Oleh
CHANDRA LIVIA VERA VANIA
14/367028/KG/09950
i
PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI
FRANGIPANI TERHADAP PENURUNAN
NILAI DENTAL ANXIETY SCALE
PASIEN ODONTEKTOMI
( Penelitian di RSGM UGM Prof. Soedomo Yogyakarta)
Oleh
CHANDRA LIVIA VERA VANIA
14/367028/KG/09950
o r2
. Rahardio SU..BM.
lP. 19540212 198101 1 001 . Pin NIP sna Arinda.BMM.
10324 201504 1 001
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kasih
Nilai Dental Anxiety Scale Pasien Odontektomi”. Skripsi ini disusun sebagai salah
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terwujud tidak terlepas dari bantuan,
dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
hormat pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima
saran yang membantu dalam penulisan skripsi ini menjadi lebih baik
pembuatan skripsi
Mada atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
semua pihak yang ikut membantu dalam penulisan skripsi ini yang
ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi siapapun serta turut mengembangkan
Penulis
ix
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis
kelamin.............................................................................. 28
2. Tingkat Kecemasan (CDAS) subyek penelitian berdasarkan
jenis kelamin dan usia pasien................................................ 29
3. Tingkat Kecemasan (CDAS) sebelum dan sesudah perlakuan
aromaterapi frangipani berdasarkan jenis kelamin dan usia
pasien pada kelompok perlakuan.......................................... 30
4. Tingkat Kecemasan (CDAS) sebelum dan sesudah perlakuan
aromaterapi frangipani berdasarkan jenis kelamin dan usia
pasien pada kelompok kontrol.............................................. 30
5. Hasil uji Mann-Whitney nilai CDAS pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.......................................... 31
6. Gambaran rata-rata nilai CDAS pada kelompok perlakuan
sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi frangipani...... 31
7. Uji Wilcoxon Nilai CDAS pada tiap tingkat kecemasan ....... 32
8. Rata-rata selisih nilai CDAS sebelum dan sesudah pemberian
aromaterapi frangipani pada kelompok perlakuan
berdasarkan jenis kelamin .................................................... 33
9. Hasil uji Mann-whitney nilai CDAS antara laki-laki dan
perempuan pada kelompok perlakuan................................... 33
10. Rata-rata selisih nilai cdas sebelum dan sesudah pemberian
aromaterapi frangipani pada kelompok perlakuan
berdasarkan usia................................................................... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
I. Surat Kelaikan Etik Penelitian
II. Surat Izin Penelitian di RSGM UGM Prof. Soedomo
Yogyakarta
III. Surat Permohonan Izin Penelitian Di RSGM UGM Prof.
Soedomo Yogyakarta
IV. Hasil output SPSS
V. Data Subyek penelitian
VI. Informed consent
VII. Kuisio CDAS sebelum perlakuan
ner VIII. Kuisioner CDAS setelah perlakuan
xiii
INTISARI
Odontektomi adalah cara pengambilan gigi yang tidak erupsi atau gigi yang
erupsi sebagian yang membutuhkan pembukaan flap. Tindakan ini dapat
menyebabkan kecemasan. Kecemasan dapat menjadi penghambat bagi operator
dan menimbulkan banyak masalah. Untuk mengatasi masalah kecemasan
diperlukan pertimbangan perawatan yang dapat menanggulangi kecemasan yang
dialami pasien salah satunya dengan menghirup aromaterapi frangipani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi frangipani
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien odontektomi berdasarkan
penurunan nilai Dental Anxiety Scale. Jenis penelitian ini adalah quasi
eksperimental, sampel berjumlah 40 orang dibagi menjadi kelompok perlakuan
dan kontrol, dilaksanakan di klinik Residen Bedah Mulut RSGM UGM Prof.
Soedomo. Tingkat kecemasan diukur menggunakan Corah’s Dental Anxiety Scale
(CDAS).
Hasil uji Mann-Whitney menunjukan perbedaan signifikan antara kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan (p<0.05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aromaterapi frangipani dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien usia dewasa.
ABSTRACT
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
yang lebih serius. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
dilakukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 dan tahun
gigi dan mulut dari 23,2 % menjadi 25,9 %. Salah satu masalah yang sering
terjadi yaitu gigi impaksi (Adlina dkk., 2016). Frekuensi terjadinya gigi molar tiga
yang impaksi ataupun malposisi yaitu 88,8% dan paling banyak ditemukan pada
umur dewasa muda sekitar 18-30 tahun (Siagian, 2011). Gigi impaksi adalah gigi
yang letaknya tidak normal pada lengkung rahang dan erupsinya seringkali
(Firmansyah dan Iman, 2008). Penatalaksaan untuk gigi yang mengalami impaksi
suatu keadaan emosi individu yang normal untuk mempertahankan diri pada
situasi yang dianggap sebagai suatu ancaman pada dirinya (Sagrang dkk., 2017).
yang tajam seperti jarum suntik, forceps dan elevator merupakan faktor yang
seringkali menimbulkan rasa cemas pasien. Selain itu, terlalu lama berada di
pelayanan menjadi faktor pasien merasa bosan yang ternyata memiliki pengaruh
terhadap mood atau emosi pasien yang kemudian memiliki hubungan dengan
kadang menyebabkan kecemasan, kegelisahan, stres dan insomnia. Maka dari itu
kecemasan sebelum operasi perlu diatasi untuk memperbaiki kondisi fisik maupun
atau menjerit, suara bergetar, gagap, bibir bergetar, menghindari kontak mata,
pasien memberikan efek negatif terhadap prosedur perawatan gigi yang akan
dilakukan karena saat pasien merasa cemas, terjadi stimulasi sistem saraf simpatis
memengaruhi persepsi rasa nyeri yang terletak di talamus (sistem limbik), karena
kondisi pasien yang diliputi kecemasan akan memperkuat rangsang nyeri yang
diterima. Hal ini dapat terjadi karena kecemasan menyebabkan zat penghambat
rasa nyeri (Gamma Amino Butyric Acid (GABA), Enkephalin dan Beta
pasien tentang rasa nyeri, maka diperlukan usaha untuk mengurangi kecemasan
dan membuat pasien menjadi rileks (Prasetyo, 2005). Selain harus memperhatikan
faktor-faktor yang dapat mengakibatkan kecemasan pasien meningkat, dokter
gigi juga perlu melakukan beberapa metode yang dapat menurunkan tingkat
dkk., 2017).
maupun pohon yang mengandung sifat terapi yang berbeda (Ramadan dan Zettira,
2017). Bunga kamboja (Plumeria sp.) atau Frangipani adalah salah satu tanaman
yang kerap kali digunakan sebagai aromaterapi. Komponen dari minyak kamboja
phenylmet, dan geraniol (Firdaus dan Saputro 2012 dalam Sari dkk., 2014).
yang memiliki bau wangi seperti bunga (Sari dkk., 2014). Linalool (C 10H18O)
memengaruhi sistem limbik dan saraf otonom, mencipatakan suasana rileks, aman
Amino Butyric Acid (GABA), Enkephalin dan Beta Endorphin) yang akan
dkk., 2017).
B. Perumusan Masalah
pasien odontektomi?
C. Keaslian Penelitian
Merinchiana dkk. (2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah
2. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
odontektomi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Molar Ketiga
Gigi molar ketiga merupakan gigi yang terakhir mengalami erupsi dalam
lengkung gigi. Normalnya gigi molar ketiga tumbuh pada usia 17 hingga 21
tahun(Mitchell, 2006). Terdiri dari enamel, dentin dan sementum seperti gigi
yang lain, gigi molar ketiga memiliki morfologi yang hampir sama dengan
gigi molar pertama dan molar kedua (Rafetto, 2012). Gigi molar ketiga
memiliki ukuran yang sangat bervariasi namun rata-rata gigi ini merupakan
gigi yang terpendek dari keseluruhan gigi di dalam mulut (Scheid, 2011).
Secara umum gigi molar ketiga termasuk dalam multirooted teeth yang
memiliki 3 akar untuk gigi molar ketiga rahang atas (maksila) dan 2 akar
untuk gigi molar ketiga rahang bawah (mandibula), sama seperti gigi molar
pertama dan kedua (Rafetto, 2012). Meskipun gigi molar ketiga memiliki
kesamaan dengan gigi geligi yang lain khususnya dengan gigi molar pertama
dan kedua, keberadaan gigi molar ketiga ini bersifat kurang fungsional
2012).
Gigi molar ketiga tumbuh pada keempat kuadran ronngga mulut, sehingga
proses oklusi dapat lebih sempurna. Tapi pada kenyataannya banyak gigi
molar ketiga yang tidak tumbuh, maupun tumbuh tetapi disertai dengan
adanya penyulit. Karena merupakan gigi yang tumbuh paling akhir, gigi
molar ketiga hanya mendapatkan sedikit tempat yang tersisa pada lengkung
7
gigi (Mitchell, 2006). Karena alasan tersebut gigi molar ketiga memiliki
impaksi molar ketiga mandibula memiliki frekuensi yang lebih tinggi dari
pada gigi molar ketiga maksila (Chanda, 2007). Gigi molar ketiga impaksi
periapical pathology, gigi mengalami fraktur, dan terdapat kista atau tumor
2. Odontektomi
yang tidak dapat diambil dengan cara pencabutan biasa sehingga harus
patologi.
odontektomi yaitu apabila panjang akar belum mencapai sepertiga atau dua
pertiga dari panjang gigi, apabila tulang yang menutupi terlalu banyak,
3. Kecemasan
a. Pengertian Kecemasan
disertai rasa takut dan gugup tanpa suatu alasan tertentu (Hasheminia
adanya emosi negatif yang kuat serta simptom ketegangan tubuh yang
stimulus yang jelas dan bersumber dari alam bawah sadar (Ay dkk.,
kedekatan fisik.
1) Kecemasan ringan
2) Kecemasan sedang
3) Kecemasan berat
4) Panik
Faktor yang dapat mendorong timbulnya rasa cemas yaitu suasana dan
1) Faktor Eksternal
dilakukan).
c. Dental anxiety
secara visual terjadi saat pasien melihat jarum, elevator ataupun alat bedah
dkk., 2014).
multidimensi dan tidak ada satu variabel tunggal yang menjadi penyebab
obat sedasi seperti nitrous oksida yang diberikan melalui inhalasi, atau
obat golongan benzodiazepine, seperti midazolam dan diazepam yang
2017).
4. Anxiety Scale
kuisioner maupun melalui pengukuran tanda vital seperti nadi dan juga
Corah's Dental Anxiety Scale (CDAS) (Shitole dkk, 2015). Secara umum,
kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengukur rasa cemas terhadap
perawatan gigi yaitu CDAS, MDAS dan Kleinknect’s DFS (Riskavianti &
Samad, 2014). Menurut Sithole dkk. (2015) CDAS reliabel dan valid sebagai
Corah's Dental Anxiety Scale (CDAS) adalah sebuah skala untuk penilaian
kecemasan yang diterbitkan oleh Corah pada tahun 1969. Skala ini berisi
empat item multiple choice yang berhubungan dengan reaksi subjektif pasien
1 = tenang/tidak cemas
3 = tegang
4 = gelisah
5 = sangat cemas.
5-10 Ringan
11-15 sedang
5. Aromaterapi Frangipani
a. Pengertian aromaterapi
biologi aktif yang berasal dari akar, batang, bunga, kulit kayu, buah,
daun, dan bagian lain dari tumbuhan yang memiliki khasiat untuk
2014).
penyakit.
spiritual (Greenberg dan Slyer, 2017). Bunga kamboja (Plumeria sp.) atau
Frangipani adalah salah satu tanaman yang kerap kali digunakan sebagai
(GC-MS) minyak esensial yang diambil dari bunga kamboja (P. obtusa)
memiliki bau manis yang ringan sedangkan benzyl benzoate hampir tidak
berbau. Selain kelompok ester, ada 11 senyawa alkohol dengan total hasil
asiklik yang memiliki bau wangi seperti bunga (Sari dkk., 2014).
c. Pengaruh aromaterapi frangipani terhadap rasa cemas pasien
menoterpen alkohol asiklik yang memiliki bau wangi seperti bunga (Sari
suasana hati, kepribaian dan tingkah laku. Pada sistem limbik, molekul bau
B. Landasan Teori
pengukuran tanda vital seperti nadi dan juga pernafasan. Secara umum, kuesioner
yang paling sering digunakan untuk mengukur rasa cemas terhadap perawatan
gigi yaitu CDAS, MDAS dan Kleinknect’s DFS. Corah Dental Anxiety Scale
(CDAS) dinilai lebih reliabel dan lebih valid sebagai prediktor kecemasan
dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan yaitu kecemasan ringan, sedang, berat dan
panik.
Rasa cemas saat akan menjalani prosedur perawatan gigi dinamakan dental
keadaan cemas, tubuh akan memproduksi hormon kortisol secara berlebihan yang
akan berakibat meningkatkan tekanan darah, dada sesak, serta emosi tidak stabil.
aromaterapi.
dan memperbaiki suasana hati (mood) pasien. Aromaterapi dapat dengan mudah
diabsorbsi melalui membran mukosa lalu menstimulasi sistem syaraf pusat setelah
sebagai zat sedatif yang dapat meningkatkan relaksasi pada seseorang. Linalool
merupakan senyawa menoterpen alkohol asiklik yang memiliki bau wangi seperti
bunga. Linalool (C10H18O) memiliki efek sedatif sehingga ketika dihirup maka
hati, kepribaian dan tingkah laku. Pada sistem limbik, molekul bau dari
rileks.
C. Hipotesis
A. Jenis Penelitian
B. Identifikasi Variabel
C. Definisi Operasional
tunggu dengan konsentrasi 0,7 % atau 14 tetes (0,7 ml) pada 100 ml air.
23
3. Ruang tunggu merupakan ruang rawat inap klinik bedah mulut RSGM Prof.
dengan atau tanpa separasi gigi yang dilakukan oleh residen bedah mulut.
D. Subyek Penelitian
1. Subyek penelitian
2. Jumlah sampel
17-45 tahun sebanyak 40 orang yang terdiri dari 2 kelompok yaitu 20 orang
(Zα)2 × e × (1 − e)
n=
d2
Keterangan:
n: jumlah sampel
n = 40,5 ≈ 40 pasien
1. Alat
a. Alat tulis
d. Gelas ukur
Corah Dental Anxiety Scale (CDAS) adalah salah satu kuesioner yang
biasa digunakan untuk mengukur rasa cemas dan takut terhadap prosedur
perawatan gigi yang di publikasikan oleh Norman Corah pada tahun 1969.
25
Skala ini berisi empat item multiple choice yang berhubungan dengan
reaksi subjektif pasien saat pergi ke dokter gigi, menunggu prosedur dan
3 = tegang
4 = gelisah
5 = sangat cemas.
5-10 Ringan
11-15 sedang
2. Bahan
b. Air
F. Jalannya penelitian
kesehatan.
subyek penelitian.
5. Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik untuk melihat pengaruh
G. Analisis data
Jenis data penelitian berupa data ordinal, oleh karena itu analisis data yang
H. Alur penelitian
Analisia Data
Hasil
28
A. Hasil Penelitian
terhadap penurunan nilai dental anxiety scale pada pasien odontektomi gigi molar
tiga di Klinik Bedah Mulut RSGM UGM Prof. Soedomo Yogyakarta telah
dilakukan dengan subjek penelitian sebanyak 40 orang yang dipilih sesuai dengan
Karakterisitik subjek secara umum dapat dilihat pada tabel 1, jumlah subyek
antara laki-laki dan perempuan sama yaitu 20 orang. Kelompok usia yang
berjumlah paling banyak pada subjek penelitian ini adalah rentang usia 18-28
Tabel 1. Karakteristik subjek kelompok perlakuan dan kontrol berdasarkan usia dan
jenis kelamin.
Perlakuan Kontrol
No. Karakteristik F % F % Total
18-28 17 42,5 16 40 33
1. Umur 29-39 2 5 4 10 6
40-50 1 2,5 0 0 1
Jenis Laki-laki 9 22,5 11 27,5 20
2. Kelamin Perempuan 11 27,5 9 22,5 20
28
29
dan kelompok kontrol tersaji pada tabel 2. Terdapat 7 orang subyek dengan
kecemasan berat sebelum odontektomi pada penelitian ini lebih banyak dialami
aromaterapi yaitu rentang usia 18-28 tahun sebanyak 7 orang. Subyek pada
dengan tingkat kecemasan yang berat. Jumlah subyek dengan tingkat kecemasan
sedang turun dari 11 orang menjadi 4 orang, dan jumlah subyek dengan tingkat
29
kecemasan ringan meningkat dari 6 orang menjadi 18 orang yang artinya
kelompok kontrol, hal ini dapat diketahui dari tabel 4 bahwa tidak ada perubahan
Tabel 5. Hasil uji Mann-Whitney nilai CDAS pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Sig.
SKOR CDAS Perlakuan 20 14,88 297,5
Kontrol 20 26,12 522,5
Total 40 0,002
31
signifikansi yang didapatkan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka terdapat
kelompok kontrol.
rata-rata skor CDAS subyek adalah 11,45 dengan nilai tertinggi yaitu 17 dan
terendah 6. Sesudah perlakuan rata-rata skor CDAS turun sebesar 4,4 menjadi
Tabel 6. Gambaran rata-rata Skor CDAS pada kelompok perlakuan sebelum dan
sesudah pemberian aromaterapi frangipani
pada tingkat kecemasan berat. Nilai signifikansi pada tingkat kecemasan ringan
dan sedang yang didapatkan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai CDAS
tingkat ringan hingga sedang. Hasil uji Wilcoxon menunjukan hasil yang tidak
signifikan pada kecemasan dengan tingkat berat yaitu sebesar 0,109 (p>0.05).
Berdasarkan hasil analisis terhadap selisih skor CDAS sebelum dan sesudah
skor CDAS pada subyek yang mendapatkan perlakuan dengan jenis kelamin laki-
laki yaitu 4. Sedangkan rata-rata penurunan skor CDAS pada subyek perlakuan
berjenis kelamin perempuan adalah 4,7. Rata-rata penurunan skor CDAS setelah
meskipun perbedaan tidak terlalu besar antara subyek perlakuan berjenis kelamin
Tabel 9. Hasil uji Mann-Whitney nilai CDAS antara laki-laki dan perempuan pada
kelompok perlakuan
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks Sig.
SKOR CDAS Laki-laki 9 9,22 83
Perempuan 11 11,55 127
Total 20 0,369
yang didapatkan yaitu 0,369. Nilai signifikansi yang didapatkan lebih besar dari
0,05 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pengaruh
Berdasarkan hasil analisis selisih skor CDAS sebelum dan sesudah pemberian
tersaji pada tabel 10, menunjukkan bahwa penurunan nilai CDAS yang terbesar
terjadi pada kelompok rentang usia 29-39 tahun yaitu sebesar 5,5.
Tabel 10. Rata-rata selisih nilai CDAS sebelum dan sesudah pemberian
aromaterapi frangipani pada kelompok perlakuan berdasarkan usia
Selisih Nilai CDAS N Mean
18-28 17 4,35
29-39 2 5,5
40-50 1 3
33
B. Pembahasan
yang tidak dapat diambil dengan cara pencabutan biasa sehingga harus
seperti yang terjadi pada tindakan odontektomi akan memberikan suatu reaksi
emosional seperti perasaan takut, gelisah serta cemas bagi pasien (Qulsum dkk.,
2012). Kecemasan adalah suatu perasaan yang ditandai dengan adanya emosi
negatif yang kuat dengan gejala berupa ketegangan tubuh yang menyangkut rasa
ketakutan, distress, dan kegelisahan sebagai respon terhadap situasi tertentu yang
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu usia, jenis
menggunakan Corah’s Dental Anxiety Scale yang telah teruji valid dan reliabel
dengan laki-laki. Secara prikologis hal ini mungkin disebabkan adanya sistem
pengendalian emosi yang berbeda antara laki- laki dan perempuan sesuai dengan
penelitian Stuart dan Laraia (2005) bahwa wanita memiliki tingkat kecemasan
dikarenakan wanita lebih peka terhadap emosinya sehingga lebih peka juga
disebabkan oleh perbedaan substansi kimia otak antara laki-laki dan perempuan
serta fluktuasi hormonal yang terjadi pada perempuan. Menurut ADAA (Anxiety
dalam fungsi Amygdala atau korteks Prefrontal laki-laki dan perempuan yang
bertanggung jawab pada respon stress dan kecemasan dengan mengaktifkan aksis
hipofisis pituitari hipotalamus. Kadar Hormon CRF pada perempuan lebih rendah
dari laki-laki. Hal ini yang membuat tingkat kecemasan perempuan lebih tinggi
dengan rentang usia 18-28 tahun. Rentang usia ini dikategorikan dalam kategori
usia dewasa muda. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hoem di
kecemasan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien yang berusia lebih
tua, hal ini terkait dengan pengalaman dan kematangan berpikir seseorang.
individu yang lebih tua cenderung lebih rendah tingkat kecemasan karena
mempunyai kemampuan adaptasi dan pengendalian yang lebih baik terhadap
menggunakan senyawa aromatik untuk mengubah suasana hati, pikiran, dan juga
digunakan sebagai salah satu terapi komplementer atau perawatan suportif untuk
mengurangi kecemasan dan rasa sakit di beberapa setting klinis (Hozumi dkk.,
2017).
pengambilan gigi molar 3 impaksi, hal ini dapat dilihat dalam analisis data
nilai kecemasan pasien yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok
angka yang lebih besar daripada rata-rata nilai kelompok perlakuan, dari hal ini
sedang. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukan nilai yang
signifikan (p<0.05) pada tingkat kecemasan ringan dan sedang setelah dilakukan
37
tingkat berat pengaruh yang diberikan tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Buckle (2003) bahwa aromaterapi frangipani adalah salah satu metode
yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan ringan hingga sedang dan
penelitian kali ini yaitu aromaterapi yang diberikan kepada kelompok perlakuan
pengatur suasana hati, kepribaian dan tingkah laku. Oleh sistem limbik, molekul
pasien tidak terpengaruh oleh jenis kelamin. Uji Mann-whitney yang digunakan
rentang usia pasien yang di analisis secara deskriptif. Hasil tersebut menunjukkan
tidak terpengaruh oleh usia pasien sesuai dengan pernyataan Hozumi dkk. (2017)
bahwa aromaterapi telah berhasil digunakan sebagai salah satu perawatan suportif
kecemasan yang muncul saat perawatan odontektomi karena sangat mudah untuk
dilakukan, biaya yang dikeluarkan relatif murah dan cukup efektif untuk
pasien adalah dokter gigi lebih mudah dalam mengontrol jalannya perawatan
karena pasien tenang dan rileks serta pasien juga tidak memiliki pengalaman
dilakukan di ruang tunggu yang ada di tempat penelitian yaitu RSGM UGM Prof.
Soedomo karena ruang tunggu yang tersedia dan biasa digunakan merupakan
ruang terbuka yang tidak memenuhi syarat sebagai ruang tunggu pada penelitian
ini. Ruang tunggu pada penelitian ini haruslah ruang yang tertutup sehingga
aroma dari aromaterapi frangipani tetap berada diruangan selama waktu tunggu
yang ditentukan serta dosis dari aromaterapi dapat diatur sesuai luas ruang yang
digunakan. Atas alasan tersebut peneliti menggunakan ruang rawat inap yang
39
disetting sebagai ruang tunggu pasien selama penelitian. Kelemahan lain dari
tunggu dan tidak dilakukan selama prosedur odontektomi dilakukan karena ruang
operasi juga bukanlah ruang tertutup dan tidak sesuai untuk dilakukan pemberian
terhadap organ penciuman pasien yang akan menjadi subyek penelitian, hanya
A. Kesimpulan
hingga sedang pada pasien yang akan dilakukan tindakan odontektomi baik pada
C. Saran
Hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis mengajukan
operasi.
[Data5et7]
Kruskal-Wallis
Ranks
kel N MeanRank
skor_c das 18-28 17 10.32
29-39 1 13.50
40-50 1 1.00
Total 19
Test Statistics°'‘
skor c d a s
Chi-Square 3.20 0
df 2
Asymp. Sig. .202
a. Kruskal Wallis Test
b.Grouping Variable: keIompok_usia
NPar Tests
Mann-Whitney
Ranks
Test Statistics‘
SKOR CDAS
Mann-Whitney U 87.50 0
Willoyon W 29 7.50 0
Z -3.078
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact S ig. [2*(1-tailed
ñin \] .002•
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
V. Data hasil penelitian
Kelompok perlakuan
score cdas
No jenis kelamin usia sebelum sesudah
1 P 39 13 7
2 L 22 8 5
3 P 24 8 5
4 L 22 11 5
5 L 25 12 7
6 P 19 11 6
7 L 22 16 11
8 P 20 8 5
9 P 20 11 6
10 P 20 14 11
11 L 18 11 6
12 L 21 12 8
13 P 25 11 6
14 P 29 12 7
15 L 41 7 4
16 L 24 11 6
17 P 22 16 13
18 P 17 17 11
19 L 26 6 6
20 P 22 14 6
Kelompok kontrol
score cdas
No jenis kelamin usia sebelum sesudah
21 P 30 11 11
22 P 20 14 14
23 P 22 17 17
24 P 22 11 11
25 L 37 10 10
26 L 20 6 6
27 L 28 8 8
28 L 30 10 10
29 L 22 12 12
30 P 17 7 7
31 L 28 16 16
32 P 22 8 8
33 L 23 5 5
34 P 30 11 11
35 L 22 7 7
36 P 22 11 11
37 L 20 7 7
38 P 23 18 18
39 L 22 6 6
40 L 26 17 17
VI. Informed consent
VII. Kuisioner CDAS sebelum perlakuan
VIII. Kuisioner CDAS setelah perlakuan