Anda di halaman 1dari 4

BHAKTI SEJATI DALAM RAMÀYANA

A. Ajaran Bhakti Sejati

Kata Bhakti (Bahasa Sanskerta) berarti pengabdian atau bagian. Orang yang melakukan
bhakti disebut bhakta, sementara bhakti sebagai jalan spiritual disebut sebagai bhakti marga atau
jalan bhakti.
Bhakti sejati adalah sujud, memuja, hormat setia, taat, memperhambakan diri dan kasih
sayang, sebenarnya, tekun, sungguh-sungguh berdasarkan rasa, cinta, dan kasih yang mendalam
memuja Ida Sang Hyang Widhi atau yang dipujanya.
Bhakti sejati adalah pemujaan yang dilakukan seseorang kepada yang dipujanya dengan
sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat, cinta kasih yang mendalam untuk memohon
kerahayuan bersama.
Jalan untuk mendekatkan diri kepada Hyang Widhi Wasa ada empat cara/jalan yang
sering disebut dengan Catur Marga yang diantaranya
1. Karma marga yaitu berbakti dengan cara berbuat/bekerja,
2. Bhakti marga yaitu berbhakti dengan cara melakukan persembahan/sujud bhakti,
3. Jnana marga yaitu berbhakti dengan cara mentransfer ilmu pengetahuan yang kita miliki,
4. Raja marga yaitu berbhakti dengan cara mempraktekkan ajaran-ajaran agama seperti
melakukan tapa, bratha, yoga dan samadhi.

B. Bagian-bagian Ajaran Bhakti Sejati


Kitab Bhagavata Purana VII.5.23 menyebutkan ada 9 jenis bhakti kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan istilah Navavidha bhakti,
diantaranya:
1. Srawanam yang berarti berbhakti kepada Tuhan dengan cara membaca atau mendengarkan
hal-hal yang bermutu seperti pelajaran/ceramah keagamaan, cerita-cerita keagamaan dan
nyanyian nyanyian keagamaan, membaca kitab-kitab suci.
2. Kirtanam yang berarti berbhakti kepada Tuhan dengan jalan menyanyikan kidung suci
keagamaan atau kidung suci yang mengagungkan kebesaran Tuhan dengan penuh pengertian
dan rasa bhakti yang ikhlas serta benar-benar menjiwai isi kidung tersebut.
3. Smaranam adalah cara berbhakti kepada Tuhan dengan cara selalu ingat kepada-Nya,
mengingat nama-Nya, bermeditasi. Setiap indera kita menikmati sesuatu, kita selalu ingat
bahwa semua itu adalah anugrah dari Tuhan. Cara yang khusus untuk selalu mengingat
Beliau adalah dengan mengucapkan salah satu gelar Beliau secara berulang-ulang misalnya:
“Om Nama Siwa ya”. Pengucapan yang berulang-ulang ini disebut dengan japa atau japa
mantra.
4. Padasevanam yaitu dengan memberikan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, termasuk
melayani, menolong berbagai mahkluk ciptaannya.
5. Arcanam yaitu berbhakti kepada Tuhan dengan cara memuja keagungan-Nya.
6. Vandanam yaitu berbhakti kepada Tuhan dengan jalan melakukan sujud dan kebhaktian.
7. Dhasyam yaitu berbhakti kepada Tuhan dengan cara melayani-Nya dalam pengertian mau
melayani mereka yang memerlukan pertolongan dengan penuh keiklasan.
8. Sukhyanam yaitu memandang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sahabat sejati, yang
memberikan pertolongan ketika dalam bahaya.
9. Atmanivedanam adalah berbhakti kepada Tuhan dengan cara menyerahkan diri sepenuhnya
kehadapan Hyang Widhi. Seseorang yang menjalankan bhakti dengan cara ini akan
melakukan segala sesuatunya sebagai persembahan kepada Tuhan.

Bhaktyã mãm abhijãnãti,


yãvãn yas cha ‘smi tatvatah’,
tato tattvato mãm jnãtvã
visate tadanantaram. (Bhagawadgita, XVIII.55)

terjemahannya:
Dengan berbhakti kepada-Ku, ia mengetahui siapa dan apa sesungguhnya Aku, dan dengan
mengetahui hakekat-Ku, ia mencapai Aku dikemudian hari (Pudja, 2004:434).

C. Sloka Ajaran Bhakti Sejati dalam Rāmāyana

Rāmāyana adalah kitab suci Veda Smrti tergolong Upaveda yang disebut Itihasa. Rāmāyana
sebagai Itihasa yang terdiri dari 7 Kanda dengan jumlah sloka sebanyak 24.000 buah stanza.
Ramãyana sebagai kitab suci Veda ditulis oleh Bhãgawan Walmiki. Menurut tradisi, kejadian
yang dilukiskan di dalam Ramãyana menggambarkan kehidupan pada zaman Tretayuga tetapi
menurut kritikus Barat berpendapat bahwa Ramãyana sudah selesai ditulis sebelum tahun 500
S.M. Diduga ceritanya telah populer tahun 3100 S.M.

Kitab Ramayana adalah karya sastra yang ditulis oleh Maharsi Walmiki, terbagi menjadi 7
(tujuh) bagian dengan istilah ”Sapta Kanda” bagian-bagiannya antara lain :
1. Bala kanda
Dalam cerita ini mengisahkan Sang Prabu Dasarata mempunyai 3 (tiga) orang
istri/permaisuri beserta dengan anak-anaknya yaitu:
Dewi Kosalya dengan putra Sang Rama Dewa.
Dewi Kekayi dengan putra Sang Bharata.
Dewi Sumitra dengan putranya Sang Laksamana dan Sang Satrugna.
Juga diceritakan kemenangan Ramadewa mengikuti sasembara di Matila sehinha
mendapatkan istri Dewi Sita anak dari Prabu Janaka.

2. Ayodya kanda
Setelah Sang Ramadewa berhasil memperistri Dewi Sita,maka sepulang dari Matila Prabhu
Dasarata ingin menyeraikan kerajaan ayodya kepada Ramadewa ,tetapi terhalang oleh Dewi
Kekayi mengingat janjinyadi tengah hutan terdahulu . Karena bijaksananya Ramadewa
keesokan harinya perggi ke hutan dengan istrinya (Dewi Sita), diikuti oleh adiknya, Sang
Laksamana. Pada saat itu pula terdengar oleh Sang Bharata, akhirnya Bharata menolak
permintaan ibunya, langsung ke hvan mencari Ramadewa, karena satya wacana (setia pada
perkataannya) akhirnya Rama dewa menyerahkan terompah (alas kaki) sebagai simbul Sang
Rama selama perjalanan ke hutan pertapa.

3. Aranya kanda
Setelah sampai di hutan Citra Kuta, sering dikunjungi para pertapa untuk meminta bantuan
dari gangguan raksasa. Sempat pula diganggu oleh raksasa surpanaka karena melihat
ketampanan rama dan laksamana, karena tidak sabar mendapatkan godaan, hidung
Surpanaka dipotong oleh Laksamana. Karena kesalnya Surpanaka melapor kepada kakaknya
yaitu Rahwana. Akhirnya rahwana mengutus Marica untuk mematai-matai Rama dengan
berubah wujud menjadi Kijang mas. Sempat Ramadewa terseret oleh tipuan marica, karena
permintaan Sita yang menginginkan kijang itu, sedangkan Sita dijaga oleh Laksamana.
Karena tipuan marica juga membua Sita panik dan menyuruh Laksamana membantu
Ramadewa, ditinggalkah Sita sendiri tetapi dengan kekuatannya Laksamana sempat
membuat sengker/garis dengan kekuatan pelindung, sipapun tidak akan bisa melewati
termasuk dewa. Karena itu Rahwana berubah wujud menjadi Bhiku untuk menarik simpati
Sita. Akhirnya Sita keluar dari pelindung yang dibuat Laksamana kemudian diculiklah Sita
dan dibawa ke Alengka.

4. Kiskinda kanda
Setelah Sita dilarikan oleh oleh Rahwana ke Alengka, Rama dan Laksamana begitu tidak
melihat Sita di pasraman langsung mencasinya ke tengah hutan. Sampai di perjalanan
bertemu dengan Burung Jatayu dalam keadaan luka parah pada saat bertempur untuk
merebut dan menolong Sita dari tangan Rahwana. Akhirnya Jatayu memilih untuk mati,
karena kebaikannya dia diberi pengentas ke sorga oleh Ramadewa dengan sebuah panahnya.
Kemudian melanjutkan perjalanannya, bertemu Sugriwa untuk meminta banduan agar dapat
mengalahkan Subali dalam memperebutkan Dewi Tara. Ramadewa kemudian mebantu
Sugriwa untuk mengalahkan Subali dan dapat dikalahkan. Sugriwa setelah aman kemudian
membantu untuk membalas jasa, Rama dalam mencari Dewi Sita.

5. Sundara kanda
Dalam pencarian Sita, Anoman diutus sebagai duta untuk menyelidiki Sita ke Alengka, dia
berhasil menemui Sita dan memberi cerita bahwa segera dijemput ke Alengka. Selesai
bercerita dengan Sita, Anoman sempat ditangkap tetapi dengan kesaktianya melepaskan diri
dan sempat membakar Alengka sampai hangus. Kemudian Anoman kembali melaporkan
keadaan Sita kepada Rama. Sugriwa langsung menyusun siasat agar dapat menyebrangi
lautan ke Alengka dengan membuat jembatan yang disebut dengan Titi Banda.

6. Yudha kanda
Setelah jembatan Banda berhasil dibuat/dibangun, Sugriwa mengerahkan pasukan keranya
untuk menggempur Alengka. Pertempuran yang sengit antara kedua pasukan, dan
pertempupan yang hebat terjadi antara Rama dan Rahwana, tetapi dimenangkan oleh Rama.
Wibisana juga membantu. Mengingat jasa Wibisana sangat besar akhirnya diangkat menjadi
raja Alengka. Kemudian Rama, Sita, dan Laksamana diiringi oleh tentara kera kembali ke
Ayodya. Setibanya di Ayodyapura disambut oleh sang Bharata dan langsung dinobatkan
sebagai raja Ayodya.

7. Uttara kanda
Setibanya di kerajaan dan sudah lama memerintah ada seorang rakyat menyangsikan
keberadaan Sita waktu disekap oleh Rahwana. Akhirnya Ramadewa menyuruh Laksamana
untuk mengantarkan Sita ke hutan dan dipungut oleh Maharesi Walmiki dalam keadaan
mengandung. Akhirnya tidak begitu lama Dewi Sita melahirkan dua orang anak laki-laki
kembar diberi nama Kura dan Lawa. Setelah besar dididik oleh Maharesi Walmiki ilmu
perang, ilmu pemerintahan, dan nyanyian Ramayana. Setelah Kusa dan Lawa dewasa
terdeogar di Ayodya diselenggarakan upacara ”Aswameda” yaitu pelepasan kuda berhias
diiringi oleh prajurit, setiap yang berani menghalangi perjalanan akan berhadapan dengan
Ramadewa. Tanpa disadari kuda itu melewati tempat Kusa dan Lawa. Kemudian melihat
kuda berhias dipeganglah kuda itu dan ditangkapnya. Terjadilah pertempuram sengit antara
Ramadewa dan Kusa Lawa, dan tidak ada yang menang atau kalah. Hal ini terliiat lalu
dihentikan oleh walmiki. Barulah diceritakan bahwa mereka berdua adalah anak Rama.
Diajaklah ke Ayodya dan dinobatkan sebagai raja Ayodya. Setelah beberapa lama
Ramadewa kembali ke Wisnuloka dan Sita kembali ke Ibu Pertiwi.

Anda mungkin juga menyukai