Anda di halaman 1dari 58

TUGAS ETNOFARMASI

“USADA BUDUH”

OLEH :
KELOMPOK I

I MADE ADI YOGA (172200054)


I GUSTI PUTU NGURAH MAHA WIBAWA (172200055)
NI KOMANG WIJA KUSUMA WATI (172200056)
KETUT PUTRI HANDAYANI (172200057)
NI MADE DHEERA WIJAYA (172200058)
I KETUT ASTIKA FEBRI WIRANTAWAN (172200060)
KADEK DWI MAHENDRA (172200061)
I PUTU GEDE PANCA PUTRA YUDANA (172200062)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Masyarakat Bali bersyukur memiliki warisan budaya berupa naskah lontar dengan
beraneka isi kandungan. Pigeaud mengelompokkan naskah lontar menurut isi kandungannya.
Kelompok yang dimaksud, religi dan etik; histori dan mitologi; susastera; pengetahuan, seni,
humanistis, hukum, folklore, adat, dan serba-serbi (Pigeaud, 1967). Realitas tersebut tidak cukup
dengan mensyukuri saja karena masih ribuan naskah lontar di Bali belum pernah dikaji,
dipelajari, dan dimanfaatkan di dalam kehidupan ini. Salah satu naskah lontar tersebut adalah
naskah lontar usada yang memuat ilmu pengetahuan pengobatan tradisional Bali.
Pengetahuan pengobatan tradisional yang memanfaatkan alam sekitarnya ditulis menjadi
sebuah naskah. Di nusantara terdapat beberapa jenis naskah sebagai dokumen budaya masa lalu,
seperti lontar, bambo, dluwang, dan kertas (Soemantri, 1986). Dukungan alam di Bali sebagai
daerah tropis banyak terdapat pohon tal (Borassus flabellifer). Daunt tal ini yang juga disebut ron
tal auat lontar (gejala metatesis) menyebabkan naskah Bali sebagai dokumentasi budaya dipakai
sebagai bahan penulisan. Naskah lontar yang memuat pengetahuan pengobatan tradisional di 3
Bali dikenal dengan nama usada dan praktisi medisnya disebut dengan balian (Kumbara, 2010).
Semua unsur-unsur sarana pengobatan usada memanfaatkan tumbuhtumbuhan dan hewan
yang ada di sekeliling kita. Tidak memerlukan biaya dan terbukti berkhasiat menyembuhkan
berbagai penyakit. Agar pengetahuan pengobatan tradisional Bali atau usada dapat diwariskan
kepada kita, maka pengetahuan pengobatan tersebut banyak yang ditulis di atas daun lontar yang
kita kenal dengan nama lontar usada.
Secara etimologi kata usada berasal dari kata ausadhi yang berarti tumbuh-tumbuhan yang
berkhasiat obat, atau dibuat dari tumbuh-tumbuhan (Nala, 1993). Usada adalah semua tata cara
untuk menyembuhkan penyakit, cara pengobatan atau kuratif, pencegahan atau pereventif,
memprakirakan jenis penyakit atau diagnosis, perjalanan penyakit atau prognosis, maupun
pemulihannya, termasuk pula pengobat atau balian, dan tata cara untuk membuat penyakit,
menyebabkan orang lain sakit (Nala, 2006).
Usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang sumber ajarannya berasal dari lontar-
lontar. Lontar-lontar yang menyangkut sistem pengobatan di Bali dapat dibagi menjadi dua, yaitu
lontar tutur atau tattwa yang berisi tentang ajaran gaib atau wijaksara dan lontar usada yang berisi
tentang ajaran pengobatan, jenis penyakit dan tumbuhan yang digunakan (Nala, 1993). Di dalam
lontar usada terdapat naskah yang memuat bahan obat- obatan yang berasal dari tumbuhan yaitu
Lontar Usada Taru Pramana. Taru Pramana memiliki arti: pramana yang berarti tumbuhan, dan
taru yang berarti khasiat, dengan kata lain taru pramana memiliki arti tumbuhan yang berkhasiat
(Suryadarma, 2005).
Masyarakat Bali mempercayai bahwa manusia akan terhindar dari hal-hal buruk yang bisa
berupa penyakit apabila adanya keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan
Tuhan. Prinsip keharmonisan ini disebut sebagai Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab utama
kebahagiaan dan keselarasan hidup manusia. Prinsip hubungan keharmonisan dan keseimbangan
kosmos ini yang dipercaya oleh masyarakat Bali sebagai konsep dasar dalam mencegah dan
menanggulangi penyakit (Sukarma, 2013).
Menurut Sukarma (2013) pengobatan usada di Bali yang didasarkan pada pengobatan
Ayurveda dan naskah-naskah pengobatan kuno yang ada di Bali, bahwa berfungsinya sistem
organisme yang berada di dalam tubuh manusia dikendalikan oleh tiga unsur humoral yaitu unsur
udara atau vatta, api atau pitta, dan air atau kapha. Ketiga unsur tersebut dalam pengobatan
Ayurveda disebut sebagai Tridosha. Konsepsi tentang tridosha yang kemudian dijadikan sebagai
pedoman oleh balian dalam memberikan diagnosis terkait dengan penyakit yang dibawa oleh
pasien. Masyarakat di Bali mempercayai bahwa kondisi sehat dan sakit dipengaruhi oleh
keseimbangan dari lima unsur alam, dan adanya kepercayaan terhadap konsep tri hita karanan,
yang dipercaya oleh masayarakat di Bali sebagai konsep dasar dalam menanggulangi penyakit.
Kuantitas naskah lontar usada sangat banyak, artinya secara logika masyarakat Bali sudah
paham betul dan memiliki wawasan tentang usada Bali. Kenyataannya di lapangan tidaklah
demikian, pengamatan menunjukkan beberapa penyebab atau masalah di masyarakat kenapa
pengobatan tradisional usada masih belum memasyarakat dan cenderung ke pengobatan modern
ketika tertimpa suatu penyakit. Jawabannya karena manusia yang hidup di jaman modern lebih
cenderung yang praktis walaupun biaya yang dibutuhkan cukup tingga. Di samping itu, apresiasi
terhadap budaya tradisional yang diwariskan oleh para leluhur sudah semakin menipis. Pada
kesempatan ini akan dikaji salah satu naskah lontar yang cukup penting bagi kita, yaitu lontar
Usada Buduh (penyembuhan penyakit gila).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Usada
Usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang sumber ajarannya berasal dari lontar-
lontar. Lontar-lontar yang menyangkut sistem pengobatan di Bali dapat dibagi menjadi dua, yaitu
lontar tutur atau tattwa yang berisi tentang ajaran gaib atau wijaksara dan lontar usada yang berisi
tentang ajaran pengobatan, jenis penyakit dan tumbuhan yang digunakan (Nala, 1993). Di dalam
lontar usada terdapat naskah yang memuat bahan obat- obatan yang berasal dari tumbuhan yaitu
Lontar Usada Taru Pramana. Taru Pramana memiliki arti: pramana yang berarti tumbuhan, dan
taru yang berarti khasiat, dengan kata lain taru pramana memiliki arti tumbuhan yang berkhasiat
(Suryadarma, 2005).

2.2. Sakit gila atau buduh


Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari
sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan dan dapat menyakiti diri sendiri, tidak
menunjukan empati terhadap orang lain dan bisa merugikan orang lain, orang yang terkena
gangguan jiwa biasanya tidak menyadari bahwa tingkah lakunya yang menyimpang, dan juga
memperlihatkan kemampuan pengendalian diri yang amat kurang, apabila kemampuan
pengendalian diri ini sangat kurang secara menyolok maka ia dikatakan sebagai gangguan jiwa.
Gangguan jiwa didefinisikan dalam kaitannya dengan disfungsi yang merugikan. Definisi ini
memasukan elemen yang didasarkan pada evaluasi objektif terhadap kinerja. Fungsi alamiah
proses kognitif dan perseptual adalah untuk memungkinkan orang itu untuk mempersepsikan
dunia dengan cara yang sama dengan orang lain dan untuk terlibat dalam pemikiran dan
penyelesaian masalah yang rasional. Disfungsi dalam gangguan diasumsikan merupakan hasil 9
disrupsi pikiran, perasaan, komunikasi, persepsi, dan motivasi (Oltmanns dan Emery, 2012).

2.3. Usada Buduh


Usada Buduh adalah usada yang dipakai untuk pengobatan penderita penyakit jiwa. Dalam
naskah ini dijelaskan bahwa penyakit jiwa ini bermacam-macam dan cara pengobatannya juga
berbeda-beda. Cara penggunaan bahan obat yang telah dibuat umumnya digunakan dengan cara
tutuh atau tetes pada mata, telinga dan hidung serta tidak jarang diminumkan. Menurut Peace,
1985 menyatakan bahwa pada hidung, mata dan telinga terdapat ujung-ujung saraf yang dapat
mengantarkan impuls ke otak dan sumsum tulang belakang bila diberikan rangsangan. Sehingga,
kemungkinan ketika obat yang mengandung bahan aktif melewati hidung, mata dan telinga
diharapkan dapat memberikan rangsangan pada saraf dan dapat memberikan efek yang baik bagi
tubuh.
2.3.1 Berbagai macam penyakit gila dan jenis tanaman yang memiliki khasiat obat serta mantra-
mantra penyembuhan dalam usadha Buduh ( Manuaba, 2012).
1. Obat segala macam penyakit jiwa
Sarananya : air putih yang baru, bunga kamboja, 11 biji beras galih (beras yang tidak
patah), peras dan masukkan ke dalam sibuh (bagian dari tempurung kelapa kecil), setelah
dipuja, dipercikkan, diraupkan, dan diminum 3 kali, sisanya diusapkan pada orang sakit.
Pada saat membacakan mantranya mata tertuju ke air itu, pujalah Sang Hyang Tiga,
satukan rwa bhineda (dualistis) itu, di ujung grananta (hidung), dengan sungguh-sungguh,
jika terlihat terang seperti awun-awun namanya, luruskan dengan pasti, pertaruhkan
dengan tenaga.
Mantranya: ih Babu kamulan ingsun anyaluk tertamban lara edan, babune si anu maoe
usuasa, karusakena panone si anu salah oton, pengelipur ring ati, muwaras, 3, sidi mandi
sapanku maring si anu, muwaras.
2. Obat penyakit orang gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi dan menyebut-nyebut nama
Dewa
Saranya : kunir (curcuma domistica VAL) yang warnanya kemerah-merahan,
ketumbar, garam bercampur arang, dipakai jamu, masukkan setetes ke hidung dan mata.
Setelah itu kembali diminumkan air kelapa muda dari jenis kelapa mulung (kulitnya hijau,
sabut di bawahnya merah).
3. Obat orang gila dengan ciri menangis siang malam sambil menyebut-nyebut nama
seseorang
Sarananya : putik kelapa nyuh mulung dan akarnya yang masih muda, pantat bawang
2 biji, adas (Foeniculum Vulgare MILL) dua biji, dan ketan hitam, ramuan itu diminum.
4. Obat orang gila dengan ciri suka pergi kesana-kemari. Sakit itu namanya edan
kabinteha
Sarananya : ketumbar 25 biji, asam tanek (asam dikukus), gula enau, santan kane
(kental) diminum. Sebagai bedaknya sarana : kelor munggi (Moringga oleifera LAMK)
setangkai, setangkai kesawi, pala, tri ketuka (bawang merah, bawang putih, dan jerangan),
air cuka.
Mantranya : ong asta astu ya nama swaha, ala-ala ilili swaha, sarwa bhuta wistaya,
sarwa guna wini swaha, ah astu ya astu, 3 x.
5. Obat orang gila dengan ciri suka tertawa dan melucu
Sarananya : paria lempuyang (sb Zingiber), ketumbar, tri ketuka, air cuka, diminum.
Untuk borehnya, sarananya : kelor munggi, intaran bersama kulitnya, liligundi (vitele
trivolia) 9 pucuk daun, ramuan-ramuan umbi gadung (dioseoria hirsuta), air cuka teri
ketuka.
Mantranya : ong edan-edan ya nama swaha waras.
6. Obat orang gila yang suka bermain kotoran (tinja)
sarananya : setangkai sulasih, ginten hitam dan buyung-buyung (sejenis perdu
bunganya seperti lalat) bersama daunnya. Setelah diulek remasi sidem (semut hitam) dan
semut tungging, teteskan dimata sampai telinganya.
7. Obat sakit gila dengan ciri suka berkata aneh dan suka turun
sarananya: kelor munggi, kesawi, bawang adas, tri ketuka, ramuan diminum, dan
teteskan pada hidung sampai mata.
Mantranya : ong hyang astu ala-ala ili-ili sarwa brang grang wini swaha, waras.
8. Obat sakit gila yang sering disertai epilepsy
Sarananya : paci-paci (sejenis perdu berbatang kering berdaun lancip dan kasar)
beserta bunganya, mengetik jangan menginjak bayangan kita, isi kemiri, pala, jarangan
(acous calamus LINN), mungsi (carum copticum BENTH), dicampur lalu diminum,
ampasnya pakai boreh.
Mantranya : ong sang depadaa angumbang ring saksi, laurakena banyu wus wasane
si anu, mundurana kita den angelis, mundur kita wetan, kidul kulon lor ring tengah, metu
ngambah ke baga purus.
9. Obat orang sakit gila dengan ciri ngomong tidak karuan dan sering mengambil
barang yang tidak berguna (pati jemuran). Nama penyakit itu edan kabinteha
Sarananya : merica putih diulek dengan air jeruk. Ramuan : uleni dengan semut
hitam (sidem), beningannya teteskan pada mata, telinga, hidung. Setelah dipuja lagi
teteskan pada hidungnya.
10. Obat sakit gila dengan ciri suka tidur dan tidak enak makan serta minum
Sarananya : 7 helai daun sirih yang urat daun kiri dan kanan bertemu ditengah-
tengah, dirajah selurunya, 7 butir merica, garam diminumkannya. Ampasnya dipakai untuk
menyemburi seluruh tubuhnya.
11. Obat sakit gila dengan ciri suka meratap menangis tidak karuan siang dan malam
Sarananya : kelapa mulung, kemiri jetung (biji buahnya satu), kemiri biasa, sama-
sama satu biji, bawang, mungsi ketumbar, teteskan di hidung, mata dan telinga. Ampasnya
dipakai membedakki seluruh badannya.
12. Obat orang sakit gila dengan ciri galak terhadap semua orang
Sarananya : daun sirih tua temu rose dirajah, ketumbar dan musi sama-sama 3 biji,
lengkuas 3 iris, teteskan pada hidung dan telinga, ampasnya dipakai membedaki seluruh
badannya
13. Obat sakit gila dengan ciri suka menari dan bernyanyi
Sarananya : sembung bangke (jenis tanaman perdu yang tumbuhnya merambat,
daunnya panjang dan meruncing), sembung gantung, liligundi (vitek tripolia), intaran
bersama akarnya, tri ketuka, air cuka. Beningnya dipakai untuk diteteskan pada telinga dan
hidung, dan ampasnya dipakai sebagai bedak dan boreh.
Mantranya : ong arah-arah greha ah teka sidhi swaha
14. Obat sakit gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi siang malam
Sarananya: kejanti, kencur, lempuyang, bangle (sejenis temu rasanya pedas, pahit,
bau kurang enak), jahe, merica, teri ketuka, bawang, sintrong (rempah yang dipakai
parem), air cuka, sidem (semut hitam pohon). Teteskan pada telinga dan hidung.
Ampasnya dipakai sebagai bedak
15. Obat orang sakit gila dengan ciri suka mengulum sesuatu
Sarananya : minyak wangi, sulasih wangi, mungsi, dicampur. Teteskan pada hidung
dan telinga. Ampasnya dipakai sebagai bedak.
Mantranya : ong arah-arah, wayamanisa, wagrana, wisuaha.
16. Obat orang gila dengan ciri perutnya bengkak
Sarananya : liligundi, kantawali (tumbuhan menjalar dengan rasa yang sangat pahit),
mungsi, pala, air cuka didadah (digoreng dengan air), diminum.
Mantranya : ong arah-arah, ya atutur-tutur namah swaha.
17. Obat orang sakit gila dan juga badannya panas
Sarananya 1: selegui laki perempuan tampak liman disebut juga tutup bumi
(elpephantopus LINN), gelagah, ilalang, kesembukan (urang-aring) bersama akarnya yang
muda dipakai, kulit akar Kendal (sejenis pohon weru, ujung daun runcing dan buahnya
kecil-kecil bergetah), pulasari (Alixia stellate R& N), ginten hitam, bawang adas, sepet-
sepet (tumbuhan berbatang keras, daunnya kecil-kecil lancip memanjang, salah satu jenis
rempah-rempah), lapisan lendir pohon Kendal, daun dapdap tis (Erythrina varegita),
Kendal, beligo arum (lagenari leucantha rusby), segumpal tombong (kentos kelapa), beras
merah digilas dan dibuat tum (dibungkus menggunakan daun dan dikukus) sampai matang.
Setelah matang, tuangi air tebu hitam yang dibakar. Beningannya diteteskan di telinga,
mata, hidung dan diminum. Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya, dan
semburkan pada sisi dahinya sampai sisi seluruh rambutnya.
Saran 2 : daun kenanga yang kuning-kuning, sari lungid, kemenyan madu, kerokan
cendana. Ramuan : sintok (salah satu rempah), lempuyang, perasannya dipakai menetesi,
ada lagi sebagai uap (boreh pada bagian tertentu seperti dada, perut bagian bawah) segala
yang tis (sejuk).
18. Obat orang yang lama mengidap sakit gila, kadang kumat dan kadang ia sehat.
Sarananya : sebagai dasar 2 iris lengkuas, daun uku-uku/lempes/ruku-ruku (Ocimum
Sanctum LINN) hitam, mungsi, ampasnya rendam dengan cuka, sekarang rebus, besoknya
baru diminumkan, dan teteskan pada telinga, pada mata, pada hidung. Ampasnya pakai
bedak
19. Obat orang sakit gila dengan ciri ia sering menari
Sarananya: dause keeling (tanaman pagar berbatang keras, buahnya kemerah-
merahan) bersama akarnya, gula enau, teteskan dan diminum.
Mantranya : ong paraatma atma pariatma, sarwa graha wina sidhem swaha, waras,
3 kali.
20. Obat orang sakit gila dengan ciri sembrono tak menentu.
Sarananya : segala jamur yang tumbuh di atas batu, akar hawa keroya/beringin (Eicus
benyamina LINN), teri ketuka, bangle 7 iris, mungsi, air cuka. Air perasannya itu
kemudian direbus, setelah itu beningannya teteskan pada telinga, pada hidung, dan mata.
Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya.
Mantranya : ong lara muksah tutur remut, 3x, anduh kita manongosin, jadma
manusa maluaran kita, tan pamangan. Malih kita maring panangkan kita rauh sang bayu
teka lara lunga waras.
21. Obat orang sakit gila dengan ciri menunjukkan rasa takut.
Sarananya : akar kekara (dilicos Labb LINN) sejenis kacang-kacangan buahnya agak
pipih merah, kekara putih, tetapi yang sudah berumur tahunan, memetik jangan melewati
bayangan kita, bawang adas, perasan jeruk. Beningannya teteskan pada telinga, hidung,
dan diminumkan. Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya.
22. Obat segala sakit gila (1)
Sarananya : air perasan lempuyang, kotoran kerbau hitam, memakai alas, tempat itu
dirajah berupa gambar kerbau
Mantranya : ong ra nini paduka bhatari durga, ingsun anyaluk lalamban lara
edanne sue nu, apan aku mawarah, sidi sapujanku mandoi waras.
23. Obat segala penyakit gila (2)
Sarananya : ginten hitam, sepohon garam arang, minumkan dan teteskan pada mata
dan hidung. Ampasnya digunakan sebagai bedak pada muka.
Mantranya : ong kaki cemeng, angundurang lara edane si anu, angimut-ngimut ring
jeroning atine si anu, aku angeruek maring jero wetwnge si anu, sing teka pupug punah,
sing lunga, sing teka, pada mapupug punah, 3x, kedep sidi mantranku, telas.
Jika sakitnya tidak sembuh, sarananya : air perasan lengkuas, adas, garam arang,
diminumkan. Ampasnya disemburkan ke seluruh badan.
24. Obat segala penyakit gila (3)
Sarananya : lempuyang dan air jeruk, teri ketuka, garam arang, diminum.
Mantranya : ong sang baga purus wisesa, sira ngelaranin baga purusa si anu, sira
apurusit, maring si anu, aku weruh ring kamulanmu nguni, matanta tangen sanghyang
Raditia, matanta kiwa sanghyang ratih, kadi pedangane sanghyang Raditia, sanghyang
ratih samangkana papadangane, matane si anu, biar, 3x, biar cali ring hening.
25. Obat segala penyakit gila (4)
Sarananya : manuri, undur-undur, semua daunnya kuning-kuning, lempuyang, asam
yang telah direbus, sinrong, inggu, air jeruk 1 biji, dan garam. Rebus dan minumkan serta
tetesikan pada hidung dan telinga.
Mantranya : pukululun aranira batara guru maha sakti, aku angunduraken batara
gana, banta wengi, banta weghah, bante papet, aje sira anta angel ring jero ragane si
anu, mundur lunga ko mangke pugpug geseng mpug saguna pangaruhmu kabeh, sing teka
guna pupug punah, 3x, sidi mandi mantraku.
26. Obat segala penyakit gila (5)
Sarananya : daging buah rerek (buah yang dagingnya berbusa bisa dipakai mencuci
perak dan batunya hitam), bawang tunggal, air cuka, teteskan pada hidung dan mata.
Ampasnya dipakai untuk membedaki muka.
Mantranya : ung arah-arah ngelimus ring atimu waras.
27. Obat segala penyakit gila (7)
Sarananya : daun katimahan (kleinhopia vosvita LINN) sampai ke akarnya,
kecemcem (sejenis daun kedondong/spondias dulcis FORST) putih, padang kesisat
(rumput yang dipakai sayur), 7 butir merica, sejemput semut hitam, air cuka. Minum dan
teteskan pada telinga, mata, dan hidung. Ampasnya dipakai sebagai bedak diseluruh badan.
Mantranya : ong hyang pala pilu, 3x, ih teka banta amulaanta, sang kama putih
saking bapamu, sang kamaa bang saking ibunta, tutur si kita, aja lali ring si anu, mangke
mamuliang maring raga waluyanta manih, akueh kang amidenane, wastu kita tan mandi,
tan waras sakueh ki si ta midenin, sabda idepkune sidi mandi, waras, 3x, ya namah suaha.
28. Obat segala penyakit gila (8)
Sarananya : 11 lembar daun gintan hitam dirajah rambut sudamal, campurannya : 11
biji mungsi, inggu (zat untuk obat), inti bawang adas, air cuka. Air perasannya diminum
dan teteskan pada hidung serta mata. Ampasnya dipakai membedaki seluruh badan.
Mantranya : ong sang rambut sudamala, dokonkan aya langgana, la sira anambanin
wong katepuk tegeh, kaparag maring buta kabeh, wastu si anu purna punah, lengleng
bungeng edane si anu salah ton, lah waras, 3x, iko maranane, lah waras, 3x, kedep mandi
mantranku.
29. Sakit gila yang suka memaki-maki dukun/bebainan
Sarananya : daun pungut (tanaman liar di daerah tropis, sekarang dicari untuk bonsai)
yang tumbuhnya mengapit jalan, sama-sama 3 helai, daun lada dakep (yang menjalar di
tanah) 3 helai, 3 biji merica gundul, disemburkan pada yang sakit, setelah itu dipijit.
Setelah kelihatan penyakitnya ambil Tarik dengan cepat.
Mantranya : ih madra macah, sira anikep larane I yono den cokot keret kekrug, 3x.
BAB III
PEMBAHASAN

Tanaman yang dipilih dalam pengobatan Usada Buduh


3.1. Obat orang sakit gila dengan ciri ia sering menari

Sarananya: dausa keling (tanaman pagar berbatang keras, buahnya kemerah-merahan) bersama
akarnya, gula enau, teteskan dan diminum.
Mantranya : ong paraatma atma pariatma, sarwa graha wina sidhem swaha, waras, 3 kali.
Tanaman yang digunakan : Dausa keeling/gandarusa (Justica Gendarussa Burm, F.)

Nama Indonesia : Gandarusa


Nama usada : Dausa keling
Bagian tanaman yang digunakan : semua bagian tanaman sampai ke akar
Klasifikasi:
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Scrophulariales
Suku : Acanthaceae
Marga : Justicia
Jenis : Justicia gendarussa Burm. F.
Kandungan :
Tanaman ini mengandung justicin, alkaloid yang agak beracun, flavonoid-3- glikosida,
flavon, luteolin, iso orientin (luteolin -6-C- glikosida), kumarin, iridoid, triterpene atau sterol,
minyak atsiri, tannin, kalsium oksalat dan garam-garam kalsium.
Kegunaan :
Tanaman pada bagian daun biasanya digunakan untuk mengatasi rmatik sendi, nyeri
pinggang (encok), memar, kesleo, gangguan haid, demam, peluruh dahak,peluruh keringat,
pencahar, nyeri lambung, dan asma. Sedangkan akarnya digunakan untuk mengurangi rasa sakit ,
peluruh air kencing, pencahar, mengatasi penyakit kuning, radang sendi, demam dan diare.
Data Efektifitas Obat:
Berdasarkan pada penelitian tentang evaluasi aktivitas anti anxiety pada Justicia
gendarussa Burm. Menyatakan bahwa adanya kandungan senyawa fitokimia dalam tanaman ini
seperti saponin, flavonoid, alkaloid dan steroid memiliki peran sebagai anti anxiety dengan cara
berikatan dengan kompleks GABAA-BZD. Dimana ditemukan bahwa senyawa flabon mengikat
dengan BZD dengan afinitas tinggi dari reseptor GABAA15 yang berperan dalamaktivitas anti
anxiety (Subramanian, N. et al, 2013).
Cara penggunaan:
Dausa keling bersama akarnya dan gula enau, dibuat ramuan kemudian teteskan pada
telinga dan diminum. Sebelumnya dibacakan mantra ong paraatma atma pariatma, sarwa graha
wina sidhem swaha, waras, 3 kali.
3.2. Obat orang sakit gila dengan ciri galak terhadap semua orang
Sarananya : daun sirih tua temu rose dirajah, ketumbar dan musi sama-sama 3 biji,
lengkuas 3 iris, teteskan pada hidung dan telinga, ampasnya dipakai membedaki seluruh
badannya.
Tanaman yang digunakan : Daun Sirih (Piper Bettlelin)
Nama Indonesia : daun sirih
Nama usada : daun sirih
Bagian tananaman yang digunakan : daun

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Species : P. Betle
Kandungan kimia :
Daun sirih mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin, dan tannin.
Data Efektivitas Tanaman
Berdasarkan penelitian tentang pengujian efek sedasi dilakukan dengan metode traction
test dan fireplace test dengan hewan coba menggunakan mencit. Parameter penelitian ini adalah
penurunan daya otot dan penurunan aktivitas dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Hasil
penelitian ekstrak daun sirih (Piper bettle Linn.) dengan dosis P0 kontrol dengan aquadest, Pl
ekstrak daun sirih 0,5 mg/10 gBB, P2 ekstrak daun sirih 1 mg/10 gBB, dan P3 ekstrak daun sirih
2 mg/10 gBB pada mencit (Mus musculus L.)

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih berpengaruh terhadap
peningkatan efek sedasi. Peningkatan efek sedasi yang terjadi pada kelompok perlakuan P1, P2,
dan P3 menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih (Piper bettle Linlt.) memiliki potensi sebagai efek
sedasi ditandai dengan adanya penurunan daya otot dan penurunan aktivitas dan kepekaan
terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan ekstrak daun sirih mengandung senyawa
metabolit sekunder, yaitu alkaloid dan flavonoid yang diduga dapat menimbulkan efek sedasi
(Siti, dkk. 2016). Alkaloid merupakan ligan yang secara selektif dapat berikatan dengan GABA
binding site. Sedangkan flavonoid, saponin, dan tanin berikatan dengan sisi reseptor GABA
dalam kompleks benzodiazepine. GABA merupakan neurotransmitter yang bekerja pada sinapsis
inhibitoris di otak. Pengikatan alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin pada reseptor GABA di
membran pascasinaptik membuat sel tersebut mengubah potensial membrannya sebagai respon
terhadap stimulus yang diterirna oleh sel tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan daun sirih dalam Usada Buduh untuk pengobatan gangguan jiwa telah terbukti
secara ilmiah dengan memanfaatkan efek sedatif dari daun siri tersebut untuk penderita gangguan
jiwa (Siti, dkk. 2016).
3.3. Tanaman yang digunakan : Lengkuas (Alpinia galangal L.)

Gambar . Lengkuas (Alpinia galangal L.)


Nama Indonesia : lengkuas
Nama usada : lengkuas
Bagian tanaman yang digunakan : umbi
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divis : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galangal L
Kandungan Kimia
Umbi Lengkuas mengandung minyak atsiri diterpen, monoterpen, galangin,
alpinin, tannin, fenol, karbohidrat, galangoisoflavonoid, dan alcohol.
Data Efektifitas Tanaman
Pada tanaman lengkuas (Alpinia galangal L) belum ditemukan kajian atau data
secara ilmiah yang dapat digunakan sebagai obat untuk pasien dengan gangguan mental.
Namun, lengkuas memiliki kandungan minyak atsiri yang kemungkina dapat digunakan
untuk anti jamur dan antibakteri. Berdasarkan penelitian minyak atsiri lengkuas dapat
digunakan sebagai bakteri karena memperlihatkan adanya zona hambat pada pengujian
efektifitas minyak atsiri lengkuas putih terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus 302
yang resisten multiantibiotik (Lestari, 2005).
3.4. Obat penyakit orang gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi dan menyebut-nyebut nama
Dewa
Saranya : kunir (curcuma domistica VAL) yang warnanya kemerah-merahan, ketumbar,
garam bercampur arang, dipakai jamu, masukkan setetes ke hidung dan mata. Setelah itu kembali
diminumkan air kelapa muda dari jenis kelapa mulung (kulitnya hijau, sabut di bawahnya merah).
Tanaman yang digunakan : Kunir (Curcuma domestica Val)

Nama Indonesia : kunyit


Nama usada : kunir
Bagian tanaman yang digunakan :
Klasifikasi:
Kerajaan : plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcumadomestica Val

Kandungan kimia:
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak
atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpendan sesquiterpen
(zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning yang disebut kurkuminoid
sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,monodesmetoksi kurkumin dan bidesmetoksi
kurkumin), protein, fosfor, kalium, besi dan vitamin C.

Data Efektivitas Tanaman


Curcuma atau kunyit memiliki kandungan kurkumin yang merupakan Monoamine
Oxidase Inhibitor (MAOI), baik MAO-A atau MAO –B. kurkumin mengatur
nonepineprin, dopamine dan serotonin. Kurkumin berfungsi sebagai antiinflamasi yang
berperan penting dalam patofisiologi depresi. Kurkumin dengan dosis 10-80 mg/kgBB
menghambat imobilitas dan meningkatkan level serotonin (5HT) dan dopamine dengan
efek tergantung pada dosis yang diberikan. kurkumin menghambat pelepasan glutamate
yang diduga berperan dalam mekanisme antidepresan. Selain itu kemungkinan
mekanisme antidepresan terjadi ketika kurkumin berinteraksi dengan reseptor 5-HT 1A, 5-
HT1B dan 5-HT2c (Adelina, 2013).
3.5. Tanaman yang digunakan : Bangle (Zingiber cassumunar Roxb)

Bangle (Zingiber cassumunar Roxb) merupakan tanaman


yang berasal dari Asia tropika. Tanaman ini banyak ditemukan di India, Asia Tenggara, dan
Indocina. Di Indonesia, tanaman ini tersebar banyak di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Maluku dan Nusa Tenggara (Lanjar Raharjo, 2009). Tanaman bangle bersifat adaptif, dapat hidup
di dataran rendah hingga daerah dengan ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut. Bangle dapat
dibudidayakan di pekarangan yang cukup terkena sinar matahari. Bangle untuk pertumbuhannya
memerlukan tanah yang subur, gembur, cukup sinar matahari, dan memerlukan jarak tanam yang
cukup luas yaitu 50x50 cm.
Batang bangle tumbuh tegak dan memiliki rumpun yang rapat. Tinggi tanaman bangle
dapat mencapai 1,2-1,8 m. Batang semu bangle tersusun atas kumpulan dari pelepah daun.
Meskipun daun bangle berpelepah, daun bangle tidak memiliki tangkai, atau disebut daun duduk.
Letak daun bangle tersusun secara menyirip berseling. Bentuk daun bangle lanset ramping,
meruncing ke ujung, dan mengecil ke pangkal. Panjang daun bangle mencapai 23-53 cm dan
lebar daun 2-3,2 cm. Permukaan daun bangle lemas, tipis, dan licin tidak berbulu, tetapi
punggung daun bangle berbulu halus.
Bunga bangle muncul dari permukaan tanah, berasal dari rimpang samping, dan bukan
dari tengah-tengah rumpun. Bunga bangle berbentuk gelendong, dan tangkai bunga merupakan
tangkai semu yang tersusun dari tumpukan daun penumpu bunga. Daun penumpu bunga tersusun
seperti sisik ikan, bentuknya kaku, tebal, dan berwarna merah atau hijau kecoklatan. Benang sari
bunga bangle berwarna putih kekuningan dan ujungnya berbentuk keriting. Buah bangle
berbentuk bulat, kecil, dan hanya berukuran sekitar 17 mm. Kulit buah bangle tipis, berbiji
banyak, berwarna ungu, dan ukuran bijinya kecil.
Bentuk rimpang bangle agak bulat pendek dan tidak banyak bercabang dengan kulit luar
berwarna coklat muda dan daging rimpang berwana oranye tua atau kecoklatan. Panen bangle
dapat berlangsung setelah tanaman berumur 1 tahun lebih. Rimpang sebagai bahan obat dipanen
setelah tua, yaitu umur 9-12 bulan setelah tanam (Ahmad dkk., 2016). Penelitian Rosita dkk.
(2005) menunjukkan masih adanya pertambahan ukuran rimpang bangle hingga tanaman
mencapai umur 10 bulan. Selain umur panen, tanaman dari suku Zingiberaceae yang siap panen
dapat dicirikan oleh perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning dan batang layu atau mati,
sehingga panen dapat berlangsung setelah tanaman berumur kurang atau lebih dari 1 tahun.
Kedudukan taksonomi bangle sebagai berikut:
Kerajaan : Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
Jenis : Zingiber cassumunar Roxb.

Kandungan kimia :

Rimpang bangle mengandung minyak atsiri dan bahan lain seperti amilum, resin, dan
tanin. Bangle biasa digunakan untuk jamu atau obat tradisional. Khasiat dari rimpang bangle
antara lain obat luka yang lama sembuh, obat kejang pada anak-anak, luka memar atau sakit
akibat benturan, perawatan wanita yang baru melahirkan (perawatan kulit perut dan pembersih
darah), menurunkan berat badan, meningkatkan penglihatan yang kurang, dan obat hepatitis.
Khasiat lain dari rimpang bangle antara lain digunakan sebagai antidotum, mengobati demam,
obat cacingan, obat diare, penawar racun, dan peluruh gas di perut. Daun bangle bermanfaat
menambah nafsu makan dan mengatasi perut terasa penuh (Haryanto, 2009; Lanjar Raharjo,
2009).
Data Efektivitas Tanama :
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia. Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia digolongkan sebagai
bakteri patogen dan sebaliknya yang tidak menyebabkan penyakit disebut bakteri non-patogen.
Berdasarkan toksisitasnya, suatu antimikroba dapat digolongkan menjadi Bakteriostatik, yaitu zat
yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri. Dan Bakterisid, yaitu zat yang bersifat
membunuh bakteri. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok
(Ahmad dkk, 2017) :
a. Antimikroba yang mengganggu metabolisme sel bakteri.
Pada mekanisme ini diperoleh efek bakteriostatik. Antibakteri yang termasuk dalam
golongan ini adalah sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat dan sulfon. Kerja
antibakteri ini adalah menghambat pembentukan asam folat, bakteri membutuhkan asam
folat untuk kelangsungan hidupnya dan bakteri memperoleh asam folat dengan
mensintesis sendiri dari asam para amino benzoat (PABA). Sulfonamid dan sulfon
bekerja bersaing dengan PABA dalam pembentukan asam folat, sedangkan trimetoprim
bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase.
b. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan, sintesis petidoglikan akan dihalangi oleh
adanya antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin.
Sikloserin akan menghambat reaksi paling dini dalam proses sintesis dinding sel,
sedangkan yang lainnya menghambat di akhir sintesis petidoglikan, hal ini mengakibatkan
dinding sel menjadi tidak sempurna dan tidak mempertahankan pertumbuhan sel secara
normal, sehingga tekanan osmotik dalam sel bakteri akan menyebabkan lisis, yang
merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteri yang peka.
c. Antimikroba yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri.
Sitoplasma dibatasi oleh mebran sitoplasma yang merupakan pengahalang dengan
permeabilitas yang selektif. Membran sitoplasma akan mempertahankan bahan-bahan
tertantu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Jika terjadi
kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau
matinya sel.
d. Antimikroba yang menghambat sintesis protein mikroba.
Kehidupan sel bakteri tergantung pada terpilihnya molekul-molekul protein dan asam
nukleat dalam keadaan alamiah. Jika kondisi atau substansi yang dapat mengakibatkan
terdenaturasinya protein dan asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki
kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan
koagulasi (denaturasi) yang bersifat irreversible terhadap komponen-komponen seluler
yang vital ini.
e. Antimikroba yang merusak asam nukleat sel mikroba.
Protein, DNA, dan RNA berperan penting dalam proses kehidupan normal sel bakteri.
Apabila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan sel total pada sel.
Rimpang bangle atau nama ilmiah Zingiber cassumunar Roxb adalah salah satu tanaman
yang sering dijadikan sebagai obat herbal oleh masyarakat. Tanaman ini mudah ditemukan dan
dibudidayakan, sehingga merupakan obat tradisional yang cukup potensial untuk dieksplorasi
manfaat yang terkandung didalamnya. Tanaman Rimpang bangle (Z.cassumunar Roxb.)
mengandung zat antibakteri, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti antibiotika
konvensional. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Tirtaningrum (2014), ekstrak
rimpang bangle mengandung senyawa golongan flavonoid, kuinon, steroid dan triterpenoid.
Senyawa golongan flavonoid diketahui mempunyai aktivitas yang bermanfaat sebagai antiseptik
dan antibakteri karena kandungannya yang cukup banyak dalam rimpang bangle (Z. cassumunar
Roxb.) (Ahmad dkk, 2017).
Bangle mempunyai efek sebagai insektisidal, antioksidan, antiinflamatori, antelmintik dan
antibakteri serta peluruh lemak. Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan rimpang bangle
mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri, alkaloid, tanin, dan glikosida. Senyawa Flavonoid
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan
lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri. Alkaloid bekerja dengan
cara mengganggu terbentuknya jembatan seberang silang komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk secara utuh dan dapat
menyebabkan kematian sel tersebut. Saponin merupakan zat aktif yang memiliki fungsi untuk
meningkatkan permeabilitas membran sehingga akan terjadi hemolisis sel. Jika saponin ini
berinteraksi dengan sel bakteri, maka sel bakteri tersebut akan pecah atau lisis sehingga bakteri
akan mati. Protein merupakan salah satu zat penyusun membran sel, saponin akan menyebabkan
denaturasi protein pada membran sel bakteri sehingga membran sel akan rusak dan lisis (Ahmad
dkk, 2017).
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pustaka yang telah didapat dalam penanganan penyakit gangguan jiwa
berdasarkan usada buduh, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat berbaga tanaman obat yang
disebutkan dalam Lontar Usada Buduh. Sebanyak 5 tanaman disebutkan dalam Usada buduh
seperti tanaman Gandarusa, daun sirih, lengkuas, kunyit, bangle yang dapat mengobati pasien
dengan berbagai macam jenis gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Adelina, Rosa. 2013. Kajian Tanaman Obat Indonesia yang Berpotensi sebagai Antidepresan.
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI.

Ahmad Buldani, Retno Yulianti, Pertiwi Soedomo. Uji Efektivitas Antibakteri Rimpang Bangle
(Zingiber cassumunar Roxb) Sebagai Antibakteri Terhadap Vibrio Cholerae Dan
Staphylococcus Aureus Secara In Vitro Dengan Metode Difusi Cakram. 2017. Program
Studi Kedoteran. Departemen Patologi Anatomi Dan Mikrobiologi. Fakultas Kedokteran
UPN “Veteran”. Jakarta.

Jirnaya I Ketut. Lontar Usada Buduh: Sebuah Penanganan dan Pengobatan Tradisional Sakit
Gila Berbasis Kearifan Lokal Bali. Denpasar : Universitas Udayana, Fakultas Ilmu Budaya.

Kumbara, Anak Agung Anom Ngurah. 2010. “Sistem Pengobatan Usada Bali.” Dalam Canang
Sari Dharmasmerti Mengenang Bhakti Prof. Nala. Denpasar: Widya Dharma.

Lanjar Raharjo, Gunardi. 2009 Profil Kromatogram Dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) Terhadap Bakteri Eschericia coli In Vitro.
Media Medika Indonesiana. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Lestari, Rojie P, Regina TC. Tandelilin, Juni Handayani. 2005. Efektifitas Minyak Atsiri
Lengkuas Putih (Alpinia galangal) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus 302
Yang Resisten Multiantibiotik. Jakarta : Universitas Gajah Mada

Nala, Ngurah. 1993. Usada Bali Cetakan 1. Denpasar: PT Upada Sastra.

Nala, Ngurah. 2006. Aksara Bali dalam Usada. Surabaya: Paramita

Oltmanns, T. F., & Emery, R. E. (2012). Abnormal Psychology 7th ed. New Jersey: Pearson
Education, Inc.

Pigeaud, Theodore G. TH. 1967. Literature of Java. Vol. I. The Hague Martinus Nyhoff.

Siti Rakhmi Afriani, Riyanto, Kodri Madang. 2016. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper Bettle
Linn) terhadapp efek sedative mencit (Mus Masculusl). Pembelajaran Biologi SMA
Soemantri, Emuch Herman. 1986. “Identifikasi Naskah.” Bandung: Program Pascasarjana
Universitas Padjadjaran.

Subrainan, N., C. Jothimaniavannan, R. Senthi Kumar and S. Kameshwaran. 2013. Evaluation of


Anti-anxiety Activity of Justicia gendarussa Burm. Pharmacologia.4: 404-407. Diakses 24
desember 2017 (http://pharmacologia.com/fulltext/?doi=pharmacologia.2013.404.407 )

Sukarma, W. (2013, Mei 25). Sistem pengobatan Bali, from Bali Puseh:
http://sukarmapuseh.blogspot.com/2019/06/usada_25.html

Suryadharma, I Gusti Putu, 2005, Analisis Usada Taru Pramana Sebagai Penguatan Pengetahuan
Maysrakat Bali di Kabupaten Tabanan, Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor
LAMPIRAN
TUGAS ETNOFARMASI
“USADA NETRA”

OLEH :
KELOMPOK I

I MADE ADI YOGA (172200054)


I GUSTI PUTU NGURAH MAHA WIBAWA (172200055)
NI KOMANG WIJA KUSUMA WATI (172200056)
KETUT PUTRI HANDAYANI (172200057)
NI MADE DHEERA WIJAYA (172200058)
I KETUT ASTIKA FEBRI WIRANTAWAN (172200060)
KADEK DWI MAHENDRA (172200061)
I PUTU GEDE PANCA PUTRA YUDANA (172200062)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI KLINIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek
moyang kita sejak dulu. Di Indonesia khususnya di Bali, masih memiliki budaya pengobatan
yang dianggap cukup manjur dan masih dipercayai oleh masyarakatnya untuk menanggulangi
penyakit yang ada. 
Saat ini masyarakat Indonesia secara umum semakin banyak menuju paradigma
“Back  to Nature” dengan memilih menggunakan bahan alami untuk mengatasi masalah
kesehatan. Secara umum pengobatan tradisional adalah cara pengobatan atau perawatan yang
diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim
dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara
turun temurun, atau berguru dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU
No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Sedangkan pengobatan tradisional Bali (usada) yang
dikenalkan oleh para leluhur merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-
nilai agama Hindu.
Usada  adalah ilmu pengobatan tradisional Bali, yang sumber ajarannya terdapat pada
lontar. Lontar masalah pengobatan di Bali dapat dibagi menjadi dua golongan yakni
golongan lontar usadha  dan lontar tutur. Di dalam lontar tutur (tatwa) berisi tentang ajaran
aksara gaib atau wijaksara.  Ajaran anatomi, phisiologi, falsafah sehat-sakit, padewasaan
mengobati orang sakit, sesana balian, tatenger sakit. Sedangkan di dalam Lontar Usada berisi
tentang cara memeriksa pasien, memperkirakan penyakit (diagnosa), meramu obat (farmasi),
mengobati (terapi), memperkirakan jalannya penyakit (prognosis), upacara yang berkaitan
tentang masalah pencegahan (preventif) dan pengobatan (kuratif) (Sukantra (1992).
Di dalam lontar usada, secara mitologi tumbuh-tumbuhan dikatakan dapat berbicara dan
menceritakan khasiat dirinya. Cara penggunaan obat yang terdapat dalam Lontar
Usada, pada umumnya dilakukan secara tradisional seperti dijadikan loloh atau obat minum,
tutuh (pemberian obat dengan jalan mengisap cairan melalui hidung atau dengan meneteskan
pada hidung), boreh (parem), urap atau usug (obat gosok), ada pula yang berupa minyak yang
dioleskan pada tubuh. Bagian-bagian dari tumbuhan yang dapat digunakan dalam pengobatan
menurut usada bermacam-macan mulai dari daun, bunga, buah, biji, kulit batang, getah, akar,
rimpang maupun keseluruhan bagian tumbuhan tersebut.
Beberapa contoh Usada Bali diantaranya usada tua, usada rare, usada buduh, usada upas,
usada netra, usada kuranta bolong, dan lain-lain. Dimana masing-masing dari usada tersebut
mempunyai berbagai keunikan dalam mendiagnosa penyakit, jenis tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai obat, cara meracik dan berbagai sarana pendukung serta serangkaian upacara
yang berkaitan dengan pencegahan, pengobatan, dan pemulihan dari satu sisi penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Usada


Indonesia merupakan negara kaya akan aspek keanekaragaman hayati berupa plasma nutfah,
flora dan fauna yang berpotensi sebagai bahan obat alam. Indonesia memiliki sekitar 30.000
spesies tanaman, sekitar 9606 spesies diketahui sebagai tanaman obat. Obat tradisional dengan
menggunakan ekstrak tanaman pada negara berkembang salah satunya Indonesia memberikan
jaminan kesehatan lebih dari 80% dari populasi dunia. Pengobatan menggunakan tanaman yang
saat ini mulai berkembang dengan prinsip ‘back to nature’. Pengobatan tradisional menggunakan
herbal tanaman merupakan suatu tindakan memelihara kesehatan tubuh, di mana diketahui obat
herbal memiliki efek samping yang kecil dan dapat diperoleh dari lingkungan sekitar (Suarsana,
N., Kumbara, N.A., Satriawan, K. 2014).
Pengobatan secara tradisional khususnya di daerah Bali dapat didasarkan atas usada. Usadha
berasal dari kata Jawa Kuno yaitu uṣadha yang berarti obat. Kata uṣadha digunakan untuk
menggantikan kata auṣadha yang berupa kata pungutan dari bahasa Sansekerta yang artinya
tumbuhan ramuan bumbu digunakan untuk obat-obatan (Sukartha, 2014). Kata Usada di beberapa
daerah Bali dijadikan bahasa Bali yaitu wisada yang memiliki arti ubad, tamba, atau obat. Usada
merupakan konsep budaya masyarakat Bali serta menjadi kebiasaan penyembuhan tersebut
berlangsung secara turun-temurun atau empirik. Usada adalah pengetahuan pengobatan
tradisional Bali sebagai sumber konsep untuk memecahkan masalah di bidang kesehatan (Dinkes
Provinsi Bali, 2008; Pulasari dan Artana, 2011).
Usada tersebut dimuat dalam suatu lontar, di mana lontar terbuat dari daun tal yang
dikeringkan dan digunakan dalam penulisan naskah dengan bahasa Sansekerta atau Jawa Kuno
(Sujatmiko, E., 2014). Lontar Usada Bali adalah manuskrip yang mengandung sistem
pengobatan, bahan obat dan cara pengobatan tradisional. Lontar usada Bali ini memiliki arti dan
posisi penting dalam khasanah pengobatan tradisional. Lontar usada juga merupakan cermin
bagaimana umat Hindu di Bali percaya bahwa sakit adalah kehendak Sang Hyang Widhi,
pengobatan dengan cara usada adalah wujud kebesaran Sang Hyang Widhi dalam
menyembuhkan berbagai jenis penyakit (Dinkes Provinsi Bali, 2008).
Lontar usada di Provinsi Bali yang tersebar di beberapa daerah terdapat kurang lebih 50.000
buah lontar dan beberapa ribu lontar telah disimpan di Gedung Kirtya Singaraja dan Pusat
Dokumentasi Pemerintah Darah Tingkat I Bali di Denpasar. Lontar usada didokumentasikan atau
disimpan bertujuan untuk menjaga kelestarian budaya pengobatan Bali dan mengantisipasi usada
tersebut terlupakan seiring dengan perkembangan zaman. Adapun contoh usada di Bali yaitu
Usada Rare, Usada Kuranta Bolong, Usada Kacacar, Usada Taru Pramana, Usada Netra, Usada
Upas, Usada Buduh, dan sebagainya (Dinkes Provinsi Bali, 2008). Pada setiap usada membahas
penyakit yang berbeda beserta penyebab, cara mendiagnosa, ramuan tanaman, dan pelengkap
seperti mantra dan upakaranya masing-masing.

2.2. Filosofi Usada Netra


Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman ini merupakan warisan budaya bangsa
berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan, yang secara turun-temurun telah
diwariskan oleh generasi berikutnya, termasuk generasi saat ini. Pengobatan suatu penyakit baik
yang disebabkan oleh kausa sekala atau kausa niskala dapat digunakan tanaman sebagai ramuan.
Pada Usada Netra khususnya pengobatan dilakukan atas dasar sabda atau wahyu (ilmu) dan
pengalaman yang menggunakan tumbuh-tumbuhan untuk dimanfaatkan serta pada beberapa
penyakit ditambahkan mantra dan/atau rerajahan atau gambaran yang melambang sesuatu dalam
proses pengobatannya. Usada Netra bila dilihat dari segi penamaannya “Netra” dapat dikaitkan
dengan pengobatan pada penyakit mata, tetapi pada lontar penyakit selain berhubungan dengan
mata juga tercantumkan dalam usada ini. Adapun pengobatan selain sakit mata yang tercantum
dalam Usada Netra yaitu pengobatan pada penyakit perut (7 jenis), penyakit kepala (8 jenis),
penyakit dengan gejala panas/dingin (6 jenis), penyakit gemetar menggigil (2 jenis), penyakit
dalam dengan gejala keletihan (5 jenis), penyakit bengkak, luka, gatal-gatal, dan koreng (5 jenis),
penyakit tuju, pemali, meluang, sakit pinggang dan sejenisnya (10 jenis), penyakit pada bayi,
bahkan untuk pengobatan untuk gigitan binatang berbisa (4 jenis) (Sutara, P.K., dan Kriswiyanti,
E., 2007).
Usada Netra membahas pula mengenai hal-hal yang mendukung proses pengobatan yaitu
mengenai mantra-mantra, rerajahan serta upakaranya terhadap suatu penyakit tertentu. Hal ini
mencerminkan bahwa dalam Usada netra tidak hanya membahas mengenai tumbuhan obat, cara
pengolahan tumbuhan untuk menjadikan sebagai ramuan serta penggunaan dari obat-obatan.
Usada netra juga menjelaskan penanganan bayi sejak baru lahir hingga perawatannya, serta
pengetahuan tentang ilmu tenung atau ramal (Sutara, P.K., dan Kriswiyanti, E., 2007).
2.3. Dasar Pengobatan Usada Netra
Usada merupakan suatu ilmu dalam bidang pengobatan yang dikenal oleh masyarakat Bali.
Masyarakat Bali yang pada zaman dahulu memiliki kepercayaan kuat akan keterkaitan antara
sekala dan niskala. Keterkaitan sekala dan niskala dalam usada yaitu didasarkan atas
penyebabnya, di mana sekala merupakan penyebab yang dapat dianalisa secara nyata sedangkan
niskala merupakan penyebab yang diakibatkan karena adanya energi supranatural yang hanya
dipahami oleh orang-orang tertentu.
Pada dasarnya usada Netra dikenal sebagai pengobatan pada penyakit mata. Namun dalam
kenyataannya pada lontar tidak hanya penyakit mata yang dibahas, ada pula penyakit-penyakit
lain. Adapun penyakit mata yang dibahas dalam Usada Netra secara umum yaitu penyakit mata
biasa, sebehe mata merah, rabun mata, tumbuhan, mata bintik-bintik, mata gatal berlendir dan
adanya infeksi mata. Secara umum pada pengobatan mata dengan menggunakan ramuan dari
tanaman di sekitar kemudian mengolahnya menjadi berbagai jenis sediaan. Tanaman dalam usada
sebagai pengobatan dapat digunakan bagian-bagian tanaman mulai dari akar, umbi, rimpang,
buah, daun, batang, getah, dan bunga. Tanaman-tanaman tersebut diramu atau diracik dengan
membuatnya dalam bentuk loloh, boreh, obat gosok, obat tetes, parem dan lainnya. Pemakaian
ramuan yang terkandung dalam usada dapat digunakan untuk pengobatan dalam (meminum
ramuan tumbuhan obat) dan luar (dioleskan atau dibalurkan pada bagian luar tubuh) (Sutara,
P.K., dan Kriswiyanti, E., 2007).
Sediaan yang umum digunakan untuk menangani sakit mata yaitu tetes mata menggunakan
ramuan dari tanaman yang tertera dalam usada sesuai dengan jenis sakit mata yang diderita. Tetes
mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata (Depkes RI,
1979).
2.4. Pengobatan Usada Netra
2.4.1. Pengobatan Untuk Berbagai Jenis Penyakit Mata
A. Penyakit mata biasa
 Daun kayu apit 3 lembar, adas 3 biji diolah dalam bentuk obat urap. Diurapkan pada
kulit luar/kelopak mata.
 Akar telang putih, daun kentut-kentut (simbikan) dan adas diolah menjadi obat tetes
mata.
 Daun mengkudu (tibah), bawang putih, dringo dan cuka diolah menjadi bentuk obat
parem.
B. Sakit pada mata dengan gejala mata memerah
 Daun dedap muda dan inti bawang diolah menjadi obat tetes mata.
C. Sakit mata yang bergejala sebagai berikut: terasa gatal-gatal pada bola mata dan
dari bola mata keluar kotoran mata dalam bentuk lendir
 Daun miyana cemeng, sulasih harum, air asahan tembaga dan air jeruk nipis diolah
menjadi bentuk obat parem. Diparemkan pada kelopak mata.
D. Sakit tumbuhan pada mata
 Daun wungu dan garam diolah menjadi bentuk obat sembur. Disemburkan pada
kulit luar/kelopak mata.
 Kacemcem putih, pula sari, sindrong wayah, miyana cemeng, ketumbar dan gula
aren diolah menjadi bentuk obat minum. Ampasnya diolah dijadikan obat urap
untuk urap kulit luar/kelopak mata.
E. Sakit tumbuhan pada mata yang sudah tampak membengkak (infeksi)
 Kemiri, pulasari, sindrong wayah, ketumbah bolong, ketumbar dan garam diolah
menjadi bentuk urap. Sebelum digunakan dihangatkan terlebih dahulu, untuk urap
pada kelopak matanya.
 Daun sikat-sikat, kemiri, garam dan arang dapur diolah menjadi bentuk obat
sembur. Dipakai sembur pada kelopak mata yang sakit.
F. Usaha untuk memecahkan bintik-bintik penyakit tumbuhan pada mata
Caranya :
Mengusap-usapkan batu halus (leh) pada kulit luar mata (ke satu arah saja).
G. Penyakit mata rabun
 Bunga turi putih, air gosokan baem warak diolah menjadi bentuk obat tetes mata.
2.4.2. Pengobatan Untuk Berbagai Jenis Penyakit Perut
A. Sakit perut pejen
 Daun ketepeng, bawang putih dan dringo diolah menjadi bentuk obat minum.
 Kulit kayu kelor dan bangle diolah menjadi bentuk obat urap. Sebelum digunakan
dihangatkan terlebih dahulu dengan cara merebus dalam tempat tempurung kelapa
yang masih berbulu sabut.
 Isep nanah, isep getih, sumanggi gunung dan parutan kelapa diolah menjadi bentuk
obat minum yaitu setelah semua bahan digiling halus, bungkus dengan daun pisang
lalu dikukus hingga matang. Peras dan saring. Airnya untuk obat minum.
B. Sakit perut pejen dan lelengedan
 Bunga belimbing wuluh dan daun bawang yang ditambus diolah menjadi bentuk
obat minum.
 Isep nanah, isep getih, sumanggi gunung dan santen kene diolah menjadi bentuk
obat minum.
C. Sakit perut yang disebut bengang
 Ketan hitam, jahe, air gosokan cendana diolah menjadi bentuk obat minum.
 Akar padang belulang dan jahe diolah menjadi bentuk oat sembur dan disemburkan
pada pinggang penderita.
D. Makanan bagi penderita mencret
 Tepung beras yang mula-mula diremas-remas halus kemudian dimasak hingga
menjadi bubur encer halus.
E. Sakit perut bengka dan tak dapat kencing maupun berak
 Bubur beras yang agak encer yang masih hangat dibungkus dengan kain putih
bersih. Tempelkan pada pinggang penderita beberapa saat. Ambil bubur dari kain
tersebut untuk diberi makan si penderita.
F. Sakit perut bengka dan tak dapat kencing maupun berak yang telah lama diderita
Dilakukan dengn 2 cara pengobatan :
 Bangle dan daun urang-aring yang dibakar diolah menjadi obat tempel untuk
ditempelkan pada bahu/leher penderita.
 Bawang, adas, beras merah yang telah direndam sebelumnya hingga empuk,
diolah menjadi bentuk obat sembur untuk disemburkan pada perut penderita.
G. Sakit pertu lelengedan
 Daun dedap yang telah lama jatuh sendiri sehingga sudah lapuk dan bercampur
tanah, berambang dan adas, diolah menjadi bentuk urap untuk diurapkan pada
perut penderita.
2.4.3. Pengobatan Untuk Berbagai Jenis Penyakit Kepala
A. Sakit kepala puyeng yang telah lama diderita
 Kemiri, bengle, lempuyang, bawang dan adas diolah menjadi bentuk obat urap pada
dahi penderita dan bentuk obat tetes yang diteteskan pada hidung penderita.
 Madu kelapa dana das diolah menjadi bentuk obat urap, untuk diurapkan pada dahi
penderita.
B. Sakit kepala dimana rasa sakit kepala seperti dibelah
 Lempuyang, jeruk nipis, dan minyak tanusan diolah menjadi bentuk obat tetes.
Diteteskan pada hidung penderita.
C. Sakit kepala dimana penderita merasa pusing-pusing dan seperti dibelah
 Air dari buah pinang muda dan mesuri, diolah pemjadi bentuk obat urap. Diurapkan
pada dahi penderita.
D. Sakit kepala dimana penderita merasa pusing-pusing dan puyeng
 Jagung yang sudah kering dan mesuri diolah menjadi bentuk obat sembur.
Disemburkan pada dahi penderita.
 Parutan lengkuas campur dengan gula, diolah bentuk obat sembur. Gunakan pada
dahi penderita, dihangatkan terlebih dahulu.
E. Sakit kepala puyeng (sepoyongan)
 Merica 1 biji dan inti bawang, dioalh menjadi bentuk obat urut untuk diurutkan pada
dahi penderita.
F. Sakit kepala puyeng dan kepala dirasakan ditusuk-tusuk
 Bengle, lengkuas, kunir warangan, ketumbar, benalu yang tumbuh pada pohon
delima, dau jeruk nipis dan daun uyah-uyah yang didapat dari dahannya yang
bercabang, diolah menjadi bentuk obat sembur dan disemburkan pada dahi
penderita.
G. Sakit kepala kronis
 Jahe dan tunas pada ruas bambu muda yang diperoleh dengan kirukan. Dioalah
menjadi bentuk obat sembur untuk disemburkan pada dahi penderita.
2.4.4. Pengobatan Untuk Penyakit yang Bergejala Panas/Dingin
A. Sakit badan panas
 Daun dedap lapuk, pulasari, lempuyang dan air gosokan cendana. Pucuk (daun
muda) atau sirih, mesuri, hasil kerokan tempurung, bawang putih dan dringo. Kedua
bahan diolah menjadi bentuk obat parem, sebelum digunakan dihangatkan dahulu,
dengan cara merebus dalam wadah tempurung kelapa yang masih berbulu sabut.
B. Sakit yang bergejala Gelisah Resah
 Daun pule, berambang dan air jeruk nipis diolah menjadi obat minum (loloh)
 Daun sirih tua yang gugur dan belum mengenai tanah, bawang merah, bawang putih
dan dringo, diolah menjadi bentuk obat minum (loloh).
C. Sakit badan terasa panas di dalam
 Kulit batang turi putih, buah pisang batu, berambang dan adas diolah menjadi
bentuk obat minum (loloh).

D. Sakit yang dirasakan pada tulang ekor


 Daging buah kemiri, beras yang sudah direndam, bawang dan adas. Diolah menjadi
bentuk obat sembur.
 Padang lepas, adas, bawang
 Daun pandan mda, bawang dana das dioalh menjadi bentuk obat urap.
E. Sakit dimana badan selalu merasa kedinginan
 Lengkuas 3 iris dan kapur bubuk. Dioalah menjadi bentuk obat tempel, yang
ditempelkan pada pusar penderita.
 Akar serabut dedap, bawang putih, diolah menjadi bentuk obat sembur, untuk
sembur uluhati penderita.
2.4.5. Pengobatan Untuk Penderita Sakit yang Gemetar dan Menggigil
 Daun kemeniran, daun suren (pada ujung tengahnya), bawang putih, dringo dan garam
dapur. Diolah menjadi bentuk obat minum (loloh).
 Daun jungul, bawang putih dan dringo diolah menjadi bentuk parem.
2.4.6. Pengobatan Untuk Penyakit Embokan
 Daun sirih tua, ketumbar, lengkuas dan asam diolah menjadi bentuk obat parem.
Dihangatkan dulu sebelum digunakan.
 Buah jarak keliki yang masih muda, digiling kemudian direbus dan langsung diurapkan.
2.4.7. Pengobatan Penyakit Akibat Serangan Serangga
A. Sakit karena sengatan tawon dan sejenisnya
 Cabe bun dan garam. Diolah menjadi bentuk urap
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Adas (Foeniculum vulgare mill)

Gambar 3.1 Adas

Nama tanaman : Adas


Bagian yang digunakan : Buah adas
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Foeniculum P. Mill.
Species : Foeniculum vulgare P. Mill.
(Khan, M., dan Musharaf, S. 2014)
Kandungan kimia
Asam kaproat, asam kaprilat, asam kaprat, asam laurat, asam miristat, asam
pentadecanoic, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, asam linoleat, asam alfa linolenat,
asam arachidic, asam eicosanoic, asam cis-11,14-eicosadienoic, pinen, limonen, quercetin,
kaemferol, dipenten, felandren, trans-anethole, fenchone, dan methylchavicol (Badgujar,
S.B., Patel, V.V., Bandivdekar, A.H., 2014).

Efek Empiris Berdasarkan Usada Netra


Buah adas dalam Usada Netra digunakan untuk mengobati penyakit mata biasa. Selain
untuk penyakit mata biasa dapat digunakan juga dalam mengobati penyakit lain yaitu sakit
perut bengka dan tak dapat kencing maupun berak yang telah lama diderita, penderita sakit
dimana badannya gemetar menggigil.

Pengolahan dan Penggunaan dalam Usada Netra


Tiga buah adas ditambah tiga lembar daun kayu apit, kemudian diolah menjadi obat
dalam bentuk urap. Ramuan ini diurap pada bagian kelopak luar mata.

Hasil Penelitian Ilmiah Mengenai Efek Farmakologi Adas


Foeniculum vulgare dalam Farmakope Ayurvedic disebutkan dapat digunakan untuk
pengobatan penyakit dan gangguan yang berbeda yaitu antialergi, antiinflamasi, antimikroba
dan antiviral, antipiretic, antispasmodik, diuretik, ekspektoran, galaktogenik, efek
gastrointestinal dan hepatoprotektif.
1. Antiinflamasi
Pemberian ekstrak metanol secara oral ke tikus dan menunjukkan efek penghambatan
terhadap penyakit radang akut dan subakut. Ekstrak metanol Foeniculum vulgare juga
menghambat edema telinga yang disebabkan oleh asam arakidonat pada tikus. Foeniculum
vulgare dapat bertindak pada jalur siklooksigenase dan lipoxygenase. Hal ini menunjukkan
bahwa adas memiliki efek antiinflamasi (Badgujar, S.B., Patel, V.V., Bandivdekar, A.H.,
2014).
2. Antimikroba dan antivirus
Adas digunakan untuk mengobati banyak penyakit menular bakteri, jamur, virus, dan
mikobakteri. Adas memiliki aktivitas antibakteri karena senyawa seperti asam linoleat,
undecanal, 1, 3-benzenadiol, asam oleat dan 2,4-undecadienal. Adas memiliki 5-hidroksi-
furanocoumarin yang memiliki peran penting aktivitas antibakteri tanaman ini. Ekstrak air
adas menunjukkan aktivitas bakterisidal terhadap Enterococcus faecalis, Staphylococcus
aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, Salmonella
typhimurium, dan Shigella flexneri (Kooti, W., et al., 2015).

3.2 Bawang Merah (Allium cepa)

Gambar 3.2 Bawang merah


Nama tanaman : Bawang merah
Bagian yang digunakan : Inti bawang
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa var. aggregatum L.
(Plantamor.com)

Kandungan kimia
Bawang merah memiliki kandungan metabolit sekunder yang meliputi allisin, aliin,
asam fenolat, asam fumarat, asam kafrilat, fosfor, flavonoid, kaempfenol, kuersetin, pektin,
saponin dan lain sebagainya. Bawang merah juga mengandung prostaglandin yang secara
alami bekerja sebagai anti inflamasi (Kumatasamyraja et al, 2012; Jaelani, 2007 dalam
Yunanda, V., dan Rinanda, T. 2016). Metabolit sekunder yang utama terdapat dalam bawang
merah yaitu flavonoid dan organosulfur. Senyawa organosulfur (tiosulfinat) memiliki
aktivitas sebagai antiinflamasi, antialergi, antimikroba, dan antitrombotik dengan
penghambatan enzim COX (siklooksigenase) dan LOX (lipooksigenase) (National Onion
Association).

Efek Empiris Berdasarkan Usada Netra


Sebah pada mata, sakit perut, tidak dapat kencing dan tidak dapat buang air besar, sakit
kepala, badan terasa panas dan gelisah, sakit pada sendi dan pinggang, sakit badan terasa
panas di dalam, serta sakit badan terasa lesu.

Pengolahan dan Penggunaan dalam Usada Netra


Pada Usada Netra untuk mengobati sebah pada mata digunakan ramuan daun dadap muda
dan inti bawang yang diolah menjadi obat tetes mata.

Hasil Penelitian Ilmiah Mengenai Efek Farmakologi Bawang Merah


Bawang merah dapat digunakan sebagai antiinflamasi, antialergi, antimikroba.
1. Antimikroba
Ekstrak bawang merah yang dicampur dalam air ozonasi menginaktivasi Salmonella
enterica typhimurium. Hal ini juga dapat menginaktivasi virus enterik yang
diinternalisasi dan menghentikan pertumbuhan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif
serta jamur secara in vitro. Allium cepa menunjukkan variasi kemotipik dan memiliki
aktivitas antimikroba serta antioksidan yang kuat. Minyak atsiri bawang merah
menunjukkan aktivitas antimikroba dan menghambat pertumbuhan Aspergillus
versicolor dan produksi sterigmatokinin. Ekstrak bawang merah segar menunjukkan
aktivitas antibakteri terhadap empat isolat meliputi Esscheria coli, Staphylococcus
aureus, Streptococcus pyogenes, dan Streptococcus pneumonia. Kandungan yang
berfungsi sebagai antimikroba/antibakteri yaitu acetic acid dan allicin (Upadhyay, R.K.,
2016).

2. Analgetik dan Antioksidan


Bawang memiliki aktivitas menghilangkan rasa nyeri (analgetik) yang bermanfaat
dalam pengobatan mata, dimana bawang dicampur dengan madu kemudian
mengoleskannya untuk menekan rasa sakit tersebut. Bawang diketahui mengandung
antosianin dan flavonoid. Mekanisme aksi meliputi penangkal radikal bebas, khelasi ion
logam transisi, dan penghambatan oksidasi seperti lipoksigenase. Efek anti-oksidatif pada
bawang dikaitkan dengan risiko neurodegenerative yang terkondensasi, beberapa jenis
kanker, pembentukan katarak, perkembangan maag dan penyakit kardiovaskular
(Ashwini, M., dan Sathishkuma, R. 2014).

3.3 Sirih (Piper betle)

Gambar 3.5 Tanaman Sirih


Nama tanaman : Sirih
Bagian yang digunakan : buah sirih
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
(Plantamor.com)
Kandungan kimia
Chavibetol, chavicol, hydroxychavicol, estragole, eugenol, methyl eugenol,
hydroxycatechol, caryophyllene, eugenol methyl ether, cadinene, γ-lactone, allyl catechol, p-
cymene, cepharadione A, asam dotriacontanoic, tritriacontane, p-cymene, terpinene,
eucalyptol, carvacrol, sesquiterpenes, cadinene, caryophyllene, asam dotriacontanoic,
hentriacontane, pentatriacontane, asam stearat, n-triacontanol, triotnacontane,
piperlonguminine, allylpyrocatechol diacetate, isoeugenol, 1, 8-cineol, α-pinene, β-pinene,
sitosterol, β-sitosteril palmitat, γ-sitosterol, stigmasterol, asam ursolat, asam ursolat 3β-asetat
(Sripradha, S. 2014). Komponen minyak atsiri buah sirih hijau adalah golongan monoterpen
dan seskuiterpen, serta ada beberapa senyawa yang merupakan turunan dari fenil propanoid,
yaitu anetol, metil-kavikol dan eugenol. Komponen utamanya yaitu eugenol, β dan
isokaryofilen, selinen, kamfen dan aromadendren (Wartono, M.W., Ainurofiq, A., dan
Ismaniar, M. 2014).

Efek Empiris Berdasarkan Usada Netra


Sakit kepala dimana penderitanya merasakan kepalanya sakit seperti dibelah dan sakit
pada bahu/leher dimana otot-ototnya dirasakan tegang dan kaku

Pengolahan dan Penggunaan dalam Usada Netra


Sirih dalam Usada Netra untuk mengobati sakit kepala seperti dibelah digunakan ramuan
lempunyang, temutis, tunas umbi batang lengkuas, buah sirih, minyak kelapa tanusan, dan air
jeruk nipis yang diolah menjadi bentuk obat tetes. Obat tetes tersebut kemudian diteteskan
pada hidung penderita. Badan terasa kaku: kencur 3 iris, cabe bun 3 biji, sirih tua 3 lembar,
beras merah, bawang putih dan dringo dan diolah menjadi bentuk obat urap.

Hasil Penelitian Ilmiah Mengenai Efek Farmakologi Sirih


Daun sirih telah digunakan sejak lama sebagai aromatik, karminatif stimulan,
aphrodisiak. Daun sirih secara tradisional dikenal bermanfaat untuk pengobatan berbagai
penyakit seperti bau mulut, bisul dan abses, konjungtivitis, konstipasi, sakit kepala, gatal,
keputihan, otorrhoea, rematik, luka. Daun sirih segar memiliki efek antimikroba, kurap,
antijamur, antiseptik dan nyamuk. Minyak atsiri dari daun tanaman ini telah digunakan untuk
pengobatan katarak pernafasan dan antiseptik. Sirih juga menmiliki hipotensi, tonik kardio,
kelancaran otot rangka dan rileks (Pradhan, D., et al. 2013).
1. Antimikroba
Daun sirih memiliki aktivitas antimikroba yang signifikan terhadap spektrum
mikroorganisme yang luas. Sirih menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap
Streptococcus pyrogen, Staphylococcus aureus, Proteus vulgaris, E.coli, Pseudomonas
aeruginosa, dan lain-lain, selain itu ekstrak daun juga memiliki aktivitas bakterisida
terhadap bakteri patogen saluran kemih seperti Enterocococcus faecalis, C.koseri,
C.fruendi, Klebsiella pnemoniae. Molekul bioaktif yang dianggap bertanggung jawab
atas aktivitas anti bakteri adalah sterol, yang telah diperoleh dalam jumlah besar dalam
ekstrak daun sirih. Mekanisme yang terjadi karena adanya interaksi permukaan molekul
sterol yang ada dalam ekstrak dengan dinding sel dan membran bakteri sehingga
menyebabkan perubahan pada struktur primer dinding sel yang mengakibatkan degradasi
komponen bakteri (Pradhan, D., et al. 2013).
2. Analgetik dan Antiinflamasi
Efek analgesik dan antiinflamasi dari sirih berasal dari komponen minyak atsiri
yaitu triterpen dan terpenoid, di mana senyawa ini menghambat oksidasi asam
arakhidonat menjadi endoperoksida dan menurunkan aktivitas enzim lipooksigenase.
Bila oksidasi asam arakhidonat dihambat maka tidak terbentuk oksigen reaktif yang
menyebabkan nyeri dan inflamasi. Penurunan aktivitas lipooksigenase menyebabkan
leukotrien tidak terbentuk sehingga leukosit yang memicu inflamasi tidak teraktivasi
(Inayati, A., 2010). Pada buah sirih senyawa yang berperan sebagai antiinflamasi dan
analgesik yaitu eugenol dan isokaryofilen. Eugenol mmeberikan efek analgesik,
sedangkan isokaryofilen sebagai antiinflamasi. Isokaryofilen berkeja dengan
menghalangi sintesis prostaglandin dengan menghambat siklooksigenase, yang
mengubah asam arakidonat menjadi endoperoksida siklik, prekursor prostaglandin.
Penghambatan sintesis prostaglandin menyebabkan tindakan penghambatan analgesik,
antipiretik, dan trombosit (PubChem; Dwivedi, V., dan Tripathi, S. 2014).
3.4 Sembung (Blumea balsamifera)

Gambar 3.4 Tanaman sembung


Nama tanaman : Sembung
Bagian yang digunakan : inti pohon sembung

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Blumea
Spesies : Blumea balsamifera (L.) DC.
(Plantamor.com)
Kandungan kimia
Senyawa aktif dari tanaman Sembung terdiri dari minyak atsiri 0,5% (sineol, borneol,
landerol, dan kamper), flavanol, tanin, damar, saponin dan ksantoksilin (Mursito, 2002 dalam
Kusumawati, I.G.A dan Yogeswara, I.B.A. 2016). Tanaman sembung mengandung senyawa
yang bersifat volatile dan non-volatile meliputi monoterpen, seskuiterpen, diterpenes,
flavonol, flavon, flavanon, kaumarin, asam organik, ester, alkohol, dihidroflavon, dan sterol
(Pang, Y., et al. 2014).

Efek Empiris Berdasarkan Usada Netra


Penderita sakit dimana badannya gemetar menggigil, disertai rasa sakit pada hulu hati
dimana hulu hatinya dirasakan enek seperti melilit-lilit pada setiap makan dan sakit yang
dirasakan berdenyut-denyut pada seluruh badan, terutama pada otot-otot dan urat daging.

Pengolahan dan Penggunaan dalam Usada Netra


Pada Usada Netra penggunaan sembung untuk mengobati sakit dimana badannya gemetar
menggigil, disertai rasa sakit pada hulu hati dimana hulu hatinya dirasakan enek seperti
melilit-lilit pada setiap makan dapat digunakan ramuan inti pohon pule, inti pohon sembung,
tunas umbi lengkuas, pucuk (daun muda) buhu, pucuk (daun muda), kecemcem, jeruk nipis
yang kemudian diolah menjadi bentuk minum (loloh), dengan cara mengukus hingga benar-
benar matang, dan diperoleh airnya untuk diminum.

Hasil Penelitian Ilmiah Mengenai Efek Farmakologi Sembung


Aktivitas farmakologi dari tanaman sembung berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Antioksidan
Ekstrak metanol sembung memiliki aktivitas penghambatan xanthine oxidase yang
kuat dengan nilai IC50 6,0 μg / mL. Senyawa dari sembung yang memberikan aktivitas
penghambatan xanthine oxidase yaitu tiga senyawa diantaranya (2R, 3S) - (-) - 4'-O-
methyldihydroquercetin, quercetin, dan quercetin-3,3 ', 4', menunjukkan aktivitas
penghambatan yang lebih tinggi. Ekstrak metanol sembung menunjukkan aktivitas
penghambat xanthine oxidase yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak kloroform
dan eter. Urutan aktivitas flavonoid yang terisolasi adalah allopurinol> luteolin>
quercetin> tamarixetin> 5,7,3’,5'-tetrahydroxyflavanone> rhamnetin> luteolin-7-
methylether> blumeatin> dihydroquercetin-4'-methylether> dihydroquercetin -7,4'-
dimetil eter> asam L-askorbat (Pang, Y., et al. 2014).
2. Antispasmodik
Penggunaan tanaman sembung secara tradisional dapat digunakan sebagai antipiretik
(mengurangi demam), ekstrak metanol Blumea balsamifera dari Forest Research Institute
Malaysia diselidiki untuk aktivitas antiplasmodial potensial. Ekstrak akar dan batang
menunjukkan aktivitas melawan strain Plasmodium falciparum D10 (strain sensitif)
dengan nilai IC50 masing-masing (26,25 ± 2,47) μg/mL dan (7,75 ± 0,35) μg/mL (Pang,
Y., et al. 2014).

3.5. Lengkuas (Alpinia galanga)

Gambar 3.5 Alpinia galanga L.

a. Nama Indonesia : Lengkuas


b. Nama usada : Lengkuas
c. Bagian tanaman yangdigunakan : Umbi
d. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili :
Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia
galanga L.

(Verma et al., 2011)


e. Kandungan kimia
Umbi lengkuas mengandung minyak atsiri diterpen, monoterpen, galangin,
alpinin, tannin, fenol, karbohidrat, galangoisoflavonoid, dan alkohol (Kaushik et al.,
2011).
f. Tujuan efek empiris berdasarkan Usada Netra
Pada Usada Netra, umbi lengkuas digunakan untuk mengobati sakit kepala,
kedinginan,demam, nyeri sendi, dan bengkak karena infeksi.
g. Hasil penelitian ilmiah
Efek analgesik dari ekstrak rimpang Alpinia galanga telah diuji pada tiga
model percobaan terhadap rasa nyeri. Hewan uji yang digunakan adalah tikus
albino dengan berat 25 g sampai 30 g. Pada preparasi sampel, ditimbang 250 g serbuk
rimpang Alpinia galanga, lalu diekstraksi dengan alat soklet dan pelarut yang
digunakan adalah etanol 90 %.
Setelah ekstraksi, pelarut diuapkan pada suhu di bawah 50°C. Ekstrak tersebut
ditimbang dan disuspensikan dalam jumlah yang diperlukan ke dalam gum akasia
2%, lalu diberikan secara oral dalam dosis yang berbeda (Acharya et al., 2011).
Aktivitas anti nyeri diuji dengan tiga metode, yaitu; rasa nyeri yang diinduksi oleh
suhu dengan hot-plate test; praperlakuan dengan naloxone pada uji nyeri yang
diinduksi oleh suhu, dan writhning test. Pada hot-plate test dihitung waktu antara
penempatan hewan uji pada hot plate dan tanda pertama ketika hewan uji menjilat
cakarnya atau melompat. Pada pra perlakuan dengan naloxone, beberapa kelompok
hewan uji menunjukkan penurunan waktu reaksi dibandingkan dengan kelompok
yang tidak mendapatkan praperlakuan. Pada writhning test, hewan uji diinjeksikan
asam asetat yang menginduksi rasa sakit. Kelompok kontrol diberikan gum akasia 2%
secara oral, kelompok standar diberikan aspirin yang disuspensikan dalam gumakasia
2%, dan kelompok uji diberikan ekstrak etanol rimpang Alpinia galanga yang
disuspensikan dalam gum akasia 2%.
Hasil yang diperoleh pada writhning test adalah tidak ada perbedaan yang
signifikan terhadap rasa nyeri antara kelompok uji dan kelompok standar.
Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang
Alpinia galangal memiliki efek analgesik melalui mekanisme sentral dan perifer
(Acharya et al., 2011).
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pustaka yang telah didapat dalam penanganan penyakit berdasarkan
usada netra, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai tanaman obat yang disebutkan
dalam Lontar Usada Netra. Sebanayk 5 tanaman disebutkan dalam Usada Netra seperti tanaman
adas, bawang merah, sirih, sembung, dan lengkuas yang dapat mengobati pasien dengan berbagai
macam jenis penyakit nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Acharya, S. D., S. D.Ullal, S. Padiyar, Y. D. Rao, K. Upadhyaya, D. Pillai, V. Raj. 2011.


Analgesic Effect of Extracts of Alpinia galangal Rhizoma in Mice. J. Chin. Integr.
Med. Vol. 9, No. 1:100-103

Ashwini, M., dan Sathishkuma, R. 2014. Onion (Allium cepa) – Ethnomedicinal and
therapeutic properties. Handbook of Medicinal Plants and their Bioactive Compounds,
2014: 27-34. India : Bharathiar University
Badgujar, S.B., Patel, V.V., Bandivdekar, A.H., 2014. Foeniculum vulgare Mill: A Review of
Its Botany, Phytochemistry, Pharmacology, Contemporary Application, and Toxicology.
BioMed Research International, Volume 2014, Article ID 842674, 32 pages. India :
Departement of Biochemistry.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen kesehatan Republik
Indonesia.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2008. Himpunan Usada I. Denpasar: UPTD B POT KOM.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Isocaryophyllene#section=Top “diakses 11
Desember 2017”.

Khan, M., dan Musharaf, S. 2014. Foeniculum vulgare Mill. A Medicinal Herb. Medicinal
Plant Research 2014, Vol.4, No.6, 46-54. Pakistan.

Kooti, W., et al., 2015. Therapeutic and pharmacological potential of Foeniculum vulgare
Mill: a review. J HerbMed Pharmacol. 2015; 4(1): 1-9. Iran

Pang, Y., et al. 2014. Blumea balsamifera—A Phytochemical and Pharmacological Review.
Molecules 2014, 19, 9453-9477. China

Pradhan, D., et al. 2013. Golden Heart of the Nature: Piper betle L. Journal of Pharmacognosy
and Phytochemistry Vol. 1 No. 6 2013. India

Pulasari, J.M., dan Artana, J.M.N, 2011, Usadha Bali Agung, Surabaya: Paramita

Suarsana, N., Kumbara, N.A., Satriawan, K. 2014. Tanaman Obat Sembuhkan Penyakit Untuk
Sehat. Bukit Jimbaran: Universitas Udayana

Sutara, P.K., dan Kriswiyanti, E., 2007. Bahan Ajar Etnofarmasi I. Bali : Universitas Udayana

Upadhyay, R.K., 2016. Nutraceutical, pharmaceutical and therapeutic uses of Allium cepa: A
review. International Journal of Green Pharmacy, Jan-Mar 2016 (Suppl), 10 (1). India :
D D U Gorakhpur University.
Wartono, M.W., Ainurofiq, A., dan Ismaniar, M. 2014. Komposisi Kimia Minyak Atsiri Buah
Sirih Hijau (Piper Betle L), Kemukus (Piper Cubeba L) Dan Cabe Jawa (Piper
Retrofractum Vahl). Molekul, Vol. 9. No. 1. Mei, 2014: 1 – 12. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai