Anda di halaman 1dari 146

SANGHYANG TATWA AJNYANA

Teks dan Terjemahan

oleh:
Tien Wartini
Mamat Ruhimat
Ruhaliah
Aditia Gunawan

Diterbitkan atas kerja sama


Perpustakaan Nasional RI
dan Pusat Studi Sunda
2011
Katalog dalam Terbitan (KDT)

Sanghyang Tatwa Ajnyana: Teks dan Terjemahan/oleh: Tien Wartini [et al].-
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Pusat Studi Sunda, 2011.
viii + 138 hlm. ; 16 x 23 cm
Cetakan pertama: 2011

1. Manuskrip I. Tien Wartini II. Mamat Ruhimat III. Ruhaliah IV. Aditia Gunawan
V. Perpustakaan Nasional.

091

ISBN: 978-979-008-411-7

Perancang Sampul &Tata Letak


Aditia Gunawan

Diterbitkan oleh
Perpustakaan Nasional RI
Jl. Salemba Raya 28 A, Jakarta 10430
Telp: (021) 3154863/64/70 eks. 264
Fax: 021-3103554
Email: jumantara@pnri.go.id
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang

Pusat Studi Sunda


Jl.Garut No.2 Bandung
Telp/fax. 022-7272438

- ii -
SAMBUTAN
PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan
Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang menyimpan
berbagai jenis informasi, baik dalam bentuk buku, maupun
non buku. Sebagian besar di antaranya berisi tentang hal ihwal
Indonesia, baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa
Daerah, maupun bahasa Asing.

Diantara sekian banyak koleksi Perpustakaan Nasional RI,


koleksi naskah kuno nusantara tergolong istimewa, baik dari
segi fisik maupun isinya. Karya-karya tersebut sebagian besar
merupakan buah tangan leluhur bangsa Indonesia yang
mempunyai nilai historis yang tinggi. Kondisi dari karya
tersebut pada umumnya sangat memprihatinkan dan perlu
segera digarap serta disebarluaskan kepada masyarakat.

Oleh karena itu, Perpustakaan Nasional RI melakukan


berbagai upaya untuk melestarikan karya budaya bangsa
tersebut. Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi Perpustakaan
Nasional RI seperti yang tercantum dalam Undang-undang
Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dan UU Nomor 5
tahun 1992 tentang Cagar Budaya.

Tahun ini merupakan tahun kedua Perpustakaan Nasional


RI menjalin kerjasama dengan Pusat Studi Sunda. Hasil dari
kerjasama tersebut adalah terbitnya buku ‘Sanghyang Tatwa

- iii -
Ajnyana: teks dan terjemahan’. Semoga dengan terbitnya buku
ini, masyarakat akan mengetahui salah satu peninggalan para
leluhur yang sangat tinggi nilainya. Saran dan tanggapan dari
pembaca untuk penyempurnaan buku ini akan kami terima
dengan senang hati.

Jakarta, Oktober 2011


Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan
Informasi

ttd.
Dra. Woro Titi Hariyanti, MA

- iv -
PENGANTAR
YAYASAN PUSAT STUDI SUNDA
Alhamdulillah kerjasama Yayasan Pusat Studi Sunda
dengan Perpustakaan Nasional untuk menggarap naskah-
naskah Sunda Kuna yang menjadi koléksi Perpustakaan
Nasional yang dimulai tahun 2010 dan telah berhasil
menerbitkan Tutur Bwana dan Empat Mantra Sunda Kuna,
tahun 2011 ini dapat dilanjutkan, sehingga sekarang dapat
diterbitkan dua judul buku, yaitu Sanghyang Tatwa Ajnyana:
Teks dan terjemahan dan Sanghyang Swawarcinta: Teks dan
terjemahan yang digarap oleh Tien Wartini, Mamat Ruhimat,
Ruhaliah, dan Aditia Gunawan.
Yayasan Pusat Studi Sunda bermaksud agar naskah-
naskah Sunda Kuna peninggalan karuhun Sunda yang sudah
disimpan lebih dari seratus tahun tapi tidak ada yang
menggarap karena tidak adanya perhatian dari orang Sunda
sendiri, begitu juga dari pemerintah, sedikit demi sedikit
dapat dibuka isinya sehingga dapat diketahui bukan saja oléh
anak cucu para pembuatnya, melainkan juga oléh siapa pun
juga yang ingin mengetahuinya. Seperti diketahui naskah
Sunda Kuna yang disimpan dalam koléksi Perpustakaan
Nasional dan Kabuyutan CIburuy, Garut, baru sebagian kecil
yang sudah digarap oléh para ahli. Orang Sunda sendiri
umumnya baru mengetahui tentang adanya warisan
karuhunnya itu baru setelah Drs. Atja yang dibantu oléh Drs.
Saléh Danasasmita, Dr. Ayatrohaédi dan Dr. Edi S. Ekadjati

-v-
dan murid-muridnya menggarap beberapa naskah Sunda
Kuna yang disimpan di Perpustakaan Nasional pada tahun
1980-an yang diterbitkan oléh Proyék Sundanologi yang
dipimpin oléh Prof. Dr. Edi S. Ekadjati. Setelah Proyék
Sundanologi diganti pimpinan sampai dibubarkan, usaha
menggarap dan menerbitkan naskah Sunda Kuna boléh
dikatakan terhenti walaupun Dr. Edi S. Ekadjati dan Dr.
Ayatrohaédi masih berusaha menggarapnya melalui berbagai
kesempatan.
Karena dari naskah-naskah yang sudah digarap diketahui
isinya banyak yang penting, bukan saja untuk mendapat
gambaran tentang masyarakat dan alam pikiran karuhun
Sunda, melainkan juga tentang sejarah Sunda, maka usaha
membuka semua naskah Sunda Kuna merupakan sesuatu yang
perlu dikerjakan. Dan harus segera, karena kondisi naskah-
naskah yang ditulis di atas daun-daunan yang sudah sangat
mengkhawatirkan, sehingga sudah tidak dapat dibaca. Kalau
naskah-naskah itu tidak segera digarap, tak mustahil akan
keburu hancur sebelum isinya diketahui. Artinya kita akan
kehilangan warisan rohani leluhur kita sendiri.
Mudah-mudahan kerjasama antara Yayasan Pusat Studi
Sunda dengan Perpustakaan Nasional akan terus dapat
dilangsungkan sampai semua naskah Sunda Kuna yang
menjadi koléksi Perpustakaan Nasional selesai digarap.
Mudah-mudahan pula para ahli naskah Sunda Kuna yang
selama ini menjadi Tim Peneliti Yayasan Pusat Studi Sunda
tetap bersemangat dan penuh dédikasi dalam menghadapi
naskah-naskah Sunda Kuna yang kondisinya tidak selalu
prima.

Yayasan Pusat Studi Sunda

Ajip Rosidi
Ketua Déwan Pembina

- vi -
- vii -
Daftar Isi

BAB 1 -Pendahuluan 1
Teks-teks prosa Sunda Kuna 3
Naskah Sanghyang Tatwa Ajnyana 5
BAB 2 - Terbitan diplomatik 9
BAB 3 - Suntingan teks 56
BAB 4 - Terjemahan teks 96
Glosarium 131
Bibliografi 136

- viii -
Bab 1
Pendahuluan
Meskipun naskah Sunda Kuna (NSK) memiliki ciri
khas tersendiri yang dapat dibedakan dengan
naskah-naskah dari daerah lain di Nusantara, tetapi
sampai saat ini upaya-upaya pengidentifikasian NSK
yang tersebar dalam berbagai tempat penyimpanan
koleksi maupun yang tersimpan di masyarakat,
dirasakan sangat kurang.

Hal ini kiranya berimplikasi terhadap penelitian-


penelitian teks-teks Sunda Kuna. Salah satu
penyebab tersendatnya upaya penelitian terhadap
NSK kiranya dikarenakan belum pernah tersusun
sebuah katalog yang informatif menyangkut
keberadaan NSK. Padahal, keberadaan NSK telah
diberitakan sejak pertengahan abad ke-19. Untuk

-1-
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

pertama kalinya, keberadaan NSK diumumkan oleh


Netscher (1853: 469-479). NSK tersebut berasal dari
Cilegon, Garut (dulu Timbanganten), yang
kemudian oleh Bupati Bandung, R. Tumenggung
Suria Kerta Adi Ningrat, diberikan kepada BGKW.
Menurut Netscher, ketika naskah-naskah tersebut
ditemukan, tidak ada seorang pun yang dapat
membacanya.

K.F. Holle (1867) mengumumkan tiga NSK


pemberian Raden Saleh, dalam artikelnya yang
berjudul Vlugtig Berigt omtrent Eenige Lontar-
Handschriften Afkomstig uit de Soenda-landen, door
Radhen Saleh aan het Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen ten Geschenke gegeven met
toepassing of de inscriptie van Kawali (TBG 1867).
Tentu, yang diupayakan Holle waktu itu sebenarnya
merupakan upaya awal pendeskripsian NSK yang
diakuisisi BGKW.

Pada tahun 1872, Cohen Stuart, konservator


naskah saat itu, menerbitkan katalog pertama yang
memuat deskripsi naskah BGKW, termasuk naskah
kropak. Jumlah NSK yang didaftarkan ada 21 naskah,
yaitu kropak nomor 406–426 yang berasal dari Bupati
Galuh. Namun, deskripsi NSK yang dibuatnya
hanya sebatas nomor naskah, ukuran, jumlah
halaman, dan judul.

Upaya katalogisasi NSK baru diusahakan


kembali oleh Edi S Ekadjati pada tahun 1988. Beliau
mendaftarkan 89 NSK koleksi PNRI, termasuk NSK
yang sudah diteliti. Sayangnya, deskripsinya sangat
ringkas, hanya berupa tabel yang memuat informasi

-2-
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

tentang judul, kode naskah, dan jumlah halaman.


Selain itu, tidak semua naskah yang didaftarkan
diberi judul. Dari 89 naskah yang didaftarkan, hanya
9 naskah yang diberi judul (Ekadjati, 1988: 155-156).
Deskripsinya belum disertai informasi lain yang
dibutuhkan seperti bahasa, aksara, ringkasan isi, dll.
Kiranya penyusun katalog mendaftarkan NSK
berdasarkan asumsi bahwa peti nomor 15, 16, 17, 18,
dan 25 diperkirakan berisi NSK. Ternyata setelah
ditelusuri, dalam peti nomor 17, 18, dan 25 tidak
terdapat satu pun NSK.

Demikian juga dengan Behrend (1998) yang


mendaftarkan hampir semua naskah yang disimpan
di PNRI, termasuk di dalamnya NSK. Tetapi hasil
inventarisnya perlu diperiksa kembali terutama
berkenaan dengan deskripsi NSK yang
diberikannya. Dalam katalognya itu, NSK sendiri
tidak dimasukkan ke dalam kelompok yang terpisah
dalam indeks bahasa yang disusunnya, sehingga
dapat menyulitkan upaya penelusuran terhadap
NSK yang terdapat di PNRI (Behrend, 1998: 459-596).

Kropak 1099 yang diterbitkan kali ini pun, hanya


terdaftar dalam katalog stensilan dan katalog yang
disusun Behrend (1998) dengan deskripsi yang
sangat terbatas.

Teks Prosa Keagamaan Sunda Kuna


Teks yang disajikan dalam penelitian ini
berbentuk prosa didaktis yang dikenal dengan istilah
tutur. Beberapa naskah daun lontar dan gebang yang
berbentuk prosa telah diterbitkan. Beberapa di
antaranya perlu disebutkan.

-3-
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

1. Sanghyang Siksa Kandang Karesian (SSKK)


Naskah daun gebang, koleksi Perpustakaan
Nasional RI dengan nomor koleksi L 630 dalam peti
16 atau biasa disebut kropak 630. Ditulis dalam
bentuk prosa. Naskah ini bertitimangsa 1440 saka
atau 1518 M. Teks ini pertama kali diumumkan oleh
Holle (1867) bersama dua naskah lain pemberian
Raden Saleh. Atja dan Danasasmita (1981)
menyajikan teks dan terjemahan dalam bahasa
Indonesia. Kandungan naskah ini sangat kaya, dan
dianggap sebagai ensiklopedi Sunda kuna karena di
dalamnya terkandung kekayaan budaya masyarakat
Sunda pada abad XVI masehi secara lengkap dan
terperinci.

2. Amanat Galunggung (AG)


Naskah daun gebang, disimpan di Perpustakaan
Nasional RI dengan nomor kropak L 632 dalam peti
16. Naskahnya dalam keadaan tidak lengkap, hanya
tinggal 6 lempir daun. Naskah ini telah diteliti oleh
beberapa ahli, di antaranya Holle, Pleyte, dan
Poerbatjaraka. Teks ini berisi ajaran Darmasiksa
kepada anak cucunya untuk menjaga wilayah
Kabuyutan di Galunggung. Dari keterangan inilah
rupanya, Atja dan Danasasmita (1981b) memberikan
judul Amanat Galunggung. Sebelumnya Pleyte
memberi judul “Pseudo-Padjadjaransche Kroniek”
karena bagian pembuka naskah tampak seperti
urutan silsilah raja-raja Sunda.

-4-
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

3. Sang Hyang Hayu (SHH)


Teks ini terdapat dalam beberapa naskah, yaitu
kropak 634, 637, dan 638. Semuanya tertera diatas
daun nipah, beraksara Buda dan berbahasa Jawa
kuna. Naskah yang bertitimangsa adalah kropak 634
(1445 S/1523 M) dan kropak 638 (1357 S/1435 M).
Pemberian judul SHH disarankan oleh Undang A.
Darsa dalam tesisnya berdasarkan kalimat „ndah sang
hyang hayu’ (Inilah Sang Hyang Hayu) pada bagian
permulaan redaksi teks ketiga naskah tersebut.
Istilah Sang Hyang Hayu yang digunakan sebagai
judul ketiga naskah ini dapat diartikan sebagai „kitab
(petunjuk) tentang kebenaran‟, yang berlatar-
belakang konsep-konsep keagamaan Hindu-Buda
(Darsa, 1998: 34). Teks ini menampilkan uraian
tentang prinsip tertinggi beserta segala
manifestasinya yang diajarkan pendeta kepada para
pengabdi darma.

Naskah Sanghyang Tatwa Ajnyana


Teks Sanghyang Tatwa Ajnyana (STA) yang
diterbitkan kali ini berasal dari naskah kropak 1099.
Saat ini naskahnya tersimpan di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia di Jakarta dengan
nomor koleksi L 1099 peti 68.

Kropak 1099 ditulis di atas daun gebang, sejenis


daun palem yang oleh para sarjana sebelumnya
disebut nipah. Nipah dan gebang sebetulnya
merupakan spesies tumbuhan yang berbeda, meski
termasuk dalam kelompok yang sama, yaitu palm.
Istilah gebang yang digunakan sebagai media
menulis sempat tercatat dalam teks Sanghyang Sasana

-5-
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Maha Guru (SSMG:3), sebuah teks Sunda kuna dari


abad ke-16 sebagai berikut:

Diturunkeun deui, sa(s)tra mu(ng)gu ring


taal, dingaranan ta ya carik, aya éta meunang
utama, kénana lain pikabuyutaneun.
Diturunkeun deui, sa(s)tra mu(ng)gu ring
gebang, dingaranan ta ya ceumeung, ini ma
iña pikabuyutaneun. (SSMG: 3 dalam
Gunawan, 2009)

Dari kutipan di atas patut dicatat dua hal


penting yang membedakan antara lontar dan gebang.
Pertama, tulisan di atas lontar dinamakan carik
(goresan), karena ditulis menggunakan péso pangot
(pengutik) dengan cara digores. Sementara tulisan di
atas gebang yang dinamakan ceumeung „hitam‟. Jelas
kiranya, bahwa yang dimaksud gebang adalah apa
yang biasa disebut dengan nipah yang ditulis
menggunakan tinta hitam.

Kedua, perbedaan penggunaan media agaknya


turut membedakan fungsi tulisannya. Naskah lontar
bukan untuk kabuyutan (lain pikabuyutaneun),
melainkan ditujukan bagi pembaca (atau pendengar)
sebagai sarana memperoleh keutamaan (meunang
utama), sedangkan naskah gebang dipergunakan
untuk kelompok yang lebih khusus, yaitu kabuyutan
(pikabuyutaneun). Keterangan ini sesuai dengan
kenyataan, bahwa pada umumnya naskah lontar
berbentuk puisi yang pola metrumnya berkaitan erat
dengan carita pantun1, tradisi lisan Sunda di masa

1 Kaitan antara teks Sunda kuna dan tradisi lisan Sunda carita pantun

-6-
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

lalu. Artinya, teks-teks di atas daun lontar, lebih


memungkinkan untuk ditampilkan secara lisan
dalam sebuah pertunjukan carita pantun, sehingga
menjadi pertunjukan yang dikenal luas oleh
masyarakat untuk memperoleh keutamaan dari
cerita yang disajikan. Sementara naskah gebang, yang
hampir semuanya berbentuk prosa didaktis, berisi
risalah keagamaan yang diajarkan sang pandita
kepada sang séwaka darma.2 Hal ini diperkuat dengan
pengaruh penggunaan bahasa Jawa kuna, sebagai
bahasa pengantar keagamaan, yang cukup dominan
dalam naskah nipah.

Menurut Holle, naskah gebang ditulis


menggunakan tinta organik, hasil pabrikasi damarsela
dan nagasari (Holle, 1882: 12).

Kropak 1099 dibungkus oleh kotak kayu


berwarna merah, berukuran 24,5 x 3,7 cm. Naskah
terdiri dari 70 lempir dan mengandung 4 baris setiap
lempirnya. Ditulis menggunakan aksara Buda/
Gunung. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Sunda Kuna, sementara teksnya berbentuk prosa.
Penomoran naskah menggunakan nomor asli,
terletak di sebelah kiri teks setiap halaman verso.

telah dibicarakan Noorduyn dan Teeuw (2006: 279)


2 Sejauh penelusuran, hanya ada satu naskah gebang yang berisi teks
berbentuk puisi, yaitu Kakawin Arjunawiwāha (lontar 641) yang saat
ini tersimpan di Perpustakaan Nasional RI. Teks ini adalah teks
tertua Arjunawiwāha, ditulis (atau disalin) pada tahun 1256 Saka
atau 1334 Masehi. Teks telah diumumkan oleh Poerbatjaraka (1926).
Poerbatjaraka berpendapat bahwa teks ini dihasilkan di salah satu
mandala atau kabuyutan di Jawa Barat.

-7-
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Kropak 1099 diperkirakan berasal dari kabuyutan


Koléang, Jasinga (NBG 50, 1912: 44 & 86; NBG 51,
1913: 24; Krom, 1914: 32). Susunan lempir masih
berurutan. Penomoran halaman angka asli (Aksara
Buda), nomor 1–69. Lempir 50 patah akibat gigitan
ngengat.

- Naskah Sanghyang Tatwa Ajnyana (L 1099 peti 68) –

Selain naskah nipah 1099, terdapat pula salinan


dalam aksara Latin dan Jawa. Salinan dalam aksara
Latin terdapat di PNRI dengan nomor koleksi Plt.
118 peti 119 dan No. 278 peti 89. Salinan dalam
aksara Jawa terdapat di No. 155 peti 89, Ciburuy V.
Peti 119 termasuk dalam koleksi pribadi C.M Pleyte,
sementara peti 89, termasuk ke dalam koleksi K.F.
Holle. Kedua sarjana tersebut terbukti telah
membaca hampir seluruh naskah Sunda Kuna yang
saat ini terdapat di Perpustakaan Nasional.

Pada kolofon terdapat keterangan bahwa penulis


adalah penduduk (dayeuhan) di Banua H(e)neng.
Tempatnya belum dapat ditentukan, tetapi dapat
diperkirakan bahwa Banua Heneng adalah sebuah
kabuyutan yang terdapat di Tatar Sunda.

-8-
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Bab 2
Terbitan Diplomatik
Pengantar
Dalam terbitan kali ini disajikan terbitan
diplomatik teks Sanghyang Ajnyana dari naskah
gebang L 1099 koleksi Perpustakaan Nasional RI.
Terbitan diplomatik dimaksudkan agar pembaca
sedekat mungkin dapat mengikuti teks sedekat
mungkin sebagaimana termuat dalam naskah
sumber (Wiryamartana, 1987: 56). Meski demikian,
suatu terbitan tidak mungkin menghilangkan sama
sekali jarak pembaca terbitan dengan naskah itu
sendiri. Dalam terbitan ini pun termuat penafsiran
peneliti atas sistem aksara dan sistem ejaan dalam
naskah gebang 1099. Tentu saja, peneliti lain
mungkin mempunyai tafsiran yang lain.

-9-
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Terbitan diplomatik dalam penelitian kali ini


dilaksanakan sebagai berikut:
1. Sistem transliterasi mengikuti sistem
Wiryamartana (1990) dalam menangani
Arjunawiwāha dengan beberapa perubahan,
sesuai dengan penafsiran peneliti ini atas
sistem aksara dalam naskah lontar L 626 dan
harkat bunyi aksara:
ö: eu
é: e taling
ṙ: r final (panglayar)
ṛ: re atau reu
ḷ: le atau leu
ñ: ny
ṅ: ng final (panyecek)
ŋ: nga
ḥ: h final (pangwisad)
. (titik): paten (pamaéh)

2. disajikan transliterasi berdasarkan halaman


dan baris:
a. recto: halaman depan
b. verso: halaman belakang
c. baris ditandai dengan angka arab.

3. Pemisahan kata dilakukan menurut bunyi


teks dan disesuaikan dengan ejaan, sama
dengan ejaan yang dipakai dalam suntingan
teks.

4. Koreksi yang dibuat oleh penulis naskah tidak


dicantumkan dalam terbitan diplomatik.
Koreksi atas bagian yang salah kadang-

- 10 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

kadang berupa pembubuhan panyuku dan


pemepet (panghulu) dalam satu aksara.
Kadang-kadang berupa coretan tanpa
mengenai aksaranya.

- 11 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Terbitan diplomatik

Lp. 1v
1. /o/ ndaḣ waraḣ iyatnakna, ini na pakéeun. nu
liwat. ti raga. nu luputa
2. (pamaéh) ti bayu sabda hidep. liwat. ti …
sarira, ḷwiḣ ti hurip. na minget. tutuṙ,
3. saṅ manon. liwat. ti atma wisésa, ḷwiḣ ti aci
tya niṅ ñana ajñana, li
4. tya niṅ taya /o/ ini ti nu sakini, nu nuduḣan.
na raga, nu ngaranan. bayu sabda hi

Lp. 2r
1. dep. nu ñeueuṅ ŋaṛŋeu, deuṅŋeun. rasa,
sarira, hurip. na atma, miŋet. tutuṙ saṅ ma
2. non. wisésa, nu ŋaranan., sakini, iña alit. bayu
sabda hidep.iña alit. bayu sabda hidep.
3. pun./o/ ini nu diboga raga, nu metukeun. na
bayu sabda hidep. nu tutuṙ
4. ñeueuṅ ŋaṛŋeu, nu maka waya rasa, di sarira,
nu maka hurip.atma, aci alita

Lp. 2v
1. . wisésa na pun./o/ ña ini tugal. na alit. na
raga sarira, nu mitukeun. na ba
2. yu, hamo kabayuan.ña ini nu ñabda hamo
kasabda, ña ini ŋahide
3. p. hamo kahidep.ini nu ŋadéŋé, hamo kadéŋé,
ini nu ñeueuṅ
4. hamo kajeueuṅ, ini nu karasa hamo karasa, ña
ini nuy ŋahuripan. hamo

- 12 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 3r
1. dep. tan. katuduḣhan. ku alit. uraṅ sabwana,
iña lita nu maka lita, ŋara
2. nan.alit. uraṅ sabwana, nu ŋaranan. uraṅ
sajagat. tan.köna, diŋaranan. i
3. ña nu wisésa, dina alit. niṅ tan. katon. kaṛŋeu,
tan. kausap. ka
4. hidep. iña nu maka alit. niṅ tan. katuduḣhan.
pun./o/ ini pakéön. nana

Lp. 3v
1. . dina puhun. alit. tugal. bayu sabda
hidep./o/: ini na pakéön. alit. niṅ
2. laṅgeṅ tutuṙ teṅ leṅ niṅ hidep. nis. ku sadi
ñana, paké maṅkat.kön. ajñana.‫‏‬ŋa
[leu/3]
3. ḷpas.kön.ñana alit. saṅ manon. /o/ ini sunyi
alit. niṅ laṅgeṅ sa mano
4. n. terus. na ti akasa, padaṅ caaṅ, liwat. ti
rahina sada, hibaṙ caaṅ saluaṙ bwa

Lp. 4r
1. na, luput. böraṅ caaṅ sadakala, paké alit. niṅ
jööṅ di alit. hidip. saṅ ma
2. non. pakön. ŋahusiṙ na jati, ñöö bwana
nis.kala, /o/ ini pakön. ŋahu
3. siṙ abu ayaḣ ka nis.kala, paké alit. na niṙmala,
di alit. ḷöpasa
4. . niṅ ñana, pakön. makat. moksaḣkön. ajñana,
ja nu maka alit. ŋaḷŋit

- 13 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 4v
1. kön. nu alit. hatö nu ḷŋitön. alit. niṅ ajñana,
pulaṅ dii ka nis.kala, a
2. lit. niṅ ñana, dataṅ ka tan. hana, kana désa,
légaṅ héraṅ liṅlaṅ, heniṅ laṅliṅ na
[ru/4]
3. bwana, cuduk. na ñana ka abu ayaḣ pun. /o/
ini pakön.ŋapiḣkön. bumi
4. , niṙ na bumi ti pretiwi, na raga lilaṅ muksaḣ ti
dunia, sunyi lawan. taya, mo

Lp. 5r
1. ksa hilaṅ tapa saṅkan. mesat. muksaḣ hilaṅ ti
akasa, alit. niṅ pretiwi ŋa
2. piḣkön. paŋisi bumi, alit. niṅ bwana,
ŋapiḣkön. raga sarira, alit. niṅ a
3. kasa, ŋapiḣkön. siraḣ tres. sari niṅ bwana,
pada muksaḣkön. pasabuṅ nis. ka
4. la, pakön ŋagös.kön. tapa pun. /o/ ini pakön
beneṙ, paké alit niṅ ñana,

Lp. 5v
1. nu maka waya na rasa, aŋen aŋen. nu
metukeun. bayu sabda hidep. diŋön. nu ñöö
2. ŋaṛŋö, paké alit nu alik. dina ajñana, nu luput.
balik. ti pretiwi
[ruṙ/5]
3. ,liwat. waas. ti dunia, sunyi lawan. taya, nu
liwat. waas. pada, ti bwa
4. na, ḷwiḣ balik. alit. sarira sunya paramarata,
biasara waas. pada, nu liwa

- 14 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 6r
1. t. ti akasa, nu ḷöwiḣ ti paṅŋöusi bumi, nu alit.
dina turu taṅhi, di rahina, la
2. wan. wöŋi, alit. ñana, ñumana di ajñana, nu
maka, bönör hidöp. tinöṅ
3. aŋön aŋön. dalit. ka alit. niṅ ñana, nu tinöṅ
alit. dalit. ka ni
4. s. kala, pakön. hamo sasab. ka abu ayaḣ ka
niskala pun. /o/ ini

Lp. 6v
1. lit. na daṙma, alit. sipön. niṅ ajñana, ña mula
niṅ sabda, saṅkan. pröjña, alita [alit]
2. . niṅ hidöp. lawan. aŋön aŋön., iña nu tan.
katon. kaṙŋö, alit. niṅ ta
[é/6]
3. n. katon. kaṙŋö, iña alit. nu ñööṅ hamo kajööṅ,
ku nu ñööṅ, a.
4. lit. niṅ déŋé hamo kadéŋé, ku nu ŋadéŋé, iña
alit. niṅ bayu, hamo

Lp. 7r
1. kabaywan. ku bayu, alit. na sabda hamo
kasabda ku nu ñabda, alit. na hi
2. dep. hamo kahidep. ku hidep., alit. na rasa,
hamo karasa, ku nu –
3. ŋarasa, alit. na tutuṙ mo katu-tuṙ ku nu tutuṙ,
alit. na miŋet. mo
4. kamiŋet. tan. ku miŋet., tugal. alit. niṅ lageṅ
saṅ manon. nuduḣ ta

- 15 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 7v
1. n. katuduḣhan, alit. na nuduḣ tan. katuduḣ,
alit. niṅ laṅgeṅ ajñana, nu lu_(dibawah) put. ti
2. tata ajñana, wisésa, di alit. niṅ tan.
pakatuduḣhan. alit. ti nu alita
[la/7]
3. . majaṙ ini, tan. kaduhuṙran. ku duhuṙ, tan.
kasoṙran. dénéṅ soṙ, tan.
4. kna kaloṙran. ku loṙ tan. kna kakidulan. ku
kidul., tan. na kulon.-

Lp. 8r
1. kakulonan., na wétan. kawétan. nan, tan. na
adoḣ tan. na ṛk., i
2. ya nu wönaṅ kagal. wenaṅ ka alit. yata wenaṅ
hana wenaṅ tan. hana, luput. ali
3. t. ti laṅgeṅ ḷŋös ajñana, iña ku alit. jati, padita,
nis.kala, ajñana,
4. pun /0/ ini na pakéön. nu luput. ti na alit.
bayu sabda hidep. ḷwiḣ lu

Lp. 8v
1. put. alit. niṅ atos. ñana, wenaṅ tan. hana,
maṅkat.kön. ajñana, alita
2. . sarira, ŋahilaṅkön. raga, ŋaḷŋit.kön. pretiwi,
ŋahilaṅkön. dunia, suniya
[…]
3. bwana, moksaḣkön. akasa, liwat. ti katara
manusa, malik. sarupa ali
4. t. sarira, na awak. törus. héraṅ na rupa,
mamaya terus. déwata, h…öng na ḷŋiṅ tö

- 16 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 9r
1. rus. na ñana, maṅkat. ti bwana laraṅ, liwat. ti
katara, tata, déwata, tina
2. sorga hyiṅ kaḷpasön. dataṅ ka tirus. bwana,
mulia soraṅ, pucak. ni laraṅ
3. , liwat. ti iña, dataṅ ka törus. na laraṅ mayana,
héraṅ bwana, liwat. ti
4. iña dataṅ ka törus. na légaṅ bwana, liwat. ti
iña dayöḣhan, du banua hneṅ mu

Lp. 9v
1. niya kiliṅ, dipukat.kön. ku ti nis.kala, dataṅ ka
pu… ka légaṅ héraṅ na maya,
2. hneṅ bwana, liwat.ḷpas. ti iña, dataṅ ka pucak.
hneṅ terus. na lilaṅ bwana, lupu
[da/9]
3. t. ḷpas. sakaég kana, liwat. ti na soṙga, para
tata niṅ déwata, hiya kaḷ
4. pasön., liwat. taya, saké kana, tke ka katara,
tata banua bwana, nis.kala, pa

Lp. 10r
1. hi turun. ti nis.kala, ñuṅsuṅŋan. lalakon. saṅ
hyaṅ hayu, subaga, ñaga saṅ
2. hyi ajñana, hatö taŋan. lapaḣ masra, niṅ
bwana, aci ti atma wisésa, na lagöṅ
3. na, premana, asra niṅ ñana, atis. ti …ri, na
rupa, mulyi jati, lidaḣ na awak.
4. premana, mulia rupa, tarus. alus. rupa jati,
mulia, sari saṅhyiṅ hayu, li

- 17 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 10v [ga 0/ 10]


1. mang mayana, héraṅ tirus. bwana. metu sari
ruum. ti sarira, tutup. ruum. kuma
2. rat …, ruum. mahabara, saluṙ abwana, jati
sa[nu/]riniṅ ajñana, agös. ta pahayu ja
3. ti saṅhyi ajñana, agös. rasa jati palipuṙna,
puṙna tis. ti nis.kala, jati, ñöt.
4. ḷs. maṅkat.kön. ajñana, asraniṅ ñana, ti
nis.kala, pat.ḷpas. lapaḣ nira

Lp. 11r
1. , pada wörög. lapaḣhira nis.kala, ŋiriṅŋakön.
nira rasa, agis. ti sari budi jati, su
2. ka lapaḣ /0/ ta budi, lumaku budi rahayu,
pada sapak. suka subaga, mamaṙ sati
3. a jati premana, pada gölis. lapaḣhira, tumut
wastu lituhayu, ḷ
4. gös. hidip. tugal. tinöṅ, sampak, sabda, suka
rasa, satikaḣ, sakaṙma, sagö

Lp. 11v [ga ga/ 11]


1. i sapatöṅtiman. satikaḣ, krita, mulia, widu
ajñana, sarua saréanan. na sasipa
2. t. lajaran. ñana, pada agös. sumam. ta, ñana,
sarira ñana, ŋawidu saṅhyaṅ hayu,
3. agis. hayu palipuṙna, paṅkat. nira luput.ḷpas.
sakéṅ bwana, nis.kala,
4. pat.ḷpas.ḷñep. palapaḣhira, töka, maŋi, niṅ
bwana, tan. hana, huwus. nika

Lp. 12r
1. ka saṅ padita, ti puhun. saṅ padita, ñöön.
para, nis. ti déwa, nis. ti déwa

- 18 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

2. ta, nis. ti kasoṙgaan. nis. ti kahyaṅŋan. nis. ti


ajñana, tina wisé
3. sa, saṅ padita, mönaṅ tutuṙ jati, lageṅ sunyi
nilan. tara, niṅ ajñana, laṅgeṅ niṅ
4. bwana, pun. /0/ saṅ padita, tu wenaṅ liwat. ti
taṅkal. nu wenaṅ ḷwiḣ ti jati, nu

Lp. 12v [ga ro/12]


1. wenaṅ luput. ti puhun. wenaṅ takön. wisésa,
ŋahilaṅkön. ajñana, wenaṅ wiṅ mala,
2. sidi ḷpas. mokta hilaṅ tapa sakan. saṅ padita,
awoṙ jatina, ka nis.
3. kala, alit. dalit. di tan. hana, saṅ padita, nu
luput. ti tan. hana,
4. wenaṅ tan. hana, ja sawuit. di mula, niṅ dadi
tan. hana, iña tu sinaṅguḣ caduk.

Lp. 13r
1. syi utama, dayöhan. di pucak. nagara,asra na
hneṅ, pahi ŋamuliakön. na ña
2. na, nu pakön. iña waṅsana, waṅsana, sri légaṅ,
maya, terusna héraṅ, asra na bwana, pa
3. laṅkana, asra ni héraṅ, maya na hneṅ bwana,
paluguḣhan. nan. na tupak. di madyi pu
4. cak. asra terus. niṅ héraṅ, lumarap. na awak.
kadi rupa mamaya, niṅ ajñana, misu.

Lp. 13v [ga leu /13]


1. daan. pasramaya, terus na héraṅ bwana,
dihulu niru bwana, pucakna niru akasa,
mucaṙ

- 19 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

2. caaṅ sabwana, metu na sebawa jati, mijil. téja,


dilaḣ niṅ bwana, séda, jati
3. na waṅsana, héraṅ hneṅ sadakala, pun. agös.
pahi ḷgep. saṅkep. miguna,
4. na waṅsana, pahi syinu aragöṅ, pahi syi mataṅ
désa, nu naganan. para, cita, nu wi

Lp. 14r
1. sésa, syi döna para soṙga, ka paṛkkan. na
déwata, tina soṙga hyiṅ kapö
2. satan. déwata, wisésa, dina soṙga kapösatan.
kapösatan. ti ma
3. nusa, di tapa ŋabiapara, nusyi maŋun. hayu,
ŋahusiṙ soṙga, niṅ daṙma, saṅ
4. hyaṅ atma wisésa, hatö mukuṙ ti widu rahayu,
hatö liwat. ti na kasoṙ

Lp. 14v [ga ru/14]


1. . gaan. déwata, déwa manusa, kawisésa, ku
déwata, déwata, jati nis. ka
2. la, nusyi ŋawidu bumi, katurahan. na ajñana,
maha wisésa, dayö
3. ḣhan. di buana, ŋagölaṅŋacun. para soṙga,
hatö nu liwat. ti iña,
4. nusyi maṅgawé tapa, hatö luput. ti sakitu,
nusyi ŋawidu, maṅŋun. rahayu,

Lp. 15r
1. samilaṅ saṅhyaṅ atma, dipajaṙ wenaṅ, wisésa,
hatö liwat. ti tata, hyiṅ déwa
2. ta, ti na soṙga kahyiṅŋan. //00// hégan.
sauraṅ, liwat. ti na kapösa

- 20 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

3. tan. kina séda, para tata, niṅ déwata, liwat. ti


na kasoṙgaan. ḷ
4. wiḣ ti na para aci, liwat. ti na para cita, mugaḣ
ti nis.kala, sadataṅ

Lp. 15v [ga rur/ 15]


1. ka nu wisésa, nu wisésa, tuluy. miwaraṅ,
lapaḣ ka para gölaṅŋan. pahi ka nusyi, a
2. ragöṅ, ka nusyi, mataṅ gölaṅŋan. pahi cuduk.
miṅpuluṅ, dayöḣhan. di citana,
3. gara, asra, wisésa, dayöḣhan. di cita, gléṅ
nagara asra bwana, dayöḣhan. di
4. pucak. nagara asra na hneṅ, dayöḣhan. di cita,
mayana, asra niṅ héraṅ, dayöḣha
Lp. 16r
1. n. di cita, nagara asri na hneṅ, pahi sapak.
tugal. kreta, saṅ hyaṅ ajñana, dayö
2. han. di pucak. légaṅ nagara asra wisésa, pahi
saṅ kup. nu mahayu, pahi
3. kupul. nu mipuluṅ, ka kadaton. nu wisésa,
kadaton. sri maga wi
4. du bwana, nanataṙ, carénaṅ héraṅ, kadi asra
omas. misaḣ kasilaṅ asra haré

Lp. 16v [ga u/ 16]


1. mas. bwaruan. terus. bwana, hibaṙ nataṙ
saluaṙna, maya na hneṅ bwana, héraṅ pala
2. ka, asraniṅ maya, paluguḣhan. wati hneṅ, na
sadaan. asra maya, héraṅ na li
3. ga téja bwana, dipucak. kan. ka déwata,
saratna séda premana, ali aliṅ
4. ŋan. ajñana, sakitu paṅdifuna paṅluṅguḣhan.
nu wisésa, agös. kupul. nu miṅ

- 21 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 17r
1. puluṅ, papa, hisyi wisésa, pahi sia, mataṅ
désa, ŋagölaṅŋan. para cita, sahuṙ
2. nu wisésa, mana I dé kupul. mipuluṅ aiṅ dék.
maan. ahuman. ka
3. nusyi agagöṅ, nu wisésa, samodana,
ñagatakön. na ajñana, sugan. maka
4. susaḣ, ti kahan. nan. nu maka kami modana,
ka nusyi aragöṅ, pun. ku sabḍa iṅ

Lp. 17v [ga la/ 17]


1. ayöna ini, kami méta, palalun. iŋuŋön. na
kapuguṅŋan. biṛŋöḣ na kapi
2. deṅŋan. nu maka kami méta, di iyatnakön. ku
na kahiwaṅ hiwaṅŋan.ñana, sa
3. bḍa iṅ ayöna ini, jaga dapet. da lurusan. bélot.
ben. neṙkön. kuraṅ tebe
4. yan. lamun. na lain. balikön. lamun. na salaḣ
pagaḣhan. kami pun. nu ma

Lp. 18r
1. ka kami, maan. di hööm. katitisan. sowara,
trita, ajñana, ti madyi niṅ ña
2. na, ŋupadésa ñana, sabḍa wisésa, ka nusyi
aragöṅ, papahi wenaṅ wisésa, sugana
3. . kaŋaduluran. na rahayu, ka nusyi premana,
laraṅ niṅ ñana, ŋajajakön. kana ja
4. ti, titis. sowara pata, ti madyi, pahi ŋösian.
kreta, premana, utama, mu

Lp. 18v [ga ca/18]


1. lia widu, saṅhyiṅ hayu, pahi mijil.kön. paŋasiḣ
jati, premana, wiwu niṅ ajñana

- 22 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

2. pahi syi tumitis. tugal. puluḣ, nusyi


mataṅdésa, papahi wenaṅ wisésa,
3. sakitu nu maka kami modana, ka nusyi para
wenaṅ, pun. sumahuṙ dayöḣha
4. n. di asri na cita, nagara asra wisésa, tugal.
kreta sapak. samadaya, ka nu

Lp. 19r
1. syi aragöṅ, néma ajñana, ka nusyi wisésa,
naréma sabḍa utama, pupn. lamu
2. n. kitu saṅhyaṅ sahuṙ, titis. sowara pata, kreta
saṅhyaṅ ajñana, ti ma
3. dyi, hayaṅ kawöṛg. tinöṅ tuaṅ hidep. kadulu
kasukuṅ kawaŋun. kreta su
4. baga paramarata, satia, pawitra widu saṅhyaṅ
ajñana, sakitu nu maka mihulu

Lp. 19v [ga da/ 19]


1. m. muku kami salaḣ rasa, mönaṅ ñukayan.
ajñana, titis. sowarapata, ti ma
2. dyi ŋan. tu kami hulun. lamun. kaaku kahaup.
ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu,
3. paksa tugal. kreta, ti nu wisésa, pun.
ŋajajadikön. na jati, sahuṙ nu wisé
4. sa, mana ai maan. sam. pak. kreta, kana uraṅ
sajagat. kéna saṅhya sahuṙ sa

Lp. 20r
1. kini, mana ai ñalaṙ ka nu réa, pilacan. nön. ai
suka, sam. pak. tugala
2. . kreta, ka nu wisésa, sahuṙ dayöḣhan. di cita,
léṅgaṅ nagara asra bwana, puna

- 23 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

3. Kami hulun. saṅkup. ŋawidu saṅhyaṅ hayu,


sam. pak. suka kreta, samadaya
4. , hatö nu katitigénan. ñana suka ŋaduluṙ
ajñana, tugal. ka nu wisésa, ŋawi

Lp. 20v [ga o] seharusnya [ro o/20]


1. dukön. saṅhyaṅ hayu, sahuṙ nu wisésa, lamun.
agös. weṙg. legep. saṅ köpa
2. . sam. pak. tugal. samadaya, agös. sakup.
kupul. nu mipuluṅ, papahi we
3. naṅ wisésa, pahi syi, mataṅ désa, nusyi pahi
aragöṅ, ka kadaton. nu wisésa, na
4. kadaton. sri aga hneṅ, widu na waŋun. mulia
sra bwana, na bumi terus. na hneṅ héraṅ

Lp. 21r
1. légaṅ na maya, kadi asra niṅ akasa, nanataṙ
carénaṅ héraṅ, kadi asra homas.
2. miraḣ lumarap. kadi asra niṅ harémas.
buruan. terus. bwana, hibaṙ nataṙ sa
3. luaṙna, maya na hneṅ bwana, héraṅ na palaka,
asra niṅ maya, paluguḣhan. wati hneṅ
4. , na sadaan. asra maya, héraṅ liha, téja bwana,
pucak. na agadéta, saratna

Lp. 21v [ro ga/ 21]


1. sada premana, ali aliṅŋan. ajñana, sakitu
weduna, na paṅluṅguḣhan. nu wisésa
2. agös. kupul. nu mipuluṅ, pahi syi wenaṅ
wisésa, sahuṙ nu wisésa, ŋan. tu
3. lamun. agös. saṅkup. sapak. paksa, tugal. pun.
néma sabḍa nu wisé

- 24 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

4. sa, dayöḣhan. di cita ragara asra wisésa, pun.


agös. saṅkup. kupul. nu mipu

Lp. 22r
1. luṅ, ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu, ŋutamakön.
saṅhyaṅ ajñana, ŋan. tu sugan. kalawa
2. san. göiṅ di luaṙ, sugan. hatö katö tinöṅkön. ku
uraṅ pun. göra paṅkat. kö
3. n. iña na ñana, pun. mugaḣkön. iña waṅsa na
pahi töluan. nu nuguan.
4. na kahanan. ti manusa, puji makat.kön.
saṅhyaṅ atma na ñana aci wisésa, paṅka

Lp. 22v [ro ro/22]


1. t. ti bwana, jati suda, dataṅ ka bwana nis.kala,
mugaḣ ka bwana, jati tan. hana, sahuṙ
2. nu wisésa, liboḣ kéh bresiḣ sarira, jati, awak.
saṅ hyaṅ ajñana, na atma aci
3. wisésa, agös. aci rupa jati, ajum. alus. atis. luis.
duga héraṅ ma
4. ra maratasan. rupa jati hneṅ ḷgek. kasép. laṅgé
hajiṅ pates. litu hayu,

Lp. 23r
1. terus. rupa, na maya jati premana, na busana,
terus. héraṅ mamaya asra bwana, sabu
2. kna buka han. tara, husian. asra harémas.
dipakanan. pasra cina, di sisi
3. na, pasra keliṅ, di teŋaḣ na réka, asra déwata,
terus. alus. hneṅ tuṅtuṅ, rabu
4. na héraṅ sagala, disilaṅ ku kekembaṅŋan.
carénaṅ höḷt. höḷt. na, siaṅ kembaṅ

- 25 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 23v [ro leu / 23]


1. masa laraṅ, lita na busana, sapaŋadeg.
Samataré, pakön. madeg.kön. ajña
2. na, ini na pisalibut. terusa ibun. cipuk. alus. di
tuṅtuṅna, kuwuṅ kuwuṅ
3. misisi na téja hni, di teŋaḣna téja waṙna,
huruṅ, héraṅ, caaṅ siaṅ hibaṙ ṛji
4. jöṅ sem. bawa, lita paṅwidu saṅhyaṅ hayu, lita
guna, cita maya cina, ñabuṅŋan. Pi

Lp. 24r
1. busanaön. /0/ paké tupak. di waṅsana, agös.
luguḣ was. tu widu, saṅhyaṅ ha
2. yu, lidaḣ pawitra premana, mulia saṅhyaṅ
ajñana, na atma aci wisésa, ditu
3. pakön. kana waṅsana, pahi döṅ na rabi
kasiḣhan. paminiḣhan. ti nis. ka
4. la, nu nugaan. na kahanan. masa syi ti
manusa, nu maku saṅhyaṅ hayu, maka

Lp. 24v [ro ru / 24]


1. t.kön. saṅ hyaṅ ajñana, ṛŋö dipicahakön.
sadataṅ pulaṅ ka taṅkal. sacudu
2. k. dataṅ ka puhun. pahi agös. tupak. waṅsana,
waṅsana sri léṅgaṅ maya,
3. trerus. na héraṅ asra, bwana, palaṅka asra niṅ
héraṅ, mayana, hneṅ bwana na pa
4. luguḣhan. tupak. di pucak. madia, asra, terus.
niṅ héraṅ, awak. Luma

Lp. 25r
1. rap. kadi mamaya ajñana, na sadaan.
asramaya, terusna héraṅ bwana, ti hulu

- 26 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

2. niṅru bwana, pucakna niru akasa, mucaṙ caaṅ


sabwana, metu na sebawa jati, mijil
3. téja dilaḣ ñana niṅ bwana, suda jati na
waṅsana, héraṅ hneṅ nilan. tara, niṅ bwana,
4. na waṅsana, tapiḣ na aasra niṅ omas. silaṅna,
pamapan. asra harémas. carénaṅ

Lp. 25v [ro rur / 25]


1. héraṅ tapiḣna, hibaṙ ṛŋö döṅ sembawa,
tipiṅgina, dikikitiṙ cakra manik. diselaṅ a
2. srana, miraḣ, ti haṛpön. na kikicap. premata,
asra mas. miraḣ, ti tukaṅŋön.
3. tali laya, dikembaṅŋan. asraniṅ omas. pucak.
na asra miraḣ rarawis. na miraḣ
4. manik. diselaṅ ku kembaṅ atuṅ buŋa tujuṅ,
dirurutuy, hneṅ tuṅtu, ḷtik. kabönaṅ

Lp. 26r
1. ŋarigit. na kembaṅ widu laraŋan. na kembaṅ
carénaṅ héraṅ, kadi mamaya, omas.
2. pidaḣ, na sebawa héraṅ waṙna, bijil hneṅ ti
puhun. na lumalarap. bitan. kela
3. t. bijil. Sebawa tina widu paṅluṅguḣhan. mitu
ti saṅhyaṅ hayu, bijila
4. (pamaéh) na tina ajñana, pahi bjil. na sebawa
sebawa jati sarira, byita alit. niṅ ña

Lp. 26v [ro u / 26]


1. na, nu maka widu sarira, /0/. agös. genep.
ḷgep. sakep. na saṅkuan. pituṅ suruṅ,
2. na saṅkuan. Asra miraḣ, sagala, papakön.
ŋaduluṙ saṅ hyaṅ hayu, pakön, ŋawi

- 27 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

3. dukön. dina puhun. pahi nusyi aragöṅ, papahi


wenaṅ wesésa, sahuṙ nu wisésa, li
4. boḣ onam. uraṅ maṅkan. maka pahi pak. sa
tugal. tatabiḣhan. pahi agö

Lp. 27r
1. s. ka saṅkepan. ga sarira héraṅ hneṅ, asra na
os. miraḣ, gooṅ ku, héraṅ hneṅ, a
2. sra na tabaga suk. la, aduan. döṅ omas. pirak.
di papon. galuga haṛta
3. l. asra harémas. siaṅ tupak. na carénaṅ héraṅ,
hilöt. hölöt. na,
4. tataböḣhan. pakön. ŋawereg. saṅkuan. lita
gooṅ gaṅsa, tugal. sarapa

Lp. 27v [ro la / 27]


1. san. pañabuṅŋan. nu wisésa, ḷbuḣkönön. dina,
puhun. pakön. ŋaweṛg. waṅsa
2. na, micahakön. di madyi, lamun. nu cuduk. ka
puhun, sahuṙ nu wisésa, li
3. boḣ onam. uraṅ maṅkat. bray. carénaṅ héraṅ,
na pañawér ka maguṅŋin. na waṅsana
4. , na pañawéṙ, asra miraḣ döṅ harémas. nu
ñawéṙ sanua köpac. hatö pegat. na

Lp. 28r
1. sapajnaṅ jalan. ḷpaṅna, waṅsana, na pañawéṙ
carénaṅ héraṅ nigaṅna, kaburaan. ŋapaṙ
2. héraṅ carénaṅ hölöt. hölöt. na, buruan. terus.
na hneṅ tatapakan. a
3. sra na miraḣ, héraṅ léṅgaṅ sagala, tugul. bubaṅ
kiri kanan. asra ötöṅ

- 28 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

4. miraḣ hötön. kikila ḷpaṅ ti hila, héraṅ na payu


niru kacana, hatöp. na sra

Lp. 28v [ro ca/28]


1. cimaya, héraṅna, miraḣ sagala, pamapan. asra
harémas. héraṅ kuniṅ su
2. ci hneṅ, héraṅ pucak na pasiaman. salinaṙ
mamaya asraniṅ sutra, dipapa
3. n. omas. harémas. héraṅ cénaṅ, lumarap. kadi
helaṙ teka ŋo
4. ra. /0/ brenaṅ gasa ditaböḣ padöri, gasa
tuluy. digéṅgaṅkön. kikila, ma

Lp. 29r
1. ṅkat. ti kadaton. nu wisésa, goñaṅna réma,
sorana gaṅsa, go
2. ñaṅ dipipanöpuḣ, labuṅ baruṅ jöṅ naböḣ
babaanan. babatakan. turut.
3. laun. diridukön. nu nulaṅ nupaṅ soraṅ un.
hateu nu uŋaliŋaṅ liṅŋan.
4. ŋaran. babatakan. nan. na agös. kasiḣ pulaṅ
gölis. haat. kami saja

Lp. 29v [ro da / 29]


1. tina, sorana gaṅsa, ŋawereg. na waṅsana,
ŋaduluṙ saṅhyaṅ hayu, kreta subaga, …
2. ñaga saṅhyaṅ ajñana, suka sapak. saréréa, hatö
nu katitigénan. pahi
3. si anu aragöṅ, papahi wenaṅ, wisésa, nu
ŋajayak. kana mula, nu wisésa
4. , ŋahatuṙkön. kana puhun. agös. luput. ti
buruan. agöṅ, ŋala

- 29 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 30r
1. laṙ ka dora, laraṅŋan. sana cuduk. ka waṅŋun.
ka widu puhun. rahayu, nu wisésa,
2. tuluy. matuṙ ka haṛpön. ka nusyi maka wenaṅ,
pahi syi nu aragöṅ, papahi
3. syi wisésa, sam. pak. paksa tugal. kreta ka nu
wisésa, ñöbaḣ bak. ti
4. jati ka haṛpön. ñana ñumana, mremanakön.
ajñana, kami hulun. ŋayo

Lp. 30v [leu o / 30]


1. göakön. saṅhyaṅ daṙma, premana, aci wisésa,
ka nusyi maka ñana, kana wuit.
2. mula dadi, ka na jati, kana mula niṅ ñana,
kana taṅkal. niṅ ajñana, cuduk. ka pu
3. hun. saṅhyaṅ hayu, dataṅ kana wuit. dadi,
kawekasan. niṅ pretiwi, dataṅ ka taṅka
4. kal. kawekas. niṅ akasa, dataṅ ka mula, wekas.
niṅ bwana, dataṅ kana taṅkal. ka

Lp. 31r
1. wekasan. na nis.kala, wataṅ kana taṅkal.
kawekasan. niṅ tan. hana, dataṅ kana taṅ
2. kal. hana, sadataṅ tan. hana, cuduk. kana
puhun. luput. kana wekas. niṅ ta
3. n. katuduḣhan. wuit. niṅ ḷwiḣ saṅkan. dadi, nu
ŋayugakön. ajñana, nu me
4. tukön. hana sadataṅ tan. hana, nu ŋawayakön.
tan. hana, ŋayuga, bwana, jati,

Lp. 31v [leu ga/ 31]


1. nis.kala, tina takal. pawekasan. laṅgeṅ taya,
nihan. tara niṅ bwana, tugal. pa

- 30 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

2. wekasan. héraṅ lilaṅ, dilageṅni, lilaṅ laṅli, di


pucak. wekas. nihan. tara
3. , niṅ bwana, dina tan. hana, ŋaran. nana, nis.
ta kleṅ /0/ nu wisésa, pahi döṅ nusyi a
4. ragöṅ, papahi wenaṅ wisésa, pahi agös.
kahaṛpön. ŋahatuṙkön. kana puhu

Lp. 32r
1. n. ŋajayak. kana, taṅkal. kana wuit. mula dadi,
agös. cuduk. kana puhu
2. n. agös. dataṅ kana taṅkal. agös. kahusiṙ na
jati, dataṅ kana mula pasra
3. niṅ ajñana, ñahuṙ nu wisésa, pun., kami
hulun. ŋayogiakön. Ajñana
4. , kahaṛpön. sugan. waya ti sakini, pitinöṅŋön.
saṅhyaṅ hidep. lamun. héga

Lp. 32v [leu ro/32]


1. n. sakini, kami sadu dék. jibaṙran. sakitu kami
huluṇ. metu sabḍa ti madi
2. a, padésa ñana, anakeṅ nu wisésa, sui hawara
jibaṙran. kéna ai dék.
3. matitim. ayöna, aiṅ dék. nadaña paritaḣ,
sugan. ka …luy.kön. na da
4. bönaṅ matitim. ku na ŋajajadikön. ŋösian. na
kahanan. na paŋasiḣ ti nusyi

Lp. 33r
1. para wenaṅ, pahi syi tugal. puluḣ titis. kreta
sowarajñana, ti madyi, pa
2. hi syi mataṅ désa, maka tugal. sa…k.
samadaya, lamun. na bécét

- 31 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

3. siriḣhan. maka patitis. kreta sorajñana, kana


saŋa walu pitu, gene
4. p. paca, kapat. tiga, karo tugal., pahi bijel. na
paŋasiḣ, pakön. na ja

Lp. 33v [leu leu/ 33]


1. ti, diwiwu,kön. pahi ŋawayakön. na kahanan.,
pigösanön. na paŋasiḣ pahi nusyi
2. aragöṅ, maka patitis. paligöḣ jati, /0/ sakitu
anakiṅ, nu wisésa, maka
3. puguḣ nuṅtuṅ na rahayu, ñahuṙ nu wisésa, na
réma ajñana, maha premana, pun. ka
4. mi hulun. lamun. kitu saṅ hyaṅ sahuṙ, muku
waya, nu ŋönaḣ ñukayan. ajñana, la

Lp. 34r
1. mun. kitu saṅhyaṅ sahuṙ, agös. nuṅtuṅ na
ajñana, dataṅ ka kami hulun. hégan.
2. tu kami ŋaṛŋökön. puguḣ geusan. ŋawidukön.
sahuṙ saṅhyaṅ hidep. anakiṅ
3. nu wisésa, hadé lamun. dék. jibaṙran pada syi
wenaṅ wisésa, hégan. tu
4. ai höla, nitaḣ abuwa, ŋabreséka iña höla, /0/
sahuṙ nu wisésa, liboḣ

Lp. 34v [leu ru/ 34]


1. kéh uraṅ paksa, tugal. ka haṛpön. uraṅ sadu
dék. jibaran. laku sadu umun.
2. jati, ñebaḣ bak. ti macak. laraṅ, kahaṛpön. ka
nusyi maka adi kañana
3. , sahuṙ saṅhyaṅ hidep. hadé jibaṙran.
patitim.kön. di luaṙ, pahi syi ma

- 32 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

4. taṅ désa, maka patitis. paligöḣ jati, mulaḣ


waya nu kasalaḣhan. maka pa

Lp. 35r
1. hi sapak. suka kreta uraṅ sajagat. kéna ai
hayaṅ ṛjöṅ, sati niṅ, suba
2. ga ñaṅga, saṅhyaṅ ajñana, kéna aiṅ hayaṅ
kaduluṙ kasukuṅ kawaŋun. manaiṅ
3. ñarék. sakitu, ja hégan. hiji ini, nu paṅkat. ti
manusa, nu mönaṅ
4. , atos. hatosa ñana, ŋawakan. saṅhyaṅ daṙma,
nu ŋadoṅkap. ka na

Lp. 35v [leu rur/ 35]


1. taṅkal. nu ŋahusiṙ na jati, nu cuduk. kana
puhun. dataṅ kana taṅkal. wui
2. t. mula dadi niṅ ajñana, /0/ luput. ti widu
rahayu, liwat. ti désa, dé
3. wata, tina tata soṙga kapös. tan. liwat. ti na
soṙga kahyaṅŋa
4. n. tina soṙga niṅ déwata, na déta, pahi agös.
kawisésa, nu maka usaḣ

Lp. 36r
1. sabwana, nu maka ṛtag. sajagat. nu maka ṛduḣ
sabumi, pahi agös. kaga
2. laṙ, salaran. tapa, pakön. ŋawas. tu sahyaṅ
hayu, ka madyi ka widu puhun
3. . rahayu, sahuṙ nu wisésa, agös. saṅkup. pak.
sa tugal. sam. pak.
4. déṅdéṅ paras. padé, kreta uraṅ sajagat. hégan.
tu uraṅ ŋaṛŋökön. agö

- 33 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 36v [leu u/ 36]


1. s. nu ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu, hégan. tu
uraṅ maṅké, ti luaṙ, ŋagaway. na ka
2. hanan. pigösanön. na paŋasiḣ /0/ saagös.
cuduka puhun. agös. dataṅ, ka
3. na takal. agös. kahusiṙ na jati, na saṅkan. waya
böhila, ti nis. ka
4. la, na mula saṅkan. ti tan. hana, wuit. jati,
mula way. niṅ ajñana, nuhuṙ ti

Lp. 37r
1. madyi niṅ tan. hana, nu padésa, ajñana, ka
abu iṅ tan. hana wati, wuit. niṅ dadi,
2. jati niṅ pretiwi, mula waya ni bwana, saṅkan.
waya niṅ aksa, abu i tan. hana wa
3. ti, ŋabuk. ti alit. na sari niṅ jati hurip. niṅ
bwana, tugal. pretiwi, lawa
4. n. akasa, di laṅgeṅ ni tugal. di kawekasan. ni
bwana, luput. pretiwi, lu

Lp. 37v [leu la/37]


1. put. akasa, luput. bwana, luput. böraṅ luput.
pitöṅ, luput. cai sada, ka
2. la, héraṅ lilaṅ, sunyi nulan. tara, laṅgeṅ niṅ
bwana, pawekasan. niṅ caaṅ sadakala,
3. hneṅ laṅliṅ, sunyi terus. niṅ caaṅ, laṅgeṅ nilan.
tara, niṅ bwana, luput. ti laṅgeṅ, ti
4. tala han. tara, sunyi lan. tara, ti bwana, ti
oḣhaḣ ni taya, tugal. laṅgeṅ niṅ
Lp. 38r
1. taya bwana, di nis.kala, di tan. hana, puhun.
saṅhyaṅ hayu, wuit. na alit. taṅ

- 34 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

2. kal. na ñana, kahanan. saṅhyaṅ ajñana, wuit.


ni dadi, patugalan. niṅ tu
3. gal. tugal. pretiwi lawan. akasa, iya tugal. ni
ajñana, pun /0/ sahuṙ
4. nu séda, saṅkan. wisésa, ti madia niṅ tan.
hana, ñööṅ na waṅsana, dataṅ na duluṙ

Lp. 38v [leu ca/38]


1. , sakwan. tujuḣ suruṅ, na saṅkwan. asrana.
miraḣ sagala, ti padiri, na paṅweṛg. gaṅsa
2. rari, ditaböḣ diŋön. gooṅ, dipipa nem. puḣ
labuṅ, /0/ nu miṛŋöḣ metu ci
3. pta ti ajñana, mitu na sabḍa padésa, tuluy.
miwaraṅ, abuna, tan. hana wa
4. ti, na wuit. sari niṅ aci, wuit. jati mula niṅ
ajñana, ḷpaṅ onam. husiṙ ka waṅ

Lp. 39r
1. sana, mulaḣ dimaka turun. ku manéh, ti
maṅguṅ na waṅsana, mulaṅ dimaka naka na
2. taṙ, nu néma ajñana, abu, iṅ tan. hana wati, ka
haṛpön. saṅ hyaṅ hidep. sa
3. du méré ñaho, sugan. kamö göra gira, haŋö
haŋö sasaḷŋöṙ görö
4. k. ku pitinöŋön. hamo ṛŋö döṅŋön. saṅhyaṅ
hidep. hégan. tu éboḣ

Lp. 39v [leu dar/39]


1. onam. aiṅ ŋaduluṙ rahayu, ḷpaṅ onam. silihan.
na waṅsana, abui mi waṅ
2. sana, sarira, palalawas. papagaḣ döṅ daṙma,
döŋön. na anak. ajñana, abuiṅ tu

- 35 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

3. run. ŋahuseṙ na wasana, pahi uñut. turun. nu


mahayu saṅhyaṅ hayu, pahi
4. dataṅ ka waṅsana, sahuṙ abuiṅ sakini, anak.
kiṅ abet. ka dini, saṅhya atma

Lp. 40r
1. ajñana, aci wisésa, néma ajñana, ti puhun.
saṅhyaṅ hayu, saṅhyaṅ atma aci
2. wisésa, teheṙ sadu umun. jati bak. ti ñebaḣ ka
haṙpön. hégan. tu
3. kami bocaḣ méta palalun. kami takut. hatö
ñaho dina tutuṙ,
4. guru lagu, hégan. tu padan. kami mo ñaho
dina tikaḣ, tatakaṙma,

Lp. 40v [ru o/40]


1. hégan. tu nu maka mitakut. jarot. sömaṅ töiṅ,
sugan. dipajaṙkön. naṅgö
2. ḣhan. gunuṅ tan. pa töiṅ, ŋadöḷ panon. poé
tan. pa sérab. suga
3. n. göra-göra, sasaḷŋöṙ, lucat. ciuṅ karo laṅkaḣ,
töpak. muka balu
4. bahaṅga, sugan. kasöbölan. kasualan.
kapapahan. ka malaṅŋan. suga

Lp. 41r
1. n.köna ku na cakra kala, upadrawa niṅ ajñana,
hégan. tu sakitu nu maka méta
2. , palalun. hégan. tu kami, lamun. kajayak.
lapaḣ di jalan. kami sadu
3. luṙ, nutuṙkön. saṅhyaṅ hayu, /0/ saṅhyaṅ
atma agös. patég. nu sagata,

- 36 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

4. ŋiyatnakön. na ajñana, sahuṙ abuiṅ sakini aiṅ


nébalan. sabḍa utama, a

Lp. 41v [ru ga/41]


1. nakiṅ saṅhyaṅ ajñana, pihahön. wiraṅ walaṅ
ati, aiṅ titaḣhan. ti madia
2. , siliḣ na waṅsana, na waṅsana, sarira, anakiṅ,
mulaḣ nu dé sala rasa, la
3. in. ai nu ŋatégan. ŋahéganan. tapa,
ŋawuruṅnan. rahayu, ja ai
4. iñana jati, anakiṅ göra onam. lugay. sila idit.
birit. tina widu

Lp.42r
1. paṅluguḣhan. turun. ti maguṅ waṅsaṅna, teheṙ
nu méta, palalun. saḣhuṙ abu
2. iṅ sakini, éboḣ onam. aiṅ néma, taŋan. saṅhyaṅ
ajñana, mumul.
3. di nu turun. kawaŋun. abuiṅ miwaṅsana, sari
niṅ rasa, turun. ti cip. ta so
4. raṅŋan. di paṅku dihalipukön. na aisan. asra
maya, sari asri suci jati,

Lp. 42v [ru leu/43]


1. abuiṅ ŋalapaḣkön. suku taŋan. pahi sapak.
ñaga ñaga, subaga saṅhyaṅ
2. ajñana, uñut. nuturuta nu maku saṅhyaṅ
hayu, abuiṅ maan. uguḣ ka
3. bwana, pawekasan. nis. rira, dina taṅkal. séda
niṅ bwana, nigal.kön. da
4. sakalésa, ŋalaan. na dasamala, moocan. na
rajatamaḣ, dina séda ta

- 37 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 43r
1. kal. mala, abuiṅ agös. mulaṅkön. dribyi kala,
paṅkat. ka bwana jati, ka
2. aci niṅ séda kacana, héraṅ na tatapakan.
pacak. miraḣ, paca omas. pa
3. hi abuiṅ cuduka waŋun. nu tuluy. asup. ka
laṙbuṙ, na miru manik.
4. héraṅ cénaṅ, caaṅ siaṅ pucak. na asra harémas.
hibaṙ ṛŋö döṅ sem. bawa, pahi

Lp. 43v [ru leu/43]


1. abuiṅ luguḣ di labuṙ, öṛn. höla, saṅhyaṅ
ajñana, nurun.kön. tina lahunan.
2. ŋaluguḣkön. saṅhyaṅ hayu, saatma aci wisésa,
diña gösan. diraratan. ŋa
3. bresiḣ sarira jati, ŋabreséka saṅ atma, aci
wisésa, na caaṅ canébraṅ héraṅ
4. , tina jati léṅgaṅ maya, bijil. ti hulu na hneṅ,
bijil. tina asra manik. na

Lp. 44r
1. paniba, salaka miraḣ sagala, ini rajaḣ na
pakön. moocan. na rajatamaḣ sara
2. tna, sarapakön. ŋaḷbuṙ na musuḣ, pakön.
ŋaḷŋöt.kön. alit. mala jati,
3. petukön. ti sarira jati, luput.kön. ti rasa, bayu
sabḍa hidep. jööṅ
4. déŋé tutuṙ saḣkön. ti bwana, ini pamusaḣkön.
maya, ras. sa tamana, ras.

- 38 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 44v [ru ru/44]


1. saḣ tabana, ras. saḣ tamala, ras. saḣ taya, ras.
saḣ ratna, ras. sa ta hilaṅ
2. ta ḷŋit. /0/ sahuṙ abuiṅ éboḣ onam. briséka,
saṅhyaṅ ajñana sahuṙ
3. abuiṅ tan. hana ratna, pahi abuiṅ tan. hana
maya, anakiṅ cupatan.
4. onam. busana, agös. saṅ atma cupat. busana,
abuiṅ maṅku hina paṅluguḣ

Lp. 45r
1. han. midaḣkön. döuk. kana patöḷsan. saṅhyaṅ
ajñana, abuiṅ pahi sam. pa
2. k. maribuksaḣ sarira, pahi pahayu, ŋawaŋun.
saṅhyaṅ hayu, sapak. ŋara
3. ratan. na ajñana, agös. déta, pawiŋa pawéla
ñana, héraṅ sarira, agö
4. s. aci rupa jati, légaṅ premana, rupa ni atma,
agös. hneṅ rupa jati, agös.

Lp. 45v [ru rur/45]


1. awak. luput. rupa, dina kawekasan. rupa jati,
liwat. ti maya na héraṅ
2. hneṅ, agös. kapuṙba ñana, kreta rasa jati
palipuṙna, niṅ ajñana, agös. na sari
3. ra was. tu jati, mulia jati utama, agös. premana
jati wisésa, agös.
4. was. tu na jati saṅhyaṅ hayu, abuiṅ tan. hana
witi, pahi abuiṅ tan. ha

- 39 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 46r
1. na ratna, abuiṅ tan. hana maya, agös. ŋatöḷsan.
ñana, paṅkat. tina mo
2. ksahan. rajatama, disawéṙ ku asra omas.
harémas. na pañawéṙ carénaṅ,
3. héraṅ, ŋapaṙ dina tatapakan. miraḣ, abuiṅ
maku tina panuusan. saasu
4. p. abui ka labuṙ, ŋawidukön. saṅhyaṅ hayu,
abuiṅ ñatön. ñana, saribu sawa

Lp. 46v [ru u/46]


1. , saṅhyaṅ ajñana, dipamukakön. basana,
asrana terus. niṅ rasa, héraṅ laraṅ buka
2. léṅgaṅ, mamaya nu rupa premana, /0/ na
busana pakön. maṅkat.kön. ajñana, ka puhu
3. n. saṅhyaṅ hayu, jati mula, niṅ sarira, ka
taṅkal. niṅ ñana, kahanan. saṅ
4. hyaṅ ajñana, diña wuit. mula, pawekasan. niṅ
déwata, sahuṙ abui énam.

Lp. 47r
1. onam. uraṅ makat. agös. atma rupa jati
palipurna, agös. sari budi jati
2. , agös. rasa budi ñana, agös. was. tu budi
rahayu, agös. ajñana, wa
3. s. tu premana, abuiṅ maṅkat. ti labuṙ maan.
ŋahusiṙ kahanan. pawe
4. kasan. niṅ tan. hana, dataṅ ka madyi niṅ
pawekasan. niṅ ajñana, dina luput. pa

- 40 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 47v [ru la/47]


1. wekasan. niṅ luput. tina luput. tan.
katuduḣhan. ti nu nuduḣ tan. katu
2. daḣ luput. bayu luput. hurip. luput. asra
luput. asri, luput.
3. atma, luput. aci, luput. cit. luput. panas. luput.
tiis.
4. luput. hujan. luput. aŋen. luput. ṣakéṅ suña
taya, luput. sa

Lp. 48r
1. kéṅ adityi, luput. sakéṅ patapaan. luput. niṅ
luput. luput. böraṅ lu
2. put. peteṅ, luput, caaṅ sadakala, tina taṅkal.
pawekasan. nu ma
3. ka caaṅ na bwana, tina puhun. mula jati niṅ
bwana, saṅkan. waya paweka
4. san. Tina puhun. luput. puhun. tan. katuduḣ,
tu puhun. ha éta nu ñöö

Lp. 48v [ru ca/48]


1. n. puhun. éta nu mijil.kön. ajñana, ti tan. han.
bijil. tan. hana, di
2. ŋaranan. ku tan. hana, éta nu luput. di seguḣ
ñaho ku puhun. pun.
3. /0/ abuiṅ pahi cuduk. ka puhun. maku
saṅhyaṅ hayu, dataṅ ka taṅkal.
4. maan. saṅhyaṅ ajñana, ka kahanan. patugalan.
abu ayaḣ dina luput.

Lp. 49r
1. pawekasan. tan. katuduḣ, ti nis.kala dina
laput. mula jati, tina

- 41 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

2. pawekasan. niṅ tan. hana, tina taṅkal.


pawekasan. niṅ ajñana, liwat.
3. tina taṅkal. pawekasan. héraṅ liṅlaṅ, ḷwiḣ tina
pawekasan. hneṅ laṅ
4. liṅ liwat. tina adras. asra pawekasan. ni
bwana, …na laṅgeṅ, niṅ pawekaṣan.

Lp. 49v [ru dar/49]


1. nilan. tara, tina luput. pawekasan. liṅna ḷŋö,
tina nis. tamana, paweka
2. san. niṅ tan. hana, luput. ti kahanan. na
puhun. ja luput. ti nu luput.
3. magawé luput. paratata, waṙnani, kahanan.
nusyi wenaṅ, pahi wisésa,
4. tata nis.kala, ti puhun. nitipkön. iña di bwana
pun /0/ saagös. da

Lp. 50r
1. taṅ ka taṅkal., cuduk. ka puhun. saṅhyaṅ
daṙma, dataṅ ka kahanan. abu ayaḣ
2. , ñahuṙ abuiṅ ka haṛpön. pun. kami na
ñana,paritaḣ göi uraṅ ŋajaja
3. dikön. pun. sahuṙ ti puhun. abu göra
luṅguḣkön. ai ŋaduluṙ rahayu,
4. widukön. inam. saṅhyaṅ hayu, susaṅ ku
palipuṙnakön. sarira maka sapak. su

Lp. 50v [rur o/50]


1. baga, ñaga saṅhyaṅ ajñana, abuiṅ pahi agös.
gönam. ḷgöp. ṣaṅkep. ñu
2. kuṅ ŋawaŋun. ŋawidukön. na paluguḣhan.
saṅkwan. saṅhyaṅ hayu, aci ni hu

- 42 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

3. rip. sari na hneṅ, héraṅ na aci sagala, na


pañawéṙ aci na sari, héraṅ na ra
4. sa, sagala, aciniṅ atma tupa kadi teŋaḣ sari na
hneṅ, héraṅ na légaṅ sagala

Lp. 51r
1. agös. kapahayu, luput. acu rupa jati, agös.
kapalipuṙnakön. saṅhyaṅ
2. ajñana, agös. jati widu saṅhyaṅ hayu, agös.
disaṅku dihalipukön. saṅ a
3. tma aci wisésa, disalin. busana jati, terusna
hneṅ héraṅ na maya, hégaṅna,
4. asra bwana, agös, disalin. busa saṅhyaṅ
ajñana, diwidukön. didöukön. ṛŋö döṅ

Lp. 51v [rur ga/51]


1. döṅ na paŋasiḣ abu ayaḣ nu dipisari pawak.
dwa paluḣ nu ajñana premana, laraṅ saga
2. la, na paṅwas. tu ti puhun. ŋadöukön. saṅhyaṅ
hayu, nu ŋas. kara, teheṙ ŋadeg
3. kön. pawaraṅ, na paŋas. kara, cinacita
premana, ḷwiḣ na laraṅ, na pawaraṅ ŋaran.
4. na terusna laraṅ, premana héraṅ na maya, tan.
hana /0/ hneṅ na aci héraṅ na maya,

Lp. 52r
1. , premana, cita tan. hana, /0/ héraṅ natna,
premana ḷwiḣ na laraṅ, /0/ aci na sari
2. premana, maya na laraṅ /0/ agös. abu ayaḣ,
ŋawas. tu saṅhyaṅ hayu, na kaha
3. nan. luput. tina huruṅ héraṅ tina léṅgaṅ, liṅgaṅ
tina hneṅ laṅliṅ, luput. ti

- 43 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

4. na pawekasan. niṅ bwana, dina bwana nis. na


ḷŋiṅ jati, di iña pigösanön. na kahana

Lp. 52v [rur ro/52]


1. n. nu ti luaṙ, iña luput. ti sakitu na kahanan.
dina luput. pawekasan.
2. abu ayaḣ pun. /0/ agös. ti puhun. nu
ŋawidukön di kahanan. sahuṙ nu wisé
3. sa, hégan. tu kami naña ka nusyi aragöṅ
papahi wenaṅ wisésa, sahuṙ dayöḣ
4. han. di cita nagara asra wisésa, naréma sabḍa
nu wisésa, hégan. tu lamu

Lp. 53r
1. n. agös. sakup. kupul. mipuluṅ, sapak. tugal.
samadaya, patitis
2. . walaṅ wilis. paliḣgi jati, agös. katitis. san.
kreta sowarajñana
3. , uraṅ sajagat. sahuṙ nu wisésa, éboḣ onam.
uraṅ sapak. ŋawayakön. na
4. kanan. pigösan. nön. na paṅŋasiḣ, lain.
kukuryikan. lain. aci

Lp. 53v [rur leu/53]


1. kana jatina, di nis. niṅ bwana ḷŋi gösan. tan.
hana, laraṅ ajñana, ti luaṙ diña
2. gösan. ŋawayakön. na kahanan. nu wisésa,
ŋawayakön. kahanan. asra na
3. hneṅ, terus. na, lageṅ niṅ bwana, lain.
kukuryikan. lain. acina, kéna ja
4. tina, ösina, na paŋasiḣ, sapuluḣ nu
dipipaŋawak. ajñana, laraṅ sagala, dayöḣ

- 44 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 54r
1. hanan. na iña cita maya cina /0/ cita hneṅ,
terusna maya kuni /0/ sari ni cina,
2. héraṅ na maya premana, /0/ sakitu nu ajñana,
premana, paṅwatu nu wisésa, /0/
3. dayöḣhan. di cita nagara, asra wisésa,
ŋawayakön. kahanan. di ni
4. s. ni bwana lageṅ, di nis. na ḷŋiṅ ŋawayakön.
kahanan. saṅkan. niṅ asra, taṅ

Lp. 54v [rur ru /54]


1. kal. niṅ waya, terus. niṅ lageṅ bwana, lain.
kukuryikann. lain. acina,
2. kéna jatina, ösina, na paṅŋasiḣ sapuluḣ
paṅwas. tu saṅhyaṅ hayu, ŋaran. na, cita
3. na, premana, maya laraṅ, /0/ cita na héraṅ
pṙemana ḷeiḣ na laraṅ /0/ sari niṅ
4. cita, héraṅ na maya, ḷwiḣ na laraṅ /0/ sakitu,
pamas. tuna, dayöḣhan.

Lp. 55r
1. di cita nagara, asra wisésa, ka dayöḣhan. nis.
na ḷŋiṅ, ka nu tan. hana, la
2. raṅ ajñana /0/ dayöḣhan. di cita, hégaṅ
nagara, asra bwana, ŋawayakön
3. . kahanan. saṅkan. na léṅgaṅ wit na mula, asra
saṅkan. laṅgeṅ niṅ bwana, lain
4. . kukuryikan. lain. acina, kéna jati, ösina, na
paṅwas. tu sapuluḣ

Lp. 55v [rur rur/55]


1. premana, laraṅ sagala, ŋaran. na cita nis. na
hneṅ héraṅ na maya laraṅ /0/ cita

- 45 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

2. maya premana, saṅkan. na laraṅ /0/ aci sari,


maya na hneṅ /0/ dayöḣhan. di pu
3. cak. nagara, asrana hneṅ, ŋawayakön.
kahanan. saṅkan. niṅ pucak. tuṅtuṅ laṅ
4. geṅ niṅ bwana, saṅkan. asra, wuit. na hneṅ,
lain. kukuryikan. lain. acina, ké

Lp. 56r
1. na jatina, ösina, na paṅwas. tu sapuluḣ, nu
ajñana, laraṅ sagala, ŋaran. na cita
2. niṅ laraṅ, mayana mulia héraṅ /0/ cita nis. niṅ
laraṅ, héraṅ na maya, laraṅ
3. ŋan. /0/ nis. na laraṅ, héraṅ na premana,
maya niṅ laraṅ /0/ sakitu, ti dayöḣha
4. n. di pucak. nagara asra na hneṅ, pahi waya,
na paṅweṛg. saṙwa waya, tatabi

Lp. 56v [rur u/56]


1. ḣhan. suka karaméan. saṅhyaṅ hayu, ŋawas.
tu nu tan. hana, laraṅ ajñana
2. , pun. /0/ dayöḣhan. di cita, mayana, asra niṅ
héraṅ, ŋawayakön. kahana
3. n. saṅkan. na maya, mula niṅ asra, terus. na
lageṅ niṅ héraṅ, lain. ku
4. kuryikan. lain. aci naṅ kéna jatina, ösi saṅ,
sakep. weṛg. saṙwa, tata

Lp. 57r
1. böḣhan. suka karaméan. saṅ hya hayu,
paṅwas. tu sapuluḣ sari saṅhyaṅ ha
2. yu, paṅŋawak. laraṅ sagala, ŋaran. na cita na
laraṅ maya na héraṅ /0/ cita na

- 46 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

3. héraṅ, maya na laraṅ /0/ cita niṅ maya


premana, nu héraṅ ni laraṅ pun. saki
4. tu pamas. tuna, dinu tan. hana, laraṅ ajñana,
pun /0/ dayöhan. di cita

Lp.57v [rur la/57]


1. nagara, asra na hneṅ, ŋawakön. kahanan. di
niṣ. niṅ bwana lageṅ, di nis. na ḷŋiṅ, na ka
2. hanan. saṅkan. héraṅ ni asra, wuit. mula na
hneṅ döṅ laṅgeṅ niṅ terus. na hneṅ, lai
3. n. kukuryikan. lain. acina, kéna jatina, asi na
paṅwas. tu sapuluḣ paŋa
4. wak. premana, laraṅ sagala, pahi wayaköna
paṅweṛg. tataböḣhan. suka ka

Lp. 58r
1. raméan. saṅhyaṅ hayu pun. ösina sari
paṅŋasiḣ, ngaran. na sari niṅ cita, mayaa
2. na laraṅ, ḷwiḣ ni héraṅ /0/ sani niṅ héraṅ, ḷwiḣ
niṅ maya na laraṅ na hneṅ /0/ sari niṅ la
3. raṅ, ḷwiḣ mayana niṅ héraṅ pun. sakitu ŋawas.
tuna, ka nu tan. hana, laraṅ
4. ajñana, pun. /0/ dayöḣhan. di pucak. hégaṅ
nagara asra wisésa, ŋawaya

Lp. 58v [rur ca/58]


1. kön. kahanan. na kahanan. mula ni taya,
sakan. na légaṅ, di terus. na hneṅ, di la
2. geṅ niṅ bwana, lain. kukuryikan. lain. acina,
kéna jatina, pahi saṅkep. na
3. paṅweṛg. tataböḣhan. suka karaméan.
paṅwidu, saṅhyaṅ hayu, hayu paṅwas.

- 47 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

4. tuna, sapuluḣ premana, laraṅ sagala, ŋaran.


cita légaṅ niṅ maya /0/ cita sari niṅ

Lp. 59r
1. premana, héraṅ maya niṅ laraṅ /0/ aci ni rasa,
premana, maya niṅ héraṅ /0/ sakitu
2. ŋawas. tuna, kanu tan. hana, wisésa, laraṅ
ajñana, pun. /0/ ini nu ŋawas.
3. tukön. mijel. ti bwana, tan. hana, nu ŋawaŋun.
saṅhyaṅ hayu, pun /0/ i
4. ni saṅkan. hana, wuit. pawekasan. ni ajñana,
byita padésa, wekas. niṅ sabḍa

Lp. 59v [rur dar/59]


1. ini diyöḣhan. bwana, banua saṅkan. nis.kala,
ŋawayakön. kahanan. na kaha
2. mula ni légaṅ, terus. niṅ héraṅ, di saṅkan.
nilan. tara, laṅgeṅ niṅ bwana, di nis.
3. kala, lain. kukuryikan. lain. acina kéna jatina,
pahi ḷgep. saṅ
4. kep. weṛg. suka karamén, mibuḣwasta
saṅhyaṅ hayu, pamas. tuna, sapuluḣ

Lp. 60r
1. mulia premana, laraṅ, sagala, ŋaran. na cita ni
héraṅ maya ni laraṅ /0/ cita
2. laraṅ, mulia, maya niṅ héraṅ /0/ cita héraṅ
mayana, mulia laraḣ /0/ sakitu
3. , ŋawas. tuna, ka nu tan. hana, wisésa, laraṅ
ajñana, pun /0/ ini nu ŋa
4. was. tu na ajñana, pun. /0/ bejel. ti bwana,
nis.kala, nu ŋawaŋun. saṅhyaṅ ha

- 48 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 60v [u o/60]


1. yu pun. /0/ dayöhan. di pucak. hneṅ di terus
na lilaṅ ni bwana, ŋawayakön. kaha
2. nan. na kahanan. di wit. na hneṅ, di terus na
laṅgeṅ ni bwana, lain. tukuryika
3. n. lain. acina, kéna na jatöna, ösina, sapuluḣ
was. tu premana, mulwi
4. laraṅ sagala, ŋaran. na aci ni maya, héraṅ rat.
na niṅ laraṅ /0/ aciniṅ laraṅ, ma

Lp. 61r
1. ya niṅ héraṅ /0/ aciniṅ héraṅ, maya ni laraṅ,
tiga katuduḣ premana, mulwi na ö
2. si bwana, pahi ḷgep. saṅkep. na paweṛg. suka
mibuḣ, pahi waya, pama
3. s. tu saṅhyaṅ hayu, pun. /0/ sakitu ŋawas.
tuna, ka nu tan. hana, wisé
4. sa, laraṅ ajñana, /0/ ini nu ŋawas. tukön.
mijil. ti bwana nis.kala,

Lp. 61v [u ga/61]


1. ŋawaŋun. saṅhyaṅ ajñana, /0/ dayöḣhan di
pun. cak. légaṅ héraṅ na maya,
2. hneṅ bwana, ŋawayakön. kahanan. na
kahanan di wuit niṅ laṅgaṅ, ni hé
3. raṅ di terus. wekasan. niṅ maya, di teŋaḣ lageṅ
bwana, lain. kukuryikan.
4. lain. acina, kéna jatina, ŋwayakön. kahanan. di
nis. niṅ bwana laṅ

Lp. 62r
1. geṅ, di nis. na ḷŋi, sapuluḣ, was. tu premana
laraṅ sagala, ŋaran.

- 49 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

2. na aci niṅ léṅgang, maya niṅ héraṅ, /0/ aci na


légaṅ maya ni laraṅ /0/ aci na
3. laraṅ na léṅgaṅ maya niṅ héraṅ, pun. sakitu
paṅwas. tuna, ḷgep. saṅke
4. p. sapak. suka suḷga, ñaga saṅhyaṅ ajñana,
pun. ka nu tan. hana, wisé

Lp. 62v [u ro/62]


1. sa, laraṅ niṅ ñana, pun. /0/ pahi bijil. pamas.
tu saṅhyaṅ hayu, ŋawaŋun. na
2. ñana, di saṅhyaṅ ajñana, pun. pahi bijil. ti
bwana, nis.kala, pun. /0/
3. dayöḣhan. di terusna léṅgaṅ bwana,
ŋawayakön. kahanan. na kahanana
4. di wuit. niṅ héraṅ, saṅkana léṅgaṅ bwana, di
laṅgeṅ niṅ tugal. bwana, pun. lai

Lp. 63r
1. n. kukuryikan. lain. acina, kéna jatina, di
nis.kala, ösina, sapuluḣ
2. mulyi, premana, laraṅ sagala, ŋaran. na cita na
mayana, hneṅ, /0/ cita maya
3. na héraṅ /0/ cita maya na kuwiṅ /0/ pahi
ḷgep. sakep. na paṅweṛg. suka
4. subaga, ñaga saṅhyaṅ ajñana, pun. sakitu,
ŋawas. tuna. ka nu tan. hana, wisé

Lp. 63v [u leu/63]


1. sa, laraṅ ajñana, pun. ini nu ŋawas. tukön. ti
terusna légaṅ bwana, ŋawaŋun. saṅ
2. hyaṅ hayu pun. pahi mijil. ti nis.kala, lain. ti
na para soṙga, ni dé

- 50 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

3. wata, nu ŋawayakön. kahanan. ti nis.kala,


jatina pun. ja nu maka soṙ
4. ga déwata, pun. /0/ dayöḣhan. di terusna
laraṅ, maya na héraṅ bwana, ŋawaya

Lp. 64r
1. kön. kahanan. na kahanan. dina saṅkan. héraṅ
mayana, di hneṅ na lageṅ laraṅ niṅ bwa
2. na, pun. lain. kukaryikan. lain. acina, kéna
jatina, ti nis.kala
3. , pun. ösina, sapuluḣ was. tu premana,
mulwia laraṅ sagala, pun. ŋaran. na
4. héraṅ na maya, aci premana, /0/ acina,
premana, maya ni héraṅ /0/ acina, ma

Lp. 64v [u ru/64]


1. ya niṅ laraṅ /0/ pahi ḷgep. sakep. paṅweṛg. ka
suka kreta subaga, ñana, ña
2. ga saṅhyaṅ ajñana, pun. sakitu, ŋawas. tuna,
ka nu tan. hana, wisésa, la
3. raṅ ajñana, pun. iniṅ nu ŋawas. tukön. ti
terusna laraṅ, maya na héraṅ bwana,
4. ŋawaŋun. saṅhyaṅ hayu pun. pahi mijil. lan.
ñana ti nis.kala, pun. /0/

Lp. 65r
1. dayöhan. di terus. bwana, mula, niṅ laraṅ,
pucak. niṅ héraṅ, pun. ŋawayakön.
2. kahanan. na kahanan., di wwit. niṅ bwana, di
terusna légaṅ niṅ laraṅ, di laṅgeṅ pu
3. cak. ni héraṅ pun. lain. kukuryikan. lain.
acina, kéna, jatina,

- 51 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

4. , di nis.kala, pahi ḷgep. saṅkep. na paweṛg.


suka kreta, subaga ñana,

Lp. 65v [u rur/65]


1. mulia premana, ñaga saṅhyaṅ ajñana, pun.
ösisna, sapuluḣ, was. tu mulia
2. premana, laraṅ sagala, pun. ŋaran. na aci ri
maya hneṅ /0/ héraṅna, aci maya
3. nik. … aci na héraṅ, mayana, mulyi laraṅ pun.
/0/ sakitu ŋawas. tuna,
4. ka nu tan. hana, wisésa, laraṅ ajñana, pun. ini
nu ŋawas. tukön. tete

Lp. 66r
1. rus. bwana, mula niṅ laraṅ pucak. ni héraṅ
pun. ŋawaŋun. saṅhyaṅ hayu, pu
2. n. pahi patitis. ñana, ti nis.kala, pun. ///0///
dayöḣhan. di bwa
3. na laraṅ, maya na pucak. niṅ héraṅ, wuit.
tugal. pawekasan. niṅ
4. ajñana, nis.kala, pun. ŋawayakön. kahanan. na
kahanan. wuit. niṅ saṅka

Lp. 66v [u u/66]


1. n. laraṅ mulana, maya, di teŋaḣ laṅgeṅ niṅ
héraṅ, pun. di nis.kala, lain. ku
2. kuryikan. lain. acina, kéna jatina, pun. pahi
ḷgep. sakep. na pa
3. weṛga suka mulyi, kreta pawitra utama
premana, ñana, ñaga saṅhyaṅ a
4. jñana, pun. ösina, sapuluḣ, was. tu utama,
premana, laraṅ sagala, pun. ŋa

- 52 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Lp. 67r
1. ran. na mutyi citana, hneṅ /0/ mutyi cita niṅ
héraṅ /0/ mutyi cita ni laraṅ
2. pun. sakitu, ŋawas. tu na ka nu tan. hana,
wisésa, laraṅ ajñana, pun. i
3. ni ti bwana laraṅ, mayana, pucak. niṅ héraṅ,
ŋawastakön. saṅhyaṅ hayu,
4. ŋawaṅŋun. saṅhyaṅ ajñana, pun. ti nis.kala.,
pahi nis.kön. kahanan.

Lp.67v [u la/67]
1. di nis. niṅ bwana, lageṅ, di nis. na ḷŋiṅ, ka nu
ḷwiḣ ni laraṅ ajñana, pun. pahi
2. pasra ñana, nis.kala, tugal. ajñana, pun. sabḍa
padésa, nu wisésa,
3. agep. tugal. ñana, ti nis.kala, ka madiana, niṅ
ajñana, pun /0/0/
4. sahuṙ nu wisésa, lamun. agös. titi sowara kreta
pasra, tuṅgal. niṅ ajñana

Lp. 68r
1. , hati nu katitigénan. ñana, ti nis.kala, pahi
ŋawayakön. kahanan
2. . di nis. niṅ bwana, lageṅ, di nis. ḷŋiṅ jati, ti
luaṙ, aya ḷwiḣ laraṅ kahana
3. n. ti madyi niṅ tan. hana, dina wekas. niṅ tan.
katuduḣhan. dina wuit
4. . mula pawekasan. niṅ ajñana, di adras. asra
pawekasan. niṅ bwana, dina mu

Lp. 68v [u ca/68]


1. la, adras. pawekasan. niṅ tan. hana, dina
luput. saṅkan. pawekasan. niṅ a

- 53 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

2. ajñana, pun. saketu, kawekasan. nan. na nusyi


tuhu maŋun. rahayu, nu
3. laksana mawa daṙma, nu satyi di ajñana, nu
mönaṅ hatos. sa rasa, hamo
4. tres. na di sarira, pun. dayöḣhan. di banu hneṅ
sunya keliṅ, ti manusa, agös.

Lp. 69r
1. kahusiṙ na jati, agös. cuduk. ka na puhun.
dataṅ kana taṅkal. abu ayaḣ a
2. gös. sasra kreta, palipuṙna, niṅ ajñana, ti abu
ayaḣ, mönaṅ wisésa, di nis
3. . kala, agös. kabéréan. jagag. puṙnama ñana,
wenaṅ, satata, wisé
4. sa, niṅ ajñana, agös. di baan. sa kahanan. suka
kreta maṅlaba laba, ligaṙ

Lp. 69v [u dar/69]


1. ñana, ligaṙ yusa, ajñana, wenaṅ wisésa,
sakama kama niṅ ñana, wenaṅ wisésa, dina
2. bwana, nis.kala, pun. ja nu wenaṅ ñaga ñaga,
saṅhyaṅ ajñana, nu ñukuṅ ŋawaŋu
3. n. saṅhyaṅ hayu, kana mula, ṇiṅ tan. hana
pun. sakitu, agös. na nu lupu
4. t. tapa, wisésa, dö ajñana, mula niṅ daṙma,
saṅkan. nis.kala, lunas. ta

Lp. 70r
1. n. hana, pun. //00// ini pus. taka, bijil. ti
wwiit. mula, niṅ ta
2. n. hana, pun. /0/ nu tan. hana, ḷwiḣ lawaṅ
ajñana, pun. dayöḣhan. di

- 54 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

3. banua hneṅ, sunyi akleṅ, dipigösan. ñumana,


ñyiön. na pus. taka,
4. pun. /0/0/0/

- 55 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Bab 3
Suntingan Teks
Pada bagian ini disajikan suntingan teks. Dapat
dikatakan bahwa suntingan teks merupakan
pengulangan terbitan diplomatik dengan
menghilangkan sedapat mungkin hambatan untuk
pemahaman teks. Di sini terdapat campur tangan
peneliti sebagai pembaca. Suntingan teks tersebut
dilakukan sebagai berikut:
1. Teks dikembalikan dalam bentuk prosa. Tanda
baca dalam naskah diubah menjadi titik (.), koma
(,) atau paragraf disesuaikan dengan kelancaran
kalimat.
2. Kata-kata distandarisasikan berdasarkan kesak-
sian kamus. Kamus yang digunakan dalam
terbitan ini antara lain: Kamus Umum Basa Sunda
(LBSS, 1978), Kamus Basa Sunda (Danadibrata,
2006), dan Sundanese-Nederlansche Woordenboek

- 56 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

(Eringa, 1984). Kata-kata yang diperkirakan


berasal dari, atau sama dengan, kata Jawa Kuna
distandarisasikan berdasarkan Kamus Jawa
Kuna-Indonesia (Zoetmulder, 2006) dengan
perubahan ejaan sesuai ejaan bahasa Sunda
sebagaimana diterapkan pada terbitan teks Para
Putera Rama dan Rahwana, Pendakian Sri Ajnyana,
dan Perjalanan Bujangga Manik pada terbitan
Noorduyn dan Teeuw (2006).
3. Dalam suntingan teks digunakan tanda-tanda
sebagai berikut:
(…) : ditambahkan pada bacaan;
[…]: dihapuskan pada bacaan.
4. Angka arab dalam teks menunjukkan catatan
kaki. Teks dalam catatan kaki menunjukkan
suku kata atau kata yang terdapat dalam naskah.

- 57 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Panyajian Suntingan teks

Ndah warah iyatnakna. Ini na pakéeun nu


liwat ti raga nu luput ti bayu sabda hidep. Liwat ti
rasa sarira, leuwih ti hurip, na minget tutur sang
manon, liwat ti atma wisésa, leuwih ti aci(n)tya
ning nyana ajnyana, lityaning taya.

Ini ti nu sakini, nu nuduhan na raga, nu


ngaranan bayu sabda hi /1v/dep, nu nyeueung
ngareungeu, deungeun rasa, sarira, hurip na
atma, minget tutur sang manon wisésa, nu
ngaranan sakini. Inya alit bayu sabda hidep [inya
alit bayu sabda hidep] pun.

Ini nu diboga raga, nu metukeun na bayu


sabda hidep, nu tutur nyeueung ngareungeu, nu
maka waya rasa di sarira, nu maka hurip atma, aci
alit /2r/ wisésana, pun.

Nya ini tu(ng)gal na alit na raga sarira, nu


metukeun3 na bayu, hamo kabayuan. Nya ini nu
nyabda hamo kasabda, nya ini (nu) ngahidep
hamo kahidep, ini nu ngadéngé hamo kadéngé,
ini nu nyeueung hamo kajeueung, ini nu karasa
hamo karasa, nya ini nu[y] ngahuripan hamo /2v/
kahurip4.

Tan katuduhan ku alit urang sabwana, inya


lita nu maka lita, (nu) ngaranan alit urang
sabwana, nu ngaranan urang sajagat tan keuna,

3 mitukeun
4 dep

- 58 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

dingaranan inya nu wisésa, dina alit ning tan


katon kareungeu, tan kausap kahidep, inya nu
maka alit ning tan katuduhhan. Pun.

Ini pakéeunana /3r/ dina puhun alit tu(ng)gal


bayu sabda hidep. Ini na pakéeun alit ning
langgeng tutur te[ng]leng ning hidep nis ku
sajnyana5, paké mangkatkeun ajnyana‫‏‬
ngaleupaskeun nyana alit sang manon. Ini suniya
alit ning langgeng sa(ng) manon, terusna ti akasa,
padang caang, liwat ti rahina sada, hibar caang
saluar bwa/3v/na, luput beurang caang sadakala,
paké alit ning jeueung di alit hidep6 sang manon
pakeun ngahusir na jati, nyeueu(ng) bwana
niskala.

Ini pakeun ngahusir a(m)bu ayah ka niskala,


paké alit na nirmala, di alit leupas ning nyana,
pakeun ma(ng)kat moksahkeun ajnyana, ja nu
maka alit ngaleungit/4r/keun nu alit ha(n)teu nu
leungiteun alit ning ajnyana, pulang deui7 ka
niskala, alit ning nyana, datang ka tan hana, kana
désa, lé(ng)gang hérang linglang, hening linglang8
na bwana, cu(n)dukna nyana ka a(m)bu ayah.
Pun.

Ini pakeun nga(m)pihkeun bumi, nir na


bumi ti pretiwi, na raga li(ng)lang muksah ti
dunia, suniya lawan taya. Mo/4v/ksa hilang

5 sadinyana
6 hidip
7 dii
8 langling

- 59 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

ta(n)pa sangkan, mesat muksah hilang ti akasa.

Alit ning pretiwi nga(m)pihkeun pangeusi9


bumi. Alit ning bwana nga(m)pihkeun raga sarira.
Alit ning akasa nga(m)pihkeun sirah tres(na) sari
ning bwana. Pada muksahkeun pasa(m)bung
niskala, pakeun nga(ng)geuskeun tapa. Pun.

Ini pakeun bener, paké alit ning nyana, /5r/


nu maka waya na rasa, angen-angen nu metukeun
bayu sabda hidep deungeun10 nu nyeueu(ng)
ngareungeu, paké alit nu alit11 dina ajnyana, nu
luput balik ti pretiwi, liwat waas(pada) ti dunia,
suniya lawan taya, nu liwat waaspada, ti bwana
leuwih, balik alit sarira sunya paramarata,
biapara12 waaspada, nu liwa/5v/t ti akasa, nu
leuwih ti pangeusi bumi, nu alit dina turu tanghi,
di rahina lawan wengi, alit nyana nyu(k)mana di
ajnyana, nu maka bener hidep tineung angen-
angen. Dalit ka alit ning nyana, nu tineung alit
dalit ka niskala, pakeun hamo sasab ka a(m)bu
ayah ka niskala. Pun.

Ini /6r/ (a)lit na darma [alit] si(m)pen ning


ajnyana, nya mula ning sabda, sangkan prajnya13,
alit[a alit] ning hidep lawan angen-angen. Inya nu
tan katon kareungeu. Alit ning tan katon
kareungeu. Inya alit nu nyeueung hamo

9 pangisi
10 dingeun
11 alik
12 biasara
13 prejnya

- 60 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

kajeueung ku nu nyeueung. (Inya) alit ning déngé


hamo kadéngé ku nu ngadéngé.

Inya alit ning bayu hamo /6v/ kabaywan ku


bayu. (Inya) alit na sabda hamo kasabda ku nu
nyabda. (Inya) alit na hidep hamo kahidep ku
hidep. (Inya) alit na rasa hamo karasa ku nu
ngarasa. (Inya) alit na tutur mo katutur ku nu
tutur. (Inya) alit na minget mo kamingetan ku
minget.

Tu(ng)gal alit ning la(ng)geng Sang Manon,


nuduh ta/7r/n katuduhhan, alit na nuduh tan
katuduh, alit ning langgeng ajnyana, nu luput ti
tato14 ajnyana wisésa di alit ning tanpa
katuduhan. Alit ti nu alit majar ini, tan kaduhuran
ku duhur, tan kasoran dénéng sor, tan k(e)na
kaloran ku lor, tan k(e)na kakidulan ku kidul, tan
(ke)na 3kakulonan /7v/ ku kulon15, (tan ke)na
kawétanan ku wétan16. Tan (ke)na adoh tan (ke)na
(pa)rek. Iya nu wenang ka ga(na)l wenang ka alit.
Yata wenang hana wenang tan hana. Luput alit ti
langgeng lengis17 ajnyana, inya ku alit jati,
pa(n)dita, niskala, ajnyana. Pun.

Ini na pakéeun nu luput ti na alit bayu sabda


hidep leuwih lu/8r/put alit ning atos nyana,
wenang tan hana, mangkatkeun ajnyana, alit[a]
sarira, ngahilangkeun raga, ngaleungitkeun

14 tata
15-3 kulon kakulonan
16 -4 wétan kawétanan
17 lenges

- 61 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

pretiwi, ngahilangkeun dunia, sunya bwana,


moksahkeun akasa, liwat ti katara manusa, malik
sarupa alit sarira. Na awak terus hérang, na rupa
(terus ?), na18 maya terus déwata. H(e)neng na
lenging te/8v/rusna nyana, mangkat ti bwana
larang, liwat ti katara, tata, déwata, tina sorga
hiyang kaleupaseun datang ka terus19 bwana,
mulia sorang, pu(n)cak ni(ng) larang. Liwat ti
inya, datang ka terus na larang mayana, hérang
bwana. Liwat ti inya datang ka terus na
lé(ng)gang bwana, liwat ti inya dayeuhan, di20
bwana21 h(e)neng su/9r/niya22 keleng23,
dipukatkeun ku ti niskala, datang ka pu(n)cak[a]
lé(ng)gang hérang na maya, h(e)neng bwana.
Liwat leupas ti inya, datang ka pu(n)cak h(e)neng
terus na li(ng)lang bwana, luput leupas sakéng
kana, liwat ti na sorga, para tata ning déwata,
[hiya] /hiya(ng) kaleupaseun, liwat taya, saké(ng)
hana24, t[k]eka katara, tata [banua] bwana niskala.
Pa /9v/ hi turun ti niskala, nyungsungan lalakon
sang hyang hayu, subaga, nya(ng)ga sanghiyang
ajnyana, ha(n)teu tangan la(m)pah [m]asra, ning
bwana, aci ti atma wisésa, na la(ng)geng, na
premana, asra ning nyana, atis ti (sa)ri, na rupa
muliya jati, lidah na awak premana, mulia rupa,
terus25 alus rupa jati, mulia, sari sanghiyang hayu.

18 ma
19 tirus
20 du
21 banua
22 muniya
23 kiling
24 kana
25 tarus

- 62 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Li /10r/mang maya na hérang terus26 bwana,


metu sari ruum ti sarira, tutup ruum kumaratna,
ruum mahabara, saluar27 bwana. Jati
sa[nu/]rining ajnyana. Ageus ta pahayu jati
sanghiyang ajnyana, ageus rasa jati palipurna,
purna tis(ti) ti niskala, jati. Nyet les mangkatkeun
ajnyana, rasaning28 nyana, ti niskala. Pat leupas
la(m)pah nira. /10v/ Pada wereg la(m)pahhira
niskala, ngiringaken nira rasa, ageus29 ti sari budi
jati, suka la(m)pah /0/

Ta budi, lumaku budi rahayu, pada


sa(m)pak suka subaga, mamarsatia jati premana,
pada geulis la(m)pahhira, tumut wastu lituhayu,
legep hidep30 tu(ng)gal tineung, sampak sabda
suka rasa, sati(ng)kah, sakarma, sageu/11r/i,
sapatingtiman31, sati(ng)kah, kreta32, mulia,
wi(n)du ajnyana, sarua saréananna sasipat
la(n)jaran nyana, pada ageus sumamta nyana,
sarir(a) nyana, ngawi(n)du sanghyang hayu.

Ageus33 hayu palipurna, pangkat nira luput


leupas sakéng bwana, niskala. Pat leupas lenyep
[pa] la(m)pahhira. Teka mangi ning bwana. Tan
hana huwus nika/11v/ ka sang pa(n)dita. ti puhun

26 tirus
27 salura
28 asraning
29 agis
30 hidip
31 sapateungtiman
32 krita
33 agis

- 63 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

sang pa(n)dita nyieun34 para nis ti déwa, nis ti


déwata, nis ti kasorgaan, nis ti kahyangan, nis ti
ajnyana, tina wisésa, sang pa(n)dita. Meunang
tutur jati, la(ng)geng suniya nilantara, ning
ajnyana, langgeng ning bwana. Pun.

Sang pa(n)dita, nu35 wenang liwat ti tangkal


nu wenang leuwih ti jati, nu /12r/ wenang luput ti
puhun wenang metukeun36 wisésa,
ngahilangkeun ajnyana, wenang ning mala, sidi
37

leupas mokta hilang ta(n)pa sa(ng)kan sang


pa(n)dita, awor38 jatina, ka niskala, alit dalit di tan
hana, sang pa(n)dita, nu luput ti tan hana, wenang
tan hana, ja saw[u]it di mula, ning dadi tan hana.
Inya tu sinangguh caduk/12v/ siya utama,
dayeuhan di pu(n)cak nagara, asra na h(e)neng,
pahi ngamuliakeunna nyana, nu pakeun inya
wangsana. [wangsana] Sri lé(ng)gang maya,
terusna hérang, asra na bwana, palangkana, asra
ni hérang, maya na h(e)neng bwana,
palu(ng)guhanana tu(m)pak di madiya pu(n)cak
asra terus ning hérang, lumarap na awak kadi
rupa na39 maya, ning ajnyana, misu/13r/daan
pasra maya, terus na hérang bwana.

Di hulu niru bwana, pu(n)cakna niru akasa,


mu(n)car caang sabwana, metu na se(m)bawa jati.
Mijil téja, dilah ning bwana, séda, jati na

34 nyeueun
35 tu
36 takeun
37 wing
38 agor
39 ma

- 64 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

wangsana, hérang h(e)neng sadakala, pun ageus


pahi legep sangkep miguna, na wangsana, pahi
siya nu arageung, pahi siya matang désa, nu
na(ng)ganan paracita, nu wi/13v/sésa, siya
deung40 parasorga, kaparekkan na déwata, tina
sorga hiyang kapesatan déwata, wisésa, dina
sorga kapesatan, kapesatan ti manusa, ditapa
ngabiapara, nu siya mangun hayu, ngahusir sorga
ning darma, sanghyang atma wisésa.

Ha(n)teu mu(ng)kur ti wi(n)du rahayu,


ha(n)teu liwat ti na kasor/14r/gaan déwata. Déwa
manusa, kawisésa, ku déwata. Déwata jati niskala,
nu siya ngawi(n)du bumi, katurahan na ajnyana,
mahawisésa, dayeuhan di buana,
ngageulangnga(n) cun(duk) para sorga. Ha(n)teu
nu liwat ti inya, nu siya manggawé tapa.
Ha(n)teu luput ti sakitu, nu siya ngawi(n)du,
mangun rahayu, /14v/ samilang sanghyang atma,
dipajar wenang, wisésa, ha(n)teu liwat ti tata,
hiyang déwata, ti na sorga kahiyang[ng]an.

Hégan saurang, liwat ti na kapesatan ti41 na


séda, para tata, ning déwata, liwat ti na kasorgaan
leuwih ti na para aci, liwat ti na paracita,
mu(ng)gah ti niskala, sadatang /15r/ ka nu
wisésa. Nu wisésa tuluy miwarang, la(m)pah ka
para geulangan pahi ka nusiya, arageung, ka
nusiya, matanggeulangan pahi cu(n)duk
mingpulung, dayeuhan di cita nagara, asra,

40 deuna
41 ki

- 65 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

wisésa, dayeuhan di cita, geulang42 nagara asra


bwana, dayeuhan di pu(n)cak nagara asra na
h(e)neng, dayeuhan di cita, mayana, asra ning
hérang, dayeuha/15v/n di cita, nagara asra43 na
h(e)neng, pahi sa(m)pak tu(ng)gal kreta,
sanghyang ajnyana, dayeuhan di pu(n)cak
lé(ng)gang nagara asra wisésa, pahi sang
ku(m)p(ul) nu mahayu, pahi ku(m)pul nu
mi(ng)pulung, ka kadaton nu wisésa, kadaton sri
ma(r)gawi(n)du bwana, na natar, carénang
hérang, kadi asra omas misah kasilang asra haré
/16r/ mas buruan44 terus bwana, hibar natar
saluarna, maya na h(e)neng bwana, hérang
pala(ng)ka, asraning maya, palu(ng)guhhan jati45
h(e)neng, na sadaan asra maya, hérang na li(ng)ga
téja bwana, dipu(n)cakkan ku46 déwata, saratna
séda premana, ali(ng)-alingan ajnyana, sakitu
pang diguna panglungguhhan nu wisésa, ageus
ku(m)pul nu ming /16v/pulung, [pa] pahi siya
wisésa, pahi sia, matang désa, ngageulangngan
para cita, sahur nu wisésa, mana i(ng) dé(k)
ku(m)pul mipulung aing dék maan ahuman ka
nu siya arageung47, nu wisésa, samodana,
nya(ng)gatakeun na ajnyana, sugan maka susah, ti
kahannan nu maka kami modana, ka nu siya
arageung, pun ku sabḍa ing /17r/ ayeuna ini,
kami mé(n)ta, palalun ingu[ng]eunna

42 gléng
43 asri
44 bwaruan
45 wati
46 ka
47 agageung

- 66 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

kapu(ng)gungan bireungeuh na kapindingan48 nu


maka kami mé(n)ta, diiyatnakeun ku na
kahiwang-hiwangngan nyana, sabda ing ayeuna
ini, jaga dapet na49 lurusan bélot benerkeun
kurang te(m)beyan lamunna lain balikeun
lamunna salah pagahhan kami pun nu ma/17v/ka
kami, maan diheueum katitisan sowara, tirta50
ajnyana, ti madiya ning nyana, ngupadésa nyana,
sabḍa wisésa, ka nu siya arageung, [pa] pahi
wenang wisésa, sugana ka ngaduluran na rahayu,
ka nu siya premana, larang ning nyana,
ngajajakeun kana jati, titis sowara pata, ti madiya,
pahi ngeusian kreta, premana, utama, mu/18r/lia
wi(n)du, sanghiyang hayu, pahi mijilkeun
pangasih jati, premana, windu51 ning ajnyana pahi
siya tumitis tu(ng)gal puluh, nu siya matangdésa,
papahi wenang wisésa, sakitu nu maka kami
modana, ka nu siya para wenang, pun. Sumahur
dayeuhan di asri na cita, nagara asra wisésa,
tu(ng)gal kreta sa(m)pak samadaya, ka nu
/18v/siya arageung, néma ajnyana, ka nu siya
wisésa, naréma sabda utama, pu[p]n. Lamun kitu
sanghyang sahur, titis sowara pata, kreta
sanghyang ajnyana, ti madiya, hayang kawereg52
tineung tuang hidep kadulu kasukung kawangun
kretasubaga paramarata, satia, pawitra wi(n)du
sanghyang ajnyana, sakitu nu ma(ka) kami hulu
/19r/n53 mu(ng)ku kami salah rasa, meunang

48 kapidengngan
49 da
50 trita
51 wiwu
52 kaweureug
53 hulum

- 67 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

nyukayan ajnyana, titis sowara pata, ti madiya


ngan tu kami hulun lamun kaaku kahaup
ngawi(n)dukeun sanghyang hayu, paksa
tu(ng)gal kreta, ti nu wisésa, pun. Ngajajadikeun
na jati, sahur nu wisésa, mana ai(ng) maan
sampak kreta, kana urang sajagat kéna
sanghya(ng) sahur sa /19v/ kini, mana ai(ng)
nyalar ka nu réa, pila(n)caneun ai(ng) suka,
sampak tu(ng)gal[a] kreta, ka nu wisésa, sahur
dayeuhan di cita, lénggang nagara asra bwana,
pun[a]. Kami hulun sangkup ngawi(n)du
sanghyang hayu, sampak suka kreta, samadaya,
ha(n)teu nu katiténan54 nyana suka ngadulur
ajnyana, tu(ng)gal ka nu wisésa, ngawi(n)
/20r/dukeun sanghyang hayu.

Sahur nu wisésa: “Lamun ageus wereg legep


sangkep[a] sampak tu(ng)gal samadaya, ageus
sa(ng)kup ku(m)pul nu mi(ng)pulung, [pa] pahi
wenang wisésa, pahi siya, matang désa, nu siya
pahi arageung, ka kadaton nu wisésa, na kadaton
si raga55 h(e)neng, wi(n)du na wangun mulia sa-
bwana, na bumi terusna h(e)neng hérang /20v/
lé(ng)gang na maya, kadi asra ning akasa, na
natar carénang hérang, kadi asra homas mirah
lumarap, kadi asra ning harémas buruan terus
bwana, hibar natar saluarna, maya na h(e)neng
bwana, hérang na palaka, asra ning maya,
palu(ng)guhan jati56 h(e)neng, na sadaan asra

54 katitigénan
55 sriaga
56 wati

- 68 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

maya, hérang lilang57, téja bwana, 5dipuncakan ku


déwata58, saratna /21r/ séda59 premana, ali(ng)-
alingngan ajnyana, sakitu 7pang diguna60, na
panglungguhhan nu wisésa ageus ku(m)pul nu
mi(ng)pulung, pahi siya wenang wisésa, sahur nu
wisésa, ngan tu lamun ageus sangkup sa(m)pak
paksa, tu(ng)gal, pun. Néma sabḍa nu wisésa,
dayeuhhan di cita raga rasa61 wisésa, pun.

Ageus sangkup ku(m)pul nu


mi(ng)pu/21v/lung, ngawi(n)dukeun sanghyang
hayu, ngutamakeun sanghyang ajnyana, ngan tu
sugan kalawasan geuing di luar, sugan ha(n)teu
katitineungkeun62 ku urang pun. Geura
pangkatkeun inya na nyana, pun. Mu(ng)gahkeun
inya wangsa na pahi teuluan nu nu(ng)guan na
kahanan ti manusa, puji ma(ng)katkeun
sanghyang atma na nyana aci wisésa, pangka
/22r/ t ti bwana, jati suda, datang ka bwana
niskala, mu(ng)gah ka bwana, jati tan hana.

Sahur nu wisésa, éboh kéh bresih sarira, jati,


awak sanghyang ajnyana, na atma aci wisésa,
ageus aci rupa jati, ajum alus atis luis duga hérang
mara maratasan rupa jati h(e)neng le(ng)gik kasép
langgé hajeng63 pa(n)tes lituhayu, /22v/ terus
rupa, na maya jati premana, na busana, terus

57 liha
58-5 pucakna agadéta
59 sada
60-7 weduna
61 raasra
62 kateutineungkeun
63 hajing

- 69 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

hérang na64
maya asra bwana, sabuk na buka
hantara, heusian65 asra harémas dipakanan
pacar66 cina, di sisina, pacar67 keling, di tengah na
réka, asra déwata, terus alus h(e)neng tungtung,
rabuna hérang sagala, disilang ku kekembangan
carénang heuleut heuleutna, siang kembang /23r/
masa larang, lita na busana, sapangadeg samataré,
pakeun madegkeun ajnyana.

Ini na pisalibut terus[a] ibun cip(r)uk alus di


tungtungna kuwung-kuwung, misisina téja
h(e)ni(ng), di tengahna téja warna. Hurung,
hérang, caang siang hibar reu[ji]jeung sembawa,
lita pangwi(n)du sanghyang hayu, lita guna, cita
maya ci(h)na, nya(m)bungngan pi
/23v/busanaeun /0/

Paké tu(m)pak di wangsana, ageus


lu(ng)guh wastu wi(n)du sanghyang hayu, lidah
pawitra premana, mulia sanghyang ajnyana, na
atma aci wisésa, ditu(m)pakeun kana wangsana,
pahi deung na rabi kasihhan paminihhan ti
niskala, nu nugaan na kahanan masa siya ti
manusa, nu ma(ng)ku sanghyang hayu,
ma(ng)ka/24r/tkeun sanghyang ajnyana, reungeu
dipicahakeun. Sadatang pulang ka tangkal
sacu(n)duk datang ka puhun pahi ageus tu(m)pak
wangsana, wangsana sri lénggang maya, trerus na
hérang asra bwana, palangka asra ning hérang,

64 ma
65 husian
66 pasra
67 pasra

- 70 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

maya na h(e)neng bwana, na palu(ng)guhan


tu(m)pak di pu(n)cak madia, asra terus ning
hérang, awak luma /24v/rap kadi na68 maya
ajnyana na sadaan, asra maya terus na hérang
bwana, ti hulu ni[ng]ru bwana, pu(n)cakna niru
akasa, mu(n)car caang sabwana, metu na
se(m)bawa jati, mijil téja dilah nyana ning bwana,
suda jati na wangsana, hérang h(e)neng nilantara,
ning bwana, na wangsana. Tapihna asra ning
omas silangna, pamapan asra harémas carénang
/25r/ hérang tapihna hibar, reungeu deung
sembawa, ti pinggi(r)na dikikitir cakramanik
diselang asrana mirah, ti hareupeunna kikiceup69
premata, asra mas mirah, ti tukangeun tali laya,
dikembangan asraning omas, pu(n)cakna asra
mirah, rarawisna mirah manik, diselang ku
kembang acung70, bunga tu(n)jung diruru(n)tuy,
h(e)neng tungtu(ng), leutik [ka]beunang /25v/
ngari(ng)git, na kembang wi(n)du larangan, na
kembang carénang hérang, kadi [ma]maya omas
pi(n)dah, na se(m)bawa hérang warna, bijil
h(e)neng ti puhunna, lumalarap bitan kilat71, bijil
se(m)bawa tina wi(n)du, panglungguhan metu72 ti
sanghyang hayu, bijilna tina ajnyana, pahi b(i)jil
na se(m)bawa, se(m)bawa jati sarira, biya(k)ta alit
ning nya /26r/na, nu maka wi(n)du sarira.

Ageus genep legep sa(ng)kep na sangkuan

68 na
69 kikicap
70 atung
71 kelat
72 mitu

- 71 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

pitung surung, na sangkuan asra mirah sagala,


[pa]pakeun ngadulur sanghyang hayu, pakeun
ngawi(n)dukeun dina puhun, pahi nu siya
arageung, papahi wenang wisésa73. Sahur nu
wisésa, éboh onam urang mangkat74 maka pahi
paksa tu(ng)gal, tatabeuhan75 pahi ageu /26v/s
kasangkepan, (ra)ga sarira hérang h(e)neng, asra
na o(ma)s mirah, goong ku hérang h(e)neng, asra
na ta(m)baga sukla, aduan deung omas pirak,
dipapon galuga haretal, asra harémas siang,
tu(m)pak na carénang hérang heuleut76-heuleutna,
tatabeuhan pakeun ngawereg, (na) sangkuan lita
goong, gangsa tu(ng)gal sara(m)pa/27r/san,
panya(m)bung[ng]an nu wisésa, lebuhkeuneun
dina puhun, pakeun ngawereg wangsana,
micahakeun di madiya, lamun nu cu(n)duk ka
puhun.

Sahur nu wisésa: éboh onam urang mangkat,


bray carénang hérang, na panyawér ka
ma(ng)gungngin(g) na wangsana, na panyawér
asra mirah deung harémas, nu nyawér sarua77
keupac ha(n)teu pegatna, /27v/ sapanjang78 jalan
leu(m)pangna wangsana, na panyawér carénang
hérang ni(ng)gangna, kaburaan nga(m)par
hérang, carénang heuleut-heuleutna, buruan terus
na h(e)neng tatapakan asra, na mirah hérang
lénggang sagala, tu(ng)gul bu(ng)bang kiri kanan,

73 wesésa
74 mangkan
75 tatabihhan
76 hileut
77 sanua
78 sapajnang

- 72 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

asra eu(n)teung mirah hinten79, ki(ng)kila


leu(m)pang ti heula80, hérang na payu(ng) niru
ka(n)cana, hateupna (a)sra /28r/ (a)cimaya,
hérang na mirah sagala, pamapan asra harémas
hérang kuning suci h(e)neng, hérang pu(n)cakna
pasiaman, salinar [ma] maya asraning sutra,
dipapon omas harémas hérang cénang, lumarap
kadi helar teka ngora.

Brenang ga(ng)sa ditabeuh pa(n)deuri,


ga(ng)sa tuluy digénggangkeun, ki(ng)kila ma
/28v/ ngkat ti kadaton nu wisésa, goong naréma
sorana gangsa, goong dipipanepuh labung
barung, jeung nabeuh babaanan babatakan, turut
laun diri(n)dukeun, nu mulang81 nu(m)pang
sorangan82, ha(n)teu nu angling83 anglingan,
ngaran babatakanana, ageus kasih pulang geulis,
haat kami saja /29r/tina, sorana gangsa ngawereg
na wangsana, ngadulur sanghyang hayu, kreta
subaga, nya(ng)ga sanghyang ajnyana, suka
sa(m)pak saréréa, ha(n)teu nu katit[ig]énan pahi
si(y)a nu arageung, [pa]pahi wenang wisésa, nu
ngajayak kana mula nu wisésa, ngahaturkeun
kana puhun, ageus luput ti buruan ageung, ngala
/29v/lar ka dora larangan, sacunduk84 ka wangun,
ka wi(n)du puhun rahayu. Nu wisésa tuluy
matur, ka hareupeun ka nu siya maka wenang,
pahi siya nu arageung, [pa]pahi siya wisésa,

79 heuteun
80 hila
81 nulang
82 sorangun
83 ungaling
84 sanacuduk

- 73 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

sampak paksa tu(ng)gal kreta ka nu wisésa,


nye(m)bah bakti jati ka hareupeun nyana
nyu(k)mana, mremanakeun ajnyana, kami hulun
ngayo /30r/ giakeun85 sanghyang darma premana
aci wisésa, ka nu siya maka nyana, kana w[u]it
mula dadi, ka na jati, kana mula ning nyana, kana
tangkal ning ajnyana, cu(n)duk ka puhun
sanghyang hayu, datang kana w[u]it dadi,
kawekasan ning pretiwi, datang ka tang[ka]kal
kawekas ning akasa, datang ka mula wekas ning
bwana, datang kana tangkal ka/30v/wekasan na
niskala, datang kana tangkal kawekasan ning tan
hana, datang kana tangkal hana. Sadatang (kana)
tan hana, cu(n)duk kana puhun luput, kana wekas
ning tan katuduhan, w[u]it ning leuwih sangkan
dadi, nu ngayugakeun ajnyana, nu metukeun
hana. Sadatang (kana) tan hana, nu ngawayakeun
tan hana, ngayuga bwana jati /31r/ niskala, tina
ta(ng)kal pawekasan langgeng taya, nihantara
ning bwana, tu(ng)gal pawekasan hérang
li(ng)lang, di la(ng)geng ni(ng) li(ng)lang,
linglang86 di pu(n)cak wekas nihantara ning
bwana, dina tan hana, ngaran[na]na nista
k(e)leng.

Nu wisésa pahi deung nu siya arageung,


[pa]pahi wenang wisésa, pahi ageus kahareupeun
ngahaturkeun kana puhu /31v/n ngajayak kana
tangkal, kana w[u]it mula dadi, ageus cu(n)duk
kana puhun ageus datang kana tangkal ageus
kahusir na jati, datang kana mula pasraning

85 ngayogeuakeun
86 lingla

- 74 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

ajnyana.

Nyahur nu wisésa, pun, kami hulun


ngayogiakeun ajnyana ka hareupeun, sugan
waya ti sakini, pitineungeun sanghyang hidep
lamun héga /32r/n sakini, kami sadu dék
ji(m)barran sakitu kami huluṇ metu sabda ti
madia, padésa nyana. Anaking87 nu wisésa, sui
hawara ji(m)barran kéna ai(ng) dék mati(ng)tim
ayeuna, aing dék na[da]nya pari(n)tah, sugan ka
tuluykeun na da beunang mati(ng)tim ku na
ngajajadikeun ngeusian na kahanan na pangasih ti
nu siya /32v/ para wenang, pahi siya tu(ng)gal
puluh titis kreta sowarajnyana ti madiya, pahi
siya matang désa, maka tu(ng)gal sam(p)ak
samadaya. Lamun na bécét sirih[h]an maka patitis
kreta so(wa)rajnyana, kana sanga walu pitu,
genep pa(n)ca, kapat tiga, karo tu(ng)gal. Pahi
bijil88 na pangasih, pakeun na ja /33r/ti,
diwindukeun89 pahi ngawayakeun na kahanan,
pigeusaneun na pangasih pahi nu siya arageung,
maka patitis palinggih90 jati.

Sakitu anaking, nu wisésa, maka puguh


nung
tung na rahayu, nyahur nu wisésa, naréma
ajnya
na, mahapremana, pun, kami hulun lamun
kitu sanghyang sahur, mu(ng)ku waya, nu

87 anakeng
88 bijel
89 diwiwukeun
90 paligeuh

- 75 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

ngeunah nyukayan ajnyana, la /33v/mun kitu


sanghyang sahur, ageus nungtung na ajnyana,
datang ka kami hulun hégan tu kami
ngareungeukeun puguh, geusan ngawi(n)dukeun
sahur sanghyang hidep. Anaking nu wisésa, hadé
lamun dék ji(m)baran pada siya wenang wisésa,
hégan tu ai(ng) heula nitah a(m)buwa ngabreséka
inya heula.

Sahur nu wisésa, éboh /34r/ kéh urang paksa


tu(ng)gal ka hareupeun, urang sadu dék
ji(m)baran, laku sadu umun jati, nye(m)bah bakti
muncak91 larang, kahareupeun ka nu siya maka
(d)adi ka nyana. Sahur sanghyang hidep, hadé
ji(m)baran pati(ng)timkeun di luar, pahi siya
matang désa, maka patitis palinggih92 jati, mulah
waya nu kasalahan maka pa /34v/hi sa(m)pak
suka kreta urang sajagat, kéna ai(ng) hayang
reujeung, sa(k)ti ning subaga nyangga sanghyang
ajnyana, kéna aing hayang kadulur kasukung
kawangun. Manaing nyarék sakitu, ja hégan hiji
ini, nu pangkat ti manusa, nu meunang atos-
hatos[a] nyana, ngawakan sanghyang darma, nu
ngadongkap ka na /35r/ tangkal nu ngahusir na
jati, nu cu(n)duk kana puhun datang kana tangkal
w[u]it mula dadi ning ajnyana.

Luput ti wi(n)du rahayu, liwat ti désa


déwata, tina tata sorga kaleupasan93, tan liwat ti
na sorga kahyang[ng]an, tina sorga ning déwata,

91 macak
92 paligeuh
93 kapeus

- 76 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

na dé(wa)ta pahi ageus kawisésa, nu maka (s)usah


/35v/ sabwana, nu maka re(n)tag sajagat nu maka
reduh sabumi, pahi ageus kagelar94, salaran tapa,
pakeun ngawastu sa(ng)hyang hayu, ka madiya
ka wi(n)du puhun rahayu, sahur nu wisésa, ageus
sangkup paksa tu(ng)gal sampak déngdéng
paraspadé, kreta urang sajagat hégan tu urang
ngareungeukeun, ageu /36r/s nu ngawi(n)dukeun
sanghyang hayu, hégan tu urang mangké ti luar,
ngagaway na kahanan pigeusaneun na pangasih.

Saageus cu(n)du(k) ka puhun, ageus datang


kana ta(ng)kal, ageus kahusir na jati, na sangkan
waya beuheula95, ti niskala, na mula sangkan ti
tan hana, w[u]it jati, mula way(a) ning ajnyana, nu
hur ti /36v/ madiya ning tan hana, nu padésa
ajnyana, ka a(m)buing tan hana jati96, w[u]it ning
dadi, jati ning pretiwi, mula waya ni(ng) bwana,
sangkan waya ning ak(a)sa, a(m)bui(ng) tan hana
jati97, ngabukti alit na sari ning jati hurip ning
bwana, tu(ng)gal pretiwi, lawan akasa, di
langgeng ni(ng) tu(ng)gal di kawekasan ni(ng)
bwana. Luput pretiwi, lu/37r/put akasa, luput
bwana, luput beurang luput peuting98, luput cai
sadakala, hérang lilang, suniya nilantara99,
langgeng ning bwana, pawekasan ning caang
sadakala, h(e)neng linglang100, suniya terus ning

94 kagalar
95 beuhila
96 wati
97 wati
98 piteung
99 nulantara
100 langling

- 77 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

caang, langgeng nilantara, ning bwana, luput ti


langgeng, ti talahantara, suniya lantara, ti bwana,
ti owah101 ni(ng) taya, tu(ng)gal langgeng ning
/37v/ taya bwana, di niskala, di tan hana, puhun
sanghyang hayu, w[u]it na alit tangkal na nyana,
kahanan sanghyang ajnyana, w[u]it ni dadi,
patu(ng)galan ning tu(ng)gal [tugal] pretiwi
lawan akasa, iya tu(ng)gal ni(ng) ajnyana, pun.

Sahur nu séda, sangkan wisésa, ti madia


ning tan hana, nyeueung na wangsana, datang na
dulur /38r/, sa(ng)kwan tujuh surung, na
sangkwan asrana mirah sagala, ti pandeuri102 na
pangwereg gangsa rari, ditabeuh deungeun103
goong, dipipanempuh labung. Nu mireungeuh
metu cipta ti ajnyana, metu104 na sabda padésa,
tuluy miwarang a(m)buna, tan hana jati105, na
w[u]it sari ning aci, w[u]it jati mula ning ajnyana,
leu(m)pang onam husir ka wang /38v/sana,
mulah dimaka turun ku manéh, ti manggung na
wangsana, mulang dimaka naka natar, nu néma
ajnyana, a(m)bu ing tan hana jati106, ka hareupeun
sanghyang hidep sadu méré nyaho, sugan
kami 107 geura-geura ,
108 hangeu-hangeu
sasalinger 109 gerek ku pitineungeun hamo

101 oh hah
102 padiri
103 dingeun
104 mitu
105 wati
106 wati
107 kameu
108 geura-gira
109 sasaleungeur

- 78 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

reungeu deungeun sanghyang hidep, hégan tu,


éboh /39r/ onam aing ngadulur rahayu,
leu(m)pang onam silihan na wangsana.
A(m)bui(ng) miwangsana sarira, palalawas
papagah deung darma, deungeun na anak
ajnyana, a(m)buing turun ngahusir110 na
wa(ng)sana, pahi unyut turun nu mahayu
sanghyang hayu, pahi datang ka wangsana. Sahur
a(m)buing sakini, anaking abet ka dini,
sanghya(ng) atma /39v/ ajnyana, aci wisésa, néma
ajnyana, ti puhun sanghyang hayu, sanghyang
atma aci wisésa. Teher sadu umun jati bakti
nye(m)bah ka hareupeun. Hégan tu kami bocah,
mé(n)ta palalun, kami takut ha(n)teu nyaho dina
tutur, gurulagu. Hégan tu padan kami mo nyaho
dina ti(ng)kah tatakrama111. /40r/ Hégan tu nu
maka mitakut jarot semang teuing, sugan
dipajarkeun nanggeuhan gunung tanpa teuing,
ngadeuleu panonpoé tanpa sérab sugan geura-
geura, sasalinger112, lu(n)cat ciung karo langkah,
tepak muka balu bahangga, sugan kasebe(l)an
kasualan kapapahan kamalangan. Suga /40v/n
keuna ku na cakrakala, upadrawa ning ajnyana,
hégan tu sakitu nu maka mé(n)ta, palalun, hégan
tu kami, lamun kajayak la(m)pah di jalan, kami
sadulur, nuturkeun sanghyang hayu.

Sanghyang atma ageus pa(n)tég nu


sa(ng)gata, ngiyatnakeun na ajnyana. Sahur
a(m)buing sakini: “Aing né(m)balan sabda utama,

110 ngahuser
111 tatakarma
112 sasaleungeur

- 79 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

a /41r/naking sanghyang ajnyana, pihaheun


wirang walangati, aing titahan ti madia, silih na
wangsana, na wangsana sarira. Anaking, mulah
nu dé(k) sala(h) rasa, lain ai(ng) nu nga(n)tégan
ngahéganan tapa, ngawurung[n]an rahayu, ja
ai(ng) inyana jati. Anaking geura onam lugay sila
i(n)dit birit tina wi(n)du /41v/ panglu(ng)guhan
turun ti ma(ng)gung wangsa[ng]na, teher nu
mé(n)ta palalun.

Sahur a(m)bu ing sakini: “Éboh onam aing


néma, tangan sanghyang ajnyana, mumul di nu
turun ka wangun a(m)bu ing miwangsana, sari
ning rasa, turun ti cipta sorangan dipangku
dihali(m)pukeun na aisan asra maya, sari asri suci
jati, /42r/ a(m)buing ngala(m)pahkeun suku
tangan pahi sa(m)pak nya(ng)ga-nya(ng)ga,
subaga sanghyang ajnyana, unyut nu turuta(n) nu
ma(ng)ku sanghyang hayu, a(m)buing maan
unggah113 ka bwana, pawekasan ni(ng) s(a)rira,
dina tangkal séda ning bwana, ni(ng)galkeun
dasakalésa, ngalaan na dasamala, moocan na
rajatamah, dina séda ta(ng) /42v/kal mala,
a(m)buing ageus mulangkeun dribiya kala,
pangkat ka bwana jati, ka aci ning séda ka(n)cana,
hérang na tatapakan puncak114 mirah, puncak115
omas pahi a(m)buing cu(n)duk (k)a wangun nu
tuluy asup ka la[r]bur, na miru manik hérang
cénang, caang siang pu(n)cak na asra harémas
hibar reungeu deung sembawa, pahi /43r/

113 uguh
114 pacak
115 pacak

- 80 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

a(m)buing lu(ng)guh di labur, eureun heula,


sanghyang ajnyana, nurunkeun tina lahunan,
ngalu(ng)guhkeun sanghyang hayu, sa(ng) atma
aci wisésa, dinya geusan diraratan ngabresih
sarira jati, ngabreséka sang atma, aci wisésa, na
caang cané(m)brang hérang, tina jati lénggang
maya, bijil ti hulu na h(e)neng, bijil tina asra
manik na /43v/ pani(m)ba salaka mirah sagala.

Ini rajah na pakeun moocan na rajatamah


saratna. Sara pakeun ngalebur na musuh, pakeun
ngaleungitkeun116 alit mala jati, petukeun ti sarira
jati, luputkeun ti rasa, bayu sabda hidep jeueung
déngé tutur sahkeun ti bwana. Ini pamusahkeun
maya, ras sa(h) ta mana, ras /44r/sah ta b(w)ana,
ras sah ta mala, ras sah taya, ras sah ratna, ras
sa(h) ta hilang, (ras sah) ta leungit.

Sahur a(m)buing, éboh onam briséka,


sanghyang ajnyana sahur a(m)buing tan hana
ratna, pahi [abuing] tan hana maya, anaking
cupatan onam busana, ageus sang atma cupat
busana, a(m)buing mangku dina117 panglu(ng)guh
/44v/[h]an mi(n)dahkeun deuuk kana patilasan118
sanghyang ajnyana, a(m)buing pahi sampak
maribuk sah sarira, pahi pahayu, ngawangun
sanghyang hayu, sa(m)pak ngararatan na ajnyana,
ageus dé(wa)ta, pawinga pawéla nyana, hérang
sarira. Ageus aci rupa jati, lé(ng)gang premana,
rupa ni(ng) atma, ageus h(e)neng rupa jati. Ageus

116 ngaleungeutkeun
117 hina
118 pateuleusan

- 81 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

/45r/ awak luput rupa, dina kawekasan rupa jati,


liwat ti maya na hérang h(e)neng. Ageus kapurba
nyana, kreta rasa jati palipurna, ning ajnyana.
Ageusna sarira wastu jati, mulia jati utama. Ageus
premana jati wisésa. Ageus wastu na jati
sanghyang hayu. A(m)buing tan hana jati119, pahi
a(m)buing tan ha /45v/na ratna, a(m)buing tan
hana maya, ageus ngatelesan nyana, pangkat tina
moksahan rajatama, disawér ku asra omas
harémas, na panyawér carénang hérang,
nga(m)par dina tatapakan mirah. A(m)buing
ma(ng)ku tina panuusan. Saasup a(m)bui(ng) ka
labur, ngawi(n)dukeun sanghyang hayu.
A(m)buing nya(n)ten nyana, sari busana /46r/
120

sanghyang ajnyana dipa(ng)mukakeun. Basana


asrana terus ning rasa, hérang larang buka
lénggang, ma[ma]ya nu rupa premana.

Na busana pakeun mangkatkeun ajnyana,


ka puhun sanghyang hayu, jati mula ning sarira,
ka tangkal ning nyana, kahanan sanghyang
ajnyana, dinya w[u]it mula, pawekasan ning
déwata.

Sahur a(m)bui(ng): “Énam /46v/ onam


urang ma(ng)kat ageus atma rupa jati palipurna,
ageus sari budi jati, ageus rasa budi nyana, ageus
wastu budi rahayu, ageus ajnyana, wastu
premana, a(m)buing mangkat ti labur maan
ngahusir kahanan pawekasan ning tan hana,
datang ka madiya ning pawekasan ning ajnyana,

119 witi
120 busawa

- 82 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

dina luput pa/47r/wekasan ning luput, tina luput


tan katuduhan, ti nu nuduh tan katuduh121, luput
bayu luput hurip, luput asra luput asri, luput
atma luput aci, [luput cit] luput panas luput tiis,
luput hujan luput angin122, luput sakéng sunya
taya, luput sa /47v/kéng aditiya, luput sakéng
patapaan, luput ning luput, luput beurang luput
peteng, luput caang sadakala, tina tangkal
pawekasan nu maka caang na bwana, tina puhun
mula jati ning bwana, sangkan waya pawekasan.
Tina puhun luput puhun tan katuduh, ti123 puhun
(sa)ha éta nu nyieu /48r/n124 puhun, éta nu
mijilkeun ajnyana, ti tan han(a) bijil tan hana,
dingaranan ku tan hana, éta nu luput dise(ng)guh
nyaho ku puhun, pun.

A(m)buing pahi cu(n)duk ka puhun


ma(ng)ku sanghyang hayu, datang ka tangkal
maan sanghyang ajnyana, ka kahanan
patu(ng)galan a(m)bu ayah dina luput /48v/
pawekasan tan katuduh, ti niskala dina luput125
mula jati, tina pawekasan ning tan hana, tina
tangkal pawekasan ning ajnyana, liwat tina
tangkal pawekasan hérang linglang, leuwih tina
pawekasan h(e)neng linglang126 liwat tina adras
asra pawekasan ni bwana, na langgeng ning
pawekaṣan /49r/ nilantara, tina luput pawekasan
ling na leungeu, tina nista mana, pawekasan ning

121 katudah
122 angen
123 tu
124 nyeueun
125 laput
126 langling

- 83 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

tan hana, luput ti kahanan na puhun, ja luput ti


nu luput magawé luput paratra127, warna ni(ng)
kahanan nu siya wenang, pahi wisésa, tata
niskala, ti puhun nitipkeun inya di bwana, pun.
Saageus da /49v/tang ka tangkal, cu(n)duk ka
puhun sanghyang darma, datang ka kahanan
a(m)bu ayah, nyahur a(m)buing ka hareupeun,
pun kami na nyana, pari(n)tah geui urang
ngajajadikeun, pun. Sahur ti puhun a(m)bu geura
lungguhkeun ai(ng) ngadulur rahayu,
wi(n)dukeun onam 128 sanghyang hayu,
sasangku129 palipurnakeun sarira maka sa(m)pak
su /50r/ baga, nya(ng)ga sanghyang ajnyana.

A(m)buing pahi ageus genep130 legep


sangkep nyukung ngawangun, ngawi(n)dukeun
na palu(ng)guhan sangkwan sanghyang hayu, aci
ni(ng) hurip sari na h(e)neng, hérang na aci
sagala, na panyawér aci na sari, hérang na rasa
sagala, acining atma tu(m)pak[a] di tengah sari na
h(e)neng, hérang na lé(ng)gang sagala /50v/
ageus kapahayu, luput aci rupa jati, ageus
kapalipurnakeun sanghyang ajnyana, ageus jati
wi(n)du sanghyang hayu, ageus disangku
dihali(m)pukeun sang atma aci wisésa, disalin
busana jati, terusna h(e)neng hérang na maya,
hérang131 na asra bwana, ageus disalin busa(na)
sanghyang ajnyana, diwi(n)dukeun dideuukeun

127 paratata
128 inam
129 susangku
130 geunam
131 hégang

- 84 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

reungeu deung /51r/ [deung] na pangasih a(m)bu


ayah nu dipisari pawak dwa puluh132 nu ajnyana
premana, larang sagala, na pangwastu ti puhun
ngadeuukeun sanghyang hayu, nu ngaskara,
teher ngadegkeun pawarang, na pangaskara,
ci(h)na cita premana, leuwih na larang, na
pawarang ngaranna terusna larang, premana
hérang na maya tan hana. H(e)neng na aci hérang
na maya, /51v/ premana cita tan hana. Hérang tan
hana133, premana leuwih na larang. Aci na sari
premana, maya na larang. Ageus a(m)bu ayah,
ngawastu sanghyang hayu, na kahanan luput tina
hurung-hérang tina lénggang, linglang134 tina
h(e)neng linglang135, luput tina pawekasan ning
bwana, dina bwana nis na (te)lenging jati, di inya
pigeusaneun na kahana /52r/n nu ti luar, inya
luput ti sakitu na kahanan dina luput pawekasan
a(m)bu ayah, pun. Ageus ti puhun nu
ngawi(n)dukeun di kahanan sahur nu wisésa,
hégan tu kami nanya ka nusiya arageung papahi
wenang wisésa, sahur dayeuhan di cita nagara
asra wisésa, naréma sabda nu wisésa, hégan tu
lamu /52v/n ageus sa(ng)kup ku(m)pul
mipulung, sa(m)pak tu(ng)gal samadaya, patitis
walang wilis palinggih136 jati, ageus katiti[s]san
kreta sowarajnyana, urang sajagat.

Sahur nu wisésa, éboh onam urang sa(m)pak

132 paluh
133 natna
134 linggang
135 langling
136 palihgi

- 85 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

ngawayakeun na ka(ha)nan pigeusanneun na


pangasih, lain kukuriyakan lain aci /53r/ kana
jatina, di nis ning bwana (te)lengi(ng) geusan tan
hana, larang ajnyana, ti luar dinya geusan
ngawayakeun na kahanan nu wisésa,
ngawayakeun kahanan asra na h(e)neng, terusna
la(ng)geng ning bwana, lain kukuriyakan lain
acina, kéna jatina eusina, na pangasih sapuluh nu
dipipangawak ajnyana, larang sagala, dayeuh
/53v/ (ka)hananna inya cita maya ci(h)na cita
h(e)neng, terus na maya kuni(ng), sari ni(ng)
ci(h)na, hérang na maya premana.

Sakitu nu ajnyana premana, pangwa(s)tu nu


wisésa. Dayeuhan di cita nagara, asra wisésa,
ngawayakeun kahanan di nis na137 bwana
la(ng)geng, di nis na (te)lenging ngawayakeun
kahanan sangkan ning asra, tang/54r/kal ning
waya, terus ning la(ng)geng bwana, lain
kukuriyakan[n] lain acina, kéna jatina, eusina, na
pangasih sapuluh pangwastu sanghyang hayu,
ngaranna, citana premana maya larang. Cita na
hérang premana leuwih na larang, sari ning cita,
hérang na maya, leuwih na larang.

Sakitu, pamastuna, dayeuhan /54v/ di cita


nagara, asra wisésa, ka dayeuhan nis na
(te)lenging, ka nu tan hana, larang ajnyana,
dayeuhhan di cita hérang138 nagara, asra bwana,
ngawayakeun kahanan sangkan na lénggang wit
na mula, asra sangkan langgeng ning bwana, lain

137 ni
138 hégang

- 86 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

kukuriyakan lain acina, kéna jati, eusina, na


pangwastu sapuluh /55r/premana, larang sagala,
ngaran na cita nis na h(e)neng hérang na maya
larang. Cita maya premana, sangkan na larang, aci
sari maya na h(e)neng, dayeuhan di pu(n)cak
nagara, asra na h(e)neng, ngawayakeun kahanan
sangkan ning pu(n)cak tungtung langgeng ning
bwana, sangkan asra, w[u]it na h(e)neng, lain
kukuriyakan lain acina, ké /55v/na jatina, eusina,
na pangwastu sapuluh, nu ajnyana, larang sagala,
ngaranna cita ning larang, mayana mulia hérang,
cita nis ning larang, hérang na maya larangan.
Nis na larang, hérang na premana, maya ning
larang.

Sakitu, ti dayeuhhan di pu(n)cak nagara asra


na h(e)neng, pahi waya, na pangwereg139 sarwa
waya, tatabeu/56r/han140 suka karaméan
sanghyang hayu, ngawastu nu tan hana larang
ajnyana, pun.

Dayeuhan di cita maya na asra ning hérang,


ngawayakeun kahanan sangkan na maya, mula
ning asra, terus na la(ng)geng ning hérang, lain
kukuriyakan lain aci ning141 kéna jatina, eusi
sang[sa]kep wereg142 sarwa tata /56v/beuhhan
suka karaméan sanghya(ng) hayu, pangwastu
sapuluh sari sanghyang hayu, pangawak larang
sagala, ngaranna cita na larang maya na hérang,

139 pangwereug
140 tatabihhan
141 nang
142 wereug

- 87 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

cita na hérang, maya na larang, cita ning maya


premana, nu hérang ni(ng) larang, pun.

Sakitu pamastuna, di nu tan hana larang


ajnyana, pun. Dayeuhan di cita /57r/ nagara, asra
na h(e)neng, ngawakeun kahanan di niṣ ning
bwana la(ng)geng, di nis na (te)lenging, na
kahanan sangkan hérang ni(ng) asra, w[u]it mula
na h(e)neng deung langgeng ning terus na
h(e)neng, lain kukuriyakan lain acina, kéna jatina,
aci na pangwastu sapuluh pangawak premana,
larang sagala, pahi wayakeuna pangwereg143
tatabeuhan suka ka /57v/raméan sanghyang hayu
,pun. Eusina sari pangngasih, ngaranna sari ning
cita, maya na larang, leuwih ni(ng) hérang sari144
ning hérang, leuwih ning maya na larang na
h(e)neng, sari ning larang, leuwih mayana ning
hérang, pun.

Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana, larang


ajnyana, pun. Dayeuhan di pu(n)cak hérang145
nagara asra wisésa, ngawaya /58r/ keun kahanan
na kahanan mula ni(ng) taya, sa(ng)kan na
lé(ng)gang, di terus na h(e)neng, di la(ng)geng
ning bwana, lain kukuriyakan lain acina, kéna
jatina, pahi sangkepna pangwereg tatabeuhan
suka karaméan pangwi(n)du sanghyang hayu,
hayu pangwastuna, sapuluh premana, larang
sagala, ngaran cita lé(ng)gang ning maya, cita sari
ning /58v/ premana, hérang maya ning larang, aci

143 pangwereug
144 sani
145 hégang

- 88 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

ni(ng) rasa, premana, maya ning hérang.

Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana, wisésa,


larang ajnyana, pun. Ini nu ngawastukeun mijil ti
bwana tan hana, nu ngawangun sanghyang hayu,
pun. Ini sangkan hana, w[u]it pawekasan ni(ng)
ajnyana, biya(k)ta (u)padésa, wekas ning sabda
/59r/. Ini dayeuhan146 bwana, buana147 sangkan
niskala, ngawayakeun kahanan na kaha(nan)
mula ni lé(ng)gang, terus ning hérang, di sangkan
nilantara, langgeng ning bwana, di niskala, lain
kukuriyakan lain acina kéna jatina, pahi legep
sangkep wereg suka karamén, mi(le)buh wastu148
sanghyang hayu, pamastuna, sapuluh /59v/ mulia
premana, larang sagala, ngaranna cita ni(ng)
hérang maya ni(ng) larang, cita larang mulia,
maya ning hérang, cita hérang mayana, mulia
larang149.

Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana wisésa,


larang ajnyana, pun. Ini nu ngawastu na ajnyana,
pun. Bijil ti bwana niskala, nu ngawangun
sanghyang ha/60r/yu, pun. Dayeuhan di pu(n)cak
h(e)neng di terus na li(ng)lang ni(ng) bwana,
ngawayakeun kahanan na kahanan di wit na
h(e)neng, di terus na langgeng ni(ng) bwana, lain
kukuriyakan150 lain acina, kéna na jatina151,

146 diyeuhan
147 banua
148 wasta
149 larah
150 tukuriyakan
151 jateuna

- 89 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

eusina, sapuluh wastu premana, mulia152 larang


sagala, ngaranna aci ni(ng) maya, hérang ratna
ning larang, aci ning larang, ma /60v/ya ning
hérang, aci ning hérang, maya ni(ng) larang, tiga
katuduh premana, mulia153 na eusi bwana, pahi
legep sangkep na pawereg154 suka mi(le)buh
(wastu sanghyang hayu), pahi waya, pamastu
sanghyang hayu, pun. Sakitu ngawastuna, ka nu
tan hana, wisésa, larang ajnyana.

Ini nu ngawastukeun mijil ti bwana niskala,


/61r/ ngawangun sanghyang ajnyana, dayeuhhan
di puncak lé(ng)gang hérang na maya, h(e)neng
bwana, ngawayakeun kahanan na kahanan, di
w[u]it ning lénggang155, ni(ng) hérang di terus
wekasan ning maya, di tengah la(ng)geng bwana,
lain kukuriyakan lain acina, kéna jatina,
ngawayakeun kahanan di nis ning bwana lang
/61v/geng, di nis na (te)lengi(ng) sapuluh, wastu
premana larang sagala, ngaranna aci ning
lénggang, maya ning hérang, aci na lé(ng)gang
maya ni(ng) larang, aci na larang na lénggang
maya ning hérang, pun.

Sakitu pangwastuna, legep sangkep


sa(m)pak suka subaga, nya(ng)ga sanghyang
ajnyana, pun. Ka nu tan hana wisé /62r/sa, larang
ning nyana, pun. Pahi bijil pamastu sanghyang
hayu, ngawangun na nyana, di sanghyang

152 mulwi
153 mulwi
154 pangwereug
155 langgang

- 90 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

ajnyana, pun. Pahi bijil ti bwana niskala, pun.


Dayeuhan di terus na lénggang bwana,
ngawayakeun kahanan na kahanana di w[u]it
ning hérang, sangkana lénggang bwana, di
langgeng ning tu(ng)gal bwana, pun. Lai/62v/n
kukuriyakan lain acina, kéna jatina, di niskala,
eusina, sapuluh muliya, premana, larang sagala,
ngaranna cita na maya na h(e)neng. Cita maya na
hérang, cita maya na kuning. Pahi legep sa(ng)kep
na pangwereg suka subaga, nya(ng)ga sanghyang
ajnyana, pun. Sakitu ngawastuna ka nu tan hana,
wisé/63r/sa, larang ajnyana, pun.

Ini nu ngawastukeun ti terusna lé(ng)gang


bwana, ngawangun sanghyang hayu, pun. Pahi
mijil ti niskala, lain ti na para sorga ni(ng) déwata,
nu ngawayakeun kahanan ti niskala, jatina, pun.
Ja nu maka sorga déwata, pun. Dayeuhan di
terusna larang, maya na hérang bwana,
ngawaya/63v/keun kahanan na kahanan dina
sangkan hérang mayana, di h(e)neng na
la(ng)geng larang ning bwana, pun. Lain
kukuriyakan156 lain acina, kéna jatina, ti niskala,
pun. Eusina, sapuluh wastu premana, muliya157
larang sagala, pun. Ngaranna hérang na maya, aci
premana, acina premana, maya ni(ng) hérang,
acina ma/64r/ya ning larang. Pahi legep sa(ng)kep
pangwereg158 [ka] suka kreta subaga nyana,
nya(ng)ga sanghyang ajnyana, pun. Sakitu,
ngawastuna, ka nu tan hana, wisésa, larang

156 kukariyakan
157 mulwia
158 pangwereug

- 91 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

ajnyana, pun.
Ini[ng] nu ngawastukeun ti terus na larang,
maya na hérang bwana, ngawangun sanghyang
hayu, pun. Pahi miji[l]lan nyana ti niskala, pun.
/64v/ Dayeuhan di terus bwana, mula ning
larang, pu(n)cak ning hérang, pun. Ngawayakeun
kahanan na kahanan, di w[w]it ning bwana, di
terus na lé(ng)gang ning larang, di langgeng
pu(n)cak ni(ng) hérang, pun. Lain kukuriyakan
lain acina, kéna, jatina, di niskala. Pahi legep
sangkep na pangwereg159 suka kreta, subaga
nyana, /65r/ mulia premana, nya(ng)ga
sanghyang ajnyana, pun. Eusi[s]na sapuluh,
wastu mulia premana, larang sagala, pun.
Ngaranna aci ri maya h(e)neng, hérang na aci
maya, [nik] aci na hérang, maya na muliya larang,
pun. Sakitu ngawastuna, ka nu tan hana, wisésa,
larang ajnyana, pun.
Ini nu ngawastukeun [te]te/65v/rus bwana,
mula ning larang pu(n)cak ni(ng) hérang, pun.
Ngawangun sanghyang hayu, pun. Pahi patitis
nyana, ti niskala, pun. Dayeuhhan di bwana
larang, maya na pu(n)cak ning hérang, w[u]it
tu(ng)gal pawekasan ning ajnyana, niskala, pun.
Ngawayakeun kahanan na kahanan w[u]it ning
sangka/66r/n larang mula na maya, di tengah
langgeng ning hérang, 2di niskala, pun160.
Lain kukuriyakan lain acina, kéna jatina,
pun. Pahi legep sa(ng)kep na pa(ng)wereg[a] suka
muliya, kreta pawitra utama premana, nyana,
nya(ng)ga sanghyang ajnyana, pun. Eusina,

159 pangwereug
160-2 pun di niskala

- 92 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

sapuluh, wastu utama, premana, larang sagala,


pun. Nga /66v/ranna mutia citana, h(e)neng.
Mutiya cita ning hérang. Mutiya cita ni(ng)
larang, pun. Sakitu, ngawastu na ka nu tan hana,
wisésa, larang ajnyana, pun.

Ini ti bwana larang, mayana, pu(n)cak ning


hérang, ngawastukeun161 sanghyang hayu,
ngawa[ng]ngun sanghyang ajnyana, pun. Ti
niskala, pahi niskeun kahanan /67r/ di nis ning
bwana, la(ng)geng, di nis na (te)lenging, ka nu
leuwih ni larang ajnyana, pun. Pahi pasra nyana,
niskala, tu(ng)gal ajnyana, pun. Sabda padésa, nu
wisésa, legep tu(ng)gal nyana, ti niskala, ka
madiana, ning ajnyana, pun.

Sahur nu wisésa, lamun ageus titi(s) sowara


kreta pasra, tunggal ning ajnyana /67v/, hanteu162
nu katiténan163 nyana, ti niskala. Pahi
ngawayakeun kahanan di nis ning bwana,
la(ng)geng di nis (te)lenging jati, ti luar, aya
leuwih larang kahanan ti madiya ning tan hana,
dina wekas ning tan katuduhhan dina w[u]it mula
pawekasan ning ajnyana, di adras asra pawekasan
ning bwana, dina mu/68r/la, adras pawekasan
ning tan hana, dina luput sangkan pawekasan
ning a ajnyana, pun.

161 ngawastakeun
162 hati
163 katitigénan

- 93 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Sakitu164,
kawekasannanna nu siya tuhu
mangun rahayu, nu laksana mawa darma, nu
satiya di ajnyana, nu meunang hatos sarasa, hamo
tresna di sarira, pun. Dayeuhan di buana165
h(e)neng sunya keleng166, ti manusa.

Ageus /68v/ kahusir na jati, ageus cu(n)duk


ka na puhun datang kana tangkal a(m)bu ayah
ageus sasra kreta, palipurna, ning ajnyana, ti
a(m)bu ayah, meunang wisésa, di niskala, ageus
kabéréan 4jagatpramana167 nyana, wenang satata,
wisésa ning ajnyana.

Ageus dibaan ka168 kahanan suka kreta


manglaba-laba, ligar /69r/ nyana, ligar yusa,
ajnyana, wenang wisésa, sakama-kama ning
nyana, wenang wisésa, dina bwana, niskala, pun.
Ja nu wenang nya(ng)ga-nya(ng)ga sanghyang
ajnyana, nu nyukung ngawangun sanghyang
hayu, kana mulaning tan hana, pun sakitu. Ageus
na nu luput tapa, wisésa deu(ng) ajnyana,
mulaning darma, sangkan niskala, lunas ta /69v/n
hana, pun.

Ini pustaka, bijil ti wit169 mula, ning tan


hana, pun. Nu tan hana, leuwih lawang ajnyana,
pun. Dayeuhan di buana170 h(e)neng, suniya

164 saketu
165 banua
166 keling
167 -4 jagag purnama
168 sa
169 wwiit
170 banua

- 94 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

keleng171,di pigeusan(eun) nyu(k)mana, nyiyeun


na pustaka, pun. /70r/

171 akleng

- 95 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Bab 4
Terjemahan Teks
Pengantar
Terjemahan dalam terbitan kali ini didasarkan
atas suntingan teks sebagaimana terdapat dalam bab
3. Sedapat mungkin terjemahan diusahakan kata
demi kata. Tetapi mengingat konteks kalimat yang
berbentuk prosa serta demi kelancaran bahasa
Indonesia, tidak selalu mungkin menterjemahkan
suatu kata Sunda Kuna secara konsisten dengan kata
yang sama dalam bahasa Indonesia. Berbagai istilah
keagamaan yang khas dan menyangkut konsep
tertentu seperti bayu, sabda, hidep, nyana, Sanghyang
Hayu, ada kalanya dibiarkan dalam bentuk aslinya
dan tidak diterjemahkan.

- 96 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Penyajian terjemahan teks

Inilah ajaran yang harus diperhatikan. Ini adalah


untuk diamalkan oleh orang yang lewat dari raga,
yang lepas dari bayu sabda hidep. Lewat dari rasa
jasmani, lebih dari hidup, yang mengingat ajaran
Sang Manon, lewat dari ruh yang agung, lebih dari
yang tak tergambarkan acintya pada nyana ajnyana,
ruh dalam ketiadaan. Ini dari yang sekarang, yang
menunjukkan kepada raga, yang dinamakan bayu
sabda hi /1v/dep, yang melihat dan mendengar,
dengan rasa, jasmani, hidupnya ruh, mengingat
ajaran Sang Manon yang agung, yang dinamakan
sekarang, yaitu kegaiban bayu sabda hidep. Demikian.

Ini yang mempunyai raga, yang mengeluarkan


bayu sabda hidep, yang selalu melihat dan mendengar,
yang menyebabkan adanya rasa pada jasmani, yang
menyebabkan hidupnya ruh, inti kegaiban /2r/ yang
agung. Demikian. Ini adalah bersatunya ruh raga
jasmani, yang mengeluarkan bayu, takkan terkena
bayu. Ini adalah yang mengeluarkan sabda takkan
terkena sabda. Ini adalah yang mengeluarkan hidep
takkan terkena hidep. Ini yang mendengar takkan
terdengar. Ini yang melihat takkan terlihat. Ini yang
terasa takkan terasa. Ini adalah yang menghidupkan
takkan terkena hidup. Takkan tertunjukkan dengan
ruh kita sedunia. Ialah yang rata dan menyebabkan
rata, namanya ruh kita sedunia, yang dinamakan
kita sedunia tidak kena, dinamailah Dia Yang
Agung, dalam kegaiban yang tidak terlihat dan
terdengar, tidak teraba dan tak terpikirkan. Dialah

- 97 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

yang menyebabkan ruh yang tak tertunjukkan.


Demikian.

Ini untuk diamalkan /3r/ dalam pangkal ruh


bersatunya bayu sabda hidep. Ini untuk diamalkan ruh
dalam keabadian ajaran kedalaman hidep hilang
dengan sebutan, untuk mengangkat ajnyana‫‏‬
melepaskan nyana ruh Sang Manon. Ini kehampaan
ruh dalam keabadian Sang Manon. Tembus dari
angkasa, terang benderang, lewat dari panjangnya
siang, bersinar terang sekekeliling dunia/3v/.
Meskipun tiada siang tetap terang terus-menerus.
Untuk ruh penglihatan kepada kegaiban hidep Sang
Manon untuk menuju kesejatian, melihat dunia gaib.

Ini untuk mengunjungi ibu dan ayah di niskala,


untuk ruh pada kesucian, pada ruh lepas dalam
nyana. Untuk mengangkat kelepasan ajnyana, karena
yang menyebabkan ruh menghilangkan /4r/ yang
halus, tidak kehilangan ruh dalam ajnyana. Kembali
lagi ke niskala, ruh pada nyana, datang kepada
ketiadaan, kepada asalnya, bening bersih jernih,
hening jernih di dunia, sampailah nyana kepada ibu
dan ayah. Demikian.

Ini untuk menjaga bumi, lenyapnya bumi dari


pretiwi, raga yang bersih lepas dari dunia,
kehampaan dengan ketiadaan. /4v/ Lepas hilang
tanpa sebab, melesat lepas hilang dari angkasa. Ruh
pada pretiwi menjaga pengisi bumi. Ruh di dunia
menjaga raga jasmani. Ruh di angkasa menjaga sirah
tresna di dunia. Bersama-sama melepaskan sendi
niskala, untuk menyelesaikan tapa. Demikian.

- 98 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Ini untuk kebenaran mengamalkan ruh pada


nyana. /5r/ Yang menyebabkan adanya rasa, angan-
angan, yang mengeluarkan bayu sabda hidep dengan
yang melihat dan mendengar. Menggunakan ruh
yang halus pada ajnyana, yang terlepas kembali dari
pretiwi. Lewat nyata dari dunia, kehampaan dengan
ketiadaan, yang lewat dari kenyataan di dunia lebih,
kembali ruh jasmani hampa paramarta, selubung
yang nyata, yang lewat /5v/ dari angkasa, yang lebih
dari pengisi bumi, yang halus pada tidur dan
bangun, pada siang dengan malam, ruh nyana, yang
menjadi ruh ajnyana, yang menyebabkan benar hidep
teringat selalu pada cita-cita. Berpadu kepada ruh
nyana yang diingat. Ruh bersatu dengan niskala,
supaya tidak tersesat kepada ibu dan ayah kepada
niskala. Demikian.

Ini /6r/ ruh darma yang disimpan pada ajnyana,


ialah permulaan pada sabda, asal kepandaian. Ruh
pada hidep dengan cita-cita. Dia yang tak terlihat tak
terdengar. Ruh yang tak terlihat tak terdengar. Dia
adalah ruh yang melihat tapi tak terlihat oleh yang
melihat. Dia adalah ruh pada pendengaran yang tak
terdengar oleh yang mendengar. Dia adalah ruh
pada bayu, yang tak /6v/ terkena bayu. Dia adalah
ruh pada sabda yang tak terkena sabda oleh yang
bersabda. Dia adalah hidep yang tak terkena hidep
oleh hidep. Dia adalah ruh pada rasa yang tak terasa
oleh yang merasa. Dia adalah ajaran yang takkan
terikuti oleh yang mengikuti. Dia adalah ruh yang
mengingat yang tak teringat oleh yang mengingat.

- 99 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Tunggallah ruh pada keabadian Sang Manon,


yang menunjuk tapi tak /7r/ tertunjukkan, ruh yang
menunjuk tapi tak tertunjuk, ruh pada keabadian
ajnyana, yang lepas dari tato ajnyana yang agung
pada ruh yang tidak tertunjukkan ruh dari yang ruh
katanya ini, tidak teratasi oleh yang tinggi, tidak
terbawahi oleh yang rendah, tidak terkena utara oleh
utara, tidak terkena selatan oleh selatan, tidak
terkena barat /7v/ oleh barat, tidak terkena timur
oleh timur. Tidak terkena jauh tidak terkena dekat.
Dialah yang wenang kasar dan wenang ruh. Dialah
yang wenang ada dan wenang tiada. Terlepas ruh
dari kebadian cahaya ajnyana, yaitu dengan ruh yang
sejati, pandita, niskala, ajnyana. Demikian.

Ini untuk diamalkan oleh yang terlepas dari ruh


bayu sabda hidep lebih /8r/ lepas ruh pada kekerasan
nyana, wenang tiada, mengangkat ajnyana, ruh pada
jasmani, menghilangkan raga, menghilangkan
pertiwi, menghilangkan dunia, kesunyian dunia,
melepaskan angkasa, lewat dari penglihatan
manusia, kembali menjadi satu rupa dengan ruh
jasmani. Badan menembus beningnya rupa, bayang-
bayang menembus dewata.

Heningnya pakaian /8v/ menembus nyana,


berangkat dari bwana larang, lewat dari penglihatan,
tata, dewata, dari sorga hiyang kelepasan datang
menembus buana, mulia tercapai sebagai puncak
kesucian. Lewat dari situ, datang menembus ke
larang mayana, kebeningan buana. Lewat dari situ,
datanglah ke lenggang bwana. Lewat dari situ tempat
tinggal di buana tetap yang sunyi /9r/ terpisah,

- 100 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

dilepaskan dari niskala. Datang ke puncak lenggang


herang, yaitu bayangan heneng buana. Lewat lepas
dari situ datanglah ke puncak heneng terus linglang
buana. Hilang lepas dari situ, lewat dari sorga, para
tata dewata, hiyang kelepasan, lewat tiada, dari situ,
samapai terlihat, tata buana niskala. /9v/

Semua turun dari niskala, menyambut tingkah


Sanghiyang hayu, bahagia, menopang sanghyang
ajnyana, tidak menerima laku permata di buana, sari
dari jiwa yang agung, yang langgeng, yang kuat,
permata pada nyana, dingin dari sari, yang rupanya
sungguh mulia, lidah pada badan yang kuat, mulia
rupanya, terus bagus sungguh rupanya, sari ajnyana.
/10r/ Lima bayangan yang bening menembus buana,
keluar sari wewangian dari jasmani, diliputi dengan
wewangian kumaratna, wewangian luar biasa
semerbak, seluruh buana, sungguh sarinya ajnyana.
Setelah selamat kebenaran sanghyang ajnyana, setelah
rasa sungguh sempurna, sempurna abadi dari
niskala, sungguh. Hilanglah mengangkat ajnyana,
rasa pada nyana, dari niskala.
Lepaslah perjalanannya./10v/ Sama cepat
perjalanannya niskala, mengiringkan rasa, selesai
dari sari pekerti yang benar, suka dalam
perjalanannya.

Pekerti tersebut, melakukan pekerti yang


selamat, sama-sama suka bahagia, sangat mendalam
perasaan hatinya yang sungguh kuat, sama-sama
indah kelakuannya, mengikuti wujud yang indah,
menguasai hidep dengan satu pikiran, memusatkan
sabda dengan suka cita, satu tingkah, satu karma,

- 101 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

satu perasaan, /11r/ sepertimbangan, satu tingkah,


baik, mulia, pusat ajnyana, sama semuanya sejajar
tiang nyana, sama-sama selesai pada kedamaian
nyana, jasmani nyana, memusatkan ajnyana.

Setelah selamat sempurna, kepergiannya hilang


lepas dari buana, niskala. Lepaslah ia dengan pelan
jalannya, datang mewangi di buana. Tidak ada
perkataannya /11v/ kepada sang pandita. Dari
awal sang pandina membuat semua yang hilang dari
dewa, hilang dari dewata, hilang dari kesorgaan,
hilang dari kahyangan, hilang dari ajnyana, dari
keagungan sang pandita. Mendapat ajaran yang
sejati, abadi sunyi terus-menerus pada ajnyana, abadi
di buana. Demikian.

Sang pandita yang wenang lewat dari pokok,


yang wenang lebih dari jati, yang /12r/ wenang lepas
dari pokok, wenang mengeluarkan keagungan,
menghilangkan ajnyana, wenang pada kotor.
Sempurna lepas bebas hilang tanpa sebab. Sang
pandita bersatu jati-nya kepada niskala, ruh bersatu
dalam ketiadaan. Sang pandita yang hilang pada
ketiadaan, wenang tiada, karena satu pokok dari
asal, pada kejadian ketiadaan. Yaitu yang dikira isi
/12v/ dia yang utama, tinggal di puncak negara,
permatanya sabar, semua memuliakan nyana, yang
untuk keturunanannya, sri lénggang maya tembus
bening, permata di buana, tempat duduknya
permata bening, bayangannya dian di buana, tempat
duduknya bertingkat di tengah puncak, permata
tembus bening, dipakai pada badan seperti rupanya

- 102 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

bayangan pada ajnyana. Mengurangi /13r/ permata


bayangan tembus bening di buana.

Di hulu meniru buana, di puncaknya meniru


angkasa, bersinar terang sebuana, keluarlah
kesaktian yang sejati. Keluar cahaya, sinar di buana,
sempurna, sejatinya keturunannya. Bening diam
terus-menerus. Demikian.

Selesai semua terkuasai lengkap kepandaiannya,


pada keturunannya, semua, dia para pembesar,
semua, dia matang desa, nu nangganan, paracita, yang
/13v/ agung, dia dan parasorga, kedekatan pada
dewata, dari sorga hiyang, kelepasan dewata agung,
pada sorga kelepasan, kelepasan dari manusia,
bertapa dalam usaha, yang mulia membangun
kebaikan, menuju sorga dalam darma, Sanghyang
Atma Wisesa.

Tidak pergi dari gerbang keselamatan, tidak


lewat dari kesorgaan /14r/ dewata. Dewa manusia
terkuasai oleh dewata. Dewata jatiniskala yang mulia
memusatkan bumi, kelebihan pada ajnyana,
mahaagung, tempat di buana, menerangi
kedatangan para sorga. Bukan yang lewat dari situ,
yang mulia melakukan tapa. Tidak lepas dari itu,
yang mulia memusatkan menciptakan keselamatan,
/14v/ memperhitungkan sanghyang atma, dikatakan
wenang, agung, tidak lewat dari tata hiyang dewata,
dari sorga kahiyangan.

Hanya seorang, lewat dari kelepasan yang sakti,


para tata dewata lewat dari kesorgaan, lebih dari

- 103 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

para aci, lewat dari para cita, naik dari niskala,


sesampainya kepada /15r/ yang agung. Yang agung
kemudian memerintah melakukan kepada para
geulangan, semua yang mulia, pembesar, kepada
yang mulia, bersambungan semua datang
berkumpul, bertempat di cita nagara. Permata
agung, bertempat di cita gelang negara, permata
buana, bertempat di puncak negara, permatanya
diam, bertempat di cita bayangannya, permata yang
bening, bertempat /15v/n di cita negara, permatanya
diam. Semua berada bersatu dalam kebenaran
sanghyang ajnyana, bertempat di puncak lenggang
nagara permata yang agung, semua berkumpul
melindungi, semua berkumpul yang
mengumpulkan, ke kedatuan yang agung, kedatuan
Sri Margawindu buana, yang terhampar bening
berkilauan, seperti permata emas terpisah
bersilangan permata /16r/ emas, semburat tembus
buana, bercahaya terhampar sekelilingnya.
Bayangan pada diamnya buana, bening tahtanya,
permatanya bayangan, kedudukan jati heneng, pada
keajegan permata bayangan, bening pada lingga
cahaya buana, dipuncaki oleh dewata, seluruhnya
sempurna berdaulat, bersembunyi pada ajnyana.

Demikian yang dijadikan kedudukan yang


berkuasa, setelah berkumpul yang mengumpulkan,
/16v/ semua dia berkuasa, semua dia matang desa,
melingkari para cita. Kata yang berkuasa, “Adapun
aku akan menyuruh mengumpulkan, aku akan
membawa pertemuan kepada yang mulia para
pembesar, yang berkuasa, ramah, bersama-sama
dengan ajnyana. Barangkali menjadi susah dari

- 104 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

keadaan, yang menyebabkan kami gembira, kepada


yang mulia pembesar. Demikian. Dengan sabdaku
/17r/ ini, kami meminta maaf, kebodohan yang
dipelihara, melihat yang terhalangi, yang
menjadikan kami meminta diwaspadai dengan
kehawatiran nyana. Sabdaku sekarang ini, jagalah
dengan sungguh-sungguh kelurusan. Kalau bengkok
betulkan, kalau kurang tambahi, kalau bukan
balikkan, kalau salah nasihati kami. Demikian.

Yang menyebabkan /17v/ kami membawa


dihadap titisan suara, tirta ajnyana, pertengahan
nyana, ajaran nyana, sabda yang agung, kepada yang
mulia pembesar, semua wenang berkuasa.
Barangkali yang menyertai keselamatan, kepada
yang mulia berdaulat, kesucian nyana, menjelajah
kepada jati, menitis suara turun dari tengah, semua
mengisi kebaikan, daulat, utama, mulia / 18r/ windu,
sanghiyang hayu, semua mengeluarkan pengasih jati,
daulat, pusatnya ajnyana, semua menitis tunggal
puluh, yang mulia matangdesa, semua wenang
berkuasa. Itulah yang menyebabkan kami gembira,
kepada yang mulia para penguasa. Demikian.
Menceritakan tempat keasrian cita, negeri permata
yang agung, tunggal baik, bersedia semua kepada
yang /18v/ mulia pembesar, menerima ajnyana,
kepada yang mulia berkuasa, menerima sabda
utama. Demikian.

Kalau begitu sanghyang sahur, menitis suara ke


bawah, kebenaran sanghyang ajnyana, dari tengah,
ingin mengendalikan pikiran hidep kamu, terlihat,
terdukung, terbangun, baik, bahagia, benar, setia,

- 105 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

suci, pusat sanghyang ajnyana. Itulah yang


menyebabkan kami /19r/ berhamba tidak akan
salah rasa, dapat membayar ajnyana, menitis suara ke
bawah dari tengah. Hanya itulah yang kami jadikan
pengabdian kalau diakui, diperhatikan, memusatkan
ajnyana, pengertian tunggal yang baik, dari yang
berkuasa. Demikian.

Menjadikannya jati, kata yang berkuasa, “Yang


menyebabkan aku menyediakan kebaikan, kepada
manusia sejagat, karena sanghyang sahur sekarang
/19v/. Yang menyebabkan aku menyebarkan pada
orang banyak, untuk lawan aku bersenang-senang,
bersedia tunggal baik kepada yang berkuasa, kata
penduduk dalam cita, lenggang negeri permata
buana. Demikian. Kami hamba yang sanggup
memusatkan ajnyana, bersedia, suka, baik, semuanya
bukan yang terawasi nyana, suka menyertai ajnyana,
tunggal yang terkuasai, memusatkan /20r/ ajnyana.

Ujar yang kuasa,”Kalau sudah terkendali


terkuasai lengkap tersedia bersatu semuanya, telah
sanggup berkumpul yang mengumpulkan, semua
wenang berkuasa, kamu semua matang desa, yang
mulia semua pembesar, kepada kedatuan yang
kuasa, yaitu kedatuan si raga heneng, pusatnya
membangun kemuliaan sebuana. Bumi pun tembus
pada diam yang bening, /20v/ lenggang
bayangannya, seperti permata di angkasa, yang
terhampar bening berkilauan, seperti permata, emas,
mirah, yang dipakai, seperti permata pada emas,
halaman tembus ke buana, bercahaya terhampar
sekelilingnya, bayangannya pada kediaman buana,

- 106 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

beningnya tahta, permatanya bayangan, kedudukan


jati heneng, yaitu keajegan permata bayangan, bening
cerah cahaya buana, dipuncaki oleh dewata,
seluruhnya /21r/ sempurna berdaulat, bersembunyi
pada ajnyana. Demikian yang dijadikan kedudukan
yang berkuasa, setelah berkumpul yang
mengumpulkan, semua dia berkuasa. Kata yang
berkuasa,”hanya itu kalau sudah sanggup bersedia,
pengertian yang satu, demikian. Menerima sabda
yang kuasa, bertempat pada cita raga rasa yang
agung. Demikian.

Setelah sanggup berkumpul yang


mengumpulkan, /21v/ memusatkan ajnyana,
mengutamakan sanghyang ajnyana. Hanya itu
barangkali terlalu lama bertingkah di luar. Brangkali
tidak teringatkan oleh kita, demikian. Segera
berangkatkan dia pada nyana, demikian. Naikkan dia
keturunannya semua tiga orang yang menunggu
pada keaadan manusia, pujian mengangkat
sanghyang atma, yaitu aci wisesa, berangkat /22r/
dari buana, jati suda, datang ke buana niskala, naik ke
buana jati tan hana.

Ujar yang berkuasa,”Ayolah bersihkan badan


sejati, badan yang berkuasa. Ayolah bersihkan
badan sejati, badan sanghyang ajnyana. Pada jiwa aci
wisesa, setelah aci rupa jati, sabar, bagus, sejuk, rapih,
jujur, bening, lemah lembut, menyelesaikan rupa jati
heneng, ramping, tampan, semampai, cantik, pantas,
indah, /22v/ tembus rupanya pada bayangan sejati
berwibawa, pada busana tembus bening pada
bayangan permata buana, sabuknya bukahantara,

- 107 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

berisi permata, emas, diikat dengan pacarcina,


dipinggiran pacarkeling, di tengah direka-reka
dengan permata dewata, tembus bagusnya sampai
ke ujung kediaman. Benangnya semua bening
diselingi dengan bunga-bungaan, berkilauan
antaranya, bermekaran bunga /23r/ masalarang,
rapih pakaiannya, pakaian selengkapnya, untuk
menegakkan ajnyana.

Ini yang memakai selendang embun basah bagus


di ujungnya kuwung-kuwung, di pinggirnya
tejahening, di tengahnya tejawarna. Gemerlapan,
bening, terang benderang bersinar dengan
keagungannya. Rapih pemusatan sangyang hayu,
rapih dalam kepandaian, cita bayangan tanda,
menyumbang /23v/ bahan busana.

Untuk dipakai duduk di singgasana, setelah


duduk benar memusatkan ajnyana, lidah suci yang
berwibawa, mulia sanghyang ajnyana, pada jiwa yang
agung, dinaikkan pada singgasana, semua dengan
istri yang diberikan sebagai bibit dari niskala, yang
sungguh-sungguh pada tempat waktu dia menjadi
manusia, yang memegang ajnyana, mengangkat
/24r/ sanghyang ajnyana, pendengaran dijadikan
keinginan. Sesampainya ke batang asal setibanya ke
pohon asal, semua sudah duduk pada singgasana,
singgasana sri lenggang maya, tembus bagai
beningnya permata buana, tempat duduk permata
yang bening, bayangannya diam di buana, tempat
kedudukan dinaikkan ke puncak tengah, permata
tembus beningnya, badan /24v/ berkilauan seperti
bayangan ajnyana yang terus menerus, permatanya

- 108 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

tembus bening ke buana, pangkalnya meniru buana,


puncaknya meniru angkasa, memancar terang
sebuana, keluar kesaktian sejati, keluar cahaya
terang nyana di buana, suci sejatinya singgasana,
bening diam selamanya, pada buana pada
singgasana.

Kainnya permata diselingi emas, berlatar


permata emas berkilauan/25r/ bening, kainnya
bercahaya, pendengaran dan kesaktian, di
pinggirnya bertatahkan cakramanik, diselingi permata
mirah, di depannya permata berkedip-kedip,
permata emas mirah, di belakangya talilaya, diberi
bunga dari permata emas, berpuncak permata mirah,
rumbai-rumbainya mirah manikam, diselingi bunga
acung, bunga tunjung dirangakaikan, diam di
ujungnya, kecil hasil /25v/ merangkaikan, ialah
bunga windu larangan, yaitu bunga yang bening
berkilauan, seperti bayangan emas pindah,
berwibawa bening warnanya, keluar diam dari
pangkalnya, berkilauan bagai kilat, keluar kesaktian
dari pusat kedudukan, keluar dari ajnyana,
keluarnya dari ajnyana, semua keluar kesaktian,
kesaktian sejati pada jasmani, kenyataan ruh pada
nyana, /26r/ yang menjadikan pusat jasmani.

Setelah genap dan lengkap, pada wadah tujuh


panggung, pada wadah permata mirah segala,
untuk menyertai ajnyana, untuk memusatkan pada
pangkal, semua yang mulia pembesar, semua yang
wenang berkuasa. Ujar yang berkuasa,”Marilah kita
berangkat, semua menjadi tujuan yang tunggal,
bunyi-bunyian semua sudah /26v/ lengkap, badan

- 109 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

jasmani sudah bening, permata dan emas mirah,


gongnya sudah mengkilat, permata tembaga
mengkilat, dipadu dengan emas dan perak, diwarnai
dengan galuga dan haretal, permata benang emas
bersinar, bersusun bening berkilauan berselang-
seling, tetabuhan untuk penyemangat, gong pada
wadahnya yang rata, gamelan tunggal satu pasang
/27r/, pemberian yang kuasa, untuk dimasukkan
kedalam pangkal, untuk peneguh singgasana,
menjadikan keinginan di dunia, kalau sudah sampai
ke pangkal.

Ujar yang berkuasa,”marilah kita berangkat!


Bersinar bening berkilauan. Ditaburkan ke atas
singgasana, taburannya permata mirah dan emas,
yang menaburkan sama-sama berlenggang tiada
putusnya, /27v/ berjalanlah singgasananya
sepanjang jalan, taburannya jatuh bening berkilauan,
tersembur menghampar bening, berkialuan
berselang-seling, halaman tembus pada kediaman,
tiang batu permata mirah, bening berlenggang
semua, tunggul bersih kiri kanan, permata cermin
mirah intan, pertanda berjalan di depan, bening
payungnya seperti kencana, tutupnya permata /28r/
acimaya, bening mirah semuanya, berlatar permata
emas, bening kuning suci diam, bening puncaknya
pasiaman, bersinar bayangan permata sutra, diikat
dengan benang emas bening berkilauan, berkilauan
seperti sayap muda.

Gamelan ramai ditabuh di belakang, gamelan


terus ditabuh, pertanda berangkat /28v/ dari
kedatuan yang agung, gong bersahutan dengan

- 110 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

suara gamelan, gong ditabuh bersamaan dengan


menabuh baananan dan babatakan, ditabuh sambil
berjalan pelan-pelan, yang pulang menumpang
sendiri, tanpa ada yang berbicara, nama babatakan-
nya, sudah diberi di-pulang geulis, baik hati kami
sejatinya, /29r/ suara gamelan mempercepat
singgasana, menyertai ajnyana, sejahtera bahagia,
menyangga sangyang ajnyana, suka tersedia
semuanya, tanpa ada yang mengawasi, semua yang
mulia pembesar, semua wenang berkuasa, yang
membimbing kepada asal yang kuasa,
menyampaikan kepada pangkalnya, sudah lepas di
buruan ageung, melewati /29v/ pintu larangan,
setibanya ke tempat, ke pusat asal keselamatan yang
agung, kemudian berkata kepada yang mulia
wenang, semua yang mulia pembesar, semua yang
mulia kuasa, bersedia bertuhan satu sungguh-
sungguh kepada yang kuasa, menyembah dan
berbakti sepenuh hati ke hadapan nyana
nyu(k)mana, menguasai ajnyana, kami hamba
mengindahkan /30r/ sanghyang darma, aturan yang
mahakuasa, kepada yang mulia pencipta nyana,
kepada asal mula jadi, kepada yang mahaasal,
kepada yang menjadi awal adanya nyana, kepada
pokok adanya ajnyana. Sampai kepada asal ajnyana,
datang kepada mula jadi, berakhir pada pretiwi,
datang ke asal, berakhir di angkasa, datang kepada
permulaan, berakhir di buana, datang kepada asal,
/30v/ berakhir di niskala,datang kepada awal,
berakhir pada ketiadaan, datang kepada asal
ketiadaan. Setibanya kepada ketiadaan, datang
kepada asal kelepasa, berakhir pada
ketidaktertunjukkan, yang menjadi asal pada asal

- 111 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

kejadian yang lebih, yang menciptakan ajnyana, yang


mengeluarkan hana, setibanya kepada ketiadaan,
yang mengadakan ketiadaan, menciptakan buana jati
/31r/ niskala. Dari pangkal penghabisan langgeng
gaib, terus menerus di buana, tunggal penghabisan
bening bersih, pada kelanggengan yang bersih,
bersih di puncak tertinggi, terus-menerus di buana,
pada ketiadaan, namanya nista keleng.

Yang mahakuasa dan semua yang mulia


pembesar, semua wenang berkuasa, semua sudah
ada di hadapan, menghaturkan kepada asal /31v/
menuntun kepada asal, kepada asal mula jadi, sudah
sampai kepada pangkal, sudah datang kepada asal,
sudah sampai kepada jati, datang kepada asal
permata ajnyana.

Berkata yang kuasa, “Maaf, hambaku


mengindahkan ajnyana ke hadapan, barangkali
berada dari sekarang, untuk diingatkan sanghyang
hidep, kalau hanya /32r/ini. Ijinkanlah kami akan
membubarkan itu, hambaku keluar sabda dari dunia,
petunjuk nyana. Anakku, yang kuasa, jangan cepat-
cepat dibubarkan karena aku akan berbicara
sekarang, aku akan menanyakan perintah,
barangkali dilanjutkan karena hasil menimbang oleh
yang menjadikan, mengisi pada tempat pada
anugrah dari yang mulia /32v/ para wenang, semua
yang mulia tunggal puluh, pasti benar suara ajnyana
dari dunia, semua yang mulia matangdesa, menjadi
tunggal sedia semua. Kalau gaduh tenangkan
supaya jelas benar suara ajnyana, kepada sembilan
delapan tujuh, enam lima, empat tiga, dua satu.

- 112 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Semua mengeluarkan anugerah untuk jati /33r/


dipusatkan semua mengadakan pada tempatnya,
untuk tempat anugerah semua yang mulia
pembesar, supaya jelas kedudukannya yang sejati.

Demikianlah anakku yang kuasa, supaya jelas


akhirnya dalam keselamatan.” Berkata yang
kuasa,”aku terima ajnyana, mahapremana, demikian
hambaku. Kalau begitu sanghyang sahur, tidak ada
yang enak membayar anjyana, /33v/ kalau begitu
sanghyang sahur, sudah berakhir pada ajnyana,
datang kepada hambaku hanya itu kami
mendengarkan dengan jelas, tempat memusatkan
pesan sanghyang hidep. Anakku yang kuasa, baiklah
kalau akan dibubarkan, pada yang mulia wenang
kuasa, hanya itu, aku akan menyuruh ibu
membersihkannya dulu.

Kata yang kuasa,”marilah /34r/ kita satukan


tujuan ke hadapan, ijinkan kami untuk bubar, laku
yang baik menyembah yang sejati, menyembah
berbakti kepada puncak yang suci, ke hadapan yang
mulia penyebab kejadian nyana.” Kata sanghyang
hidep, “baiklah dibubarkan, kita bicarakan di luar,
semua yang mulia matangdesa, supaya jelas
kedudukannya yang sejati, jangan ada yang salah,
supaya semua /34v/ bersedia suka menyenangkan
orang sejagat, karena aku ingin bersama-sama,
bersatu pada kebahagiaan menerima sanghyang
ajnyana, karena aku ingin disertai didukung
dibangun. Adapun sebabnya aku berkata demikian,
karena hanya ada satu ini yang pergi dari manusia,
yang mendapat kewaspadaan nyana, mengamalkan

- 113 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

sanghyang darma, yang datang kepada /35r/


pangkal yang menuju kepada kesejatian, yang
datang kepada asal, datang kepada pangkal asal
mula jadinya ajnyana.

Lepas dari pusat keselamatan, lewat dari desa


para dewata, dari tata sorga kelepasan, tidak lewat
dari sorga kahyangan, dari sorga para dewata,
karena para dewata semua sudah dikuasai, yang
menyebabkan kesusahan /35v/ sebuana, yang
menyebabkan goncang sejagat, yang menyebabkan
gaduh di bumi, semua sudah tergelar, sebentar tapa,
untuk menetapkan ajnyana, ke dunia kepada pusat
pangkal keselamatan.” Kata yang kuasa,”sudah
sanggup satu tujuan, bersedia rata semuanya, baik
orang sejagat, hanya itu, kita mendengarkan, selesai
/36r/ yang memusatkan ajnyana, hanya itu, kita
nanti diluar mengerjakan pada tempat untuk
anugerah.

Setelah sampai ke asal, setelah datang ke


pangkal, sudah tiba pada jati, ke asal ada dahulu dari
niskala, yaitu awal mula dari ketiadaan, asal
kesejatian, awal keberadaan ajnyana, yang terpilih
dari /36v/ dunia ketiadaan, pada ajaran ajnyana,
kepada ibuku Tan Hana Jati, asal kejadian yang sejati
di pretiwi, permulaan adanya di buana, asal berada
di angkasa, ibuku Tan Hana Jati, mewujudkan ruh
pada inti kesejatian hidup di buana, tunggal pertiwi
dengan angkasa, pada keabadian yang tunggal pada
penghabisan buana. Lepas pertiwi /37r/ lepas
angkasa, lepas buana, lepas siang lepas malam, lepas
air abadi, bening bersih, sunyi selamanya, langgeng

- 114 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

di buana, pada akhir yang terang abadi, diam bersih,


sunyi tembus pada terang, langgeng selamanya di
buana, lepas dari langgeng, dari kelanggengan,
sunyi selamanya, dari buana, dari perubahan di
ketiadaan, tunggal langgeng pada /37v/ ketiadaan
buana, di niskala, pada ketiadaan, asal ajnyana, asal
ruh pangkal nyana, tempat sanghyang ajnyana, asal
kejadian, bersatunya pada tunggal pretiwi dengan
angkasa, yaitu tunggalnya ajnyana, demikian.

Ujar yang sempurna, “asal kekuasaan dari dunia


pada ketiadaan, melihat pada amal perbuatan,
datang bersama /38r/ wadah tujuh panggung, pada
wadah permata mirah semua, dari belakang
pengiring gangsa rari, ditabuh dengan gong, dipukul
dengan keras. Yang melihat keluar cipta dari ajnyana,
keluarlah sabda ajaran, kemudian menyuruh ibunya
Tan Hana Jati, pada asal inti pada aci, asal sejati
permulaan ajnyana, berjalanlah mendatangi
wangsana, /38v/ jangan dibiarkan turun sendiri, dari
atas kepada wangsana, kembali pulang supaya
datang ke pelataran, yang menerima ajnyana. Ibuku
Tan Hana Jati, ke hadapan sanghyang hidep mohon
ijin memberi tahu, barangkali kami tergesa-gesa,
tidak sabar tergoda memburu dengan pemikiran,
tidak terdengar dengan sanghyang hidep, hanya itu.
Marilah /39r/ aku menyertai keselamatan, berjalan
bergantian dengan wangsana. Ibuku berhias diri,
berlama-lama memberi nasihat dengan darma, serta
dengan anak ajnyana. Ibuku turun menuju ke
kediamannya, semua ikut turun mengindahkan
ajnyana, semua datang ke kediaman.

- 115 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Ujar ibuku demikian,”Anakku mendekatlah ke


sini, sanghyanag atma, /39v/ ajnyana, aci wisesa,
menerima ajnyana, dari asal ajnyana, sanghyang atma,
atma aci wisesa. Kemudian ijinkanlah mengabdi
berbakti menyembah ke hadapan(mu). Hanya itu
anakku, mohon dimaklumi, kami takut tidak tahu
bertutur dan gurulagu. Hanya itu kemampuan kami,
tidak tahu tingkah tatakrama. /40r/ Hanya itu yang
menyebabkan kami takut segan khawatir sekali,
barangkali dikatakan terlalu percaya diri,
memandang matahari tanpa silau, barangkali
tergesa-gesa tidak sabar, terlalu cepat melangkah,
tebal muka tidak tahu malu, barangkali
menyebalkan, kekesalan, kehinaan, kemalangan.
Barangkali /40v/ terkena dengan perputaran waktu,
kebiadaban pada ajnyana. Hanya itu, itulah yang
menyebabkan kami mohon dimaklumi. Hanya itu,
kami kalau terbimbing laku di jalan, kami bersama-
sama mengikuti ajnyana.

Sanghyang atma sudah selesai yang menyatukan


mewaspadakan ajnyana. Kata ibuku demikian,” Aku
menjawab sabda utama. /41r/ Anakku sanhyang
ajnyana, apa yang menyebabkan malu dan khwatir?
Aku ini pesuruh dari dunia, pengganti pada
wangsana, pada wangsana diri. Anakku, janganlah
engkau salah merasa, bukan aku yang menghalangi
mengganggu tapa, menggagalkan keselamatan,
karena aku adalah yang sejati. Anakku segeralah
bangkit berdiri dari pusat /41v/ kedudukan turun
dari atas wangsana, kemudian memohon dimaklumi.

- 116 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Ujar ibuku demikian,”Biarlah aku terima tangan


sanghyang ajnyana, malas yang turun ke bangunan.
Ibuku berhias dengan keindahan rasa, turun dari
cipta sendiri, dipangku dengan nyaman pada
gendongan permata bayangan yang indah asri suci
sejati. /42r/ Ibuku, menggerakkan kaki dan tangan
semua siap menerima, kebahagiaan sanghyang
ajnyana, ikut menurut kepada yang memangku
sangyhang hayu. Ibuku membawa naik ke buana,
berakhir pada diri, pada pangkal kesempurnaan di
buana, meninggalkan dasakalesa, melepaskan
dasamala, melepaskan rajatamah, pada kesempurnaan
pangkal /42v/ mala. Ibuku sudah mengembalikan
hakikat waktu, berangkat ke buana jati, kepada inti
kesempurnaan kencana, bening pada tiang puncak
mirah, puncak emas semuanya. Ibuku tiba ke
bangunan, yang kemudian masuk ke gerbang,
dengan meru permata bening berkilauan, terang
siang puncaknya permata emas bercahaya,
pendengaran dengan kesaktian semua. /43r/ Ibuku
duduk di (tepi) jalan, berhenti dulu.

Sanghyang ajnyna diturunkan dari pangkuan,


mendudukkan ajnyana, sang atma aci wisesa, di
tempat itu membersihkan badan sejati, membasuh
sang atma aci wisesa, yang terang bening berkilauan,
dari jati lenggang maya. Keluar dari hulunya diam,
keluar dari permata manik, dengan /43v/ gayung
perak dan permata segala.

Ini adalah rajah untuk melepas rajatamah


semuanya. Kekuatan untuk menghancurkan musuh,
untuk menghilangkan ruh mala jati. Keluarkan dari

- 117 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

diri sejati, lepaskan dari rasa, bayu sabda hidep, lihat


dan dengarkan tutur, putuskan dari buana. Ini untuk
memisahkan bayangan. Ingat, putuslah mana. Ingat,
/44r/ putuslah buana. Ingat, putuslah mala. Ingat,
putuslah taya. Ingat, putuslah ratna. Ingat, putuslah
hilang. Ingat, putuslah musnah.

Ujar ibuku demikian,”Marilah kita bersihkan


sanghyang ajnyana.” Ujar ibuku,”tidak ada permata,
semua tidak ada bayangan. Anakku bukalah
pakaianmu!” Setelah sang atma meleepaskan
pakaian, ibuku memangku pada tempat duduk,
/44v/ berpindah duduknya ke petilasan sanghyang
ajnyana. Ibuku, semua siap sedia mengharumkan
diri, semuanya indah, menegakkan ajnyana, sedia
menghaluskan ajnyana. Sudah menjadi dewata,
cemerlang pikiran pada batas akhir nyana, bening
diri. Sudah menjadi inti rupa sejati, lenggang
sempurna rupa atma. Sudah tetap pada rupa yang
sejati. Sudah /45r/ menjadi badan yang tanpa rupa,
dari akhir rupa sejati, lewat dari bayangan yang
bening tetap. Sudah dikuasai oleh nyana, sempurna
rasa sejati paripurna pada ajnyana. Setelah badan
tetap pada kesejatian, mulia sejati utama. Sudah
sempurna sejati dan agung. Sudah tetap pada
kesejatian ajnyana. Ibuku Tan Hana Jati semua, Ibuku
Tan Hana /45v/ Ratna, Ibuku Tan Hana Maya,
sudah selesai membasuh nyana, berangkat dari
kelepasan rajatama, ditabur dengan permata emas,
dengan taburan bening berkilauan, terhampar pada
tiang mirah. Ibuku memangku dari tempat berjemur,
setelah masuk ibuku ke gerbang, memusatkan
ajnyana. Ibuku menyarikan nyana, sari busana /46r/

- 118 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

sanghyang ajnyana dibukakan. Ketika permatanya


tembus pada rasa, bening suci terbuka lenggang,
bayangannya pada rupa yang sempurna.

Busana itu untuk memberangkatkan ajnyana


kepada asal ajnyana, kesejatian awal pada diri,
kepada pangkal nyana, tempat sanghyang ajnyana,
pada asal mula, berakhir pada dewata.

Ujar ibuku,”Marilah /46v/ kita berangkat!


Sudah menjadi atma dengan rupanya yang sejati
paripurna. Setelah menjadi inti budi sejati, sudah
menjadi rasa budi nyana, sudah tetap pada budi yang
selamat. Sudah menjadi ajnyana, tetap sempurna,
ibuku berangkat dari gerbang membawa dan
menuju tempat akhir pada tan hana, datang ke dunia
akhir pada ajnyana. Pada kelepasan berakhir/47r/
pada kelepasan, dari kelepasan tanpa tertunjukkan,
dari yang menunjukkan tanpa tertunjukkan, tanpa
bayu tanpa hidup, tanpa permata tanpa keindahan,
tanpa atma tanpa aci, tanpa panas tanpa dingin,
tanpa hujan tanpa angin, lepas dari kesunyian
ketiadaan, lepas dari /47v/ dari matahari, lepas dari
pertapaan, lepas pada kelepasan, tanpa siang tanpa
malam, lepas terang abadi, dari pangkal akhir yang
menyebabkan terang di buana, dari asal mula
kesejatian di buana, asal keberadaan akhir. Dari asal
lepas asal tidak tertunjukkan. Dari asal siapa yang
membuat /48r/ asal, yaitu yang mengeluarkan
ajnyana dari ketiadaan keluar ketiadaan, dinamai
dengan ketiadaan, yaitu yang lepas, mengerti dan
tahu oleh asal, demikian.

- 119 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Ibuku semua datang ke asal memangku ajnyana,


datang ke pangkal membawa sanghyang ajnyana, ke
tempat bersatunya ibu dan ayah pada kelepasan
/48v/ terakhir yang tak tampak, dari niskala pada
kelepasan awal sejati, dari akhir ketiadaan, dari
pangkal akhir pada ajnyana, lewat dari pangkal
akhir yang bening bersih, lebih dari akhir yang tetap
bersih, lewat dari kekuatan permata akhir di buana,
yang langgeng pada akhir /49r/ selamanya, dari
kelepasan akhir kata yang indah, dari kerendahan
mana, berakhir pada ketiadaan, lepas dari tempat
asal, karena lepas dari yang lepas mengerjakan
kelepasan alam baka, bermacam-macam tempat
yang mulia wenang, semuanya agung, menurut
aturan niskala, dari asal menitipkannya di buana,
demikian. Setelah datang /49v/ ke pangkal, sampai
ke asal sanghyang darma, datang ke tempat ibu dan
ayah, berkata ibuku ke hadapan (kami),”maaf, kami
bertanya, perintah pikiran kita wujudkan. Demikian.
Ujar dari asal,”Ibu, segeralah dudukkan aku
menyertai keselamatan, pusatkanlah pada ajnyana,
satukan sempurnakan diri, supaya siap sedia
berbahagia /50r/ menerima sanghyang ajnyana.

Ibuku semua sudah selesai genap penuh lengkap


mendukung, membangun, memusatkan pada
kedudukan wadah ajnyana, inti kehidupan sari yang
tetap, bening inti semuanya, bertabur dengan inti
yang indah, bening dalam segala rasa, intinya atma
berada di tengah sari yang tetap, bening dan
lenggang, semuanya /50v/ sudah diperindah, lepas
inti rupa yang sejati, sudah disempurnakan
sanghyang ajnyana, sudah menjadi sejati pada pusat

- 120 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

ajnyana, sudah ditempatkan dengan nyaman sang


atma inti keagungan, dipersalin dengan busana
sejati, tembus tetap bening pada bayangannya,
bening permata buana, sudah dipersalin dengan
sanghyang ajnyana, dipusatkan didudukkan,
pendengaran dengan /51r/ anugerah ibu dan ayah,
yang dijadikan sari penjelmaan dua puluh, yang
sempurna ajnyana, suci semuanya.

Dengan ketentuan dari asal mendudukkan


ajnyana, yang menahbiskan, kemudian mengangkat
permaisuri, dengan pentahbisan, bukti pikiran yang
sempurna, lebih suci, dengan permaisuri yang
bernama Terusna Larang, sempurna bening pada
bayangan ketiadaan. Tetap pada inti beningnya
bayangan, /51v/ sempurna pikiran pada ketiadaan.
Bening pada ketiadaan, sempurna lebih suci. Inti
pada sari kesempurnaan, bayangan suci. Setelah ibu
dan ayah mengukuhkan ajnyana, pada tempat
kelepasan dari kilau-kemilau dari lenggang, bersih
dari tetap bersih, lepas dari akhir buana, dari buana
kosong pada kedalaman sejati, di situlah untuk
dijadikan tempat /52r/ bagi orang luar, dia lepas
dari itu, pada tempat kelepasan akhir ibu dan ayah,
demikian. Setelah dari asal yang memusatkan pada
tempat nya, kata yang kuasa,”hanya itu kami
bertanya kepada yang mulia pembesar, semua
wenang berkuasa. Kata yang menguasai di cita
nagara permata agung,”kami terima sabda yang
kuasa, hanya itu bila /52v/ selesai lengkap
berkumpul, siap sedia bersatu semuanya setujuan,
halaman hijau pada kedudukan sejati, sudah
terperciki kemuliaan suara ajnyana orang sejagat.

- 121 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Ujar yang kuasa, ”marilah kita siap sedia


mengadakan tempat untuk menempatkan anugerah.
Bukan untuk memperbanyak pekerjaan, bukan inti
pada /53r/ kesejatiannya, pada kekosongan buana
kedalaman tempat ketiadaan, suci ajnyana dari luar,
di situlah untuk mengadakan tempat yang agung,
mengadakan tempat permata yang tetap, tembus
langgeng di buana. Bukan untuk memperbanyak
pekerjaan, bukan intinya karena kesejatian isinya.
Pada anugerah sepuluh yang dijelmakan ajnyana,
semuanya suci. Tinggal di /53v/ tempatnya pikiran,
bayangan, bukti pikiran yang tetap, tembus pada
bayangan kuning, keindahan pada bukti, bening
pada bayangan sempurna.

Demikianlah yang ajnyana sempurna, penetapan


yang kuasa. Tempat tinggal pada cita negara,
permata yang agung, mengadakan tempat pada
kekosongan buana langgeng, pada kekosongan
tempat terdalam, mengadakan tempat asal permata,
pangkal /54r/ keadaan, tembus langgeng buana.
Bukan untuk memperbanyak pekerjaan, bukan
intinya karena kesejatian isinya, pada anugerah
sepuluh ketetapan ajnyana, namanya pikiran yang
sempurna, sempurna bayangan suci. Pikiran yang
bening sempurna lebih suci, keindahan pikiran,
bening pada bayangan, lebih pada kesucian.

Demikian ketetapannya, tempat tinggal /54v/ di


cita negara, permata yang agung, ke tempat tinggal
kosong di tempat terdalam, ke ketiadaan, suci
ajnyana, tempat tinggal pada pikiran yang bening,

- 122 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

negara permata buana, mengadakan tempat asal


yang lenggang pada asal yang awal, permata asal
kelanggengan di buana. Bukan untuk
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena
kesejatian isinya, pada sepuluh ketetapan /55r/
yang sempurna, suci semuanya, namanya pada
pikiran kosong yang tetap bening pada bayangan
suci. Pikiran bayangan sempurna asal yang suci, inti
keindahan bayangan yang tetap, tempat tinggal di
puncak negara, permata yang tetap, mengadakan
tempat asal pada puncak ujung kelanggengan di
buana, asal permata, asal yang tetap. Bukan
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena
/55v/ isinya, pada sepuluh ketetapan ajnyana, suci
semuanya. Namanya pikiran yang suci,
bayangannya mulia bening, pikiran kosong pada
kesucian, bening pada bayangan kesucian. Kosong
pada kesucian, bening pada kesempurnaan,
bayangan yang suci.

Demikianlah tempat tinggal di puncak negara,


permata yang tetap, semuanya ada, dengan peneguh
semuanya ada, tetabuhan /56r/ gembira
meramaikan ajnyana, menetapkan ketiadaan yang
suci ajnyana, demikian.

Tempat tinggal pada cita, bayangan permata


yang bening, mengadakan tempat asal bayangan,
permulaan pada permata, tembus langgeng pada
kebeningan. Bukan mempetbanyak pekerjaan, bukan
inti karena sejatinya isi, lengkap diiringi serba
tetabuhan /56v/ gembira keramaian ajnyana,
sepuluh ketetapan sari ajnyana. Sekujur tubuh suci

- 123 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

semuanya, namanya cita yang suci, bayangan yang


bening, cita yang bening, bayangan yang suci, cita
pada bayangan yang tetap, yang bening suci.
Demikian. Itulah ketentuan pada ketiadaan suci
ajnyana. Demikian.
Tempat tinggal di cita /57r/ negara, permata
yang tetap, mendiami tempat pada kekosongan di
buana langgeng, pada kekosongan yang terdalam,
pada tempat asal bening pada permata, asal mula
yang tetap dan langgeng, yang terus yang tetap.
Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya
karena sejatinya, intinya sepuluh ketetapan tubuh
yang sempurna, suci semuanya.

Semua mengadakan iringan tetabuhan gembira


/57v/ keramaian ajnyana. Demikian. Isinya sari
anugerah, namnya sari pada cita, bayangan yang
suci, yang lebih dari pada beningnya sari pada
kebeningan, lebih pada bayangan yang suci tetap,
sari pada kesucian, lebih dari bayangan yang bening.
Demikian. Itulah ketentuannya pada ketiadaan, suci
ajnyana. Demikian.

Tempat tinggal di puncak beningnya negara,


permata yang agung. Mengadakan /58r/ tempat
pada tempat asal ketiadaan, asalnya lenggang, pada
terus yang tetap, pada kelanggengan buana. Bukan
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena
sejatinya, semuanya lengkap, pengiring tetabuhan
gembira keramaian pemusatan ajnyana. Baik
ketentuannya, sepuluh kesempurnaan, suci
semuanya, namanya cita lenggang pada bayangan,
cita sari pada /58v/ kesempurnaan, bening

- 124 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

banyangan pada kesucian, inti pada perasaan,


sempurna, bayangan pada kebeningan.

Itulah ketentuannya, pada ketiadaan agung, suci


ajnyana, demikian. Ini yang menentukan keluarnya
dari buana ketiadaan, yang mendirikan ajnyana.
Demikian. Ini asal keadaan, asal pada akhir dalam
ajnyana, kenyataan ajaran, ujar pada sabda /59r/. Ini
tempat tinggal buana, buana asal niskala,
mengadakan tempat pada tempat awal yang
lenggang, terus bening pada asal selamanya,
langgeng di buana, di niskala. Bukan memperbanyak
pekerjaan, bukan intinya karena kesejatiannya.
Semua genap lengkap mengiringi kegembiraan
keramaian, memasukki ketentuan ajnyana. Sepuluh
ketentuan /59v/ yang mulia sempurna, semua suci.
Namanya cita yang bening, bayangan pada kesucian,
cita suci mulia, bayangan yang bening, cita yang
bening, bayangan yang mulia, mulia suci.

Itulah ketentuannya, kepada ketiadaan yang


agung, suci ajnyana, demikian. Ini yang menentukan
ajnyana, demikian. Keluar dari buana niskala, yang
mendirikan sanghyang /60r/ hayu, demikian. Tempat
tinggal di puncak yang tetap, yang terus bersih di
buana, mengadakan tempat pada tempat asal yang
tetap, yang terus langgeng di buana. Bukan
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya, karena
kesejatiannya. Isinya sepuluh ketentuan yang
sempurna. Mulia suci semuanya. Namanya inti pada
bayangan, bening permata pada kesucian, inti pada
kesucian, /60v/ bayangan yang bening, inti yang
bening, bayangan yang suci, tiga petunjuk

- 125 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

sempurna, mulia isi buana. Semua genap lengkap


dengan pengiring kegembiraan memasuki ajnyana.
Semuanya ada, ketentuan ajnyana, demikian. Itulah
ketentuannya, pada ketiadaan yang agung, suci
ajnyana.

Ini yang menentukan keluarnya dari buana


niskala, /61r/ mendirikan sanghyang ajnyana. Tempat
tinggal di puncak lenggang bening pada bayangan
tetap buana, mengadakan tempat pada tempat asal
yang lenggang, yang bening terus pada akhir
bayangan, di tengah langgeng buana. Bukan
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya karena
kesejatiannya, mengadakan tempat pada
kekosongan buana langgeng, /61v/ pada
kekosongan yang terdalam, sepuluh ketentuan
utama, suci semua. Namanya inti pada lenggang,
bayangan yang bening, inti yang lenggang,
bayangan yang suci, inti yang suci yang lenggang,
bayangan yang bening, demikian.

Itulah ketentuannya, genap lengkap sedia,


gembira bahagia menerima sanghyang ajnyana,
demikian. Pada ketiadaan /62r/ yang agung, suci
pada nyana, demikian. Semua keluar ketentuan
ajnyana, mendirikan nyana pada sanghyang ajnyana,
demikian. Semua keluar dari buana niskala,
demikian. Tempat tinggal terus yang lenggang di
buana, mengadakan tempat pada tempat asal yang
bening, asal yang lenggang buana, pada
kelanggengan tunggal buana, demikian. /62v/
Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya,
karena kesejatiannya, pada niskala, isinya sepuluh

- 126 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

kemuliaan yang sempurna, suci semuanya.


Namanya cita pada bayangan yang tetap. Cita
bayangan yang bening. Cita bayangan yang kuning.
Semua genap lengkap mengiringkan kegembiraan
dengan bahagia, menerima sanghyang ajnyana,
demikian. Itulah ketentuan ketiadaan yang agung,
/63r/ suci, demikian.

Ini yang membuat ketentuan dari tembusnya


lenggang buana, mendirikan ajnyana, demikian.
Semua keluar dari niskala, bukan dari para sorga
pada dewata, yang mengadakan tempat dari niskala
kesejatiannya. Demikian. Karena yang menjadikan
sorga dewata, demikian. Tempat tinggal yang terus
suci, bayangan yang bening di buana. Mengadakan
/63v/ tempat pada asal beningnya bayangan yang
tetap, langgeng, suci di buana, demikian. Bukan
memperbanyak pekerjaan, bukan intinya karena
kesejatiannya dari niskala, demikian. Isinya sepuluh
ketentuan yang sempurna, mulia suci semuanya,
demikian. Namanya bening pada bayangan, inti
yang sempurna, bayangan yang bening, inti /64r/
bayangan yang suci. Semua genap lengkap
pengiring bergembira bahagia nyana, menerima
sanghyang ajnyana, demikian. Itulah ketentuannya,
pada ketiadaan yang agung, suci ajnyana, demikian.

Ini yang menentukan dari terus yang suci,


bayangan yang bening buana. Mendirikan ajnyana,
demikian. Semua mengeluarkan nyana dari niskala,
demikian. /64v/ Tempat tinggal pada terus buana,
asal yang suci, puncak yang bening, demikian.
Mengadakan tempat pada tempat asal di buana,

- 127 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

pada terus yang lenggang yang suci, pada


kelanggengan puncak yanag bening, demikian.
Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan intinya
karena kesejatiannya di niskala. Semua genap
lengkap pengiring gembira bahagia nyana, /65r/
mulia sempurna, menerima sanghyang ajnyana,
demikian. Isinya sepuluh ketentuan mulia
sempurna, suci semuanya, demikian. Namanya inti
bayangan tetap, beningnya inti bayangan, inti yang
suci, bayangan yang mulia suci, demikian. Itulah
ketentuannya, pada ketiadaan yang agung, suci
ajnyana. Demikian.

Ini yang menentukan /65v/ terus buana,


permulaan pada kesucian puncak yang bening,
demikian. Menegakkan ajnyana, demikian. Semua
mengarahkan kepada nyana dari niskala, demikian.
Tempat tinggal di buana suci, bayangan pada
puncak yang bening, asal tunggal berakhir pada
ajnyana, di niskala, demikian. Mengadakan tempat
pada tempat asal pada asal /66r/ kesucian, asal
bayangan, di tengah langgeng bening, di niskala,
demikian. Bukan memperbanyak pekerjaan, bukan
intinya karena kesejatiannya, demikian. Semua
genap lengkap pengiring gembira, mulia, bahagia,
suci, utama, sempurna, nyana, menerima sanghyang
ajnyana, demikian. Isinya sepuluh ketetapan yang
utama, sempurna, suci semuanya, demikian.
Namanya /66v/ mutiara cita yang tetap. Mutiara
cita yang bening. Mutiara cita yang suci, demikian.
Itulah ketetapan pada ketiadaan yang agung, suci
ajnyana, demikian.

- 128 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Ini dari buana suci, bayangan pada puncak yang


bening, menetapkan ajnyana, menegakkan sanghyang
ajnyana, demikian. Dari nsikala semua
mengosongkan tempat /67r/ pada kekosongan
buana, langgeng pada kekosongan terdalam, kepada
yang lebih dari kesucian ajnyana, demikian. Semua
permata, nyana, niskala, tunggal ajnyana, demikian.
Sabda ajaran yang agung, genap tunggal nyana dari
niskala ke dunia, pada ajnyana, demikian.

Ujar yang kuasa, kalau sudah tercapai suara


yang sempurna, permata tunggal pada ajnyana,
/67v/ tidak terawasi nyana dari niskala. Semua
mengadakan tempat pada kekosongan di buana,
langgeng pada kekosongan terdalam yang sejati, dari
luar ada yang lebih suci, tempat di dunia ketiadaan,
pada akhir yang tak tertunjukkan pada asal mula
berakhir di ajnyana. Pada kekuatan permata berakhir
di buana, pada /68r/ awal kekuatan berakhir dalam
ketiadaan, pada kelepasan asal berakhir pada
ajnyana, demikian. Itulah wejangan terakhir yang
mulia setia menegakkan keselamatan, yang berhasil
membawa darma, yang setia pada ajnyana, yang
mendapat kekuatan rasa, tidak akan merasa bingung
pada diri, demikian. Tempat tinggal di buana tetap,
yang sunyi terpisah dari manusia.

Setelah /68v/ tercapai kesejatian, sudah sampai


kepada asal datang kepada pangkal, ibu dan ayah
sudah satu permata mulia, sempurna pada ajnyana.
Dari ibu dan ayah mendapat kekuasaan di niskala,
sudah diberi jagatpramana, nyana, wenang sejajar,
berkuasa, pada ajnyana. Sudah dibawa ke tempat

- 129 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

yang menyenangkan, bahagia tercapai, /69r/ nyana


yang tak terputus, umur yang tak ada putusnya,
ajnyana, wenang berkuasa, semau-maunya dalam
nyana, wenang berkuasa, di buana niskala, demikian.
Karena yang wenang menerima sanghyang ajnyana,
yang menopang menegakkan ajnyana, kepada asal
mula ketiadaan, demikian. Setelah selesai yang
bertapa, kuasa dengan ajnyana, asal dari darma, asal
niskala, dasar ketiadaan, /69v/ demikian.

Ini pustaka keluar dari asal mula pada


ketiadaan, demikian. Yang tidak ada lebih pintu
ajnyana, demikian. Tempat tinggal di buana tetap,
sunyi, terpisah, pada tempat untuk nyukmana,
membuat pustaka, demikian. /70r/

- 130 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Glosarium

aci rupa jati, intisari rupa yang sesungguhnya, rupa


yang asali.
aci wisésa, intisari yang tertinggi, keagungan,
kemuliaan.
aci, inti sari, pusat terdalam.
acimaya, inti bayangan, pusat cahaya.
acintya, tidak dapat dibayangkan, tidak terjangkau
oleh pikiran, zat laysa kamitslihi say’un „tiada
satupun yang menyerupai-Nya‟.
acung, Amorphophallus spec.
ajnyana, ājñāna, hal tahu, paham, mengerti,
pengetahuan sejati, kebijaksanaan.
baananan,babahanan, tetabuhan yang suaranya
membahana.
babatakan, babatekan (?) ditabuh bersama-sama.
bayu, napas, angin, kekuatan, daya hidup.
bukahantara, ragam hias pada sabuk.
buruan ageung, halaman besar, alun-alun.
bwana larang, dunia yang suci.
cakramanik, lingkaran manikam, untaian permata.
cita, citta, jiwa, perasaan, pikiran, keimanan.
dasakalésa, sepuluh noda karena salah menggunakan
dasaindria: telinga, mata, kulit, lidah, hidung,
mulut, tangan, kaki, dubur, dan kemaluan.
dasamala, sepuluh noda atau cacat, yaitu: tandri
„kelesuan, kemalasan‟, kléda „bimbang, ragu-
ragu‟, leja „sifat bodoh, jahat‟, kuhaka „penipu‟,
métraya „keras kepala, menjengkelkan‟, megata
„merintangi, menghalangi‟, ragastri „maniak
perempuan‟, kutila „curang‟, bhaksabhuwana
„rakus‟, dan kimburu „pencemburu, iri hati‟.

- 131 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

galuga, Bixa orellana, LINN.


gangsa rari, gangsa lari, simbal kuningan.
geulangan, pengawal kebesaran (?).
hana, wujud nyata, keadaan yang nampak.
haretal, atal „tanah halus berwarna kuning yang
setelah diolah dijadikan bedak, boreh, atau
cat.‟
heneng buana, keheningan dunia, dunia tanpa
kegaduhan.
hidep, tekad, niat, pikiran, pendapat.
jagatpramana, pengatur dan penguasa dunia.
jati heneng, sipat dasar yang tetap.
jati lénggang maya, bayangan keasalian yang bening.
jati suda, sipat dasar yang suci.
jati tan hana,sipat dasar yang gaib.
jati, sifat dasar, asali, yang sesungguhnya.
Jatiniskala,kegaiban yang sejati, Tuhan Yang
Mahagaib.
kumaratna, kumkuma, kuma-kuma (Crocus sativus,
LINN).
kuwung-kuwung, pelangi, bianglala.
larang maya, bayangan suci.
lénggang bwana,dunia yang bening tanpa kotoran
atau cela.
lénggang hérang, bening bersih suci.
mahapremana, mahakuasa, hakim yang mahaadil.
mala jati, dosa, kotoran, cacat, noda, cela, yang
terdapat pada ruh yang asali.
mala,kotor, cacat, noda, cela, dosa.
mana, pikiran, pendapat.
masalarang, Massoia aromatica, BECC.

- 132 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

matang désa, pejabat desa yang mendapat tugas


khusu dari kerajaan: pangurang dasa „petugas
pajak perorangan‟, calagara „petugas pajak
kolektif‟, upeti ‘upeti‟, panggeres reuma
„pengumpul hasil panen‟.
niskala, gaib, keadaan yang tak berwujud, tidak
nampak, tak terbagi-bagi.
nista keleng, pangkal kehidupan yang langgeng
setelah kehidupan di dunia yang fana..
nu nangganan, barisan, pejabat negara di atas mantri
di bawah mangkubumi. Sanghyang
Siksakandang karesian menyebutkan: … sisya
bakti di guru, mantri bakti di nu nangganan, nu
nangganan bakti di mangkubumi, mangku bumi
bakti di ratu, …‟siswa tunduk kepada guru,
mantri tunduk kepada nu nangganan, nu
nangganan tunduk kepada mangkubumi,
mangkubumi tunduk kepada raja …‟ (Saleh
Danasasmita, dkk.1987).
nyana, jñāna, pengetahuan, khususnya pengetahuan
luhur tentang hakikat Tuhan Yang Mutlak
untuk mencapai kesatuan antara manusia
sebagai mahluk dengan penciptanya, ma’rifat.
nyu(k)mana, menjadi satu kesatuan jiwa.
pacarcina, Aglaia odorata, LOUR.
pacarkeling, Bixa Orellana, LINN.
paracita, para cendekia, orang-orang berilmu tinggi,
ilmuwan.
paramarta,kebenaran yang sempurna, kebenaran
yang sejati.
parasorga, ahli surga.
pasiaman, pasiangan (?) berwarna tua, warga gelap.
pretiwi, bumi, tanah, dunia.

- 133 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

pulang geulis, mengembalikan wadah/tempat


kiriman kosong, tanpa diisi dengan kiriman
yang lain sebagai tanda terima kasih.
rajatamah, kegelapan, kebingungan, kebutaan rohani,
hawa nafsu yang keji.
ratna,permata.
rupa jati heneng, rupa yang asali dan tetap.
sabda, ucap, tutur, sabda.
sanghiyang hayu, ajaran tentang kebaikan, kebenaran,
kesalehan, kesejahteraan.
Sanghyang Atma Wisésa, Yang Mahagaib dan
Mahakuasa.
sanghyang sahur, jawaban.
si raga heneng, badan, jasmani yang tetap.
sirah tresna,pangkal kasih sayang, pengatur kasih
sayang.
sri lénggang maya,cahaya kekuasaan atau kesaktian
yang bening memancar dari bayangan.
talilaya, bunga tali-tali, Quamoclit pennata, BOJER.
tapa, konsep etos kerja dalam masyarakat Sunda
yang mengutamakan profesionalisme dan
kesungguhan. Konsep tapa dalam kehidupan
masyarakat Sunda ada dua macam:
1) tapa di nagara: melaksanakan tugas dengan
sungguh-sungguh sesuai dengan
profesinya, suhud (Sd.M), zuhud (Ar.).
Dalam Sanghyang Siksakandang Karesian
disebutkan: … raré angon, pacéléngan,
pakotokan, palika, preteuleum, sing sawatek
guna, aya ma satya di guna di kahulunan. éta
kéhna turutaneun kéna éta ngawakan tapa di
nagara.‟… anak gembala, peternak babi,
peternak ayam, penangkap ikan, juruselam,

- 134 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

dan segala jenis pekerjaan, semua setia


kepada tugas untuk berbakti kepada
negara. Itu semua patut ditiru sebab
mereka melakukan tapa dalam negara.
(Saleh Danasasmita, dkk. 1987).
2) tapa di mandala: melaksanakan perintah
agama dengan sesuai dengan ajaran dan
keyakinan dengan sungguh-sungguh dan
khusu.
tato ajnyana, tattwa ajnyana: ilmu kebenaran, ilmu
hakikat tertinggi.
taya, ketiadaan, pengingkaran.
téjahening, cahaya bening.
téjawarna,cahaya berwarna-warni.
tirta ajnyana, air suci yang membersihkan
pengetahuan.
wangsana, wasāna, akhir kehidupan, alam akhirat.
windu larangan, bunga yang bening berkilauan.
windu, pusat, pemusatan.

- 135 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Bibliografi

Atja dan Saleh Danasasmita, 1981a, Sanghyang Siksa


Kandang Karesian; (Naskah Sunda Kuno tahun
1518 Masehi). Bandung: Proyek Pengembangan
Permuseuman Jawa Barat.
--------, 1981b, Amanat dari Galunggung (Kropak 632
dari Kanuyutan Ciburuy Bayongbong-Garut).
Bandung: Proyek Pengembangan Permuseu-
man Jawa Barat.
Ayatrohaédi dan Munawar Holil, 1995, Kawih
Paningkes; Alihaksara dan Terjemahan Naskah K.
419 Khasanah Perpustakaan Nasional Jakarta.
Laporan Penelitian Fakultas Sastra Universitas
Indonesia.
Behrend (ed.), T.E., 1998, Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia: Katalog induk naskah-naskah
Nusantara Jilid 4. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan Ecole Francaise d‟Extreme
Orient.
Danasasmita, Saleh et.al., 1987, Sewaka Darma (Kropak
408), Sanghyang Siksakandang Karesian (Kropak
630), Amanat Galunggung (Kropak 632):
Transkripsi dan Terjemahan”. Bandung: Bagian
Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan
Sunda (Sundanologi) Direktorat Jendral
Kebudayaan Dep. Pendidikan Dan
Kebudayaan.
Darsa, Undang A., 1998, Sanghyang Hayu: Kajian
Filologi Naskah Bahasa Jawa Kuno di Sunda pada

- 136 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

Abad XVI. Tesis. Bandung: Universitas


Padjadjaran.
Eringa, F.S., 1984, Soendaas-Nederlands woordenboek.
Mede met gebruikmaking van eerder door R.A.
Kern bijeengebrachte gegevens. Dordrecht
/Cinnaminson: Foris. [KITLV].
Ekadjati, Edi S., 1988, Naskah Sunda: Inventarisasi dan
Pencatatan. Bandung: Lembaga Penelitian
Universitas Padjadjaran dengan The Toyota
Foundation.
Gunawan, Aditia, 2009, Sanghyang Sasana Maha Guru
dan Kala Purbaka (suntingan dan terjemahan).
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Holle, K.F., 1867, „Vlugtig Berigt Omtrent Eenige
Lontar-Handschriften afkomstig uit de Soenda-
landen‟. Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en
Volkenkunde (TBG) 16:450-70.
--------, 1882, Tabel van Oud-en Nieuw-Indische
Alphabetten. Bijdrage tot de Paleographie van
Nederlandsch-Indie. Batavia: s‟Hage.
Krom, N.J & F.D.K. Bosch, 1914, Rapporten van den
Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch Indie.
Weltevreden: Albrecht & co.
Kamus Umum Basa Sunda. Disusuk ku Panitia Kamus
Lembaga Basa & Sastra Sunda. Cet. ke-6.
Bandung: Taraté.
Notulen van de algemeene en directievergaderingen van
het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen (NBG), Deel L, 1913, Batavia: G.
KOLFF & Co; „s Gravenhage: M. Nijhoff.

- 137 -
- Sanghyang Tatwa Ajnyana -

--------, Deel LI, 1914, Batavia: G. KOLFF & Co; „s


Gravenhage: M. Nijhoff.
Netscher, E., 1853, „Iets over eenige in de Preanger-
regentschappen gevonden Kawi-
handschriften‟, Tijdschrift van het Bataviaasch
Genootschap 1: 469-479.
Wiryamartana, I. Kuntara, 1987, Arjunawiwāha;
Transformasi teks Jawa kuna lewat tanggapan dan
Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa. Disertasi.
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Zoetmulder, P.J., 2006, Kamus Jawa kuno – Indonesia.
Cetakan kelima. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

- 138 -

Anda mungkin juga menyukai