A. IDENTITAS PASIEN
Umur : 27 Tahun
Alamat : Majene
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
B. ANAMNESIS
Anamnesis :
Pasien datang ke poli klinik mata dengan keluhan pengelihatan kabur saat
melihat jauh sejak ± 6 bulan yang lalu. Pasien mengeluh sering melihat benda atau objek
menjadi berbayang (double) dan tidak jelas. Pasien juga mengeluh sulit memfokuskan
Pasien bekerja di sebuah perusahaan yang di mana pasien bekerja selama 9 jam
di depan komputer. Saat di depan komputer atau saat membaca pasien merasa normal
seperti biasa, namum ketika tiba-tiba pasien melihat objek jauh, pengelihatan pasien
1
Pasien baru mengalami hal ini pertama kali. Dan di keluarga pasien tidak ada
yang menderita hal yang sama dengan pasien. Riwayat penyakit lain tidak ada.
C. STATUS PRESENT
Nadi : 68x/i
Pernapasan : 20x/i
D. STATUS GENERAL
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, nyeri tekan (-)
Thoraks :
2
E. STATUS LOKALISASI OFTALMOLOGIS
OD OS
Pergerakan
Bola Mata
Ke Segala Arah
Ke Segala Arah
3
reflek cahaya (+) reflek cahaya (+)
F. RESUME
Pasien datang ke poli klinik mata dengan keluhan pengelihatan kabur saat
melihat jauh sejak ± 6 bulan yang lalu. Pasien mengeluh sering melihat benda atau objek
menjadi berbayang (double) dan tidak jelas. Pasien juga mengeluh sulit memfokuskan
Pasien bekerja di sebuah perusahaan yang di mana pasien bekerja selama 9 jam
di depan komputer. Saat di depan komputer atau saat membaca pasien merasa normal
seperti biasa, namum ketika tiba-tiba pasien melihat objek jauh, pengelihatan pasien
Pasien baru mengalami hal ini pertama kali. Dan di keluarga pasien tidak ada
yang menderita hal yang sama dengan pasien. Riwayat penyakit lain tidak ada.Dari hasil
4
VOS: S - / C - 1,00 X 170º
G. DIAGNOSA KLINIS
Simple Miop-Astigmat
H. PENATALAKSANAAN
Dilakukan koreksi menggunakan lensa silindris negatif dimulai dari yang paling
rendah yaitu 0,25 kamudian dinaikkan bertahap sampai penglihatan pasien menjadi jelas
dan terfokus. Sampai di batas penglihatan jelas, yang diambil adalah lensa terendahnya.
Dan diberikan obat untuk mengatasi mata kering dampak dari pekerjaan pasien
ʃ 4 dd 1 gtt ODS
ʃ 1 dd 2
I. DISKUSI
Pada pasien tersebut terdapat keluhan pengelihatan kabur saat melihat jauh sejak
± 6 bulan yang lalu. Sehingga kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pasien menderita
rabun jauh. Selain itu, pasien mengeluh sering melihat benda atau objek menjadi
5
berbayang (double) dan tidak jelas. Pasien juga mengeluh sulit memfokuskan
pandangannya ke suatu objek. Dan selalu merasa pusing. Dari hal-hal yang dikeluhkan
tersebut maka dapat dicurigai pasien selain mengalami rabun jauh, juga mengalami
astigmatisma yang membuat objek terlihat tidak jelas dan berbayang (double). Sejalan
Sehingga dapat dilihat bahwa pada pasien ini terdapat kelainan refraksi yang
dimana kelainan refraksinya berupa gangguan melihat jauh (miopia). Kemudian dari
kelainan pada sferisnya. Namun pada cylinder didapatkan kelainan berupa miop-
Sejalan dengan riwayat kebiasaan dan keluhan pasien yang dimana pasien
bekerja di sebuah perusahaan yang di mana pasien bekerja selama 9 jam di depan
komputer. Sehingga menyebabkan mata pasien bekerja lebih keras dan menjadi cepat
lelah. Dalam kasus ini, hal inilah yang bisa menjadi penyebab terjadinya kelainan
Dan juga, saat di depan komputer atau saat membaca pasien merasa normal
seperti biasa, namum ketika tiba-tiba pasien melihat objek jauh, pengelihatan pasien
6
menjadi kabur dan berbayang. Hal ini juga yang mendasari dsn mendukung diagnosis
Setelah hasil diagnosis diketahui. Maka dilakukan koreksi pada kadua mata
pasien untuk mendapatkan visus normal 20/20 sesuai dengan tatalaksana dari diagnosis
7
TINJAUAN PUSTAKA
KELAINAN REFRAKSI
(Simple Miop-Astigmat)
A. PENDAHULUAN
seorang pasien datang ke dokter mata. Gangguan penglihatan tersebut sebagian sangat
erat kaitannya dengan refraksi. Mata dapat dianggap sebagai kamera, yang terdiri dari
media refrakta dengan retina sebagai filmnya. Media refrakta pada mata dari depan ke
belakang terdiri atas kornea, humor aqueos, lensa dan vitreus. Semua media refrakta ini
bersifat jernih, memiliki permukaannya sendiri, kurvatura dan indeks bias berlainan,
serta melekat satu sama lain sehingga merupakan satu kesatuan yang jumlah kekuatan
Sifat bayangan yang terbentuk di retina bersifat nyata, terbalik, diperkecil, hitam
dan dua dimensi. Tetapi setelah impuls dibawa oleh nervus optikus, bayangan yang
dipersepsi di pusat penglihatan di otak tetap tegak, ukurannya sama, berwarna dan tiga
dimensi.
Pada orang normal sususnan pembiasan dimulai oleh media refrakta dan
panjangnya bola mata. Yang demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah
melalui media refrakta dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal
disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepa di
retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
8
Dikenal bebrapa titik dalam bidang refraksi, seperti Punktum Proksimum
merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Punktum
Rometum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik
ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina dan fovea bila mata
istirahat.
1. Kornea
dan avaskuler, dengan bentuk seperti kaca arloji. Bentuk kornea agak elips
dengan diameter horizontal 12,6 mm dan diameter vertikal 11,7 mm. Jari-jari
sepertiga radius tengah disebut zona optik dan lebih cembung., sedangkan
tepiannya lebih datar. Tebal kornea bagian pusat 0,6 mm dan tebal bagian tepi 1
9
mm. kornea melanjutkan diri sebagai sklera ke arah belakang, dan perbatasan
sebesar +43 dioptri. Kalau kornea mengalami sembab karena satu dan lain hal,
maka kornea berubah sifat menjadi seperti prisma yang dapat menguraikan
Berbeda dengan sklera yang berwarna putih, kornea ini jernih. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kejernihan kornea adalah: letak epitel kornea yang
tertata sangat rapi, letak serabut kolagen yang tertata rapi dan padat, kadar airnya
yang konstan, dan tidak adanya pembuluh darah1. Kornea terdiri dari lima
a. Epitel
Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih. Satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng.
Pada sel basal sering terlihat motosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan emakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
barrier.
10
Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
b. Membran Bowman
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
c. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susuna kolagen yang sejajar satu
sesudah trauma.
d. Membran Descement
tebal 40 μm.
e. Endotel
11
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari sraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
selubung schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus krause untuk sensasi dingin ditemukan
didaerah limbus. Daya regenarasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi
2. Humor Aquous
Cairan aquous diproduksi oleh badan silier, yaitu pada prosesus siliaris
yang berjumlah 70 hingga 80 buah. Humor aquous berjalan dari kamera okuli
intraokuler, TIO). Tekanan intraokuler normal adalah 10-20 mmHg, dan TIO ini
keduanya. Kenaikan TIO secara umum disebut sebagai glaukoma. TIO yang naik
secara mendadak, maka air dalam KOA akan banyak masuk ke dalam kornea
12
sehingga terjadi edema kornea. Kornea yang edema ini kecuali bersifat sebagai
lensa positif juga akan bertindak sebagai prisma sehingga dapat menguraikan
sinar putih menjadi berbagai warna tunggal. Keadaan demikian oleh penderita
dirasakan sebagai melihat pelang (halo) yang mengelilingi lampu atau sumber
cahaya lainnya1.
3. Lensa
suatu vesikel optik dari otak deoan atau diensefalon yang kemudian membesar
dan merapat ke ektoderm permukaan, yaitu sel-sel kuboid selapis. Pada umur 27
hari kehamilan, sel-sel koboid tersebut menebal dan berubah menjadi sel-sel
kolumnar yang disebut lens plate. Setelah itu, pada umur 29 hari kehamilan,
terbentuk fovea lentis (lens pit), cekungan kecil disebelah inferior center lens
plate. Fovea lentis ini semakin cekung karena adanya proses multiplikasi sel.
Semakin cekung fovea lentis, akhirnya sel-sel yang menghubungkan fovea lentis
umur 33 hari kehamilan terbentuk selapis sel-sel kuboid dibatasi oleh membran
basement sebagai kapsula lensa disebut lens vesicle. Pada umur kehamilan 35
hari, sel-sel posterior vesikel lensa memanjang, menjadi lebih kolumner yang
selanjutnya disebut serabut primer lensa, dan mendesak lumen vesikel hingga
seluruhnya terdesak pada umur 40 hari. Kemudian nukleus dari serabut primer
lensa akan bergeser dari posterior ke anterior, dan akhirnya menghilang. Pada
13
proses ini, sel-sel anterior vesikel lensa tidak mengalami perubahan. Sel-sel
sekunder dari epitel lensa di daerah ekuator yang mengalami multiplikasi dan
kutub lensa, namun masih di dalam kapsula lensa. Pada proses ini, serabut baru
terus menerus terbentuk selapis demi selapis. Serabut lensa sekunder yang
fetalis1.
yang tumbuh ke arah kutub lensa dan beranastomosis dengan vena-vena koroid
bagian anterior lensa. Kapsul vaskuler anterior sepenuhnya terbentuk pada umur
14
a) Kapsul, yang bersifat elastis
c) Substansi lensa yang lentur dan pada orang muda dapat berubah,
memiliki radius kurvatura lebih besar daripada permukaan anterior. Secara klinis
lensa terdiri dari kapsul, korteks, nukleus embryonal, dan nukleus dewasa. Lensa
Lensa berfungsi sebagai media refrakta (alat dioptri). Lensa mata normal
memiliki indeks refraksi sebesar 1,4 di bagian sentral dan 1,36 di bagian tepi.
Kekeuatan bias lensa kira-kira +20 D. namun bila lensa ini diambil (misalnya
ini tidak sebesar +20 D, tetapi hanya +10 D, karena adanya perubahan letak atau
jarak lensa ke retina. Pada anak dan orang muda lensa bisa berubah kekuatan
dioptrinya saat melihat dekat agar mampu menempatkan bayangan tepat pada
dioptrinya dan kekuatan penambahan dioptri ini akan hilang setelah 60 tahun.
Panjang lensa manusia pada saat lahir kira-kira 6,4 mm antar ekuator, 3,5 mm
anteroposterior, dan memiliki berat kurang lebih 90 mg. saat dewasa, bentuk
lensa berubah menjadi lebih kurva, ketebalan korteks lensa bertambah, dan
15
ukuran lensa berubah menjadi 9 mm antar ekuator, 5 mm anteroposterior, dan
berat 255 mg. Oleh karena itu, kekuatan refraksi lensa juga semakin bertambah
seiring dengan bertambahnya usia, namun indeks refraksi justru menurun yang
Lensa mengandung 65% air dan 35% protein (jaringan tubuh dengan
kadar protein paling tinggi), serta sejumlah kecil mineral terutama kalium.
Komposisi tersebut hampir tidak berubah dengan pertambahan usia. Aspek yang
kontrol keseimbangan cairan dan elektrolit, yang juga sangat penting terhadap
Badan kaca merupakan bagian yang terbesar dari isi bola mata yaitu
sebesar 4/5 dari isi bola mata. Badan kaca merupakan massa gelatin dengan
volume 4,3 cc. badan kaca bersifat transparan , tidak berwarna, dengan
konsistensi seperti gelatin (agar-agar) dan avaskuler. Badan kaca terdiri dari 99%
air dan 1% kombinasi kolagen dan asam hialuronat. Serabut kolagennya dapat
mengikat air hingga sebanyak 200 kali beratnya, sedangkan asam lialuronatnya
melekat pada kapsul posterior lensa, zonula, pars plana, retina, dan papil nervus
II. Badan kaca berfungsi memberi bentuk bola mata dan merupakan salah satu
16
media refrakta. Pada bagian tengah badan kaca terdapat kanal hyaloid Cloquet
yang berjalan dari depan papil N II menuju tepi belakang lensa. Ukuran kanal ini
adalah 1-2 mm. badan kaca berhubungan dengan retina dan hanya terdapat
perlekatan yang lemah. Namun demikian badan kaca ini mempunyai perkelatan
erat dengan diskus optikus dan ora serrata. Basis vitreus adalah suatu area pada
vitreus (3-4 mm) yang melekat pada retina tepat di belakang ora serrata1.
C. DEFINISI
pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina (bintik kuning). Untuk memasukkan sinar
atau bayangan benda ke mata diperlukan suatu sistem optik. Diketahui bahwa bola mata
mempunyai panjang kira-kira 2,0 cm. untuk memfokuskan sinar ke retina diperlukan
kekuatan 50,0 dioptri. Lensa berkekuatan 50,0 dioptri mempunyai titik api pada titik 2,0
cm3.
Pada mata yang tidak memerlukan alat bantu penglihatan (mata normal) terdapat
dua sistem yang membiaskan sinar yang menghasilkan kekuatan 50,0 dioptri. Kornea
mata mempunyai kekuatan 80% atau 40 dioptri dan lensa mata berkekuatan 20% atau 10
dioptri3.
Kelainan refraksi sendiri adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk
pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa
membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Pada kelainan
refraksi, sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, akan tetapi dapat di depan atau di
17
belakang retina dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi
D. KLASIFIKASI
1. Emetropia
Emetropia (mata normal) berasal dari bahasa Yunani, emetros, yang berarti
ukuran normal atau pembiasan sinar dalam mata dalam keseimbangan wajar. Dan
opsis, yang berarti pengelihatan. Maka emetropia merupakan mata tanpa adanya
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, dimana sinar jatuh difokuskan
sempurna di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Mata emetropia akan
mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%. Bila media refraksi keruh maka
sinar tidak dapat diteruskan ke makula lutea. Pada keadaan penglihatan keruh maka
2. Ametropia
ametros,yang berarti tidak seimbang/ sebanding, dan opsis, adalah penglihatan. Jadi
ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi dimana mata yang
18
dalam tanpa akomodasi atau istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus
dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya
pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan
membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda
yang dekat. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan
panjang bola mata maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan
a) Miopia
Miopia merupakan kelainan refraksi mata dimana sinar sejajar yang datang
dari jarak tak terhingga difokuskan di depan retina oleh mata dalam keadaan
tanpa akomodasi, sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan
kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat, mungkin difokuskan
kelompok berikut1,4:
i. Miopia aksialis
ini dapat terjadi kongenital pada makroftalmus. Miopia aksial dapatan bisa
19
mata, tempat yang paling lemah dari bola mata, memanjang. Wajah yang
pekerjaan dekat sehingga menimbulkan hal yang sama seperti yang di atas.
bola mata, disertai dengan tekanan yang tinggi karena penuhnya vena dari
kepala dapat pula menyebabkan tekanan pada bola mata sehingga polus
Miopia dalam bentuk ini dijumpai pada proptosis sebagai hasil dari
terlepas dari zonula Zinnii (pada luksasi lensa atau subluksasi lensa,
20
menjadi miopia. Dapat pula terjadi pada penderita diabetes mellitus yang
b) Hipermetropia
dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibiaskan dibelakang retina dan sinar
divergen yang datang dari benda-benda pada jarak dekat difokuskan (secara
imajiner) lebih jauh di belakang retina. Oleh karena itu bayangan yang dihasilkan
kabur1,4.
Pada hipermetropia, untuk dapat melihat benda yang terletak pada jarak tak
dari benda tersebut yang difokuskan di belakang retina dapat dipindahkan tepat
di retina. Untuk melihat benda yang lebih dekat dengan jelas, akomodasi lebih
21
banyak dibutuhkan karena bayangannya terletak lebih jauh lagi di belakang
Akibat akomodasi terus menerus, timbul hipertrofi otot siliar yang disertai
melihat dekat terdiri atas akomodasi, miosis, dan konvergensi. Maka pada orang
okuli akibat akomodasi ini menjadi hiperemis, juga terdapat hyperemia dari papil
glaukoma sudut sempit. Bila disertai dengan adanya faktor pencetus seperti
membaca terlalu lama, dan penetesan midriatika, serangan glaukoma akut dapat
yang terus menerus pula. Pada anak kecil hipermetropia yang besar dan
i. Hipermetropia aksial
22
ii. Hipermetropia kurvatura
terletak pada lengkung kornea yang kurang dari normal, aplanatio corneae
(korpus plana), dan lensa tidak secembung semula karena sklerotik (>40
atau seluruh bagian dari system optik mata, juga penurunan daya refraksi
mata. Biasanya timbul pada usia tua dan penderita diabetes mellitus.
c) Astigmat
derajat refraksi pada berbagai meridian, sehingga sinar sejajar yang datang pada
mata itu akan difokuskan pada macam-macam fokus pula. Hal ini terjadi karena
posterior dari lensa mata). Akibatnya pantulan cahaya dari suatu sumber atau
23
titik cahaya tidak terfokus pada satu titik di retina. Karena adanya variasi dari
lengkungan kornea atau lensa pada meridian yang berbeda-beda ini sehingga
astigmat:
i. Astigmat reguler
tetapi perbedaannya teratur. Secara teori, ada dua meridian utama yaitu
meridian dengan kekuatan refraksi tertinggi dan terendah. Pada setiap titik
pada permukaan yang lengkung, arah dari kelengkungan yang terbesar dan
yang terkecil selalu terpisah 90 derajat. Tetapi arah ini bisa berubah saat
melewati satu titik ke titik yang lain. Bila meridian utama dari astigmat
mempunyai orientasi yang konstan pada setiap titik yang melewati pupil
dan apabila ukuran astigmat ini sama pada setiap titik. Kondisi refraksi
inilah sehingga disebut astigmat reguler. Dimana ini bisa dikoreksi dengan
Horizonto-vertikal astigmatisma
24
kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari
180 º±20 º atau lensa silindris negatif dengan aksis 90º±20º 2,4.
Astigmatisma oblique
utamanya tidak tegak lurus tapi miring dengan aksis 45º dan 135º
4
.
Simple astigmatisma
25
Compound astigmatisma
Contoh: S – 4, C – 2 x 90 º atau S + 4, C + 2 x 90 º
Mixed astigmatisma
Pada jenis ini berkas cahaya pada satu meridian terfokus pada titik
belakang retina.
Contoh: S – 4, C + 2 x 90 º atau S + 4, C – 2 x 90 º
meridian yang tidak dapat dianalisa secara geometris. Lensa silindris hanya
kornea (90%), perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau
26
pemanjangan diameter anteroposterior. Kelainan lensa, kekeruhan lensa,
E. PATOFISIOLOGI
Teori Akomodasi
menambah kecembungan lensa pada saat melihat lebih dekat1. Pada keadaan normal
cahaya tidak terhingga akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh
didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi benda dapat difokuskan pada retina
atau makula lutea. Dengan berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda
akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung
yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa
bertambah kuat. Kekuatan akomadasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin
dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi
diatur oleh refleks akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur
Mekanisme akomodasi ada 2 teori yaitu teori Helmholtz dan teori Tschernig.
Teori Helmholtz mengatakan bahwa jika muskulus siliaris berkontraksi, maka iris dan
korpus siliaris digerakkan ke depan bawah, sehingga zonula Zinnii menjadi kendor, dan
27
lensa menjadi lebih cembung karena elastisitasnya sendiri. Sebaliknya, teori Tschernig
mengatakan bahwa apabila mm. siliaris berkontraksi, maka iris dan korpus siliaris
digerakkan ke belakang atas, sehingga zonula Zinnii menjadi tegang, bagian perifer
lensa juga menjadi tegang sedangkan bagian tenganhya didorong ke sentral dan menjadi
cembung1.
Bila sinar jauh tidak difokuskan pada retina seperti pada mata dengan kelainan refraksi
bendanya jauh, dan pada keadaan ini diperlukan fungsi akomodasi yang baik2.
Berkaitan dengan akomodasi, penting bagi kita memahami apa yang dimaksud
dengan punctum romentum dan punctum proksimum. Punctum romentum (PR): titik
terjauh yang dapat dilihat dengan nyata tanpa akomodasi. Pada emetrop letaknya dititik
tak terhingga. Punctum romentum tergantung pada status refraksi. Punctum proksimum
(PP): titik terdekat yang dapat dilihat dengan nyata tanpa akomodasi maksimal. Punctum
proksismum tergantung pada status refraksi dan daya akomodasi. Daerah akomodasi
A = 1/PP – 1/PR
Lebar akomodasi (A) adalah tenaga yang dibuthkan untuk melihat daerah
akomodasi. Dinyatakan dalam dioptri, besarnya sama dengan kekuatan lensa konvex
yang harus diletakkan di depan mata, yang menggantikan akomodasi untuk punctum
proksimum.
1. Emetropia
28
2. Miopia
minus mau membaca dengan mata istirahat atau tana akomodasi, bukunya
PP = 20 cm A = 100/20 2D = 3D
3. Hipermetropia
2D = 7D.
di alam ini (dianggap) berjalan sejajar bila sumber sinar jauh dari mata, dan bersifat
menyebar apabila sumber sinar dekat dengan mata. Tidak ada sinar yang mengumpul
dengan sendirinya. Mata adalah alat pengumpul sinar sehingga sinar terfokus di depan
Sinar sejajar yang masuk ke dalam mata emetrop akan dipantulkan lagi oleh
mata dan sinar pantul akan berjalan sejajar sehingga bertemu di tempat yang sangat jauh.
Inilah mengapa punctum romentum mata emetrop jauh tak terhingga di depan mata.
Sianr sejajar yang jatuh pada mata miopia akan dipantulkan mengumpul di depan mata.
29
Inilah mengapa punctum romentum mata miopia adalah pada jarak tertentu di depan
mata. Sinar sejajar yang memasuki mata hipermetropia akan dipantulkan menyebar
proksimum-nya pun semakin jauh, hal ini disebabkan karena berkurangnya elastisitas
dari lensa, juga berkurangnya kekuatan otot siliar. Hal ini disebut presbiopia1.
F. ETIOLOGI
1. Usia, makin muda usia anak semakin besar pertumbuhan anatomis bola
matanya.
3. Kerja dekat.
4. Intensitas cahaya.
5. Posisi tubuh.
Etiologi Miopia
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat
makanan, herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia
30
Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar
yang masuk ke dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia
tanpa koreksi melihat ke objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina
sehingga bayangan menjadi kabur. Ada dua penyebab yaitu : daya refraksi terlalu kuat
Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah
bayangan jatuh di depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab
dari miopia aksial adalah perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat
secara kongenital pada waktu awal kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila
karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa, kelainan ini disebut miopia
kurvatura5.
tekanan yang dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari
3. Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang
berlebihan.
kelainan pada bentuk kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia
karena lensa bertambah cembung atau akibat bertambah padatnya inti lensa5.
31
Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya
akibat kadar gula yang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar protein
yang meninggi pada peradangan mata. Miopia bisa juga terjadi akibat spasme
berkepanjangan dari otot siliaris (spasme akomodatif), misalnya akibat terlalu lama
melihat objek yang dekat. Keadaan ini menimbulkan kelainan yang disebut pseudo
miopia5.
Etiologi Hipermetropia
4. Esotropia ( juling kedalam yaitu ke arah nasal ), ini akibat dari bolamata yang
5. Eksotropia ( juling keluar yaitu kearah temporal ), ini akibabt perbedaan de-rajat
hypermetropia pada satu mata lebih tinggi daripada lainnya, dan mata yang
Etiologi Astigmatismus
tidak sama yang terjadi pada kornea dan lensa kristalin menyebabkan bayangan yang
32
Pada umumnya salah satu meridian adalah meridian yang terkuat, dan meridian
yang satunya adalah meridian yang terlemah. Sedangkan pada astigmatismus myopicus
compositus merupakan salah satu dari beberapa macam kelainan astigmatismus dimana
hasil pembiasan dari bidang meredian terkuat dan bidang meredian terlemahnya berada
1. Kornea.
adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan
media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini
permukaan kornea ini terjadi karena kelainan konginetal, kecelakaan, luka atau
2. Lensa Kristalina.
kristalin juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan
yang terjadi karena kelainan pada lensa kristalin ini disebut juga astigmatismus
lentikuler6.
karena adanya kelainan pada lensa kristalin atau kornea, salah satunya adalah dapat
melihat dari hasil pemeriksaan refraksi subyektif yaitu dengan menggunakan alat test
33
G. GEJALA KLINIS
a. Menurut Albert E. Sloane dalam buku Manual of Refraction, bahwa gejala myopia
Gejala tunggal paling penting myopia adalah penglihatan jauh yang buram.
myopia yang rendah membantu mengurangi sakit kepala akibat asthenopia (mata
cepat lelah).
Ada kecenderungan pasien untuk memicingkan mata jika ia ingin melihat jauh,
Penderita rabuin jauh biasanya suka membaca karena mudah bagi mereka
b. Menurut Prof. Dr. Sidharta Ilyas dalam bukunya Kelainan Refraksi dan Kacamata,
Bahwa penderita myopia yang dikatakan sebagai rabun jauh akan mengatakan
penglihatannya kabur juka melihat jauh dan hanya akan jelas jika pada jarak
dekat.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa tanda dan gejala myopia antara lain
adalah:
34
Pada saat membaca selalu mendekatkan benda yang dilihatnya dan saat melihat
Saat dilakukan test dengan uji bikromatik unit pasien akan melihat obyek dengan
Mata cepat lelah, berair, pusing, cepat mengantuk, atau biasanya disebut dengan
akomodasi.
Menjulingkan mata.
Ekspresi melotot.
Gejala hypermetropia
35
Penglihatan dekat dan jauh kabur.
didominasi warna hijau, akibatnya akan melihat warna hijau lebih terang
Esotropia ( juling kedalam yaitu ke arah nasal ), ini akibat dari bolamata yang
Eksotropia ( juling keluar yaitu kearah temporal ), ini akibabt perbedaan de-rajat
hypermetropia pada satu mata lebih tinggi daripada lainnya, dan mata yang
Tanda-tanda hypermetropia
Bilik mata depan menjadi dangkal, karena iris terdorong kedepan akibat
Gejala Astigmatismus
Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya
keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.
36
Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk
mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar
sebagai berikut5,6:
H. PENATALAKSANAAN
Terdapat berbagai alat dan cara untuk memperbaiki kelainan refraksi. Seperti
Seperti yang diketahui kacamata merupakan alat bantu penglihatan yang paling
banyak dipergunakan oleh karena perawatan yang lebih mudah dan relatif lebih
Mengubah wajah
37
Jika ukuran dioptri/ spheres tinggi lensa tebal
Pada kacamata, lensa merupakan bagian yang paling penting sebab lensa itulan
yang memberikan koreksi penglihatan. Lensa bekerja membelokkan jalan sinar yang
disebut pembiasan atau refraksi. Lensa bersifat menyebarkan atau memusatkan sinar
yang melaluinya3,4.
Yaitu3,4:
Lensa negatif dapat dengan permukaan plano konkaf, konkaf gand dan
konkaf konveks. Lensa ini tebal pada bagian perifer/tepi lensa dan pada
bagian sentral lensa tipis. Lensa ini digunakan untuk koreksi miopia3,4.
dari lensa negatif, dimana bagian perifer lebih tipis dibandingkan bagian
sentral3,4.
38
Gambar 7. Koreksi Hipermetropia dengan Lensa Konveks
Lensa silinder mempunyai kekuatan maksimal pada satu sumbu. Sumbu dari
bagian yang melengkung disebut sebagai sumbu silinder atau disebut axis.
a. Lensa Single Vision (SV), atau lensa single focus yaitu lensa untuk koreksi
dapat digunakan untuk koreksi dua masalah penglihatan. Dimana lensa yang
bagian atasnya untuk koreksi penglihatan jauh dan bagian bawah untuk
c. Lensa Multifocus, biasa disebut juga jenis progressive, yaitu lensa yang
seperti bifocus akan tetapi tanpa batas garis dengan kekuatan spheresnya
39
brtambah perlahan dari atas hingga bawah. Kelebihannya selain dapat
digunakan untuk melihat jauh dan dekat dapat pula untuk jarak
menengah/sedang3,4.
2. Bedah Refraktif
Laser Excimer merupakan temuan Dr. Dave Muller PhD yang dibuat di
excimer timbul sebagai akibat absorbsinya oleh elemen-elemen padat, dalam hal
ini stroma kornea. Excimer ini tidak “memotong” stroma seperti pisau, namun
“istilah singkat” yang kurang tepat karena tidak spesifik dari suatu istilah yang
lebih tepat bagi prosedur ini, yaitu keratomileusis anterior laser. Prosedur ini
dan makin ke perifer makin kurang progresif. Laser yang kita gunakan saat ini
memiliki berkas dengan ukuran titik 1-2 mm, dengan frekuensi pulsasi 50-200
Hz. Tiap pulsasinya excimer mengablasi jaringan kornea sebanyak 0,22 – 0,25
μm1.
secara manual dengan keratom, dengan alat surpass separator, Amadeus II (epi-
free), maupun dengan sikat kornea (Amoilsbrush dan alkohol) dan selanjutnya
ditembakkan sinar laser excimer. Setelah debris pasca ablasi dibersihkan pada
akhir prosedur pasien dipasang lensa kontak bandage selama lima hari. Epitel
40
Untuk ablasi yang tidak terlalu dalam, zona ablasi dibuat kecil dengan
diameter biasanya 4 mm. dengan diameter ini, pasien mengeluhkan adanya glare
karena retina mampu menyesuaikan diri terhadap zona ablasi dengan ukuran
tersebut. Apabila tidak diinginkan ablasi yang terlalu dalam, kita bisa melakukan
ablasi zona multipel. Hal ini biasanya dilakukan pada mata dengan miopia
tinggi1.
torus (silindris) kornea. Masalah ini sekarang teratasi dengan teknologi pindai
laser. Namun PRK dengan tengan teknologi pemindaian laser (scanning laser)
besar1.
Dari uji klinis yang dilakukan di bawah naungan FDA terhadap lebih dari
500 pasien menunjukkan bahwa tajam penglihatan tanpa koreksi 6 bulan sesudah
PRK adalah 6/12 atau lebih baik pada sekitar 93% pasien. Akurasi dalam kisaran
1,00 D pada 6 bulan dicapai oleh 75% pasien dengan miopia praoperasi berkisar
makin dalamnya ablasi dan makin kasarnya permukaan setelah ablasi. Penyulit
41
0,02% tersebut selama 60 detik pada stroma pasca ablasi. Rasa sakit pasca
LASIK)
lamelar dan fotoablasi kornea laser excimer dibawak flap kornea. Dalam teknik
nyeri pasca bedah, kembalinya fungsi visual dengan cepat, kurangnya efek
samping penyembuhan luka semisal kekabutan kornea, dan efikasi yang lebih
refraksi1.
dipasang kembali ke kornea. Karena sifat dehidrasi relatif kornea, maka flap
tepat ke tempat semula menjadi syarat untuk mencegah distorsi dan mengurangi
42
astigmatisma irreguler. Bila dibandingkan dengan PRK yang hanya bisa
diterapkan pada penderita miopia kurang dari S – 6,00 D, prosedur bedah LASIK
menjadi sangat popular dan dapat diterima secara luas. Hal ini karena LASIK
dapat mengatasi miopia tinggi lebih dari S – 10,00 D sehingga menjadi normal
hingga S- 6,00 D. LASIK juga dapat memperbaiki segi kosmetik, telah terbukti
aman, stabil dan efektif. Selain itu pemulihan fungsi penglihatannya cepat, serta
flap, flap inkomplit, flap terlalu tipis, buttonholes, flap dengan pemotongan tidak
rata, defek epitel, perdarahan kornea, perforasi kornea, ablasi tak terpusat,
central islands, lipatan dan kerutan flap, flap hilang, antarmuka debris, sindrom
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhardjo SU, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata, BAB 7 Refraksi. Edisi pertama. Bagian
2007. h.169-96.
2. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi
3. www.http//.thesis.binus.ac.idDocBab32007-2-00539%20BAB%20III.pdf. 2007-2-
4. www.http//.prepository.usu.ac.idbitstream123456789261913Chapter%20II.pdf.
5. www.https//.academia.edu6944160Kelainan_refraksi_mataauto=download.
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26191/3/Chapter%20II.pdf.
44