Anda di halaman 1dari 8

Nervus Anatomi Cara pemeriksaan Gangguan

Olfaktorius Serabut saraf Perhatikan mukosa hidung, 1. Meningioma : Sindrom


bersinaps di polip, hidung tersumbat dan Foster Kennedy
bulbus olfaktorius pilek lalu senter. 2. Trauma kapitis : anosmia
dalam mukosa Fiksasi kedua mata pasien dalam 3. Meningitis basal
hidung keadaan tertutup dengan tangan 4. Sindrom Parkinson
pemeriksa dan jari menutup satu 5. Alzheimer
hidung 6. Khorea Huntington
Lewatkan teh atau kopi didepan 7. Peny. Inflamasi dihidung
hidung pasien dari lateral ke perokok berat
medial secara perlahan dan 8. Tumor intracranial
minta pasien untuk menebak
aromanya
Optikus Lapangan pandang Ketajaman Penglihatan Gangguan ketajaman
Sinar yang dating 1. Membaca Snallen chart dari penglihatan oleh kelainan
ada saat difiksasi jarak 6 meter oftalmologik (bukan saraf) :
jatuh dimakula Normal = 6/6 kornea, uveitis, katarak dan
(pusat melihat Menghitung jari jarak 1 m = refraksi
jelas) sedangkan 1/60
sinar yang dating Lambaian tangan = 1/300 Koreksi refraksi : membaca
disekitarnya jatuh Mengenal cahaya menggunakan kertas
di bagian perifer (gelap/terang) = 1/~ berlubang kecil
retina. Tidak mengenal cahaya = 0 + = huruf bertambah jelas
Normal dri titik
fiksasi 2. Membandingkan ketajaman
Lateral : 90-100o penglihatan pasien dan
o
Medial : 60 pemeriksa (melihat benda
Atas : 50-60o jauh dan dekat) atau jika
Bawah : 60-75o pasien dalam keadaan
berbaring, minta pasien
menghitung jari dan
perlahan-lahan jari
dijauhkan

Lapangan Pandang
1. Konfrontasi
 Pasien dan pemeriksa
berhadapn dalam jarak 1
meter
 Fiksasi mata pasien
dengan melihat
mata/hidung pemeriksa,
tutup mata yg tdk
diperiksa
 Gerakan tangan dari luar
ke dalam
 Bandingkan pasien dan
pemeriksa
2. Kampimeter
3. Perimeter
4. Layar Byerrum

Oftalmoskopik Atrofi primer : pucat, batas


Perhatikan perubahan papil tegas, PD berkurang, lamina
(tempat serabut N. II memasuki kribrosa terlihat
mata), macula dan retina
Atrofi sekunder : pucat, batas
Normal : bentuk lonjong, jingga tidak tegas , lamina kribrosa
muda, temporal sedikit pucat, tdk terlihat
batas retina tegas, nasal sedikit
pucat, ada lekukan fisiologis, PD Sembab papil
ditengah dan bercabang ke atas 1. Akibat radang
dan bawah, arteri lurus (tipis Papilitis/neuritis optic : papil
dan terang) dan vena berkelok radang dan visus memburuk
(tebal dan gelap) 3:2–5:4. hebat
Neuritis retrobulbar : papil
baik tapi n. optic inflamasi
2. Bendungan/ ↑ TIK
Visus tdk cepat ↓ kec.
Bila atropi sekunder
Occulomotorius Ptosis (Ggn membuka mata) Ptosis (kelumpuhan m.
Trochlearis Pasien diminta menutup mata levator palpebra) : kelopak
Abducens kemudian membukanya. Waktu mata terjatuh, mata tertutup
membuka, tahan dengan dan tidak dapat dibuka
memegang/menekan kelopak
mata. Tekan alis untuk
meniadakan kekuatan
m.frontalis. Nilai kekuatan
mengangkat kelopak mata.
Kelumpuhan total : tdk dpt
diangkat
Kelumpuhan ringan : celah mata
lebih kecil dan kelopak dpt
diangkat dgn mengkerutkan dahi

Pupil
Otot polos u/ Bentuk bundar, rata tepinya, Miosis (< 2 mm) : waktu
Miosis : besarnya dipengaruhi intensitas tidur, koma, cahaya terang
parasimpatis n. III cahaya Midriasis (> 2 mm):
Midriasis : tumor/hematom, fraktur
Simpatis n.III basis kranii, obat
homatropin, gelap, trauma
kapitis (anisokor)
Refleks cahaya pupil
Pasien diminta untuk Kerusakan N II : RCL +, RCTL –
memfiksasi/melihat jauh dan Kerusakan N III : RCL, RCTL –
tidak melihat ke senter.
+ : pupil mengecil Buta mata kanan, kiri normal
RCT : ka : -, ki : +
RCTL : ka : +, ki : -
Refleks akomodasi
Pasien diminta untuk melihat
jari dari jarak jauh kemudian
dekat secara cepat ke pangkal
hidung
+ : pupil mengecil

Posisi bola mata Eksoftalmus bilateral :


Eksoftalmus (menonjol) : celah tirotoksikosis
mata besar Eksoftalmus unilateral :
Enoftalmus (masuk ke dalam) : tumor orbita, retrouler dan
celah mata kecil intrakranial
Strabismus Enoftalmus : sind. Horner
Konvergen : melirik ke medial Konvergen : kelumpuhan m.
Divergen : melirik ke lateral rektus eksternus
Divergen : kelumpuhan m.
rektus internus
Kelainan cerebellum (skew
deviasi): mata sisi lesi
melihat ke bawah dan
medial, mata lainnya ke atas
dan luar

III : m.rektus Gerakan bola mata


medialis, superior, Perhatikan gerakan bola mata
inferior, levator lancar atau kaku (kelainan
palpebral, sfingter cerebellum)
pupil Perhatikan diplopia : bila satu
IV: m. oblikus mata ditutup, bayangan mana
superior (arah yang hilang
bawah dan nasal) Perhatikan sinkronisasi ka-ki Lesi di daerah lobus frontal
VI: m.rektus dan oksipital : mata tdk dpt
lateralis dilirikkan ke satu arah
Perhatikan deviasi conjugee : Lesi kortikal
mata selalu dilirikkan ke satu Iritatif : mata dilirikkan
arah, tdk dapat kea rah lain kontralateral lesi
Paralitik : kearah lesi
Lesi Pons
Iritatif : mata dilirikkan kea
rah lesi
Paralitik : kontralateral lesi
Perhatikan nistagmus
Pasien melirik terus ke satu arah
selama 5 atau 6 detik

Trigeminus Motorik
Pasien diminta untuk
merapatkan gigi sekuat mungkin
: raba m. maseter dan
m.temporalis, perhatikan tonus
dan bentuknya
Membuka mulut : perhatikan
deviasi rahang bawah

Sensorik
Raba halus V1, V2, V3
Facialis Motorik
- Perhatikan muka penderita Kelumpuhan n.VII
(simetris/tidak) Perifer (LMN) : semua
- Minta pasien untuk Sentral (UMN) : bagian
menangangkat alis dan bawah
mengerutkan dahi
- Minta pasien memejamkan
mata. Dinilai dengan
pemeriksa mengangkat
kelopak mata dan pasien
tetap memejamkan mata
Berat : tdk dapat
memejamkan mata
Ringan : pejaman kurang
kuat
- Minta pasien menyeringai
(lihat plika nasolabialis),
mencucurkan bibir (bersiul)
(lihat sudut mulut),
mengembungkan pipi (m.
buccinator). Pada pasien tdk
kooperatif, menyeringai
dengan menekan sudut
rahang (m.masseter).

Pengecapan
Pasien menjulurkan lidah dan Kerusakan sebelum
diberi gula, kina, asam sitrat dan percabangan khorda timpani
garam dan tidak boleh ditarik : ageusi 2/3 lidah depan
kedalam. Pasien diminta
menyatakan dengan Lesi khorda timpani :
isyarat/menunjuk kertas 1. Rasa kurangnya produksi ludah
manis 2. Rasa pahit 3. Rasa asin
4. Rasa asam Kerusakan nervus petrous
mayor : kurangnya produksi
air mata
Vestibulo- Ketajaman pendengaran
kokhlearis Meminta pasien mendengarkan
suara bisikan pada jarak tertentu
dan bandingkan dengan
pemeriksa
Bila ↓ atau berbeda antara kiri
dan kanan lakukan tes
schwabach, rinne, weber dan
audiogram

Nistagmus (Manuver Hallpike)


Pasien dalam keadaan baring
dan kepala tergantung dipinggir
dengan sudut 30o. kepala
dimiringkan kiri-lurus-kanan
dengan mata terbuka
Nilai kapan muncul, berapa lama
berlangsung dan jenis nistagmus
serta tanyakan ada vertigo/tidak
Tes Romberg
Berdiri dengan ujung jari
dirapatkan ke tumit atau berdiru
dengan kedua kaki ditegakkan,
lengan didada dan mata
tertutup.
N : mampu berdiri ≥30 detik

Tes melangkah ditempat


Melangkah ditempat sebanyak
50 langkah dengan mata
tertutup dan diberitahu untuk
tetap ditempat selama tes.
ABN : pasien berpindah >1
meter atau badan terputar >30o

Glossofaringeus Motorik
Vagus - Perhatikan suara pasien Kelumpuhan N.IX dan X
dengan meminta - Palatum mole tidak dapat
menyebutkan aaaaaa (N. X) menutup jalan ke hidung
ABD : Disfonia pada saat berbicara atau
- Perhatikan pengucapan mengedan
dengan mengucapkan ari lari - Uvula terletak ke sisi yang
di lorong-lorong lurus tidak lumpuh
ABD : Disartria
- Perhatikan kualitas kata-kata
ABD : suara hidung (sengau)
- Perhatikan salah telan
dengan meminta pasien
memakan makanan padat,
lunak dan menelan air
ABD : disfagia
- Perhatikan posisi palatum
molle, arkus faring dan uvula
dalam keadaan istirahat dan
bila bergerak (bersuara
aaaaa) dengan meminta
buka mulut.
- Refleks faring
Minta pasien membuka
mulut dan tekan ringan
dinding faring atau pangkal
lidah dengan spatel
+ : Faring terangkat dan lidah
tertarik
Jika tekan cukup keras,
membangkitkan reflex
muntah
- Pengecapan (N IX)
1/3 posterior lidah.
Menggunakan arus galvanis
lemah (0,2-0,4 miliamper),
elektroda kawat tembaga
sebagai anoda pada lidah
posterior (sukar dilakukan).
N : terasa asam
- Fungsi otonom
N.X sebagai inhibitor jantung
Paralisis : takikardi
Iritasi / TIK ↑: bradikardia
Aksesorius Perhatikan otot saat istirahat 1. Kelumpuhan otot
dan bergerak trapezius
1. Otot sternokleidomastoideus - Unilateral : Kepala
- Perhatikan kontur otot tidak dapat ditarik ke
(dalam keadaan istirahat), sisi yang lesi, bahu
atrofi (pada parese tidak dapat diangkat,
perifer), fasikulasi (pada lengan tidak dapat
ALS), nyeri tekan (mositis) dielevasi ke atas dari
dan atoni. posisi horizontal
- Pasien disuruh - Bilateral : kepala
menolehkan kepala dan cenderung jatuh
pemeriksa menahannya kedepan dan tidak
dengan tangan dapat mengangkat
ditempatkan didagu untuk dagu
menilai kekuatannya
2. Otot trapezius
- Perhatikan
atrofi/fasikulasi, kontur
otot, posisi bahu (bahu sisi
sakit lebih rendah dan
skapula ke lateral dan agak
menonjol)
- Palpasi untuk mengetahui
konsistensi, nyeri tekan
(myositis) dan hipotoni
- Pasien diminta
mengangkat bahu dan kita
tahan untuk menilai
tenaganya
Hipoglosus - Minta pasien membuka mulut
dan perhatikan lidah :
besarnya, simetris/tidak,
atrofi dan berkerut
- Minta pasien menjulurkan
lidah, lihat mencong

Anda mungkin juga menyukai