Anda di halaman 1dari 13

Tugas Agama Hindu

tentang Itihasa

Oleh

Kelompok 1

Kelas X TB 3

Ni Komang Shantika Dewi (20)

Ni Made Marheni (21)

Putu Widnyana Suputra (26)

I Gde Amartya Sattvika Segara (04)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

(SMK) PARIWISATA HARAPAN

DENPASAR

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Agama Hindu sebagaimana agama-agama lainnya, juga memiliki kitab suci yang disebut
Veda. Veda adalah sumber dari ajaran Agama Hindu sebagai wahyu Tuhan (Ida Sang Hyang
Widhi Wasa). Veda dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Veda Sruti
Veda yang didengar, memuat tentang wahyu Tuhan (bisikan suci Tuhan).
2. Veda Smerti
Veda yang diingat, veda yang ditulis berdasarkan ingatan para Rsi yang
bersumber dari wahyu Tuhan.

Mengenai kedudukan Upaveda dalam Veda dilihat dari materi isinya maka Upaveda pada
dasarnya dinyatakan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Veda. Jadi kedudukannya
sama dengan apa yang kita lihat dengan Vedangga. Kalau kita pelajari secara mendalam, maka
beberapa materi kejadian yang dibahas di dalam Purana dan Vedangga maupun apa yang
terdapat dalam Itihasa, banyak dibahsa ulang di dalam kitab Upaveda dengan penajaman-
penajaman untuk bidang-bidangn tertentu.

Dengan demikian untuk meningkatkan pengerian dan pendalaman tentang berbagai


ajaran yang terdapat dalam Veda, maka kitab Upaveda akan dibicarakan pokoknya saja satu
persatu. Kitab Upaveda artinya dekat dengan Veda (pengetahuan suci) atau Veda tambahan.
Kitab Veda terdiri dari beberapa cabang ilmu antara lain Itihasa (Ramayana dan Mahabarata),
Purana, Arthasastra, Ayur Veda, Gandgarwa, Kamasastra, Dhanurveda dan Agama.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:

1. Pengertian Itihasa ?
2. Contoh-contoh kitab Itihasa ?
3. Mengisahkan kisah Ramayana dan Mahabarata
4. Mencari nilai-nilai yajnya dalam cerita Ramayana dan Mahabarata
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian
Itihasa merupakan kelompok kitab jenis epos, wiracarita atau cerita kepahlawanan yang
memuat cerita-cerita sejarah dan perkembangan raja-raja serta kerajaan Hindu di masa lampau.

Kitab Itihasa disusun oleh Rsi dan pujangga India pada masa lampau, seperti misalnya rsi
Walmiki dan Rsi Vyasa. Cerita dalam kitab Itihasa tersebar diseluruh daratan India dampai
kewilayah Asia Tenggara. Pada zaman kerajaan di Indonesia, kedua kitab Itihasa diterjemahkan
ke dalam bahasa Jawa kuno dan diadaptasi sesuai dengan kebudayaan local. Cerita dalam kitab
Itihasa diangkat menjadi pertunjukan wayang dan dugubah menjadi kekawin.

IItihasa merupakan kitab yang tergolong Smerti pada bagian Upaveda. Kata Itihasa
berasal dari 3 bagian yaitu, Iti-ha-sa (Iti = begini,ha= tentu, asa= sudah terjadi). Jadi Itihasa
artinya sudah terjadi begitu. Namun dalam perkembangannya yang terjadi sampai saat ini
khususnya di India kata Itihasa sering dihubungkan sebagai Sejarah.

Itihasa sering disebut juga sebagai Wiracerita, karena cerita ini dahulu sering diceritakan
melalui tradisi mulut ke mulut. Wiracarita adalah cerita kepahlawanan. Cerita kepahlawanan ini
didasarkan pada latar sejarah para raja. Namun nilai-nilainya tetap diambil dari Veda. Hal ini
dipertegas dalam Mahabarata pada Svargarohana Parva (5.57) yaitu, Parva ke 18.

Itihasasmimay puoyay mahartay vedasamitam

Vyasoktay sruyate yena katva brahmaoamagrataa

Artinya :Cerita ini adalah peristiwa sejarah, dan mengandung makna yang dalam, dan
mengandung ajaran yang ada pada cerita ini sama seperti ajaran suci Veda. Karya Maharesi
Wyasa hendaknya didengar terlebih bagi seorang Brahmana.

Dari kreteria yang tersebut di atas maka Itihasa atau Wiracarita merupakan salah satu
model penjelasan dari Veda yang dilatarkan pada cerita sejarah yang terjadi. Hal tersebut
didasarkan atas bukti-bukti sejarah yang menunjukkan bahwa tempat kejadian dalam Itihasa
masih ada.
2. 2 Contoh Kitab Itihasa
2. 3 Ringkasa Cerita Ramayana

1. BALA KANDA
Balakanda atau kitab pertama Ramayana menceritakan sang Dasarata yang menjadi Raja
di Ayodhya. Sang raja ini mempunyai tiga istri yaitu: Dewi Kosalya, Dewi Kekayi dan
Dewi Sumitra. Dewi Kosalya berputrakan Sang Rama, Dewi Kekayi berputrakan sang
Barata, lalu Dewi Sumitra berputrakan sang Laksamana dan sang Satrugna. Maka pada
suatu hari, bagawan Wiswamitra meminta tolong kepada prabu Dasarata untuk menjaga
pertapaannya. Sang Rama dan Laksamana pergi membantu mengusir para raksasa yang
mengganggu pertapaan ini.
Lalu atas petunjuk para Brahmana maka sang Rama pergi mengikuti sayembara di
Wideha dan mendapatkan Dewi Sita sebagai istrinya. Ketika pulang ke Ayodhya mereka
dihadang oleh Ramaparasu, tetapi mereka bisa mengalahkannya.

2. AYODHYA KANDA

Ayodhyakanda adalah kitab kedua epos Ramayana dan menceritakan sang Dasarata yang
akan menyerahkan kerajaan kepada sang Rama, tetapi dihalangi oleh Dewi Kekayi. Katanya
beliau pernah menjanjikan warisan kerajaan kepada anaknya. Maka sang Rama disertai oleh
Dewi Sita dan Laksamana pergi mengembara dan masuk ke dalam hutan selama 14 tahun.
Setelah mereka pergi, maka prabu Dasarata meninggal karena sedihnya. Sang Barata
menjadi sedih dan pergi menceri Sri Rama. Maka setelah ia berjumpa dengan Sri Rama, ia
mengatakan bahwa itu bukan haknya tetapi karena Rama ingin menghormati bapaknya, ia
mengatakan bahwa itu sudah kewajiban Barata untuk memerintah. Lalu sebagai simbol
bahwa Barata mewakili Rama, Rama menyerahkan sandalnya (dalam bahasa Sanskerta:
paduka). Lalu Barata pulang ke Ayodhya dan memerintah di sana.
3. ARANYAKA KANDA

Aranyakanda adalah kitab ke tiga epos Ramayana. Dalam kitab ini diceritakanlah
bagaimana sang Rama dan Laksamana membantu para tapa di sebuah asrama mengusir
sekalian raksasa yang datang mengganggu. Lalu Laksamana diganggu oleh seorang raksasia
yang bernama Surpanaka yang menyamar menjadi seorang wanita cantik yang
menggodanya. Tetapi Laksamana menolak dan hidung si Surpanaka terpotong. Ia mengadu
kepada suaminya sang Trisira. Kemudian terjadi perang dan para bala raksasa mati
semua. Maka si Surpanaka mengadu kakaknya sang Rawana sembari memprovokasinya
untuk menculik Dewi Sita yang katanya sangat cantik. Sang Rawanapun pergi diiringi oleh
Marica. Marica menyamar menjadi seekor kijang emas yang menggoda Dewi Sita. Dewi
Sita tertarik dan memminta Rama untuk menangkapnya. Dewi Sita ditinggalkannya dan
dijaga oleh si Laksamana. Ternyata kijang itu tidak sejinak kelihatannya, dan Rama makin
jauh dari tempat tinggalnya. Akhirnya kijang itu dipanahnya. Seketika itu kijang itu
menjelma menjadi raksasa dan menjerit keras.
Jeritan itu dikira oleh Sita berasal dari Rama, maka disuruhnyalah iparnya member
pertolongan. Sita tinggal senidiri. Datanglah seorang Brahmana kepadanya untuk berpura-
pura meminta nasi. Sita dilarikannya.
Dengan sangat bersedih hati mereka mencari jejak Sita. Dalam pengembaraan yang tidak
menentu itu, mereka bertemu burung Jatayu. Burung tersebut merupakan bekas kawan baik
Dasaratha, dan ketka ia melihat di bawa terbang oleh Rawana, ia mencoba mencegahnya.
Dalam pertempuran yang terjadi, Jatayu kalah. Sehabis memberikan penjelasanitu, Jatayu
mati.
4. KISKINDHA KANDA

Kiskindhakanda adalah kitab keempat epos Ramayana. Dalam kitab ini diceritakan
bagaimana sang Rama berjumpa dengan Sugriva, seorang raja kera yang kerajaan serta
istrinya direbut oleh saudaranya sendiri yang bernama Walin. Rama bersekutu dengan
Sugriwa untuk memperoleh kerajaan dan istrinya dan sebaliknya Sugriwa akan membantu
Rama untuk mendapatkan Sita dari negeri Alengka.

Khiskinda di gempur. Walin terbunuh oleh panah Rama. Sugriwa kembali menjadi raja
Kiskhinda dan Anggada, anak Walin dijadikan putra mahkota. Tentara kera berangkat ke
Alengka. Di tepi pantai selat yang memisahkan Alengka dari daratan India, tentara itu
berhenti. Dicarilah akal bagaimana untuk dapat menyebrangi lautan.

5. SUNDARA KANDA

Sundara kanda adalah kitab kelima Ramayana. Dalam kitab ini diceritakan bagaimana
sang Hanuman datang ke Alengka pura mencari tahu akan keadaan Dewi Sita. Kepada Sita
dijelaskan bahwa tak lama lagi Rama akan datang menjemput. Hanuman ditahan oleh
tentara Lengka. Ia diikat erat-erat dan kemudian dibakar. Ia meloncat ke atas rumah dnegan
ekornya yang menyala menimbulkan kebakaran di kota Lengka. Kemudia Hanuman
melompat kembali menghadap Rama untuk member laporan.
6. YUDDHA KANDA

Yuddhakanda adalah kitab keenam epos Ramayana dan sekaligus klimaks epos ini.
Dalam kitab ini diceritakan sang Rama dan sang raja kera Sugriwa mengerahkan bala
tentara kera menyiapkan penyerangan Alengkapura. Karena Alengka ini terletak pada
sebuah pulau, sulitlah bagaimana mereka harus menyerang. Maka mereka bersiasat dan
akhirnya memutuskan membuat jembatan bendungan (situbanda) dari daratan ke pulau
Alengka. Para bala tentara kera dikerahkan. Pada saat pembangunan jembatan ini mereka
banyak diganggu tetapi akhirnya selesai dan Alengkapura dapat diserang.
Syahdan terjadilah perang besar. Para raksasa banyak yang mati dan prabu Rawana gugur
di tangan sri Rama. Lalu Dewi Sita menunjukkan kesucian dan kesetiaannya terhadap Rama
dengan dibakar di api, ternyata ia tidak apa-apa. Setelah itu sang Rama, Sita, Laksamana
pulang ke Ayodhyapura, disertai para bala tentara kera yang dipimpin oleh Sugriwa dan
Hanuman. Di Ayodhyapura mereka disambut oleh prabu Baratadan ia menyerahkan
kerajaannya kepada sang Rama. Sri Rama lalu memerintah di Ayodhyapura dengan
bijaksana.

7. UTTARA KANDA
Kanda terakhir ini, menceritakan tentang kisah terjadi perguncingan rakyat Ayodya
bahwa Sita sangat diragukan kesuciannya karena cukup lama ada di kandang Raksasa,
sangat mustahil para Raksasa melewatkan kesempatan itu untuk menjamah Sita.

Keresahan ini di dengar oleh Rama dan Rama merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.
Kemudian Rama memerintahkan Laksmana membawa Sita keluar dari kerajaan dan agar
Laksmana melepas Sita di dekat Sungai Gangga di pertapaan Walmiki sebagai tempat
kehidupan Sita yang bebas dari pergunjingan.

Ketika Sita memasuki pasraman Walmiki sudah dalam keadaan hamil muda hasil
hubungannya dengan Rama. Seiring dengan waktu lahirlah anak kembar di pasraman
walmiki, yang oleh walmiki diberi nama Kusa dan Lawa. Ketika Rama melaksanaka
upacara kurban, oleh Walmiki dikenalkan Kusa dan Lawa kepada Rama bahwa Ia adalah
anaknya, dan mengatakan bahwa Sita adalah Wanita yang Suci. Saat itu Sita kedua kalinya
membuktikan kesucian dirinya dengan disaksikan oleh Ibu Pertiwi, sebagai bukti bumi
terbelah sebagai tanda menjemput Sita untuk kembali ke asal.

Rama sempat memerintah Ayodya tetapi setelah ditinggalkan oleh adiknya Laksmana
menyucikan diri di Sungai Sarayu, Ramapun mengikuti jejaknya menyucikan diri di Sungai
Gangga. Begitu Rama masuk ke Sungai Gangga muncul kreta emas dari sorga
menjemputnya untuk kembali ke alam wisnu dan Ramapun tiba di alam wisnu disambut
oleh para dewa yang lain dengan gembira.

2. 4 Ringkasa kisah Mahabarata

Mahābhārata merupakan kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas kitab atau sering
disebut Astadasaparwa. Rangkaian kitab menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah
Mahābhārata, yakni semenjak kisah para leluhur Pandawa dan Korawa (Yayati, Yadu, Puru,
Kuru, Duswanta, Sakuntala, Bharata) sampai kisah diterimanya Pandawa di surga.

1. Adiparwa
Kitab Adiparwa berisi berbagai cerita yang bernafaskan Hindu, seperti
misalnya kisah pemutaran Mandaragiri, kisah Bagawan Dhomya yang menguji ketiga
muridnya, kisah para leluhur Pandawa dan Korawa, kisah kelahiran Rsi Byasa, kisah
masa kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kisah tewasnya rakshasa Hidimba di tangan
Bhimasena, dan kisah Arjuna mendapatkan Dropadi.
2. Sabhaparwa
Kitab Sabhaparwa berisi kisah pertemuan Pandawa dan Korawa di sebuah
balairung untuk main judi, atas rencana Duryodana. Karena usaha licik Sangkuni,
permainan dimenangkan selama dua kali oleh Korawa sehingga sesuai perjanjian,
Pandawa harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun dan setelah itu melalui
masa penyamaran selama 1 tahun.
3. Wanaparwa
Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa selama masa 12 tahun pengasingan
diri di hutan. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah Arjuna yang bertapa di
gunung Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut menjadi
bahan cerita Arjunawiwaha.
4. Wirataparwa
Kitab Wirataparwa berisi kisah masa satu tahun penyamaran Pandawa di
Kerajaan Wirata setelah mengalami pengasingan selama 12 tahun. Yudistira
menyamar sebagai ahli agama, Bhima sebagai juru masak, Arjuna sebagai guru tari,
Nakula sebagai penjinak kuda, Sahadewa sebagai pengembala, dan Dropadi sebagai
penata rias.
5. Udyogaparwa
Kitab Udyogaparwa berisi kisah tentang persiapan perang keluarga Bharata
(Bharatayuddha). Kresna yang bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan
perdamaian dengan Korawa. Pandawa dan Korawa mencari sekutu sebanyak-
banyaknya di penjuru Bharatawarsha, dan hampir seluruh Kerajaan India Kuno
terbagi menjadi dua kelompok.
6. Bhismaparwa
Kitab Bhismaparwa merupakan kitab awal yang menceritakan tentang
pertempuran di Kurukshetra. Dalam beberapa bagiannya terselip suatu percakapan
suci antara Kresna dan Arjuna menjelang perang berlangsung. Percakapan tersebut
dikenal sebagai kitab Bhagavad Gītā. Dalam kitab Bhismaparwa juga diceritakan
gugurnya Resi Bhisma pada hari kesepuluh karena usaha Arjuna yang dibantu oleh
Srikandi
7. Dronaparwa
Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan Bagawan Drona sebagai
panglima perang Korawa. Drona berusaha menangkap Yudistira, namun gagal. Drona
gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestadyumna ketika ia sedang
tertunduk lemas mendengar kabar yang menceritakan kematian anaknya, Aswatama.
Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.
8. Karnaparwa
Kitab Karnaparwa menceritakan kisah pengangkatan Karna sebagai panglima
perang oleh Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan sekutunya yang lain.
Dalam kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana oleh Bhima. Salya menjadi
kusir kereta Karna, kemudian terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna
gugur di tangan Arjuna dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.
9. Salyaparwa
Kitab Salyaparwa berisi kisah pengangkatan Sang Salya sebagai panglima
perang Korawa pada hari ke-18. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang.
Setelah ditinggal sekutu dan saudaranya, Duryodana menyesali perbuatannya dan
hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu menjadi ejekan para
Pandawa sehingga Duryodana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam
perkelahian tersebut, Duryodana gugur, tapi ia sempat mengangkat Aswatama sebagai
panglima.
10. Sauptikaparwa
Kitab Sauptikaparwa berisi kisah pembalasan dendam Aswatama kepada
tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama Kripa dan Kertawarma menyusup ke
dalam kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali para Pandawa.
Setelah itu ia melarikan diri ke pertapaan Byasa. Keesokan harinya ia disusul oleh
Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna
dapat menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya Aswatama menyesali perbuatannya
dan menjadi pertapa.
11. Striparwa
Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita yang ditinggal oleh
suami mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan upacara
pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada
leluhur. Pada hari itu pula Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang menjadi
rahasia pribadinya.
12. Santiparwa
Kitab Santiparwa berisi kisah pertikaian batin Yudistira karena telah
membunuh saudara-saudaranya di medan pertempuran. Akhirnya ia diberi wejangan
suci oleh Rsi Byasa dan Sri Kresna. Mereka menjelaskan rahasia dan tujuan ajaran
Hindu agar Yudistira dapat melaksanakan kewajibannya sebagai Raja.
13. Anusasanaparwa
Kitab Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudistira kepada Resi
Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma,
Artha, aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang Raja, dan sebagainya.
Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia dengan tenang.
14. Aswamedikaparwa
Kitab Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara Aswamedha oleh
Raja Yudistira. Kitab tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna dengan
para Raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula tewas dalam kandungan
karena senjata sakti Aswatama, namun dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.
15. Asramawasikaparwa
Kitab Asramawasikaparwa berisi kisah kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti,
Widura, dan Sanjaya ke tengah hutan, untuk meninggalkan dunia ramai. Mereka
menyerahkan tahta sepenuhnya kepada Yudistira. Akhirnya Resi Narada datang
membawa kabar bahwa mereka telah pergi ke surga karena dibakar oleh api sucinya
sendiri.
16. Mosalaparwa
Kitab Mosalaparwa menceritakan kemusnahan bangsa Wresni. Sri Kresna
meninggalkan kerajaannya lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna mengunjungi
Dwarawati dan mendapati bahwa kota tersebut telah kosong. Atas nasihat Rsi Byasa,
Pandawa dan Dropadi menempuh hidup “sanyasin” atau mengasingkan diri dan
meninggalkan dunia fana.
17. Prasthanikaparwa
Kitab Mahaprastanikaparwa menceritakan kisah perjalanan Pandawa dan
Dropadi ke puncak gunung Himalaya, sementara tahta kerajaan diserahkan kepada
Parikesit, cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya, Dropadi dan para Pandawa (kecuali
Yudistira), meninggal dalam perjalanan.
18. Swargarohanaparwa
Kitab Swargarohanaparwa menceritakan kisah Yudistira yang mencapai
puncak gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra.
Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia menolak
masuk surga jika disuruh meninggalkan anjingnya sendirian. Si anjing menampakkan
wujudnya yang sebenanrnya, yaitu Dewa Dharma.
2. 5 Nilai-nilai yajnya dalam cerita Ramayana
1. Dewa Yajnya
Pada saat Raja Dasarata melaksanakan upcara Homa Yadnya.
2. Pitra Yajnya
Ketika Dasarata, Rahwana, dan Jatayu meninggal dunia.
3. Rsi Yajna
Ketika Rama dan Laksana membantu menjaga pertapaan para Rsi di hutan.
4. Bhuta Yajna
Pada saat melaksanakan Homa Yajna.
5. Manusa Yajna
Ketika Sang Rama membantu Sugriwa untuk merebut karajaanya dari Subali.

2. 6 Nilai-nilai yajna dalam cerita Mahabarata


1. Dewa Yajna
Dalam Mahabarata ada diceritakan tentang yajna agung di Kuruksetra, diceritakan
sehabis perang Bharatayudha Panca Pandawa akan mengadakan Upacara Aswameda
Yajna dalam tingkatan yang utama.
2. Pitra Yajna
Meninggalnya korawa saat perang baratayudha, dan meninggalnya pandawa dan drupati
saat melakukan perjalanan spiritual dan mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir
dari perjalanan mereka.
3. Rsi Yajna

Anda mungkin juga menyukai