Anda di halaman 1dari 9

RUDRA SAMHITA

Muni Suta kemudian lebih jauh lagi menceritakan Samhita baru yang bernama Rudra
Samhita.

Tapasya Narada dan Keangkuhannya


Suatu kali Narada melakukan tapasya yang kusyuk sehingga surgawi berguncang. Indra
mengirimkan Manmadha dan memerintahkannya untuk mengganggu dan membuat konsentrasi
Narada buyar saat ia melakukan tapasya.
Narada duduk di tempat dimana sebelumnya di tempat itu, Ia telah dibakar oleh mata
ketiga Dewa Siwa. Pada saat itu, Dewa Siwa mengatakan bahwa tempat ini akan membuat
mantra Manmadha tidak ampuh dan bekerja. Narada tidak tahu akan hal ini.
Setelah beberapa saat Narada membuka matanya dan mengetahui apa yang telah terjadi.
Terpengaruhi oleh maya, ia berpikir bahwa kekuatannyalah yang bisa mengalahkan Manmadha.
Ia mengira bahwa tapasyanya telah membuahkan hasil. Ia menghentikan diksha-nya dan pergi ke
Kailasha. Ia menghadap Siwa dan mengatakan bahwa ia telah mengalahkan Manmadha.
Siwa merasa kasihan dan menenangkan Narada yang berapi-api. Sankara yang memiliki
tiga mata menyarankan Narada untuk tidak terlalu bangga, sombong dan memuji dirinya sendiri.
Ia kemudian memberikan penghormatan pada Siwa dan pergi ke Satyaloka, untuk mengunjungi
ayahnya Brahma. Ia mengulangi apa yang telah ia ceritakan pada Siwa dengan kesombongan
yang sama. Brahma juga mengingatkan Narada tetapi Narada pergi ke Wisnuloka. Narayana
sendiri datang untuk memberikan penghormatan pada Narayana.
Wisnu mendengarkannya sesaat dan menyadari bahwa Narada telah melihat maaya
Siwa. Ia juga memuji Narada, yang membuatnya semakin sombong. Ini membuat Narada
semakin membual tidak hanya sekali tetapi berkali-kali. Kemudian ia meminta ijin pada Wisnu
untuk pergi dan kemudian berkelana ketiga Loka.

Maaya Wisnu dan kesombongan Narada yang runtuh


Saat Narada pergi, Dewa Wisnu menciptakan dengan kekuatannya sebuah ilusi, sebuah
kota, seorang raja dan seorang putri. Narada sampai ke kota itu.
Raja kota itu bernama Silanidhi menyuruh putrinya, Srimati untuk menyambut Maharsi.
Raja meminta maharsi untuk memberikan berkah pada putrinya dengan nasib yang baik pada
malam Swayambaranya (memilih suami sendiri). Narada sendiri sangat tertarik dengan gadis ini.
Kekuatan Manmadha pada dirinya tak tertahankan. Ia sangat ingin memilikinya sebagai istri. Ia
juga memutuskan untuk menjadi suami dengan mengawininya.
Narada menemui wisnu untuk meminta tolong. Ia memohon Wisnu untuk memberikan
ketampanannya. Narayana sendiri terseyum dan berubah menjadi seorang pria yang sangat
tampan. Tetapi wajahnya berbeda. Karena Narada tidak melihat wajahnya, ia tidak tahu
bagaimana sebenarnya wajahnya itu. Wisnu juga disebut dengan Hari; Hari berarti selain arti
yang lain, juga berarti kera. Narada menjadi sangat gagah namun ia berwajah kera.
Narada pergi ke Swayambara itu itu. Dua pendeta duduk di samping Narada, juga yang
adalah maaya. Pada saat yang sama Wisnu sendiri datang ke Swayambara itu. Srimati tidak
melirik siapapun, kecuali Dewa Wisnu dan menjatuhkan kalungan bunganya pada leher Dewa
Wisnu dan menjadikan Dewa Wisnu pasangannya.
Narada, telah ingin memiliki Srimati, pertama kali melihatnya. Pendeta yang berada di
sampingnya meminta Narada melihat wajahnya di cermin. Narada melihat wajah seekor kera.
Dalam amarah yang besar, Ia ingin membalas perbuatan Dewa Wisnu, bahkan ia ingin
mengutuknya. Ia juga mengutuk dua brahmana yang menyamar untuk terlahir sebagai raksasha.
Karena masih marah iapun pergi ke Vaikunta untuk mengutuk Wisnu.

Kutukan Narada pada Wisny

Begitu Narada sampai di Vaikuntha, ia menuduh Dewa Wisnu menipunya. Begitu ia


melihatnya, ia langsung mengutuknya. Seperti engkau menipuku gara-gara seorang wanita,
dengan menyamar menjadi raja, engkau juga akan menderita karena berpisah dengan seorang
wanita, kau juga akan menderita sebagai manusia, yang terpisah dari pasangan hidupmu. Dan
dengan wajah kera seperti yang kau berikan untukku maka engkau akan dibantu untuk menyatu
dengannya lagi.
Dewa Wisnu menenangkan Narada. Kemudian ia memuja Dewa Siwa. Saat itu juga Siwa
membebaskan Narada dari pengaruh ilusi. Narada tenang kembali. Kemudian ia sadar dengan
apa yang terjadi. Iapun memohon ampun pada Dewa Wisnu. Kemudian Dewa Wisnu
mengatakan bahwa itu semua adalah lila Dewa Siwa. Ia memberitahunya, seorang jnani harus
selalu memuja Siwa, Ia yang menaklukkan kematian mrutyunjaya. Atas nasehat Wisnu, Narada
memohon pada Brahma untuk mengajarinya cara memuja dan memperoleh berkah Dewa Siwa.

Brahma memberikan Siwajnana pada Narada


Kata Brahma:
Narada! Anakku Aku dan Narayana, tidak memiliki pengetahuan yang penuh tentang
Siwa Jnana. Siwa adalah keajaiban dari semua keajaiban.
Pada saat pralaya segalanya akan dihancungkan. Tidak akan ada siang ataupun malam.
Tidak akan ada unsur apapun (panchabhoota) atau panchatanmatra. Kamudian Ia yang tanpa
awal, tanpa akhir, tanpa bentuk, wujud dan evolusi, Ia yang bersinar, tanpa akhir dan abadi. Ilah
Siwa, Ialah Siwa.
Parama ini (yang mutlak, pasti dan abadi) akan menciptakan sebuah murti- untuk
memulai sekali lagi dan memberinya nama Sadasiwa. Bersama dengannya akan ada Shakti dua
kekuatan yang adalah satu.
Shakti ini atau Sakaleshwari memiliki satu wajah dan Sadasiwa memiliki lima wajah.
Siwa dalam wujud cahaya dan terang. Siwa tinggal bersama dengan Sakaleshwari. Itulah
Shivaloka, Kashi dan Anandavana. Di tempat itu, mereka mengaduk lautan chitta (pikiran-hati-
intelek) dan disebelah kirinya ada aliran air kehidupan. Kemudian makhluk yang sangat tampan,
damai, memegang teguh kebenaran, Ia yang menggunakan busana yang sangat indah dan
memiliki lengan yang amat kuat. Ia berdoa pada Siwa untuk memberinya nama dan Ia diberi
nama Wisnu yang menyerap ke dalam semuanya. Dewa Siwa kemudian meminta Wisnu untuk
melakukan meditasi (tapasya). Ia melakukan tapa selama dua belas ribu tahun surgawi. Bahkan
pada saat itupun ia belum mendapatkan berkah Siwa. Suara langit (akashvani) memintanya terus
melanjutkan tapasya-nya. Setelah sekian lama, maya Siwa menciptakan aliran sungai dan aliran
itu mengalir melalui Wisnu. Ketika ia berbaring, air itu terlihat begitu menggoda. Karena lelah
karena tapasya yang ia lakukan dan juga kekaguman akan beningnya air itu, Wisnu tertidur.
Karena ia tidur saat melihat air sebagai ayana maka iapun diberi gelar Narayana Nara artinya
air.
Sebelum Narayana sadar akan tiga guna (satwik, rajasik dan tamasik) ahamkara, kelima
unsur (panchabhuta) dan lima tanmatra dan jnana dan karmendriya- dalam ke dua puluh empat
tattwa ia menjadi manusia. Ia sendiri adalah Chaitanya. Yang berbeda darinya adalah bahwa ia
adalah air, air dan air.
Pertikaian antara Brahma dan Wisnu- bermanifestasilah Siwa

Dari atas pusar Narayana, sebuah lotus muncul sedangkan ia tidur terus menerus untuk
waktu yang lama tanpa akhir. Sejak saat itu ia diberi gelar sebagai Kamalanabha.
Saat ini terjadi, batang dibawah lotus terus berkembang dan membentuk hingga ke daerah
selatan. Siwa menciptakan Brahma dan meletakkannya pada lotus yang tumbuh pada pusar
Wisnu. Oleh karena itu Brahma kemudian diciptakan dengan lima wajah, ia kemudian dikenal
dengan Brahma yang memiliki empat wajah (Chaturmukha Brahma). Karena ia memiliki emas
pada perutnya oleh karena itu ia disebut dengan Hiranyagarbha. Karena tinggal di dalam bunga
lotus itu, Brahma tidak mengetahui apa- apa selain lotus itu. Ini semua adalah maya Siwa.
Karena ingin mengetahui dimana ujung tangkai bunga lotus, iapun memanjat selama ratusan
tahun, dan tidak tahu dimana tangkai itu berawal. Tangkai itu terus tumbuh. Ia kemudian
melakukan perjalanan selama ratusan tahun juga tetapi tetap saja belum menemukan bunga.
Kemudian ia mendengar suara suci dan memutuskan untuk melakukan tapasya. Ia kemudian bisa
melihat Wisnu, dan Ia sangat kagum dengan keagungan Wisnu. Pada saat itu Brahma
menangkap Dewa Wisnu saat ia tidur. Wisnu mencoba untuk menjelaskan pada Siwa tetapi
Brahma mengatakan bahwa Ialah pencipta. Ia terlahir sendiri, dan bukan melalui Wisnu.
Pertikaian ini terus berlanjut dan Wisnu kemudian semakin ingin menjelaskan. Pertikaian ini
terjadi dalam waktu yang cukup lama. Siwa kemudian berubah menjadi pilar api. Ia muncul
sebagai lingga. Kemudian Brahma dan Wisnu tidak berada dalam pengaruh maya Siwa lagi.
Kemudian mereka berdua memuja Siwa. Siwa sangat terkenan. Bagian selatan lingga seperti
huruf pertama a. Di bagian utara seperti u; m seperti chandramandala lapangan yang
menyerupai bulan. Diatasnya terdapat ananda- kesenangan- yang dipenuhi dengan Kenyataan
yang Mutlak. Inilah yang memperlihatkan Siwa-tatwa. Kemudian muncullah seorang rsi. Ia
kemudian menjelaskan pada Brahma dan Wisnu bahwa Mahadewa adalah manifestasi dari
Shabda suara dan Paramatma diatas, baik manas ataupun vaak. Ia adalah semua alasan dari
semua yang ada. Ia disebut dengan om (Ia adalah laki-laki, perempuan dan juga benda). Dari
a u m, Brahma Wisnu dan Maheswara muncul dengan membawa tiga fungsi penciptaan,
pemeliharaan dan penghancuran. M adalah prinsip kewanitaan dan a adalah laki-laki dan u
adalah kshetra- medan. Nada suara- adalah penghubungnya. Kemudian muncullah Brahmanda
dan terendam dalam hujan surgawi, Brahmanda dibagi menjadi dua: bagian atas seperti dunia
atas dan bagian bawah seperti dunia manusia dan lain sebagainya. Pada saat sang rsi
menceritakan hal ini, pendengar mendengarkan dengan penuh seksama. Dan kemudian dengan
berbagai perhiasan, kulit yang berwarna keabu-abuan, memiliki lima wajah dan sepuluh tangan,
seorang pria pemberani muncul dengan tersenyum: a adalah mahkota, aa adalah dahi dan lain
sebagainya. Semua aksara suci ini ada pada makhluk surgawi ini. Makhluk ini memiliki semua
nyanyian surgawi dan juga mantra yang lainnya. Wisnu kemudian membentuk semua. Beberapa
membentuk Isana, tataparusha, aghora, vamadewa, sadyojata dan bentuk dari semu mantra
muncul sebagai Parabrahma omni-huruf. Brahma dan Wisnu kemudian menyebut shabda
parabrahma sebagai lokeshwara, Makhluk yang tertinggi.

Siwa mengajari Brahma dan Wisnu


Paramasiwa yang menyerap dalam semua, melalui pengetahuannya memberikan Brahma
dan Wisnu semua Weda. Kemudian Dewa Brahma dan Wisnu mengajarkan mereka cara
memuja-Nya dan cara mencapai kediamannya.
Kata Siwa pada mereka:
Meditasi dan perenungan padaku dan keagunganku akan menjadi sangat suci dan
memberikan anugerah. Pujalah lingga yang berada dihadapanmu. Aku akan memenuhi keinginan
semua pemuja dalam wujudku ini. Pemujaan dengan menggunakan Lingga adalah yang
termudah dan terbaik.
Brahma! Menciptalah. Aku akan muncul dari dahimu sebagai Rudra. Uma berada dalam
diriku adalah prakruti. Bentuk kedua prakruti, Saraswati akan di bawa oleh Wisnu,bentuk yang
ketiga adalah Lakshmi, akan dibawa oleh Wisnu. Bentuk lain adalah Kaali, bentuk yang diambil
oleh Wisnu. Bentuk yang lain adalah Kali, wujudku yang akan tertarik pada Rudra pada medan
internal dan eksternal yang dipenuhi dengan Rajoguna. Keempat Warna dan keempat ashrama
diciptakan olehnya berada di dalam tamoguna dan diluar wujud Rudra adalah Satwa tetapi
muncul sebagai tamoguna. Rudra akan mengambil fungsi yang ketiga, penghancuran. Wisnu dan
Brahma akan memuja-Ku dan kalian berdua akan memuja Rudra. Bahkan, tidak ada perbedaan
diantara ketiganya. Karena lila-Ku Trimurti akan menjadi satu dan sama. Pemuja Siwa manapun
yang menyalahkan salah satu dari Trimurti maka akan kehilangan punia (pahala baik). Dengan
melindungi kebaikan dan memberikan pemuja kenyamanan dan kemewahan, kalian berdua
jalankanlah tugas ini.
Narayana! Tanpa menyakiti ciptaan Brahma, membunuh, mengambil berbagai wujud,
menarik pemuja yang sangat banyak lakukalah kewajibanmu. Jika ada yang bisa aku lakukan
maka akan aku lakukan. Kemudian merekapun menentukan ayush-kala.

Waktu yang ditentukan oleh Siwa


Bagi Brahma, empat ribu tahun yuga adalah sehari dan empat ribu tahun yang lain adalah
satu malam. Tiga puluh hari dua lakh empat puluh ribu tahun adalah sebulan. Dua belas
bulannya adalah setahun. Umur Brahma adalah ratusan tahun seperti ini. Dua puluh lakh delapan
puluh ribu adalah satu hari bagi Wisnu dan umur Wisnu adalah ratusan tahun. Jika satu tahun
Wisnu- melewati sehari- untuk ratusan tahun dengan hari seperti ini, Rudra menjadi Nara
(manusia) dan tenggelam dalam diriku.
Kemudian aku akan ada. Dari tarikan nafasku, Shakti yang agung akan muncul. Dari
hembusan nafasku Brahma, Wisnu dan Maheswara dan raja lain seperti Garuda, Uraga dan
Gandharwa akan muncul (terlahir).
Enam penarikan nafas adalah satu kshana (saat). Enam puluh kshana adalah satu jam.
Dua puluh jam seperti ini adalah satu hari. Bahkan aku tidak bernafas. Aku tidak menarik atau
menghembuskan nafas. Aku melampaui semua hal, semua pengukuran, Aku tidak berakhir,
abadi.
Setelah mengatakan semua itu ia memberikan semua yang bisa ia ajarkan. Sejak saat itu
pemujaan lingga dilakukan. Mereka yang membaca cerita ini di hadapan lingga selama enam
bulan akan mencapai Siwarupa.

Prosedur untuk Pemujaan Siwa


Seperti yang disebutkan dalam kitab suci, terdapat prosedur pembersihan- dimulai
dengan menggosok gigi, mandi dll. Kemudian pada saat menghaturkan upacara- ritual, yang
jumlahnya enam belas- mantra tertentu harus diucapkan. Upacara ini adalah: dhyana, avahana,
arghya, paadya, snana, vastram, yajnopavitram, dhoop, deep, naivedya dll dalam urutan tertentu.
Beberapa dewa menghaturkan pemujaan pada Lingga dalam beberapa hari bergantung
dari lingga yang dibuat. Lingga bisa dibuat dari permata (batu berharga), emas, perak atau
bahkan tanah-liat.
Dari semuanya, yang paling berharga dan sangat ampuh adalah Bhavalingga, yang
terdapat pada Bhaa pada pikiran. Tetapi ini hanya memungkinkan bagi seorang yogi dari
jajaran tertinggi. Manusia biasa hanya bisa memuja sthula Lingga (lingga biasa).
Untuk memenuhi keinginan, bunga dalam jumlah tertentu dihaturkan. Tidak hanya bunga
saja, tetapi juga biji-bijian yang digunakan dalam Shivarchana pemujaan Siwa untuk mencapai
tujuan tertentu dan memenuhi keinginan pemuja.
Abhiseka adalah memandikan patung dewa dengan air, susu, madu dan gula serta sari
buah dll dan juga air dari sungai Gangga ini akan menghasilkan pahala yang baik dan juga
berkah dari surgawi.

Awal Penciptaan
Suta Muni melanjutkan:
Para Rsi dan orang suci!
Setelah memanifestasikan lingga dan mengajarkan pelajaran pada Brahma dan Wisnu,
Siwa menghilang. Kemudian Brahma memulai penciptaan dengan bantuan Wisnu. Wisnu
menuju Brahmanda dan tinggal disana.
Kemudian Brahma menciptakan telur yang sangat besar dengan dua puluh empat tattwa.
Itulah viratrupa wujud makro. Tidak tahu dengan apa yang harus dilakukan, Brahma meminta
nasehat Wisnu. Wisnu bermanifestasi dihadapan Brahma.
Wisnu, menjadi tak berwujud, ia masuk ke dalam telur. Ketika ribuan tangan, kaki dan
kepala memasukinya telur ini mengalami kesadaran.
Brahma memulai penciptaan kembali. Kemudian lahirlah awidya (kebodohan), tamas
(kegelapan) dan semuanya. Kemudian muncullah pepohonan, gunung dan semua benda diam
(sthaavara). Burung-burung dan binatang liar mengikuti. Kemudian muncullah manusia. Dengan
semua ini Brahma sangat bahagia.
Sargam adalah tatwa penciptaan yang agung. Suksma Panchabhuta dan Panchakrita
bhuta adalah jenis pembentukan. Ketiganya, lima unsur dan lima mahattwam semuanya menjadi
delapan penciptaan awal. Yang kesembilan adalah kaumara. Dalam keadaan ini Sanaka, Sananda
dan orang suci lainnya terlahir. Brahma meminta mereka ikut dalam penciptaan. Tetapi mereka
tidak mau dan pergi. Brahma merasa kecewa karena ciptaannya tidak mau mematuhinya. Ia
sangat sedih dan atas saran Wisnu, Iapun memuja Siwa.

Munculnya Rudra
Dari mata Brahma muncullah Maheswara sebagai ardhareehwara (setengah laki-laki dan
permpuan). Bersamanya ia menciptakan rudra gana kelompok pelindung. Inilah cerita tentang
munculnya Rudra, Ia yang menghancurkan semua dosa.
Brahma memuja-Nya dan berdoa bagi penciptaan yang adalah subyek kelahiran, umur
tua dan penyakit. Tetapi Rudra mengatakan bahwa yang ia lebih sukai adalah membebaskan
manusia dari kesedihan dan mengangkat mereka. Ia memberitahu Brahma untuk menciptakan
manusia seperti yang ia sarankan dan memberikan ia anugerah. Setelah itu Rudra pergi.

Susunan Srishti (Penciptaan)


Penciptaan Brahma dimulai lagi. Lima mikro yaitu shabda, sparsha, rupa, rasa dan
gandha (suara, sentuhan, rasa dan bau) bersatu dengan lima unsur makro. Kemudian muncullah
sifat statis dan dinamis. Dari matanya muncullah Marichi, Bhrugu muncul dari jantungnya,
Angirasa muncul dari kepalanya dan lain sebagainya.
Kemudian, diinspirasi oleh Siwa, ia mengubah setengah dari dirinya untuk menjadi
permpuan, sedangkan setengah dari dirinya sebagai pria. Dari keduanya kemudian lahirlah
Swayambhu Manu adan bersama dengannya seorang yogini yang bernama Shatarupa. Kemudian
keduanya disatukan oleh Brahma. Mereka memiliki putra Priyavrata dan Uttanapada, dua putra
dan tiga putri; Akuti, Devahuti dan Prasuti. Akuti menikah dengan Ruchi, Devahuti menikah
dengan Kardama dan Prasuti menikah dengan Daksha.
Dari Akuti dan Ruchi, lahirlah Yajna dan Dakshina. Mereka dinikahkan dan memiliki
dua belas putra. Devahuti dan Kardama memiliki dua belas putri. Prasuti dan Daksha memiliki
dua puluh empat putri. Ketiga belasnya menikah dengan Dharma. Mereka adalah; Shraddha,
Lakshmi, Dhriti, Tushthi, Pushthi, Medha, Kriya, Buddhi, Lajja, Vasuvu, Santhi, Siddhi, dan
Kirti. Sebelas yang tersisa; Khyati dengan Bhrigu, Niti dengan Dharma, Sambhuti dengan
Marichi, Smriti dengan Angirasa, Priti dengan Paulasthya, Kshama dengan Pulaha, Sannuti
dengan Kratu, Anurupa dengan Atri dan Vurja dengan Vasistha, Swaaha dengan Agni dan
Suddha dengan Daksha.
Juga dipercaya bawa Daksha memiliki enam puluh putri. Tetapi pada masing-masing
kalpa, kejadian yang muncul berbeda. Tetapi cerita dasarnya tetap sama. Dari keenam puluh
putrinya, Daksha memberikan sepuluh diantaranya pada Dharma, dua puluh tujuh pada Chandra,
tiga belas diantaranya pada Kashyapa, empat diantaranya pada Garutman, dan satu pada masing-
masing orang yaitu pada Bhrigu, Angirasa dan Krishaasva.
Yang lebih penting lagi, Kashyapa dengan anaknya yang terlahir dari tiga belas istrinya
memenuhi dunia. Ia memenuhi semua dengan sthavara dan jangama, statis dan dinamis. Dewata,
rsi, raksasa, pohon-pohonan, burung dan pegunungan serta ular adalag keturunan Kashyapa.
Itulah mengapa semua ciptaan disebut denan Kashyapi dan bumi juga disebut dengan Kashyapi.
Siwa menerima putra Daksha Sati. Haruslah dicatat bahwa Wisnu terlahir dari bagian kiri
Sarveshwara, Dhata dari kanan dan Rudra dari jantungnya. Haruslah dicatat ketiganya adalah
sama. Adishakti sendiri menciptakan Lakshmi, Saraswati dan Dakshayani pasangan ketiga dewa
ini. Lakshmi adalah Tamas, Saraswatu adalah Rajas dan Sati adalah Satwa.
Kaalika, Chamunda, Jaya, Vijaya, Jayanthi, Bhadrakaali, Durga, Bhagwathi, Kameswari,
Kamada, Amba, Mridani, Ambika, Sarvamangala- semuanya adalah nama dari Sati Dewi yang
agung. Nama yang berbeda berasal dari lilanya.
Di Siwaloka, Siwa bersama dengan Adishakti dalam penyatuan. Parameshwara berada
dalam manifestasi Purwa awatara. Ia tinggal di Kailasha. Segalanya mungkin akan sirna namun
Kailasha akan ada selamanya dan abadi.
Sehingga Narada diajari oleh Brahma dan kemudian diteruskan oleh Muni Suta pada
Saunaka dan rsi serta orang- suci lainnya.
Suta juga memberikan para rsi dan orang suci lainnya seratus delapan nama Siwa dalam
pemujaanya. Ia juga menjelaskan arti dari seratus delapan nama itu.

Cerita Gunanidhi
Narada bertanya pada Brahma kapan Siwa akan pergi ke Kailasha, bagaimana caranya
dan mengapa ia bersahabat dengan Kubera dan lila apa yang ia mainkan ketika berinkarnasi
Maheswara. Kata Brahma pada Narada dan juga Muni Suta serta pada Saunaka.
Pada jaman dahuludi kota Kampilya hiduplah seorang Brahmana yang bernama
Yajnaduta. Ia diberkahi dengan memiliki seorang putra yang ia berinama Gunanidhi harta
karun yang berharga. Setelah melalui sebuah upacara upanayana kemudian ia kemudian dikirim
pada seorang guru. Anak ini tumbuh menjadi dewasa dan iapun berteman dengan orang yang
jahat. Ia memiliki banyak sekali kebiasaan buruk. Ayahnya, yang selalu sibuk tidak pernah
memiliki waktu untuk anaknya. Ibunya terlalu mencintai anaknya dan memanjakannya.
Kemudian Gunanidhi menjadi seorang penjudi dan juga orang yang jahat. Ia
menghabiskan semua uangnya. Kemudian ia mencuri barang-barang dan menjualnya. Ia
menghabiskan semua uangnya dalam perjudian. Suatu kali ketika akan mandi, ayah Gunanidhi
memberikan pada istrinya cincin berlian. Dan Ia lupa dimana meletakkannya, hingga
Gunanidhipun mencurinya dan menjualnya. Semua uangnya ia habiskan dalam perjudian.
Gunanidhi tanpa sengaja melihat cincinnya pada jari tangan orang lain dan menanyai orang itu.
Yajnadutta tahu bahwa anaknya telah menjadi seorang berandal dan seorang penjudi. Takut
ayahnya menghukumnya, Gunanidhi pergi dari rumahnya.
Dalam beberapa hari Gunanidhi bahkan tidak memiliki uang yang bisa ia pakai untuk
makan. Pada saat ia duduk di bawah pohon, marah dan sangat lapar, hidungnya bisa
menciumnbau makanan yang amat lezat, makanan yang akan di bawa ke Mandir Siwa. Ia
mengikuti pemujanya ke kuil. Ia menunggu saat yang tepat untuk mencuri makanan itu. Ia
melihat pemujaan itu dari kejauhan. Setelah semua orang tidur ia menyelinap mencuri makanan.
Lentera nyaris padam. Ia kemudian menyobek pakaian dalamnya. Mencelupkannya pada minyak
dan membuat lentera kecil itu menyala lagi. Ia memasukkan makanan ke dalam bungkusan yang
ia bawa dan kemudian ia menginjak seseorang hingga orang itupun menangis dan berteriak. Ia
tertangkap dan dipukul dengan sebatang tongkat. Kepalanya pecah dan iapun mati seketika.
Ketika utusan Dewa Kematian, Yama datang untuk menjemput suksma prana-nya, utusan
Siwa mencegahnya. Arwah Gunanidhi yang telah mati tertahan di kuil itu, melakukan puasa dan
menyaksikan pemujaan Siwa, iapun menghidupkan cahaya lentera di kuil itu. Semua dosanya
terhapus. Kemudian ia dibawa ke Siwaloka, bukan ke neraka. Utusan Siwa diperintahkan untuk
tidak menyentuh siapapun yang memuja Siwa siapapun itu.
Kemudian Gunanidhi terlahir sebagai putra seorang raja di kerajaan Uthal. Ia bernama
Damana. Dalam kehidupannya sebagai Damana, ia adalah pengikut dharma, yang berbakti dan
melakukan kebenaran. Kemudian ketika ia meninggal iapun menjadi cucu Brahma Wiswavasu.
Karena kebaikan yang ia lakukan dalam kelahirannya terdahulu, ia mampu melihat kelahirannya
di masa lalu. Ia menjalani kehidupan sebagai seorang pemuja Siwa yang taat. Ia memasang
Lingga Siwa di tepi sungai Bhagirathi dan kemudian melakukan tapasya. Dewa Siwa amat
berkenan dengan pemujaan yang ia lakukan, Iapun bermanifestasi dengan pasangannya, Shakti.
Pasangan Siwa dan Shakti ini memberkahinya dengan wujud yang menakjubkan dan
menamainya Kubera. Kemudian Kubera diberikan kekuasaan untuk memerintah Alakapuri.
Ketika Kubera meminta anugerah, Dewa Siwa akan tinggal di dekat Alakapuri agar ia bisa dekat
dengan pemujanya.
Setelah mencapai tempat tinggalnya, Dewa Siwa memainkan dhamaruka. Nada (suara
yang berasal dari dhamaruka) memenuhi jagat-raya. Semua malaikat dan dewa datang kesana
untuk mendapatkan Darsana Siwa. Banyak sekali para rsi, orang suci dan pemuja lain serta siwa
gana dengan para pemimpinnya datang dengan tangan tercakup dan membungkuk memberikan
penghormatan. Bangunan yang sangat besar dibuat agar dapat memuat semua orang oleh
Vishwakarma. Dewa Siwa menempati kediamannya. Setelah itu semuanya kembali ke rumah
mereka. Sehingga Siwapun memberikan Kubera sahavasa-Nya (menemaninya).
Para rsi dan orang suci meminta Suta bagaimana shaktinya adalah putri Daksha dan juga
putri Himavan. Kemudian Suta menjelaskan cerita tentang kisah surgawi, untuk mendengarkan
cerita yang suci dan memberikan keberuntungan.

Cerita Tentang Kshupa dan Dadichi


Dadhichi adalah seorang pemuja Siwa yang taat. Ia memiliki seorang teman baik seorang
Raja Kshatriya, Kshupa yang adalah pemuja Wisnu. Tetapi karena hari yang buruk keduanyapun
bertengkar. Masing-masing merasa bahwa mereka yang paling baik. Sang Raja adalah seorang
kshatriya dan Dadhichi adalah seorang Brahmana.
Dalam amarah, Dadichi memukul sang raja dengan knuckles nya. Karena jugamarah sang
Raja pun memukulnya dengan permata. Pada saat jatuh, Dadichi ingat kepada Sukracharya, guru
para raksasa. Sukra memberinya Mrutyunjaya mantra. Siwalah yang dipuja apabila
mengucapkan mantra itu. Ketika Ia Muncul, ia memujanya dan memohon agar tulangnya kuat
seperti batu permata. Ia juga memohon dua hal lagi; tidak akan bisa dibunuh oleh siapapun dan
tidak akan pernah terhina.
Kemudian Dadhichi melanjutkan pertarungan itu dan menendang Kshupa di dadanya.
Raja kemudian memukul Brahmana itu dengan permatanya, tetapi Brahmana ini tidak terluka.
Mengetahui ini adalah sebuah anugerah dari Tuhan, Kshupa melarikan diri dan bertapa di hutan.
Wisnu kemudian muncul dan memberitahu bahwa pemuja Siwa adalah bagaikan Siwa sendiri.
Keduanya menuju pertapaan Dadhichi. Ia meminta Dadhichi untuk menyerah, tetapi ia menolak.
Kemudian Wisnu bermanifestasi dengan virata-rupa-nya. Dadichi memberitahu Wisnu bahwa
dengan berkah Siwa pula ia bisa menunjukkan Viraat rupa-nya.
Kshupa sangat terkesima. Brahma datang menemui Dadichi dan ia mengutuk Wisnu.
Kemudian Kshupa memberitahu Brahma, bahwa ialah yang salah.
Walaupun orang-orang meninggal pada saat yajna Daksha, dengan satu mantra dari
Dadhichi maka mereka akan terlahir kembali. Itulah berkah Dadhichi. Ia mengatakan bahwa
semua yang terbunuh di dekat tempat yajna maka atas lila Siwa akan hidup lagi.
Cerita ini semakin jauh sehingga setelah yajna Daksha posisi kepemimpinan para gana
jatuh ke tangan Virabadhra.

Siwa berkenan, menghidupkan kembali Daksha


Setelah Virabhadra kembali ke Kailasha, mereka yang bersembunyi dan melarikan diri
keluar. Mereka bersedih atas mereka yang terbunuh. Brahma dan Wisnu datang dan mengajak
mereka ke Kailasha untuk berdoa pada Siwa. Siwa muncul dan melihat tempat dimana yajna
dilakukan. Hatinya tersentuh. Ia memanggil Virabhadra dan memerintahkannya untuk
membunuh bahkan orang suci sekalipun. Semua yang mati kemudian dihidupkan kembali. Siwa
kemudian memotong kepala kambing dan meletakkanya di tubuh Daksha yang tanpa kepala.
Kemudian Daksha hidup kembali mengagungkan nama Siwa.
Siwa juga sangat berduka atas hilangnya pasangannya, Sati. Tetapi ia tahu bahwa Sati
adalah bagian yang tidak berbeda dari dirinya.
Kemudian Muni Suta menceritakan bagaimana Uma terlahir sebagai putri Daksha untuk
membuat Daksha senang. Kemudian ia menjadi Uma Parwati- putri Himavan. Sebenarnya Ia
tidak pernah pergi dari Siwa.

Cerita tentang Menaka Dhanya Kalawati


Kemudian para rsi dan orang suci meminta Maharsi Suta untuk menceritakan pada
mereka bagaimana Mahamaya menjadi Hymavathi.
Adalah hal yang sangat agung menjadikan Ibu Mulia sebagai putri seseorang. Karena
Himavan juga pemuja yang taat seperti Daksha, ia juga bisa memiliki Parwati sebagai putrinya.
Swadha, salah-satu dari putra Daksha, menikah dengan Pitara. Mereka memiliki tiga
putri, Menaka, Dhanya dan Kalavati. Ketiganya diselamatkan dari kutukan Sanata Kumara
Menaka terlahir dari istri Himavan dan akan menjadikan Shakti sebagai putrinya dan Siwa
sebagai menantunya. Kalavati lahir kemudian sebagai Radha dari Goloka da Dhanya sebagai istri
Rsi Janaka.

Anda mungkin juga menyukai