Anda di halaman 1dari 11

TUTORIAL KLINIK

Kelainan Refraksi : Miopia


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Stase Mata
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
Hapsari Kartika Dewi
201740111056

Diajukan Kepada :
dr. Yunani Setyandriana Sp.M

BAGIAN STASE MATA


RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
TUTORIAL KLINIK

NAMA : An. A

Usia : 7 tahun

No RM : 143869

Preceptor : dr. Yunani Setyandriana, Sp.M

Problem Hipotesis Data Tambahan Tujuan Belajar

Anamnesis Diagnosis Kerja : Terlampir 1. Mampu menegakkan


diagnosis dan
Keluhan utama :Mata kanan dari kiri kabur ODS Miopia
mengetahui penyebab
miopi
2. Mampu mengetahui jenis
RPS : Seorang pasien datang ke poli mata RS PKU
miopi
Gamping dengan keluhan mata kanan dan kiri 3. Mampu memberikan
penatalaksanaan terhadap
kabur sejak seminggu yang lalu. Tidak ada keluhan
miopi
mata merah, rasa seperti kelilipan, berair, silau
ketika lihat cahaya dan gambaran kabut. Pasien
merasa keluhannya mengganggu aktivitas sehari-
hari. Pasien belum melakukan pengobatan terhadap
keluhan penglihatannya

RPD :
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat menggunakan kacamata (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes (-)
Riwayat alergi (-)

RPK :
Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat menggunakan kacamata (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Diabetes (-)

RPSos :
Pasien adalah seorang pelajar kelas 1 SD

Status Generalis
Keadaan Umum: Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign : dbn
Kepala :dbn
Mata : terlampir
Hidung : dbn
Telinga : dbn
Mulut : dbn
Leher : tidak dilakukan
Thoraks : tidak dilakukan
Cor& Pulmo: tidak dilakukan
Abdomen : tidak dilakukan
Ekstremitas : tidak dilakukan
Genitelia : tidak dilakukan
Terapi:
VOD cc S-1,00 = 6/6
VOS cc S-1,00 = 6/6
STATUS OPTHALMOLOGIS

Pemeriksaan OD OS

Visus 6/12 6/12

Dengan pinhole >> 6/6 Dengan pinhole >> 6/6

PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR

Inspeksi OD OS

Gerakan bola mata Normal ke segala arah Normal ke segala arah

Palpebra Superior Edema (-) Edema (-)


Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Eritem (-) Eritem (-)

Palpebra Inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Eritem (-) Eritem (-)

Konj. Palpebra Superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Benjolan (-) Benjolan (-)

Konj. Palpebra Inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Konjungtiva Bulbi Inj. Konjungtiva(-) Inj. Konjungtiva(-)

Kornea Jernih Jernih

COA Tidak dangkal Tidak dangkal

Pupil Pupil bulat (+) Pupil bulat (+)


Reflek direk (+) Reflek direk (+)
Reflek Indirect (+) Reflek Indirect (+)

Iris Sinekia (-) Sinekia (-)

Lensa Jernih Jernih


PEMBAHASAN

Gangguan fungsi mata yang dapat dirasakan oleh seseorang ketika menurunnya
tajam pengelihatan termasuk pengelihatan warna dan gangguan lapang pandang.
Tajam pengelihatan ini depengaruhi oleh refraksi, kejernihan media refrakta dan
syaraf. Jika terjadi kelainan atau gangguan pada komponen tersebut maka dapat terjadi
penurunan tajam pengelihatan. Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan
tegas tidak terbentuk pada retina (macula lutea). Kelainan refraksi antara lain miopia,
hipermetropia dan astigmatisma.
Miopia adalah kelainan refraksi mata dimana sinar sejajar yang datang
difokuskan di depan retina oleh mata tanpa akomodasi, sehingga pada retina
didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang
lebih dekat mungkin difokuskan tepat pada retina tanpa akomodasi. Astigmatisma
kelainan refraksi mata yang ditandai dengan adanya berbagai derajat refraksi pada
berbagai meridian, sehingga sinar sejajar yang datang ke mata akan difokuskan pada
macam-macam fokus juga. Menurut kementrian kesehatan, prevalensi di Indonesia
gangguan refraksi sebesar 0,14% menempati urutan ke-3 setelah katarak dan
glaukoma.

I. ANATOMI MEDIA REFRAKSI

Refraksi mata adalah perubahan jalannya cahaya yang diakibatkan


oleh media refrakta mata. Alat-alat refraksi mata terdiri dari permukaan
kornea, humor aqueous (cairan bilik mata), permukaan anterior dan posterior
lensa, corpus vitreum.
1) Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding
dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Dari anterior ke posterior, kornea
mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang
bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman,
stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel.
2) Humor aqueous diproduksi oleh badan siliaris. Setelah memasuki camera
oculi posterior, humor aqueous melalui pupil dan masuk ke camera oculi
anterior dan kemudian ke perifer menuju ke sudut camera oculi anterior.
3) Lensa adalah struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa
digantung di belakang iris oleh zonula yang menghubungkannya dengan badan
siliare. Di anterior lensa terdapat humor aqueous, di sebelah posteriornya
terdapat vitreus.
4) Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk
dua pertiga dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi
oleh lensa, retina dan diskus optikus. Vitreus berisi air sekitar 99%. Sisanya
1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberikan
bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya mengikat
banyak air.
.
II. MIOPIA
Miopia adalah kelainan refraksi mata dimana sinar sejajar yang datang
difokuskan di depan retina oleh mata tanpa akomodasi, sehingga pada retina
didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Miopia dapat dikoreksi
dengan lensa sferis negatif terkecil yang memberikan visus 6/6.
Menurut American Academy of Opthalmology miopia diklasifikasikan
menjadi:
1. Miopia simpleks merupakan miopia yang tergantung pada kekuatan kornea,
lensa dan panjang anteroposterior bola mata (axial length).
2. Mionpia nokturnal adalah karna meningkatnya respon akomodasi berkaitan
dengan respon pada tingkat rendah cahaya yang diterima.
3. Pseudomiopia adalah hasil dari peningkatan daya bias okular karena
stimuasi berlebihan dari mekanisme akomodasi mata atau spasme siliaris.
4. Miopia degeneratif dikenal sebagai penyakit degeneratif atau miopia
patologis.
5. Miopia induksi adaah akibat dari paparan berbagai agen famasi, variasi
kadar gula darah, nuclear sklerosis pada lensa atau kondisi anomali lainnya.
Miopia ini sering bersifat sementara dan reversible.

Menurut sebabnya dibagi menjadi 2 kelompok:


1. Miopia aksial yaitu miopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
2. Miopia kurvatura yaitu terjadi bila ada kelainan kornea (baik kongenital
ataupun akuisita) dan lensa.

Menurut derajatnya:
1. Miopia ringan < 3 D
2. Miopia sedang 3 – 6 D
3. Miopia berat > 6 D

KOREKSI MIOPIA
Miopia bisa dikoreksi dengan lensa sferis negatif terkecil yang
memberikan visus 6/6. Variasi koreksi yang bisa diberikan adalah sebagai
berikut. Untuk miopia ringan-sedang, diberikan koreksi penuh yang harus
dipakai terus menerus baik untuk penglihatan jauh maupun dekat. Untuk orang
dewasa, dimana kekuatan miopia-nya kira-kira sama dengan derajat
presbiopianya, mungkin dapat membaca dengan menanggalkan kacamatanya.
Pada miopia tinggi, mungkin untuk penglihatan jauh diberikan
pengurangan sedikit dari koreksi penuh (2/3 dari koreksi penuh) untuk
mengurangi efek prisma dari lensa yang tebal. Untuk penderita >40 tahun,
harus dipikirkan derajat presbiopianya, sehingga diberikan kacamata dengan
koreksi penuh untuk jauh, untuk dekatnya dikurangi dengan derajat
presbiopianya.
Hal-hal yang perlu perhatian adalah berikut ini. Untuk orang muda,
untuk menjaga supaya miopianya tidak bertambah, maka harus dijaga
kesehatan umum dan matanya. Diusahakan cukup tidur, pekerjaan dekat
dikurangi, banyak bekerja di luar. Jangan membaca terus menerus. Kacamata
harus selalu dipakai dan penerangan lampu yang baik, dari atas dan belakang.
Membaca dalam posisi kepala tegak jangan membungkuk. Karena ada
predisposisi ablatio retina, harus hati-hati dalam berolahraga berat, terutama
untuk miopia tinggi.

III. PEMERIKSAAN VISUS


Kelainan refraksi dapat diketahui dengan pemeriksaan tajam
pengelihatan atau visus. Alat yang digunakan adalah Optotipe snellen dan Trial
lens set. Langkah pertama adalah pemeriksaan visus:
1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari Optotipe snellen, salah satu mata
ditutup kemudian disuruh membaca huruf terbesar sampai terkecil.
2. Bila huruf besar tidak terbaca maka pasien diperiksa dengan hitungan jari.
Dimulai pada jarak 5m, 4m, 3m, 2m, 1m dan visusnya masing-masing
dikatakan 5/60, 4/60, 3/60, 2/60, 1/60. Contoh visus 1/60 (artinya pasien
bisa membaca hitungan jari pada jarak 1 meter sedangkan orang normal
bisa membaca hitungan jari pada jarak 60 meter).
3. Bia hitungan jari tidak bisa, maka pasien diperiksa dengan lambaian
tangan pada jarak 1 m. Pasien disuruh menyebutkan arah lambaian. Hasil
visusnya 1/300.
4. Bila lambaian tangan tidak bisa maka pasien diperiksa menggunakan sinar,
untuk membedakan gelap – terang. Hasil visusnya 1/~
5. Bila tidak bisa membedakan gelap dan terang, maka visus disebut No Light
Perception. Pastikan dengan reflek pupil direk dan indirek.
Langkah kedua adalah koreksi visus:
1. Koreksi visus dapat dilakukan bila pasien dapat membaca huruf snellen dan
visus meningkat setelah di pinhole. Pemeriksaan dilakukan dengan teknik
Trial and Error.
2. Pasang trial frame, koreksi dilakukan bergantiandengan cara menutup salah
satu mata.
3. Pasang lensa sferis +0,50D bila setelah diberikan membaik berarti
hipermetropia.
4. Koreksi dilanjutkan dengan cara menambah atau mengurangi lensa sferis
sampai dapat visus 6/6.
5. Koreksi pada hipermetropia adalah koreksi lensa sferis postif terbesar yang
memberikan visus sebaik-baiknya.
6. Jika diberikan lensa sferis positif bertambah kabur berarti miopia. Maka
lensa diganti sferis negatif.
7. Koreksi dilanjutkan dengan cara menambah atau mengurangi lensa sferis
sampai dapat visus 6/6.
8. Koreksi pada miopia adalah koreksi lensa sferis negatif terkecil yang
memberikan visus sebaik-baiknya.
9. Jika visus tidak bisa mencapai 6/6 mungkin terdapat astigmatisma.
10. Setelah semua pemeriksaan selesai maka dibuatkan resep kacamata dimana
sebelumnya diukur PD (pupil distance) dengan penggaris.

IV. PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan adalah penglihatan binokular yang jelas, nyaman,
efisien dan kesehatan mata yang baik bagi pasien. Pilihan cara yang dapat
mngatasi kelainan refraksi tersebut
1. Kacamata koreksi
Pemilihan kacamata masih merupakan metode paling aman untuk
memperbaiki refraksi. Keuntungan penggunan kacamata adalah lebih
murah, lebih aman bagi mata dan membutuhkan akomodasi yang lebih
kecil daripada lensa kontak. Kerugian penggunaan kacamata meliputi
menghalangi penglihatan perifer, membatasi kegiatan tertentu dan
mengurangi kosmetik.
2. Lensa kontak
Keuntungan pemakaian lensa kontak memberikan penglihatan yang lebih
luas, tidak membatasi kegiatan tertentu dan kosmetik lebih baik.
Kerugiannya adalah sukar dalam perawatan, mata dapat merah dan infeksi,
tidak semua orang dapat memakainya (mata alergi dan mata kering).
3. Bedah refraktif
Pembedahan ini dilakukan untuk memperbaiki penglihatan akibat
gangguan pembiasan. Jenis pembedahan meliputi pembedahan di kornea
(radial keratomi, keratektomi fotorefrakti/PRK, automated lamellar
keratoplasti / ALK, LASIK) dan lensa (implantasi lensa intraocular, clear
lensa extraction).
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Opthalmology. 2006. Optometric Clinical Practice Guideline.


USA
Departemen Kesehatan RI. 2014. Panduan praktik klinik bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Ilyas, Sidarta. 2015. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Suhardjo, S. U. & Agni, A. N. 2017. Buku Ilmu Kesehatan Mata Edisi ke-3.
Yogyakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada
Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. 2009. Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta :
Widya medika.

Anda mungkin juga menyukai