Anda di halaman 1dari 16

Herpes adalah infeksi virus pada kulit.

Herpes Simplex Virus merupakan salah


satu virus yang menyebabkan penyakit herpes pada manusia. Tercatat ada tujuh
jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu Herpes
Simplex Virus, Varizolla Zoster Virus (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr
Virus (EBV), dan Human Herpes Virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya
melakukan replikasi pada inti sel. Herpes Simplex Virus sendiri dibagi menjadi
dua tipe, yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan infeksi
pada alat kelamin (genital). Tetapi, bagaimanapun kedua tipe virus tersebut
dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh manapun. HSV-1 menyebabkan
munulnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah
dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan
seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin
muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada
kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Biasanya hilang dalam 2
minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan dimulai
setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul meliputi nyeri, inflamasi dan
kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan gelembung gelembung yang berisi cairan bening yang selanutnya dapat berkembang
menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab).
Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi
sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai
diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat
disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan,
demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar
ultraviolet.
Hal tersebut harus diterapi Acyclovir tujuannya adalah mencegah dan mengobati
infeksi Herpes Simplex Virus (HSV), menyembuhkan gejala yang muncul, seperti
kemerahan (eritema), gelembung - gelembung berisi cairan, keropeng atau
kerak. Pengobatan yang baku untuk herpes ini adalah dengan acyclovir,
valacyclovir, famcyclovir dan pencyclovir yang dapat diberikan dalam bentuk
krim, pil atau secara intrevena (infus), bila berhasil apabila dimulai dalam tiga
hari pertama setelah rasa nyeri mulai terasa.
Pengobatan Herpes Simplex Virus (HSV) yang berupa tablet 200 mg 5 kali sehari
selama 5 hari dan untuk anak dibawah 2 tahun diberikan setengah doses
dewasa. Pencegahan Herpes Simplex Virus (HSV) kambuhan 200 mg 4 kali sehari
dalam 4 hari (obat tersebut tidak boleh digunakan oleh ibu hamil atau ibu
menyusui) dikarenakan akan ada infeksi pada janin atau anaknya maka perlu
resep dokter sendiri yang perlu ada tambahan obat bagi mereka.

Sumber: http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:KaQf4V7fBVwJ:id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/1934530herpes-simplex-virus-hsv/

+herpes+simplex&cd=1&hl=en&ct=clnk&lr=lang_id&source=www.google.com#
ixzz1PuWT5ITY

HERPES ZOSTER
IDIOPATIK TROMBOSITOPENIK PURPURA
HERPES SIMPLEKS

18 Desember 2008 oleh PRO-HEALTH

OLEH : ERFANDI

1. PENGERTIAN

Herpes simpleks adalah suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok, dapat satu
atau beberapa kelompok (berada dekat mukokutan).

2. ETIOLOGI

Secara umum, penyebab dari terjadinya herpes simpleks ini adalah sebagai
berikut:

a. Herpes Virus Hominis (HVH).

b. Herpes Simplex Virus (HSV)

c. Varicella Zoster Virus (VZV)

d. Epstein Bar Virus (EBV)

e. Citamoga lavirus (CMV)

3. FAKTOR PENCETUS YANG MENIMBULKAN REPLIKASI VIRUS

a. Herpes oro-labial.

o Suhu dingin.

o Panas sinar matahari.

o Penyakit infeksi (febris).

o Kelelahan.

o Menstruasi.

b. Herpes Genetalis

o Faktor pencetus pada herpes oro-labial.

o Hubungan seksual.

o Makanan yang merangsang.

o Alcohol.

c. Keadaan yang menimbulkan penurunan daya tahan tubuh:

o Penyakit DM berat.

o Kanker.

o HIV.

o Obat-obatan (Imunosupresi, Kortikosteroid).

o Radiasi.

4. MANIFESTASI KLINIS

a. Herpes Gingivostematitis.

o Penyebab HSV.

o Pada usia muda (1-3 tahun).

o Lesi vesikel ulseratif yang luas pada permukaan mukosa.

- Gingiva.

- Faring.

- Lidah.

o Disertai gangguan umum:

- Nyeri.

- Demam.

- Malaise.

o Sembuh dalam 2-3 minggu.

b. Herpes Labialis

o Sebagai infeksi dari herpes gingival.

o Lesi fesikel pada darah mukosa (merupakan tanda khas).

o Sebagian besar didahului gangguan prodormal.

- Panas.

- Nyeri.

- Gatal pada daerah lesi.

o Dapat juga menjalar ke hidung.

o Sembuh dalam 6-10 minggu.

c. Gejala Herpes simpleks pada mata:

o Infeksi primer kebanyakan pada usia dewasa.

o Lesi umunya keratojungtivitis (unilateral atau bilateral).

o Disertai vesikula pada palpebrae dan sekitarnya.

o Dapat terjadi keratitis (kebutaan).

d. Gejala Herpes Genetalis:

o Disebabkan oleh HSV.

o Infeksi primer lebih berat dari pada infeksi sekunder.

o Lesi pada daerah genetalia external pada hektero seksual dan anorektal pada
mohoseks.

o Gangguan berupa gerombolan vesikula, ulser disertai rasa:

- Sakit.

- Gatal.

- Panas.

o Pada imun menurun (HIV), sangat sukar untuk sembuh karena terdapat lesi
yang luas.

o Herpes anorektalis disertai gejala:

- Demam.

- Nyeri.

- Keluarnya secret lewat rectum.

o Pada pria dapat menimbulkan servisitis (sering terjadi penularan pada janin).

5. PENATALAKSANAAN

a. Obat spesifik yang efektif belum diketahui.

b. Obat asiklovir: 5200 mg / hr selama 5 hari.

o Mengganggu replikasi DNA virus.

o Diberikan pada waktu stadium aktif.

o Diberikan secara topical.

c. Obat anti virus.

d. Obat non spesifik.

e. Mencegah infeksi:

o Penyuluhan (hubungan seks dengan partner dan pemakaian kondom).

o Vaksinasi.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Tranck Test.

Diperiksa adanya sel raksasa berinti banyak.

b. Elisa.

Pemeriksaan antigen HSV (sensitifitas 95%).

c. Kultur.

Paling sensitive dan spesifik.

7. PATOFISIOLOGI

Infeksi herpes simpleks adalah infeksi virus yang paling umum. Kondisi yang
muncul karena infeksi ini sangat bervariasi, meliputi infeksi tanpa gejala, pilek
dan herpes pada genetalia. Herpes simpleks mengikuti pola yang biasa pada
famili virus herpes; infeksi primer; inkubasi (masa laten); dan reaktivasi (infeksi
sekunder). Kontak dengan penderita adalah rute penularan virus ini, biasanya
dari membrane mukosa seseorang yang terinfeksi pada membrane mukosa
orang lain.

Infeksi herpes simpleks dapat ditularkan melalui petugas perawatan kesehatan


pada saat bekerja. Herpes Whitlow adalah manifestasi kutaneus dari HSV yang

paling sering terlihat pada perawat, dokter dan dokter gigi yang tangannya telah
kontak dengan sekresi faring pasien. Whitlow, seperti bentuk infeksi HSV lainnya,
menimbulkan nyeri dan dapat kambuh kembali. Petugas perawatan dengan
whitlow herpatik pada tangan mereka tidak diizinkan berpartisipasi pada
perawatan pasien saat lesi muncul. Dengan meningkatnya penggunaan sarung
tangan sebagai kewaspadaan umum, menurut teori kejadian herpes whitlow
mungkin menurun.

Infeksi rekuren dari herpes ini biasanya rasa nyerinya ringan dan sering terdapat
pada bibir atau alat kelamin. Kekambuhan infeksi dapat terangsang oleh demam,
sinar matahari atau trauma. Kelomok beberapa vesikel akan menjadi pustule
dalam waktu beberapa hari dan kemudian sembuh secara spontan dalam waktu
2 minggu. Jika vesikel mengalami erosi, maka akan membentuk tukak.

Infeksi Menular Seksual (IMS) menyebar cukup mengkhawatirkan di Indonesia.


Baik jenis gonorchea maupun sifilis. Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang
disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum. Penularan biasanya
melalui kontak seksual; tetapi, ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung
dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).

Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes
serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut Peniru
Besar karena sering dikira penyakit lainnya. Data yang dilansir Departemen
Kesehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai 5.000 10.000 kasus per
tahun. Sementara di Cina, laporan menunjukkan jumlah kasus yang dilaporkan
naik dari 0,2 per 100.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000
jiwa pada tahun 2005. Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis
tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi. Sekitar tiga per
lima kasus terjadi kepada lelaki.

Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan
sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal.
Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan
seks-nya mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter
secepat mungkin.

Ciri-ciri

Kuman penyebabnya disebut Treponema pallidum. Masa tanpa gejala


berlangsung 3-4 minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu. Kemudian timbul
benjolan di sekitar alat kelamin. Kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri
tulang seperti flu, yang akan hilang sendiri tanpa diobati. Ada bercak kemerahan
pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks. Gejala ini akan hilang
dengan sendirinya dan seringkali penderita tidak memperhatikan hal ini.

Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-apa, atau
disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang susunan
syaraf otak, pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil sifilis dapat
ditularkan kepada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan
kulit, hati, limpa dan keterbelakangan mental.

Ciri Pada Wanita dan Pria


Namun demikian bagaimana penyakit sifilis ini sesungguhnya? Mungkin sedikit
uraian berikut ini bisa membantu Anda.

Sifilis atau yang disebut dengan raja singa disebabkan oleh sejenis bakteri yang
bernama treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae
ini, memiliki ukuran yang sangat kecil dan dapat hidup hampir di seluruh bagian
tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang
yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital
(seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya
selama masa kehamilan. Anda tidak dapat tertular oleh sifilis dari handuk,
pegangan pintu atau tempat duduk WC.

Gambaran tentang penyakit sifilis seperti yang dikemukakan tersebut mungkin


masih membuat Anda penasaran, karena wanita yang tidak tahu kalau suaminya
sering jajan mungkin tidak menyadari kalau dirinya sudah mengidap penyakit
sifilis.

Jadi uraian selanjutnya adalah mengenali gejala yang mungkin terjadi pada
wanita, yang terurai dalam empat stadium berbeda.

Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan
basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre,
dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama
kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium

ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini
merupakan stadium yang sangat menular.

Stadium dua. Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita
akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat
menemukan adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur.
Gejala-gejala yang mirip dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin
juga dialami pada stadium ini. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu
sampai dua minggu.

Stadium tiga. Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para
penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini
berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut
sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun
masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga
bertahun-tahun lamanya.

Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium
ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak,
jantung, batang otak dan tulang.

Sedangkan pada lelaki yang telah tertular oleh sifilis memiliki gejala-gejala yang
mirip dengan apa yang dialami oleh seorang penderita wanita. Perbedaan
utamanya ialah bahwa pada tahap pertama, chancre tersebut akan muncul di
daerah penis. Dan pada tahap kedua, akan muncul luka-luka di daerah penis,
mulut, tenggorokan dan dubur.

Orang yang telah tertular oleh spirochaeta penyebab sifilis dapat menemukan
adanya chancre setelah tiga hari tiga bulan bakteri tersebut masuk ke dalam
tubuh. Kalau sifilis stadium satu ini tidak diobati, tahap kedua penyakit ini dapat
muncul kapan saja, mulai dari tiga sampai enam minggu setelah timbulnya
chancre.

Sifilis dapat mempertinggi risiko terinfeksi HIV. Hal ini dikarenakan oleh lebih
mudahnya virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang bila terdapat luka. Sifilis
yang diderita juga akan sangat membahayakan kesehatan seseorang bila tidak
diobati. Baik pada penderita lelaki maupun wanita, spirochaeta dapat menyebar
ke seluruh tubuh dan menyebabkan rusaknya organ-organ vital yang sebagian

besar tidak dapat dipulihkan. Sifilis pada ibu hamil yang tidak diobati, juga dapat
menyebabkan terjadinya cacat lahir primer pada bayi yang ia kandung.

Pengobatan
Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik,
perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien
biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif
adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine
diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap
pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain
adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama)
dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal
terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004.
Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa
kali per hari.

Perawat kesehatan profesional mengusulkan seks aman dilakukan dengan


menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin
sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual
dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang
berstatus penyakit negatif.

Seks Oral dan Sifilis


Banyak orang salah meyakini. Mereka pikir seks oral aman. Padahal, hubungan
seks dengan cara ini sudah terbukti bisa menularkan penyakit sifilis. Begitu
laporan yang disiarkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika
Serikat (CDCP) dalam Morbidity and Mortality Weekly Report. Ditambahkan, luka
di mulut akibat sifilis, pada gilirannya semakin meningkatkan risiko terkena
infeksi HIV.

Mereka yang dalam jangka panjang tidak terikat hubungan monogami dan
melakukan hubungan seks oral, sebaiknya tetap menggunakan pelindung,
semisal kondom, untuk mengurangi risiko terkena penyakit seksual menular,
kata tim peneliti dari Chicago Department of Public Health yang dipimpin oleh Dr.
C. Ciesielski.

Dalam pemantauan yang mereka lakukan, tim itu mendapati bahwa sifilis terus
menyebar lewat seks oral. Pola penularan yang mereka pantau sangat berubah
dalam periode tahun 1998 hingga 2002. Bila di tahun 1990-an sifilis hanya

terjadi pada kaum heteroseksual, sejak 2001 jumlah pria yang melakukan
hubungan seks dengan sesama pria tercatat hampir 60 persen.

Antara tahun 2000 hingga 2002 tim yang dipimpin Ciesielski juga mewawancarai
mereka yang terkena sifilis. Hasilnya, lebih dari 14 persen kasus penularan sifilis
terjadi melalui seks oral. Jumlah ini dlaporkan oleh 20 persen gay dan 7 persen
pria dan wanita heteroseksual.

Angka itu belum termasuk penularan melalui seks oral yang mungkin terjadi
pada saat yang bersangkutan juga melakukan hubungan badan. Bahayanya,
orang dengan sifilis di mulut mungkin tidak memperlihatkan gejala. Luka di
mulut lazim disalahmengerti sebagai sariawan atau herpes. Padahal, di dalam
luka itu tersembunyi kuman penyebab sifilis.

Semua data ini menggarisbawahi perlunya edukasi pada mereka yang aktif
secara seksual untuk menghindari sifilis.

Dementia Complex
(ADC). Istilah ini mencakup defisit kognitif, perubahan perilaku, dan keterlibatan
segi motorik.Mereka yang terkena dampak defisit tersebut mungkin di tiap dari 3
aspek memiliki tingkatkeparahan yang berbeda-beda.Pada tahun 1991, American
Academy of Neurology mendefinisikan defisit neurokognitif akibat HIVsebagai
demensia terkait HIV (HAD) dan gangguan motor ringan kognitif (MCMD). Pada
tahun 2007,Antinori et al mengusulkan kriteria yang lebih halus untuk
mendiagnosis kerusakan kognitif terkaitdengan HIV. Mereka mengusulkan 3 hal :
penurunan neurokognitif asimtomatik (ANI), gangguanneurokognitif ringan
terkait HIV (MND), dan demensia terkait HIV (HAD). Standar
pengujianneuropsikologi berupa penilaian domain kognisi seperti bahasa,
perhatian, memori, kecepatanpemrosesan informasi, dan persepsi dan
keterampilan motorik. Untuk mencapai salah satu diagnosadi atas pasien harus
tidak memiliki etiologi lain dari demensia dan tidak memiliki efek
pengganggupenggunaan zat atau kelainan psikis lainnya.
Patofisiologi
4
HIV memasuki SSP dengan menginfeksi makrofag dan monosit yang bisa
melewati sawar darah otakpada hari ke 14 setelah infeksi. Setelah masuk,

monosit akan aktif sehingga berubah menjadimakrofag Virion yang ada di


makrofag aktif akan dikeluarkan ke jaringan otak.Partikel-partikel virustersebut
menstimulasi mikroglia otak dan makrofag tak terinfeksi untuk memulai suatu
kaskadeinflamasi yang menghasilkan serangkaian sinyal intraseluler dalam selsel otak. Hal inimengakibatkan kerusakan pada jaringan parenkim otak.
Peradangan ini dikenal sebagai HIVensefalitis.Studi Imunohistokimia
menunjukkan bahwa virus paling padat terletak di basal ganglia,
daerahsubkortikal, dan korteks frontal. Perubahan patologis yang terlihat di
otopsi juga didominasi didaerah subkortikal, daerah substansi abu abu di
dalam serebri (ganglia basal dan talamus) dansubstansi alba. Pada proses
peradangan makrofag yang terinfeksi atau sel mikroglia
mengeluarkanproinflammatory neurotoksin diffusable selular, berupa tumor
nekrosis faktor alfa-(TNF-alpha),sitokin, interleukin, kemokin, oksida nitrat, dan
asamamino eksitatori. Agen - agen ini sangatneurotoksik karena menciptakan
lingkungan inflamasi yang akan mengaktifkan mikroglia yang tidakterinfeksi.
Akibatnya banyak mikroglia yang merusak astrosit sekitarnya dan neuron. HIV
tidaklangsung menginfeksi neuron, tetapi neuron rusak oleh pengaruh berbagai
agen properadanganneurotoksin.Dengan menggunakan teknik imunohistokimia,
banyak produk virus HIV telah terlibat dalamdemensia HIV. Ganglia basal
menunjukkan immunostaining tertinggi yaitu oleh antigen HIV
p24antin.Beberapa studi menunjukkan bahwa ekspresi gp41 di ganglia basal dan
lobus frontal secarasignifikan berkorelasi dengan keparahan demensia.Protein
virus lain, termasuk lemak dan gp120,hadir dalam jumlah besar di otak pasien
dengan demensia HIV.Gp120 menyebabkan kematianneuron in vitro dan disertai
dengan pembukaan saluran kalsium dalam membran saraf.Banyak penelitian
telah menjelaskan bahwa p53 (tumor supresor gene) tampaknya memiliki
peranganda dalam patogenesis penyakit ini. Protein tat HIV dan gp120
menyebabkan mikrogliamelepaskan faktor yang mempromosikan aktivasi p53
neuron. Semua jenis 3 sel dalam otak(mikroglia, astrosit, dan neuron)
mengumpulkan p53, yang akhirnya menyebabkan kematian sel baikkarena
apoptosis, cedera oksidatif, dan kerusakan DNA.Singkatnya, baik bagian virus
(misalnya, gp120, gp41, lemak) dan produk mikroglia (misalnya, TNF-alpha,
sitokin, oksida nitrit, interleukin, quinolates, dan faktor aktivasi platelet) dapat
memperkuatatau berkontribusi langsung terhadap kerusakan jaringan saraf.
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human lmmunodeficiency Virus (HIV) . Human lmmunodeficiency virus adalah
sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikal yang
inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel
target virus ini terutama sel Lymfosit karenanya mempunyai reseptor untuk virus
HIV yang disebut CD-4. Didalam sel lymfosit virus dapat berkembang dan seperti
retrovirus yang lain dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif.
Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap , infectious
yang setiap saat dapat aktif dan dapat di tularkan selama hidup penderita
tersebut. Padahal, genetika orang yang terinfeksi memainkan peran penting.
Sejumlah orang kebal terhadap beberapa galur HIV. Contohnya adalah orang
dengan mutasi CCR5-32 (delesi 32 nukleotida pada gen penyandi reseptor

chemokine CCR5 yang mempengaruhi fungsi sel T) yang kebal terhadap


beberapa galur HIV. HIV bervariasi secara genetik dan memiliki berbagai galur
atau bentuk yang berbeda dan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis
yang berbeda (Wikipedia,2008). Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian
besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelope). Bagian inti
berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic acid). enzim
reverse transcriptase dan beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri atas
lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor
Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas,
bahan kimia, maka HIV termasuk virus yang sensitif terhadap pengaruh
lingkungan seperti air mendidihkan sinar matahari dan sudah dimatikan dengan
berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan
sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar ultraviolet. Virus HIV
hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV
dapat juga ditemukan dalam sel monosjt, makrofag,(gambar. 2) dan sel gelia
jaringan otak. Retrovirus lain yang juga menyebabkan sindrome menurunnya
sistem kekebalan tubuh seperti yang disebabkan oleh HIV (HIV-I) telah diisolasi
dari penderita dengan gejala seperti AIDS di Afrika barat oleh Montagnier dan
kawan-kawan yang kemudian dinamakan HIV-2 virus HIV-2 mempunyai
perbedaan dengan HIV-I, baik genetik maupun antigenetik. Virus AIDS (HIV)
dapat menghindar bahkan mampu melumpuhkan sistem kekebalan tubuh
(immune system), yaitu sistem pertahanan tubuh yang selalu timbul bila tubuh
dimasuki benda asing. Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis
limposit T helper/induser yang mengandung marker CD 4 (sel T 4). Limfosit T 4
merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi imunologik.
Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena HIV secara
selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibodi pada sistem
kekebalan tersebut, yaitu sel lymfosit T4. Setelah HIV mengikat diri pada molekul
CD 4, virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan
enzym reverse transcryptae ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung
dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan
mengundang bahan genetik virus.RNA dari HIV mulai membentuk DNA dalam
struktur yang belum sempurna, disebut proviral DNA, yang akan berintegrasi
dengan genome sel induk secara laten (lama). Karna DNA dari HIV
bergabung/integrasi dengan genome sel induknya (limfosit T helper) maka setiap
kali sel induk berkembang biak, genom HIV tersebut selalu. ikut memperbanyak
diri dan akan tetap dibawa oleh sel induk ke generasi berikutnya. Oleh karena itu
dapat dianggap bahwa sekali mendapat infeksi virus AIDS maka orang tersebut
selama hidupnya akan terus terinfeksi virus, sampai suatu saat (bagian LTR)
mampu membuat kode dari messenger RNA (cetakan pembuat gen) dan mulai
menjalankan proses pengembangan partikel virus AIDS generasi baru yang
mampu ke luar dan sel induk dan mulai menyerang sel tubuh lainnya untuk
menimbulkan gejala umum penyakit AIDS (full blown). Pada awal infeksi, HIV
tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang di infeksinya tetapi terlebih
dahulu mengalami replikasi (penggandaan), sehingga ada kesempatan untuk

berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan


menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit T4. setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita akan
terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut, dimulai dengan
masa induksi (window period), yaitu penderita masih tampak sehat, dan hasil
pemeriksaan darah juga masih negatif, Setelah 23 bulan,perjalanan penyakit
dilanjutkan dengan masa inkubasi, yaitu penderita masih tampak sehat, tetapi
kalau darah penderita kebetulan diperiksa (test ELISA dan Western Blot) maka
hasilnya sudah positif.
Lama masa inkubasi bisa 510 tahun tergantung umur (bayi lebih cepat) dan
cars penularan penyakit (lewat transfusi atau hubungan seks). Kemudian
penderita masuk ke masa gejala klinik berupa ARC (AIDS Related Complex)
seperti misalnya : penurunan berat badan, diare) dan akhirnya dilanjutkan
dengan gejala AIDS dimana mudah mendapat infeksi oportunistik (gambar. 3)
(yaitu suatu kondisi di mana tubuh dapat menderita suatu infeksi oleh kuman
yang normalnya tidak menyebabkan penyakit, misalnya Pneumocystis carinii,
jamur) atau bertambah beratnya suatu penyakit yang semula hanya ringan saja
(tbc). Sehingga pada permulaan penyakit penderita AIDS sulit didiagnosis secara
Minis, bahkan dapat meninggal tanpa diketahui penyakitnya. (Fazidah agustina
siregar, 2004)

Anda mungkin juga menyukai