LABORATORIUM FARMAKOTERAPI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
JAKARTA
2021
BAB I
KASUS
A. Kasus
Anda Sebagai apoteker di Rumah Sakit sedang melakukan visite pada pasien diabetes
militus tipe 2
LEMBAR HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Tn Daniel
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 65 tahun
BB/TB : 70 kg/178 cm
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan terakhir : S1
Alamat : Jalan Delima 2 Jakarta Timur
Riwayat Penyakit
Keluhan saat ini: Demam, pusing, lemas dan kadang gemetar setelah menggunakan obat.
Sejak semalam mengalami batuk yang tidak dapat ditoleransi dan meminta untuk diganti
obat.
Riwayat penyakit saat ini: Pasien dibawa ke rumah sakit (tanggal 28 Nov 2021) karena
sering merasa pusing beberapa hari sebelumnya, lalu disarankan untuk dirawat.
Diagnosa: DM tipe 2 dan Hipertensi
Riwayat penyakit terdahulu: Sejak tahun terakhir mengalami hipertensi dan diabetes 1
tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada
Riwayat pengobatan: Sejak 1 tahun yang lalu menggunakan Capropril 12,5 mg 1xsehari,
dan Metformin 80 mg 1xsehari.
Riwayat lingkungan, sosial dan gaya hidup: Pasien pensiunan, tidak merokok dan alkohol.
Sering lupa minum obat. Dalam Satu bulan terakhir hanya minum obat 1 minggu.
Riwayat Alergi: tidak ada
A. TEORI
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. DM merupakan
penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM
tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit
degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik dan
katarak.
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme
glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif.Ada tiga ciri
pada penderita diabetes melitus yaitu Polipagi (banyak makan), Polidipsi (banyak
minum) dan Poliuri (banyak kencing). Selain itu, sering pula muncul keluhan
penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada
tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus),
dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Pada DM Tipe 1: gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),
iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit).
Pada DM Tipe 2: gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM
Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai
beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan
komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah
terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk,
dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga
komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (WHO, 1999)
Ada 2 tipe diabetes melitus yaitu diabetes tipe I/diabetes juvenile yaitu
akibat produksi insulin yang tidak ada akibat dari kelainan genetik yang terjadi
sejak usia muda sedangkanDiabetes tipe II yaitu terjadi resistensi insulin, dimana
ada produksi insulin yang optimal namun tidak seluruhnya berfunsi dengan
normal. Umumnya DM tipe II akan dimulai dengan obat-obatan oral, tapi bila
sudah mencapai titik resistensi insulin tinggi dan obat oral tidak membantu fungsi
insulin maka diberikan insulin sintetis ( FKUI, 2009). Penatalaksanaan diabetes
mellitus terdiri dari beberapa terapi, yaitu terapi non farmakologis dan terapi
4
farmakologis, yang salah satunyadengan terapi insulin (Abdulazeez dkk, 2014).
Beberapa tes bisa menentukan tingkat gula dalam darah. GDS (Gula Darah
Sewaktu) yaitu tes gula darah yang dilakukan pada saat kapanpun walaupun
sesudah makan. Jika hasil menunjukkan >200 mg/dl (11,1 mmol/L), maka sudah
pasti penderita gula darah. Ada juga istilah GDP (Gula Darah Puasa), biasanya tes
GDP dilakukan dengan sengaja dan untuk mengetahui kadar gula dalam darah
setelah 8 – 10 jam tidak makan. Dianjurkan untuk dilakukan di pagi hari. Nilai
GDP tidak boleh lebih dari 126 mg/dl (> 7.0 mmol/L) karena akan terindikasi
diabetes. Selain pengukuran melalui tes gula darah, Hemoglobin glikat atau
dikenal dengan nama (HbA1C) bisa menguji produksi selama 3 bulan terakhir.
Jika menunjukkan lebih dari 6,5 % maka bisa di identikkan dengan Diabetes. Lalu
ada juga metode pelitian TTGO ( Tes Toleransi Glukosa Oral). Walaupun berbeda
tes, namun akurasinya sama. Tes ini mengharuskan untuk puasa terlebih dahulu
dan 2 jam setelah minum, baru glukosa bisa diketahui. Jika nilai 2 jam setelah
minum glukosa mencapai lebih besar atau sama dengan 200 mg/DL (11,1
mmol/L) maka seseorang terkena Diabetes.
Adapun program penanggulangan Diabetes bisa dilakukan dengan
berbagai macam cara diantaranya:
a. Pemeriksaan kesehatan secara teratur
b. Menjalani pengobatan secara intensif
c. Aktif secara fisik
d. Memperbaiki kualitas makanan
e. Dukungan masyarakat
5
Berbagai macam batasan tingginya tekanan darah yang dikatakan sebagai
hipertensi. Batasan yang digunakan oleh WHO adalah TDS > 160 mmHg atau
TDD >95 mmHg. Berdasarkan tingginya nilai tekanan darah, maka Hipertensi
dibedakan menjadi:
1. Hipertensi ringan : TDD 90-110
2. Hipertensi sedang : TDD 110-130
3. Hipertensi berat : >130
Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder.
Masing-masing memiliki penyebab yang berbeda, seperti berikut ini.
Hipertensi Primer
Penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak
diketahui. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama
bertahun-tahun.
Hipertensi Sekunder
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena kondisi kesehatan
yang mendasarinya. Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba dan
menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer.Berbagai
kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:
1. Obstruktif sleep apnea (OSA).
2. Masalah ginjal.
3. Tumor kelenjar adrenal.
4. Masalah tiroid.
5. Cacat bawaan di pembuluh darah.
6. Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa
sakit yang dijual bebas.
7. Obat-obatan terlarang.
6
mengalami sumbatan pada pembuluh darah.
3. Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan
pembuluh darah.
4. Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding
pembuluh darah lebih rileks.
5. Obat penghambat renin untuk menghambat kerja enzim yang berfungsi
menaikkan tekanan darah. Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah
akan naik tidak terkendali.
B. ALGORITMA TERAPI
7
2. Algoritma Pengobatan Hipertensi
8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
No RM : 006
Rumah Sakit UHAMKA Nama Pasien : Tn. Daniel
Jl. Delima 1 No 1, Jakarta Timur Tgl Lahir/Umur : 65 tahun
Telphone: (021) 0890909090 Jenis kelamin : Laki-laki
B. PEMBAHASAN
Jurnal 1 :
FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MELLITUS
Jurnal 2 :
Dari jurnal yang telah diperoleh menyatakan bahwa faktor risiko terjadinya
DM tipe II terdiri dari dua yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor
yang dapat dimodifikasi (Rovy, 2018). Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah
umur, jenis kelamin, dan faktor keturunan (Ujani, 2016). Faktor risko DM akan
sering muncul setelah usia ≥45 tahun. Sampai saat ini memang belum ada
mekanismes yang jelas tentang kaitan jenis kelamin dengan DM, tetapi di Amerika
Serikat banyak penderita DM berjenis kelamin perempuan. DM bukan penyakit
yang dapat ditularkan, tetapi penyakit ini dapat diturunkan pada generasi berikutnya
(Ramadhan, 2017). Seseorang yang keluarga kandungnya seperti orang tua maupun
saudara kandung yang memiliki riwayat penderita DM akan berisiko lebih besar
mengalami penyakit DM (Sukmaningsih, Heru SubarisKasjono, & Werdani, 2016).
Hipertensi sendiri bisa menyerang disegala usia tetapi umumnya terjadi pada
orang lanjut usia, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa hipertensi dapat
muncul sejak remaja dan prevalensinya mengalami peningkatan selama beberapa
dekade terakhir, namun banyak yang belum menyadari sehingga menjadi penyebab
munculnya hipertensi pada usia dewasa dan lansia.
Mekanisme terjadinya hipertensi pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang berkaitan dengan gaya hidup. Faktor tersebut diantaranya adalah berat badan
lebih atau obesitas, riwayat hipertensi dalam keluarga atau faktor genetik, ras atau
etnik, jenis kelamin, berat lahir rendah, konsumsi garam yang tinggi, merokok,
13
aktivitas fisik atau olahraga dan pengetahuan rendah. Faktor risiko gaya hidup tidak
sehat pada remaja disebabkan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah
pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
berpengaruh terhadap tindakan atau perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012).
Banyak faktor penyebab hipertensi pada remaja, yang bisa dibedakan menjadi
faktor risiko yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Upaya pencegahan
dan penanggulangan hipertensi didasarkan pada faktor risiko yang dapat diubah
diantaranya perubahan pola makan dan gaya hidup.
14
DAFTAR PUSTAKA
Aisyiyah Nur Farida. 2012. Faktor Risiko Hipertensi pada empat Kabupaten/Kota dengan
Prevalensi Hipertensi Tertinggi
Nasution Fitriana, Andilala, dan Ambali. 2021. Faktor risiko kejadian diabetes mellitus.
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No.2, Mei 2021
Siswanto Yuliaji, Sigit Ambar. 2020. Hipertensi pada Remaja di Kabupaten Semarang.
jurnal penelitian dan pengembangan kesehatan masyarakat indonesia
15
DOKUMENTASI
16
17