Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

STROKE DAN HIPERTENSI

Disusun Oleh : Kelompok II


Febby Amalia Sofiana : 1804015249
Hanindita Puspita Sari : 1804015184
Saffira Hersa K.H : 1804015068
Zahwa : 1804015279
Yosi Melina Gesti : 1804015242

Dosen Pengampu Praktikum : apt. Nora Wulandari, M. Farm


Tanggal diskusi kelompok : 08 Desember 2021
Tanggal presentasi kelompok : 08 Desember 2021

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
JAKARTA
2021
BAB I
KASUS

A. Kasus

Anda sebagai apoteker di rumah sakit sedang melakukan visite pada pasien stroke dan hipertensi.

LEMBAR HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PASIEN

Identitas Pasien
Nama : Tn. Dion
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
BB/TB : 70 kg/178 cm
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan terakhir : S1
Alamat : Jalan Melati 2, Jakarta Pusat

Riwayat Penyakit

Keluhan saat ini: Mengalami kesulitan berbicara, mati rasa lengan kiri dan nyeri
kepala dan demam.
Riwayat penyakit saat ini: Pasien dibawa ke rumah sakit (tanggal 5 Desember 2021
pukul 09.00 WIB) karena tiba-tiba terjatuh ketika sedang olahraga ringan di
rumahnya (tanggal 5 Desember 2021 pukul 07.00 WIB). Beberapa hari lalu pasien
sering merasa kesemutan dan nyeri kepala.
Diagnosa: Stroke Iskemik dan hipertensi
Riwayat penyakit terdahulu: Hipertensi sejak 5 tahun lalu
Riwayat Penyakit Keluarga: Stroke, Hipertensi dan DM tipe 2
Riwayat pengobatan: Sejak 5 tahun yang lalu menggunakan amlodipine 5 mg PO di
pagi hari setiap hari, simvastatin 10 mg PO pada malam hari sebelum tidur setiap
hari dan rutin menggunakan aspirin.
Riwayat lingkungan, sosial dan gaya hidup: Pasien pensiunan, tidak merokok.
Sering lupa minum obat. Dalam satu bulan terakhir hanya minum obat 1 kali
seminggu.
Riwayat Alergi: tidak ada

Laporan Hasil Pemeriksaan

Nama : Tn. Dion


Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
BB/TB : 70 kg/178 cm
Alamat : Jalan Melati 2, Jakarta Pusat

Hasil Pemeriksaan
Jenis 5 Desember 6 Desember 2021 Nilai Rujukan
pemeriksaan 2021
Tanda Vital
Tekanan darah 185/110 179/104 <140/80 mg/dL
mmg/dL mmg/dL
Suhu 39oC 38.5oC 37oC

Darah
WBC 5,9x103/mm3 3,2 – 10
x103/mm3
Na 140 mEq/L 135 – 144 mEq/L
K 4,2 mEq/L ≥ 18 tahun : 3,6
– 4,8 mEq/L
Cl 103 mEq/L 97 - 106 mEq/L
BUN 10 mg/dL 5-18 mg/dL
aPTT 25,3 detik 21-45 detik

Hasil pemeriksaan CT Scan: infark di otak tengah bagian kanan, tidak ada tanda-
tanda hemoragik

Catatan Pengobatan

5-12-2021 6-121-2021
No. Nama Obat Dosis Rute
P SI S M P SI S M
1. Alteplase 0.9 6,3 mg IV 
mg/ kg bolus 15
menit,
56,7 mg
infus
selama
120
menit
2. Aspirin 325 mg 1xsehari Oral  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI
a. Stroke
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi
otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (WHO), 2014). Stroke
merupakan gangguan fungsi otak yang timbul mendadak karena terjadinya
gangguan peredaran darah otak yang menimbulkan kehilangan fungsi neurologis
secara cepat. Dampak dari penyakit stroke diantaranya keterbatasan aktivitas
(Pinzon & Asanti, 2010). Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai
berikut:
1. Stroke Iskemik
Sekitar 80% - 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat
obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:
a) Transient Ischaemic Attack (TIA):
defisit neurologis membaik dalam waktu kurang dari 30 menit
b) Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND):
defisit neurologis membaik kurang dari 1 minggu
c) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
d) Completed Stroke
Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi: Trombosis, Embolisme,
Vasokonstriksi, Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).
Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik berdasarkan penyebab: lakunar,
thrombosis pembuluh besar dengan aliran pelan, embolik dan kriptogenik
(Dewanto dkk, 2009).
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% - 20% dari semua stroke,
dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan
otak. Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum
hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular
(Berry), ruptura malformasi arteriovena 11 (MAV), trauma, penyalahgunaan
kokain, amfetamin, perdarahan akibat tumor otak, infark hemoragik, penyakit
perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan (Price & Wilson, 2012).

 Patofisiologi
Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti yang
terjadi pada stroke, di otak akan mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan
kerusakan permanen (AHA, 2015). Pembuluh darah yang paling sering terkena

4
adalah arteri serebral dan arteri karotis interna yang ada di leher (Guyton & Hall,
2014). Adanya gangguan pada peredaran darah otak dapat mengakibatkan cedera
pada otak melalui beberapa mekanisme, yaitu :
1. Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang menimbulkan
penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat yang selanjutnya akan terjadi
iskemik.
2. Pecahnya dinding pembuluh darah yang menyebabkan hemoragik.
3. Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan
otak.
4. Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang interstitial
jaringan otak (Smeltzer & Bare, 2013).

 Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) stroke biasanya diakibatkan oleh salah
satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :
1. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis, yang merupakan
penyebab paling umum dari stroke. Secara umum, trombosis tidak terjadi
secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia
pada setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau
hari.
2. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral
tengah atau cabangcabangnya yang merusak sirkulasi serebral (Valante dkk,
2015).
3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama karena
konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak (Valante dkk,
2015).
4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan
ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Pasien dengan perdarahan dan hemoragi mengalami penurunan nyata pada
tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak responsif. Akibat dari
keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak dalam gerakan,
berfikir, memori, bicara, atau sensasi.

 Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, stroke dapat dibagi menjadi tiga
kategori, antara lain :
1. Serangan iskemik sepintas, yang merupakan gangguan neurolgis fokal atau
saraf pusat yang timbul secara mendadak dan menghilang beberapa menit
sampai beberapa jam. Stroke ini bersifat sementara, namun jika tidak
ditanggulangi akan berakibat pada serangan yang lebih fatal.

5
2. Progresif atau involution (stroke yang sedang berembang), yaitu perjalanan
stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke dimana defisit
neurologisnya terus bertambah atau gangguan pada sistem saraf pusat
mengalami gangguan.
3. Stroke lengkap/completed, yaitu gangguan neurlogis maksimal sejak awal
serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke di mana fungsi sistem saraf
menurun pada saat onset atau serangan lebih berat. Stroke ini dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen jika tidak segera ditanggulangi (Arya,
2011).

 Tanda dan Gejala


1. Kehilangan motorik
 Adanya defisit neurologis/kelumpuhan fokal seperti hemiparesis (lumpuh
sebelah badan kanan/kiri saja).
 Baal mati rasa sebelah badan, rasa kesemutan, terasa seperti terkena cabai
(terbakar)
 Mulut mencong, lidah moncong, lidah mencong bila diluruskan.
 Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil.
2. Kehilangan komunikasi
 Bicara jadi pelo
 Sulit berbahasa kata yang diucapkan tidak sesuai dengan
keinginan/gangguan berbicara berupa pelo, cegal dan kata-katanya tidak
bisa dipahami (afasia).
 Bicara tidak lancar hanya sepatah kata yang terucap.
 Bicara tidak ada artinya.
 Tidak memahami pembicaraan orang lain.
 Tidak mampu membaca dan penulis.
3. Gangguan persepsi
 Penglihatan terganggu, penglihatan ganda (diplopia)
 Gerakan tidak terkoordinasi, kehilangan keseimbangan.
4. Defisit intelektual
 Kehilangan memori/pelupa
 Rentang perhatian singkat
 Tidak bisa berkonsentrasi
 Tidak dapat berhitung
5. Disfungsi kandung kemih Tidak bisa menahan kemih dan sering berkemih
(Junaidi, 2011).

6
 Faktor Risiko Stroke
Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi merupakan faktor yang berupa
karakteristik atau sifat pada seseorang yang dapat meningkatkan kemungkinan
berkembangnya suatu penyakit tertentu. Faktor risiko stroke yang tidak dapat
dimodifikasi yaitu faktor yang berupa karakteristik atau sifat pasien yang tidak
dapat diubah. Contoh dari faktor ini yaitu usia, jenis kelamin, dan faktor
genetik (Goldstein dkk, 2010).
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
Faktor yang dapat dimodifikasi terdiri dari tingkatan pertama dan kedua.
a) Tingkat pertama faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi, diurutkan
dari tingkat banyaknya kejadian yaitu hipertensi, diabetes mellitus,
merokok, fibrilasi atrium dan disfungsi ventrikel kiri.
b) Tingkatan kedua yaitu terdiri dari kolesterol, hiperlipidemia, asimtomatik
karotid stenosis, sickle cell disease, terapi hormon esterogen, diet, obesitas,
alkohol, migrain, dan hiperkoagulasi. Kebanyakan dari faktor risiko yang
tingkatan kedua ini, memiliki hubungan dengan pengembangan faktor
risiko tingkat pertama, misalnya obesitas merupakan faktor risiko untuk
terjadinya hipertensi dan diabetes (Goldstein dkk, 2010).
Faktor risiko yang umumnya menyebabkan stroke yaitu tekanan darah
tinggi (hipertensi). Tekanan darah tidak boleh melebihi 140/90 mmHg. Tekanan
darah yang tinggi akan menyebabkan tingginya tekanan di dinding arteri sehingga
bisa menyebabkan bocornya arteri otak, bahkan ruptur pada arteri otak yang akan
mengakibatkan terjadinya stroke hemoragik. Tekanan darah tinggi juga bisa
menyebabkan stroke iskemik yang dikarenakan oleh adanya atherosclerosis (Silva
dkk, 2014).

b. Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah
suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-
menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik
yang bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang
bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi. Menurut American
Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer
dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan
penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk.
Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau
tinnitus dan mimisan.

7
 Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah
M., 2012) :
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya:
a) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
b) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko
tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c) Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya
penyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu:
a) Coarctationaorta
Yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada
aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal.
Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi
sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan
c) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke
ginjal.
Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous).
d) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan

8
darah akan kembali normal setelah beberapa bulan penghentian oral
kontrasepsi.
e) Gangguan endokrin.
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin.
f) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu.
h) Kehamilan
i) Luka bakar
j) Peningkatan tekanan vaskuler

 Klasifikasi

 Terapi
a. Terapi Farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada
pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah
setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi
derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan
untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :
1. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
2. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
3. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada
usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
4. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
5. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
6. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur

9
b. Terapi Non-Farmakologi
Non farmakologis Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan:
1. Penurunan berat badan
2. Mengurangi asupan garam
3. Olahraga
4. Mengurangi konsumsi alkohol
5. Berhenti merokok
 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor yang tidak dapat berubah adalah :
a) Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih
berisiko untuk terkena hipertensi.
b) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita
meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
c) Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
d) Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri
hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia
atau Amerika Hispanik.
2. Faktor yang dapat diubah
Faktor yang dapat berubah adalah :
a) Merokok
b) Kurang aktivitas fisik
c) Konsumsi alkohol & kopi
d) Mengkonsumsi makanan yang mengandung garam
e) Mengkonsumsi makanan berlemak

10
B. ALGORITMA TERAPI
1. Algoritma Pengobatan Stroke

11
2. Algoritma Pengobatan Hipertensi

12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

No RM : 007
Rumah Sakit UHAMKA Nama Pasien : Tn. Dion
Jl. Delima 1 No 1, Jakarta Timur Tgl Lahir/Umur : 65 tahun
Telphone: (021) 0890909090 Jenis kelamin : laki-laki

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI

KLINIK : Sejahtera

Tanggal/ Profesional Hasil Asesman Pasien dan Instruksi PPA Review dan
Jam Pemberi Pemberian Pelayanan verifikasi
Asuhan DPJP
(PPA)
8/12/2021 Febby Subjektif : Plan Zahwa
Hanin 1. Indikasi yang tidak
Keluhan saat ini:
Echa diobati : pemberian pct
Mengalami kesulitan
Oci 500 mg 3xsehari untuk
berbicara, mati rasa lengan
penurun demam
kiri, nyeri kepala dan
demam.
2. Overdosis :
Riwayat penyakit saat ini: Berdasarkan literatur
Pasien dibawa ke rumah durasi pemberian
sakit (tanggal 5 Desember ataplase dikurangi
2021 pukul 09.00 WIB) menjadi 60 menit
karena tiba-tiba terjatuh (PNPK Stroke hal.38)
ketika sedang olahraga
ringan di rumahnya (tanggal 3. Gagal menerima
5 Desember 2021 pukul obat :
07.00 WIB). Beberapa hari Pemantauan pasien
lalu pasien sering merasa agar tidak lupa minum
kesemutan dan nyeri kepala. obat.
Diagnosa: Stroke Iskemik
dan hipertensi 4. Waktu pemberian
obat tidak tepat:
Riwayat penyakit Pada pasien yang
terdahulu: Hipertensi sejak mendapat rtPA
5 tahun lalu (Alteplase), pemberian
Riwayat Penyakit aspirin umumnya
Keluarga: Stroke, ditunda sampai 24 jam
Hipertensi dan DM tipe 2 setelah terapi. . (PNPK
13 stroke hal.58)
Riwayat pengobatan:
Sejak 5 tahun yang lalu
menggunakan amlodipine 5
mg PO di pagi hari setiap 5. Interaksi Obat :
hari, simvastatin 10 mg PO Pemberian aspirin dan
pada malam hari sebelum ataplase tidak diberikan
tidur setiap hari dan rutin secara bersamaan.
menggunakan aspirin.
Terapi Non-
Riwayat lingkungan, sosial
dan gaya hidup: Pasien Farmakologi :
pensiunan, tidak merokok.
a. menjaga pola makan
Sering lupa minum obat.
b. memperbanyak buah
Dalam satu bulan terakhir
dan sayur
hanya minum obat 1 kali
c. peningkatan aktivitas
seminggu.
fisik seperti olahraga
Riwayat Alergi: tidak ada teratur
Objektif : d. intervensi pada
pasien stroke iskemi
1. Diagnose : Stroke dilakukan pembedahan
Iskemik dan hipertensi
2. Tekanan Darah : Monitoring :
Hipertensi 179/104 mmg/dL a. Memantau
(6 desember 2021) kepatuhan pasien
dalam meminum
3. Suhu : Demam 38.5oC obat
4. Darah
- WBC Tinggi 5,9 x
10^3/mm^3
- Na Normal 140 mEq/L
- K Normal 4,2 mEq/L
- Cl : Normal 103 mEq/L
- BUN : 10mg/dL
- aPTT :25,3 detik
Assasment :
DRP

1. Indikasi yang tidak


diobati :
Pasien mengalami demam

2. Overdosis : pemberian
ateplase selama 120 menit
(PNPK Stroke hal.38)

3. Gagal menerima obat :


Pasien sering lupa minum
obat.
14
4. Waktu pemberian obat
tidak tepat :
Ketidaksesuaian pemberian
obat aspirin. (PNPK stroke
hal.58)

5. Interaksi Obat :
Adanya interaksi antara
aspirin dan alteplase.
Penggunaan bersamaan
dapat meningkatkan resiko
pendarahan.

B. PEMBAHASAN

Jurnal 1 : Hipertensi sebagai factor penceetus terjadinya stroke

Pada jurnal ini membahas tentang hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular
(PTM) yang sangat berbahaya (Silent Killer). Definisi hipertensi sendiri ialah suatu kondisi
dimana terjadi kenaikan tekanan darah sistolik mencapai angka diatas sama dengan 140
mmHg dan diastolik diatas sama dengan 90 mmHg. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO), di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
mengidap hipertensi. Di Indonesia sendiri, prevalensi hipertensi mencapai 31,7% dan
sekitar 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Faktor-faktor yang menyebabkan
hipertensi diantaranya faktor genetik dan faktor lingkungan seperti obesitas, stres,
konsumsi garam berlebih, merokok, dan alkohol. Gangguan fisiologis yang terjadi pada
pengaturan aliran darah sehingga menyebabkan hipertensi diantaranya gangguan pada
kardiak output dan resistensi perifer, gangguan pada sistem renin-angiotensin, dan
gangguan pada sistem saraf otonom. Terdapat hubungan antara onset dari hipertensi dan
komplikasi hipertensi. Selama jangka waktu yang panjang tersebut, serangkaian perubahan
terjadi dalam sistem kardiovaskular termasuk sirkulasi serebral. Perubahan yang terjadi
seperti renovasi vaskular, peradangan, stres oksidatif, dan disfungsi barorefleks
berkontribusi dalam patogenesis stroke yang disebabkan oleh hipertensi.

Jurnal 2 : Hubungan umur, jenis kelamin, dan hipertensi dengan kejadian stroke

Stroke adalah penyakit neurologi yang paling mengancam kehidupan. Di Indonesia,


diperkirakan setiap tahun terdapat 500.000 penduduk yang terkena serangan stroke. risiko
stroke meningkat seiring dengan berat dan banyaknya faktor risiko. Besar sampel
penelitian adalah 220 orang, yang diambil dengan menggunakan teknik systematic random
sampling. Pengumpulan data diperoleh dari catatan rekam medik dan dianalisis dengan
menggunakan uji statistic Chi-Square. dari hasil penelitian, ditemukan penderita stroke
sebanyak 77 orang (35%) dan bukan stroke sebanyak 143 orang (65%). Kejadian stroke
15
ditemukan paling banyak pada golongan umur > 55 tahun (67,5%), jenis kelamin laki-laki
(52%) dan penderita hipertensi (88,3%). Dari hasil analisis bivariat, nampak bahwa
variabel umur berhubungan dengan kejadian stroke (p=0,000) dan variabel jenis kelamin
tidak berhubungan dengan kejadian stroke (p=0,308). Kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat hubungan antara umur dan hipertensi dengan kejadian stroke, sedangkan
jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian stroke.

Berdasarkan jurnal 1 dan 2 hipertensi dapat di sebabkan diantaranya faktor genetik dan
faktor lingkungan seperti obesitas, stres, konsumsi garam berlebih, merokok, dan alkohol.
Dan dari hasil analisis bivariate jurnal 2, nampak bahwa variabel umur berhubungan
dengan kejadian stroke (p=0,000) dan variabel jenis kelamin tidak berhubungan dengan
kejadian stroke (p=0,308). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara
umur dan hipertensi dengan kejadian stroke, sedangkan jenis kelamin tidak berhubungan
dengan kejadian stroke.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ade Yonata, Pratama, A.S. 2016. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Fakultas
kedokteran. Universitas Lampung.
Aisyah Muhrini S. Sihombing, Ika Y. Hamra, Yusuf. 2013. Hubungan umur, jenis kelamin, dan
hipertensi dengan kejadian stroke. FK UHO.
Pedoman Tata Laksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. 2015 Pedoman Pengendalian
Stroke. 2013. Kementerian kesehatan RI.

17
DOKUMENTASI

18
19

Anda mungkin juga menyukai