“USADA BUDUH”
OLEH :
KELOMPOK I
Masyarakat Bali bersyukur memiliki warisan budaya berupa naskah lontar dengan
beraneka isi kandungan. Pigeaud mengelompokkan naskah lontar menurut isi kandungannya.
Kelompok yang dimaksud, religi dan etik; histori dan mitologi; susastera; pengetahuan, seni,
humanistis, hukum, folklore, adat, dan serba-serbi (Pigeaud, 1967). Realitas tersebut tidak cukup
dengan mensyukuri saja karena masih ribuan naskah lontar di Bali belum pernah dikaji,
dipelajari, dan dimanfaatkan di dalam kehidupan ini. Salah satu naskah lontar tersebut adalah
naskah lontar usada yang memuat ilmu pengetahuan pengobatan tradisional Bali.
Pengetahuan pengobatan tradisional yang memanfaatkan alam sekitarnya ditulis menjadi
sebuah naskah. Di nusantara terdapat beberapa jenis naskah sebagai dokumen budaya masa lalu,
seperti lontar, bambo, dluwang, dan kertas (Soemantri, 1986). Dukungan alam di Bali sebagai
daerah tropis banyak terdapat pohon tal (Borassus flabellifer). Daunt tal ini yang juga disebut ron
tal auat lontar (gejala metatesis) menyebabkan naskah Bali sebagai dokumentasi budaya dipakai
sebagai bahan penulisan. Naskah lontar yang memuat pengetahuan pengobatan tradisional di 3
Bali dikenal dengan nama usada dan praktisi medisnya disebut dengan balian (Kumbara, 2010).
Semua unsur-unsur sarana pengobatan usada memanfaatkan tumbuhtumbuhan dan hewan
yang ada di sekeliling kita. Tidak memerlukan biaya dan terbukti berkhasiat menyembuhkan
berbagai penyakit. Agar pengetahuan pengobatan tradisional Bali atau usada dapat diwariskan
kepada kita, maka pengetahuan pengobatan tersebut banyak yang ditulis di atas daun lontar yang
kita kenal dengan nama lontar usada.
Secara etimologi kata usada berasal dari kata ausadhi yang berarti tumbuh-tumbuhan yang
berkhasiat obat, atau dibuat dari tumbuh-tumbuhan (Nala, 1993). Usada adalah semua tata cara
untuk menyembuhkan penyakit, cara pengobatan atau kuratif, pencegahan atau pereventif,
memprakirakan jenis penyakit atau diagnosis, perjalanan penyakit atau prognosis, maupun
pemulihannya, termasuk pula pengobat atau balian, dan tata cara untuk membuat penyakit,
menyebabkan orang lain sakit (Nala, 2006).
Usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang sumber ajarannya berasal dari lontar-
lontar. Lontar-lontar yang menyangkut sistem pengobatan di Bali dapat dibagi menjadi dua, yaitu
lontar tutur atau tattwa yang berisi tentang ajaran gaib atau wijaksara dan lontar usada yang berisi
tentang ajaran pengobatan, jenis penyakit dan tumbuhan yang digunakan (Nala, 1993). Di dalam
lontar usada terdapat naskah yang memuat bahan obat- obatan yang berasal dari tumbuhan yaitu
Lontar Usada Taru Pramana. Taru Pramana memiliki arti: pramana yang berarti tumbuhan, dan
taru yang berarti khasiat, dengan kata lain taru pramana memiliki arti tumbuhan yang berkhasiat
(Suryadarma, 2005).
Masyarakat Bali mempercayai bahwa manusia akan terhindar dari hal-hal buruk yang bisa
berupa penyakit apabila adanya keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan
Tuhan. Prinsip keharmonisan ini disebut sebagai Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab utama
kebahagiaan dan keselarasan hidup manusia. Prinsip hubungan keharmonisan dan keseimbangan
kosmos ini yang dipercaya oleh masyarakat Bali sebagai konsep dasar dalam mencegah dan
menanggulangi penyakit (Sukarma, 2013).
Menurut Sukarma (2013) pengobatan usada di Bali yang didasarkan pada pengobatan
Ayurveda dan naskah-naskah pengobatan kuno yang ada di Bali, bahwa berfungsinya sistem
organisme yang berada di dalam tubuh manusia dikendalikan oleh tiga unsur humoral yaitu unsur
udara atau vatta, api atau pitta, dan air atau kapha. Ketiga unsur tersebut dalam pengobatan
Ayurveda disebut sebagai Tridosha. Konsepsi tentang tridosha yang kemudian dijadikan sebagai
pedoman oleh balian dalam memberikan diagnosis terkait dengan penyakit yang dibawa oleh
pasien. Masyarakat di Bali mempercayai bahwa kondisi sehat dan sakit dipengaruhi oleh
keseimbangan dari lima unsur alam, dan adanya kepercayaan terhadap konsep tri hita karanan,
yang dipercaya oleh masayarakat di Bali sebagai konsep dasar dalam menanggulangi penyakit.
Kuantitas naskah lontar usada sangat banyak, artinya secara logika masyarakat Bali sudah
paham betul dan memiliki wawasan tentang usada Bali. Kenyataannya di lapangan tidaklah
demikian, pengamatan menunjukkan beberapa penyebab atau masalah di masyarakat kenapa
pengobatan tradisional usada masih belum memasyarakat dan cenderung ke pengobatan modern
ketika tertimpa suatu penyakit. Jawabannya karena manusia yang hidup di jaman modern lebih
cenderung yang praktis walaupun biaya yang dibutuhkan cukup tingga. Di samping itu, apresiasi
terhadap budaya tradisional yang diwariskan oleh para leluhur sudah semakin menipis. Pada
kesempatan ini akan dikaji salah satu naskah lontar yang cukup penting bagi kita, yaitu lontar
Usada Buduh (penyembuhan penyakit gila).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Usada
Usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang sumber ajarannya berasal dari lontar-
lontar. Lontar-lontar yang menyangkut sistem pengobatan di Bali dapat dibagi menjadi dua, yaitu
lontar tutur atau tattwa yang berisi tentang ajaran gaib atau wijaksara dan lontar usada yang berisi
tentang ajaran pengobatan, jenis penyakit dan tumbuhan yang digunakan (Nala, 1993). Di dalam
lontar usada terdapat naskah yang memuat bahan obat- obatan yang berasal dari tumbuhan yaitu
Lontar Usada Taru Pramana. Taru Pramana memiliki arti: pramana yang berarti tumbuhan, dan
taru yang berarti khasiat, dengan kata lain taru pramana memiliki arti tumbuhan yang berkhasiat
(Suryadarma, 2005).
Sarananya: dausa keling (tanaman pagar berbatang keras, buahnya kemerah-merahan) bersama
akarnya, gula enau, teteskan dan diminum.
Mantranya : ong paraatma atma pariatma, sarwa graha wina sidhem swaha, waras, 3 kali.
Tanaman yang digunakan : Dausa keeling/gandarusa (Justica Gendarussa Burm, F.)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Species : P. Betle
Kandungan kimia :
Daun sirih mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin, dan tannin.
Data Efektivitas Tanaman
Berdasarkan penelitian tentang pengujian efek sedasi dilakukan dengan metode traction
test dan fireplace test dengan hewan coba menggunakan mencit. Parameter penelitian ini adalah
penurunan daya otot dan penurunan aktivitas dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Hasil
penelitian ekstrak daun sirih (Piper bettle Linn.) dengan dosis P0 kontrol dengan aquadest, Pl
ekstrak daun sirih 0,5 mg/10 gBB, P2 ekstrak daun sirih 1 mg/10 gBB, dan P3 ekstrak daun sirih
2 mg/10 gBB pada mencit (Mus musculus L.)
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih berpengaruh terhadap
peningkatan efek sedasi. Peningkatan efek sedasi yang terjadi pada kelompok perlakuan P1, P2,
dan P3 menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih (Piper bettle Linlt.) memiliki potensi sebagai efek
sedasi ditandai dengan adanya penurunan daya otot dan penurunan aktivitas dan kepekaan
terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan ekstrak daun sirih mengandung senyawa
metabolit sekunder, yaitu alkaloid dan flavonoid yang diduga dapat menimbulkan efek sedasi
(Siti, dkk. 2016). Alkaloid merupakan ligan yang secara selektif dapat berikatan dengan GABA
binding site. Sedangkan flavonoid, saponin, dan tanin berikatan dengan sisi reseptor GABA
dalam kompleks benzodiazepine. GABA merupakan neurotransmitter yang bekerja pada sinapsis
inhibitoris di otak. Pengikatan alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin pada reseptor GABA di
membran pascasinaptik membuat sel tersebut mengubah potensial membrannya sebagai respon
terhadap stimulus yang diterirna oleh sel tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan daun sirih dalam Usada Buduh untuk pengobatan gangguan jiwa telah terbukti
secara ilmiah dengan memanfaatkan efek sedatif dari daun siri tersebut untuk penderita gangguan
jiwa (Siti, dkk. 2016).
3.3. Tanaman yang digunakan : Lengkuas (Alpinia galangal L.)
Kandungan kimia:
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak
atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpendan sesquiterpen
(zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning yang disebut kurkuminoid
sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,monodesmetoksi kurkumin dan bidesmetoksi
kurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C.
Kandungan kimia :
Rimpang bangle mengandung minyak atsiri dan bahan lain seperti amilum, resin, dan
tanin. Bangle biasa digunakan untuk jamu atau obat tradisional. Khasiat dari rimpang bangle
antara lain obat luka yang lama sembuh, obat kejang pada anak-anak, luka memar atau sakit
akibat benturan, perawatan wanita yang baru melahirkan (perawatan kulit perut dan pembersih
darah), menurunkan berat badan, meningkatkan penglihatan yang kurang, dan obat hepatitis.
Khasiat lain dari rimpang bangle antara lain digunakan sebagai antidotum, mengobati demam,
obat cacingan, obat diare, penawar racun, dan peluruh gas di perut. Daun bangle bermanfaat
menambah nafsu makan dan mengatasi perut terasa penuh (Haryanto, 2009; Lanjar Raharjo,
2009).
Data Efektivitas Tanama :
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia. Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia digolongkan sebagai
bakteri patogen dan sebaliknya yang tidak menyebabkan penyakit disebut bakteri non-patogen.
Berdasarkan toksisitasnya, suatu antimikroba dapat digolongkan menjadi Bakteriostatik, yaitu zat
yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri. Dan Bakterisid, yaitu zat yang bersifat
membunuh bakteri. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok
(Ahmad dkk, 2017) :
a. Antimikroba yang mengganggu metabolisme sel bakteri.
Pada mekanisme ini diperoleh efek bakteriostatik. Antibakteri yang termasuk dalam
golongan ini adalah sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat dan sulfon. Kerja
antibakteri ini adalah menghambat pembentukan asam folat, bakteri membutuhkan asam
folat untuk kelangsungan hidupnya dan bakteri memperoleh asam folat dengan
mensintesis sendiri dari asam para amino benzoat (PABA). Sulfonamid dan sulfon
bekerja bersaing dengan PABA dalam pembentukan asam folat, sedangkan trimetoprim
bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase.
b. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan, sintesis petidoglikan akan dihalangi oleh
adanya antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin.
Sikloserin akan menghambat reaksi paling dini dalam proses sintesis dinding sel,
sedangkan yang lainnya menghambat di akhir sintesis petidoglikan, hal ini mengakibatkan
dinding sel menjadi tidak sempurna dan tidak mempertahankan pertumbuhan sel secara
normal, sehingga tekanan osmotik dalam sel bakteri akan menyebabkan lisis, yang
merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteri yang peka.
c. Antimikroba yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri.
Sitoplasma dibatasi oleh mebran sitoplasma yang merupakan pengahalang dengan
permeabilitas yang selektif. Membran sitoplasma akan mempertahankan bahan-bahan
tertantu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Jika terjadi
kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau
matinya sel.
d. Antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba.
Kehidupan sel bakteri tergantung pada terpilihnya molekul-molekul protein dan asam
nukleat dalam keadaan alamiah. Jika kondisi atau substansi yang dapat mengakibatkan
terdenaturasinya protein dan asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki
kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan
koagulasi (denaturasi) yang bersifat irreversible terhadap komponen-komponen seluler
yang vital ini.
e. Antimikroba yang merusak asam nukleat sel mikroba.
Protein, DNA, dan RNA berperan penting dalam proses kehidupan normal sel bakteri.
Apabila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan sel total pada sel.
Rimpang bangle atau nama ilmiah Zingiber cassumunar Roxb adalah salah satu tanaman
yang sering dijadikan sebagai obat herbal oleh masyarakat. Tanaman ini mudah ditemukan dan
dibudidayakan, sehingga merupakan obat tradisional yang cukup potensial untuk dieksplorasi
manfaat yang terkandung didalamnya. Tanaman Rimpang bangle (Z.cassumunar Roxb.)
mengandung zat antibakteri, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti antibiotika
konvensional. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Tirtaningrum (2014), ekstrak
rimpang bangle mengandung senyawa golongan flavonoid, kuinon, steroid dan triterpenoid.
Senyawa golongan flavonoid diketahui mempunyai aktivitas yang bermanfaat sebagai antiseptik
dan antibakteri karena kandungannya yang cukup banyak dalam rimpang bangle (Z. cassumunar
Roxb.) (Ahmad dkk, 2017).
Bangle mempunyai efek sebagai insektisidal, antioksidan, antiinflamatori, antelmintik dan
antibakteri serta peluruh lemak. Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan rimpang bangle
mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri, alkaloid, tanin, dan glikosida. Senyawa Flavonoid
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan
lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri. Alkaloid bekerja dengan
cara mengganggu terbentuknya jembatan seberang silang komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk secara utuh dan dapat
menyebabkan kematian sel tersebut. Saponin merupakan zat aktif yang memiliki fungsi untuk
meningkatkan permeabilitas membran sehingga akan terjadi hemolisis sel. Jika saponin ini
berinteraksi dengan sel bakteri, maka sel bakteri tersebut akan pecah atau lisis sehingga bakteri
akan mati. Protein merupakan salah satu zat penyusun membran sel, saponin akan menyebabkan
denaturasi protein pada membran sel bakteri sehingga membran sel akan rusak dan lisis (Ahmad
dkk, 2017).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pustaka yang telah didapat dalam penanganan penyakit gangguan jiwa
berdasarkan usada buduh, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat berbaga tanaman obat yang
disebutkan dalam Lontar Usada Buduh. Sebanyak 5 tanaman disebutkan dalam Usada buduh
seperti tanaman Gandarusa, daun sirih, lengkuas, kunyit, bangle yang dapat mengobati pasien
dengan berbagai macam jenis gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Adelina, Rosa. 2013. Kajian Tanaman Obat Indonesia yang Berpotensi sebagai Antidepresan.
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI.
Ahmad Buldani, Retno Yulianti, Pertiwi Soedomo. Uji Efektivitas Antibakteri Rimpang Bangle
(Zingiber cassumunar Roxb) Sebagai Antibakteri Terhadap Vibrio Cholerae Dan
Staphylococcus Aureus Secara In Vitro Dengan Metode Difusi Cakram. 2017. Program
Studi Kedoteran. Departemen Patologi Anatomi Dan Mikrobiologi. Fakultas Kedokteran
UPN “Veteran”. Jakarta.
Jirnaya I Ketut. Lontar Usada Buduh: Sebuah Penanganan dan Pengobatan Tradisional Sakit
Gila Berbasis Kearifan Lokal Bali. Denpasar : Universitas Udayana, Fakultas Ilmu Budaya.
Kumbara, Anak Agung Anom Ngurah. 2010. “Sistem Pengobatan Usada Bali.” Dalam Canang
Sari Dharmasmerti Mengenang Bhakti Prof. Nala. Denpasar: Widya Dharma.
Lanjar Raharjo, Gunardi. 2009 Profil Kromatogram Dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) Terhadap Bakteri Eschericia coli In Vitro.
Media Medika Indonesiana. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Lestari, Rojie P, Regina TC. Tandelilin, Juni Handayani. 2005. Efektifitas Minyak Atsiri
Lengkuas Putih (Alpinia galangal) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus 302
Yang Resisten Multiantibiotik. Jakarta : Universitas Gajah Mada
Oltmanns, T. F., & Emery, R. E. (2012). Abnormal Psychology 7th ed. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Pigeaud, Theodore G. TH. 1967. Literature of Java. Vol. I. The Hague Martinus Nyhoff.
Siti Rakhmi Afriani, Riyanto, Kodri Madang. 2016. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper Bettle
Linn) terhadapp efek sedative mencit (Mus Masculusl). Pembelajaran Biologi SMA
Soemantri, Emuch Herman. 1986. “Identifikasi Naskah.” Bandung: Program Pascasarjana
Universitas Padjadjaran.
Sukarma, W. (2013, Mei 25). Sistem pengobatan Bali, from Bali Puseh:
http://sukarmapuseh.blogspot.com/2019/06/usada_25.html
Suryadharma, I Gusti Putu, 2005, Analisis Usada Taru Pramana Sebagai Penguatan Pengetahuan
Maysrakat Bali di Kabupaten Tabanan, Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor
LAMPIRAN
TUGAS ETNOFARMASI
“USADA NETRA”
OLEH :
KELOMPOK I
Kandungan kimia
Bawang merah memiliki kandungan metabolit sekunder yang meliputi allisin, aliin,
asam fenolat, asam fumarat, asam kafrilat, fosfor, flavonoid, kaempfenol, kuersetin, pektin,
saponin dan lain sebagainya. Bawang merah juga mengandung prostaglandin yang secara
alami bekerja sebagai anti inflamasi (Kumatasamyraja et al, 2012; Jaelani, 2007 dalam
Yunanda, V., dan Rinanda, T. 2016). Metabolit sekunder yang utama terdapat dalam bawang
merah yaitu flavonoid dan organosulfur. Senyawa organosulfur (tiosulfinat) memiliki
aktivitas sebagai antiinflamasi, antialergi, antimikroba, dan antitrombotik dengan
penghambatan enzim COX (siklooksigenase) dan LOX (lipooksigenase) (National Onion
Association).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Blumea
Spesies : Blumea balsamifera (L.) DC.
(Plantamor.com)
Kandungan kimia
Senyawa aktif dari tanaman Sembung terdiri dari minyak atsiri 0,5% (sineol, borneol,
landerol, dan kamper), flavanol, tanin, damar, saponin dan ksantoksilin (Mursito, 2002 dalam
Kusumawati, I.G.A dan Yogeswara, I.B.A. 2016). Tanaman sembung mengandung senyawa
yang bersifat volatile dan non-volatile meliputi monoterpen, seskuiterpen, diterpenes,
flavonol, flavon, flavanon, kaumarin, asam organik, ester, alkohol, dihidroflavon, dan sterol
(Pang, Y., et al. 2014).
Berdasarkan hasil pustaka yang telah didapat dalam penanganan penyakit berdasarkan
usada netra, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai tanaman obat yang disebutkan
dalam Lontar Usada Netra. Sebanayk 5 tanaman disebutkan dalam Usada Netra seperti tanaman
adas, bawang merah, sirih, sembung, dan lengkuas yang dapat mengobati pasien dengan berbagai
macam jenis penyakit nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Ashwini, M., dan Sathishkuma, R. 2014. Onion (Allium cepa) – Ethnomedicinal and
therapeutic properties. Handbook of Medicinal Plants and their Bioactive Compounds,
2014: 27-34. India : Bharathiar University
Badgujar, S.B., Patel, V.V., Bandivdekar, A.H., 2014. Foeniculum vulgare Mill: A Review of
Its Botany, Phytochemistry, Pharmacology, Contemporary Application, and Toxicology.
BioMed Research International, Volume 2014, Article ID 842674, 32 pages. India :
Departement of Biochemistry.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen kesehatan Republik
Indonesia.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2008. Himpunan Usada I. Denpasar: UPTD B POT KOM.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Isocaryophyllene#section=Top “diakses 11
Desember 2017”.
Khan, M., dan Musharaf, S. 2014. Foeniculum vulgare Mill. A Medicinal Herb. Medicinal
Plant Research 2014, Vol.4, No.6, 46-54. Pakistan.
Kooti, W., et al., 2015. Therapeutic and pharmacological potential of Foeniculum vulgare
Mill: a review. J HerbMed Pharmacol. 2015; 4(1): 1-9. Iran
Pang, Y., et al. 2014. Blumea balsamifera—A Phytochemical and Pharmacological Review.
Molecules 2014, 19, 9453-9477. China
Pradhan, D., et al. 2013. Golden Heart of the Nature: Piper betle L. Journal of Pharmacognosy
and Phytochemistry Vol. 1 No. 6 2013. India
Pulasari, J.M., dan Artana, J.M.N, 2011, Usadha Bali Agung, Surabaya: Paramita
Suarsana, N., Kumbara, N.A., Satriawan, K. 2014. Tanaman Obat Sembuhkan Penyakit Untuk
Sehat. Bukit Jimbaran: Universitas Udayana
Sutara, P.K., dan Kriswiyanti, E., 2007. Bahan Ajar Etnofarmasi I. Bali : Universitas Udayana
Upadhyay, R.K., 2016. Nutraceutical, pharmaceutical and therapeutic uses of Allium cepa: A
review. International Journal of Green Pharmacy, Jan-Mar 2016 (Suppl), 10 (1). India :
D D U Gorakhpur University.
Wartono, M.W., Ainurofiq, A., dan Ismaniar, M. 2014. Komposisi Kimia Minyak Atsiri Buah
Sirih Hijau (Piper Betle L), Kemukus (Piper Cubeba L) Dan Cabe Jawa (Piper
Retrofractum Vahl). Molekul, Vol. 9. No. 1. Mei, 2014: 1 – 12. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
LAMPIRAN