Anda di halaman 1dari 8

Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat menginfeksi manusia.

Infeksi
virus herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan kulit dan kulit kering. Jenis virus herpes yang
paling terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV. Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi
pada daerah mulut, wajah, dan kelamin (herpes genitalia).

Herpes Genital (Herpes Simplex)

Pengertian Herpes Genital (Herpes


Simplex)
Herpes kelamin atau herpes genital adalah penyakit menular seksual pada pria dan
wanita, yang menyebabkan luka melepuh di area kelamin. Namun, penderita herpes
genital juga bisa tanpa gejala.

Karena herpes genital bisa tidak menimbulkan gejala, banyak penderita yang tidak sadar
bahwa dirinya terkena penyakit ini. Oleh karena itu, perilaku seksual yang aman perlu
dilakukan untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(HSV) ini.

Gejala Herpes Genital

Herpes genital sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun jika muncul, gejala yang terlihat
berupa luka lepuh di area kelamin. Luka tersebut biasanya terasa sakit dan gatal. Gejala ini
dapat kambuh beberapa kali dalam setahun. Namun seiring terbentuknya sistem kekebalan
tubuh terhadap virus herpes, frekuensi kekambuhannya akan berkurang.

Penyebab Herpes Genital

Virus herpes simpleks (HSV) adalah penyebab dari penyakit herpes genital atau herpes
kelamin. Penyebaran HSV paling sering terjadi melalui hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi virus ini. Selain itu, herpes genital dari ibu hamil juga dapat ditularkan kepada bayi
yang dikandungnya.

Diagnosis Herpes Genital

Diagnosis herpes genital ditetapkan melalui pemeriksaan fisik, terutama pada luka lepuh di
area kelamin. Selain pemeriksaan luka, pemeriksaan sampel cairan luka juga bisa dilakukan
oleh dokter kulit untuk mengetahui keberadaan virus herpes. Dokter juga dapat melaksanakan
pemeriksaan darah guna mendeteksi keberaadaan virus herpes dan antibodi terhadap virus ini.

Pengobatan Herpes Genital

Penderita herpes genital perlu diberikan obat antivirus. Obat antivirus ini bermanfaat untuk
memperpendek durasi kemunculan gejala dan mencegah penularan penyakit kepada orang
lain. Namun, obat antivirus tidak bertujuan untuk menghilangkan virus herpes dari dalam
tubuh, karena sampai saat ini, belum ada obat yang dapat membunuh virus herpes.

Penderita yang terinfeksi HSV disarankan untuk memberitahu pasangannya, agar


pasangannya juga memeriksakan diri ke dokter.

Pencegahan Herpes Genital

Upaya untuk mencegah penularan herpes genital adalah senantiasa melakukan hubungan
seksual yang aman dengan tidak bergonta-ganti pasangan. Jika pernah mengalami herpes
genital, sebaiknya bicarakan kondisi ini kepada pasangan dan sarankan pasangan untuk
melakukan pemeriksaan agar dapat segera diobati jika tertular.

Terakhir diperbarui: 24 Juni 2019

MAKALAH KESEHATAN
KEPERAWATAN & UMUM

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Genital herpes, juga umumnya disebut "herpes" adalah infeksi virus oleh herpes simplex

virus (HSV) yang ditularkan melalui kontak intim dengan lapisan-lapisan yang ditutupi lendir dari

mulut atau vagina atau kulit genital. Virus memasuki lapisan-lapisan atau kulit melalui robekan-

robekan mikroskopik. Sekali didalam, virus berjalan ke akar-akar syaraf dekat sumsum tulang

belakang (spinal cord) dan berdiam disana secara permanen.

Ketika seseorang yang terinfeksi mempunyai perjangkitan herpes, virus berjalan menuruni

serabut-serabut syaraf ke tempat dari asal infeksi. Ketika ia mencapi kulit, kemerahan dan lepuhan-

lepuhan (blisters) yang khas terjadi. Setelah perjangkitan awal, perjangkitan-perjangkitan yang
berikut cenderung menjadi sporadik. Mereka mungkin terjadi mingguan atau bahkan tahunan

berpisahan.

Dua tipe-tipe dari virus-virus herpes berhubungan dengan luka-luka genital: herpes simplex

virus-1 (HSV-1) dan herpes simplex virus-2 (HSV-2). HSV-1 lebih sering menyebabkan blisters dari

area mulut sementara HSV-2 lebih sering menyebabkan luka-luka genital pada area sekitar anus.

Perjangkitan dari herpes berhubungan erat pada berfungsinya sistim imun. Wanita-wanita yang

mempunyai sistim-sistim imun yang ditekan, karena stress, infeksi, atau obat-obat, mempunyai

perjangkitan-perjangkitan (outbreaks) lebih seringkali dan bertahan lebih lama.

Diperkirakan bahwa sebanyak 50 juta orang-orang di Amerika terinfeksi dengan genital HSV.

Genital herpes disebar hanya dengan kontak langsung orang ke orang. Dipercayai bahwa 60% dari

kaum dewasa yang aktif secara seksual membawa virus herpes. Sebagian dari sebab untuk angka

infeksi tinggi yang berlanjut adalah bahwa kebanyakan wanita-wanita yang terinfeksi dengan virus

herpes tidak mengetahui bahwa mereka terinfeksi karena mereka mempunyai sedikit atau tidak

mempunyai gejala-gejala. Pada banyak wanita-wanita, ada perjangkitan-perjangkitan "atypical"

dimana satu-satunya gejala mungkin adalah gatal yang ringan atau ketidaknyamanan yang minimal.

Lebih dari itu, lebih lama wanita itu telah mempunyai virus, lebih sedikit gejala-gejala mereka punyai

dengan perjangkitan-perjangkitan mereka. Akhirnya, virus dapat melepaskan diri dari cervix kedalam

vagina pada wanita-wanita yang tidak mengalami segala gejala-gejala.

Wanita hamil terkeserang herpes bayi mempunyai risiko tinggi tertular. Virus dapat

ditularkan kepada janin melalui placenta selama kehamilan atau selama persalinan vaginal. Pada

infeksi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran, ketuban penurunan pertumbuhan.

Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina dengan seorang ibu yang terinfeksi virus herpes. Bayi

yang dilahirkan perempuan mengalami serangan pada saat lahir, satu sampai empat persen menjadi

terinfeksi dengan herpes-simplex virus.


Setelah infeksi, virus herpes membentuk suatu masa yang disebut latency, saat virus yang

ada dalam tubuh dari sel saraf dapat muncul (misalnya alat kelamin, mulut, dan bibir) virus menjadi

aktif lagi. Meskipun aktif, virus mulai kali (disebut peluruhan) dan menjadi transmittable lagi.

Peluruhan ini mungkin tidak disertai oleh gejala. Selama reaktivasi, virus berpindah dari dalam sel

saraf dan diangkut melalui saraf ke kulit. Kemampuan virus herpes menjadi laten dan reaktif

menjelaskan jangka panjang, sifat herpes infeksi yang berulang.

Infeksi ulang mungkin dipicu oleh haid, penyakit yang menyebabkan fevers, stres, sistem

kekebalan imbalances, dan penyebab lainnya yang tidak diketahui. Namun, tidak semua pasien

mengalami kejadian kedua.

B. Gejala

Herpes genitalis primer timbul setelah masa laten yang lamanya bervariasi (Glasier, Anna,

2006)

1. Gejala sistemik sering terjadi, terutama pada wanita dan mencakup demam, nyeri kepala, malese

dan mialgia.

2. Nyeri yang mungkin parah, di vulva atau penis disuria dan peningkatan rabas vagina.

3. Pembesaran kelenjar linfe inguinal disertai nyeri tekan biasanya timbul lebih dari 1 minggu setelah

awitan penyakit.

4. Lesi awalnya bersifat popular tetapi cepat menjadi vesikel dan mengalami ulserasi. Lesi menetap

sampai 2 minggu sampai terjadi pembentukan krusta.

5. Pada wanita, dijumpai ulkus ekstensif di labia mayor, labia minora, kulit di sekitar introitus,

perineum, region periananal, vagina, dan serviks.


6. Dapat timbul proktitis herpetika.

7. Pembentukan lesi baru dapat dijumpai pada 10 hari pertama. Radikulitis sacrum, yang

bermanifestasi sebagai konstipasi, retensi urin, dan parestesia dalam distribusi saraf sekralis

merupakan komplikasi yang jarang pada infeksi HSV 2 primer.

8. Gejala sistematik biasanya mereda dalam 7 sampai 10 hari dan lesi genital biasanya sembuh dalam

waktu sekitar 21 hari.

9. Gambaran klinis pada wanita cenderung lebih parah daripada pada pria.

10. Gambaran klinis episode pertama herpes genitalis pada orang yang pernah terpajan ke HSV

tampaknya lebih ringan daripada mereka yang menderita infeksi genital primer sejati.

C. Diagnosis

Diagnosis perlu di tegakkan secara pasti sehingga pasien dapat diberi konseling yang tepat.

1. Bahan diperoleh dengan mengerok secara hati-hati bagian dasar ulkus dengan menggunakan stik

aplikator berujung kapas harus dukirim dalam medium transfortasi yang sesuai (mis: medium Hank)

untuk isolasi virus dalam kultur jaringan.

2. Pada wanita yang tidak hamil, deteksi antigen HSV dengan imunofluoresensi atauenzyime-linked

immunoabsorbent assay (ELISA) dapat menjadi alternative praktis terhadap kultur jaringan.

3. Darah harus diambil pada kunjungan pertama, dan diulang 10 sampai 14 hari kemudian, untuk studi

serologis, terutama dengan menggunakan uji fiksasi komplemen (complement fixation test,CFT).

Individu yang mengidap infeksi primer akan membentuk antibody dalam interval ini.

CFT tidak dapat mendeteksi infeksi HSV 2 awal apabila terdapat antibody terhadap HSV 1.

Telah dikembangkan uji serologis Yng spesifik-tipe, tetapi peran uji-uji ini dalam praktik klinis masih

belum diketahui pasti (Glasier, Anna, 2006)


D. Terapi

1. Infeksi Primer atau Awal

a. Aciclovir (200 mg per oral lima kali sehari selama 5 hari), famciclovir (250 mg 3 kali sehari selama 5

hari), atau valaciclovir (500 mg 2 kali sehari selama 5 hari) merupakan obat pilihan. Dibandingkan

dengan pasebo, lesi lebih cepat sembuh, nyeri lebih cepat reda, pembentukan lesi baru berhenti,

dan gejala sitemik lebih cepat reda.

b. Pasien harus diperingatkan mengenai kemungkinan risiko autoinokulasi ke bagian-bagian tubuh lain,

terutama ke kornea, dan mengenai perlunya kebersihan yang ketat.

c. Hubungan intim sebaiknya ditunda sampai seluruh lesi sembuh.

Penyakit Berulang (Kambuh). Anjurkan untuk memakai obat-obat antivirus di atas masih

belum jelas. Walaupun perjalanan klinis penyakit sedikit banyak menjadi lebih singkat, namun secara

umum hal ini tidak member banyak keuntungan bagi pasien. Apabila diberikan secara dini, mis :

selama stadium prodroma, obat-obat ini dapat mengurangi secara bermakna lama kekambuhan

(Glasier, Anna, 2006).

2. Terapi Supresif

Aciclovir (200 mg 4 x sehari atau 400 mg 2 x sehari), atau famciclovir (250 mg 2 x sehari)

mengurangi frekuensi kekambuhannya sangat sering atau sangat mengganggu. Apabila diberikan

selama setahun, angka kekambuhan selanjutnya mungkin berkurang.

Aciclovir hanya sedikit menimbulkan efek samping, tetapi keamanan pada kehamilan masih

belum diketahui pasti. Konseling berperan penting dalam penatalaksaan pasien dengan herpes

genitalis (Glasier, Anna, 2006).

E. Herpes Genitalis Pada Kehamilan


Infeksi primer mungkin menyebabkan aborsi spontan, retardasi pertumbuhan intrauterus,

dan persalinan permatur. Pedoman-pedoman mengenai penatalaksaan herpes genitalis pada

kehamilan dapat ditemukan dibeberapa kepustakaan (Smith et al., 1998). Infeksi herpes neonates

dapat terjadi intra-atau pasca-partum. Lebih dari 10 bayi yang lahir dari ibu yang infeksi HSV primer

aterm kemungkinan besar terifeksi dan memperlihatkan gejala penyakit dengan kondisi ini, seksio

sesarea mengurangi resiko infeksi neonates, dan tindakan ini juga harus dipertimbangkan

apabila seorang wanita dating dengan infeksi primer selama 6 minggu terakhir kehamilannya. Risiko

bagi bayi yang lahir pervaginam dari ibu dengan HSV berulang pada aterm cukup rendah, tetapi

harus dilakukan seksio sesarea apabila pada aterm ditemukan lesi genital. Karena 60% wanita

dengan infeksi HSV yang melahirkan bayinya tidak memperlihatkan gambaran klinis infeksi atau

riwayat herpes genitalis, maka pemeriksaan penapisan rutin selama kehamilan tidak dianjurkan

(Glasier, Anna, 2006).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Herpes Genitalis termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak lama, ditularkan oleh

bangsa Yunani, Romawi, dan Louis XV. Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh Virus

Herpes Simpleks. Virus herper ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati. Obat yang biasa

diberikan untuk genital herpes adalah Acyclovir. Karena cara kerjanya menetap dalam system saraf

tubuh, virus tersebut tidak dapat disembuhkan atau dihilangkan selama-lamanya. Herpes dapat juga

ditularkan selama masa kehamilan dan kelahiran. Mengingat risiko yang mungkin terjadi pada bayi

dalam kandungan, para dokter selalu menganjurkan operasi Caesar terhadap penderita herpes

(Dianawati, 2006).

B. Saran
Diharapkan agar kita semua agar lebih menjaga kebersihan diri terutama pada bagian

Genital (alat kelamin), karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur atau virus pada bagian

genital yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Herpes Genitalis.

DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah, Lia Yulianti 2010. Asuhan Kebidanan IV (patologi kebidanan). Penerbit buku kesehatan’

Jakarta.

Fadlun, Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Salemba Medika ; Jakarta.

Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi Dan Embryologi.Bandung: Tarsito

Anda mungkin juga menyukai