Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

MIOPIA ODS DAN ASTIGMATISMA KOMPOSITUS ODS

Bellanti Putri Pranadisha (712022067)

Dosen Pembimbing : dr. Fera Yunita Rodhiaty, Sp.M


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Mata merupakan salah satu organ terpenting Indonesia merupakan salah satu negara
dari manusia yang berfungsi sebagai indera yang penduduknya mengalami gangguan
penglihatan terbanyak, diantaranya ada
pengelihatan yang juga berperan dalam
10% dari 66 juta anak usia sekolah (5-19
meningkatkan estetika fisik individu. tahun) di Indonesia yang mengalami
kelainan refraksi

Kelainan refraksi yang sering ditemukan adalah miopia. Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi
dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak
berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina. 1 Astigmat adalah suatu keadaan dimana sinar
yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi
sebuah gari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI Kornea:
Jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri dari lima lapis
yaitu epitel, membran Bowman, stroma, membran descement dan endotel.

Uvea:
Lapisan vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid.

Sklera:
Bagian berwarna putih yang melindungi bola mata.

Pupil:
lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk

Lensa:
Terletak di belakang iris dan di depan corpus vitreum, serta dikelilingi
processus siliaris

Retina:
bagian yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya.
FISIOLOGI PENGELIHATAN

Cahaya masuk melalui pupil  cahaya difokuskan oleh


bagian optik mata (utamanya kornea dan lensa mata) 
retina: fotoreseptor menerima distribusi cahaya 
dikonversi menjadi sinyal kimiawi serta sinyal elektrik
(sinyal visual)  syaraf optik  representasi kortikal di
otak  melihat
DEFINISI
Miopia atau rabun jauh merupakan sinar sejajar yang dibiaskan oleh
MIOPIA 1
media refraksi jatuh didepan retina sehingga membuat objek yang
jauh terlihat kabur. Miopia terjadi saat bola mata lebih panjang dari
normal (>23 mm).

ETIOLOGI
1. Keturunan. Orang tua yang mempunyai sumbu bolamata yang lebih panjang dari normal akan
melahirkan keturunan yang memiliki sumbu bolamata yang lebih panjang dari normal pula.
2. Ras/etnis. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan myopia yang lebih besar (70% – 90%)
dari pada orang Eropa dan Amerika (30% – 40%). Paling kecil adalah Afrika (10% – 20%)
3. Perilaku.
1 Kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus dapat memperbesar
resiko myopia. Demikian juga kebiasaan membaca dengan penerangan yang kurang
memadai
MIOPIA
MANIFESTASI KLINIS MIOPIA

- Kabur bila melihat jauh.


- Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

- Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai


dengan akomodasi), astenovergens.
KLASIFIKASI MIOPIA
Menurut perjalanan miopia:
1. Miopia
1 stasioner, miopia simpleks, miopia fisiologis
2. Miopia progresif
3. Miopia maligna, miopia pernisiosa, miopia degenerative

Menurut derajat:
•Ringan : < 3,00 Dioptri
•Sedang : 3,00 – 6,00 Dioptri.
•Berat: > 6,00 Dioptri. , komplikasi abalsio retina dan glaukoma sudut terbuka

Berdasarkan Usia: Menurut klinis:


1. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa 1. Simple myopia
anak-anak) 2. Nokturnal Myopia
2. Youth-onset myopia (< 20 tahun) 3. Pseudomyopia
3. Early adult-onset myopia (20-40 tahun) 4. Degenerative myopia
4. Late adult-onset myopia (> 40 tahun). 5. Induced myopia
DEFINISI
Astigmat adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata
1
tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi

ASTIGMATISMA sebuah garis.

ETIOLOGI
1. Kornea
Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital,
kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta akibat
pembedahan kornea.

2. Lensa Kristalin
1
Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin j
juga semakain berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami
kekeruhan yang dapat menyebabkan astigmatismus. Astigmatismus yang terjadi
karena kelainan pada lensa kristalin ini disebut juga astigmatismus lentikuler.
ASTIGMATISMA
KLASIFIKASI
1. Astigmatisme regular.
Terjadi jika meredian - meredian utamanya (meredian bias terkuat dan
terlemah)
1 mempunyai arah yang saling tegak lurus. Ex : terkuat 90 , terlemah
180

2. Astigmatisme Irregular.
meredian - meredian utama bola mata tidak saling tegak lurus, akibat
ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau lensa

KLASIFIKASI
Berdasarkan tipe astigmatisma:
1
Hipermetrop simpleks, astigmatisma miopia simpleks, astigmatisma hipermetrop
kompositus, astigmatisma miopi dan stigmatisma mikstus.
MANIFESTASI KLINIS
1. Penglihatan buram atau kabur, menengok untuk lebih jelas, membaca
lebih dekat.
2. Pada astigmatisma yang tidak dikoreksi, dapat menyebabkan sakit kepala
atau kelelahan mata.

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan
1 subyektif dapat digunakan metode trial and error dengan menggunakan
Snellen chart
3. Pemeriksaan secara obyektif dengan alat retinoskopi atau autorefraktometer
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan astigmatisma dilakukan dengan :


1. Koreksi Lensa: Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif. Astigmatismus
dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.
2. Obat-obatan: atropine dan siklopentolat setiap hari secara topikal
3. Terapi Visus
4. Orthokeratology: pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari satu minggu atau
bulan,
1 untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan myopia

5. Bedah Refaksi
BAB III
KASUS
KASUS
ANAMNESIS Nama : Nn. NKA Ruang : -
Umur : 22 Tahun Kelas : -

Nama Lengkap : Nn. NKA


Tempat dan Tanggal Lahir: Palembang, 24 September 2000
Umur : 22 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Polygon, Palembang
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Strata 1

Dokter yang Merawat : dr. Fera Yunita Rodhiaty, Sp.M


Dokter Muda : Bellanti Putri P, S.Ked
Tanggal Pemeriksaan : 17 Juli 2023

Keluhan Utama :
Pasien datang ke Poli Mata RSUD Palembang Bari dengan keluhan penglihatan kabur atau buram pada mata
kanan dan kiri sejak 5 Tahun yang lalu.

Keluhan Tambahan :
Tidak Ada

1. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang berobat ke Poli Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI dengan keluhan
penglihatan kabur pada kedua mata sejak 5 tahun yang lalu. Pasien mengaku mata kabur saat
melihat jauh. Penglihatan kabur ini dirasakan semakin kabur dan mengganggu aktivitas pasien.
Pasien mengatakan tidak ada yang memperberat atau memperingan keluhan tersebut. Pasien
menyangkal adanya mata merah, nyeri, berair , silau, ada kotoran, melihat ganda, seperti melihat
dari dalam terowongan, seperti melihat asap, dan riwayat trauma pada kedua mata
2.Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma pada mata (-)
Riwayat operasi mata (-)
Riwayat penggunaan kacamata (+) sejak usia 17 tahun (5 tahun yang lalu)
Riwayat penyakit diabetes melitus (-)
Riwayat penyakit hipertensi (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat penyakit mata lainnya (-)
Riwayat pemakaian obat-obatan (-)

3.Riwayat Penyakit Keluarga


Orang tua pasien memiliki penyakit yang sama
Nama : Nn. NKA Ruang : -
PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 22 Tahun Kelas : -

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Kompos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmhg
- Nadi : 89 x/m
- Laju Napas : 20 x/m
- Suhu : 36,8°C
Status Oftalmologis
OD OS

Pergerakan bola mata ke segala arah


No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 4/60 PH 20/400 4/60 PH 20/400
2. Tekanan Intra Okuler Tidak diperiksa Tidak diperiksa
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis

Edema (-) (-)

Hiperemis (-) (-)

Benjolan (-) (-)

Fistel (-) (-)

7. Konjungtiva Tarsal Superior

Edema (-) (-)

Hiperemis (-) (-)

Sekret (-) (-)

Epikantus (-) (-)


7. Konjungtiva Bulbi

Kemosis (-) (-)


Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
8. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak diperiksa Tidak diperiksa
9. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
10. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
11. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
12. Iris
Warna Cokelat Cokelat
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
13. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3 mm 3 mm
Regularitas Reguler Reguler
Isokoria Isokor Isokor
Letak Central Central
Refleks cahaya
(-) (-)
langsung
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
14. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (+) (+)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (+) (+)
Afakia (-) (-)
15. Funduskopi
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- bentuk Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dlakukan Tidak dilakukan
- warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan visus dan koreksi visus
RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama : Nn. NKA Ruang : -
PEMERIKSAAN JASMANI Umur : 22 Tahun Kelas : -

Anamnesis
Pasien datang berobat ke Poli Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI dengan keluhan
penglihatan kabur pada kedua mata sejak 5 tahun yang lalu. Pasien mengaku mata kabur saat melihat jauh.
Penglihatan kabur ini dirasakan semakin kabur dan mengganggu pekerjaan pasien. Pasien mengatakan
tidak ada yang memperberat atau memperingan keluhan tersebut. Pasien menyangkal adanya mata merah,
nyeri, berair , silau, ada kotoran, melihat ganda, seperti melihat dari dalam terowongan, seperti meliha asap
dan riwayat trauma pada kedua mata sebelumnya.

Daftar Masalah: Diagnosis:


1. Penglihatan kabur sejak 5 tahun yang lalu Miopia Astigmatisma Kompositus ODS
2.VOD : 4/60 PH 20/400
VOS : 4/60 PH 20/400
Tatalaksana Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab, faktor risiko dan tatalaksana penyakit
yang dialami (miopia dan astigmatisma)
- Beritahu kepada pasien, bahwa gangguan refraksi yang dialami pasien mengharuskan
pasien menggunakan kacamata agar dapat kembali melihat dengan baik dan jelas

Kuratif :
Non Medikamentosa :
Gangguan refraksi miopia dikoreksi dengan lensa konkaf (-5,75D/-5,75D) dan gangguan
refraksi astigmatisma dikoreksi dengan lensa silindris (-0,75D/0,75D).

Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia Ad Bonam
Quo ad Funtionam : Dubia Ad Bonam
Quo ad Sanationam: Dubia Ad Bonam
BAB IV
ANALISA KASUS
Penderita Nn. NKA, usia 22 tahun, datang ke Poli Mata RSUD BARI dengan keluhan mata kabur. Keluhan sudah berlangsung
sejak 5 tahun yang lalu. Pada anamnesis mata merah, nyeri, berair, silau, ada kotoran, melihat ganda, seperti melihat dari dalam
terowongan, seperti melihat asap dan riwayat trauma pada kedua mata sebelumnya disangkal. Dari pemeriksaan fisik inspeksi tidak
ditemukan mata merah, tidak juga didapatkan kekeruhan lensa yang dapat menyebabkan penurunan visus (kabur). Pada pemeriksaan
refraksi didapatkan penurunan visus, saat dilakukan koreksi menggunakan trial lens.
Pada kasus ini pemeriksaan refraksi dilakukan dengan cara subjektif dengan pemeriksaan Snellen Chart, uji pinhole,
pemeriksaan trial and error serta pemeriksaan fogging dan kipas astigmatisme. Pada pemeriksaan Snellen Chart dengan mata mata
kanan pasien dapat membaca sampai pada baris visus 4/60. Dilakukan uji pin hole dan didapatkan visus pasien membaik menjadi
20/400 Pada trial and error diberikan lensa sferis convex (S+0,5 D) namun tidak didapatkan kemajuan pada ketajaman penglihatan.
Setelah itu, dicoba dengan lensa sferis concave (S-0,50 D) terdapat kemajuan namun visus belum mencapai 6/6. Maka lensa kekuatan
lensa sferis ditambah hingga mendapatkan kemajuan mencapai 6/6 menggunakan sferis concave (S-5,75 D), pasien dapat membaca
sampai pada baris visus 4/60. Dilakukan uji pinhole dan didapatkan visus pasien membaik menjadi 20/400. Pada trial and error
diberikan lensa sferis convex (S+0,5 D) namun tidak didapatkan kemajuan pada ketajaman penglihatan. Setelah itu, dicoba dengan
lensa sferis concave (S-5,75 D) namun visus mengalami kemajuan namun pasien mengatakan tulisan pada senellen chart berbayang
sehingga dilakukan pemeriksaan dengan kipas astigmat yang didahului dengan pemeriksaan fogging.
Kemudian pasien diminta untuk melihat kipas astigmat dan menentukan apabila ada garis yang lebih tebal atau
lebih jelas. Dari pemeriksaan ini didapatkan pasien melihat lebih jelas pada garis 11 dan 5 (60˚). Maka didapatkan
axis pasien adalah 150˚. Kemudian dicoba lensa silinder C-0,75 D pada aksis 90˚. Setelah ditambahkan lensa ini
pasien melihat semua garis memiliki ketebalan yang sama dan setelah fogging dihilangkan maka pasien dapat
melihat sampai baris visus 6/6 pada Snellen Chart. Sehingga didapatkan pada mata kanan visus membaik ketika
diberikan lensa spheris -5,75 dan mata kiri visus membaik ketika diberikan lensa spheris -5,75 dan lensa cylinder -
0,75 dengan axis 150 derajat.
Dari keluhan utama dan riwayat perjalanan penyakit ini dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding penyakit
mata yang ditandai dengan penurunan visus perlahan mata tenang, diantaranya yaitu kelainan refraksi, katarak,
glaukoma kronis, retinopati, amblyopia dan retinoblastoma. Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara menyingkirkan
differensial diagnostic berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD : 4/60 PH 20/400, VOS : 4/60 PH 20/400, hal ini disebabkan karena pada
miopia terjadi kelainan refraksi di mana objek pada jarak 6 meter (sinar sejajar) dibiaskan oleh media refraksi, difokuskan
di depan retina dengan keadaan tanpa akomodasi dan pada astigmatisme di mana cahaya tidak direfraksikan dengan sama
pada semua meridian sehingga terbentuk titik fokus multipel dan gambar yang optimal tidak dapat terbentuk.
Nn.NKA memiliki Riwayat penyakit yang sama pada keluarga. Secara genetika, anak dengan orangtua yang
memiliki kelainan refraksi memiliki prevalensi kejadian kelainan refraksi lebih tinggi. Faktor genetik memiliki peran
dalam bentuk dan pemanjangan bola mata. Pola genetik yang diturunkan bervariasi seperti autosomal resesif, autosomal
dominan, dan sex linked, baik terkait sindrom maupun berdiri sendiri.
Penatalaksanaan pasien ini dilakukan dengan pemberian resep kacamata dengan lensa silinder untuk astigmatisme.
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan maksimal.
BAB V
KESIMPULAN
Diagnosis pada Nn. NKA adalah miopia astigmatisme kompositus ODS. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan oftalmologi yang dilakukan terhadap pasien.
Tatalaksana yang dapat dilakukan pada pasien saat ini adalah Penatalaksanaan pasien ini
dilakukan dengan pemberian resep kacamata dengan lensa silinder untuk astigmatisme,
dengan kacamata lensa konkaf (-5,75D/-5,75D) dan lensa silindris (0,75D/0,75D).
Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis negatif
terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai