FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPORAN KASUS
Maret 2016
Oleh :
Diansri Pratiwi Syam, S. Ked.
10542 0149 10
Pembimbing :
dr. Purnamanita Syawal , Sp. M.
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
BAB I
LAPORAN KASUS
Compound Miop Astigmat
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Suku/Bangsa
Pekerjaan
Alamat
No. Register
Tanggal Periksa
Tempat Periksa
Dokter pemeriksa
: An.R
: 11 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Makassar
: Pelajar
: Jl. Monumen emi saelan no 3D
: 08 31 94
: 24 Februari 2016
: Balai Kesehatan Mata Masyarakat
: dr. ASA
1.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin
saat melihat jauh Keluhan sudah dialami 4 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan perlahan-lahan, dan pasien sering menyipitkan mata agar
bisa melihat tulisan di dinding sekolah. Keluhan juga disertai mata
terasa pedih serta sakit kepala saat melihat objek jauh, dalam waktu
yang lama. Mual dan muntah (-). Penglihatan berkabut dan silau jika
terkena cahaya disangkal. Riwayat seperti ada pelangi saat melihat
cahaya disangkal. Riwayat penggunaan kacamata Riwayat trauma (-),
riwayat pengobatan (-) serta riwayat keluarga (+) ibu memakai
kacamata presbiop.
1. Inspeksi
Pemeriksaan
Palpebra
OD
OS
Edema (-)
Edema (-)
Lakrimasi (+)
Lakrimasi (+)
Normal
Normal
Hiperemis (-),
Hiperemis (-),
jernih
Jernih
Sedang
Sedang
Jernih
Jernih
Aparatus Lakrimal
Silia
Konjunctiva Bulbi
Mekanisme Muskular
Kornea
BMD
Iris
Pupil
Lensa
2. Palpasi
Pemeriksaan
Test Okuler
Nyeri tekan
Massa Tumor
Glandula Preaurikuler
1.4. Pemeriksaan Visus
VOD
VOS
OD
Tn
(-)
(-)
Pembesaran (-)
OS
Tn
(-)
(-)
Pembesaran (-)
1.5. Keratometri
@3mm
RIGHT :
AVG
CYL
AXIS
Mm
7.58
D
44.50
mm
7.69
7.47
K1
K2
LEFT :
AVG
Mm
D
7.62 44.25
mm
7.65
7.59
K1
K2
D
-1.75
deg
179
D
44.00
45.25
AXIS
179
89
CYL
D
-0.50
AXIS
deg
156
D
44.00
42.50
AXIS
156
66
1.6. Refraktometri
OD
Sph: -0,75
OS
Sph:-1.50
PD = 59/57 mm
Cyl: -1.25
Cyl: -1.75
Ax : 1
Ax: 7
: 20 mmhg
: 20 mmhg
1.10.
Pemeriksaan
Konjunctiva
Kornea
BMD
Iris
Pupil
Lensa
Slit Lamp
SLOD
OD
Dry eye (-)
Jernih
Sedang
Coklat, Kripte (+)
Bulat, Letak sentral
Jernih
: Konjunctiva normal, kornea jernih, BMD sedang,
Iris coklat dengan kripe (+), pupil bulat letak sentral, dan lensa
jernih.
OS
Dry eye (-)
Jernih
Sedang
Coklat, Kripte (+)
Bulat, Letak sentr
Jernih
SLOS
Iris coklat dengan kripe (+), pupil bulat letak sentral, dan lensa
jernih
1.11.
Resume
Seorang pasien laki-laki berumur 11 tahun, mengeluhkan
penglihatan buram saat melihat jauh. Keluhan sudah dialami 2 bulan
yang lalu.. Keluhan juga disertai mata yang terasa pedih serta sakit
kepala saat melihat objek baik jauh dalam waktu yang lama. Mual dan
muntah (-).serta riwayat keluarga (+) ibu memakai kacamata presbiop
Pada pemeriksaan oftalmologi inspeksi dan palpasi dalam
batas
norma.
Pada
pemeriksaan
menggunakan
refraktometri
1.12.
Diagnosis Kerja
OD mixed astigmat + amblyopia refraksi
OS compound miop astigmat + amblyopia refraksi
1.13.
Differential Diagnosis
1. Myopia
2. hypermetrop
1.14.
Terapi
EDUKASI
- Menjelaskan pentingnya memakai kacamata koreksi
- Tidak membaca sambil tidur ataupun di tempat yang
pencahayaannya kurang
bola mata.
MEDIKAMENTOSA
R/ Neurosanbe
1 dd1
R/ cendo augentonic
4 dd 1
Kacamata monofakal
1.15.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad visam
Quo ad cosmetica
1.16.
:ad bonam
:ad bonam
: bonam et dubia
: ad bonam
ANJURAN
Kontrol pemeriksaan visus
1.17.
Diskusi
Dari anamnesis didapatkan pasien masuk dengan keluhan visus menurun
pada kedua mata yang dialami memberat sejak 2 bulan terakhir. Di teori,
terdapat beberapa mekanisme yang bisa menyebabkan penurunan visus
yaitu 1). Akibat kelainan di media refraksi yang dapat berupa kekeruhan
atau kelainan refraksi. 2). Akibat kelainan di fundis yang dapat berupa
kerusakan jaringan retina atau kerusakan serabut saraf. 3) akibat dari
kelainan yang terdapat di belakang fundus.
Dari pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada OD dan OS tidak
didapatkan kelainan. Pada pemeriksan visus didapatkan . Pada pemeriksan
visus didapatkan VOD : 20/100 = S -0,75 C -1.25 axis 0 20/40 ; VOS :
20/100f
kelainan pada pemeriksaan yang lain seperti tonotmetri, slit lamp maupun
funduskopi. Maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami
penurunan visus yang disebabkan oleh kelainan refraksi.
refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata
akan jatuh didepan retina, tanpa akomodasi. Myopia merupakan manifestasi
kabur ketika melihat sesuatu objek yang berjarak jauh tetapi jelas ketika
melihat objek yang berjarak dekat. Myopia juga dikenal sebagai
nearsightedness yang berarti jelas apabila melihat dekat. Hal ini sesuai
dengan keadaan pasien yang mengeluhkan penurunan visus saat melihat
benda jauh. Pasien ini telah melakukan usaha dengan memperkecilkan
matanya untuk mendapatkan visus yang lebih jelas dan ini merupakan salah
satu dari tanda-tanda bahwa pasien ini mengalami masalah kelainan refraksi
yang berupa miop. Metode memperkecilkan mata ini sama prinsipnya
dengan pin hole yang dilakukan ketika melakukan pemeriksaan visus.
Prinsipnya itu adalah untuk memperkecilkan sinar cahaya yang masuk
kedalam bola mata dengan harapan agar cahaya yang masuk itu dapat jatuh
ke retina dengan tepat.
Koreksi mata myopia adalah dengan memakai lensa minus dengan
prinsip, menggunakan ukuran lensa yang minimal dengan hasil visus yang
optimal. Lensa minus ini berupa lensa yang berbentuk konkaf dimana dapat
membantu untuk membiaskan cahaya dan diatur supaya titik fokus bisa
jatuh ke retina dengan tepat. Sekiranya dengan pemakaian lensa minus tetap
tidak memberikan kemajuan, maka pada keadaan tertentu myopia dapat
diatasi dengan tindakan operatif pada kornea antara lain keratotomy radial,
sinar yang masuk ke mata tidak dapat difokuskan ke satu titik di retina
akibat perbedaan kelengkungan kornea atau lensa1,2.
Compound Miop Astigmat adalah kelainan refraksi yang termasuk
dalam klasifikasi astigmat berdasarkan letak focus bayangan. Astigmat
berasal dari bahasa Yunani dari kata A dan Stigmat yang berarti
tidak. Maka pembiasan yang terjadi pada kelainan ini yaitu
pemfokusan bayangan yang diterima oleh retina tidak pada titik api,
maupun membentuk dua garis horizontal atau oblik. Terdapatnya
variasi kurvatur atau kelengkungan kornea atau lensa pada meridian
yang berbeda yang akan mengakibatkan sinar tidak terfokus pada satu
titik. Setiap meridian mata mempunyai titik focus tersendiri yang
letaknya mungkin teratur (pada astigmat regular) dan mungkin pula
tidak teratur (pada astigmat irregular).1,2
Kelainan astigmat dapat dialami oleh anak-anak, orang dewasa,
ataupun orang yang sudah tua.Astigmat biasanya bersifat diturunkan
atau terjadi sejak lahir, biasanya disertai dengan myopia dan
hipermetrop dan tidak banyak terjadi perubahan.Rasio kelainan ini
cenderung lebih sedikit dibanding orang yang menderita myopia, tetapi
lebih banyak dari pada orang yang menderita hipermetropia.1,3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI
bulbaris),
lapisan
Bowman,
stroma,
membrane
memasuki
mata,
pembentukan
bayangan
pada
retina
PATOFISIOLOGI
Apabila bayangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan
retina pada mata yang tidak berakomodasi, maka mata terseburt
mengalami miopia, atau penglihatan dekat (nearsighted). Pada miopia
panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan
pembiasan media refraksi terlalu kuat5.
Apabila mata berukuran lebih panjang daripada normal, maka
kesalahan terjadi di sebut miopia aksial, (untuk setiap millimeter
tambahan panjang sumbu, maka mata kira-kira lebih miopik sebesar 3
dioptri). Apabila unsur pembiasan lebih refraktif dibandingkan dengan
rerata, maka kesalahan yang terjadi disebut miopia kelengkungan atau
miopia refraktif, suatu benda digeser lebih dekat dari 6 meter, maka
bayangan bergerak mendekati retina, dan fokusnya menjadi lebih
tajam. Titik tempat bayangan paling tajam fokusnya di retina disebut
titik jauh, derajat miopia dapat diperkirakan dengan menghitung
kebalikan dari jarak titik jauh tersebut. Dengan demikian titik jauh
sebesar 0,25 m menandakan perlunya lensa koreksi sekitar minus 4
dioptri. Orang miopik memiliki keuntungan dapat membaca di titik
jauh tanpa kaca mata bahkan pada usia presbiopik. Miopia derajat
tinggi menimbulkan peningkatan kerentanan terhadap gangguangangguan retina degeneratif, termasuk pelepasan retina.5
2.
KLASIFIKASI
Miopia menurut penyebabnya5
1. Miopia aksial
Diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari
normal, walaupun kornea dan kurvatura lensa normal dan lensa
dalam posisi anatominya normal. Miopia dalam bentuk ini
dijumpai pada proptosis sebagai hasil dari tidak normalnya besar
segmen anterior, peripapillary myopic crescent dan exaggerated
cincin skleral, dan stafiloma posterior
2. Miopia kurvatura5
Mata memiliki diameter antero-posterior normal, tetapi
kelengkungan dari kornea lebih curam dari rata-rata, missal :
pembawaan sejak lahir atau keratokonus, atau kelengkungan lensa
bertambah seperti pada hiperglikemia sedang ataupun berat, yang
menyebabkan lensa membesar
3. Miopia karena peningkatan indeks refraksi5
Peningkatan indeks refraksi daripada lensa berhubungan
dengan permulaan dini atau moderate dari katarak nuklear
sklerotik. Merupakan penyebab umum terjadinya Miopia pada usia
tua. Perubahan kekerasan lensa meningkatkan indeks refraksi,
dengan demikian membuat mata menjadi myopik.
Menurut American Optometric Association (2006), miopia secara
klinis dapat terbagi lima yaitu:
1.Miopia Simpleks : Miopia yang disebabkan oleh dimensi bola
mata yang terlalu panjang atau indeks bias kornea maupun lensa
kristalina yang terlalu tinggi10.
2. Miopia Nokturnal : Miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi di
sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata
seseorang bervariasi terhadap tahap pencahayaan yang ada. Miopia
ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu
lebar
untuk
memasukkan
lebih
banyak
cahaya,
sehingga
sementara
sampai
kekejangan
akomodasinya
dapat
GEJALA KLINIS9,10
Gejala subjektif miopia antara lain :
1. Kabur bila melihat jauh
2. Membaca atau melihat benda kecil harus jarak dekat
3. Lekas lelah bila membaca
Gejala objektif miopia antara lain :
1. Miopia Simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan
pupil yang relative lebar. Kadang-kadang ditemukan bola
mata yang agak menonjol.
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang
normal atau dapat disertai kresen miopia yang ringan di
sekitar papil saraf optic.
2. Miopia patologik
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia
simpleks. Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior
berupa kelainan-kelainan pada :
PEMERIKSAAN PENUNJANG8,10
Untuk mendiagnosis miopia dapat dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan pada mata, pemeriksaan tersebut adalah :
1.
Refraksi subjektif
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
refraksi subjektif, metode yang digunakan adalah dengan
metode trial and error. Jarak pemeriksaan 6 meter dengan
menggunakan kartu Snellen.
2.
.Refraksi Objektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis
5.
PENATALAKSANAAN
Lensa kacamata
Prinsip pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan
memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien
dikoreksi dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan
demikian juga bila diberikan S-3.25, maka sebaiknya diberikan
lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat mata dengan
baik sesudah dikoreksi.
Kacamata masih merupakan yang paling aman untuk
memperbaiki refraksi. Untuk mengurangi aberasi nonkromatik,
lensa dibuat dalam bentuk meniscus (kurva terkoreksi) dan
dimiringkan ke depan (pantascopic tilt).
Lensa kontak
Lensa kontak mengurangi masalah penampilan atau kosmetik akan
tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian pemakaiannya.
Selain masalah pemakaiannya, perlu diperhatikan masalah lama
pemakaian, infeksi,dan alergi terhadap bahan yang dipakai.
Bedah keratorefraktif
Mencakup serangkaian metode untuk mengubah kelengkungan
permukaan anterior mata. Efek refraktif yang diinginkan secara
umum diperoleh dari hasil empiris tindakan-tindakan serupa pada
pasien lain dan bukan didasarkan pada perhitungan optis
matermatis.
Lensa intraocular
Penanaman lensa intraocular (IOL) telah menjadi metode pilihan
untuk koreksi kelainan refraksi pada afakia.
Ekstraksi lensa jernih untuk miopia
Ekstraksi lensa non-katarak telah dianjurkan untuk koreksi refraktif
miopia sedang sampai tinggi; hasil tindakan ini tidak kalah
memuaskan dengan yang dicapai oleh bedah keratorfraktif
menggunakan laser.8
1.
KOMPLIKASI
Pada penderita miopia yang tidak dikoreksi dapat timbul
komplikasi, antara lain ablasio retina dan strabismus esotropia. Ablasio
retina karena myopia yang terlalu tinggi terbentuk stafiloma sklera
posterior, maka retina harus meliputi permukaan yang lebih luas
sehingga teregang. Akibat regangan mungkin dapat menyebabkan
ruptur dari pembuluh darah retina dan mengkibatkan perdarahan yang
dapat masuk ke badan kaca, Mungkin dapat terjadi ablasio retina
akibat robekan karena tarikan. Strabismus esotropia terjadi karena
pada pasien tersebut memiliki pungtum remotum yang terdekat
sehingga mata selalu dalam keadaaan konvergensi yang dapat
menimbulkan astenopia konvegensi. Bila kedudukan bolamata ini
menetap maka kedudukan akan terlihat juling kedalam atau esotropia.
Bila terdapat juliing keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang
atau terdapat amblyopia11.
Ada beberapa tipe amblyopia, Terbanyak kedua setelah ambliopia
strabismik adalah amblyopia anisometropik. Terjadi ketika adanya
perbedaan refraksi antara kedua mata yang menyebabkan lama
kelamaan bayangan pada satu retina tidak fokus.1 Jika bayangan di
fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang disebabkan
karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan, maka
terjadi rintangan untuk fusi. Lebih lebih fovea mata yang lebih
ametropik akan menghalangi pembentukan bayangan (form vision).12
Kondisi ini diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari
bayangan kabur pada perkembangan tajam penglihatan pada mata yang
terlibat, dan sebagian lagi akibat kompetisi interokular atau inhibisi
yang serupa ( tapi tidak harus identik) dengan yang terjadi pada
ambliopia strabismik.1
Derajat ringan anisometropia hyperopia atau astigmatisma (1-2 D)
dapat menyebabkan ambliopia ringan. Myopia anisometropia ringan (<
- 3 D) biasanya tidak menyebabkan ambliopia, tapi myopia tinggi
PROGNOSIS
Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk
mencegah atau memperlambat progresi miopia, antara lain dengan :
1. Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata.
2. Pemberian tetes mata atropin.
3. Menurunkan tekanan dalam bola mata.
4. Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan
rabun dekat pada anak.
5. Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh dekat10.
3.2.4.
ASTIGMAT
3.1.1. PATOMEKANISME
Astigmat terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang
tidak rata sehingga tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi
kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar terfokus pada satu titik.
Sebagian bayangan dapat terfokus di bagian depan retina sedang sebagian
yang lain sinar difokuskan di belakang retina.12
Astigmat terjadi karena kekuatan pembiasan yang tidak sama terjadi pada
kornea dan lensa kristalin yang menyebabkan wujudnya bayangan kabur
Sedangkan
pada
astigmatismus
myopicus
compositus
berada
didepan
retina,
adapun
penyebab
terjadinya
alat
yang
disebut cakram
placido.
dan astigmat internal. Oleh karena itu, astigmat internal dapat ditentukan
dengan menggunakan formula:
Astigmat internal = Astigmat total astigmat kornea.5
Klasifikasi astigmat berdasarkan titik fokal cahaya
a) Astigmat regular 4,11
Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian utamanya ( meredian di
mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bola mata ),
mempunyai arah yang saling tegak lurus. Misalnya, jika daya bias terkuat
berada pada meredian 90, maka daya bias terlemahnya berada pada
meredian 180, jika daya bias terkuat berada pada meredian 45, maka
daya bias terlemahnya berada pada meredian 135. Astigmatisme jenis ini,
jika mendapat koreksi lensa silindris yang tepat, akan bisa menghasilkan
ketajaman penglihatan yang normal. Tentunya jika tidak disertai dengan
adanya kelainan penglihatan yang lain.
Jika prinsip meredian dari astigmat mempunya orientasi yang konstan
pada setiap titik di seberang pupil, dan jika jumlah astigmat yang sama
pada setiap titik, kondisi refraksi dikenali sebagai astigmat regular dan
bisa dikoreksi dengan lensa silindris. Sinar-sinar cahaya aksis visual
difokuskan pada titik dalam bentuk satu garis dibelakang kornea dan
kelainan ini berlaku terutama disebabkan oleh kelainan kurvatur kornea.
Astigmat regular dapat diklasifikasikan berdasarkan letak atau posisi prisip
meredian dan berdasarkan letak fokus bayangan atau sinar pada kedua
prinsip meredian.11
Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
Astigmatisme Simetris
Pada astigmat ini, kedua bola mata memiliki meredian utama yang
deviasinya simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenal
adalah axis silindris mata kanan dan kiri yang apabila dijumlahkan
akan bernilai 180 (toleransi sampai 15), misalnya kanan Cyl
-0,50X45 dan kiri -0,75X135.
Astigmatisme Asimetris
iii)
Astigmat Oblik
Astigmat oblik adalah apabila principal meredian tidak
berada atau berdekatan dengan 90 atau 180. Pada dasarnya,
astigmat oblik adalah apabila principal meredian adalah lebih dari
Gambar 7.
Simple
Miop
Astigmat
Sumber : Sumber : http://eyewiki.org
Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik
B berada tepat di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl Y
dimana X dan Y memiliki angka yang sama.
ii.
Compound Astigmat
o Compound miop astigmat
Gambar
9.
Gambar 10.
Hipermetrop
Compound
Astigmat
Sumber :
Sumber : http://eyewiki.org
Jika kedua garis fokal berada di belakang retina. Koreksi
dilakukan dengan menggunakan lensa sferis plus (+) dan
silinder plus (+).
Astigmatisme jenis ini, titik B berada dibelakang retina,
sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola
ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl
+Y
iii.
Mixed Astigmat
Jika satu garis fokal berada didepan retina dan satunya lagi
dibelakang retina. Koreksi dilakukan dengan lensa sferis plus (+)
dan
3.1.5. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang mendapatkan
gambaran klinis yang jelas dan ditunjang dengan pemeriksaan visus.
Pemeriksaan untuk mengukur astigmatis bagaimana mata fokus terhadap
cahaya dan menentukan kekuatan dari beberapa lensa optikal yang
diperlukan untuk menkompensasi penurunan penglihatan. Pemeriksaan itu
termasuk :
adalah Snellen Chart atau lighted box yang menampilkan baris huruf
yang semakin kecil.
Uji Pengaburan - Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka
tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam
penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan
menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring
astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis
juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu
lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180.
Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis
juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan
juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa
silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat
kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien
melihat jelas
Keratometri keratometer adalah alat primer yang digunakan untuk
mengukur kurvatur dari kornea. Dengan memfokuskan pada lingkaran
cahaya pada kornea dan mengukur pantulannya, dapat menentukan
kurvatur yang tepat dari permukaan kornea. Pengukuran ini terutama
digunakan untuk menetukan kontak lens yang tepat. Prosedur yang lebih
mutakhir dinamakan topography kornea dimana dapat dilakukan pada
beberapa kasus untuk mendapatkan bentuk yang lebih detail dari kornea.
Refraksi menggunakan instrument yang dinamakan phoropter, dengan
cara menempatkan serangkaian lensa didepan mata dan mengukur
pemfokusan cahaya. Dengan menggunakan instrument yang dinamakan
retinoskop atau instrument otomatis yang secara otomatis mengevaluasi
kekuatan pemfokusan cahaya dari mata. Kemudian ditentukan lensa mana
yang dapat menghasilkan penglihatan yang paling jelas dari respon pasien.
3.1.6. TERAPI
Non- farmakologik
Radial Keratotomy
Untuk membuat insisi radial yang dalam pada pinggir kornea dan
ditinggalkan 4 mm sebagai zona optik.Pada penyembuhan insisi ini terjadi
pendataran dari permukaan kornea sentral sehingga menurunkan kekuatan
refraksi. Prosedur ini sangat bagus untuk miopi derajat ringan dan sedang.
Kelemahannya:
Kornea menjadi lemah, bisa terjadi ruptur bola mata jika terjadi trauma
setelah RK, terutama bagi penderita yang berisiko terjadi trauma tumpul,
seperti atlet, tentara. Bisa terjadi astigmat irreguler karena penyembuhan
luka yang tidak sempurna,namun jarang terjadi. Pasien Post RK juga dapat
merasa silau saat malam hari.
LASIK
Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari kornea
anterior diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara
langsung diablasi dengan tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea
menjadi flat. Sekarang teknik ini digunakan pada kelainan miopi yang
lebih dari - 12 dioptri.
Kriteria pasien untuk LASIK
-
Motivasi pasien
Tidak ada kelainan kornea dan ketebalan kornea yang tipis merupakan
kontraindikasi absolut LASIK.
PRK
Pada photorefractive keratectomy (PRK), excimer laser digunakan untuk
photoablate kurvatur anterior jaringan stroma kornea. Epitelium kornea
dilepaskan sebelum photoablation dan memerlukan 3-4 hari untuk
Daftar Pustaka
1. Guyton A C, Hall J E. Mata: I. Optik Penglihatan dalam Buku Teks
Fisiologi Kedokteran. Elsevier. Philadelphia. 1998.p 253-64.
2. Hutauruk MR.Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Orang Tua
Tentang Kelainan Refraksi Pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro,Semarang,2009
3. Read S,Collins MJ,Carney LG. A review of astigmatism and its possible
genesis.Clinical and experimental optometry.2007
4. Ilyas, H. Sidarta. 2005. Ilmu Penyakit Mata. ed. ke-3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
5. Vaughan D G, Asbury T, Riordan P. Optik & Refraksi. Ofthalmologi
umum.14th Ed. Jakarta:EGC.2015:29
6. Khurana AK, Anatomy, Physiology, and Diseases Of The Eye in
Comprehensive Ophtalmology. New Age International (P) Limited
Publishers, New Delhi 2007. P.3-10
7. S.Snell.Richard, Anatomy klinis berdasarkan system. Jakarta: EGC.2002.
8. Saladin, K.S., 2008. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and
Function. 3rd ed. New York: McGraw-Hill
9. Ilyas, Sidarta, Refraksi dan Kelainan Refraksi dalam Ilmu Perawatan
Mata. Sagung Seto. Jakarta : 2004. Hal 62-7
10. Goss, D.A., et all., 2006. Care Of The Patient With Myopia.USA :
American Optometric Assoaciation. 5-7,21-22
11.
12. Rabun
jauh
atau
miopia.
Available
in
URL
http://medicastore.com/penyakit/3589/Rabun_jauh_atau_miopia.html
13. Seeley, R.R., Stephens, T.D., Tate, P., 2006. Anatomy and
Physiology. 7th ed. New York: McGraw-Hill.
14. Saladin, K.S., 2008. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and
penyebab,
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26191/3/chapter%2011.pdf
18. Sudibjo,
Prijo.
Anatomi
Mata.
Available
in
URL
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Opthalmologi.pdf
19. ILUNI-FK.
Kelainan
refraksi,
available
at
http://www.klikdokter.com/illness/detail/35
20. Yani DA,Kelainan Refraksi Dan Mata.Surabaya Eye Clinic.[PDF
Ebook].2009
21. Read, S. A., et al. "A review of astigmatism and its possible genesis."
Clinical and Experimental Optometry 90.1 (2007): 5-19
22. Gunawan.2006. Astigmatisme Miopi Simplek Yang Mengalami
Ambliopia. Berita kedokteran masyarakat vol 22 No.3. Bagian Ilmu
Penyakit Mata FK UGM. Yogyakarta