Anda di halaman 1dari 5

Huriya

1606905336 – Teknik Kimia


MPKS Wayang C

Kisah Ramayana

Alkisah di sebelah utara Sungai Gangga berdiri sebuah Kerajaan Kosala, dengan
ibukotanya bernama Ayodhya. Rajanya bernama Prabu Dasarata, ia yang memiliki tiga
permaisuri, yaitu Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu Dasarata mahir akan segala ilmu
filsafat agama. Karena itulah, Kerajaan Kosala mengalami kejayaan dan disegani oleh
kerajaan-kerajaan lain di seluruh dunia.

Namun, Prabu Dasarata bersedih karena tidak kunjung diberikan keturunan. Karena
itulah ia menyelenggarakan ritual agar segera dikaruniai anak. Semua perlengkapan upacara
sudah disediakan untuk mengundang para Dewa. Sang Maha Pendeta membacakan mantra
untuk menghadirkan Bhatara Siwa dalam bentuk api suci. Sesaji yang dipersembahkan dalam
ritual tersebut berbentuk santapan yang nikmat. Setelah ritual selesai, sesaji diserahkan Maha
Pendeta pada para permaisuri raja untuk disantap. Tak lama kemudian, para permaisuri
kesayangan Prabu Dasarata melahirkan anak laki-laki.

Dari permaisuri Dewi Kosalya lahirlah putra sulung, Sang Rama, yang konon
merupakan jelmaan Dewa Wisnu. Dari Dewi Kekayi lahir Bharata yang terkenal sakti,
sedangkan Dewi Sumitra melahirkan dua orang putra bernama Lakshmana dan Satrugna.
Empat putra raja itu diberi pelajaran panah memanah oleh Bagawan Wasista dan akhirnya
mereka menjadi pintar dan cekatan dalam memanah.

Pada suatu hari, Resi Wiswamitra meminta bantuan Sang Rama untuk melindungi
pertapaan di tengah hutan dari gangguan para raksasa. Setelah berunding dengan
Prabu Dasarata, Resi Wiswamitra dan Sang Rama berangkat ke tengah hutan ditemani
Lakshmana. Selama perjalanannya, Sang Rama dan Lakshmana diberi ilmu kerohanian dari
Resi Wiswamitra. Di lingkungan pertapaannya, Rama dan Lakshmana tak henti-hentinya
membunuh para raksasa yang mengganggu upacara para Resi. Ketika mereka
melewati Mithila, Sang Rama mengikuti sayembara yang diadakan Prabu Janaka. Ia berhasil
memenangkan sayembara dan berhak meminang puteri Prabu Janaka yang bernama Dewi
Sinta. Dengan membawa Dewi Sinta, Rama dan Lakshmana kembali pulang ke Ayodhya.

Prabu Dasarata yang sudah tua, ingin menyerahkan tahta kepada Rama. Atas
permohonan Dewi Kekayi, Sang Prabu dengan berat hati menyerahkan tahta kepada Bharata.
Sedangkan Rama dipaksa meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Walau ibunya dengki pada
Rama, tapi Bharata sangat baik hati. Ia justru menginginkan Rama sebagai penerus tahta,
namun Rama menolak dan menginginkan hidup di hutan bersama istrinya dan Lakshmana.
Akhirnya Bharata memerintah Kerajaan Kosala atas nama Sang Rama.

Dalam masa pengasingannya di hutan, Rama dan Lakshmana bertemu dengan berbagai
raksasa, termasuk raksasa wanita Surpanaka yang ingin menikahi Rama dan Lakshmana.
Namun keduanya menolak sehingga terjadilah pertempuran. Hidung Surpanaka terluka oleh
pedang Lakshmana. Surpanaka mengadu kepada saudaranya Rahwana bahwa ia dilukai oleh
Lakshmana dan Rama. Rawana menjadi marah dan berniat membalas dendam. Ia menuju ke
tempat Rama dan Lakshmana. Melihat kecantikan Sinta, Rahwana tergiur untuk menjadikan
Dewi Sinta istrinya.

Rahwana kemudian merencanakan tipu muslihat untuk menculik Dewi Sinta. Ia


memerintahkan raksasa Marica mengubah diri menjadi kijang keemasan dan melintas di
depan Rama dan Sinta. Melihat kijang rupawan itu, Sinta meminta Rama menangkapnya dan
memberikannya kepadanya. Namun karena tak kunjung kembali, Lakshama yang menunggu
dan menemani Sinta berniat mencari Rama. Untuk melindungi Sinta, sebelum pergi Lakshama
membuat lingkaran dimana Shinta tak boleh mengeluarkan anggota badannya sedikitpun dari
lingkaran itu.

Ternyata Rahwana tak berhasil menculik Sinta karena terhalang oleh lingkaran itu. Tapi
Rahwana tak kehilangan akal. Ia menyamar sebagai Brahmana yang mencari sedekah. Melihat
Brahmana menghampirinya, Sinta mengulurkan tangan keluar dari lingkaran untuk
memberikan sedekah. Padaha saat itulah Rahwana berhasil mengeluarkan Sinta dari lingkaran
dan membawanya ke Alengka. Burung Jatayu yang berusaha menghalangi, tewas oleh senjata
Rahwana. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Jatayu masih sempat
mengabarkan keadaan Sinta kepada Rama dan Lakshmana. Kebetulan saat itu mereka berhasil
membunuh Marica yang menyamar menjadi kijang emas tersebut. Tapi ketika mereka sampai
di lokasi ternyata Sinta sudah tidak ada.

Dalam mencari Sinta, Rama dan Laksamana berjumpa Raja Kera bernama Sugriwa dan
Hanuman. Dengan bantuan Rama, Sugriwa dapat merebut kembali Kerajaan Kiskenda dari
kakaknya yang lalim, Subali. Sebagai balas jasa Sugriwa membantu Rama untuk mendapatkan
kembali Sinta dengan bantuan Hanuman dan pasukan keranya. Mereka juga didukung pasukan
yang dipimpin Anggada, anak Subali.
Untuk mencapai Kerajaan Alengka yang dipimpin Rahwana, Sugriwa membangun
jembatan Situbanda. Dengan adanya jembatan itu, tentara Sugriwa yang
dibantu Hanuman dengan ribuan pasukan keranya (wanara), dapat menyeberangi Alengka.

Terjadilah pertempuran hebat antara Pasukan kera Sugriwa dan pasukan raksasa
Rahwana. Saat pertempuran tengah berlangsung, Hanuman berhasil masuk ke istana dimana
Dewi Sinta ditawan. Meski sempat tertangkap, ia berhasil meloloskan diri dan kemudian
membakar ibukota Alengka. Rahwana yang tahu kerajaannya diserbu, mengutus para
sekutunya termasuk puteranya yang bernama Indrajit untuk menggempur Rama.
Nasihat Wibisana, adiknya, diabaikan dan ia justru diusir. Akhirnya Wibisana
memihak Rama. Walau memiliki senjata sakti Nagapasa, Indrajit gugur di tangan Lakshmana.

Setelah sekutu dan para patihnya gugur satu persatu, Rahwana tampil ke muka dan
bertarung dengan Rama. Dengan senjata panah Brahmāstra yang sakti, Rama berhasil
menewaskan Rahwana. Setelah Rawana gugur, tahta Kerajaan Alengka diserahkan
kepada Wibisana. Rama, Sinta, dan Lakshmana pulang ke Ayodhya dengan selamat. Ketika
sampai di Ayodhya, Bharata menyambut mereka dan menyerahkan tahta kepada
Rama. Hanuman menyerahkan dirinya untuk mengabdi kepada Rama.

Tetapi, rakyat meragukan kesucian Sinta selama diculik Rahwana. Rama membelanya,
tapi Sinta tak ingin terus menerus dituduh. Ia pun melakukan upacara bakar diri untuk
membuktikan kesuciannya. Atas pertolongan Dewa Api, Dewi Sinta tak luka sedikitpun oleh
api. Rakyat Ayodhya akhirnya tak meragukan lagi kesucian Dewi Sinta dan menerimanya
sebagai Permaisuri Rama.

Kemudian Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki dan


melahirkan Kusa dan Lawa. Mereka kemudian kembali ke istana Sang Rama pada saat
upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka menyanyikan Ramayana yang dikarang oleh Rsi
Walmiki.
Kisah Mahabarata

Kisah Mahabarata bercerita mengenai kehidupan Prabu Santanu (Çantanu). Dia adalah
seorang raja keturunan keluarga Kuru yang menjadi raja kerajaan Barata. Dia mempunyai
permaisuri bernama Dewi Gangga, dan berputra Bisma. Bersama permaisurinya Dewi Gangga,
mereka dikaruniai seorang putra bernama Bisma.

Pada suatu hari Çantanu jatuh cinta pada seorang anak raja nelayan bernama Setyawati.
Namun ayahanda Setyawati hanya mau memberikan putrinya jika Çantanu kelak mau
menobatkan anaknya dari Setyawati sebagai putra mahkota pewaris tahta. Karena syarat yang
berat ini Çantanu terus bersedih. Melihat hal ini, Bisma yang tahu mengapa ayahnya demikian,
merelakan haknya atas tahta di Barata diserahkan kepada putra yang kelak lahir dari Setyawati.
Bahkan Bisma berjanji tidak akan menuntut itu kapan pun dan berjanji tidak akan menikah
agar kelak tidak mendapat anak untuk mewarisi tahta Çantanu.

Perkawinan Çantanu dan Setyawati melahirkan dua orang putra masing-masing


Citranggada dan Wicitrawirya. Namun kedua putra ini meninggal dalam pertempuran tanpa
meninggalkan keturunan. Karena takut punahnya keturunan raja, Setyawati memohon kepada
Bisma agar menikah dengan dua mantan menantunya yang ditinggal mati oleh Wicitrawirya,
masing-masing Ambika dan Ambalika. Namun permintaan ini ditolak Bisma mengingat
sumpahnya untuk tidak menikah.

Akhirnya Setyawati meminta kepada Wiyasa, anaknya dari perkawinan yang lain,
untuk menikah dengan Ambika dan Ambalika. Perkawinan dengan Ambika melahirkan
Destarasta dan dengan Ambalika melahirkan Pandu. Destarasta lalu menikah dengan Gandari
dan melahirkan seratus orang anak, sedangkan Pandu menikahi Kunti dan Madrim tapi tidak
mendapat anak. Nanti ketika Kunti dan Madrim kawin dengan dewa-dewa, Kunti melahirkan
3 orang anak masing dengan dewa Darma lahirlah Yudistira, dengan dewa Bayu lahir
Werkodara atau Bima dan dengan dewa Surya lahirlah Arjuna. Sedangkan Madrim yang
menikah dengan dewa kembar Aҫwin, lahir anak kembar bernama Nakula dan Sadewa.

Selanjutnya, keturunan-keturuan itu dibagi dua yakni keturunan Destarasta disebut


Kaum Kurawa sedangkan keturunan Pandu disebut kaum Pandawa. Sebenarnya Destarasta
berhak mewarisi tahta ayahnya, tapi karena ia buta sejak lahir, maka tahta itu kemudian
diberikan kepada Pandu. Hal ini pada kemudian hari menjadi sumber bencana antara kaum
Pandawa dan Kurawa dalam memperebutkan tahta sampai berlarut-larut, hingga akhirnya
pecah perang dahsyat yang disebut Baratayuda yang berarti peperangan memperebutkan
kerajaan Barata.

Peperangan diawali dengan aksi judi dimana kaum Pandawa kalah. Kekalahan ini
menyebabkan mereka harus mengembara di hutan belantara selama dua belas tahun. Setelah
itu, pada tahun ke-13 sesuai perjanjian dengan Kurawa, para Pandawa harus menyembunyikan
diri di tempat tertentu. Namun para Pandawa memutuskan untuk bersembunyi di istana raja
Matsyapati. Pada tahun berikutnya, para Pandawa keluar dari persembunyian dan
memperlihatkan diri di muka umum lalu menuntut hak mereka kepada Kurawa. Namun
tuntutan mereka tidak dipenuhi Kurawa hingga terjadi perang 18 hari yang menyebabkan
kalahnya kaum Kurawa. Dengan demikian, kaum Pandawa kemudian mengambil alih
kekuasaan di Barata.

Referensi:

Anehdidunia.com. 2017. Kisah Ramayana Bercerita Kehidupan Dan Cinta. [ONLINE]


Available at: http://www.anehdidunia.com/2014/09/cerita-ramayana.html [Diakses 12
Maret 2017].
Cerita Populer. 2015. Ramayana: Kisah Cinta Rama dan Sinta. [ONLINE] Available
at: http://www.ceritapopuler.com/2014/08/ramayana-kisah-cinta-rama-dan-sinta.html.
[Diakses 12 Maret 2017].
Esther, Yudi. 2017. Cerita Mahabarata - Sinopsis - Versi Jawa dan India. [ONLINE]
Available at: http://www.dee-nesia.com/cerita-mahabarata/. [Diakses 12 Maret 2017].
Wasiwa. 2017. Ringkasan Cerita Mahabharata | Wasiwa. [ONLINE] Available
at: http://www.wasiwa.com/2014/01/ringkasan-crita-mahabharata.html. [Diakses 12
Maret 2017].

Anda mungkin juga menyukai