JUDUL MAKALAH
PENGOBATAN BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL YANG TERDAPAT
DALAM USADA UPAS
DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
1. Ainun Jariah (1508505021)
2. Luh Elita Setya Puspita (1508505022)
3. Kadek Dian Adnyan (1508505023)
4. Gusti Ayu Kristi Amarawati (1508505024)
5. Putu Vera Phinastika Putri (1508505025)
6. Putu Dessy Wilantari (1508505026)
7. I Gede Agus Januartha (1508505027)
8. Ni Made Riza Angelita Monica S. (1508505028)
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN KHUSUS
USADA UPAS
3
terlambat diobati sehingga penyakit akan menjalar
hingga ke kulit. Upas ini ditandai dengan kulit
menjadi biru dengan rasa sakit yang berpindah-
pindah dari perut bagian bawah sampai leher.
5 Upas putih Upas yang dapat diobati dengan menggunakan
tembakau yang telah dipakai pada waktu makan
sirih,dialasi dengan daun dedap yang diambil dari
tiga daun yang berada ditengah tengah.
6 Upas kuning Upas yang dapat diobati dengan menggunakan
kelad I satu ruas, air ,letakkan didalam sibuh hitam.
7 Upas ireng Upas yang dapat diobati dengan menggunakan daun
andong yang muda diberi rerajahan.
8 Upas amanca warna -
9 Upas angin -
10 Upas tuju bayu -
11 Upas beruang Penyakit yang awalnya disebabkan oleh upas angin
ditandai dengan perasaan bingung, hatinya sesak,
pernapasannya tidak normal, rasa panas yang
berpindah-pindah secara perlahan-lahan, tenaganya
tidak normal, perutnya berbunyi seperti ada angin
yang bergerak-gerak, terasa keras dan kaku,
kulitnya bertambah tebal dan kaku, kulitnya
bertambah tebal seperti bekas gigitan serangga, di
seluruh kulit terasa gatal dan warnanya merah
seperti tembaga.
12 Upas reratusan Upas yang ditandai dengan tidak dapat bersuara
atau sukar bersuara.
13 Upas belabur Upas belabor ditandai dengan panas pada lengan
dan tungkai,sedangkan badan terasa dingin.
14 Upas busun Upas yang ditandai dengan perut mual, hulu hati
kaku, selalu bersin.
15 Upas kasmaran Ditandai dengan penderita lesu, mengantuk, ingin
makan yang manis-manis atau asam, seperti
ngidam.
16 Upas kebodadaka Penderita tampak letih lesu agak gemetar, perut
mual dan ingin muntah, hulu hati nek, tetapi tidak
muntah.
(Pulasari, 2009).
5
Upas angin bunga Segala macam kamatus, ketan
tunjung biru merah hitam, asam yang telah
disimpan lama, kaldu daging, air
putih, berambang putih, dimasak
setengah matang airnya diminum.
Badan gemetar Asam yang telah lama disimpan, air
ludah pemakan sirih, dipakai parem.
Sakit tuju Asam yang telah lamadisimpan,
santan kelapa hijau, air jeruk purut,
air jeruk nipis, diminum.
5 Akar Jasminum Obat bayi debu-debu Akar menuh yang bunganya tidak
menuh officinalle (mual) tersusun, akar slegui, pulasari,
brambang dibakar diabu panas lalu
diminum.
6 Akar Obat digigit ular Akar gerirang digunakan untuk
Gegirang sembur.
7 Akar Saccharum Obat untuk mengobati Tumbung dibakar, Tebu Hitam, Tebu
Gelagah spontaneum upas reratusan dengan Malem, Teburatu, Akar Gelagah,
tanda-tanda sukar Gula Sari, Gelisgendih, Manggal,
untuk bersuara. Gula Pasir, semuanya sama-sama
sedikit, ragi sari kuning, temu
dengan jumlah yang hamper sama,
kemudian dicampur lalu dikukus,
setelah matang biarkan diluar rumah
agar dapat embun pada malam hari,
lalu paginya diaduk-aduk lalu
disaring. Air saringannya dipakai
obat minum.
8 Akar Ficus Obat karena tidak Akar Gantung Beringin, Akar
Gantung benjamina dapat mengeluarkan Kendal Betuka, Kelapa muda yang
Beringin air mania tau karena daging buahnya baru terbentuk,
air mani encer, atau tumbung kelapa dibakar, delima
karena adanya dicampur dengan sari kuning, semua
kelainan pada air mani dililit dalam lumpang.
9 Akar Obat karena tidak Akar Gantung Beringin, Akar
Kendal dapat mengeluarkan Kendal Betuka, Kelapa muda yang
Betuka air mani atau karena daging buahnya baru terbentuk,
air mani encer atau tumbung kelapa dibakar, delima
karena adanya dicampur dengan sari kuning, semua
kelainan pada air mani dililit dalam lumping.
10 Akar Obat penyakit Tiwang Untuk Penyakit Tiwang Jaran: Akar
Delundung Jaran (Bila orang itu delundung, akar kapas dan beras
mengingas atau ribut) merah dipakai parem.
11 Akar Paku Davalia Obat kamatus Akar paku lipan, akar paku yang
Lipan solida (Forst.) hidup di pohon kayu, akar pinang
Sw. yang tumbuh di gunung, akar
bengkuang, sari lungid, digerus halus
lalu dipakai sebagai parem pada
pinggang.
12 Akar Obat badan gemetar Akar bangiang digiling hingga halus,
Bangiang jika sakitnya kambuh, cara
pemakaiannya adalah di makan.
13 Akar bekul Obat segala kematus Wedi silanjana, akar pakis yang
(penyakit kelamin) dan muda, akar bekul, akar turi kakul,
untuk menghidupkan ketan gajih digiling halus, campur
sperma yang mati dengan kelapa muda, sari nagasari,
semuanya diperas dan tempat
penggilingannya digambari dengan
sanghyang mayaletaya setelah selesai
lalu diminum.
6
14 Akar Sakit puruh lebih dari Lengkuas, kencur, bangle, temu
Lombok satu tahun kunci, temu akar, temu ireng, akar
Kedi Lombok kedi, tahi jelati (cacing
tanah), tahi sebatah, gegambiran
anom, semua itu dioleskan pada
pinggang, bedaknya adalah daun
sekang, merica gundil, semua
ditimbung, kemudian dibedakan.
15 Akar Litsea cubeba Obat sakit puruh lebih Lengkuas, kencur, bangle, temu
kulangean Lour. dari setahun kunci, temu akar, temu ireng, akar
Lombok kedi, tahi jelati (cacing
tanah), tahi sebatah, gegambiran
anom, semua itu dioleskan pada
pinggang, bedaknya adalah daun
sekang, merica gundil, semua
ditimbung, kemudian dibedakan.
16 Akar Obat minyak kapurusa Sindrong wayah, minyak lampu
kembang (menguatkan wayang yang main pada sabtu
Karang kemaluan) kliwon, akar kembang karang, getah
sasuruh, getah belatung gada,
semuanya dimasak dengan kwali
waja.
17 Akar menuh Jasminum Obat bayi debu-debu Akar menuh yang bunganya tidak
officinalle (mual) tersusun, akar slegui, pulasari,
brambang dibakar diabu panas lalu
diminum.
18 Akar Slegui Obat bayi debu-debu Akar menuh yang bunganya tidak
(mual) tersusun, akar slegui, pulasari,
brambang dibakar diabu panas lalu
diminum.
7
27 Beluntas Pluchea Untuk mengobati Siapkan batang dan daun beluntas
indica Less penyakit TBC yang sudah dicuci bersih, tambahkan
rumput laut. Kemudian dimasak
dengan cara tim sampai menjadi
lunak, jadikan sebagai hidangan
untuk dimakan.
28 Bunga Chrysanthemu Untuk menghidupkan Akar turi kakul, bunga seroni
Seroni m x sperma yang mati lengkap, pisang mas yang masak di
grandiflorum/ pohon, sari kuning semuanya
indicum digiling, diperas, disaring dan airnya
diminum sebanyak tiga kali pada
tiap-tiap kajeng kliwon setelah
purnama
29 Bangle Zingiber Obat sakit perut Bangle dipanggang, kulit pohon
purpureum sampai mengeluarkan tinggulun, garam uku, semuanya
Roxb kamatustai, bila buang dipakai sembur dan disemburkan
air air mani keluar, pada pantat, cekok pantat dan
Sebagai obat puruh perutnya.
lebih
Obat puruh Lengkuas, kencur, bangle, temu
kunci, temu akar, temu ireng, akar
lombok kedi, tahi jelati (cacing
tanah), tahi sebatah, gegambiran
anom, semua itu dioleskan pada
pinggang.
30 Bunga Gossypium sp. Obat bayi Mencret Daun dadap muda, daun nasi-nasi,
Kapas bunga kapas yang masih kuncup,
berambang dan adas dipakai urap
dibakar diabu panas lalu diminum
31 Bawang Allium cepa Sakit perut ngelongsor Akar kulit dan daun pohon bila,
merah var. (Sula bejulit) kelapa dibakar, terasi merah
aggregatum digoreng, dan bawang merah dua
L. siung, diminum.
Upas amanca warna Ketan merah, ketan gajih, sari
gendis, gula pasir, bawang mentah,
dibuat jamu sebagai obat minum.
Anyang-anyangan Ujung buyung-buyung, bawang,
dibakar di abu panas.
32 Bawang Allium Obat untuk air mani Ketan merah, ketan hitam, asam
putih sativum L. yang terus keluar yang sudah lama disimpan kaldu
(kamatustai) daging, air madu yang jernih,
bawang putih, dimasak, setelah
matang diminum.
33 Bayam Spinacia Perut mual (kaku) Daun bayam luhur, liligondi, merica
oleracea tujuh biji, kelapa tujuh iris, garam,
sedikit air jeruk, dipanaskan di atas
kuali baja.
Sakit perut disertai Sembung, tapak liman, selegui,
panas dan padang lepas, bayam, semuanya
mengeluarkan nanah diambil akarnya, kemudian ditambah
kulabet dan beras, diminum.
34 Bunga Digunakan sebagai Air pancoran dari tiga pancoran,
sudamala sarana untuk periuk yang masih baru 3 biji, bunga
menyucikan diri untuk tunjung putih, tunjung merah,
menghilangkan tunjung biru, bunga sudamala, teleng
penyakit kematus. biru, teleng putih, kembang sepatu
merah, daksina 3, canang 3, rantasan
putih, dihaturkan pada tempat
pemujaan keluarga, sambil
mengucapkan mentra dibathin.
8
35 Beras merah Oryza Tiwang bongke, sakit Kulit sesuruh, pada waktu
glaberrima pada badan terasa mengambil jangan sampai kena
digigit hingga ke bayangan, panjelang beras merah,
tulang, sakit berdebar- duri merak, dimasak dengan
debar seperti ditusuk- tempurung mebulu, kemudian
tusuk dipakai parem.
9
mereda
11
54 Jarak merah Jatropha Sembelit Daun jarak merah dan sari dipakai
gossypifolia parem.
L.
55 Jebug arum Dipterocarpus Segala sakit perut, Lempuyang,lengkuas, jahe, kencur,
hasseltii Bl. tiwang tikus jebug arum, musi, air limau,
diminum, ampasnya dipakai parem.
56 Jeruk nipis Citrus Obat kamatus, perut Jeruk nipis, terasimerah, garam yang
aurantifolia sakit disertai bengkak dicampur dengan arang.
(Christm.) di hulu hati
Swing
57 Jeruk purut Citrus hystrix Upas beruang, segala Untuk obat dalam (diminum), bahan-
Dc sakit tuju, perut sakit bahan yangdigunakan : jeruk purut,
disertai bengkak di asam, daun badung, daun pare yang
hulu hati, badan buahnya kecil-kecil dan pahit, cuka
gemetar sarinya kembang nagasari.
58 Jintan hitam Nigella sativa Sakit dan kaku di Temutis, buah sirih, dan ginten hitam
L. bahu, perut sakit dipakai sebagai parem.
disertai bengkak di
hulu hati
59 Keladi Caladium sp Upas kuning Keladi 1 ruas, air, letakkkan didalam
sibuh hitam, digunakan dengan cara
diminum.
60 Kelapa Cocos Untuk penyakit panas Kelapa nyumulung yang semambuh ,
nucifera didalam dan luar pule, sulasih harum, miyana hitam,
tubuh, tidak nafsu semua diambil akar dan daunnya
makan, lemah, dan dibakar diabu panas, setelah masak
mual. dibubuhi sari lungid, lalu diminum.
61 Kelembak Rheum Obat kencing batu Semuanya direbus bahan berupa
kasturi officinale L. bunga karang, bulung daya, ketan
gajih, karang api, kelapa nyumulung
semambuh, sari kuning, majakane
kelembak kasturi, dan air cendana
jenggi, dan diminum.
62 Kelor Moringa Batuk teladon (telah Daun kelor, daun kemiri, daun
oleifera Lam. lama) beluntas, temutis, kelapa dibakar.
Perut padet(kaku) Kulit kelor diparut, garam, minyak
kelapa, dibakar diabu panas, dipakai
semburnya.
61 Kemiri Aleurites Bayi tidak mau makan Kemiri yang baru keluar putiknya,
moluccana akar murbe, pula sari, berambang,
(L.) Willd dibakar diabu panas lalu minum.
Bayi mencret Akar kendal, kemiri, gula, semua
diremas diisi air panas lalu diminum.
Sakit tuju, tidak dapat Akar, kulit dan daun pepe, kulit
bergerak, kaku, terasa kemiri, padang lepas, beras merah,
sakit, dan panas pada teriketuka, air arak dipakaiparem.
sendi-sendinya
Batuk teladon (telah Daun kelor, daun kemiri, daun
lama) beluntas, temutis, kelapa dibakar.
Perut kaku Daun dedap, kunir, lempuyang,
kemiri, berambang, dan adas dipakai
sembur pada perutnya.
Dada sakit seperti Temutis, pulasari, adas, dan kemiri
ditusuk tembus ke dipakai sembur.
punggung, serta batuk-
batuk, itu pemali
pasangan
62 Kencur Kaempferia Penyakit tiwang Lempuyang, laja (temukus), bangle,
galanga L. bongke yang ditandai kunir, kencur, teriketuka musi
dengan sakit pada diparut dibawah pelimpahan atap,
badan terasa digigit dialasi dengan nyiru dan metalenan
hingga ke tulang, sakit tutup, kemudian dibuat bentuk
12
berdebar-debar seperti orang-orangan, sudah itu disembur
ditusuk-tusuk dan mulai kepala, terus ke tangan dan
seperti ada sesuatu kakinya.
yang merayap
Penyakit pada ulu hati Daun pule yang tua, kencur, kunyit
merah, kelapa dibakar, dan tumbar
dipakai sembur.
68 Liligundi Vitex trifolia Perut kaku Kayu liligundi, jebug arum. Wong
L. kilat batu, kayu dara, ketik cengkeh,
dan air gosokan taring harimau,
semua itu digiling airnya air hangat,
yang dimohonkan pada Bhatara
Kala.
69 Meduri Mimosa Badan meluang, Untuk penyakit tangan dan kaki
invisa Mart tiwang gurita kukul (biulan), daun maduri kuning
dan putih, dan teriketuka dipakai
parem.
70 Mengkudu Morinda Penyakit Gumigil Akar mengkudu, lombok yang telah
citrifolia L. (Badan gemetar ) dijadikan serbuk, garam, arang, beras
merah, air jeruk purut, diminum.
71 Merica Piper nigrum Upas beruang Daun sirih yang telah tua, merica,
L. teri ketuka diisi air cuka yang
disimpan lebih dari 1 tahun,
diparemkan untuk seluruh badan.
Tiwang bojog Merica, jeruk nipis, kencur, terituka
dipakai parem.
Tiwang bagor Kulit dagdag, digerus dengan batu,
dedak balatub, merica dipakai parem.
Tiwang tikus Merica, jebug arum, mesui, dan
terituka dipakai parem.
Kusta brahma Lumut buah, merica 21 biji dan
14
kapur dipakai sembur.
Perut enek Merica, daun bayam luhur, liligundi,
7 biji kelapa 7 iris, garam, sedikit air
jeruk, dipanaskan diatas kuali baja.
Tiwang moro Merica, berambang merah, jeruk
nipis, semua digoreng, dipakai urut.
Bengkak Empol andong merah, merica,
berambang, dikunyah, dan
dikeluarkan ludahnya campur dengan
air jeruk diurut sakitnya.
Penyakit kituk-kituk Lengkuas kapur, merica, beras
dan tidak bisa Bicara merah, sembur badannya.
Menghidupkan sperma Bubur padi gaga, merica 11biji, gula
kering dan Kurang tebu, dan burung dayab (sarang
Lancar burung), digiling, diperas, disaring,
diminum.
Memperkuat Syahwat, Air cucian beras, santan yang pekat,
mengentalkan air mani merica 21 biji dibikin serbuk,
campur lalu minum.
Memperkuat kemaluan Lemak ayam wulele, pucuk dedap,
lelaki wong 3, akar teter yang diambil
tengah hari, kerokan alu, serbuk
kusambi, merica, digiling lalu diberi
minyak dari lampu yang digunakan
oleh dalang waktu memainkan
wayang pada sabtu kliwon.
Menambah kekuatan Telur ayam mentah 1 butir,
seksual berambang putih lanang, merica 21
biji, semuanya dimakan mentah.
72 Mimba Azadirachta Mata kusta Ekstrak daun mimba memiliki efek
indica A.Juss antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri S. aureus
(Apristiani dan Astuti, 2005),dan
ekstrak minyak biji mimba dapat
menghambat pertumbuhan bakteri S.
aureus dan Salmonella thyposa
(Ambarwati, 2007).
73 Musi Digunakan untuk obat Lempuyang, lengkuas, jahe, kencur,
segala macam sakit jebug arum, musi, air limau diminum
perut, seperti: begah, dan ampasnya dipakai parem.
busung, walikatan,
buyan sangen,
ngajarem dan ayan.
74 Nagasari Mesua ferrea Obat dalam (diminum) Jeruk purut, asam, daun badung,
untuk upas beruang, daun pare, yang buahnya kecil-kecil
yang mula-mula dan pahit, cuka, sarinya kembang
terkena upas angin nagasari
75 Pakis haji Cycas Obat kamatus Akar pakis yang muda, akar bekul,
rumphii Miq akar turi, kakul, ketan gajih digiling
halus, campur dengan kelapa muda,
sari nagasari, semuanya diperas dan
tempat penggilangannya digambari
Sang Hyang mayale taya setelah
selesai diminum.
76 Pare Momordica Upas beruang Daun pare yang buahnya kecil-kecil
charantia L. dan pahit, jeruk purut, asam, daun
bandung, cuka sarinya, kembang
nagasari, diminum.
77 Pohon Cordia Digunakan untuk obat Akar gantung beringin, akar kendal,
Kendal dichotoma karena tidak dapat kelapa muda yang dagng buahnya
mengeluarkan air mani baru terbentuk, tumbung kelapa
15
atau karena air mani dibakar, delima dicampur dengan
encer, atau karena sari kuning dan semua bahan dililit
kelainan air mani. dalam lumpang disekita kepala
kemaluan.
Digunakan untuk obat Kendal, kemiri, gula, semua diremas
mencret pada bayi. diisi air panas lalu diminum.
Digunakan untuk obat Akar turi kakul, akar kendal betuka,
penyakit Moro akar alang-alang, kotoran cacing
(bengkak disegala tanah, yang terdapat ditempat
tempat). tumbuhnya alang-alang, berambang
dibakar diabu panas dan santan pekat
kemudian diminum
Digunakan untuk Kulit pohon kendal diberi gula lalu
Bengang atau dipanggang, setelah itu digiling dan
dipakai
Sakit dipantat. parem.
78 Pinang Areca catechu Obat kamatustai Akar pakis lipan, akar pakis haji,
L. akar pakis yang hidup di pohon kayu,
akar pinang, akar widara gunung,
wangkong sari, sari lungid, digerus
halus lalu dipakai sebagai parem
pada pinggang.
79 Pulasari Alyxia sp. Dada sakit seperti Temutis, pulasari, adas dan kemiri,
tertusuk hingga tembus dipakai sembur.
ke punggung
Batuk kronis Hati dan darah trenggiling, bagian
dalam umbi lengkuas, ketan gajih,
kama lama, sulasih harum, sari
pulasari, garam, arang gula santan
yang pekat lalu diminum.
Beri-beri Daun kutat banyu,
tumbar,laja,pulasari,
teriketuka,airarak dipakai parem
pada kakinya.
Bayi mual Akar menuh yang bunganya tidak
tersusun, akar slegui, pulasari,
brambang, dibakar di abu panas lalu
diminum.
Bayi tidak mau makan Kemiri yang baru keluar dari
putiknya, akar murbe, pulasari,
brambang, dibakar di abu panas, lalu
diminum.
Kawisyan Tiga pucuk udani, akar
selegui,pulasari majakene,
majakeling, brambang dibakar di abu
panas, diminum.
80 Pule Alstonia Ambeien Sembung, kulit pule,kelapa dibakar,
scholaris sari lungid, tumbar, dimasak
R.Br. sebentar, dan pada saat sedang panas
diisi musi lalu diminum.
Kesiab-kesiab (sering Tahi seksekbagian dalam dari umbi
kaget) lempuyang dan sindrong. Untuk
sembur ulu hati : daun pule yang tua,
kencur, kunyit merah, kelapa dibakar
dan ditumbar.
Beri-beri Pucuk sembung, pucuk pule,lublub
buhu, lublub buhu, lublub suren,
garam satu tutup cangkir, brambang
1, suna 1, terasi merah, semua
direbus lalu diminum.
16
Panas dalam Kelapa nyumulung yang semambuh,
pucuk pule, sulasih harum, miyana
hitam, semua diambil akar, kulit dan
daunnya, kunir warangan, dibakar di
abu panas, setelah masak dibubuhi
sari lungid, lalu diminum.
Sakit dan kaku di bahu Temutis, buah sirih, dan ginten hitam
serta perut dipakai parem.
(Pulasari, 2009).
20
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 3.1. Mimba (Azadirachta indica A.Juss) (Bhowmik et al., 2009; Soegihardjo, 2007).
a. Nama Daerah
Madura : mimba, membha, mempheuh
Sunda : Nimba
Bali : Intaran, mimba (Sukrasno,2003)
Jawa : Imba, mimba
Inggris : margosier, Margosa, Neem, Nim (Gruenwald et al., 1998).
b. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Spesies : Azadirachta indica A.Juss
(Steenis,1978; Heyne, 1987; Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965)
c. Kandungan Kimia
Mimba (Azadirachta indica A. Juzz) merupakan tanaman multifungsi, karenanya tanaman
ini juga dikenal sebagai Wonderfull Tree. Tumbuhan mimba banyak digunakan masyarakat
sebagai obat, antara lain daunnya untuk pembangkit selera makan, obat disentri, borok,
malaria, minyaknya untuk eksema, kepala kotor, kudis, dan kulitnya untuk mengatasi
gangguan lambung (Mardisiswojo et al., 1985). Sudarsono et al. (2002) juga mengatakan
bahwa daun mimba digunakan untuk penambah nafsu makan, untuk menanggulangi disentri,
borok, malaria, dan antibakteri. Mimba mengandung senyawa triterpene dan tetraterpen
(limonoid, protolimonoid dan kelompok gedunin).
21
Biji mimba juga mengandung minyak yang dapat dimanfaatkan sebagai sabun minyak
mimba dan pelumas minyak mimba. Minyak biji mimba juga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa dan Staphylococcus aureus. Biji mimba memiliki
kandungan utama selulosa, amilum, protein serta trigliserida. Tanaman Mimba juga
mengandung beberapa jenis protein. Salah satu protein yang teridentifikasi pada penelitian
Pramuditho (2009) adalah albumin. Alais dan Linden (1999) menyatakan bahwa pada
tanaman biji-bijian, protein terdiri dari albumin, globulin, gliadin dan glutelin.
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya telah diketahui bahwa biji
mimba mengandung 60 % minyak atau lemak dari asam stearat, palmitat, oleat, linoleat,
laurat, butirat dan sejumlah kecil minyak atsiri.
d. Cara Pembuatan dan Penggunaan dalam Usada Upas
Cara pembuatan akar duku yang lepas, daun intaran dan air asahan tembaga. Cara
penggunaan dengan cara diparemkan pada bagian mata (Pulasari, 2009).
e. Kegunaan secara Empiris dalam Usada Upas
Untuk mengobati mata kusta (Pulasari, 2009).
f. Efek Farmakologis
1. Efek Farmakologis pada Usada Upas
Menurut usada upas, daun mimba memiliki manfaat dalam pengobatan mata kusta.
Penyakit kusta merupakan penyakit menular kronis bersifat progressif yang disebabkan oleh
infeksi kuman bakteri (Mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan
tubuh lainnya seperti mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial,
mata, otot, tulang, dan testis, kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta pada mata
mengakibatkan kerusakan fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan fungsi sensorik adalah
kornea mata menjadi kurang/hilangnya reflek kedip sehingga mata mudah kemasukan
kotoran, benda-benda asing yang dapat menyebabkan infeksi mata dan akibatnya buta.
Kerusakan motorik kekakuan pada mata, kelopak mata tidak dapat dirapatkan (lagoptalmus)
(Amiruddin,2000).
Katarak atau biasa disebut mata kusta adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2000). Lima puluh satu persen (51%) kebutaan diakibatkan oleh
katarak (WHO,2012). Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain adalah
umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan dan
pendidikan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan status kesehatan
22
seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam hubungannya dalam paparan sinat Ultraviolet
yang berasal dari sinar matahari (Sirlan F, 2000).
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. satunya gejala adalah
distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur. Katarak senilis adalah setiap
kekeruhan pada lensa yang terjadi pada usia lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun. Bila katarak
dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaucoma dan uveitis. Glaukoma adalah
peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan
bila tidak teratasi (Doenges,2000). Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea
(Smeltzer,2002).
Sesuai dengan penjelasan di atas kemungkinan efek yang diberikan oleh daun mimba
menurut usada upas yaitu untuk pengobatan mata kusta / Katarak. Kusta merupakan penyakit
menular kronis, bersifat progressif yang disebabkan infeksi bakteri Gram Positif yaitu bakteri
Mycobacterium leprae.(Erna,2014) dan katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Menurut Fabry, 1998. Pada penelitian
tersebut menggunakan enam tanaman obat dari Afrika yang salah satu disebutkan yaitu Daun
Mimba, pada penelitian tersebut terbukti ekstrak kulit batang dan daun mimba telah teruji
dapat melawan 105 galur bakteri dari 7 genus, yaitu Staphylococcus, Enterococcus,
Pseudomonas, Escherichia, Klebsiella, Salmonella, dan Mycobacterium.
Daya hambat dari ekstrak kulit batang dan daun mimba terhadap Staphylococcus,
Enterococcus, Pseudomonas, Escherichia, Klebsiella, dan Salmonella bakteri mencapai 50%
(MIC50%) dan 90% (MIC90%) dengan konsentrasi ekstrak yang dibuat berkisar 0,13-8
mg/ml dan dari 0,5-8 mg/ml, tetapi dalam penelitian ini dikatakan bahwa Mycobacterium
dengan konsentrasi ekstrak 0.5–2 mg/ml yang di uji dengan media Lowenstein-Jensen dengan
konsentrasi 0,5, 1, dan 2 mg/ml dengan pengenceran 01:10 000 di tabung yang dimiringkan
dengan media yang telah digunakan disuntikan inkolum 1–2x103 and 102 CFUs, kemudian
tabung di tabung diinkubasi dalam gelap pada suhu 37 ° C selama 3 minggu. Apabila didapat
pertumbuhan kurang dari 10% maka ekstrak daun mimba tersebut dapat menghambat tetapi
tidak signifikan dapat menghambat pada konsentrasi 0.5–2 mg/ml . Maka dari itu Azadirachta
indica memiliki daya antibakteri rendah dilihat dari nilai MIC dan MBC.
2. Efek tidak sesuai dengan usada
Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa mimba mempunyai banyak efek
farmakologis antara lain antiinflamasi, analgesik, antipiretika, antioksidan, imunomodulatori,
kemopreventif, antimalaria, hipoglikemik, kardiovaskular, antifertilitas, hepatoprotektif,
anthelmintika, antiviral, pengobatan geligi, insektisida, anxiolytic (pereda kelelahan),
antibakterial dan antifungi, sitotoksik, antipolutan serta antikanker (Soegihardjo, 2007).
23
g. Efek Samping
Belum ditemukan adanya efek samping pada penggunaan mimba
h. Toksisitas
Belum ditemukan adanya efek toksik pada penggunaan mimba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasan lengkuas (Alpina galanga L.) pada konsentrasi
90% memiliki potensi maksimal dalam menghambat pertumbuhan kuman Staphylococcus
aureus ATCC 25923 dengan diameter zona hambat sebesar 16 mm (Ekawati dan Handriyanto,
2017).
Selain menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus di usus besar, ekstrak rimpang
lengkuas juga memiliki aktivitas dalam penghambatan Staphylococcus aureus di kulit.
Rimpang lengkuas (Languas galanga (L.) Stuntz.) mengandung senyawa utama kuersetin
sebagai senyawa flavonoid dan glikosida kuersitrin yang diduga mampu menghambat
pertumbuhan bakteri sehingga ekstrak etanol rimpang lengkuas(Languas galanga (L.) Stuntz.)
diindikasikan memiliki daya antimikroba. Ekstrak diuji aktivitas antimikroba terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 6538 dengan menggunakan metode Kirby Bauer dengan seri
konsentrasi 5% b/v, 10% b/v, 20% b/v, 40% b/v, dan 80% b/v. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak etanol rimpang lengkuas (Languas galanga (L.) Stuntz.) menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureuspada konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 40% b/v, dan
80% b/v masing-masingdengan diameter zona hambat 7,6 mm, 9 mm, 10,2 mm, dan 13,4 mm
(Utami, 2011).Hal inilah yang menyebabkan bahwa ekstrak etanol rimpang lengkuas (Languas
galanga (L.) Stuntz.) dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit seperti kudis, koreng dan
borok (Hariana,2008).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lengkuas lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus) dibandingkan bakteri Gram negatif (Escherichia
coli). Hal ini juga diperkuat dari penelitian Lestari dkk (2005) bahwa minyak atsiri lengkuas
putih dapat digunakan sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan S. aureus. Minyak atsiri
dengan konsentrasi yang semakin besar akan menghasilkan zona hambatan pertumbuhan S.
28
aureus yang semakin luas. Konsentrasi minimum minyak atsiri yang mempunyai efek
antibakteri pada penelitian ini adalah konsentrasi 5%, sedangkan konsentrasi 10% dengan
12,5% mempunyai efektivitas yang sama. Selain itu, penelitian Rialita (2014) juga
menyebutkan bahwa kombinasi minyak atsiri jahe merah dan lengkuas merah pada rasio
konsentrasi 1:1 v/v menunjukkan efektivitas terbaik terhadap bakteri Gram positif daripada
Gram negatif, dengan menghasilkan efek synergistic terhadap B. cereus, efek additive terhadap
E. coli dan S. Typhimurium, serta efek indifferent terhadap P. aeruginosa. Kombinasi minyak
atsiri tersebut menunjukkan efek bakteriostatik terhadap semua bakteri uji setelah pertumbuhan
24 jam, dan berpotensi dapat mengontrol bakteri patogen dan perusak. Kombinasi minyak atsiri
jahe merah dan lengkuas merah menyebabkan kerusakan membran sitoplasma yang ditandai
dengan kebocoran materi genetik, protein dan ion-ion seluler, yang lebih tinggi dibandingkan
dengan akibat minyak tunggalnya. Aktivitas antibakteri kombinasi minyak atsiri jahe merah
dan lengkuas merah menyebabkan kerusakan sub-letal pada sel bakteri.
2. Jurnal tidak terkait Efek Farmakologis pada Usada Upas
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa lengkuas mempunyai banyak efek farmakologis,
diantaranya :
Antijamur
Rimpang lengkuas memiliki berbagai khasiat di antaranya sebagai antijamur. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya aktifitas penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh minyak
atsiri dan fraksi metanol rimpang lengkuas pada beberapa spesies jamur. Penelitian lain
menyebutkan bahwa infus ekstrak etanol rimpang lengkuas yang berisi minyak atsiri dapat
menghambat pertumbuhan beberapa spesies jamur patogen, yaitu: Tricophyton,
Mycrosporum gypseum, dan Epidermo floccasum (Handajani dan Purwoko, 2008). Zat aktif
dalam rimpang yang dapat menghambat fungi tersebut diduga minyak atsiri dan glikosida
(Jaya, 2007).
Antikanker
Penelitian Nani Widjaja Budi Hartono (2009) tentang pengaruh ekstrak etil asetat
lengkuas (Alpinia galanga) terhadap aktivitas poliferasi sel dan indeks apoptosis pada
adenokarsinoma mamma mencit dengan menggunakan metode uji mikronukleus
menunjukkan bahwa, lengkuas mengandung 1-asetoksi khavikol asetat (ACA) yang dapat
menurunkan aktivitas proliferasi sel kanker. Sedangkan penelitian Herla Rusmalin (2003)
tentang aktivitas antikanker ekstrak etil asetat rimpang lengkuas lokal (Alpinia galanga (L))
pada alur sel kanker manusia serta mencit yang ditransplantasi dengan sel tumor primer,
juga menunjukkan bahwa ekstrak lengkuas dapat menghambat poliferasi sel kanker dalam
29
kultur baik menggunakan alur sel kanker. Penghambatan tersebut dipengaruhi oleh jenis dan
konsentrasi ekstrak lengkuas (Chasanah, 2013).
Selain itu, lengkuas (Alpinia galanga) juga berkhasiat sebagai antiinflamasi,
hepatotoksik, anti-HIV, immunomodulatory, anti diabetes dan anti-oksidan (Vermaet al.,
2011), serta antitumor (Khoerunnisa, 2015).
h. Efek Samping
Efek samping dari penggunaan alpinia lengkuas meliputi penurunan kadar glukosa darah atau
keluhan gastrointestinal ringan (Ulbricht, 2010).
i. Efek Toksik
Penyebab racun pada Alpinia tidak diketahui pasti, namun ditemukan di daun, batang, dan
terutama akar tanaman ini. Iritasi pada mata telah dilaporkan setelah terpapar Alpinia galangal.
Selain itu, dermatitis juga telah dilaporkan setelah terpapar tanaman ini. Diperkirakan sebagian
reaksi tersebut terjadi dikarenakan alergi (Spoerke, 2000).
30
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc.
(Harmono dan Andoko, 2005)
c. Kandungan Kimia
Kandungan rimpang jahe terdiri dan 2 komponen yakni:
Komponen volatil, sebagian besar terdiri dari derivat seskuiterpen (>50%) dan monoterpen.
Komponen inilah yang bertanggungjawab dalam aroma jahe dengan konsenstrasi yang
cenderung konstan yakni 1-3%. Derivat seskuiterpen yang terkandung diantaranya zingiberen
(20-30%), ar-kurkumen (6-19%), β-seskuifelandren (7-12%) dan β-bisabolen (5-12%).
Sedangkan derivat monoterpen yang terkandung diantaranya α-pinen, bornil asetat, borneol,
kamfen, p-simen, sineol, sitral, kumen, β-elemen, farnesen, β-felandren, geraniol, limonen,
linalool, mirsen, β-pinen, dan sabinen.
Komponen nonvolatil terdiri dan oleoresin (4,0-7,5%). Ketika rimpang jahe diekstraksi
dengan pelarut, maka akan didapatkan elemen pedas, elemen non pedas, serta minyak esensial
lainnya. Elemen-elemen tersebut bertanggungjawab dalam memberi rasa pedas jahe. Telah
diidentifikasi salah satu dari elemnen ini yang disebut dengan gingerol, dengan rumus kimia
1-[4-hidroksi-3-metoksifenil]-5-hidroksi-alkan-3-ol. Senyawa ini memiliki rantai samping
yang bervariasi. Senyawa gingerol yang telah diidentifikasi diberi nama sesuai dengan rantai
sampingnya yakni (3)-, (4)-, (5)-, (6)-, (8)-, (10) dan (12)-gingerol. Senyawa lain yang lebih
pedas namun memiliki konsentrasi yang lebih kecil ialah shogaol (fenilalkanone). Gingerol
dan shogaol telah diidentifikasi sebagai komponen antioksidan fenolik jahe. Elemen lainnya
yang juga ditemukan ialah gingediol, gingediasetat, gingerdion, dan gingerenon
(Kusumaningati, 2009)
d. Cara Penggunaan dan Pembuatan
Lempuyang, lengkuas, jae, kencur, jebug arum, musi, air limau, diminum, ampasnya dipakai
parem (Pulasari, 2009).
e. Tujuan Efek Empiris Berdasarkan Usada
Segala sakit perut seperti: begah, busung, walikatan, buyan, sangangjarem dan ayan
(Pulasari, 2009).
f. Hasil Penelitian Ilmiah Tanaman
Efek farmakologi yang terkait dengan Usada Upas
Berdasarkan Usada Upas disebutkan bahwa efek empiris yaitu untuk mengobati segala
sakit perut seperti begah yang berarti perut kembung, busung juga berarti perut kembung, dan
buyan yang berarti sakit pada ulu hati (Pulasari, 2009). Rasa nyeri pada perut bagian atas
31
merupakan gejala khas tukak peptik. Keluhan yang sering diutarakan penderita adalah nyeri di
daerah epigastrum (ulu hati) berupa nyeri yang tajam dan menyayat atau terasa tertekan,
terasa kembung atau penuh, serta terasa perih seperti pada seseorang yang lapar. Gejala lain
seperti rasa asam di mulut, mual, muntah, kembung, bersendawa, dan berkurangnya nafsu
makan. Rasa nyeri diakibatkan oleh asam lambung dan pepsin yang merangsang serabut
syaraf di dasar tukak. Selain itu, motilitas otot-otot dapat menambah rasa nyerinya. Tukak
peptik atau ulkus peptikum didefinisikan sebagai kerusakan atau hilangnya mukosa,
submukosa sampai lapisan otot dari saluran cerna bagian atas yang berkaitan dengan asam
dan pepsin dalam patogenesisnya. Tukak peptik dapat ditemukan pada bagian saluran cerna
yang terkena getah asam lambung, yaitu distal oesofagus, lambung, duodenum, dan jejunum
(Susanti, 2011).
Berbagai faktor dapat menyebakan terjadinya ulkus peptikum termasuk bahan makanan,
stres, Helicobacter pylori dan obat-obatan. Beberapa tanaman obat dengan komponen
kimianya menunjukkan efek anti-ulser dengan berbagai cara namun mekanisme pastinya tidak
sepenuhnya dipahami. Jahe dengan kandungan kimianya menunjukkan peran penting dalam
pencegahan ulkus peptikum melalui peningkatan sekresi mukus. Temuan sebelumnya telah
menunjukkan efek anti-ulser jahe pada model percobaan ulser lambung. Kandungan kimia
utama jahe seperti [6]-gingerol dan [6]-shogaol dapat menekan kontraksi lambung secara in
situ dan penekanan oleh [6]-shogaol lebih intensif (Dhanik dkk., 2017).
Dalam penelitian, dilakukan pengujian efek dari jahe pada lesi lambung yg diinduksi
HCl/etanol pada tikus. Ekstrak aseton dan ekstrak metanol 50% dari rimpang jahe masing-
masing 1000 mg/kg secara signifikan menghambat lesi membran mukosa lambung dengan
aktivitas inhibisi masing-masing 97,5% dan 91,1%. Untuk memeriksa lebih lanjut zat aktif
yang terkandung dalam rimpang jahe, ekstrak aseton rimpang jahe difraksinasi menjadi 4
fraksi. Fraksi 1 dan Fraksi 3 difraksinasi lebih lanjut sehingga diperoleh zingiberen dari fraksi
1 dan 6-gingerol dari fraksi 3. Zingiberene dan 6-gingerol dengan dosis 100 mg/kg secara
signifikan menghambat lesi membran mukosa lambung. Jahe mengandung 6-gingerol yang
telah dilaporkan dapat meningkatkan sekresi empedu sebagai salah satu aktivitasnya pada
fungsi saluran pencernaan (Yamahara dkk., 1988).
Efek farmakologi yang tidak terkait dengan Usada Upas
Jahe dengan komponen utamanya diketahui memiliki khasiat obat yang bermanfaat.
Banyak studi pra-klinis yang mendukung dalam pengobatan diabetes, obesitas, diare, alergi,
nyeri, demam, rematik arthritis, inflamasi dan berbagai kanker. Tumor yang diinduksi di usus,
payudara, ovarium, pankreas, hati, sistem saraf pusat dan gangguan kardiovaskular telah
efektif dilakukan pada hewan coba dengan kandungan biokimia aktif dari jahe. Jahe dan
32
metabolitnya telah dikenal sebagai anti oksidan yang sangat berpotensi karena
kemampuannya menghambat oksidasi berbagai radikal bebas dan produksi nitrat oksida
(Dhanik dkk., 2017).
Jahe juga memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur. Studi menunjukkan bahwa ekstrak
metanol rimpang jahe memiliki aktivitas antibakteri yang signifikan terhadap Escherichia
coli, Salmonella enteriditis, dan Staphylococcus aureus. Minyak atsiri dari jahe memiliki
aktivitas antimikroba terhadap Aspergillus niger, Saccharomyces cerevisiae, Mycoderma sp.,
Lactobacillus acidophilus dan Bacillus cereus yang ditentukan dengan metode sumur difusi.
Selain itu, jahe juga memiliki efek anti-emetik. Berdasarkan studi dengan hewan coba
menunjukkan bahwa, ekstrak jahe memiliki efek antagonis pada reseptor antiserotoninergik
dan 5-HT3 yang berperan mengurangi mual dan muntah pascaoperasi (Dhanik dkk., 2017).
Studi melaporkan bahwa fraksi heksana dari ektrak metanol jahe kering memiliki
aktivitas anti-neuroinflamasi. Gingerol dan shogaol memiliki efek menghambat biosintesis
prostaglandin dan leukotrien melalui penekanan prostaglandin sintase atau 5-lipoksigenase.
Selain itu, jahe juga menunjukkan efek sebagai neuroprotektor karena adanya senyawa
fenolik dan flavonoid (Dhanik dkk., 2017).
g. Efek Samping
Jahe umumnya tidak terdapat bahaya kesehatan atau efek samping yang diketahui bila
diberikan pada dosis terapeutik yang tepat. Telah dilaporkan bahwa pemberian 6 gram serbuk jahe
kering terbukti dapat meningkatkan eksfoliasi sel epitel permukaan lambung yang memicu
timbulnya tukak lambung. Oleh karena itu, disarankan agar dosis pada saat perut kosong dibatasi
sampai 6 gram. Telah dilaporkan bahwa penderita yang hipersensitif terhadap jahe dapat
menyebabkan dermatitis (Gruenwald dkk., 2000).
h. Toksisitas
Menurut penelitian, LD50 6-gingerol dan 6-shogaol yaitu antara 250 mg/kg dan 680 mg/kg.
Uji toksisitas pada tikus dengan menggunakan ekstrak jahe menghasilkan tidak adanya mortalitas
atau efek samping pada dosis hingga 2,5 g/kg selama periode 7 hari. Bila dosis ditingkatkan
menjadi 3 sampai 3,5 g/ kg, dilaporkan terjadi angka mortalitas hingga 10% sampai 30%.
Overdosis dalam dosis besar dapat menyebabkan penekanan sistem saraf pusat dan aritmia
(Gruenwald dkk., 2000).
33
3.4 Cendana (Santalum album L.)
34
c. Kandungan Kimia
Bagian kayu dari akar cendana adalah yang paling potensial sebagai sumber minyak atsiri
dengan kandungan 10 %. Bagian kayu (teras) batangnya mengandung 4-8 % ini minyak atsiri,
sedangkan ranting utamanya mengandung minyak atsiri 2-4 %. Minyak cendana memiliki
kandungan seskuiterpen di atas 90% dengan santalol (a- dan P-santalol) sebagai komponen
utama. Minyak cendana kualitas tinggi disyaratkan harus mengandung senyawa santalol di atas
90% dari total minyak dengan komposisi 45- 47 % a-santalol dan 20-30% P-santalol. Minyak
cendana juga mengandung turunan dan isomer santalol lainnya sebagai komponen minor, yaitu
epi-P-santalol, (E)-P-santalol, /rans-P-santalol, frans-a-santalol, P-santalal, dihidro-a-santalol,
aeka-santalal, P-eka-santalal dan spirosantalol. Selain substansi minyak atsiri, kayu cendana juga
mengandung zat warna yang disebut dengan santalin dan santarubin. Bagian kulit batang
mengandung triterpena, turunan asam palmitat dan tanin dengan kandungan sebesar 14%
(Agusta dan Jamal, 2001).
d. Cara Pembuatan dan Penggunaan dalam Usada Upas
Cara pembuatan ramuan : miyana hitam, (asaban) cendana, ketan gajih, berambang dibakar
diabu panas, lungid, menyan madu, dicampur lalu diminum (Pulasari, 2009).
e. Kegunaan secara Empiris dalam Usada Upas
Sebagai obat ngelemayang (anemi) (Pulasari,2009). Ngelemayang dalam bahasa Bali berarti
gelem ayan, yakni kondisi tubuh lemah, letih, lesu, lunglai seperti tanpa energi dengan daya
tahan tubuh yang lemah. Pada usada upas, gejala ngelemayang dihubungkan langsung dengan
penyakit anemia atau anemia (penyakit kurang darah). Anemia adalah suatu keadaan dimana
kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemi dapat disebabkan oleh
berbagai sebab, misalnya perdarahan, penyakit darah, penyakit menahun, seperti TBC, malaria
menahun, ankilostomiasis, atau karena asupan makanan yang tidak sempurna, misalnya
kekurangan zat besi, protein, dan vitamin. Oleh karena itu, pengobatan pun disesuaikan dengan
penyebabnya (Sastrawinata dkk., 2003). Meskipun anemia disebabkan oleh berbagai faktor,
namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak diseluruh dunia secara langsung
disebabkan oleh kurangnya masukan zat gizi besi. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb
dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat
menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi akan
menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi (Masrizal, 2007).
35
f. Hasil Penelitian Ilmiah
1. Jurnal terkait Efek Farmakologis pada Usada Upas
Menurut Usada Upas, kayu cendana dapat digunakan sebagai obat ngelemayang (anemi).
Pada berbagai penelitian yang telah dilakukan belum ada yang menjelaskan tentang efek
farmakologis kayu cendana sebagai antianemia atau secara langsung berdampak pada terapi
penyakit anemia, namun ekstrak dari sandalwood (minyak atsiri cendana) dilaporkan mampu
menghambat kerusakan jaringan jantung secara signifikan dengan mengurangi peroksidasi lipid
pada model tikus yang telah terinduksi kardiotoksisitas. Selain itu, pada percobaan
menggunakan Wistar albino yang telah terinduksi myocardial infraction, ekstrak sandalwood
juga menunjukkan efek protektif terhadap ISO (isoproterenol) dalam terapi myocardial
infraction serta kandungan α-santalol menginduksi terjdinya apoptosis pada sel-sel darah. Hal
tersebut sangat menguntungkan bagi tubuh, bila sel kehilangan kemampuan melakukan
apoptosis maka sel tersebut dapat membelah secara tak terbatas dan akhirnya menjadi kanker.
α-santalol selektif terhadap tumor sitotoksik HL-60 human promyelocytic leukemia cells dan
TIG-3 normal human diploid fibroblasts (Kumar et al., 2015).
2. Jurnal Tidak terkait Efek Farmakologis pada Usada Upas
Berdasarkan kajian beberapa jurnal, berikut efek farmakologis cendana terlepas dari
penggunaannya pada Usada Upas :
a. Antibakteri
Ekstrak metanol Santalum album efektif terhadap Bacillus subtilis, Salmonella typhi,
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa serta Candida albicans (Kumar, et al.,
2015). Komponen kimia yang teridentifikasi pada fraksi SAFR-1 berupa campuran senyawa-
senyawa santalol, sedangkan pada fraksi SAFR-4 berupa epi--santalen, yang mana fraksi
SAFR-1 yang mengandung senyawa kimia - dan -santalol berpengaruh terhadap
pembentukan zona hambat bakteri S. typhimurium dan S. aureus pada konsentrasi 50%,
sedangkan fraksi SAFR-4 yang mengandung senyawa epi-(-santalen berpengaruh terhadap
pembentukan zona hambat bakteri S. typhimurium pada konsentrasi 50% (Simanjuntak, 2003).
b. Antivirus
Minyak atsiri cendana efektif dalam menangani virus Herpes simplex (HSV) 1&2 dengan
menghambat replikasi virus. Konstituen sandalwood oil juga efektif dalam penanganan HPV
dan DNA pox viruses yang disebabkan oleh Molluscum contagiosum (Kumar et al., 2015).
c. Antioksidan
Ekstrak kayu cendana kaya akan fenol, terpenoid dan saponin yang berpotensi sebagai
antioksidan dengan efektifitas yang setara dengan minyak atsiri cendana. Komponen metabolit
36
sekunder yang diproduksi pada bagian callus cendana dapat dimanfaatkan pada skala industri
sebagai antioksidan (Misra and Dey, 2012).
d. Antikanker
Minyak cendana potensial sebagai antikanker, terutama kanker kulit. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dwivedi dan Abu-Ghazaleh (1997) serta Dwivedi dan Zhang (1999)
memperlihatkan bahwa pemberian topikal 100 ul (5% dalam aseton) minyak cendana selama
20 minggu dapat menurunkan insiden papiloma sebesar 67% pada tikus percobaan. Alpha-
santalol sebagai komponen utama minyak cendana mampu mengurangi kasus papiloma (tumor
kulit) sebesar 32%. Berkaitan dengan aktivitas minyak cendana sebagai anti kanker, Barnejee et
al. (1993) melaporkan bahwa minyak cendana berpengaruh terhadap aktivitas enzim glutationa
S-transferase dan tingkat sulfidril larut asam dalam hati tikus percobaan. Peningkatan aktivitas
enzim glutationa S-tranferase dan kadar sulfidril larut asam dalam hati disimpulkan sebagai
efek dari minyak cendana dalam aktivitasnya memblokir efek karsinogenik sebagai pemicu
timbulnya kanker dalam tubuh (Agusta dan Jamal, 2001).
Selain aktivitas-aktivitas tersebut, cendana juga memiliki efek sebagai anti-ulcer,
hepatoprotektif, efek CNS, antipiretik, anti-inflamasi, antihiperglikemi, dan antihiperlipidemia
(Kumar et al., 2015).
g. Efek Samping
Sandalwood dapat menyebabkan dermatitis untuk pengguna yang sensitif atau memiliki
riwayat alergi, namun secara umum ekstrak kayu cendana tidak bersifat iritatif terhadap kulit
manusia.
h. Toksisitas
Minyak atsiri cendana (Sandalwood) mengakibatkan iritasi pada kulit tikus dan kelinci dalam
beberapa percobaan.
39
- Efek Tidak Sesuai Dengan Usada
Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa kunyit mempunyai banyak efek farmakologis
antara lain aktivitas anti-inflamasi,antioksidan, antiprotozoal,nematosida, antibakteri,
antivenom, anti-HIV, antitumor, dan penyakit yang berhubungan dengan hati,lambung,dan
empedu (Simanjuntak,2012). Namun, pada usada hanya menyatakan penyakit sakit perut atau
dalam medis disebut abdomen pain yang sangat banyak penyebabnya. Kunyit disini masih
banyak manfaatnya selain antiinflamasi dan antibakteri, oleh karena itu efek yang tidak sesuai
dengan yang ada di Usada Upas yakni sebagai antioksidan, nematosidan,antivenom,anti-HIV,
dan antitumor.
G. Efek Samping
Kunyit jika dikonsumsi secara berlebihan juga tidak baik, terutama dapat menyebabkan
gangguan pada lambung. Efek sampingnya tidak akan langsung terasa, namun mulai timbul
dalam jangka waktu yang panjang. Kunyit juga tidak baik diminum atau dikonsumsi berlebihan
oleh ibu hamil, karena kunyit dapat menstimulasi rahim yang dapat menyebabkan keguguran
(Moron,et al., 2009 ).
H. Efek Toksik
Berdasarkan beberapa studi literatur, senyawa kurkumin pada kunyit tidak menunjukan
toksisitas dengan dosis diatas 8 gram/hari. Kunyit dikatakan aman untuk konsumsi jangka
pendek, namun perlu disesuaikan kembali untuk penggunaan jangka panjang, khususnya pada
pengguna obat-obat kemoterapi ( Moron et al, 2009 ).
40
b. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia
(Enejoh dkk., 2015).
c. Kandungan Kimia
Jeruk nipis mengandung minyak atsiri sitrat, vitamin (A, B dan C), Sinerfin, H-
methyltyramine, flavonoid, ponsirin, herperidine, rhoifolin, dan naringin. Juga mengandung
minyak atsiri limonene dan linalool. Selain itu, jeruk nipis juga mengandung komponen
minyak atsiri limonene, kamfer, felandrena, geranil asetat, kadinera dan linolil asetat, pinera,
sitronella, linolil propanat, dekanol, linolool asetat dan farsena (Rosyad, 2012).
d. Cara Pembuatan dan Penggunaan dalam Usada Upas
Asam yang telah lama disimpan, santan kelapa, air jeruk purut, air jeruk nipis dicampurdan
kemudian diminum (Pulasari, 2009).
e. Kegunaan
- Kegunaan secara Empiris Berdasarkan Usada
Kegunaan secara empiris dalam usada yaitu untuk mengobati Sakit Tuju atau rematik
(Pulasari, 2009).
- Kegunaan secara Empiris dalam Masyarakat
Jeruk nipis sering digunakan sebagai obat batuk yang dicampur dengan air hangat oleh
masyarakat, seperti misalnya masyarakat di Desa Padangbulia, Buleleng, Bali.
f. Efek Farmakologis
- Efek Farmakologis Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah sesuai Khasiat pada
Usada
Berdasarkan Usada Upas jeruk nipis dapat digunakan untuk mengobati sakit “tuju”.
Penyakit tuju diartikan sebagai penyakit rematik dan asam urat. Rematik adalah suatu
penyakit inflamasi sistemik kronik yang dapat mempengaruhi banyak jaringan dan organ
terutama sendi sinovial (Bawarodi dkk., 2017). Sedangkan asam urat produk akhir yang
dihasilkan dari metabolisme atau pemecahan purin, yang mana jika kadarnya dalam serum
atau darah lebih dari 7 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dl pada perempuan (Dianati,
2015).
41
Penelitian ilmiah menyebutkan bahwa jeruk nipis memiliki aktivitas terhadap tulang.
Aktivitas terhadap tulang yang telah diuji yaitu osteoporosis yang merupakan salah satu
penyakit yang sering dialami wanita lansia. Berdasarkan penelitian, tanaman genus citrus
(Rutaceae) menunjukkan potensi dalam pencegahan terjadinya tulang keropos dengan
komponennya yang meliputi minyak atsiri, flavonoid, limonoid, pektin, dan lain-lain
(Shalaby dkk., 2011).
Penelitian dilakukan terhadap hewan uji yaitu tikus betina dewasa dengan berat 130-
150 gram. Tikus digunakan sebagai hewan uji karena memiliki ciri kerangka yang mirip
dengan manusia. Berbagai metode analisis dilakukan untuk dapat membuktikan adanya efek
farmakologi dalam kandungan tanaman jeruk nipis, mulai dari preparasi sampel, metode
biologis, analisis statistik, dan isolasi komponen dengan metode kromatografi. Hasil yang
diperoleh dari penelitian adalah bahwa kandungan dalam jeruk nipis seperti flavonoid
(flavanon, flavon, dan flavonol), kaempferol, dan quersetin menunjukkan efek estrogen yang
kuat serta memiliki efek positif pada tulang. Peran flavanon dan flavonol yang diisolasi dari
ekstrak jeruk nipis bereaksi pada sel tulang melalui reseptor estrogen yang ditemukan di
osteoblas, sel pembentuk tulang, dan sumsum tulang (Shalaby dkk., 2011).
- Efek Farmakologis Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah yang tidak sesuai dengan
Khasiat pada Usada
1. Aktivitas Antibakteri
Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak dari akar jeruk nipis efektif menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Beta-haemolytic streptococci, dan Neisseria gonorrheae.
Aktivitas antibakteri ini ditunjukkan oleh adanya kandungan pada jeruk nipis yang berupa
5,8-dimetoksipsoralen, 5-geraniloksipsoralen, asam palmitat, asam linoleat, asam oleat,
4-hexan-3-one dan sital (Enejoh dkk., 2015).
2. Aktivitas Antifungi
Kandungan minyak atsiri jeruk nipis dapat menghambat aktivitas jamur
Phaeoramularia angolensis, Aspergillus niger, Aspergillus parasiticus dan aflatoksinnya,
serta Candida albicans. Aktivitas antifungi ditunjukkan pada kandungan monoterpen dan
tanamannya dapat digunakan sebagai fungisida untuk buah jeruk dan juga berpotensi
sebagai proteksi makanan terhadap pertumbuhan jamur toksigenik dan kontaminasi
aflatoksinnya (Enejoh dkk., 2015).
3. Aktivitas Antikanker
Jeruk nipis atau C. aurantifolia dapat menghambat sel kanker usus besar, kanker
payudara, kanker pankreas, kanker prostat. D-limonen, D-dihidrokarbon limonioid dan
42
flavonoid merupakan fitokonstituen utama pada jeruk nipis yang menunjukkan aktivitas
antikanker. Minyak atsiri jeruk nipis menghambat 78% pertumbuhan sel kanker usus
besar pada manusia, fragmentasi dan induksi apoptosis DNA ditemukan pada penelitian
bahwa berpotensi digunakan untuk pencegahan kanker, khususnya kanker usus besar
(Enejoh dkk., 2015).
4. Aktivitas Antioksidan
Aktivitas antioksidan jeruk nipis berasal dari adanya hidrogen pada flavonoid,
karotenoid, dan vitamin C. Senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan
dengan menghambat enzim yang bertanggungjawab terhadap produksi anion superoksida
seperti xantin oksidase dan protein kinase. Flavonoid juga menghambat siklooksigenase,
lipoksigenase, mikrosomal monoksigenase, glutation S-transferase, NADH oksidase
(Enejoh dkk., 2015).
G. Efek Samping
Kandungan limonen dan asam sitrat pada jeruk nipis dapat mengiritasi lambung, akan
tetapi penelitian menunjukkan bahwa air perasan jeruk nipis dapat memperbesar sel-sel
kelenjar lambung yang mungkin berhubungan dengan peningkatan pertahanan mukosa
lambung (Laomo, 2016).
F. Efek Toksik
Kandungan minyak pada jeruk nipis yang mengandung kumarin telah diketahui dapat
menyebabkan fototoksik pada manusia serta ditemukan dapat meningkatkan pembentukan
tumor pada kulit dan bagian depan epitel lambung pada tikus. Efek toksisitas akut pada tikus
ditunjukkan pada dosis diatas 3,5 g/kg (Enejoh dkk., 2015).
a. Nama Daerah
Sumatera : Pala (Melayu), pala (Minangkabau), pahalo (Lampung) Falo (Nias)
(Depkes RI, 1980)
43
Jawa : Pala (Sunda), paala (Madura) (Depkes RI, 1980)
Bali : Jebug arum (Depkes RI, 1980)
Sulawesi : Pala (Roti), palagana (Makasar), pala (Bugis) (Depkes RI, 1980)
Nusa Tenggara : Bubula, bubura, palo (Timor), Baikor (Kai) (Depkes RI, 1980)
Maluku : Kuhipun (Buru), Ulas palalao (Nusa Laut), Gosora (Halmahera),
Gosora (Ternate dan Tidore) (Depkes RI, 1980)
b. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristiceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans Houtt.
(Rosyali, 2016)
c. Kandungan Kimia
Pala (Myristica fragrans Houtt.) memiliki biji buah yang mengandung kadar minyak atsiri
tidak kurang dari 3% v/b. Selain itu pala mengandung monofen (kamfen), sinen, siterpinen,
linalool, borneol, terpineol, eungenol, miristen, isoeunol, dan minyak lemak (Depkes RI, 1980).
Biji pala mengandung fixed oil sebesar 20% – 40% yang terdiri dari trimiristin, asam miristat,
dan gliserida dari asam laurat, stearat dan palmitat (Idrus dkk., 2014).
d. Cara Pembuatan dan Penggunaan Berdasarkan pada Usada
Berdasarkan Usada Upas, pala (jebug arum) dapat dibuat dengan bahan jebug arum, mesui,
merica dan teriketuka (bawang merah, bawang putih dan jangu) dicampur dengan ditumbuk
kemudian diparemkan (Pulasari, 2009).
e. Kegunaan
Kegunaan secara Empiris Berdasarkan Usada Upas
Pala (Myristica fragrans) digunakan sebagai pengobatan sakit perut angulet
paderudut (bergerak-gerak) atau disebut dengan tiwang tikus. Selain itu, buah jebug arum
(Myristica fragrans) berkhasiat sebagai penghilang rasa sakit pada perut, seperti sakit
perut angulet paderudut, begah, busung, walikatan, buyan, sangangjarem dan ayan
(Pulasari, 2009).
44
Kegunaan secara Empiris dalam Masyarakat
Pala dapat digunakan sebagai bahan obat yang bersifat karminatif dan penenang
sekaligus penghilang rasa sakit (analgetik) (Nala, 1993).
f. Efek Farmakologis
Efek Farmakologi Berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah Sesuai Khasiat Pada Usada
Dalam makalah ini akan dibahas ramuan sakit perut angulet paderudut (tiwang tikus).
Sakit perut angulet paredurut dalam usada upas dinamakan tiwang tikus. Sakit yang
dirasakan di daerah perut ada banyak penyebabnya, Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan
di antara dada dan regio inguinalis. Akut abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri
perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba sedangkan sakit perut berulang didefinisikan
sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3 bulan
dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari (Christopher dkk.,
2009). Pada garis besar sakit perut dibedakan berdasarkan serangan ada yang akut dan ada
yang kronik. Sakit perut akut atau berulang mempunyai lima sumber, yaitu:
1. Organ viseral
2. Organ di luar abdomen
3. Lesi pada medula spinalis
4. Gangguan metabolik
5. Psikosomatik
Sakit perut dapat disebabkan karena adanya peradangan yang menimbulkan nyeri dan
dapat juga disebabkan oleh mikroba. Pada ramuan yang terdapat dalam usada upas, buah
pala dapat dijadikan salah satu bahan untuk mengatasi sakit perut, karena dalam
kandungannya seperti trimiristin bersama dengan asam miristat, miristisin dan elimisin
memiliki aktivitas sebagai anti oksidan, anti konvulsan, analgesik, anti inflamasi, anti diabet,
anti bakteri dan anti jamur (Ma’mun, 2013).
Adapun penelitian ilmiah dari buah pala yang menunjukkan efek farmakologi seperti
antiinflamasi dan analgesik. Ada beberapa sel dan membran yang mendukung terjadinya
proses inflamasi. Seperti contohnya, makrofage yang menyebabkan inflamasi baik akut
maupun kronis karena kelebihan produksi sitokinin. Ekstraks petroleum eternya
menunjukkan aktivitas yang sama untuk obat anti inflamasi non steroid (NSAID). Ekstrak
metanolnya menunjukkan aktivitas anti inflamasi, ekstraks kloroform juga dapat
menghambat karagenan untuk menginduksi terjadinya edema pada tikus. Kandungan
trimiristin yang terdapat dalam biji menunjukkan aktivitas anti inflamasi dan analgesik.
Kandungan alami dari buah pala digunakan secara eksternal untuk rematik dan memiliki
efek analgesik dan anti inflamasi (Asgarpanah and Nastaran, 2012).
45
Biji pala mempunyai aktivitas analgesik baik in vitro maupun in vivo. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Sonavane, dimana aktivitas analgesik buah pala dibandingkan dengan
obat analgesik lainnya. Hasil yang ditunjukkan adalah waktu reaksi berlangsung konstan
pada penggunaan vehicle yang diperlakukan pada hewan tetapi pada penggunaan ekstraks
Myristica fragrans menunjukkan peningkatan waktu reaksi yang tergantung pada dosis dan
cara yang diberikan. Puncak efek analgesik dari buah pala dapat diamati 90 menit setelah
pemberian ekstraks Myristica fragrans dan aktivitas analgesiknya berlangsung selama 120
menit(Sonavane et all, 2001). Adapun hasilnya ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
46
menurunkan kadar glukosa darah pada keadaan normal karenaglukosa dan aloksan yang
menginduksi diabet pada tikus. Efek hipoglikemia kemungkinan didapatkan dari produksi
insulin pada sel beta. Penggunaan secara oral pada ekstrak juga menekan kenaikan kadar
glukosa dalam darah. Efek ini dapat menurunkan kadar glukosa yang di absorpsi pada usus.
Penggunaan ekstrak metanol buah pala untuk streptozotocin yang menginduksi diabet pada
tikus juga menunjukkan kadar glukosa yang rendah pada darah.Buah pala juga digunakan
sebagai hiperkolesterolemia dan atheroskleroris (Asgarpanah and Nastaran, 2012).
g. Efek Samping
Belum ditemukan adanya efek samping pada penggunaan pala.
h. Toksisitas
Belum ditemukan adanya toksisitas pada penggunaan pala.
48
f) Efek Farmakologis
Efek Farmakologis berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah yang Berkaitan dengan Usada
Pada Usada Upas dikatakan bahwa daun waru dapat digunakan untuk mengobati yang
tidak bisa buang air besar dan buang air kecil. Secara ilmiah kesulitan buang air besar
memiliki terminologi medis yaitu konstipasi. Konstipasi dapat diartikan sebagai suatu
keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi keras, ukuran besar,
penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi (Eva, 2015). Pada kebanyakan kasus konstipasi
bukan merupakan penyakit, melainkan hanya merupakan suatu gejala penyakit, adapun
beberapa penyebab paling umum terjadinya konstipasi, yaitu :
Diet yang buruk, pemilihan diet yang buruk dapat mengakibatkan kurangnya asupan
serat dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya konstipasi.
Sindrom iritasi usus besar, beberapa orang mengalami kejang pada bagian kolon
yang menunda kecepatan isi ususnya bergerak melalui saluran pencernaan sehingga
dapat menyebabkan konstipasi.
Kebiasaan buang air besar yang buruk, sering mengabaikan keinginan untuk buang
air besar dapat menyebabkan konstipasi progresif.
Kehamilan, konstipasi pada masa kehamilan disebabkan karena perubahan hormonal
selama kehamilan.
Fisura dan wasir, kondisi anus yang menyakitkan bisa menyebabkan otot sfingter
pada anus mengalami kejang, sehingga dapat menyebabkan konstipasi.
Mengonsumsi obat-obatan seperti obat yang mengandung narkotika, antasida yang
mengandung aluminium atau kalsium, obat antispasmodik, obat antidepresan,
antikonvulsan untuk epilepsi dapat menyebabkan konstipasi.
Gangguan motilitas kolon, dimana aktivitas peristaltik usus yang tidak efektif akan
mengakibatkan penyumbatan inersia atau outlet kolon, sehingga dapat menyebabkan
konstipasi.
Penyebab konstipasi lainnya yang kurang umum, yaitu:
Resistensi laxative, seseorang yang biasa menggunakan dosis laxative dalam jumlah
besar, akan menjadi tergantung dan akan memerlukan peningkatan dosis setiap
penggunaan berikutnya hingga akhirnya usus menjadi tidak sensitif dan gagal
bekerja dengan baik sehingga dapat menyebabkan konstipasi.
Gangguan Hormonal, adanya gangguan hormon tertentu seperti kelenjar tiroid yang
kurang aktif dapat menyebabkan konstipasi.
49
Penyakit tertentu, beberapa penyakit yang mempengaruhi jaringan tubuh seperti
skleroderma atau lupus, diabetes mellitus dan penyakit neurologis atau muskular
tertentu seperti multiple sclerosis, penyakit parkinson dan stroke dapat menyebabkan
konstipasi.
Kehilangan garam dalam tubuh, hilangnya garam dalam tubuh melalui ginjal atau
melalui muntah/ diare dapat menyebabkan konstipasi.
(Drossman, 2013)
Kesulitan buang air kecil secara ilmiah memiliki banyak terminologi medis diantaranya
adalah hesitansi dan retensi urin. Hesistensi yaitu sulit untuk memulai berkemih sehingga
untuk memulai berkemih kadang-kadang harus mengedan terlebih dahulu, sedangkan retensi
urin yaitu ketidakmampuan kandung kemih untuk mengeluarkan urin yang telah melampaui
batas kapasitas maksimalnya, retensi urin dapat bersifat akut maupun kronis. Beberapa
penyebab terjadinya retensi urin adalah :
Obstruktif/Penyumbatan, penyumbatan saluran kemih pada bagian bawah atau pada
bagian distal ke leher kandung kemih dapat menyebabkan retensi urin. Penyumbatan
dapat bersifat intrinsik (pembesaran prostat, kencing batu, striktur uretra) atau
ekstrinsik (ketika rahim atau bagian gastrointestinal menekan leher kandung kemih
sehingga menyebabkan penyumbatan pada saluran kemih). Penyebab obstruktif yang
paling umum adalah hiperplasia prostat jinak.
Infeksi dan inflamasi, penyebab paling umum dari infeksi retensi urin akut adalah
prostatitis akut. Prostatitis akut biasanya disebabkan oleh organisme gram negatif
seperti Escherichia coli dan spesies proteus, adanya infeksi ini juga dapat
menyebabkan pembengkakan pada kandung kemih sehingga terjadinya retensi urin.
Farmakologis, beberapa obat-obatan dapat menyebabkan retensi urin, salah satunya
adalah obat antikolinergik (seperti antidepresan trisiklik) yang dapat menyebabkan
retensi urin dengan cara mengurangi kontraksi otot detrusor kandung kemih.
Neurologis, fungsi normal kandung kemih dan saluran kemih bagian bawah
tergantung pada interaksi kompleks antara otak, sistem saraf otonom, dan saraf
somatik. Adanya gangguan pada jalur ini dapat menyebabkan retensi urin neurologis.
Penyebab lainnya seperti Komplikasi pasca operasi, kehamilan, trauma cedera akut
pada uretra, penis, atau kandung kemih dapat menyebabkan retensi urin.
(Selius dan Subedi, 2008)
50
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui efek farmakologis yang berhubungan dengan
penyakit pada Usada Upas (tidak bisa buang air besar dan buang air kecil) adalah sebagai
berikut :
1) Antibakteri
Kadungan polifenol yang terdapat pada daun waru memiliki aktivitas sebagai
antibakteri, dimana hal ini telah dibuktikan pada uji antibakteri yang dilakukan oleh
Lusiana (2013) bahwa ekstrak daun waru memiliki aktivitas antibakteri yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis (bakteri Gram positif) dan bakteri
Escherichia coli (bakteri Gram negatif). Pada penelitian yang berbeda aktivitas
antibakteri ekstrak etanol daun Hibiscus tiliaceus aktivitas aktibakteri membunuh
bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella paratyphi dengan
diameter zona inhibisi masing-masing adalah 9.0 mm, 12 mm, dan 15 mm pada dosis
250 dan 500 μg / disk (Chan et al., 2016). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Hemaiswarya, et al (2009), membuktikan adanya aktivitas antibakteri dari Hisbicus
tiliaceus terhadap beberapa mikroba diantaranya Bacillus subtilis, Escherichia coli,
Shigella flexneri, Salmonella typhimurium, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus
aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan Proteus vulgaris. Dimana
beberapa dari mikroba tersebut berkaitan dengan timbulnya penyakit pada tubuh, seperti
golongan Staphylococcus dapat menyebabkan infeksi saluran urin pada wanita,
Escherichia coli berkaitan dengan penyakit usus/diare pada manusia, infeksi saluran
kemih, dan infeksi luka di dalam abdomen, Shigella flexneri sebagai penyebab diare,
dan bakteri Salmonella sebagai penyebab gastroenteristis atau infeksi usus. Kemampuan
Hisbicus tiliaceus dalam menghambat bakteri Escherichia coli ini berkaitan dengan efek
Hisbicus tiliaceus dalam usada yakni mengatasi sulit buang air kecil (retensi urin) yang
disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih oleh bakteri.
2) Antidiabetic
Diabetes melitus adalah sindrom metabolik kronis yang disebabkan oleh
ketidakmampuan pankreas untuk mengeluarkan insulin (DM tipe 1) atau
ketidakmampuan hormon untuk bertindak dengan tepat pada reseptor perifer (DM tipe
II). Beberapa gejala gastrointestinal sering diamati pada pasien diabetes mellitus
diantaranya adalah disfungsi gastrointestinal yang ditemukan pada penderita diabetes,
dimana konstipasi merupakan masalah yang paling sering terjadi (Neto et al., 2014).
Daun waru (Hibiscus tiliaceus) telah dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetic, dimana
senyawa flavonoid yang terkandung didalam daun waru dapat menurunkan kadar gula
darah pada tikus diabetik dengan cara menghambat kerja dari GLUT2 (Glucose
51
Transporter Isoform 2), suatu pengangkut glukosa dari saluran cerna, kemudian masuk
ke dalam darah melewati membran dan menuju ke dalam sel. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak etanol daun waru (Hibiscus tiliaceus L) dengan dosis 1,875
g/kg BB; 3,750 g/kg BB; dan 5,625 g/kg BB mempunyai aktivitas terhadap kadar gula
darah. Ekstrak etanol daun waru dosis 5,625 g/kg BB mempunyai aktivitas terhadap
kadar gula darah yang sebanding dengan metformin dosis 63 mg/kg BB (Juliana, 2016).
3) Antinociceptive dan Antiinflamasi.
Daun Hibiscus tiliaceus juga memiliki aktivitas antinociceptive dan antiinflamasi,
dimana telah dilakukan penelitian secara in vitro terhadap tikus dengan menginduksikan
carragennan kepada tikus, hasil yang diperoleh yaitu edema pada kaki bagian bawah
tikus mengalami penurunan. Selain itu setelah diinduksikan asam asetat diperoleh hasil
positif yang membuktikan adanya aktivitas Antinociceptive dari daun waru, yaitu
dengan menghambat respon dari asam asetat, dimana efek Antinociceptive hampir sama
dengan analgesik yakni penekan respon nyeri yang disertai dengan gerakan tubuh
seperti gemetar (Narender et al, 2009). Aktivitas antinociceptive dan antiinflamasi yang
dimiliki daun waru ini sesuai dengan efek farmakologis yang terdapat pada Usada Upas
yaitu tidak bisa buang air kecil yang disebabkan oleh adanya pembengkakan pada
saluran kemih (Selius dan Subedi, 2008).
4) Menurunkan jumlah protozoa dalam rumen
Telah dilakukan penelitian terhadap efek dari suplementasi daun waru (Hibiscus
tiliaceus) sebagai sumber saponin pada karakteristik fermentasi rumen manusia, dimana
menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa daun waru berefek dalam penurunan
jumlah protozoa dalam rumen manusia. Semakin sedikit jumlah protozoa maka
produksi gasnya pun berkurang, dimana gas yang berkurang ini kemungkinan besar
adalah gas metana (Putra, 2013). Menurut Wahyudi dan Malik (2006), adanya gas
metana dalam rumen manusia menyebabkan feses mengandung serat kasar tinggi.
Dengan kata lain, adanya banyak gas dalam rumen dapat menyebabkan feses menjadi
keras sehingga sulit untuk dikeluarkan, maka hal ini berkaitan dengan efek farmakologis
daun waru untuk mengatasi konstipasi (sulit buang air besar).
5) Daun waru juga dapat digunakan sebagai pencahar atau laxative (Chan et al, 2016).
Sehingga dalam hal ini daun waru dapat digunakan untuk mengatasi sulit buang air
besar (konstipasi) karena bersifat sebagai pencahar (laxative). Daun dan batang tanaman
waru diketahui mengandung zat musilago yang sifatnya berfungsi untuk melapisi
dinding saluran cerna, saluran kencing serta tenggorokan sehingga zat musilago ini
52
dapat melapisi saluran kencing serta saluran cerna yang dapat mengurangi iritasi pada
saluran tersebut (Suwandi dan Hendrati, 2014).
Efek Farmakologis berdasarkan Hasil Penelitian Ilmiah yang tidak Berkaitan dengan
Usada
1) Antitumor
Telah dilakukan penelitian aktivitas antitumor Dalton's Ascites Lymphoma (DAL) dari
akar Hibiscus tiliaceus L. pada tikus Swiss albino. Dalam penelitian tersebut
membuktikan Hibiscus tiliaceus dapat meningkatkan jumlah sel peritoneal sehingga sel
tumor dapat dihambat (Sunilson et al, 2008).
2) Imunomodulator
Ekstrak metanol daun Hibiscus tiliaceus pada dosis 250 dan 500 mg / kg / hari selama
28 hari yang diberikan melalui oral pada tikus Wistar menunjukkan peningkatan yang
signifikan dalam produksi titer antibodi yang beredar sebagai respon terhadap sel darah
merah, peningkatan yang signifikan pada primer dan titer antibodi hemaglutinasi
sekunder, dan peningkatan produksi sel darah merah, sel darah putih dan hemoglobin,
sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian ekstrak metanol daun waru memiliki efek
imunomodulator (Chan et al., 2016).
3) Antihelmetik
Ekstrak daun dan kayu dari Hibiscus tiliaceus telah dilaporkan memiliki aktivitas
anthelmintik, hasil ini didapatkan setelah dilakukan pengujian terhadap Pheretima
posthuma berdasarkan waktu kelumpuhan dan waktu kematian dengan menggunakan
ekstrak dengan dosis 10-40 mg/ ml, dimana aktivitas yang baik ditunjukkan oleh ekstrak
daun dengan pelarut etil asetat (28-46 dan 45-74 menit) dan ekstrak kayu dengan pelarut
petroleum eter (29 -45 dan 47-78 menit) (Chan et al., 2016).
4) Antitirosinase
Ekstrak daun Hibiscus tiliaceus menunjukkan aktivitas antitirosinase yang kuat, hal ini
telah dibuktikan melalui sebuah penelitian dengan menggunakan empat spesies
Hibiscus yang diuji, daun Hibiscus tiliaceus memiliki aktivitas antitirosinase terkuat
(42%) diikuti daun Hibiscus mutabilis (25%). Hasil uji ekstrak daun Hibiscus tiliaceus
sebanding dengan ekstrak daun jambu biji (41%) yang digunakan sebagai kontrol positif
(Chan et al., 2016).
g) Efek Samping
Belum ditemukan adanya efek samping yang disebabkan dalam penggunaan ekstrak
daun waru.
53
h) Efek Toksik
Ekstrak etanol daun waru menunjukkan potensi toksisitas terhadap larva Artemia salina
Leach yang ditunjukkan dengan harga LC50 kurang dari 1000 ppm menurut metode BST
yaitu sebesar 398 ppm (Rustini dkk., 2013).
54
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan dalam Usada Upas baik itu
upas dari dalam (akibat ketidakseimbangan tubuh) maupun dari luar yakni daun mimba, kunyit,
jahe, lengkuas, cendana, jeruk nipis, pala, dan daun waru.
4.2 Usada Upas menelaah hanya dengan melihat gejala tanpa memastikan penyebab penyakitnya.
Setelah dilakukan penelitian ilmiah dari beberapa letiratur, dapat digali kembali bahwa setiap
tanaman memiliki aktivitas tersendiri yang dapat dihubungkan dengan efektifitasnya dalam
pengobatan yang tertulis dalam Usada Upas.
55
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,M dan A.Firmansyah. 2012. Diagnostic Approach and Management of Acute Abdominal
Pain. The Indonesian Journal of Internal Medicine. 4 (4): 344-350.
Agusta, A. dan Y. Jamal. 2001. Fitokimia Dan Farmakologi Cendana (Santalum album L.). Edisi
Khusus Masalah Cendana NTT Berita Biologi. 5(5). 561-569.
Alais C, Linden G. 1999. Food Biochemistry. Aspen Publisher,Inc.,Gaithersbury, Maryland.
Al-Yahya, M. A., S. Rafatullah, J. S. Mossa, A. M. Ageel, M. S. Al-Said, M. Tariq,. 1990.
Gastric Antisecretory, Antiulcer and Cytoprotective Properties of Ethanolic Extract of
Alpinia galanga Willd in Rats. Phytotherapy Research. 4 (3): 112-114.
Amiruddin, M.D. 2005. Kusta. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bawarodi, F., J. Rottie., dan R. Malara. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kekambuhan Penyakit Rematik di Wilayah Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. E-journal
Keperawatan 5 (1): 1-7.
Bhowmik, P.K., et al. 2009. Advances in Biotechnology. Sharjah: Bentham Science Publishers.
Chan, E. W. C., S.K. Wong dan H. T. Chan. 2016. A Review on the Phytochemistry and
Pharmacology of two Hibiscus Species with Spectacular Flower Colour Change: H. tiliaceus
and H. mutabilis. IJPPR. 8(7) : 1200-1208.
Chasanah, Difla Ilfi. 2013. Aktivitas Antimutagenik Ekstrak Metanol Rimpang Lengkuas
(Alpinia galanga) terhadap Sel Eritrosit dalam Sumsum Tulang Mencit secara In Vivo.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Christopher, A.P., Delva Swanda., Putrigusti, A., dan Syamsiah, S. 2009. Sakit Perut Pada Anak.
Riau: Fakultas Kedokteran Riau.
Depkes RI. 1978. Materia Medika Indonesia Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dewi, M. P. S. 2014. Etnobotani Cendana (Santalum album L.) Sebagai Buku Referensi pada Mata
Kuliah Botani Tumbuhan Tinggi. Jurnal Pendidikan Sains. 2(3): 166-174.
56
Dhanik, J, N. Arya and V. Nand. 2017. A Review on Zingiber officinale. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry. 6(3): 174-184.
Dianati, Nur Amalia. 2015. Gout and Hyperuricemia. Journal Majority 4(3): 82-89.
Doenges, Marilynn E.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I Made Kriasa. Jakarta :
EGC.
Drossman, A. Douglas. 2013. Understanding Constipation. USA : The American
Gastroenterological Association.
Ekawati, E. R., dan P. Handriyanto. 2017. Uji Variasi Dosis Perasan Lengkuas (Alpinia galanga)
terhadap Pertumbuhan Kuman Staphylococcus aureus.Jurnal Sain Health 1(1): 23- 29.
Fabry, W., P.O. Okemo, and R. Ansorg. 1998. Antibacterial activity of East African medicinal
plants. Journal of Ethnopharmacology 60 (1): 79-84.
Freedy, V. R. 2016. Essential oil in Food Preservation, Flavor and Safety. USA: Elsevier.
Ginting B., T. Barus, L. Marpaung, dan P. Simanjuntak. 2013. Isolasi Total Flavonoid Daun Pala
(Myristica fragrans Houtt.). Sumatera : Prosiding Seminar Nasional Kimia Universitas
Sumatera Utara
Gruenwald, J., T. Brendler, and C. Jaenicke. 1998. Physicians’ Desk Reference for Herbal
Medicines. 1st edition. Montvale, NJ.: Medical Economic Company.
Gruenwald, J., T. Brendler, dan C. Jaenicke. 2000. PDR for Herbal Medicines. Montvale: Medical
Economics Company.
Gunarsa, S. D. dan S. D. Gunarsa. 2008. Psikologi Perawatan. Jakarta: Gunung Mulia.
Handajani, N. S., dan T. Purwoko. 2008. Aktivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga)
terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus sp. Penghasil Aflatoksin dan Fusarium
moniliforme. Biodiversitas 9 (3): 161-164.
Hariana, H. A. 2008. Tumbuhan Obat dan KhasiatnyaSeri 2, Cetakan 5. Jakarta: Penerbit
Swadaya.
Harmono dan A. Andoko. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Hemaiswarya, S., M. Poonkothai., R. Raja, dan C. Anbazhagan. 2009. Comparative Study on The
Antimicrobial Activities of Three Indian Medicinal Plants, Egyptian Journal of Biology 11(1)
: 52-57.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (De Nutingge Planten van Indonesie). Jakarta:
Balitbang Kehutanan Dephut RI.
Hisamichi, K. 2006. Ilmu Pengetahuan Terpadu (IPA). Yogyakarta: Quadra.
57
Idrus, S., Marni K., Risna F.T., dan Reynaldo. 2014. Isolasi Trimiristin Minyak Pala Banda Serta
Pemanfaatannya Sebagai Bahan Aktif Sabun. Journal of Industrial Research. 8(1): 23-31.
Ilyas, S., 2000. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
Jaya, Kusuma. 2007. Perbedaan Kandungan Minyak Atsiri Ekstrak Rimpang Lengkuas (Languas
galangal (L.) Stunz) secara Maserasi dan Perkolasi. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Jingid, K., ND J., and Sheeja S V. 2014. Achievable Therapeutic Effects Of Myristica Fragrans
(Nutmeg) On Periodontitis A Short Review. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences 6(5): 591-594.
Juliana, Marni. 2016. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.) Terhadap
Kadar Gula Darah pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Dibebani Glukosa Monohidrat.
Artikel. Ungaran : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo.
Khoerunnisa, U. 2015. Studi Farmakognosi Rimpang dan Uji Aktivitas Antimikroba Minyak
Atsiri Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.). Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Kumar, R., N. Anjum dan Y.C. Tripathi. 2015. Phytochemistry And Pharmacology Of Santalum
album L.: A Review. World Journal of Pharmaceutical Research. 4(10): 1842-1876.
Kusumaningati, R. W. 2009. Analisis Kandungan Fenol Total Jahe (Zingiber officinale Roscoe)
secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Laomo, S., L. L. Loho., dan C. F. Kairupan. 2016. Gambaran Histopatologik Lambung Tikus
Wistar (Rattus norvegicus) yang Diberikan Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia).
Jurnal e-Biomedik 4(2): 1-6.
Lestari, R.P., R. T. C. Tandelilin, dan J. Handajani. 2005. Efektifitas Minyak Atsiri Lengkuas
Putih (Alpinia galangal) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus 302 yang Resisten
Multiantibiotik. IJD, 12 (1): 24-29.
Ling, K. H., Kian C. T., dan Hoon T. C. 2009. A Guide to Medicinal Plants : An Illustrated,
Scientific and Medical Approach. Singapore : Word Scientific Publising Co.Ptc.Ltd.
Lusiana, Kesi. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Daun Waru Lengis (Hibiscus tiliaceus L.) sebagai
Antibakteri dan Alternatif Pembusa Alami dalam Sampo. Skripsi. Salatiga : FMIPA
Universitas Kristen Satya Wacana.
Ma’mun. 2013. Karakteristik Minyak dan Isolasi Trimiristin Biji Pala Papua (Myristica argentea).
Jurnal Littri 19 (2): 72 -77.
Mardisiswojo, S. dan H. Rajakmangunsudarso. 1985. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang.
Cetakan Pertama.Jakarta: Balai Pustaka.
Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2(1): 140-145.
Midun. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Lengkuas Merah (Alpina purpurata K.Schum) dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Bakteri Escherichia
coli dengan Metode Disc Diffusion. Skripsi. Jakarta: Universitas IslamNegeri Syarif
Hidayatullah.
58
Min, H. J., Nam, J. W., Yu, E. S., Hong, J. H., Seo, E. K., & Hwang, E. S. 2009. Effect of
Naturally Occurring Hydroxychavicol Acetate on The Cytokine Production in T Helper
Cells. International Immunopharmacology 9(4): 448-454.
Misra, B. B. dan S. Dey. 2012. Phytochemical Analyses and Evaluation of Antioxidant Efficacy of
in vitro Callus Extract of East Indian Sandalwood Tree (Santalum album L.). Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry. 1(3). 7-16.
Mitsui, S., S. Kobayashi, H. Nagahori, and A. Ogiso. 1976. Constituents from Seeds of Alpinia
galanga Wild. And Their Anti-ulcer Activities. Chem. Pharm. Bull 24(10): 2377-2382.
Moron,B.E., J.M. Caledeferon, J. Salvador, A. Robles. 2009. The Dark Side of Curcumin.
International Journal Cancer. 126 (1) : 1772-1775
Mu’jizah. 2016. Naskah Usada Sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Bali. DIALEKTIKA: jurnal
bahasa, sastra, dan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. 3(2): 191-200.
Narender, S.K., D. Kumar dan V. Kumar. 2009. Antinociceptive and Anti-Inflammatory Activity of
Hibiscus tiliaceus Leaves, International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical
Research 1(1): 15-17.
Putra, D. T. Bimasmara. 2011. Pengaruh Suplementasi Daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.) terhadap
Karakteristik Fermentasi dan Populasi Protozoa Rumen secara In Vitro. Skripsi. Surakarta :
FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Ravindran, B. N. Dan K. N. Babu. 2005. Ginger the Genus Zingiber. USA: CRC Press.
Redaksi AgroMedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : PT AgroMedia Pustaka.
Rialita, T. 2014. Efektivitas Antibakteri Kombinasi Minyak Atsiri Zingiber Officinale Var.
Rubrum dan Alpinia Purpurata K. Schum dan Aplikasinya pada Model Pangan. Disertasi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Rosyad, P. G. Yulianhar. 2009. Formulasi Gel Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia, Swingle) dan Uji Daya Antibakteri (Propionibacterium acne) Secara In
Vitro. Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rosyali, Dahlia Rara. 2016. Identifikasi Sifat Fisik, Mekanik Dan Morfologi Buah Pala (Myristica
Fragrans Houtt) Dari Desa Batu Kramat Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus
Selama Penyimpanan. Skripsi. Bandarlampung: Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
59
Rukmana, R. 2004. Temu-Temuan Apotek Hidup di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisus.
Rukmana,R. 1994. Kunyit. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Rustini, N. L., K. Ariati., A. A. I . P. Dewi., dan I. M. D. Swantara. 2015. Uji Toksisitas Ekstrak
Daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.) Terhadap Larva Artemia Salina Leach serta Identifikasi
Golongan Senyawanya. Jurnal Kimia. 9 (1) : 47-52.
Sastrawinata, S., D. Martaadisoebrata dan F. F. Wirakusumah. 2003. Obstetri Patologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Selius, A. Brian dan R. Subedi. 2008. Urinary Retention in Adults:Diagnosis and Initial
Management. American Family Physician. 77(5) : 643-650.
Setyarini, P. S., dan D. Krisnansari. 2011. Perbandingan Efek Antifungi Ekstrak
Lengkuas(Alpinia galanga Linn) dengan Ketokonazol pada Isolat Malassezia
furfur.Mandala of Health. 5(2): 27-29.
Shalaby, N. M. M., H. I. Abd-Alla, H. H. Ahmed, dan N. Basoudan. 2011. Protective Effect if
Citrus sinensis and Citrus aurantifolia Against Osteoporosis and Their Phytochemical
Constituents. Journal of Medicinal Plants Research 5 (4) : 579-588.
Simanjuntak, P. 2003. Uji Antibakteri Ekstrak Metanol Kayu Cendana (Santalum album L.).
Majalah Farmasi Indonesia. 14(2): 326 –332.
Simanjuntak,P. 2012. Studi Kimia Dan Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L) Sebagai
Tumbuhan Obat Serbaguna. Jurnal Agrium. 17(2) : 103-107.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth. 1(2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo (dkk), Jakarta: EGC.
Soegiharjo, C.J. 2007. Mimba (Azadirachta indica A. Juss, suku Meliaceae), Tanaman Multi
Manfaat yang Dapat Menanggulangi Persoalan Rakyat Indonesia. SIGMA, 10(1) : 83-102.
Sonavane, Ganeshchandra., Vikram Sarveiya., Veena Kasture., and Sanjay B. Kasture. 2001.
Behavioural Actions Of Myristica fragrans Seeds. Indian Journal of Pharmacology 33(1):
417 – 424.
Spoerke, D. G. 2000. Toksisitas Tanaman Hias. Amerika Serikat: CRC Press Inc.
Steenis, C. G. G. J. Van. 1978. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: Penerbit Pradnya
Paramita.
Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyuono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II,
Hasil Penelitian, Sifat-Sifat, dan Penggunaan. Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional
UGM.
Sukrasno dan Tim Lentera.2003. Mengenal Lebih Dekat Mimba Tanaman Obat Multifungsi.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Sunilson, A.J., S. Mohan., M.A.Mohamed., J. Thomas and A.G. Kumari. 2008. Antitumour
Activity of Hibiscus tiliaceus Linn. Roots, IJPT 7(1) : 123-125.
Sunyoto dan A. Agustina. 2009. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Rimpang Lengkuas Merah
(Alpinia galanga, Linn) secara Kromatografi Lapis Tipis. Cerata Journal Of Pharmacy
Science. 5(1): 20-30.
60
Susanti, A. 2011. Faktor Risiko Dispepsia pada Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Skripsi.
Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Suwandi dan R.L. Hendrati. 2014. Perbanyakan Vegetatif dan Penanaman Waru (Hibiscus
tiliaceus) untuk Kerajinan dan Obat. Bogor : IPB Press.
Ulbricht, C. E. 2010. Panduan Ramuan & Suplemen Standar Alam: Referensi Berbasis Evidance.
Amerika Serikat: Elsevier Inc.
Utami, F. R. 2011. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas (Languas galanga (L.)
Stuntz.) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Escherichia coli
ATCC 11229 secara In Vitro. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
Verma, R. K., G. Mishra, P. Singh, K. K. Jha and R. L. Khosa. 2011. Alpinia galanga – An
Important Medicinal Plant: A review. Der Pharmacia Sinica, 2 (1): 142-154.
Wahyudi, A. dan A. Malik. 2006. Pengembangan Starter Fermentasi Produksi Gas Bio Dengan
Reformulasi Isolat Bakteri Fibrolitik Asal Rumen dan Kolon Domba. Malang : Universitas
Muhammadiyah.
Wilson, L.M. dan Lester. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi IV.
Jakarta: Kedokteran EGC.
World Health Organization (WHO). 2012. Angka Kematian Bayi. Amerika: WHO.
Yamahara, J, M. Mochizuki, H. Q. Rong, H. Matsuda, dan H. Fujimura. 1988. The Anti-Ulcer
Effect In Rats Of Ginger Constituents. Journal of Ethnophannacology. 23(1): 299-304.
61
LEMBAR DISKUSI KELOMPOK
62
Jawaban : Putu Vera Phinastika Putri (1508505025)
Kunyit memiliki kandungan utama yakni kurkumin. Kurkumin ini memiliki aktivitas
antiinflamasi analgesik dan antibakteri. Ini yang menyebabkan kunyit bias digunakan sebagai
obat sakit perut tertusuk-tusuk yang disebutkan dalam Usadha Upas, yang dilihat dari gejalanya
disebabkan oleh adanya inflamasi ataupun infeksi bakteri. Hal ini juga tidak menutup
kemungkinan kunyit sebagai karminatif, dimana membantu keluarnya gas yang tertahan dalam
perut.
3. Pertanyaan: I Made Suardhika (1508505046)
Sebelumnya disebutkan bahwa efek lengkuas sesuai Usada Upas kurang efektif sebagai
antibakteri, tetapi mengapa juga disebutkan dalam efek farmakologis yang tidak sesuai Usada
Upas bahwa lengkuas efektif sebagai antibakteri?
Jawaban: Luh Elita Setya Puspita (1508505022)
Efek farmakologis yang sesuai dengan Usada Upas menyebutkan bahwa lengkuas dapat
mengobati segala macam sakit perut. Sakit perut dapat disebabkan karena berbagai hal, salah
satunya diare. Diare disebabkan oleh salah satunya karena infeksi bakteri E. coli, nah dari jurnal
acuan menyebutkan bahwa lengkuas kurang efektif untuk mengobati diare akibat infeksi bakteri
E. coli terbukti dari zona hambat yang ditunjukkan sebelumnya. Selain itu, sakit perut juga dapat
disebabkan karena keracunan makanan yang terkontaminasi bakteri S. aureus. Sakit perut akibat
keracunan makanan ini yang dapat diobati dengan lengkuas karena efektivitas lengkuas yang
sangat baik untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus. Bakteri S. aureus tidak hanya
ditemukan pada usus besar, tetapi juga dapat ditemukan pada kulit dan mukosa hidung dan
mulut. Antibakteri yang dimaksud dalam efek farmakologis yang tidak sesuai Usada Upas adalah
efektivitas lengkuas dalam menghambat bakteri S. aureus di kulit. Sehingga, hal inilah yang
menyebabkan lengkuas dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit seperti kudis, koreng
dan borok. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagai antibakteri, lengkuas lebih berkompetensi
untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif (S. aureus) daripada bakteri gram negatif
(E. coli).
4. Pertanyaan : Triska Mancika Putri (1508505033)
Apakah gejala-gejala seperti pusing, lemah dan lesu dapat disimpulkan sebagai anemia dan dapat
langsung diobati dengan ramuan cendana ?
Jawaban : Gusti Ayu Kristi Amarawati (1508505024)
Anemia terjadi karena peredaran oksigen dalam tubuh yang berkurang akibat kurangnya
hemoglobin dalam darah, maka dari itu gejala-gejala yang timbul seperti pusing, lemah dan lesu
umum dirasakan penderita. Ramuan cendana dikatakan mampu mengatasi gejala-gejala tersebut
berdasarkan pengalaman empiris jaman dahulu, maka sah-sah saja apabila mengkonsumsi
63
ramuan tersebut, namun untuk memastikan apakah benar gejala tersebut terjadi karena anemia,
perlu dilakukan tes darah terlebih dahulu.
5. Pertanyaan : Ida ayu Sinta Devi (1508505003)
Terkait efek farmakologis cendana sebagai anti-inflamasi apakah berkaitan dengan penggunaan
cendana sebagai obat memar dan apakah kombinasi dengan kunyit mampu menigkatkan fungsi
tersebut?
Jawaban : Gusti Ayu Kristi Amarawati (1508505024)
Efek anti-inflamasi cendana sinergis dengan aktivitas analgesiknya, maka cendana juga dapat
digunakan sebagai obat memar seperti yang biasa digunakan dalam masyarakat. Sementara
kunyit juga memiliki aktivitas analgesic yang sinergis dengan cendana maka dapat dikombinasi
dalam pengobatan memar. Apabila memar yang dialami disertai iritasi, maka aktivitas
antibakteri dari kunyit juga dapat berperan.
6. Pertanyaan: I Ketut Duantara (1508505051)
Bagaima mekanisme kerja dari bahan sehingga menghasilkan efek?
Jawaban : I Gede Agus Januarta (1508505027)
Mekanisme kerja dilihat dari bahan yang digunakan yaitu triketuka yang terdiri dari bawang
merah bawang putih dan jangu. Seperti kita ketahui triketuka merupakan tiga sumber panas yang
diperoleh dari bahan, kemudian bahan tambahan lainnya seperti mesui dan merica serta bahan
utama pala(jebugarum) juga merupakan bahan yang menghasilkan panas sehingga dengan kata
lain dari semua sumber bahan panas tersebut dapat berkontraksi dengan perut yang mana
penggunaanya adalah dengan diparemkan. Ketika parem dioleskan dengan perut maka perut
akan menerima panas dari bahan dan mempercepat metabolism yang ada sehingga upas(racun)
dapat segera keluar dari dalam tubuh.
7. Pertanyaan : I Komang Subagia (1508505036)
Seperti pengertian yang telah disebutkan bahwa usada upas dapat disebabkan oleh upas yang
berasal dari dalam maupun dari luar. Upas yang berasal dari luar misalnya keracunan makanan,
maupun upas dari gigitan hewan. Sedangkan yang dimaksud dengan upas yang dari dalam
seperti apa?
Jawaban : Putu Dessy Wilantari (1508505026)
Upas yang berasal dari dalam yang dimaksud adalah upas yang disebabkan dari proses
metabolisme dalam tubuh. Suatu penyakit yang dikategorikan sebagai usada upas yang berasal
dari dalam misalnya penyakit yang telah disebutkan yaitu anemia, rematik. Anemia merupakan
penyakit akibat kekurangan haemoglobin sehingga menimbulkan gejala yang lemas, letih, lesu,
pusing pada penderita. Rematik merupakan suatu penyakit yang biasanya menyerang wanita
lansia yang diakibatkan oleh berkurangnya hormon estrogen sehingga proses pembetukan pada
64
sumsum tulang menjadi terganggu. Jadi usada upas dari dalam itu merupakan upas yang
disebabkan oleh proses metabolisme dalam tubuh yang tidak seimbang sehingga berpengaruh
pada kesehatan fisiknya.
Tambahan : Ni Md Riza Angelita M.S (1508505028)
Upas yang berasal dari dalam tubuh dapat disebabkan karena adanya ketidakseimbangan dalam
tubuh, misalnya ada sesuatu dalam tubuh yang jumlahnya berlebih atau yang jumlahnya
kekurangan, sehingga ketidakseimbangan tersebut dapat menyebabkan timbulnya upas yang
berasal dari dalam tubuh.
Tambahan : Putu Vera Phinastika Putri (1508505025)
Penyebab dari dalam dalam artian terjadi ketidakseimbangan dalam tubuh. Seperti misalnya
rematik ataupun anemia yg disebutkan pada tanaman jeruk nipis dan cendana, itu menunjukan
bahwa usadha upas jg bsa digunakan untuk pengobatan upas dari dalam. Kerja adanya kondisi yg
tidak seimbang dari dalam tubuh.
8. Pertanyaan : Dewa Ayu Sri Kusuma (1508505048)
Bagaimana mekanisme kerja parem dalam mengobati penyakit yang disebutkan dalam Usada
Upas? Karena sebagian besar formula bahan yang dipresentasikan digunakan sebagai parem.
Jawaban : Ni Md Riza Angelita M.S (1508505028)
Untuk bisa mengetahui bagaimanakah mekanisme parem dapat menimbulkan efek farmakologis
adalah dengan melihat terlebih dahulu bahan bahan apa saja yang terkandung dalam pembuatan
parem tersebut, misalnya seperti parem yang dibuat dari ramuan yang menggunakan pala, disana
terdapat bahan bahan lain yaitu triketuka (bawang putih, bawang merah dan jangu) yang
memiliki sifat panas, dimana panas yang dimiliki bahan ini apabila dioleskan pada bagian tubuh
yang sakit akan menyebabkan panas dari bahan tersebut dapat meresap ke dalam tubuh sehingga
bisa menimbulkan efek farmakologis, begitupun apabila bahannya terdiri dari bahan yang
bersifat dingin atau sedang (demulada) maka sifat dari masing-masing bahan itu nantinya yang
akan meresap ke dalam tubuh ketika sudah dioleskan pada bagian tubuh yang sakit sehingga
dapat menimbulkan efek farmakologi.
Tambahan : Putu Dessy Wilantari (1508505026)
Seperti yang telah dijelaskan seblumnya pada parem untuk sakit perut yang mana bahannya
terdiri dari campuran tri ketuka dan bahan lainnya sehingga dapat mengurangi rasa sakit pada
perut. Mekanismenya obat yang diparemkan atau dioleskan dapat masuk melalui pori-pori kulit
dan obat mekanisme tersebut bergantung dari bahan-bahan obat yang digunakan, misalnya ada
yang menimbulkan efek menghangatkan sehingga dapat mengurangi rasa sakit atau nyeri.
Contoh lain misalnya masyarakat biasa menggunakan campuran kencur dan beras yang
dioleskan di punggung ketika mengalami flu. Kencur sendiri dapat menimbulkan rasa hangat
65
sehingga masyarakat percaya bahwa campuran tersebut dapat mengurangi gejala flu seperti
hidung tersumbat.
Tambahan: (Luh Elita Setya Puspita/1508505022)
Untuk formula bahan yang saya presentasikan, obat yang telah diracik diminum kemudian
ampasnya dijadikan parem. Jadi disini, fungsi parem dapat digunakan untuk meredakan gejala
sekunder yang muncul akibat penyakit utama. Misalkan penyakit sakit perut, dapat disertai
dengan serangan demam dan kedinginan. Nah fungsi parem disini dapat digunakan untuk
memberikan rasa hangat diperut sehingga penderita merasa lebih nyaman.
9. Pertanyaan : Putu Nandya Nandita (1508505010)
Apa kandungan dalam mimba yang berkhasiat untuk mata kusta ?
Jawaban : Ainun Jariah (1508505021)
Kandungan dalam mimba yang terkandung yaitu bagian minyak biji mimba yang dimana dapat
menyembuhkan penyakit mata kusta yang merupakan penyakit menular kronis bersifat
progressif yang disebabkan oleh infeksi kuman bakteri (Mycobacterium leprae) yang menyerang
syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya seperti mukosa mulut, saluran nafas bagian atas,
sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis, kecuali susunan saraf pusat, dan minyak
biji mimba juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa dan
Staphylococcus aureus. Biji mimba memiliki kandungan utama selulosa, amilum, protein serta
trigliserida.
10. Pertanyaan: Arysinta Dewi (1508505055)
Apakah ada pengaruh dari jumlah komposisi obat untuk penyakit tuju terhadap kesembuhan
penyakit tersebut? Berapa jumlah komposisi obat untuk penggunaan pengobatan penyakit tuju?
Jawaban: Putu Dessy Wilantari (1508505026)
Pada Usada tidak dijelaskan berapa jumlah dari masing-masing komposisi obatnya, tetapi
sepertinya ada pengaruhnya. Karena bahan dalam komposisi tentunya memiliki perannya
masing-masing. Jumlah masing-masing bahan obat pada komposisi tersebut disesuaikan saja,
misalnya penggunaan buah asam tidak terlalu banyak karena akan menimbulkan rasa yang tidak
enak dan menambah rasa asam dari jeruk nipis dan jeruk purut, sehingga dikhawatirkan dapat
meningkatkan asam lambung, serta ditakutkan menimbulkan rasa tidak suka oleh konsumen.
Selain itu jumlah santan yang ditambahkan juga agar tidak berlebihan, karena santan dari buah
kelapa mengandung minyak, karbohidrat, serta gula sehingga tidak menimbulkan berlebihnya
glukosa yang masuk ke dalam tubuh.
66
11. Pertanyaan : I Komang Subagia (1508505036)
Dalam pengobatan untuk yang tidak bisa buang air, apakah ada ketentuan daun waru yang
digunakan ? Serta berapa jumlah yang digunakannya ? Bagaimanakah mekanismenya daun waru
tersebut bisa mengobati yang tidak bisa buang air kecil ?
Jawaban : Ni Md Riza Angelita M.S (1508505028)
Dalam Usada Upas disebutkan bahwa daun waru yang digunakan adalah daun waru yang masih
muda sebanyak 7 buah, dimana daun waru ini memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Salah satu
penyebab seseorang sulit untuk buang air kecil adalah adanya infeksi pada saluran kemih yang
disebabkan oleh adanya infeksi bakteri. Sehingga dengan adanya aktivitas sebagai antibakteri
daun waru efektif digunakan untuk mengatasi masalah tidak bisa buang air kecil yang
disebabkan oleh adanya infeksi bakteri pada saluran kemih.
12. Pertanyaan: I Putu Agus Andre Pratama (1508505059)
Apakah bahan-bahan dari ramuan yang dibuat tersebut dibagi ke dalam komponen-komponen
tertentu seperti pada formula pengobatan pada TCM?
Jawaban: Kadek Dian Adnyani (1508505023)
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ramuan tersebut antara lain lempuyang, lengkuas,
jahe, kencur, pala, musi, dan air limau. Bahan-bahan dari ramuan tersebut dapat dibagi ke dalam
beberapa komponen. Bahan-bahan seperti lempuyang, jahe, pala, dan kencur dapat dimasukkan
dalam komponen bahan utama karena memiliki peran utama dalam menyembuhkan penyakit
yang pada Usada Upas penyakit yang disebutkan adalah sakit perut. Jahe memiliki efek anti-
ulser pada lambung dengan meningkatkan produksi mukosa sehingga dapat mengurangi keluhan
penyakit tukak peptik seperti rasa sakit pada bagian ulu hati dan perut kembung. Lempuyang,
pala, dan kencur memiliki aktivitas analgesik sehingga dapat meredakan sakit perut yang
dirasakan. Bahan lain seperti lengukas dan musi dapat dimasukkan dalam komponen bahan
pendukung karena memiliki peran dalam membantu bahan aktif utama untuk menyembuhkan
penyakit yaitu sakit perut. Lengkuas memiliki aktivitas antibakteri sehingga dapat
menyembuhkan diare akibat infeksi oleh bakteri, dimana sakit perut juga dapat terjadi akibat
diare. Sedangkan air limau merupakan komponen bahan yang berperan memperbaiki rasa dari
ramuan. Karena ramuan ini diminum sehingga diperlukan air perasan jeruk limau untuk
menutupi rasa dari bahan-bahan lain sehingga lebih nyaman untuk diminum.
67
Bukit Jimbaran, Kamis 26 Oktober 2017
Mengetahui,
68