Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS
Nama
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Status Marital
Suku
Pekerajaan
Pendidikan

II.

: Ny. C
: Perempuan
: Gebang, Kabupaten Cirebon
: Islam
: Belum Menikah
: Sunda
: Pekerja Swasta
: SD

ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan pemeriksaan fisik pada tanggal 21
Maret 2016 di Poliklinik bagian mata RSUD Waled.
1. Keluhan Utama
Pandangan buram saat melihat jauh
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Waled dengan keluhan
penglihatan buram pada kedua mata saat melihat jauh yang dirasakan
memberar sejak seminggu yang lalu. Keluhan pasien dirasakan sejak umur 11
tahun, namun merasa lebih berat satu tahun terakhir ini, dimana pasien
mengeluh sering pusing, mengeluarkan air mata. Keluhan dirasakan memberat
dan sehingga mengganggu aktifitas pasien ketika bekerja. Tidak ada riwayat
menggunakan kacamata seblumnya. Mata merah disangkal, gatal (-), perih (-),
terasa silau saat melihat cahaya (-), melihat pelangi disekitar lampu/sumber
cahaya (-), gambaran berkabut seperti awan (-). Trauma langsung pada mata
pasien (-). Pasien sudah pernah berobat satu kali satu tahun yang lalu di poli
mata dan diberikan koreksi dengan kacamata, namun, keluhan sekarang terasa
memberat yang memnggangu yang menyebabkan pasien kemudian berobat ke
poli mata RSUD Waled.
3. Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat pemakaian kacamata (+), saat pertama kali melakukan pengobatan


di poli mata RSUD waled tanggal 29 September 2015

Riwayat trauma pada daerah mata disangkal

Riwayat penggunaan lensa kontak disangkal

Riwayat penyakit mata lainnya disangkal

Riwayat mata merah disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga yang memiliki keluhan seperti ini disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat Pribadi dan Sosial

III.

Pasien bekerja di warung


Pasien sering membaca dalam jarak dekat

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : Pasien tampak sakit ringan
Kesadaran

: Komposmentis GCS=15

Tanda vital

: TD

: 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit
Pemeriksaan fisik: Kepala
Thoraks

Suhu : 36 0C
RR

: 20 x/menit

: normosefal
: cor

: tidak ada kelainan

paru : tidak ada kelainan


Abdomen

: tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan

2. Status Oftalmologi

OD
O,25 PH (0.4)
Hiperemi (-), edema

Pemeriksaan
Visus
(-), Palpebra

OS
0,4 PH (0.6)
Hiperemi (-), edema (-),

nyeri

(-),

nyeri

tekan

tekan

(-),

blefarospasme (-), ektropion

blefarospasme (-), ektropion

(-), entropion (-), lagoftalmos

(-),

(-), ptosis (-)


Nistagmus (-)

lagoftalmos (-), ptosis (-)


Nistagmus (-)

Gerak bola mata

entropion

(-),

DBN
Supersilia
Trikiasis (-), distikiasis (-)
Silia
Endoftalmus (-), eksoftalmus Bulbus oculi

DBN
Trikiasis (-), distikiasis (-)
Endoftalmus
(-),

(-), strabismus (-), orthopia

eksoftalmus (-), strabismus

(+)
Injeksi

(-), orthopia (+)


Injeksi konjungtiva

injeksi

konjungtiva
siliar

(-),

(-), konjungtiva
injeksi

injeksi

siliar

(-),

(-),
injeksi

episklera (-), edema (-)


Ikterik (-), warna putih (+)
Sclera
Jernih, arcus senilis (-), Kornea

episklera (-), edema (-)


Ikterik (-), warna putih (+)
Jernih, arcus senilis (-),

sikatrik (-)
Dalam, hifema (-), hipopion COA

sikatrik (-)
Dalam, hifema (-), hipopion

(-)
Regular, warna cokelat
Iris
Bulat, letak di tengah, 3 Pupil

(-)
Regular, warna cokelat
Bulat, letak di tengah, 3

mm, RCL (+), RCTL (+)


Jernih
Lensa
Reflex fundus (+), papil Funduskopi

mm, RCL (+), RCTL (+)


Jernih
Reflex fundus (+), papil

bulat, batas tegas, CD ratio

bulat, batas tegas, CD ratio

0.3, a/v ratio 2/3, reflex

0.3, a/v ratio 2/3, reflex

macula (+)
Positif
Tak dilakukan
Sesuai dengan pemeriksa

Reflex fundus
Sistem lakrimalis
Lapang

macula (+)
Positif
Tak dilakukan
Sesuai dengan pemeriksa

Normal
S-10.75 C-2.50 X166
S-10.00 C-2.25 X170 0.8

pandanng
Palpasi TIO
refraktometer
Koreksi

Normal
S-5.25 C-!.50 X14
S-4.50 C-1.00 X10 0.8

IV.

Resume
Pasien perempuan, usia 27 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUD Waled
dengan keluhan pandangan buram pada kedua mata, terutama jika melihat
jarak jauh. Keluhan dialami sejak usia

11 tahun, dan dirasa memberat

seminggu terakhir. Pasien mengeluh sering pusing dan mengeluarkan air


mata. Keluhan dirasakan memberat dan sehingga mengganggu aktifitas pasien
ketika bekerja.

Terdapat riwayat mennggunakan kacamata sebelumnya.

Pasien pernah melakukan pengobatan 1 tahun yang lalu, dan mendapatkan


koreksi dengan kacamata.
Pada pemerikssan didapatkan visus OD 0,25 PH (+) 0,5 dan visus OS 0,4
PH (+) 0,6 , hasil koreksi OD S -1,50 C -0,75 X 150 dan OS S -1,00 C Plano
V.

VI.

Diagnosis Banding
AMC ODS + anisometropia ODS + ambliopia
AMS ODS + anisometropia ODS+ambliopia
Diagnosis Kerja
AMC OD + anisometropia ODS + ambliopia

VII.

Tatalaksana yang diberikan


Kacamata dengan koreksi ODS
OD S -10.00 C-2.25 X170 ).8
OS S-4.50 C-1.00 X 10 0.8
Medikamentosa : Sanbe tears 6x1 ODS

VIII.

IX.

Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam

Edukasi
Periksa setiap 6 bulan
Rutin menggunakan kacamata
Penerangan yang baik dan cukup saat membaca.
Atur jarak baca minimal + 30 cm.
Hindari membaca sambil tidur berbaring.

Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian. Misalnya


setelah membaca, melihat gambar atau menggunakan komputer lama,
berhenti dahulu 15 20 menit, beristirahat sambil melakukan aktifitas

lain.
Berkendara sebaiknya memakai kacamata pelindung atau helm yang ada

kacanya.
Hindari pajanan langsung dengan debu, sinar matahari dan angin.

ANALISA KASUS

Pasien didiagnosa sebagai astigmatisma miopia kompositus ODS+ anisometrop


ODS+ambliopia, diagnosa ditegakkan berdasarkan:
I.

Anamnesis
1. Penglihatan pasien yang buram saat membaca dikarenakan berkas sinar
yang datang jatuh pada dua titik fokus yang berlainan, menjadikan
bayangan

yang

muncul

menjadi

kabur

(astigmatisma),

untuk

mengkompensasinya pasien menjadi lebih suka melihat dalam keadaan


terang benderang.
2. Tulisan yang terbaca menjadi menyambung dan dobel dikarenakan bola
mata yang berbentuk elips atau lonjong, sehingga berkas sinar yang masuk
kedalam mata tidak akan bertemu di satu titik retina, sinar akan dibiaskan
tersebar di retina dan menyebabkan pandanganan menjadi berbayang
(dobel) dan menyambung (astigmatisma)
3. Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca

4. Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila dekat
sedangkan melihat jauh buram, hal ini sama seperti yang dikeluhkan
pasien dimana pasien mengalami gangguan ketika melihat jauh (miopia).
5. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu
keadaan refraksi mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak
terhingga dalam keadaan mata istirahat, dibiaskan di depan retina sehingga
pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Cahaya yang
datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan tepat di retina tanpa
akomodasi.

II.

Pemeriksaan Tajam Penglihatan dan Koreksi Kelainan Refraksi


-

Pada

pasien

dilakukan

pemeriksaan

tajam

penglihatan

dengan

menggunakan Snellen Chartdan juga pemeriksaan kelainan refraksi


menggunakan Trial Frames, yang menunjukkan hasil VOD : 0.3 dan VOS
: 0.4. Berdasarkan hasil visus tersebut, selanjutnya dilakukan uji pinhole
(uji

lubang

kecil) ini

dilakukan

untuk

mengetahui

apakah

berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi


atau kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya.
Dengan uji pinhole, visus OD bertambah menjadi 0,5 dan visus OS
bertambah menjadi 0.6 yang menandakan terdapatnya kelainan refraksi
yang belum dikoreksi baik pada pasien.ODS : Kornea jernih, COA dalam,
lensa jernih. Lalu dilakukan koreksi pada kedua mata OD : S -10.00 C
-2.25 X170 dan OS : S -4.50 C -1.00 X10. Setelah dikoreksi dengan
menggunakan

lensa sferis negatif, pasien belum mencapai visus

maksimal, sehingga dicurigai pasien juga memiliki kelainan refraksi


astigmat. Sehingga koreksi refraksi yang dilakukan pada kedua mata
pasien dan memberikan perbaikan visus menjadi 1.0 adalah :
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, pasien
tergolong

keastigmatisma tipe : Astigmatisme Miopia kompositus.

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B

berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

Gambar. Astigmatisme Miopia Kompositus

Prognosis quo ad vitam pada kasus ini adalah ad bonam, dan quo ad
fungtionam pada kasus ini dubia ad bonam Prognosis AMC ODS+
anisometropia ODS+ambliopia adalah baik. Pasien AMC dapat melihat objek
jauh dengan lebih baik. Prognosis yang didapat sesuai dengan derajat
keparahannya.
-

Selain itu, pada psien ini didapatkan perbedaan kelainan refraksi antara
OD dan OS yang merupakan adanya anisometropia. Dimana, pada OD
didapatkan -10.00 sedangkan pada OS didapatkan -4.50. Hal ini pula yang
menyebakan utama terjadinya ambliopia, karena mata tidak dapat
berakomodasi secara independen dab nata yang lebih hiperopia terusmenerus kabur.

DAFTAR PUSTAKA
1. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,
Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.
2. James B, Chew C and Bron A. 2003. Lecture Notes Ophtalmology Edisi
Kesembilan. Jakarta..
3. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan
& Asburys General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.
4. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2.
Jakarta.
5. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and
Refraction, New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.
6. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive
Errors, Thieme, p. 127-136, 2000.
7. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6 th
Edition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.
8. Roque M., 2014. Astigmatism, PRK. (diakses pada 14Januari 2016)
http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101
[Diakses tanggal 14 Januari 2016]
9. Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related
Amblyopia. Optom Vis Sci 86(6): 634-639. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf
??tool=pmcentrez
[Diakses tanggal 14 Januari 2016]
10. Choi H. Y., Jung J. H. and Kim. M. N., 2010. The Effect of Epiblepharon
Surgery on Visual Acuity and With-the-Rule Astigmatism in Children. Korean
J

Ophthalmol

2010;

24(6)

325-330.

Diunduh

dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/15456110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrez
11. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

Anda mungkin juga menyukai