Anda di halaman 1dari 5

BHAKTI SEJATI DALAM RAMÀYANA

Nama Kelompok :
Dewa Gede Raka Suputra (XI IPS 1/08)
I Komang Andika Putra (XI IPS 1/14)
Ni Ketut Irma Fridayani ( XI IPS 1/30)
I Komang Wisnu Adnyana ( XI IPS 1/15)
I Wayan Aditya Pratama (XI IPS 1/19)

Tahun Ajaran 2019/2020


SMA NEGERI 1 TAMPAKSIRING
Jalan Pucak Tegeh Manukaya, Desa Manukaya, Kec. Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali
BHAKTI SEJATI DALAM RAMÀYANA
A. Ajaran Bhakti Sejati

Kata Bhakti (Bahasa Sanskerta) berarti pengabdian atau bagian. Orang yang melakukan bhakti disebut
bhakta, sementara bhakti sebagai jalan spiritual disebut sebagai bhakti margaatau jalan bhakti.
Bhakti sejati adalah sujud, memuja, hormat setia, taat, memperhambakan diri dan kasih sayang,
sebenarnya, tekun, sungguh-sungguh berdasarkan rasa, cinta, dan kasih yang mendalam memuja Ida Sang
Hyang Widhi atau yang dipujanya.
Bhakti sejati adalah pemujaan yang dilakukan seseorang kepada yang dipujanya dengan sungguh-sungguh
dan penuh rasa hormat, cinta kasih yang mendalam untuk memohon kerahayuan bersama.
Jalan untuk mendekatkan diri kepada Hyang Widhi Wasa ada empat cara/jalan yang sering disebut dengan
Catur Marga yang diantaranya
1. Karma marga yaitu berbakti dengan cara berbuat/bekerja,
2. Bhakti marga yaitu berbhakti dengan cara melakukan persembahan/sujud bhakti,
3. Jnana marga yaitu berbhakti dengan cara mentransfer ilmu pengetahuan yang kita miliki,
4. Raja marga yaitu berbhakti dengan cara mempraktekkan ajaran-ajaran agama seperti melakukan tapa,
bratha, yoga dan samadhi.

B. Bagian-bagian Ajaran Bhakti Sejati


Kitab Bhagavata Purana VII.5.23 menyebutkan ada 9 jenis bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan
Yang Maha Esa, yang disebut dengan istilah Navavidha bhakti, diantaranya:
1. Srawanam yang berarti berbhakti kepada Tuhan dengan
cara membaca atau mendengarkan hal-hal yang
bermutu seperti pelajaran/ceramah keagamaan,
cerita-cerita keagamaan dan nyanyian-nyanyian
keagamaan, membaca kitab-kitab suci.
2. Kirtanam yang berarti berbhakti kepada Tuhan dengan
jalan menyanyikan kidung suci keagamaan atau kidung
suci yang mengagungkan kebesaran Tuhan dengan
penuh pengertian dan rasa bhakti yang ikhlas serta
benar-benar menjiwai isi kidung tersebut.
3. Smaranam adalah cara berbhakti kepada Tuhan dengan
cara selalu ingat kepada-Nya, mengingat nama-Nya,
bermeditasi. Setiap indera kita menikmati sesuatu, kita
selalu ingat bahwa semua itu adalah anugrah dari
Tuhan. Cara yang khusus untuk selalu mengingat Beliau
adalah dengan mengucapkan salah satu gelar Beliau
secara berulang-ulang misalnya: “Om Nama Siwa ya”.
Pengucapan yang berulang-ulang ini disebut dengan
japa atau japa mantra.
4. Padasevanam yaitu dengan memberikan pelayanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, termasuk melayani,
menolong berbagai mahkluk ciptaannya.
5. Arcanam yaitu berbhakti kepada Tuhan dengan cara
memuja keagungan-Nya.
6. Vandanam yaitu berbhakti kepada Tuhan dengan jalan
melakukan sujud dan kebhaktian.
7. Dhasyam yaitu berbhakti kepada Tuhan dengan cara
melayani-Nya dalam pengertian mau melayani mereka
yang memerlukan pertolongan dengan penuh keiklasan.
8. Sukhyanam yaitu memandang Tuhan Yang Maha Esa
sebagai sahabat sejati, yang memberikan pertolongan
ketika dalam bahaya.
9. Atmanivedanam adalah berbhakti kepada Tuhan
dengan cara menyerahkan diri sepenuhnya kehadapan
Hyang Widhi. Seseorang yang menjalankan bhakti
dengan cara ini akan melakukan segala sesuatunya
sebagai persembahan kepada Tuhan.

Bhaktyã mãm abhijãnãti,


yãvãn yas cha ‘smi tatvatah’,
tato tattvato mãm jnãtvã
visate tadanantaram. (Bhagawadgita, XVIII.55)

terjemahannya:
Dengan berbhakti kepada-Ku, ia mengetahui siapa dan apa sesungguhnya Aku, dan dengan mengetahui hakekat-
Ku, ia mencapai Aku dikemudian hari (Pudja, 2004 : 434).

C. Çloka Ajaran Bhakti Sejati dalam Rāmāyana

Rāmāyana adalah kitab suci Veda Smrti tergolong Upaveda yang disebut Itihasa. Rāmāyana sebagai Itihasa
yang terdiri dari 7 Kanda dengan jumlah sloka sebanyak 24.000 buah stanza. Ramãyana sebagai kitab suci Veda
ditulis oleh Bhãgawan Walmiki. Menurut tradisi, kejadian yang dilukiskan di dalam Ramãyana menggambarkan
kehidupan pada zaman Tretayuga tetapi menurut kritikus Barat berpendapat bahwa Ramãyana sudah selesai
ditulis sebelum tahun 500 S.M. Diduga ceritanya telah populer tahun 3100 S.M.

Kitab Ramayana adalah karya sastra yang ditulis oleh Maharsi Walmiki, terbagi menjadi 7 ( tujuh ) bagian dengan
istilah ” Sapta Kanda ” bagian-bagiannya antara lain :
1. Bala kanda
Dalam cerita ini mengisahkan Sang Prabu Dasarata
mempunyai 3 ( tiga ) orang istri / permaisuri beserta
dengan anak-anaknya yaitu :
– Dewi Kosalya dengan putra Sang Rama Dewa.
– Dewi Kekayi dengan putra Sang Bharata.
– Dewi Sumitra dengan putranya Sang Laksamana dan
Sang Satrugna.
Juga diceritakan kemenangan Ramadewa mengikuti
sasembara di Matila sehinha mendapatkan istri Dewi
Sita anak dari Prabu Janaka.
2. Ayodya kanda
Setelah Sang Ramadewa berhasil memperistri Dewi Sita,
maka sepulang dari Matila Prabhu Dasarata ingin
menyeraikan kerajaan ayodya kepada Ramadewa ,
tetapi terhalang oleh Dewi Kekayi mengingat janjinya
di tengah hutan terdahulu . Karena bijaksananya
Ramadewa keesokan harinya perggi ke hutan dengan
istrinya ( Dewi Sita ), diikuti oleh adiknya ” Sang
Laksamana “. Pada saat itu pula terdengar oleh Sang
Bharata, akhirboya Bharata menolak permintaan ibunya,
langsung ke hvan mencari Ramadewa, karena satya
wacana ( setia pada perkataannya ) akhirnya Rama dewa
menyerahkan terompah ( alas kaki ) sebagai simbul Sang
Rama selama perjalanan ke hutan pertapa.
3. Aranya kanda
Setelah sampai di hutan Citra Kuta , sering dikunjungi
para pertapa untuk meminta bantuan dari gangguan
raksasa. Sempat pula diganggu oleh raksasa surpanaka
karena melihat ketampanan rama dan laksamana,
karena tidak sabar mendapatkan godaan, hidung
surpanaka dipotong oleh Laksamana. Karena kesalnya
Surpanaka melapor kepada kakaknya yaitu Rahwana.
Akhirnya rahwana mengutus Marica untuk
mematai-matai Rama dengan berubah wujud menjadi
Kijang mas. Sempat Ramadewa terseret oleh tipuan
marica, karena permintaan Sita yang menginginkan
kijang itu, sedangkan Sita dijaga oleh Laksamana .
Karena tipuan marica juga membua Sita panik dan
menyuruh Laksamana membantu Ramadewa,
ditinggalkah Sita sendiri tetapi dengan kekuatannya
Laksamana sempat membuat sengker / garis dengan
kekuatan pelindung, sipapun tidak akan bisa melewati
termasuk dewa. Karena itu Rahwana berubah wujud
menjadi Bhiku untuk menarik simpati Sita. Akhirnya Sita
keluar dari pelindung yang dibuat Laksamana kemudian
diculiklah Sita dan dibawa ke Alengka.
4. Kiskinda kanda
Setelah Sita dilarikan oleh oleh Rahwana ke Alengka,
Rama dan Laksamana begitu tidak melihat Sita di
pasraman langsung mencasinya ke tengah hutan.
Sampai di perjalanan bertemu dengan Burung Jatayu
dalam keadaan luka parah pada saat bertempur untuk
merebut dan menolong Sita dari tangan Rahwana.
Akhirnya Jatayu memilih untuk mati, karena
kebaikannya dia diberi pengentas ke sorga oleh
Ramadewa dengan sebuah panahnya. Kemudian
melanjutkan perjalanannya, bertemu Sugriwa untuk
meminta banduan agar dapat mengalahkan Subali
dalam memperebutkan Dewi Tara. Ramadewa kemudian
mebantu Sugriwa untuk mengalahkan Subali dan dapat
dikalahkan. Sugriwa setelah aman kemudian membantu
untuk membalas jasa, Rama dalam mencari Dewi Sita.
5. Sundara kanda
Dalam pencarian Sita, Anoman diutus sebagai duta
untuk menyelidiki Sita ke Alengka, dia berhasil menemui
Sita dan memberi cerita bahwa segera dijemput ke
Alengka. Selesai bercerita dengan Sita, Anoman sempat
ditangkap tetapi dengan kesaktianya melepaskan diri
dan sempat membakar Alengka sampai hangus.
Kemudian Anoman kembali melaporkan keadaan Sita
kepada Rama. Sugriwa langsung menyusun siasat agar
dapat menyebrangi lautan ke Alengka dengan membuat
jembatan yang disebut dengan Titi Banda.
6. Yudha kanda
Setelah jembatan Banda berhasil dibuat / dibangun,
Sugriwa mengerahkan pasukan keranya untuk
menggempur Alengka. Pertempuran yang sengit antara
kedua pasukan, dan pertempupan yang hebat terjadi
antara Rama dan Rahwana , tetapi dimenangkan oleh
Rama. Wibisana juga membantu. Mengingat jasa
Wibisana sangat besar akhirnya diangkat menjadi raja
Alengka. Kemudian Rama, Sita, dan Laksamana diiringi
oleh tentara kera kembali ke Ayodya. Setibanya di
Ayodyapura disambut oleh sang Bharata dan langsung
dinobatkan sebagai raja Ayodya.
7. Uttara kanda
Setibanya di kerajaan dan sudah lama memerintah ada
seorang rakyat menyangsikan keberadaan Sita waktu
disekap oleh Rahwana. Akhirnya Ramadewa menyuruh
Laksamana untuk mengantarkan Sita ke hutan dan
dipungut oleh Maharesi Walmiki dalam keadaan
mengandung.
Akhirnya tidak begitu lama Dewi Sita melahirkan dua
orang anak laki-laki kembar diberi nama Kura dan
Lawa. Setelah besar dididik oleh Maharesi Walmiki ilmu
perang, ilmu pemerintahan, dan nyanyian Ramayana.
Setelah Kusa dan Lawa dewasa terdeogar di Ayodya
diselenggarakan upacara ” Aswameda ” yaitu pelepasan
kuda berhias diiringi oleh prajurit, setiap yang berani
menghalangi perjalanan akan berhadapan dengan
Ramadewa. Tanpa disadari kuda itu melewati tempat
Kusa dan Lawa. Kemudian melihat kuda berhias
dipeganglah kuda itu dan ditangkapnya . Terjadilah
pertempuram sengit antara Ramadewa dan Kusa Lawa,
dan tidak ada yang menang atau kalah. Hal ini terliiat
lalu dihentikan oleh walmiki. Barulah diceritakan bahwa
mereka berdua adalah anak Rama. Diajaklah ke Ayodya
dan dinobatkan sebagai raja Ayodya. Setelah beberapa
lama Ramadewa kembali ke Wisnuloka dan Sita kembali
ke Ibu Pertiwi.

Anda mungkin juga menyukai