Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

STROKE

Disusun oleh : Kelompok 4


Agung Nugroho 1804015196
Dhea Alief Via 1804015199
Icha Septami Putri 1804015161
Wanti Puspita Sari 1804015050

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
JAKARTA
2021
BAB 1
KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tn. Dion
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
BB/TB : 70 kg/178 cm
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan terakhir : S1
Alamat : Jalan Melati 2, Jakarta Pusat

Riwayat Penyakit

Keluhan saat ini: Mengalami kesulitan berbicara, mati rasa lengan kiri dan nyeri
kepala dan demam.
Riwayat penyakit saat ini: Pasien dibawa ke rumah sakit (tanggal 5 Desember 2021
pukul 09.00 WIB) karena tiba-tiba terjatuh ketika sedang olahraga ringan di rumahnya
(tanggal 5 Desember 2021 pukul 07.00 WIB). Beberapa hari lalu pasien sering merasa
kesemutan dan nyeri kepala.
Diagnosa: Stroke Iskemik dan hipertensi
Riwayat penyakit terdahulu: Hipertensi sejak 5 tahun lalu
Riwayat Penyakit Keluarga: Stroke, Hipertensi dan DM tipe 2
Riwayat pengobatan: Sejak 5 tahun yang lalu menggunakan amlodipine 5 mg PO di
pagi hari setiap hari, simvastatin 10 mg PO pada malam hari sebelum tidur setiap hari
dan rutin menggunakan aspirin.
Riwayat lingkungan, sosial dan gaya hidup: Pasien pensiunan, tidak merokok.
Sering lupa minum obat. Dalam satu bulan terakhir hanya minum obat 1 kali
seminggu.
Riwayat Alergi: tidak ada

Laporan Hasil Pemeriksaan

Nama : Tn. Dion


Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
BB/TB : 70 kg/178 cm
Alamat : Jalan Melati 2, Jakarta Pusat

Hasil Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan 5 Desember 2021 6 Desember 2021 Nilai Rujukan
Tanda Vital
Tekanan darah 185/110 mmg/dL 179/104 <140/80 mg/dL
mmg/dL
Suhu 39oC 38.5oC 37oC

Darah
WBC 5,9x103/mm3 3,2 – 10
x103/mm3
Na 140 mEq/L 135 – 144
mEq/L
K 4,2 mEq/L ≥ 18 tahun :
3,6 – 4,8
mEq/L
Cl 103 mEq/L 97 - 106
mEq/L
BUN 10 mg/dL 5-18 mg/dL
aPTT 25,3 detik 21-45 detik

Hasil pemeriksaan CT Scan: infark di otak tengah bagian kanan, tidak


ada tanda-tanda hemoragik

Catatan Pengobatan
5-12-2021 6-121-2021
No. Nama Obat Dosis Rute
P SI S M P SI S M
1. Alteplase 0.9 6,3 mg IV 
mg/ kg bolus 15
menit,
56,7 mg
infus
selama
120
menit
2. Aspirin 325 1xsehari Oral  
mg

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Stroke adalah manifestasi klinis akut akibat disfungsi neurologis pada otak,
medulla spinalis, dan retina baik sebagian atau menyeluruh yang menetap selama
≥24 jam atau menimbulkan kematian akibat gangguan pembuluh darah (PNPK
Stroke 2019). Stroke terbagi dalam 2 jenis yaitu iskemik (87%) dan hemoragik
(13%) (Dipiro 11th Edition).
Stroke iskemik disebabkan oleh infark (dibuktikan melalui pemeriksaan
radiologi, patologi, atau bukti lain yang menunjukkan iskemi otak, medulla
spinalis, atau retina). Stroke hemoragik atau pendarahan dapat disebabkan oleh
perdarahan intrakranial atau subaraknoid. Perdarahan intrakranial terjadi pada
parenkim otak maupun ventrikel tanpa didahului trauma, sementara perdarahan
subaraknoid terjadi di rongga subaraknoid (antara membran araknoid dan
piamater).
Sementara itu, transient ischemic attack (TIA) didefinisikan sebagai disfungsi
neurologis sementara akibat iskemia fokal termasuk iskemi retina dan medulla
spinalis, tanpa bukti adanya infark. (PNPK Stroke, 2019)
B. Klasifikasi
 Stroke iskemik
merupakan terjadinya pengembangan fokus neurologis defisit secara mendadak
yang terjadi karena suplai darah yang tidak cukup ke area otak. Paling sering, ini
adalah karena oklusi arteri trombosis atau emboli yang menyebabkan infark
serebral. Sebuah oklusi trombotik terjadi ketika bentuk trombus di dalam arteri di
emboli mengacu gumpalan yang berasal di luar otak di mana sepotong gumpalan
istirahat longgar dan dibawa ke otak.
 Stroke Hemorrhagic
merupakan hasil dari perdarahan ke dalam otak dan ruang lainnya dalam sistem
saraf pusat dan termasuk perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral, dan
hematoma. Subarachnoid hemorrhage (SAH) hasil dari perdarahan yang secara
tiba-tiba ke dalam ruang antara lapisan dalam dan lapisan tengah meninges, hal ini
paling sering disebabkan oleh trauma atau pecahnya aneurisma 4 otak atau
arteriovenous malfor- mation (AVM).
perdarahan intraserebral (ICH) adalah pendarahan langsung ke parenkim otak,
yang sering sebagai akibat dari kronis, hipertensi yang tidak terkontrol.
Sedangkan hematoma subdural hasil dari perdarahan di bawah dura yang meliputi
otak dan paling sering terjadi sebagai akibat dari trauma kepala
C. Patofisiologi
Terdapat tiga mekanisme patofiologi utama yang melatar belakangi
terjadinya stroke iskemik, seperti penyakit pembuluh darah besar, penyakit
pembuluh darah kecil, dan emboli. Pada stroke iskemik, terdapat suatu gangguan
suplai darah pada daerah otak, baik itu dikarenakan oleh pembentukan thrombus
atau suatu emboli.
Kehilangan aliran darah otak menyebabkan kegagalan produksi energi
pada sel otak yang
bersangkutan. Kekurangan aliran darah ini menyebabkan hipoperfusi jaringan,
hipoksia jaringan, dan kematian sel. Endapan lemak pada pembuluh darah
menyebabkan turbulensi aliran darah dan menyebabkan cedera pada pembuluh
darah, membuat pembuluh darah terpapar kolagen (Dipiro 11th edistion).
D. Gejala Klinis
Secara umum Pasien stroke tidak dapat melaporkan riwayat dengan baik
karena penurunan kemampuan kognitif dan bahasa. Riwayat yang dapat
diandalkan mungkin harus datang dari anggota keluarga atau saksi. Gejala yang
dapat dilihat seperti pasien mungkin mengeluhkan kelemahan pada satu sisi
tubuh, ketidakmampuan berbicara, kehilangan penglihatan, vertigo, dan/atau
jatuh. Stroke iskemik biasanya tidak menyakitkan, tetapi beberapa pasien
mungkin mengeluh sakit kepala. Nyeri dan sakit kepala, seringkali parah, lebih
sering terjadi pada stroke hemoragik (Dipiro 11th Edition).
E. Diagnosis
Evaluasi gejala dan tanda klinik stroke akut meliputi
a. Anamnesis, mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas pasien saat serangan,
gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan
(hiccup), gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko stroke
(hipertensi, diabetes, dan lain-lain).
b. Pemeriksaan Fisik, meliputi penilaian A-B-C, nadi, pulse oksimetri dan suhu
tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala akibat jatuh saat
kejang, bruit karotis dan sifon, dan tanda distensi vena jugular pada gagal jantung
kongestif). Pemeriksaan toraks (jantung dan paru), abdomen, kulit dan
ekstremitas.
c. Pemeriksaan Neurologic dan skala stroke, pemeriksaan neurologik terutama
pemeriksaan saraf kranialis, rangsang selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara
jalan, refleks, koordinasi, sensorik dan fungsi kognitif. Skala stroke yang
dianjurkan saat ini adalah NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale)
(kelas I, peringkat bukti B).
d. Pemeriksaan penunjang, meliputi pemeriksaan CT-scan tanpa kontras (kelas I,
peringkat bukti B), kadar gula darah, elektrolit serum, tes fungsi ginjal,
elektrokardiografi (EKG), penanda iskemik jantung, hitung darah lengkap
(termasuk trombosit), PT / INR, aPTT, fibrinogen (kelas I, peringkat bukti B).
Pada pasien tertentu, diperlukan pemeriksaan tes fungsi hati, toksikologi, kadar
alkohol dalam darah, tes kehamilan, analisis gas darah, foto rontgen toraks
(sebagian besar pasien stroke tidak memerlukan foto rontgen toraks pada evaluasi
awal (kelas III, peringkat bukti B), pungsi lumbal bila ada dugaan perdarahan
subaraknoid, sedangkan bila CT-scan tidak menunjukkan adanya perdarahan
(sebagian besar pasien stroke tak memerlukan lumbal pungsi) (AHA / ASA, kelas
IV peringkat bukti B), elektro-ensefalografi (EEG) bila ditemukan kejang dan
pemeriksaan kemampuan menelan.
F. Terapi Farmakologi
Terapi spesifik stroke iskemik hiperakut adalah dengan pemberian Trombolisis
dengan rtPA (Alteplase), onset pemberian trombolisis yang direkomedasikan ialah
≤4,5 jam atau ≤6 jam (bukan wake up stroke) pada jalur intravena dengan
sirkulasi anterior. (kelas I, peringkat bukti B). Pemberian IV rtPA (Alteplase)
dosis 0,6-0,9 mg/kg BB (maksimum 90 mg), 10% dari dosis total diberikan
sebagai bolus inisial dalam 1-2 menit, dan sisanya diberikan sebagai infus selama
60 menit, terapi tersebut harus diberikan dalam rentang waktu 4,5 jam dari onset
(kelas I, peringkat bukti A-B). Onset pemberian IV rtPA (Alteplase) dosis 0,6-0,9
mg/kgBB (maksimum 90mg) dapat diperpanjang hingga ≤ 6 jam dari onset.
Prosedur aplikasi pemberian terapi trombolisis rtPA (Alteplase) pada stroke
iskemik akut. Kriteria inklusi
1) Usia ≥ 18 tahun.
2) Diagnosis klinis stroke dengan defisit neurologis yang jelas.
3) Onset ≤4,5 jam atau ≤6 jam
4) Tidak ada gambaran perdarahan intrakranial pada CT-scan / MRI (DWI)
5) Pasien atau keluarga mengerti dan menerima keuntungan dan risiko yang
mungkin timbul. Harus ada persetujuan tertulis dari pasien atau keluarga
untuk dilakukan terapi rtPA (Alteplase).
6) Boleh diberikan pada pasien yang mengonsumsi aspirin atau kombinasi
aspirin dan klopidogrel sebelumnya.
7) Boleh diberikan pada pasien gagal ginjal kronik dengan aPTT normal (risiko
perdarahan meningkat pada pasien dengan peningkatan aPTT).
8) Boleh diberikan pada pasien dengan sickle cell disease.
Kriteria eksklusi
1) Defisit neurologis ringan (NIHSS ≤5) atau cepat mengalami perbaikan.
2) Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 bulan terakhir.
3) Infark multilobar (gambaran hipodens >1/3 hemisfer serebri).
4) Kejang pada saat onset stroke.
5) Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post-iktal.
6) Riwayat stroke iskemik atau cedera kepala berat dalam 3 bulan sebelumnya.
7) Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur) pada pemeriksaan fisis.
8) Riwayat pembedahan mayor atau trauma berat dalam 2 minggu sebelumnya.
9) Riwayat perdarahan gastrointestinal atau traktus urinarius dalam 3 minggu
sebelumnya.
10) Riwayat operasi intracranial / spinal 3 bulan terakhir.
11) Riwayat perdarahan intracranial.
12) Pasien dengan tumor intracranial intra-aksial.
13) Tekanan darah sistolik >185 mmHg, diastolik >110 mmHg.
14) Glukosa darah 400 mg/dL.
15) Gejala perdarahan subaraknoid.
16) Gejala endocarditis infektif.
17) Gejala atau kecurigaan diseksi aorta.
18) Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi atau pungsi lumbal
dalam 1 minggu sebelumnya.
19) Jumlah platelet 40 atau PT >15.
20) Bila mendapat terapi heparin dalam 48 jam atau LMWH dalam 24 jam
terakhir.
21) Gambaran klinis adanya perikarditis post infark miokard.
22) Infark miokard dalam 3 bulan sebelumnya.
23) Wanita hamil.
24) Tidak sedang menkonsumsi antikoagulan oral (atau bila sedang dalam terapi
antikoagulan hendaklah INR ≤1,7).
25) Nilai aPTT >40 atau PT >15
G. Terapi Non Farmakologi Stroke
- Pembedahan (Surgical Intervention) : Pembedahan yang dilakukan meliputi
carotid endarcerectomy, dan pembedahan lain. Tujuan terapi pembedahan
adalah mencegah kekambuhan TIA dengan menghilangkan sumber oklusi.
Carotidendarterectomy diindikasikan untuk pasien dengan stenois lebih dari
70%.
- Intervensi Endovaskuler : Intervensi Endovaskuler terdiri dari : angioplasty
and stenting, mechanical clot distruption dan clot extraction. Tujuan dari
intervensi endovaskuler adalah menghilangkan trombus dari arteri
intrakarnial.
- Perubahan pola hidup yang lebih sehat dengan banyak makan sayur,
mengkonsumsi buah, mengurangi konsumsi lemak, dll.
H. Diagnosa Stroke
• Tes laboratorium untuk keadaan hiperkoagulasi harus dilakukan ketika
penyebabnya tidak dapat ditentukan berdasarkan adanya faktor risiko. Protein C,
Protein S, dan antitrombin III paling baik diukur pada kondisi sehat dari pada
tahap akut.
• Pemindaian kepala computed tomography (CT) dan magnetic resonance
imaging (MRI) mengungkapkan area perdarahan dan infark ( Dipiro 2015 ed 9 hal
120 -121 )
I. Algoritma Stroke (Dipiro 2008 hal 166)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil

No RM :-
Rumah Sakit UHAMKA Nama Pasien : Tn. Dion
Jl. Delima 1 No 1, Jakarta Tgl Lahir/Umur : 65 Tahun
Timur Jenis kelamin : L (70 kg/178 cm)
Telphone: (021)
0890909090

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI


KLINIK: Uhamka Indah
Tanggal/ Profesiona Hasil Asesman Pasien dan Instruksi PPA Review dan
Jam l Pemberi Pemberian Pelayanan verifikasi DPJP
Asuhan
(PPA)
Subjective Plan
15/12/202 Apoteker Keluhan saat ini Terapi
1 Mengalami kesulitan Farmakologi
berbicara, mati rasa
lengan kiri dan nyeri 1. Penggunaan
kepala dan demam Aspirin
dihentikan
Riwayat penyakit saat Aspirin tidak
ini diperlukan
Pasien dibawa ke rumah untuk pasien
sakit (tanggal 5 Desember stroke iskemik
2021 pukul 09.00 WIB) dengan nilai
karena tiba-tiba terjatuh tekanan darah <
ketika sedang olahraga 185/110
ringan di rumahnya mmHg, cukup
(tanggal 5 Desember 2021 diberikan
pukul 07.00 WIB). Alteplase
Beberapa hari lalu pasien dengan dosis
sering merasa kesemutan 0,9 mg/kg BB
dan nyeri kepala. (Dipiro 11th
Edition)
Riwayat penyakit pasien harus
terdahulu menerima 6,3
mg bolus
Hipertensi sejak 5 tahun lalu dalam 1-2
Riwayat Penyakit menit, 56,7 mg
Keluarga: selama 1 jam
Stroke, Hipertensi dan DM (PNPK Tata
tipe 2. Laksana
Stroke, 2019)
Riwayat Pengobatan
Sejak 5 tahun yang lalu
menggunakan amlodipine 5 2. Pasien diberikan
mg peroral di pagi hari paracetamol prn
setiap hari, simvastatin 10 (jika perlu)
mg peroral pada malam
hari sebelum tidur setiap Terapi Non-
hari dan rutin Farmakologi
menggunakan aspirin. 1. Diet dan nutrisi
menurunkan
Riwayat lingkungan, konsumsi
sosial dan gaya hidup: natrium dan
Pasien pensiunan, tidak meningkatkan
merokok. Sering lupa konsumsi
minum obat. Dalam satu kalium untuk
bulan terakhir hanya
minum obat 1 kali menurunkan
seminggu. tekanan darah
2. diet sehat
Riwayat Alergi dengan.
tidak ada konsumsi buah-
buahan.
Objective sayuran, produk
CT Scan susu rendah
Infark di otak tengah lemak
bagian kanan, tidak ada
tanda pendarahan Melakukan
Diagnosa
Stroke Iskemik dan
Hipertensi
Tanda Vital
 Tekanan Darah diatas
normal, indikasi
Hipertensi tidak
terkontrol
 Suhu tubuh sedikit
demam atau 75 menit tiap
 Nilai WBC diatas minggu dengan
normal, indikasi ada intensitas besar
inflamasi (PNPK Stroke,
 Nilai Na, K, Cl,
BUN, dan aPPT 2019
normal
DRP’s
DRP’s
1. Improper Drug
Selection (penggunaan
Aspirin tidak
diperlukan)
2. Untreated Indication
(demam)
3. Drug’s Interaction
(Aspirin dan Alteplase)

B. Pembahasan
Pada praktikum ini mahasiswa diminta untuk mengerjakan kasus
mengenai penyakit stroke dan hipertensi. Stroke adalah suatu keadaan dimana
ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa deficit neurologi
fokal atau global, yang dapat memberat dan berlangsung selama 24 jam atau lebih
dan atau dapat menyebakan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler. Stroke dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar yaitu
stroke iskemik yaitu terganggunya sel neuron dan gila karena kekurangan darah
akibat sumbatan arteri yang menuju otak atau perfusi otak yang inadekuat dan
stroke pendarahan yaitu terjadinya pendarahan intracranial akibat pecahnya
pembuluh darah otak (PPS, 2013). Sementara itu untuk hipertensi terbagi menjadi
beberapa klasifikasi diantaranya adalah hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer belum diketahui penyebabnya, faktor yang dapat berperan
adalah bertambahnya usia, stress, konsumsi makanan dan minuman yang tidak
sehat, dan genetik. Sementara hipertensi sekunder penyebabnya sudah diketahui,
umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan
tubuh, misalnya ginjal tidak berfungsi atau gangguan keseimbangan hormon.
Pasien merupakan seorang laki-laki berumur 65 tahun dengan berat 70kg
dan tinggi 178 cm bernama Dion. Pasien mengatakan bahwa ia mengalami
kesulitan berbicara, mati rasa lengan kiri dan nyeri kepala dan demam. Sejak 5
tahun yang lalu menggunakan amlodipine 5 mg PO di pagi hari setiap hari,
simvastatin 10 mg PO pada malam hari sebelum tidur setiap hari dan rutin
menggunakan aspirin. Riwayat penyakit yang diderita adalah Pasien dibawa ke
rumah sakit pada tanggal 5 Desember 2021 pukul 09.00 WIB karena tiba-tiba
terjatuh ketika sedang olahraga ringan di rumahnya tanggal 5 Desember 2021
pukul 07.00 WIB. Beberapa hari lalu pasien sering merasa kesemutan dan nyeri
kepala. Selain itu sejak 5 tahun terakhir mengalami hipertensi. Diagnosa yang
ditegakkan oleh dokter adalah pasien mengalami Stroke Iskemik dan hipertensi.
Pasien merupakan pensiunan dan tidak merokok atau mengkonsumsi alkohol.
Namun pasien sering lupa minum obat. Dalam Satu bulan terakhir hanya minum
obat 1 minggu. Sejak 5 tahun yang lalu menggunakan amlodipine 5 mg PO di
pagi hari setiap hari, simvastatin 10 mg PO pada malam hari sebelum tidur setiap
hari dan rutin menggunakan aspirin.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa tekanan darah pasien
tinggi, yaitu 185/110 mmHg dimana pemeriksaan dilakukan dua kali dan hasil
kedua yaitu 179/104 mmHg. Nilai normal dari tekanan darah adalah kurang dari
140/80 mmHg. Pasien dapat digolongkan pada hipertensi derajat II (JNC 7).
Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karena genetic, pola hidup yang
tidak sehat, stress, dll. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya
DM. Hubungannya dengan DM tipe 2 sangatlah kompleks, hipertensi dapat
membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Insulin berperan
meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan dengan cara ini juga mengatur
metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi insulin oleh sel, maka
kadar gula di dalam darah juga dapat mengalami gangguan.
Suhu tubuh pasien sedikit demam, yaitu pada pemeriksaan pertama 39ºC dan
pada pemeriksaan kedua 38,5ºC. normalnya suhu tubuh manusia adalah 37°C.
Nilai WBC berada diatas normal yaitu 5,9x103/mm3 menunjukkan adanya indikasi
inflamasi. Normalnya nilai WBC yaitu 3,2 – 10 x103/mm3. Nilai Na berada pada
nilai normal yaitu 140 mEq/L, Nilai rujukan untuk nilai Na yaitu 135 – 144
mEq/L. Nilai K berada pada nilai normal yaitu 4,2 mEq/L, Nilai rujukan untuk
nilai K yaitu
≥ 18 tahun : 3,6 – 4,8 mEq/L. Nilai Cl berada pada nilai normal yaitu 103 mEq/L,
Nilai rujukan untuk nilai Cl yaitu 97 - 106 mEq/L. Nilai BUN berada pada nilai
normal yaitu 10 mg/dL, Nilai rujukan untuk nilai BUN yaitu 5-18 mg/dL. Nilai
aPTT berada pada nilai normal yaitu 25,3 detik, Nilai rujukan untuk nilai aPTT
yaitu 21-45 detik.
Dokter meresepkan Alteplase 0.9 mg/ kg dengan dosis 6,3 mg bolus 15 menit,
dan untuk dosis infus yaitu 56,7 mg infus selama 120 menit yang diberikan
melalui Intravena pada pagi hari. Dan juga diberikan aspirin 325 mg 1x sehari
yang diberikan melalui oral pada SI. Alteplase merupakan obat golongan
fibrinolitik atau trombolitik. Mekanisme kerja obat ini yaitu denganbekerja
dengan cara mengaktifkan plasminogen untuk memecah fibrin pada gumpalan
darah. Obat ini bisa digunakan untuk memecah gumpalan darah pada pasien
serangan jantung, stroke, atau emboli paru. mekanisme kerja obat aspirin yaitu
dengan menghambat sintesis platelet melalui asetilasi enzim COX dalam platelet
secara ireversibel. Karena platelet tidak mempunyai nukleus, maka selama
hidupnya platelet tidak mampu membentuk enzim COX ini. Akibatnya sintesis
tromboksan A2 (TXA2) yang berperan besar dalam agregasi trombosit terhambat.
Drp’s yang terjadi adalah adanya improper drug selection dari penggunaan aspirin
yang tidak diperlukan, underated indication karna demam dan drug interaction
antara aspirin dan alteplase. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi Drp’s
yaitu dengan Penggunaan Aspirin dihentikan Aspirin tidak diperlukan untuk
pasien stroke iskemik dengan nilai tekanan darah < 185/110 mmHg, cukup
diberikan Alteplase dengan dosis 0,9 mg/kg BB pasien harus menerima 6,3 mg
bolus dalam 1-2 menit, 56,7 mg selama 1 jam. Pasien dapat diberikan Paracetamol
prn jika perlukan.
Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan adalah dengan Diet dan
nutrisimenurunkan konsumsi natrium dan meningkatkan konsumsi kalium untuk
menurunkan tekanan darah diet sehat dengan konsumsi buah-buahan. sayuran,
produk susu rendah lemak melakukan aktifitas fisik minimal 150 menit tiap
minggu dengan intensitas sedang atau 75 menit tiap minggu dengan intensitas
besar.
Monitoring dilakukan dengan :
1. Apakah pasien mengalami tekanan darah yang tidak stabil ?
2. Pemantauan penggunaan obat yang diberikan
3. Pencatatan faktor resiko, penanganan stroke akut
Tabel Drps dan Interaksi pada resep
Alteplase (ISO volume 50 Hal 215 )

Komposisi Alteplase
Indikasi Terapi trombolitik pada infark miokard akut,
embolisme paru dan stroke iskemik akut
Dosis Pakai Terapi trombolitik pada infark miokardium akut 90 menit,
untuk terapi dapat dimulai 6 jam setelh timbulnya gejala. 15
mg melalui bolus IV, 50 mg melalui infus selama 30 menit
pertama, di ikuti melalui infus 35 mg selama 60 menit,
sampai dosis maksimal 100 mg, pada pasien berat dibawah
65 kg, total dosis yang digunakan harus dinaikkan sebanyak
15 mg melalui bolus IV, dan 0,75 mg/kgBB selama 30
menit(max 50 mg), diikuti melalui infus 0,5mg/kg selama 60
menit max 35 mg
: 3 jam dosis regimen untuk pasien terapi dimulai antara 6-
12 jam: Awal, injeksi intravena 10 mg, diikuti dengan infus
intravena 50 mg selama 60 menit. Kemudian 4 kali infus
intravena 10 mg selama 30 menit (total 100 mg selama 3
jam; maksimal 1,5 mg/kg bb pada pasien dengan berat badan
kurang dari 65 kg). Embolisme paru : total dosis 100 mg
harus diberikan sekama 2 jam. Dosis injeksi intravena 10 mg
selama 1-2 menit, diikuti dengan infus intravena 90 mg
selama 2 jam; maksimal 1,5 mg/kg bb pada pasien dengan
berat badan kurang dari 65 kg. Stroke akut, (terapi harus
dimulai dalah 3 jam), meliputi intravena 900 mcg/kg bb
(maksimal 90 mg) selama 60 menit; 10% dosis diberikan
melalui injeksi intravena; pengobatan harus diberikan sedini
mungkin dalam
4.5 jam dari timbulnya gejala.
DRPs
Tepat Dosis Belum tepat, pasien harusnya menerima 6,3 mg bolus dalam
1-2 menit, 56,7 mg selama 1 jam.
Tepat Indikasi Tepat, dikarenakan dari gejala yang dirasakan pasien.

Interaksi Obat Penggunaan alteplase dengan aspirin dapat


meningkatkan resiko pendarahan.

Aspirin (ISO volume 50 Hal 6)


Komposisi Asetosal 500 mg
Indikasi Sakit kepala, pusing, sakit gigi, nyeri otot, demam

Dosis Pakai Dewasa : sehari 1-3 tab; anak > 5 tahun : ½ - 1 tab;
max sehari 1 ½ -3 tab
DRPs
Tepat Dosis Belum tepat, karena penggunaannya seharusnya
tidak diperlukan.
Tepat Indikasi Belum Tepat, dikarenakan dari gejala yang
dirasakan pasien seharusnya diberikan paracetamol
untuk menangani demam.
Interaksi Obat Penggunaan aspirin dengan alteplase dapat
meningkatkan resiko pendarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, J.T et al. Pharmacotherapy Handbook elevent edition. USA: The
Mc.,Graw Hill Company.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2015. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia,
Volume 50 2015 s/d 2016. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
JNC VII. 2003. The seventh report of the Joint National Committee onprevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.Hypertension, 42:
1206-52.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stroke. 2019. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/394.
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas). 2014. Informatorium Obat Nasional
Indonesia IONI. Diakses 7 Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai