PJ MODUL:
drg. Rr. Pipiet Okti K., MPH .
Tim Modul:
Editor:
drg. Indri Kurniasih, M.MedEd. (UP2KG)
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
DAFTAR TABEL....................................................................................................................3
DESKRIPSI MODUL..............................................................................................................4
BAB I Area Kompetensi dan Capaian Pembelajaran……………………………….. 6
BAB II Deskripsi Tugas dan Kegiatan...............................................................................28
A Deskripsi Tugas.............................................................................................28
B Lokasi Pembelajaran......................................................................................29
C Lama Kegiatan...............................................................................................29
D Kegiatan.........................................................................................................29
BAB III Landasan Teori......................................................................................................34
BAB IV Standard Operational Procedure (SOP) dan Penilaian........................................35
REFERENSI
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Berdasarkan Amanah Standard Kompetensi Dokter Gigi Indonesia tahun 2015 maka
setiap lulusan dokter gigi di Indonesia harus memenuhi kompetensi sesuai dengan standard
tersebut, di antaranya terkait Profesionalisme, komunikasi, etika disiplin dan hukum dalam
praktik kedokteran gigi, manajemen praktik dan manajemen rumah sakit.
Mahasiswa dalam menempuh modul manajemen praktik dan kerumahsakitan
diharapkan mampu melakukan komunikasi dokter-pasien yang baik, melaksanakan peraturan
yang berlaku dalam praktik kedokteran gigi, mengelola praktik kedokteran gigi secara tepat
sesuai standar yang berlaku dan dapat memahami manajemen yang dilaksanakan pada rumah
sakit .
Evaluasi pelaksanaan hasil pembelajaran dalam modul ini berupa pembuatan studi
kelayakan yang berisi tentang perencanaan praktik kedokteran gigi berdasarkan Analisa
situasional, pengorganisasian, perhitungan penetapan tarif, pemasaran sesuai etikolegal,
pengelolaan operasional praktik, dan tata laksana manajemen di rumah sakit. Evaluasi
pengujian hasil kegiatan, dengan model presentasi dalam konsep plenary discussion serta
ujian Multiple chice question berdasarkan kasus menjadi salah satu tolak ukur dalam
pencapaian kemampuan mahasiswa. Capaian terkait kompetensi yang diharapkan adalah
sesuai dengan domain I dan V SKDGI yaitu Profesionalisme dalam penyelenggaraan
manajemen praktik kedokteran gigi.
5
Mulut sesuai disiplin
dengan kode dan hukum yang
etik. diberlakukan bagi
profesi Kedokteran Gigi
berdasarkan
ketentuan hukum yang
berlaku.
3. Komunikasi
CAPAIAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI KOMPETENSI
KEMAMPUAN DASAR KETRAMPILAN KETRAMPLAN
UTAMA PENUNJANG SIKAP PENGETAHUAN
UMUM KHUSUS
3.1. Mampu 1.1.1 Melakukan a) Memberikan informasi 1. Menguasai konsep 1. Mampu 1. Mampu mengelola
melakukan komunikasi yang relevan Komunikasi kesehatan dan mengkomunikasikan perilaku pasien,
komunikasi, secara santun kepada penegak komunikasi teurapeutik pemikiran/argument dan keluarga
edukasi dan dengan pasien hukum, perusahaan atau karya inovasi dengan
menyampaik dalam kedudukan asuransi kesehatan, yang bermanfaat bagi menerapkan
an informasi yang media massa dan pengembangan prinsip manajemen
secara setara. pihak lainya jika profesi dan perilaku secara
efektif dan 1.1.2 Mengembangkan diperlukan kewirausahaan, yang mandiri dan
bertanggung empati dalam b) Melakukan komunikasi dapat kelompok.
jawab baik menggali keluhan interpersonal, dipertanggungjawabk
secara lisan pasien dan tatalaksana rujukan, an secara ilmiah dan
maupun permasalahan tatalaksana etika profesi, kepada
tulisan kesehatan gigi informed consent, masyarakat
dengan mulut advokasi dan
pasien secara holistik pemberdayaan
semua usia, dan individu, keluarga dan
keluarga komprehensif. masyarakat dalam
atau 1.1.3 Melakukan upaya meningkatkan
pendamping prosedur kesehatan gigi mulut
pasien serta informed consent
masyarakat, dan konseling
teman dengan cara yang
sejawat dan santun, baik dan
profesi benar.
kesehatan 1.1.4 Melakukan
lain yang tatalaksana
terkait konsultasi dan
rujukan,
membangun
komunikasi
interprofesional
dalam pelayanan
kesehatan
4. Hubungan sosiokultural dalam bidang kesehatan gigi mulut
CAPAIAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI KOMPETENSI
KEMAMPUAN DASAR KETRAMPILAN KETRAMPILAN
UTAMA PENUNJANG SIKAP PENGETAHUAN
UMUM KHUSUS
4.1. Mampu mengelola 4.1.3. Membangun a) Menerapkan prinsip- 1. Mampu 1. Mampu mengelola
dan menghargai kerjasama prinsip psikososial mengkomunikasikan perilaku pasien,
pasien dengan dengan berbagai dalam melakukan pemikiran/argument dan keluarga
keanekaragaman pihak terkait pelayanan kesehatan atau karya inovasi
dengan
sosial, ekonomi, untuk gigi mulut yang bermanfaat bagi
budaya, agama menunjang pengembangan menerapkan
dan ras melalui peningkatan profesi dan prinsip manajemen
kerjasama dengan kesehatan gigi kewirausahaan, yang perilaku secara
pasien dan mulut dapat mandiri dan
berbagai pihak dipertanggungjawabk kelompok.
terkait untuk an secara ilmiah dan
menunjang etika profesi, kepada
pelayanan masyarakat
kesehatan gigi
mulut yang
bermutu
DOMAIN VI
MANAJEMEN PRAKTIK KEDOKTERAN GIGI
Menjalankan Praktik Kedokteran Gigi
16. Manajemen Praktik dan Lingkungan Kerja
CAPAIAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI KOMPETENSI
KEMAMPUAN DASAR KETRAMPILAN KETRAMPILAN
UTAMA PENUNJANG SIKAP PENGETAHUAN
UMUM KHUSUS
16.1. Mengembangkan 16.1.1. Melakukan a) Melaksanakan 1. Memiliki 2. Menguasai aplikasi tentang 1. Mampu membuat 1. Mampu
strategi penataan manajemen praktik dan sikap Tatalaksana kedokteran gigi keputusan yang mengelola
pelaksanaan manajemen serta tatalaksana sesuai melayani klinik untuk membantu dalam independen dalam praktik dan
manajemen tatalaksana standar pelayanan (caring) dan memberikan pelayanan menjalankan lingkungan kerja
praktik dan lingkungan kerja kedokteran gigi. empati kesehatan gigi mulut pekerjaan profesinya yang ergonomik
tatalaksana praktik b) Membuat perencanaan kepada pasien berdasarkan dengan
lingkungan kerja kedokteran gigi praktik kedokteran dan keluarga 3. Menguasai aplikasi tentang pemikiran logis, menerapkan
kedokteran gigi gigi yang efektif dan Manajemen kesehatan kritis, sistematis dan prinsip manajemen
dengan efisien kreatif: kesehatan
mempertimbangk c) Membuat 2. Mampu menyusun termasuk
an aspek pengorganisasian laporan atau kertas keselamatan kerja,
aspek sosial dalam kerja atau kontrol infeksi
menjalankan praktik menghasilkan karya dan konsep green
kedokteran gigi. desain di bidang dentistry secara
d) Melaksanakan keahliannya mandiri atau
pemantauan atau berdasarkan kaidah kelompok.
mengevaluasi praktik rancangan dan a. Perencanaan
kedokteran gigi. prosedur baku, serta praktek
e) Menerapkan sistem kode etik profesinya, berdasarkan
pembiayaan kesehatan. yang dapat diakses Analisa
f) Mengantisipasi faktor- oleh masyarakat situasional,
faktor kegagalan akademik: organizing,
tindakan medis yang 3. Mampu penetapan tarif,
telah direncanakan mendokumentasikan, pengelolaan
(nyaris cidera, kejadian menyimpan, operasional
tidak diharapkan mengaudit, praktik,
/KTD) mengamankan dan pemasaran
menemukan kembali etikolegal, dan
data dan informasi manajemen
untuk keperluan rumah sakit
pengembangan hasil 2. Mampu
kerja profesinya melakukan
kolaborasi antar
profesi kesehatan
dalam mengelola
kesehatan pasien,
keluarga dan
masyarakat secara
kelompok.
16.1.2. Melaksanakan a) Melaksanakan 1. Mampu membuat 1. Mampu mengelola
prinsip-prinsip pengendalian infeksi keputusan yang praktik dan
keselamatan silang. independen dalam lingkungan kerja
pasien (patien b) Melaksanakan menjalankan yang ergonomik
safety) keselamatan kerja. pekerjaan dengan menerapkan
dalam praktik profesinya prinsip manajemen
kedokteran gigi berdasarkan kesehatan termasuk
pemikiran logis, keselamatan kerja,
kritis, sistematis dan kontrol infeksi dan
kreatif: konsep green
2. Mampu menyusun dentistry secara
laporan atau kertas mandiri atau
kerja atau kelompok
menghasilkan karya a. Design tempat
desain di bidang praktek
keahliannya b. Alur pelayanan
berdasarkan kaidah
rancangan dan
prosedur baku, serta
kode etik profesinya,
yang dapat diakses
oleh masyarakat
akademik:
3. Mampu
mendokumentasikan,
menyimpan,
mengaudit,
mengamankan dan
menemukan kembali
data dan informasi
untuk keperluan
pengembangan hasil
kerja profesinya
Tabel 2. Metode Pembelajaran dan Assessment Berdasarkann Capaian Pembelajaran Modul
Capaian Pembelajaran
Capaian P embelajaran
Khusus Bahan Kajian Metode Pembeajaran Assessment
(Learning Outcome)
(Learning Objective)
SIKAP
1. Memiliki sikap melayani (caring) dan empati Pola hubungan dokter pasien, Contextual learning Checklist, 360 degree
kepada pasien dan keluarganya - professional obligation (hak & evaluation, Logbook
kewajiban dokter gigi-pasien)
2. Menunjukkan sikap menghormati hak otonomi Prinsip & konsep dasar etika Contextual learning Checklist, 360 degree
pasien, berbuat yang terbaik (beneficience), - profesi kedokteran gigi, Aspek evaluation, Logbook
tidak merugikan (non-maleficience), tanpa etikolegal & disiplin
diskriminasi dan adil (justice)
3. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas - Prinsip & konsep dasar etika Contextual learning Checklist, 360 degree
pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri profesi kedokteran gigi evaluation, Logbook
PENGETAHUAN
1. Konsep dasar dan ruang Pembelajaran mandiri Checklist, Logbook
lingkup hukum kesehatan berbasis project
CBT
yang relevan dengan report pembuatan
study kelayakan MEQ
praktik kedokteran gigi
2. Tanggung jawab hukum
1. Menguasai peraturan-peraturan dan hukum secara administratif, pidana
kesehatan yang berhubungan dalam praktik - dan perdata yang relevan
dokter gigi dan rumah sakit
dengan profesi dokter gigi
3. Peraturan dan perundang-
undangan yang relevan
dengan kedokteran gigi
4. Kebijakan lokal, regional
dan global
2. Menguasai kebijakan lokal, regional dan global 1. Peraturan dan Pembelajaran mandiri Checklist, Logbook
dalam praktik kedokteran gigi dan rumah sakit perundang-undangan berbasis project
CBT
yang relevan dengan report pembuatan MEQ
kedokteran gigi study kelayakan
2. struktur organisasi
RS
3. Klasifikasi RS
4. Akreditasi RS
5. Rumah sakit sebagai
salah satu bagian dari
Sistem Kesehatan
Nasional
6. manajemen Rumah
Sakit, yaitu meliputi :
A. Organisasi dan
Tata Kerja Rumah
Sakit (KepMenKes
No.134/Menkes/SK/I
V/78)
Kedudukan Rumah
sakit
4). Sistem
Pemerintah propinsi
B.Organisasi Rumah
Sakit
2).Struktur organisasi
(sesuaidengan SK MenKes
No. 543/VI/1994)
6).Standar pelayanan
Rumah Sakit (input, proses,
outcome)
7). Kebijakan
pelayanan kesehatan
Rumah Sakit (IGD,
Rekam Medis, IBS,
K3, patient safety,
penanganan limbah,
dll)
5. Menguasai aplikasi tentang Tatalaksana 1. Faktor determinan Pembelajaran mandiri Checklist, Logbook
kedokteran gigi klinik untuk membantu dalam sosiodemografi dalam berbasis project CBT
memberikan pelayanan kesehatan gigi mulut bidang kesehatan gigi
report pembuatan
masyarakat
2. Perencanaan, implementasi study kelayakan
dan evaluasi program
kesehatan gigi dan mulut
3. Pengorganisasian sumber
daya manusia dalam upaya
mencapai kesehatan gigi
mulut
4. Komunikasi dalam
kesehatan gigi mulut
masyarakat
5. Sistem informasi
kesehatan, rekam medis
6. Pemanfaatan teknologi
informasi dalam
program kesehatan gigi
mulut
masyarakat
6. Menguasai aplikasi tentang Manajemen 1. Perencanaan, implementasi Pembelajaran mandiri Checklist, Logbook
kesehatan dan evaluasi program berbasis project
CBT
kesehatan gigi dan mulut report pembuatan
study kelayakan
2. Faktor risiko dalam
kesehatan gigi dan mulut
3. Pengorganisasian sumber
daya manusia dalam upaya
mencapai kesehatan gigi
mulut
4. Sistem informasi
kesehatan, rekam medis
5. Pemanfaatan teknologi
informasi dalam program
kesehatan gigi mulut
masyarakat
KETRAMPILAN UMUM
1. Mampu melaksanakan pekerjaan di bidang 1. Peraturan dan perundang- Pembelajaran mandiri Checklist, Logbook
profesinya dan bertanggungjawab sesuai dengan undangan yang relevan berbasis project
kode etik profesinya. dengan kedokteran gigi report pembuatan
study kelayakan
2. Mampu mengkomunikasikan 1. Perencanaan, implementasi Pembelajaran mandiri Checklist, Logbook
pemikiran/argumen yang bermanfaat bagi dan evaluasi program berbasis project
pengembangan profesi, dan kewirausahaan, yang kesehatan gigi dan mulut report pembuatan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan study kelayakan
2. Pengorganisasian sumber
etika profesi, kepada masyarakat terutama
masyarakat profesinya daya manusia dalam upaya
mencapai kesehatan gigi
mulut
3. Komunikasi dalam
kesehatan gigi mulut
masyarakat
4. Pemanfaatan teknologi
informasi dalam
program kesehatan gigi
mulut
masyarakat
3. Mampu membuat keputusan yang independen 1. Pengorganisasian sumber Pembelajaran mandiri Checklist, Logbook
dalam menjalankan pekerjaan profesinya daya manusia dalam upaya berbasis project
berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis mencapai kesehatan gigi report pembuatan
dan kreatif: study kelayakan
mulut
2. Pemanfaatan teknologi
informasi dalam
program kesehatan gigi
mulut
masyarakat
4. Mampu menyusun laporan atau kertas kerja atau 1. Pemanfaatan teknologi Pembelajaran mandiri Checklist, Logbook
menghasilkan karya desain di bidang informasi dalam berbasis project
Laporan yang dinilai
keahliannya berdasarkan kaidah rancangan dan program kesehatan gigi report pembuatan
prosedur baku, serta kode etik profesinya, yang mulut masyarakat study kelayakan dengan rubrik (masuk
dapat diakses oleh masyarakat akademik:
log book)
2. Mampu mengelola praktik dan lingkungan 1. Perencanaan, implementasi Pembelajaran mandiri Checklist, Logbook
kerja yang ergonomik dengan menerapkan dan evaluasi program berbasis project
Laporan yang dinilai
prinsip manajemen kesehatan termasuk kesehatan gigi dan mulut report pembuatan
keselamatan kerja, kontrol infeksi dan konsep study kelayakan dengan rubrik (masuk
2. Faktor risiko dalam
green dentistry secara mandiri atau kelompok.
kesehatan gigi dan mulut log book)
a. Perencanaan praktek berdasarkan Analisa
situasional, organizing, penetapan tarif,
pengelolaan operasional praktik,
pemasaran etikolegal, dan manajemen
rumah sakit
3. Mampu melakukan kolaborasi antar profesi a. 1. Perencanaan, implementasi Pembelajaran mandiri Checklist, Logbook
kesehatan dalam mengelola kesehatan pasien, dan evaluasi program berbasis project
Laporan yang dinilai
keluarga dan masyarakat secara kelompok. kesehatan gigi dan mulut report pembuatan
study kelayakan dengan rubrik (masuk
2. Pengorganisasian sumber
daya manusia dalam upaya log book)
mencapai kesehatan gigi
mulut
BAB II
DESKRIPSI TUGAS DAN KEGIATAN
Mahasiswa membuat rencana praktek drg yang diinginkan dengan membuat feasibility study
dalambentuk porto folio dengan tatanan dan tahapan-tahapan uang telah ditentukan. Tata
urutan tahapan yang dilakukan mahasiswa adalah sebagai berikut:
i. Analisa situasional
Berikan gambaran rencana praktek yang mahasiswa inginkan apabila telah lulus.
Berikan gambaran kondisi daerah meliputi demografi, ability to pay, willingness to
pay, need and demand yang diperoleh dari data-data sekunder yang dibutuhkan untuk
membuka praktek drg di daerah tersebut. Cari dan deteksi pola perilaku masyarakat di
daerah tersebut, untuk kemudian dipergunakan sebagai dasar untuk penentuan,
segmentasi, differensiasi dan posisioning tempat prakteknya.
Buat desain praktek yang ergonomis sesuai segmentasi, differensiasi yang diinginkan
dan posisioning nya. Buat konsep pola kerja di tempat praktek tersebut (single
handed, four handed atau six handed), sesuaikan penataan tata letaknya agar
mendukung Posisi kerja yang akan digunakan dengan konsep ergonomis.
Buat tata organisasi dalam memberikan pelayanan kepada pasien, termasuk alur
pasien dan alur staff.
Berikan pola tata aturan yang diperlukan untuk membuka praktik dokter gigi yang di
dukung dengan sarana prasarana yang dibutuhkan seperti pengelolahan limbah, patient
safety dan lainnya. Dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk mendapatkan ijinpraktek
dan tat acara untuk mendapatkannya juga perlu di jabarkan.
iv. Logistik
Identifikasi kebutuhan peralatan, Bahan dan alat pendukung lainnya yang akan
dibutuhkan dan disesuaikan dengan rencana dan strategi praktek anda. Dari total
kebutuhan tersebut, selanjutnya dapat dihitung kebutuhan keseluruhan modal untuk
17
membuka praktek drg. Total kebutuhan ini selanjutnya dapat dihitung untuk mencari
segmentasi daya beli masyarakat yang dituju dan pay back period nya.
Berikan salah satu penentuan harga perawatan khususnya tambal dana atau cabut
sesuai yang anda inginkan. Perhitungan tarif harus sesaui dengan perhitungan di pay
back period untuk kemudian di sesuaikan juga dengan pembentukan segmentasi daya
beli masyarakat yang anda inginkan dalam membuat praktek drg. Perlu diingat bahwa
segmentasi yang dipilih harus mempunyai populasi yang cukup besar atau paling tidak
akan berkembang menjadi besar.
Buat pola marketing yang sesuai kaedah etika yang berlaku dengan menganut langkah
marketing jasa (segmentasi, targeting, differensiasi, positioning, marketing mix, Selling,
service dan Brand) atau dapat menggunakan konsep pemasaran horizontal (hemawan
kertajasa) yang menggunakan perubahan sosial masyarakat yang sudah terhubung satu
dengan lainnya ( comunitization, character, confirmation, codification, character).
Di dalam pola pemasaran ini harus ditunjukkan positioning yang tepat, lengkap dengan
pola komunikasi (terapeutik) yang akan dilakukan untuk menjadi drg yang praktek di
daerah tersebut, sehingga perlu korelasi kesamaan antara posisioning yang menjadi
pilihan dan kekhasan pola masyarakat di daerah tersebut.
2. KERUMAHSAKITAN
Pada modul ini, mahasiswa diwajibkan untuk melakukan observasi langsung pada setiap
bagian dari Rumah Sakit. Metode pembelajaran pada modul ini adalah contextual learning,
mahasiswa belajar langsung dari lapangan. Mahasiswa wajib untuk meminta tandatangan dari
supervisor di setiap bagian yang diobservasi dan meminta penilaian dari supervisor pada
checklist yang telah disediakan. Pada setiap bagian yang diobservasi, mahasiwa diharapkan
mengangkat satu fakta di lapangan untuk dianalisa dengan membandingkannya dengan teori
yang telah didapatkan dan memberikan saran sebagai solusi dari permasalahan tersebut.
B. LOKASI PEMBELAJARAN
1. PRAKTEK DOKTER GIGI
Searching data mandiri
2. KERUMAHSAKITAN
RS AMC
RSGM UMY
C. LAMA KEGIATAN
10 hari efektif ( hari senin – kamis)
D. KEGIATAN
Pembelajaran mandiri untuk membuat project report tentang rencana praktek
dokter gigi dengan menggunakan format studI kelayakan. Proses pelaksanaan dan analisa
yang dilaksanakan dan pembuatan studi kelayakan merupakan bagian dari portofolio yang
menjadi elemen untuk dilakukan penilaian.
Tabel 3. Daftar Kegiatan Mahasiswa
BAB III
LANDASAN TEORI
1. Pendahuluan
Pentingnya kebutuhan pemasaran dalam praktek dokter gigi belum sepenuhnya disadari
oleh dokter gigi. Pemasaran lebih dirasakan sebagai mengidentifikasikan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan gigi bagi masyarakat1. Dokter gigi dengan kunjungan pasien diatas 5
pasien dalam sehari, merasakan pemasaran sesungguhnya dari dokter gigi adalah
keterampilan komunikasi dan klinis pada waktu memberikan pelayanan kepada pasien. Hal
tersebut membuat gambaran bahwa kebutuhan akan pemasaran belum sepenuhnya
dibutuhkan dalam praktek dokter gigi. Persepsi yang berlaku bahwa marketing merupakan
bagian dari bisnis, sehingga dianggap sebagai usaha yang melanggar etika profesi. Pada sisi
yang lain, kebutuhan akan meningkatnya teknologi dalam bidang kedokteran gigi telah
meningkatkan nilai investasi untuk kebutuhan praktek dokter gigi. Apabila hal tersebut
ditelaah lebih dalam maka akan ada korelasi antara peningkatan pelayanan, kebutuhkan
dukungan teknologi dan tarif dalam praktek dokter gigi. Dokter gigi secara tidak sadar telah
memiliki suatu usaha yang mempunyai risiko yang tidak sedikit (small business).
Definisi pemasaran atau marketing harus dapat dibedakan dengan advertising yang
memang secara jelas di dalam kode etik kedokteran gigi tidak diperkenankan. Advertising
sifatnya impersonal, general communication pada masyarakat luas, memberikan informasi
tentang pelayanan praktek dokter gigi secara terbuka menggunakan media cetak, visual
ataupun suara. Pemberian informasi dengan cara tersebut membuat persepsi bahwa praktek
dokter gigi adalah bisnis untuk orang sakit yang sedang mengalami kesusahan. Marketing
sering didefinisikan lebih luas dan fokus untuk kelompok tertentu, yang pada intinya adalah
ajakan agar suatu kelompok pasar memilih produk atau service. Ajakan tersebut dapat
dalam bentuk yang lebih elegan karena tidak bersifat terbuka sehingga tidak dalam bentuk
advertising. Marketing dalam praktek dokter gigi tidak dapat di definisikan menjadi fungsi,
namun marketing tersebut harus menyatu dalam pelayanan menjadi jiwa dalam praktek
dokter gigi2.
Pemasaran praktek dokter gigi yang telah dilakukan saat ini terbagi dalam internal dan
external marketing. Internal marketing merupakan pelayanan yang diberikan dokter gigi di
dalam lingkungan prakteknya untuk membuat pasien menjadi nyaman, aman, puas sehingga
memutuskan untuk berkunjung kembali atau mereferensikan praktek dokter gigi tersebut
kepada orang lain. External marketing (komunitas) adalah usaha untuk meningkatkan
reputasi tempat praktek dokter gigi dengan memberikan edukasi kepada kelompok pasien
yang potensial tentang kualitas pelayanan tempat praktek dokter gigi. Pemasaran kepada
komunitas harus membuat pasien mengetahui bahwa tempat praktek tersebut terbuka untuk
pasien baru3. Pelaksanaan marketing menggunakan sistem ini merupakan cara pemasaran
yang masih bersifat umum (general) sehingga menjadi garis besar yang secara umum
diketahui oleh dokter gigi. Pentingnya mengetahui pola pemasaran yang lebih detail dan
spesifik dalam koridor etikolegal merupakan kebutuhan yang harus diketahui dokter gigi
apabila membuka tempat praktek.
Pemasaran praktek dokter gigi merupakan ilmu yang harus dipahami, karena dokter gigi
saat ini tidak dapat hanya menunggu pasien untuk mendatangi tempat prakteknya. Disisi
lain dokter gigi harus mematuhi kode etik yang berlaku dalam profesinya sehingga harus
menemukan cara pemasaran yang sesuai. Kesesuaian antara etika dalam profesi dan
pemasaran perlu dipelajari lebih dalam agar dokter gigi dapat melakukan penetrasi ke
masyarakat dengan cara elegan dan mempunyai dampak significant terhadap tempat
prakteknya. Hal tersebut perlu dilakukan agar risiko keuangan dari total investasi yang
dikeluarkan oleh dokter gigi yang jumlahnya tidak sedikit dapat di eliminasi.
2. Kajian Pemasaran
Kajian tentang pemasaran dengan melihat studi atas tiga kegiatan besar:
1) Penentuan segmen, target dan posisi produk pada pasarnya
2) Kajian untuk mengetahui hal-hal utama dari konsumen potensial, seperti perihal
sikap, perilaku, serta kepuasan mereka atas produk- produk sejenis
3) Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran
Ketiga kegiatan tersebut di atas terkait satu dengan yang lainnya untuk mensukseskan studi
atas aspek pemasaran. Oleh karena itu, keseluruhan analisis untuk ketiga kegiatan tersebut
hendaknya dilakukan secara cermat sehingga dapat diketahui apakah bisnis yang sedang
dilakukan layak atau tidak ditinjau dari aspek pemasaran 4.
Permasalahan pemasaran pelayanan kesehatan adalah mengenalkan produk dan
kualitas pelayanan tersebut kepada masyarakat luas secara cepat, tepat mempunyai leverage
yang tinggi namun tetap sesuai dengan kaidah/koridor etika dalam profesi tenaga kesehatan.
Pemasaran yang dipilih oleh dokter gigi sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang berada
dalam lingkungan organisasi profesi dapat menjadi sorotan publik. Pemasaran harus
dijalankan sesuai dengan kaidah dasar moral yang berlaku sebagai self enforcement di
lingkungan profesi pendidikan kesehatan yang ada di Indonesia sebagai role model yang
dapat menjadi contoh profesionalisme.
Pada dasarnya semua kegiatan yang dilaksanakan pada praktek dokter gigi dapat
dihubungkan dengan marketing, sehingga hal tersebut dirasakan oleh dokter gigi menjadi
hal yang biasa dan merasa sudah melakukan marketing untuk tempat prakteknya. Ilmu
marketing dalam praktek dokter gigi harus dilaksanakan secara detail dan berhubungan
dengan seluruh komponen pelayanan praktek dokter gigi. Strategi, taktik dan nilai-nilai dari
marketing dokter gigi harus sesuai dengan landscape perkembangan jaman, tidak bersifat
sama dari waktu ke waktu, tempat, letak geografis, serta perilaku masyarakat yang ada.
Oleh sebab itu, dokter gigi sebaiknya diajarkan dalam konteks etikolegal tentang ilmu
pemasaran yang baik. Mulai dari analisa situasional yang sesuai dengan keadaan lokasi
tempat prakteknya, untuk membentuk landscape marketing yang sesuai dan di aplikasikan
dengan mudah untuk menghasilkan pendapatan sesuai investasi yang telah dikeluarkan.
1.2. Targeting
Kelompok masyarakat yang sudah terdefinisikan sesuai dengan produk atau tarif
dokter gigi merupakan target yang harus dibidik untuk menjadi pelanggan di tempat praktek
dokter gigi. Istilah penggunaan kata segmentasi dan targeting didalam praktek dokter gigi
masih terlalu umum dijabarkan dalam praktek sehari-hari, sehingga memunculkan
pembagian segmen yang masih terlalu luas, seperti segmen menengah keatas atau menengah
kebawah. Penentuan segmentasi harus kreatif dan spesifik sesuai dengan sudut pandang
dokter gigi dalam membaca kelompok masyarakat yang heterogen menjadi homogen sesuai
produk pelayanan dan investasi yang akan dibuat. Homogen yang dimaksud disini adalah
kelompok yang memiliki karakter yang sama, atau nilai-nilai yang dipahami oleh mereka
mempunyai kesamaan perspective dalam hal pelayanan dokter gigi. Apabila kelompok
homogen yang akan dituju tersebut sudah teridentifikasi menjadi targeting praktek dokter
gigi maka penyebaran dan pola informasi yang digunakan untuk kelompok tersebut harus
diperhatikan agar sesuai dengan kaedah etikolegal didalam profesi dokter gigi. Tidak
diperbolehkan memberikan advertising bagi target yang dibidik, namun harus menemukan
kreativitas untuk menjalankan langkah marketing selanjutnya.
1.3. Positioning
Tahapan selanjutnya adalah positioning yaitu memposisikan kesan pelayanan
praktek dokter gigi ke dalam benak pasien. Hal ini yang dipandang sesuai etikolegal karena
tidak melakukan advertising kepada masyarakat luas. Positioning harus bersifat mudah
diterjemahkan oleh para pelanggan atau pasien, sehingga mudah untuk dicerna masuk dalam
benak mereka. Positioning dapat dilihat dari pertanyaan yang diberikan ke pasien,
“Mengapa mereka datang ke tempat praktek dokter gigi?”. Apabila jawaban mereka karena
ingin mencoba saja, berarti positioning praktek dokter gigi tersebut belum
terbangun di masyarakat. Positioning dapat terlihat dari jawaban para pasien yang
memberikan gambaran sesungguhnya mengapa mereka memilih datang ke tempat praktek
bukan ditempat lain. Jawaban yang diinginkan harus sesuai dengan karakter dokter gigi
lakukan saat memberikan pelayanan, sebagai contoh mereka datang karena dokter giginya
komunikatif, ramah, teliti, tempat tunggu yang nyaman atau sampai dengan memberikan
pelayanannya tidak ada rasa sakit.
1..4. Differentiatie
Untuk mendukung positioning, maka diperlukan taktik marketing selanjutnya, yaitu
diferensiasi atau unsur pembeda dengan praktek dokter gigi yang lain. Perlu diingat bahwa,
pasien datang ke tempat praktek dokter gigi, sebenarnya sudah dipenuhi dengan beberapa
hal didalam pikirannya. Pikiran pasien sudah penuh dengan kegiatan yang akan dilakukan
selanjutnya, pekerjaan kantor yang harus di selesaikan atau masalah rumah tangga yang saat
itu sedang dipikirkan. Diferensiasi dilakukan dengan memunculkan sesuatu yang berbeda
dengan kebiasaan yang dilakukan oleh praktek dokter gigi yang sudah ada, sehingga
menjadi mudah diingat oleh mereka. Diferensiasi dapat dilakukan dalam dua model yaitu
secara
content atau context. Content adalah pembeda yang dilakukan pada pelayanan dokter
gigi pada saat memberikan diagnosa ataupun terapi, sedangkan context adalah pembeda
yang dilakukan pada saat pasien mengikuti prosedur di sarana prakteknya. Sebagai contoh
content adalah pelayanan pencabutan gigi yang tanpa rasa sakit, sedangkan untuk context
adalah kemudahan pasien dalam mendapatkan pelayanan, menunggu tidak lama.
1.5. Selling
Dokter gigi harus mempunyai dua fungsi yang dilakukan di tempat prakteknya, yaitu
sebagai technical advisor dan relationship manager5. Sebagai technical advisor dokter gigi
harus memberikan skill dan pengetahuannya untuk mengobati permasalahan yang
dikeluhkan pasien. Perlu diingat bahwa tujuan pasien mendatangi praktek dokter gigi, rata-
rata adalah ingin menghilangkan rasa sakit giginya, sehingga dokter gigi harus mempunyai
skill yang handal, diagnosa yang tepat untuk dapat memberikan terapi yang benar dengan
pemilihan produk yang sesuai.
1.6. Marketing Mix
Dalam dunia pemasaran, dikenal istilah marketing mix yang terdiri dari 4P : Product,
Price, Place dan Promotion. Dalam konteks kedokteran Product dapat diartikan sebagai
konsultasi dan terapi medis, Price adalah biaya yang harus dikeluarkan pasien untuk
konsultasi/ terapi, Place adalah lokasi tempat praktek dokter, sedangkan Promotion dapat
berupa papan nama praktek dan testimoni pasien. Dokter disarankan untuk dapat mengemas
marketing mix di atas dengan reliabel. Sebagai relationship manager, yaitu lebih
diutamakan agar dapat membangun relasi dengan pasien.
1.7. Process
Ada 3 hal yang harus diperhatikan saat berbicara tentang proses, yaitu QCD :
a. Kualitas (quality) Kualitas seorang dokter perlu ditingkatkan dalam kaitan kualitas
saat konsultasi, saat terapi pengobatan dan kualitas layanan apapun yang diberikan
pada pasien.
b. Biaya (cost) Seorang dokter diharapkan dapat mempertimbangkan biaya yang
akan dikeluarkan oleh pasien untuk kebutuhan pengobatan
c. Pemberian layanan kepada pasien (delivery) Pelayanan pada pasien disarankan
agar dapat seefektif mungkin, jangan biarkan pasien menunggu tanpa kejelasan.
Tiga hal di atas seharusnya dapat dikomunikasikan pada pasien agar selanjutnya tidak
ada komplain atau bahkan kekecewaan yang merugikan kedua pihak.
1.8. Service
Servis bukan sekadar senyum ataupun sekedar melayani pasien saat berobat. Servis
yang dimaksud lebih ke arah empati, yaitu memberikan solusi total untuk setiap kebutuhan
dan bahkan keluhan pasien sehingga pasien merasa nyaman5.
1.9. Brand
Brand dalam hal ini dikaitkan dengan pribadi seorang dokter, sehingga dokter
dikenal sebagai dokter yang karismatis dan dipercaya pasien. Beberapa cara dapat dilakuka
n untuk ini, diantaranya : memperkenalkan nama pada pasien, memberikan kartu nama pada
pasien, meletakkan papan nama di tempat yang jelas, dan yang utama adalah
memperhatikan sikap dan penampilan di dalam dan diluar tempat praktek sebagai cerminan
seorang dokter yang profesional
Berdasarkan langkah-langkah di atas, seyogyanya praktek dokter gigi harus
disesuaikan dengan situasional yang ada pada kondisi setempat. Identifikasi landscape
marketing praktek dokter gigi dilakukan berdasarkan company based (kekuatan dan
kelemahan tempat praktek), competitor based (kekuatan dan kelemahan tempat praktek
dokter gigi yang sudah ada) dan customer based ( identifikasikan kebutuhan dari
pasien/pelanggan atau unspoken need dari masyarakat tentang pelayanan kesehatan gigi
setempat). Kertajaya2 membuat diagram untuk memudahkan dalam pemilihan model
strategi pemasaran yang akan dipilih sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
Hal ini memungkinkan para dokter gigi melakukan strategi pemasaran yang sesuai, agar
tidak berlebihan (high cost) dan tidak salah strategi karena kurang tepat melihat landscape
marketing.
Marketing mix Price: guaranted pricing Price: Value pricing Price: Aggresive pricing
Product:extra package Product:bundling Product:Single unit
Place: Existing chanel package Place: different chanel
Promotion:loyalty Place:Expanded chanel Promotion:word of mouth
Service More for more Same for less Less for less
KERUMAHSAKITAN
Rumah sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu sistem kesehatan. Dalam
jejaring kerja pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi simpul utama yang berfungsi sebagai
pusat rujukan. Rumah sakit adalah organisasi yang bersifat padat karya, padat modal, padat
teknologi, dan padat keterampilan (Soedarmono, S, dkk, 2000).
Rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC (Vereenigde Oost
Indische Compagnie) tahun 1626 dan kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles
terutama ditujukan untuk melayani anggota militer beserta keluarganya secara gratis. Jika
masyarakat pribumi memerlukan pertolongan, kepada mereka juga diberikan pelayanan
gratis. Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh kelompok
agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ (Centraal Burgerlijk
iekenhuis) pada tahun 1901 di Jakarta.
1. Pengertian Rumah Sakit
Kata hospital berasal dari kata bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih
luas kata itu bermakna menjamu para tamu. Menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit
adalah suatu lembaga yang bersifat kedermawanan (charitable), untuk merawat pengungsi
atau memberikan pendidikan bagi orang-orang yang kurang mampu atau miskin, berusia
lanjut, cacat, atau para pemuda (Kemenkes RI.2012).
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah sakit juga merupakan institusi yang dapat memberi
keteladanan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI,
2009).
Menurut WHO , rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit
menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga merupakan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta
berkesinambungan (Siregar, 2004).
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Depkes RI (2009) rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas rumah sakit mempunyai
fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
3. Klasifikasi Rumah Sakit
Permenkes RI No 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit dibedakan berdasarkan :
pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana dan administrasi dan
manajemen. Adapun klasifikasi rumah sakit umum adalah :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah,
obstetri dan ginekologi, 5 (lima) spesialis penunjang medik yaitu: pelayanan anestesiologi,
radiologi, rehabilitasi medik, patologi klinik dan patologi anatomi, 12 (dua belas) spesialis
lain yaitu: mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan
kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan
kedokteran forensik dan 13 (tiga belas) subspesialis yaitu: bedah, penyakit dalam, kesehatan
anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan
pembuluh darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, onthopedi dan gigi mulut.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah,
obstetri dan ginekologi, 4 (empat) spesialis penunjang medik yaitu : pelayanan anestesiologi,
radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik. Sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13
(tiga belas) pelayanan spesialis lain yaitu : mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung
dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah
syaraf,
bedah plastik dan kedokteran forensik: mata, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan
kelamin, kedokteran jiwa, paru, urologi dan kedokteran forensik. Pelayanan Medik
Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi :Bedah, Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar : pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri
dan ginekologi dan 4 (empat) spesialis penunjang medik yaitu : pelayanan anestesiologi,
radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan
anak, bedah, obstetri dan ginekologi.
4. Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan suatu proses
tertentu. Indikator pelayanan rumah sakit yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit antara lain (Depkes RI, 2005):
a. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah
sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85 %) menunjukkan tingkat
pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau
penambahan tempat tidur.
Nilai parameter yang ideal antara 60-85%.
b. Average Length of Stay (AvLOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. ALOS selain
digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit juga dapat menggambarkan mutu
pelayanan rumah sakit, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan lebih lanjut. Nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari.
c. Bed Turn Over (BTO): adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa
kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali per tahun.
d. Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat
tidur semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
e. Nett Death Rate (NDR): angka kematian netto yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar, digunakan untuk mengetahui mutu
pelayanan/perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit berarti bahwa
mutu pelayanan rumah sakit tersebut semakin baik. Nilai NDR yang masih dapat ditolerir
adalah kurang dari 25 per 1000 pasien keluar.
f. Gross Death Rate (GDR): angka kematian bruto yaitu angka kematian umum untuk setiap
1000 penderita keluar, digunakan untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan rumah sakit.
Semakin rendah GDR berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Nilai GDR
seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 pasien keluar.
Berdasarkan UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit, Bangunan rumah sakit
paling sedikit terdiri atas:
a. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh proses kegiatan IKGM Profesi pada Modul
Primary Health Care 1, Modul Primary Health Care 2, dan Modul Hospital dan
Dental Practice Management sesuai jadwal yaitu pada awal semester 3.
b. Presensi kehadiran minimal 100% pada setiap modul. Apabila presensi kurang dari
100% maka mahasiswa diwajibkan melengkapi presensi pada waktu yang ditentukan.
c. Jenis ketidakhadiran yang diijinkan untuk mengikuti kegiatan IKGM Profesi adalah
sbb:
- Ijin karena sakit, dibuktikan dengan keterangan dokter
- Ijin karena berita dukacita keluarga inti atau kecelakaan
- Ijin karena menjalankan ibadah Haji/Umroh
- Ijin karena ditugaskan mewakili institusi
Note: Yang diserahkan adalah surat ijin dari wali/orang tua dengan
dilampirkan surat keterangan
d. Ketidakhadiran karena alasan di luar ketentuan di atas harus mendapatkan ijin tertulis
dari masing-masing PJ Modul untuk dapat mengikuti penggantian hari.
2. PROSEDUR
B. Penilaian
Penilaian akhir:
1. Anwar, R., & Capko, J. (2001). Nine steps to a strategic marketing plan. Family Practice
Management, 8, 39. Retrieved March 20, 2006, from
http://www.aafp.org/fpm/20011100/39nine.html
2. Kotler Philip, Kertajaya Hermawan, Hooi, Den Huan., Liu, Sandra., 2002,
“Rethinking Market-ing: Sustainable Enterprise in Asia”, 1th edition, Prentice Hall,
Inc, Englewood Cliff, N.J. USA.
6. Kertajaya, Hermawan & Darwin, Waizly., 2010, “Connect! Surfing New Wave
Marketing”, Gramedia Pustaka Utama., Jakarta
8. Tapscott, Don., 2008, “Grown Up Digital : How the Net Generation is Changing
Your World HC”, McGraw-Hill
9. Fournier, susan. & Lee, Lara., 2009, “Getting Brand Communities Right”, Havard
Business Review, April
10. Thompson, Summer ., 2009., “Social Media is the Message: Online marketing: go to
where people gather!”., Marketing insight., Australian Dental Practice Journal, part
13, November-December edition
11. Boy S, Sabarguna. 2004. Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit, Jawa Tengah
: Konsorsium RS Islam
13. Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit,
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
14. Kementerian Kesehatan Indonesia, 2010, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009,
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
15. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
340/Menkes/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta:Departemen
Kesehatan
LAMPIRAN
CHECKLIST
1 2 3 4
TOTAL
Keterangan :
1 : sangat buruk
2 : buruk
3 : baik
4 : sangat baik
Tandatangan,
(................................)
CHECKLIST PENILAIAN
1 2 3 4
Keterangan :
1 : sangat buruk
2 : buruk
3 : baik
4 : sangat baik
Tandatangan,
(................................)
LOGBOOK HARIAN
Nama Mahasiswa : …………………………………………
NIM : …………………………………………
Presensi
kehadiran Nama & Paraf
No Kegiatan Ket.
(Jam kehadiran) Supervisor
Datang Pulang
1.
2.
4
5
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
NILAI AKHIR MODUL HOSPITAL AND DENTAL PRACTICE MANAGEMENT
Nama :
NIM :
4 Logbook 10%
NILAI
AKHIR
TTD PJ
Modul
CATATAN