Disusun Oleh:
IDENTITAS
Nama : Bp. M
Umur : 70 tahun
Status : Menikah
ANAMNESIS
Dua tahun yang lalu mengeluh badan tersa lemas. Pernah sembuh, 1 bulan
lalu terasa sakit lagi. Pasien periksa ke dokter dan dinyatakan menderita diabetes
melitus. Sudah di obati keluhan utama hilang. Sebelum diobati nafsu makan
meningkat dan BAK 9x tiap malam, setelah di obati hanya BAK 2x. Gelisah,
keringatan juga di sangkal. Pasien banyak minum. Waktu sakit pernah mengalami
1
Anamnesis Sistem
Cerebrospinal : Demam (-), nyeri kepala (-), pusing (-), pingsan (-)
Digesti : Mual (-), Muntah (-), Nafsu makan menurun (-), Nyeri
2
Kebiasaan/Lingkungan
Makan teratur
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
Respirasi : 14 x/ menit
Suhu : 35,7 oC
Abdomen : (-)
3
Kulit : Telapak tangan basah (-), berkeringat (-)
MASALAH/ DD
1. Diabetes Melitus
2. Hipotiroidisme
3. hiperparatiroidisme
PEMERIKSAAN LANJUTAN
DIAGNOSIS KERJA
RENCANA PENATALAKSANAAN
4
- TD 170/ 90 mmHg
- Badan lemas
TERAPI
- Cotriemoksazole
- PPV
- Captopril
- TD 110/ 70 mmHg
- Febris
- Sakit perut
- Pusing (+)
- Diare (-)
- BAB lancar
TERAPI
- Cloramfenicol 4x2
- Paaracetamol 3x1
- Antacid 3x1
Control 3 hari
5
3. Tanggal 20 Februari 2008
TERAPI
- Intra maag 3x
- Klorit 4x2
- TD 120/ 80 mmHg
- Suspect DM
TERAPI
- Glibenclamid 1x1 X
- Kalk
- Vit B1 3x1
- Vit C 3x1
- Gatal
TERAPI
- Nutrivita
6
- Tetrasiklin 3x1
- TD 140/ 70 mmHg
- Pusing (-)
TERAPI
PEMBAHASAN
lemas. Lemas dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, keluhan sempat sembuh dan
dirasakan lagi sejak 1 bulan yang lalu. Pasien sudah pergi k dokter dan dinyatakan
menderita diabetes mellitus. Sebelum diobati nafsu makan meningkat dan pasien
7
Pasein mengkonsumsi 2 macam jenis obat. Pasien sering merasakan
ngantuk sehabis makan dan kulit pada jari tangan kanan terdapat warna putih yang
poliuri, polidipsi, polifagi, dan penurunan berat badan. Pasien telah dinyatakan
gejala trias klasik DM yaitu poliuri, polidipsi dan polifagi yang disertai dengan
penurunan berat badan, dengan hasil pemeriksaan GDP 175 mg/dl dan GD2PP
161 mg/dl.
8
Diabetes Mellitus
Pengertian
kronis. Kadar GDP pada berbagai keadaan adalah sebagai berikut : Diabetes ≥ 7,0
mmol/L, TGT 6-7 mmol/L, Normal < 6 mmol/L; Kadar glukosa 2 jam setelah
Klasifikasi
insulin. Pada DM tipe 1 terjadi defisiensi insulin absolute setelah sel beta
9
Berbagai macam antibody dapat ditemukan sampai 10 tahun
Pengertian
hperglikemia akibat kelainan sekresi insulin oleh sel beta pancreas, gangguan
kerja insulin atau keduannya. Disebut diabetes jika kadar GDP > 126 mg/dl atau
kadar TTGO > 200 mg/dl. Pada DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yaitu
ketidaksanggupan insulin member efek biologi yang normal pada gula darah
tertentu, dikatakan resisten insulin bila dibutuhkan yang lebih banyak untuk
kadag gula darah masih normal atau sedikit meningkat. Kemudian jika telah
terjadi kelelahan sel beta pancreas baru timbul diabetes mellitus klinis yang
10
Etiologi
familial yang kuat. Indeks untuk DM tipe 2 pada kembar monozigot hampir
dan 33% nya untuk anak cucunya. Transmisi genetic adalah paling kuat dan
contoh terbaik terdapat dalam diabetes awitan dewasa muda (mody), yaitu sub
tipe penyakit diabetes yang diturunkan dengan pola autosomal dominan. Jika
orang tua menderita DM tipe 2 rasio diabetes dan non diabetes pada anak adalah
Faktor Resiko
4. Riwayat keluarga DM
8. Pernah TGT/GDPT
11
Patogenesis
Sekresi insulin pada orang non diabetes meliputi 2 fase yaitu fase dini
(fase 1) atau early peak yang terjadi dalam 3-10 menit pertama setelah makan.
Insulin yang disimpan yang disekresi pada fase ini adalah insulin yang disimpan
dalam sel beta: dan Fase lanjut (fase 2) adalah sekresi insulin dimulai 20 menit
sekresi insulin untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah, dan kenaikan
insulin. Makin tinggi kadar glukosa darah sesudah makan makin banyak pula
insulin yang dibutuhkan, akan tetapi kemampuan ini hanya terbatas pada glukosa
Tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang
normal. Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1
tertekan, kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa hati
di sel beta.
12
Faktor-faktor yang dapat menurunkan fungsi sel beta diduga merupakan
factor yang didapat (acquired) antara lain menurunnya massa sel betea, malnutrisi
masa kandungan dan bayi, adanya deposit amilyn dalm sel beta dan efek toksik
sekresi insulin pada sel beta dan ketidakmampuan jaringan perifer berespons
normal dan kadar insulin plasma tidak berkurang. Namun polasekresi insulin
berdenyut dan osilatif lenyap, dan fase pertama sekresi insulin 9 yang cepat yang
dipicu oleh glukosa menurun. Secara kolektif, hal ini adanya gangguan sekresi
insulin yang ditemukan pada awal diabetes tipe 2 dan bukan defisiensi insulin.
yang ringan sampai sedang, yang lebih ringan dibandingkan dengan diabetes tipe
memisahkan respirasi biokimia dari fosforilasi oksidatif. Protein ini yang disebut
uncoupling protein 2 (UPC2), diekspresikan pada sel beta. Kadar UPC2 intrasel
memperkuatnya.
13
endapan amiloid pada autopsy. Amilin, komponen utama amiloid yang
mengendap ini, secara normal dihasilkan oleh sel beta pancreas dan disekresikan
sebagai amiloid di islet. Amilin yang mengelilingi sel beta mungkin menyebabkan
sel beta agak refrakter dalam menerima sinyal glukosa. Amiloid bersifat toksik
bagi sel beta yang ditemukan pada DM tipe 2 tahap lanjut. ( Robbins )
metabolic terhadap kerja insulin, akibatnya untuk kadar glukosa plasma tertentu
disebabkan oleh gangguan pre reseptor, rseptor, dan post reseptor.Gangguan pre
reseptor dapat disebabkan oleh antibody insulin dan gangguan pada insulin.
Gangguan reseptor dapat disebabkan oleh jumlah reseptor yang berkurang atau
oleh gangguan pada froses fosforilasi dan pada signal transduksi di dalam sel otot.
darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan otot dan lemak,
dan menekan produksi glukosa oleh hati. Resistensi insulin dalah keadaan
14
Resistensi insulin merupakan sindrom heterogen, dengan factor genetic
dengan kegemukan, sindrom ini juga dapat terjadi pada orang yang tidak gemuk.
insulin. Pembesaran depot lemak visceral yang aktif secara lipolitik akan
meningkatkan keluaran asam lemak bebas portal dan menurunkan pengikatan dan
hiperglikemia.
15
Skema Patogenesis DM tipe 2
Hiperglikemia
DM tipe 2
16
17
Manifestasi klinis
Trias DM: 1). Poliuria karena glukosa di urin menimbulkan efek osmotic
volume darah turun mencolok. 2). Polidipsia yang disebakan karena sel-sel
osmotic air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik. Sel-sel otak
sarat dengan rasa haus yang berlebihan pada pasien. 3). Polifagia, karena
penyakit cerebrovascular, gagal ginjal, ulkus pada kaki dan gangguan pada
penglihatan.
Asthenia
Kesemutan
Mengantuk
Visus menurun
18
Gatal-gatal pada kulit
PENATALAKSANAAN
melakukan pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis,
2. Terapi farmakologis, yang meliputi pemberian obat obat anti diabetes oral
dan injeksi insulin. Tetapi terapi farmakologis ini diberikan jika penerapan
pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetes dan
19
Tujuan dari terapi Gizi medis
3. Profil lipid
tepat.
energi sehari atau tidak boleh lebih dari 70 % jika dikombinasi dengan
per hari.
20
Lemak : Konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah
b. Latihan Jasmani
bersepeda.
TERAPI FARMAKOLOGIS
c. Biguanid : Metformin
insulin.
21
f. Tiazolidinedion : rosglitazon, Pioglitazon.
KOMPLIKASI
b. Nefropati
Keadaan ini terjadi 15-25 tahun setelah diagnosis pada 35-45% pasien
22
c. Neuropati
pad pembuluh darah kecil member nutirsi pada saraf perifer, dan
a. Penyakit kaki
yang dingin dan nyeri ), neuropati perifer ( kaki hangat, sering hanya
sendi ).
b. Hipoglikemia
yang menjalani terapi dan terkadang pada pada mereka yang menjalani
glukosa darah yang tinggi baru menunjukkan gejala pada kadar yang
23
1. Frekuensi pada kasus penyakit DM tipe 2
24
KESIMPULAN DAN SARAN
insulin dan defisiensi insulin. Insidens dan prevalensi diabetes mellitus makin
metabolic terhadap kerja insulin, akibatnya untuk kadar glukosa plasma tertentu
dan post reseptor.Gangguan pre reseptor dapat disebabkan oleh antibody insulin
dan gangguan pada insulin. Gangguan reseptor dapat disebabkan oleh jumlah
pada post reseptor disebakan oleh gangguan pada froses fosforilasi dan pada
insulin oleh sel beta, sehingga terjadi hiperinsulinemia pada keadaan puasa
glukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan otot dan
25
Resistensi insulin dalah keadaan sensitivitas insulin berkurang. Intervensi
berupa perubahan pola hidup dengan terapi nutria medic dan latihan jasmani
member hasil yang memuaskan dalam jangka pendek. Walaupun banyak teori
26
REFERENSI
3. Guyton & Hall, 2007, Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
4. Sudoyo, Aru W,.et al../editor. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
5. Anna Jonsson, M.Sc., Valeriya., 2008. Clinical Risk Factors, DNA
Variants, and the Development og Type2 Diabetes, NEJM, 359: 21, 2008.
6. The BARI 2D Study Group, NEJM,369:24, 2009.
7. American Diabetes Association, Diabetes Care : 30:S42-S47, 2007