
seperti yang diceritakan dalam wiracarita Ramayana. Kini berada di dasar laut.
Dalam misi menyelamatkan Sita, Rama dan Laksmana melanjutkan perjalanannya sampai ke
sebuah daerah yang dihuni para kera dengan rajanya bernama Sugriwa. Sebelum berjumpa
dengan Sugriwa, Rama bertemu dengan Hanoman yang menyamar menjadi brahmana.
Setelah bercakap-cakap agak lama, Hanoman menampakkan wujud aslinya dan mengantar
Rama menuju Sugriwa. Sugriwa menyambut kedatangan Rama di istananya. Tak berapa lama
kemudian mereka saling menceritakan masalah masing-masing. Akhirnya Rama dan Sugriwa
mengadakan perjanjian bahwa mereka akan saling tolong menolong. Rama berjanji akan
merebut kembali Kerajaan Kiskenda dari Subali sedangkan Sugriwa berjanji akan membantu
Rama mencari Sita. Kemudian Sugriwa dan Rama beserta rombongannya pergi menuju
kediaman Subali di Kiskenda. Di sana Subali dan Sugriwa bertarung. Setelah pertarungan
sengit berlangsung agak lama, Rama mengakhiri riwayat Subali. Sesuai dengan janjinya,
Sugriwa bersedia membantu Rama mencari Sita. Ia mengirim Hanoman sebagai utusan Sang
Rama. Setelah Hanoman menemukan Sita di Alengka, ia mengumumkan kabar gembira
kepada Rama. Atas petunjuk Hanoman, bala tentara wanara berangkat menuju Kerajaan
Alengka.

10
2.8 Membangun jembatan Ramasetya

Saat Rama dan tentaranya bersiap-siap menuju Alengka, Wibisana, adik Sang Rahwana,


datang menghadap Rama dan mengaku akan berada di pihak Rama. Setelah ia menjanjikan
persahabatan yang kekal, Rama menobatkannya sebagai Raja Alengka meski Rahwana masih
hidup dan belum dikalahkan. Kemudian Rama dan pemimpin wanara lainnya berunding
untuk memikirkan cara menyeberang ke Alengka menging
at tidak semua prajuritnya bisa terbang. Akhirnya Rama menggelar suatu upacara di tepi laut
untuk memohon bantuan Dewa Baruna. Selama tiga hari Rama berdo'a dan tidak mendapat
jawaban, akhirnya kesabarannya habis. Kemudian ia mengambil busur dan panahnya untuk
mengeringkan lautan. Melihat laut akan binasa, Dewa Baruna datang memohon maaf atas
kesalahannya. Dewa Baruna menyarankan agar para wanara membuat jembatan besar tanpa
perlu mengeringkan atau mengurangi kedalaman lautan. Nila ditunjuk
sebagai arsitek jembatan tersebut. Setelah bekerja dengan giat, jembatan tersebut
terselesaikan dalam waktu yang singkat dan diberi nama "Ramasetu".

Lukisan India yang menggambarkan adegan Rama dan pasukannya sedang menyerang
Kota Alengka.
Setelah jembatan rampung, Rama dan pasukannya menyeberang ke Alengka. Pada
pertempuran pertama, Anggada menghancurkan menara Alengka. Untuk meninjau kekuatan
musuh, Rahwana segera mengirim mata-mata untuk menyamar menjadi wanara dan berbaur
dengan mereka. Penyamaran mata-mata Rahwana sangat rapi sehingga banyak yang tidak
tahu, kecuali Wibisana. Kemudian Wibisana menangkap mata-mata tersebut dan
membawanya ke hadapan Rama. Di hadapan Rama, mata-mata tersebut memohon
pengampunan dan berkata mereka hanya menjalankan perintah. Akhirnya Rama mengizinkan
mata-mata tersebut untuk melihat-lihat kekuatan tentara Rama dan berpesan agar Rahwana
segera mengambalikan Sita. Mata-mata tersebut sangat terharu dengan kemurahan hati Rama
dan yakin bahwa kemenangan akan berada di pihak Rama.
Pada hari pertempuran terahir, Dewa Indra mengirim kereta perangnya dan meminjamkannya
kepada Rama. Kusir kereta tersebut bernama Matali, siap melayani Rama. Dengan kereta
dewa tersebut, Rama melanjutkan peperangan yang berlangsung dengan sengit. Kedua pihak
sama-sama kuat dan mampu bertahan. Akhirnya Rama melepaskan senjata Brahma Astra ke
dada Rahwana. Senjata sakti tersebut mengantar Rahwana menuju kematiannya. Seketika
bunga-bunga bertaburan dari surga karena menyaksikan kemenangan

11
Rama. Wibisana meratapi jenazah kakaknya dan sedih karena nasihatnya tidak dihiraukan.
Sesuai aturan agama, Rama mengadakan upacara pembakaran jenazah yang layak bagi
Rahwana kemudian memberikan wejangan kepada Wibisana untuk membangun kembali
Negeri Alengka. Setelah Rahwana dikalahkan, Sita kembali ke pelukan Rama dan mereka
kembali ke Ayodhya bersama Laksmana, Sugriwa, Hanoman dan tentara wanara lainnya. Di
Ayodhya, mereka disambut oleh Bharata dan Kekayi. Di sana para wanara diberi hadiah oleh
Rama atas jasa-jasanya.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aranyakanda adalah kitab ke tiga epos Ramayana. Dalam kitab ini diceritakanlah
bagaimana sang Rama dan Laksamana membantu para tapa di sebuah asrama mengusir
sekalian raksasa yang datang mengganggu.
Lalu Laksamana diganggu oleh seorang raksasa yang bernama Surpanaka yang menyamar
menjadi seorang wanita cantik yang menggodanya. Tetapi Laksamana menolak dan hidung si
Surpanaka terpotong. Ia mengadu kepada suaminya sang Trisira. Kemudian terjadi perang
dan para bala raksasa mati semua.
Maka si Surpanaka mengadu kakaknya sang Rawana sembari memprovokasinya untuk
menculik Dewi Sita yang katanya sangat cantik. Sang Rawanapun pergi diiringi oleh Marica.
Marica menyamar menjadi seekor kijang emas yang menggoda Dewi Sita. Dewi Sita tertarik
dan memminta Rama untuk menangkapnya. Dewi Sita ditinggalkannya dan dijaga oleh si
Laksamana.
Ramapun pergi memburunya, tetapi si Marica sangat gesit. Lalu iapun menjadi kesal dan
memanahnya. Si Marica menjerit kesakitan lalu mati dan wujudnya kembali menjadi raksasa.
Sementara itu Sita yang mendengar jeritan tersebut merasa cemas dan mengira bahwa tadi
adalah jeritan Rama. Lalu ia menyuruh Laksamana untuk mencarinya. Laksamana menolak
tetapi Sita malah menuduhnya ingin memperistrinya jika Rama mati. Maka iapun terpaksa
pergi, tetapi sebelumnya membuat sebuah lingkaran sakti sekeliling Sita supaya jangan ada
yang bisa menculiknya.
Sementara itu Rawana datang menyamar sebagai seorang tua dan memanggil Sita yang
langsung diculiknya. Rawana bertemu dengan seekor burung sakti sang Jatayu tetapi Jatayu
kalah dan sekarat. Laksamana yang sudah menemukan Rama menjumpai Jatayu yang
menceritakan kisahnya sebelum ia mati.

3.2 Saran
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kita dianjurkan untuk mempelajari Susastra dengan
berbagai macam cabang ilmunya. Karena,  Ilmu Sastra adalah ilmu yang menyelidiki
tentang karya sastra secara ilmiah dengan berbagai gejala dan masalah sastra.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kisah Dewi Sinta diculik Rahwana | Ramayana Mahabarata (cerita-usul.blogspot.com)

14

Anda mungkin juga menyukai