Asimetri wajah,
hilangnya lipatan
nasolabial,
ketidakmampuan
menutup mata dan
berkedip secara
refleks, mengeces,
kesulitan
mengeluarkan
secret untuk
menelan, air mata
mongering
Tes pengecapan pada Tuli konduktif: kerusakan
bagian anterior lidah Hilangnya pengecapan membran timpani, kotoran
dengan mata tertutup, pada 2/3 anterior telinga, otitis media
lidah dan mata lidah
Letakkan objek
pemeriksaan pada
salah satu sisi anterior
lidah
Lakukan pemeriksaan
pada tiap sisi terhadap
rasa manis, asin, asam,
dan pahit
Saraf Sensorik murni Tajam pendengaran: Bisikan kata-kata, Tuli sensorineural: mungkin
vestibulokokle dengarkan dan gesekan jari-jari disebabkan obat
ar atau saraf berespons pada suara tidak didengar (gentamisin), tumor saraf
akustik (VIII) yang dibisikkan, dengan tepat atau akustikus.
gesekan jari; uji sama kanan dan
telinga secara terpisah kiri
Pendengaran Konduksi udara dan Suara mengalamai
(koklear) konduksi tulang: tes lateralisasi ke satu
Weber: getarkan garpu sisi (Weber
tala dan tempatkan negatif); suara
pada garis tengah dilateralisasi
tengkorak menuju telinga
yang mengalami
gangguan
(konduktif), suara
dilateralisasi ke
telinga yang tidak
tidak mengalami
gangguan
(sensorineural)
Konduksi tulang sama
Tes Rinne: garpu tala yang dengan konduksi
bergetar diletakkan udara atau lebih
pada prosesus panjang dari
mastoideus, jika klien konduksi udara
menyebutkan tidak (Rinne negatif)
mendengar lagi,
pindahkan garpu tala
ke depan telinga dan
minta klien member
tanda jika tidak
Keseimbangan terdengar lagi Sindrom Meniere, neuroma
(vestibular) akustik
Uji keseimbangan Berayun, berdiri
Romberg: berdiri dengan dengan
kedua kaki rapat dan memperlebar jarak
mata tertutup kaki untuk
mempertahankan
keseimbangan
(Romberg positif) Lesi pada pons atau batang otak
bawah: ancaman kematian
Tes kalorik: refleks Tidak ada respons batang otak
okulovestibular
(biasanya dilakukan
pada klien koma saja);
memasukkan air
hangat atau dingin ke
tiap telinga dan amati
gerakan mata menjauh
dari rangsang dingin
atau mendekati hangat
Saraf Kranial Campuran Ucapkan “ahhh”: palatum Uvula berdeviasi, Tumor batang otak bawah atau
IX dan X dikaji molle dan faring palatum tidak bisa stroke, Guillain Bare
bersama terangkat simetris, terangkat
uvula di garis tengah
Saraf Kranial Motorik : menelan, Kaji suara: stimulasi Suara serak Paralisis palatum
IX (saraf muntah, belakang tenggorok Suara nasal Trauma atau tumor batang otak,
Glossofaringea vokalisasi dengan spatula lidah Tidak ada muntah trauma leher, stroke
l) (IX,X); otot untuk memeriksa Batuk lemah
faring posterior muntah
(IX); batuk (X)
Saraf Vagus Sensorik: Kaji pengucapan pada Kehilangan
(X) pengecapan bagian belakang lidah pengecapan,
sampai 1/3 dengan gula dan takikardila, ileus
posterior lidah, garam, dengarkan
sensasi telinga denyut jantung dan
dalam (IX); irama
penurunan
denyut jantung,
peningkatan
motilitas saluran
cerna (X)
Saraf Asesorius Motorik murni Bahu simetris, Bahu layu, atrofi otot, Kemungkinan penyebab
Spinal (XII) Elevasi bahu dan mengangkat bahu pengangkatan temuan abnormal termasuk
rotasi kepala melawan tahanan, bahu yang lemah trauma leher, trauma bedah
lateral memalingkan kepala atau palingan radikal, dan tortikolis
lateral melawan kepala yang lemah
tahanan menuju garis
tengah, dapat
mengangkat kepala
dari bantal
Saraf Motorik murni Menjulurkan lidah, Deviasi lidah ke sisi Stroke, sklerosis lateralis
Hipoglosus Gerakan lidah menggerakkan dari sisi yang lemah, atrofi, amiotropik (amyotrophic
(XII) yang satu ke sisi yang fasikulasi, lateral sclerosis [ALS]),
lain dan melawan pipi pembicaraan tidak trauma leher dengan
kanan dan kiri, jelas (disartria) kerusakan pembuluh darah
ucapkan:”light, tight, utama, lesi saraf cranial
dynamite” multiple V, VII, XII
PEMERIKSAAN SARAF CRANIAL
NI : olfactorius-penghidu
Fungsi penghidu diperiksa dengan bau-bauan seperti tembakau, wangi-wangian
yang diminta agar pasien menyebutkannya dengan mata tertutup. Pasien diminta
menutup salah satu lubang hidung dan mencium bau pada lubang hidung yang
terbuka lalu menyebutkan bau apa yang tercium (lakukan secara bergantian).
N II : optikus
Diperiksa dengan pemeriksaan visus terhadap setiap mata, digunakan optotype
snellen yang dipasang pada jarang 6 meter dari pasien. Visus ditentukan dengan
kemampuan membaca jelas deretan huruf-huruf yang ada.
Pemeriksaan lapang pandang :
Minta pasien untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak 1 meter,
minta pasien menutup salah satu mata dengan tangan, minta pasien untuk melihat
hidung pemeriksa, pemeriksa menggerakkan jari tangannya ke samping, atas dan
bawah di ikuti oleh pasien (lakukan pada mata sebelahnya)
Kelainan mata :
1) Total blindness : yidak mampu melihat secara total
2) Hemianopsia : tidak mampu melihat sebagian lapang pandang (temporal,
nasal bitemporal, binasal)
3) Homonymous hemiopsia
4) Homonymous quadrantanopsia
N III : okulomotorius
N IV : trochlearis
N VI : abduscens
Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan bola mata ke segala
arah, diameter pupil dan reflex cahaya serta reflex alomodasi
Paling sensitive terhadap kenaikan tekanan intracranial, ia akan mengalami
gangguan paling awal, bola mata tak dapat melirik ke lateral (perhatikan pasien
dengan nyeri kepala hebat yang tidak hilang-hilang).
NV : trigeminus
N V berfungsi motorik dan sensorik :
Sennsorik diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dahi, pipi dan rahang
bawah dengan goresan kapas dan mata tertutup.
Motorik diperiksa kemampuan menggigitny, rabalah kedua tonus muskulos
massester saat diperintahkan untuk gerak menggigit.
N VII : fascialis
Motorik : diperiksa kemampuan mengangkat alis, mengerutkan dahi, mencucukan
bibir, tersenyum, meringis (memperlihatkan gigi depan), bersiul,
menggembungkan pipi.
Sensorik : diperiksa rasa pengecapan pada permukaan lidah yang dijulurkan (gula,
garam, asam)
N VIII : vsetibulo-acusticus
Fungsi keseimbangan : tes Romberg : pasien berdiri tegak dengan mata tertutyp.
Bila pasien terhuyung-huyung dan jatuh berarti alat keseimbangan tidak baik
(disebut Romberg tes POSITIF). Keseimbangan juga diperiksa dengan berdiri satu
kaki atau berjalan lurus.
Pemeriksaan pendengaran
Tes rinne (garpu tala 256 Hz)
Garpu tala digerakkan, tangkainya ditempelkan pada proc.mastoideus, tepat saat
tidak terdengar pasien member tanda, kemudian pindahkan ujung getar ke muka
liang telinga pasien. Normal masih terdengar suara, hal ini disebut rinne positif.
Rinne positif bisa berarti normal, bisa juga berarti tuli perseptif tidak normal, tuli
konduktif member tanda hasil rinne negative.
Tes weber (garpu tala 512 Hz)
Garpu tala digetarkan tangkainya ditempelkan pada garis tengah kepala pasien
pada vertex atau glabella. Pasien diminta menyebutkan sisi telinga mana yang
lebih keras mendengar.
Jawaban bisa salaah satu terdengar lebih keras atau sama keras. Satu sisi lebih
keras disebut lateralisasi ke sisi kiri atau kanan. Sama keras disebut tidak ada
lateralisasi. Lebih keras terdengar di kiri atau kanan berarti 2 (dua) hal :
a. Telinga kiri tuli konduktif
b. Telinga kanan tuli perseptif