URAIAN MATERI
PENATALAKSANAAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL
untuk dokter dan perawat/bidan
Seksualitas dan
Kesehatan Seksual
MATERI INTI 1
MATERI INTI 3
Pengenalan
Penatalaksanaan IMS
DOKTER/PARAMEDIS
MATERI INTI 4
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik,
Pengambilan sampel,Diagnosis
Dan Pengobatan
DOKTER/PARAMEDIS
MATERI INTI 5
Edukasi, Konseling dan
Penatalaksanaan
pasangan Seksual
MD.1 Kebijakan dan Strategi
MATERI DASAR - 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
I. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1.
EPIDEMIOLOGI IMS dan HIV&AIDS
Secara global, setiap hari terjadi sekitar satu juta kasus IMS/ISR yang dapat diobati,
namun masih lebih banyak lagi kasus IMS lain yang tak dapat diobati. Separuh dari
kasus tersebut terjadi di Asia. Bahkan, wilayah regional Asia Selatan - Tenggara
(termasuk Indonesia) tercatat sebagai wilayah terberat kedua yang menderita akibat
beban penyakit tersebut.
Estimasi WHO didunia pada tahun 1999 terdapat 340 juta kasus baru dari IMS yang
dapat disembuhkan.
Gambar 1 pada halaman berikut menggambarkan penyebaran kasus baru pada orang
dewasa didunia. Terlihat bahwa jumlah terbesar dari kasus baru terjadi di Asia Selatan
dan Asia Tenggara, diikuti oleh sub-Saharan Africa, Amerika Latin dan Karibia.
Gambar 1: Estimasi kasus baru IMS yang dapat diobati pada orang dewasa, 1999
Gambar 2: Estimasi prevalensi IMS yang dapat diobati pada orang dewasa, 1999
Baik prevalens maupun insidens IMS lebih tinggi dinegara berkembang dari pada
negara maju.
"Penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan protozoa
terus berlanjut sebagai masalah kesehatan masyarakat baik dinegara maju maupun
berkembang. Penurunan terjadi dibanyak negara maju dengan rendahnya kasus tetapi
masih terus berlanjut. Sebaliknya penurunan yang terjadi dibanyak negara
berkembang disertai dengan tingginya endemi penyakit lainnya. Endemi yang tinggi
banyak terjadi di negara berkembang dan PMS termasuk dalam lima penyakit utama
dimana orang dewasa membutuhkan layanan kesehatan dalam beberapa dekade."
Sexually transmitted diseases: policies and principles for prevention and care. UNAIDS/WHO, 1999.
Sedangkan pandemi HIV masih merupakan masalah dan tantangan serius terhadap
kesehatan masarakat di dunia baik yang berkembang di negara maju maupun
berkembang dan daerah yang terbelakang. Pada Tahun 2007 jumlah ODHA diseluruh
dunia diperkirakan mencapai 33,2 juta ( 30,6 36,1 juta ). Setiap hari lebih 6800 orang
terenfeksi HIV dan lebih 5700 meninggal karena AIDS, yang disebabkan terutama
karena kurangnya akses terhadap pelayanan, pengobatan dan pencegahan
HIV.Percepatan pembangunan infra struktur yang cenderung lebih lambat bila
dibandingkan dengan perjalanan Epidemi HIV-AIDS itu sendiri merupakan tantangan
tersendiri dalam upaya penanggulangan tersebut
Perkiraan kematian akibat AIDS di seluruh dunia pada 2007 sekitar 2,1 juta, dimana
76% kematian tersebut terjadi sub sahara afrika. Penurunan telah terjadi dalam 2 tahun
terakhir sebagian disebabkan oleh perluasan pelayanan pengobatan ARV
IMS merupakan masalah kesehatan di dunia maupun di Indonesia. Yang paling banyak
dikenal adalah gonore, sifilis dan Human Immunodeficiency Virus (HIV), meskipun
masih ada lebih dari 20 macam IMS lainnya. Umumnya IMS dapat sembuh dengan
pengobatan yang efektif, tetapi masih terus menjadi masalah kesehatan masyarakat
baik dinegara maju maupun di negara berkembang. Menurut estimasi WHO, terdapat
340 juta kasus baru sifilis, gonore, klamidia dan trikomoniasis setiap tahun pada laki-laki
dan perempuan usia 15 49 tahun.
Di Indonesia, dari survei tahun 2005 didapatkan bahwa di kalangan wanita pekerja seks
(WPS) angka kesakitan (prevalensi) IMS/ISR ulseratif (sifilis 6 22%), non-ulseratif
(gonore 12 44%), klamidiasis 35 56%
Hasil Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) tahun 2007, Prevalensi Gonore dan
atau infeksi Klamidia tertinggi dari kelompok berisiko yang disurvei ada pada WPS
Langsung (49 persen), diikuti oleh Waria (46 persen), WPS Tak Langsung (35 persen),
LSL (35 persen), Penasun (6 persen) dan Pelanggan (5 persen).
Gonore dan Klamidia serta beberapa penyakit kelamin lain dapat menyebabkan limfosit
CD 4 (limfosit T Helper) berkumpul di daerah lokasi terinfeksi untuk melawan infeksi.
Sedangkan CD 4 adalah sasaran utama HIV, itu yang menyebabkan orang berpenyakit
Gonore dan klamidia lebih mudah tertular HIV.
Sedangkan prevalensi HIV tertinggi hasil Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP)
tahun 2007 ada pada populasi Penasun (52.4 persen) diikuti oleh Waria (24.4 persen),
WPS Langsung (10.4 persen), LSL (5.2 persen), WPS Tak Langsung (4.6 persen) dan
yang terendah adalah Pelanggan Penjaja Seks (0.8 persen).
Sementara itu prevalensi Sifilis tertinggi ada pada Waria (26.8 persen), diikuti oleh WPS
Langsung (14.6 persen), Pelanggan Penjaja Seks (6.2 persen), WPS Tak Langsung (6
persen), LSL (4.3 persen) dan yang terendah Penasun hanya 1.2 persen.
Prevalensi HIV dan Sifilis pada populasi berisiko yang dilihat secara bersamaan juga
dapat menggambarkan model penularan HIV, dimana hanya pada populasi Penasun
prevalensi HIV dan Sifilisnya berbeda cukup jauh. Hal ini menggambarkan bahwa pada
Penasun penularan HIV tidak melalui hubungan seks berisiko tetapi melalui pertukaran
jarum suntik.
Orang yang mengidap sifilis akan lebih mudah tertular HIV karena ada perlukaan
(infeksi) di penis yang bisa menjadi jalan masuk HIV ke dalam aliran darah. Penularan
sifilis lebih mudah daripada HIV. Gejala sifilis ada gejalanya, tapi infeksi HIV tidak ada
gejalanya sebelum masa AIDS (antara 510 tahun setelah tertular HIV) sehingga
banyak orang yang tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV. Tapi, walaupun tidak
ada gejala seseorang yang HIV Positif sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain
melalui (1) hubungan seks tanpa kondom di dalam atau di luar nikah, (2) transfusi
darah, (3) jarum suntik, jarum tindik, jarum tato atau alat alat kesehatan, dan (4) dari
seorang perempuan yang HIV Positif kepada bayinya terutama pada saat persalinan
dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).
Hasil pilot proyek Skrining sifilis pada ibu hamil (bumil) di Jawa Barat, Kalimantan Barat
dan DKI Jakarta menemukan 2.5% sero-positif sifilis dengan menggunakan rapid tes
treponema, prevalensi tertinggi ditemukan di Kalimantan Barat dengan 4.1%.
Pokok Bahasan 2
KEBIJAKAN NASIONAL DALAM UPAYA PENGENDALIAN IMS
Tujuan
Tujuan Umum :
Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Infeksi
Menular Seksual dan Infeksi Saluran Reproduksi
Tujuan Khusus :
1. Terselenggaranya upaya pencegahan IMS dan ISR pada kelompok berperilaku
risiko tinggi (WPS, waria, LSL, pelanggan dan pasangannya), dan kelompok
berperilaku risiko rendah (remaja, klien KIA/KB dan ibu hamil).
2. Tersedianya dan terjangkaunya pelayanan IMS dan ISR (pengobatan) bagi
kelompok berperilaku risiko tinggi (WPS, waria, LSL, pelanggan dan
pasangannya), dan kelompok berperilaku risiko rendah (remaja, klien KIA/KB
dan ibu hamil)
3. Tersedianya data prevalensi IMS dan ISR serta perilaku masyarakat pada
kelompok berperilaku risiko tinggi dan kelompok berperilaku risiko rendah.
4. Tersedianya sumber daya manusia terlatih untuk melaksanakan program dan
pelayanan pengendalian IMS dan ISR di berbagai tingkat dan dan lintas
program/sektor terkait,
5. Tersedianya sarana logistik (obat, reagen, sarana laboratorium) untuk pelayanan
pengendalian IMS/ISR.
6. Tersedianya sumber dana yang cukup untuk mendukung pelaksanaan program
dan pelayanan.
7. Terpadunya manajemen program terkait
Kebijakan
1) Penanggulangan IMS dan ISR dilakukan bersama oleh pemerintah, masarakat,
sektor swasta dan LSM dengan organisasi intrnasional, termasuk LSM
merupakan pelaku utama dalam pelaksanaan penanggulangan
Pemerintah wajib memberdayakan masarakat, serta memberikan arahan,
bimbingan dan menciptakan suasana yang kondusif
2) Penyusunan kebijaksanaan nasional mengendalikan IMS dan ISR secara lintas
sektoral (terhadap departemen pemerintah, swasta, BNN dan lain sebagainya)
dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan jender
3) Penyusunan kebijaksanaan pengendalian IMS dan ISR dalam lingkungan sektor
kesehatan diselenggarakan bersama terutama oleh Ditjen PP dan PL ( Dit
PPML) dan Ditjen Binkesmas (Dit Bina Kesehatan Ibu) dengan mengikutsertakan
semua pihak yang terkait pada sektor kesehatan timgkat pusat dan daerah
sesuai sistim yang ada
4) Pengelolan program pengendalian IMS dan ISR pada sektor kesehatan didaerah
dilakukan secra DESENTRALISASI dengan melimpahkan pengelolaan
komponen program kepada dinas kesehatan provensi dan kabupaten atau kota
sesuai azaz otonomi daerah
5) Pengelolaan program pengendalian IMS dan ISR dinas kesehatan provensi dan
Kab/Kota dilakukan sesuai rencana aksi pengendalin IMS/ISR Depkes tahun
2008/2012 ini. Penjabaran pengelolaan program selanjutnya dinyatakan dalam
bentuk rencana tahunan pengendalian IMS/ISR (RTP/IMS/ISR) yang mengacu
pada rencana aksi.
6) Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota berkewajiban menunjuk pengelola
program pengendalian IMS/ISR untuk menyiapkan rencana tahunan, mengatur
penggunaan tenaga, sarana dan anggaran, mengatur pelayanan. Pelayanan
(pencegahan dan pengobatan) dilakukan melalui puskesmas, sarana swasta dan
Rumah Sakit Umum.Pengelola program mengawasi mutu pelayanan dan
pelaksanaan program, memberi bimbingan tehnis (supervisi) dan menyampaikan
laporan kegiatan sesuai format yang ada di Puskesmas, sarana swasta dan RS
7) Pengelolaan program pengendalian IMS/ISR untuk kegiatan di Kab/Kota dan
provinsi dibiayai oleh APBD setempat, untuk kegiatan Depkes pusat oleh APBN:
dan semuanya dapat dibantu oleh sumber dana lain yang tersedia
Kebijakan Pelaksanaan
a. Pengendalian IMS diarahkan untuk mendorong peran, membangun komitmen,
dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan dalam mewujudkan
manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi populasi berisiko
tinggi
b. Pengendalian IMS diselenggarakan melalui penatalaksanaan kasus secara
cepat dan tepat, penyedian layanan yang mudah diakses dan berkualitas,
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko
baik pada populasi berisiko tinggi maupun rendah.
c. Pengendalian IMS diarahkan untuk mengembangkan dan memperkuat jejaring
surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan wilayah yang banyak
populasi berisiko tingginya.
d. Pengendalian IMS diarahkan untuk memantapkan jejaring lintas program, lintas
sektor, serta kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta untuk percepatan
program melalui pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat
guna, dan pemanfaatan sumberdaya lainnya.
e. Memberikan perhatian dengan intensitas tinggi untuk penyediaan layanan IMS
komprehensif di wilayah dengan prevalensi IMS dan HIV tinggi pada populasi
Penjaja Seks seperti WPS di Kota Sorong, Papua Barat dan Waria di Jakarta
dan Surabaya.
Strategi
Bagian ini menguraikan tentang sistem pelayanan dan kegiatan pokok sesuai kebijakan
yang ada dalam menerapkan pengendalian IMS/ISR untuk mencapai tujuan.
a. Sistem pelayanan
Pelayanan IMS diselenggarakan secara berjenjang dalam bentuk
Pelayanan kesehatan dasar, di Puskesmas dengan pelayanan IMS/ISR
(puskesmas program) dan sarana swasta dengan pelayanan IMS/ISR
(praktek swasta dengan program);
Pelayanan kesehatan rujukan, di RS kabupaten, RS Provinsi, dan RSU
Pusat Nasional sebagai pusat rujukan nasional.
Pengelola program berperan sebagai koordinator dan penyelaras
pengendalian IMS/ISR di tempat masing-masing.
IMS/ISR dapat dijangkau oleh kelompok berisiko tinggi dan mengintegrasikannya dalam
sistem kesehatan yang tersedia.
Pelayanan diutamakan terhadap IMS/ISR yang berprevalensi tinggi (gonore, klamidiasis
dan sifilis) dan IMS terkait
b.3. Surveilans
Dalam melakukan surveilans kegiatan pokok adalah (a) Pelaporan kasus dari
Puskesmas dan Puskesmas Sentinel serta, RSU dan RSU sentinel, untuk kasus IMS
dari semua pengunjung dan Ibu Hamil, (b) Surveilans core sentinel; dan (c) Survei
prevalensi IMS/ISR.
Layanan IMS (dan HIV&AIDS) yang memadai, baik untuk kelompok berperilaku
risiko tinggi maupun non-risiko tinggi.
Layanan IMS harus dapat diterima, mudah diakses, terjangkau, dan berkualitas.
Layanan yang dapat diterima artinya pelayanan yang tidak menstigma dan sikap
yang tidak menghakimi dan merendahkan moral, privasi dan kerahasiaan
terjamin, waktu pelayanan tidak terlalu lama, peralatan dan bahan yang
memadai, pengadaan obat dan kondom yang terjamin, kemampuan, komptensi
dan profesionalisme tenaga, pengobatan yang efektif dan efisien. Mudah di
akses artinya lokasi yang mudah dijangkau dan waktu layanan yang sesuai
dengan aktivitas pasien. Terjangkau menunjukkan biaya yang dapat dijangkau
oleh pasien. Berkualitas menunjukkan layanan yang diberikan harus menjamin
antara lain efektivitas, keamanan, kenyamanan, keselamatan, dan kepuasan
pasien.
Pokok Bahasan 3
INDIKATOR DALAM PROGRAM PENGENDALIAN IMS
1) Indikator Pencegahan
Terselenggaranya upaya pencegahan IMS dan ISR pada kelompok berperilaku risiko
tinggi (WPS, waria, LSL, pelanggan dan pasangannya), dan kelompok berperilaku
risiko rendah (remaja, klien KIA/KB dan ibu hamil).
2) Indikator Pelayanan
Tersedianya dan terjangkaunya pelayanan IMS dan ISR (pengobatan) bagi kelompok
berperilaku risiko tinggi (WPS, waria, LSL, pelanggan dan pasangannya), dan
kelompok berperilaku risiko rendah (remaja, klien KIA/KB dan ibu hamil).
3) Indikator Surveilans
Tersedianya data prevalensi IMS melalui layanan yang ada dan data survelens
perilaku dan Biologis masyarakat pada kelompok berperilaku risiko tinggi dan
kelompok berperilaku risiko rendah.
4) Indikator Manajemen
- Tersedianya sumber daya manusia terlatih untuk melaksanakan program dan
pelayanan pengendalian IMS di berbagai tingkat dan dan lintas program/sektor
terkait.
- Tersedianya sarana logistic (obat, reagen, sarana laboratorium) untuk pelayanan
pengendalian IMS.
- Tersedianya sumber dana yang cukup untuk mendukung pelaksanaan program
dan pelayanan.
- Terpadunya manajemen program terkait
III. REFERENSI
2. Rencana Aksi Pengendalian HIV dan AIDS Sektor Kesehatan 2009 2014
Depkes 2009
MATERI DASAR 2
INFORMASI DASAR IMS, HIV DAN AIDS
I. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1.
PENGERTIAN IMS, HIV dan AIDS.
a. IMS
1) Definisi IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang salah satu penularannya melalui
hubungan seksual. Hubungan seksual tidak terbatas pada genito ginital tetapi
juga ano genital.
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency virus. Virus ini jika
menginfeksi manusia menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh karena
penurunan CD4 sehingga tubuh menjadi jauh lebih rentan terhadap infeksi-infeksi
yang pada orang normal tidak sampai menimbulkan gejala.
T
HIV
Ada saatnya di mana kadar antibody tubuh belum bisa terdeteksi, yang disebut
window period (periode jendela). Seiring dengan makin bertambahnya jumlah
virus, jumlah sel CD 4 menjadi berkurang dan penyakit menjadi progresif.
Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan pengidap HIV
(ODHA) amat rentan dan mudah terjangkit macam-macam penyakit sehingga kita
menyebutnya AIDS.
AIDS
MELEMAHKAN TUBUH
d. Perjalanan Penyakit
Perjalanan infeksi HIV ada beberapa tahap :
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3
Stadium 4
Pokok Bahasan 2.
PENGENDALIAN IMS DAN HIV
Penularan HIV/AIDS
Bagaimana cara penularan HIV?
Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang sudah terinfeksi HIV
Melalui pertukaran darah: transfusi, IDUs dan kegiatan medis dengan alat tusuk
dan iris tercemar HIV
Dari Ibu ke janin/bayi-nya selama kehamilan, persalinan atau menyusui
c) Diagnostik
Untuk mengetahui seseorang terinfeksi HIV atau tidak dan harus melalui
prosedur konseling dengan tidak melupakan kerahasiaan dan persetujuan
(Inform consent).
Setiap petugas kesehatan harus bisa meyakinkan pasien tentang tatacara dan
kepatuhan pengobatan IMS, HIV dan AIDS.
III. REFERENSI
MATERI DASAR 3
SEKSUALITAS dan KESEHATAN SEKSUAL
I. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1.
SEKSUALITAS DAN KESEHATAN SEKSUALITAS
a. Pengertian:
Seksualitas adalah pengalaman sensasi seksual dari seluruh tubuh bukan hanya
alat genital.
Seksualitas adalah ekspressi total sebagai manusia yang berhubungan dengan
sensualitas, keintiman, identitas seksual, kesehatan reproduksi, kesehatan seksual
dan seksualisasi. Pengalaman sensasi seksual ini bukan hanya dari genital tetapi
dari seluruh tubuh. Seksualitas dimulai dari kita sebelum lahir , sesudah lahir , waktu
yang sudah lalu dan akan berlangsung sepanjang hidup. Ekspressi seksual
dipengaruhi oleh nilai etika , spiritual,budaya,faktor moral, dan hal yang
berhubungan dengan memberi dan menerima kepuasan seksual termasuk
reproduksi.
Kesehatan seksual adalah keadaaan sehat untuk berekspresi seksual yang bebas
dari IMS, kehamilan yang tidak dikehendaki, perkosaan, dan diskriminasi.
b. Tujuan:
c. Komponen:
Dibawah ini adalah gambaran komponen yang menyangkut seluruh aspek
seksualitas.
Pokok Bahasan 2
PERBEDAAN TERMINOLOGI:
SEKS, GENDER, ORIENTASI SEKSUAL, DAN PERILAKU SEKSUAL
a. Seks adalah karakteristik biologis, anatomis seperti jantan/male ( penis, testis ) dan
betina/female ( vagina, payudara) dan berhubungan dengan fisiologis ( menstruasi
dan spermatogenesis ) dan secara genetic ( XX dan XY ).
b. Gender adalah peran atau fungsi seseorang: maskulin, feminin dan androgin.
Tercipta berdasarkan pendapat dari masyarakat yang dapat berubah sesuai jaman.
Contoh: memasak identik dengan peran seorang perempuan yang feminin. Keadaan
saat ini peran memasak tidak didominasi lagi oleh perempuan sehingga pria yang
menyukai memasak dikatakan peran/ gendernya feminin tanpa meninggalkan jenis
kelaminnya yang pria.
Pokok Bahasan 3:
HUBUNGAN SEKSUALITAS, IMS dan HIV/AIDS
Walaupun istilah IMS menunjukkan bahwa infeksi terutama ditularkan melalui hubungan
seksual, namun cara penularan lain juga berperan dalam penularan IMS, antara lain
adalah dari ibu ke janinnya, atau lewat kontak darah.
Pokok Bahasan 4:
HUBUNGAN PILIHAN SEKSUALITAS DENGAN KESEHATAN SEKSUALITAS
Sehubungan dengan penanganan IMS, HIV dan AIDS serta kesehatan reproduksi ,
klien harus membuat pilihan untuk seksualitas dan praktek seks yang mereka lakukan.
Pilihan seksual dan kesehatan reproduksi seperti kapan menikah, kapan mempunyai
anak, mengapa bekerja sebagai pekerja seks,mengapa melakukan seks yang beresiko,
hal ini dipengaruhi oleh faktor social dan personal termasuk seksualitas dan gender.
Suatu hal yang sering mempengaruhi dalam membuat pilihan seksualitas adalah hal
hal yang berpengaruh dalam hubungan seks dan kepuasan seks masing-masing.
Pengaruh keseimbangan gender juga harus dipikirkan ,sebagai contoh seorang wanita
(baik PS atau tidak) melakukan tindakan pencegahan IMS dan HIV oleh karena
perilakunya sendiri atau perilaku suami / partner hidupnya , mungkin dia tidak
mempunyai kekuatan untuk menekan pasangan seksualnya agar melakukan
pencegahan atau malah takut membicarakannya. Mungkin dia takut identitas
seksualnya akan diketahui, takut dengan kekerasan yang akan timbul,takut kehilangan
pasangannya , takut kehilangan pelanggannya yang berpengaruh pada kelangsungan
ekonomi dan hidupnya.
Sebagai bahan acuan untuk bekerja dalam lingkup kesehatan seksual , penting kita
pahami dan renungkan apa yang kita lakukan , yakni meningkatkan kesehatan seksual.
Defenisi kesehatan seksual adalah : keadaan bahwa seseorang berekspressi secara
seksual yang bebas dari resiko tertular infeksi menular seksual ( IMS), kehamilan yang
tidak direncanakan, paksaan, kekerasan, dan diskriminasi. Artinya adalah seseorang
harus ada persetujuan untuk melakukan hubungan seks, menikmatinya, dan hidup
dengan seks yang aman, didukung oleh pendekatan yang saling menguntungkan untuk
mendapatkan kepuasan dalam hubungan seks.
Menurut WHO , kesehatan seksual didefinisikan sebagai : integrasi dari fisik, emosi,
intelektualitas dan aspek social dari seksual. Setiap orang berhak untuk memperoleh
informasi seksual yang berhubungan dengan hubungan seksual untuk kenikmatan dan
juga untuk rekreasi ( WHO Technical Report Series # 572 ).
Pokok Bahasan 5:
PERAN PETUGAS KESEHATAN
SEHUBUNGAN DENGAN DEFINISI KESEHATAN SEKSUAL
Dengan adanya pemahaman yang baik akan nilai dari seksualitas , petugas kehatan
akan memberikan pelayanan yang lebih baik . Dengan penelusuran yang baik akan
seluk beluk seksualitas , sehubungan dengan permasalahan IMS dan HIV , maka
petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada pasien
berupa :
a. Membantu pasien untuk mengutarakan secara jelas , realistic, dan membuat
keputusan untuk hidup sehat secara seksual.
b. Membantu pasien berkomunikasi dengan pasangan seksualnya untuk bernegosiasi
agar dapat melakukan hubungan seksual yang aman
c. Membantu pasien untuk memahami risiko dari perilaku seksual atau benda lain yang
dipakai saat berhubungan seks.
d. Membantu pasien dalam memahami resiko yang mereka hadapi serta hal-hal yang
berhubungan dengan kebutuhan mereka sehubungan dengan orientasi seksualnya.
Pokok Bahasan 6:
PENTINGNYA PENGGALIAN RIWAYAT SEKSUAL DALAM MENANGANI
PERMASALAHAN IMS DAN HIV-AIDS
Dalam anamnesis riwayat seksual ini perlu kita tanyakan beberapa informasi yang
berhubungan dengan penatalaksanaan IMS seperti : data demografi ( usia, alamat ,
dan pekerjaan, status perkawinan, jenis kelamin pasangan tetap ), orientasi seksual
dan perilaku seksual (aktivitas seksual, teknik seksual ), penggunaan NAPZA
termasuk (intravenous drug user), merokok, alcohol. Jenis pekerjaan pelanggan,
pemakaian kondom , hubungan seks pertama kali, kapan pertama kali bekerja
sebagai PS. Sebelum bekerja di kota ini , dimana saja pernah bekerja sebagai PS,
berapa orang pelanggan perhari, apakah ada permintaan pelanggan yang agak
beda pelayanannya, masalah yang dihadapi dalam penggunaan kondom, riwayat
IMS yang dialami, dan pemeriksaan sebelumnya.
Pokok Bahasan 7:
CARA MENGGALI RIWAYAT SEKSUAL KLIEN
Suatu hal yang harus diperhatikan adalah kenyamanan, buatlah senyaman mungkin
untuk bicara seksualitas , jangan berasumsi bahwa pasien tidak malu untuk bicara
tentang seksual. Yakinkan bahwa pertanyaan yang disampaikan sangat penting dalam
pengobatan, harus disadari bahwa pasien datang ke tempat layanan kesehatan anda
dengan memberikan kepercayaan penuh bahwa anda adalah orang yang tepat untuk
menolong menyelesaikan permasalahan penyakit yang dideritanya. Sehingga apapun
informasi yang anda dapat dalam wawancara , adalah bersifat rahasia , tidak ada orang
yang boleh tahu selain anda sendiri dengan pasien.
Untuk komunitas tertentu seperti waria, gay, pekerja seks baik perempuan dan pria ,
umumnya memakai bahasa tersendiri di kalangan mereka , untuk itu pelajari dan
gunakanlah bahasa yang sering mereka pakai. Jika pasien tidak nyaman dengan
memakai bahasa resmi , anjurkan untuk memakai bahasa gaulnya, dan jangan lupa
untuk menanyakan arti bahasa tersebut jika anda tidak mengerti.
Sebagai ringkasan langkah- langkah dalam menggali riwayat seksual pasien, adalah:
a. Jelaskan alasan mengapa menanyakan riwayat seksualnya
b. Ciptakan situasi yang privasi, kerahasiaan terjamin dan tmenumbuhkan
kepercayaan pasien
c. Pakailah bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien
Pokok Bahasan 8:
CARA MENGAJUKAN PERTANYAAN-PERTANYAAN DALAM PENGGALIAN
RIWAYAT SEKSUAL
Setelah semua pertanyaan yang diperlukan diajukan oleh petugas dan semua informasi
dicatat rapi maka selanjutnya adalah pemeriksaan fisik.
Suatu hal yang sering kita abaikan adalah kesadaran bahwa orang yang datang ke
tempat layanan kesehatan untuk berobat adalah manusia , kadang- kadang kita kurang
memperhatikan hak-hak pasien untuk mengetahui hasil pemeriksaan dan pemeriksaan
apa saja yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis .
Menghormati pasien adalah salah satu bagian implementasi dari hak azasi manusia,
oleh karena itu sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik, sebaiknya memberikan
informasi mengenai pemeriksaan tsb dan memohon ijin untuk melakukannya.
VI. REFERENSI
MATERI INTI 1
LAYANAN KOMPREHENSIF IMS DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
I. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1.
LAYANAN KOMPREHENSIF IMS DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
Layanan IMS yang disediakan harus berfungsi sebagai preventif, kuratif, dan
promotif.
Pada kelompok berperilaku risiko tinggi terutama pada pekerja seks wanita dan waria
sebaiknya dilakukan penapisan IMS secara rutin karena mereka merupakan sumber
penularan jika tidak menggunakan kondom pada hubungan seksual berisiko.
Dari hasil kegiatan layanan tersebut dapat memberikan data rutin IMS, prevalensi
IMS pada kelompok berperilaku risiko tinggi dan kelompok berperilaku risiko rendah
yang dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan dan pengembangan
program
- Tujuan khusus
Menurunkan angka prevalensi IMS, khususnya gonore dan klamidia dibawah 10%
dan sifilis dibawah 1 %.
Petugas yang akan melaksanakan layanan IMS adalah petugas yang sudah
terlatih sehingga dapat memberikan layanan yang benar dan tepat. Adapun
petugas yang minimal dibutuhkan berdasarkan fungsinya adalah:
a) Dokter, yang bertanggunjawab untuk diagnosis dan pengobatan
b) Bidan atau perawat, bertanggungjawab untuk pemeriksaan fisik dan
pengambilan sampel
c) Petugas laboratorium, bertanggungjawab untuk melakukan pemeriksaan IMS
dan hasilnya berdasarkan sampel yang diambil
d) Petugas Administrasi, bertanggung jawab untuk anamnesis informasi umum,
memasukkan data ke database sehingga menghasilkan data rekapitulasi
bulanan IMS
Masing-masing petugas penanggung jawab harus dilengkapi dengan uraian
tugas yang jelas dan sudah mendapat pelatihan penatalaksanaan IMS.
Fungsi dokter dan perawat/bidan bisa saling menggantikan sehingga semua dapat
melakukan pemeriksaan fisik, pengambilan sampel, melakukan diagnosis, dan
memberikan pengobatan sesuai petunjuk dokter, konseling cara minum obat dan
cara memakai kondom agar tidak tertular dan menularkan IMS.
Peralatan yang harus disiapkan untuk layanan IMS disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing ruang layanan. Pada topik bahasan ini hanya dibahas
kebutuhan alat medis dan non medis yang minimal harus ada sbb:
a) Medis
(1) Ruang pemeriksaan
- Meja ginekologi
- Lampu pemeriksaan
- Spekulum (wanita), anuskopi (waria, LSL)
- Meja instrumen
(2) Ruang laboratorium
- Mikroskop
- Lemari es
- Centrifuge
- Rotator
- Mikropipet
b) Non medis
(1) Mebeler
(2) Tempat sampah
(3) Alat peraga (dildo, kondom)
(4) Media KIE
(3) Kondom
(4) Plastik tempat sampah
b) Pemeriksaan ISR
(1) Kandida
(2) Bakterial vaginosis
Obat minimal yang harus ada untuk memberikan layanan IMS yang efektif dan
benar adalah
a) IMS
(1) Benzatin penicillin 2,4 Juta IU
(2) Cefiksim 400 mg dan Azitromisin 1 gr
(3) Metronidazol
(4) Asiklovir
b) ISR
(1) Nistatin/Flukonazol
(2) Metronidasol
Pokok Bahasan 2.
STRATEGI LAYANAN KOMPREHENSIF
Intervensi yang tepat untuk strategi pengendalian IMS dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Error! Objects cannot be created from editing field codes.
Menurunkan kemungkinan terkena infeksi, jika terpajan dengan cara
Menurunkan efisiensi penularan perpajanan dengan penapisan
rutin
C Menurunkan pajanan dari orang yang terpajan dengan cara
Pemakaian kondom
Intervensi perubahan perilaku
D Menurunkan durasi infektifitas (memotong rantai penularan dan
mencegah
komplikasi) dengan cara
Deteksi dini (pencarian kasus)
Pengobatan yang efektif dan benar
Operasional Model layanan kesehatan untuk tatalaksana IMS dapat digambarkan pada
gambar dibawah :
BCI
Intervesi IMS & Komunikasi:
- Pengenalan gejala
Strategi Pencegahan: - Perilaku mencari pengobatan
IMS
Layanan yg terjangkau,dite
rima dan efektif
Populasi dengan IMS
Infeksi tanpa gejala
Gejala abnormal yg dikenali Pengobatan psg
Skrining
Mencari perawatan Presumptive/mass
M treatment
& Dignosis yg tepat
Penatalaksanaan klinis IMS
E Protap/panduan
Pengobatan yg benar
Pelatihan/supervisi
Suplai yg adekuat
Pengobatan yg lengkap (obat & lab)
Single dose therapy
Terobati/Sembuh Adherence counseling
Pasangan yg diobati
Untuk layanan IMS yang tepat dan dapat dimanfaatkan oleh orang yang membutuhkan
sebaiknya melaksanakan 6 strategi yang dapat diuraikan dibawah:
a. Persiapan di sini adalah segala sesuatu yang harus disiapkan untuk memulai
layanan IMS mulai dari persiapan untuk menyiapkan lokasi layanan, ruang tempat
layanan, sumber daya manusia yang akan melaksanakan layanan, alat dan bahan
yang dibutuhkan agar layanan IMS dapat dilaksanakan, yang semuanya sudah
dijelaskan secara detail pada pokok bahasan sebelumnya.
c. Sosialisasi dan promosi perlu dilakukan pada stakeholder terkait seperti mucikari,
pemilik bar/karaoke, populasi risiko tinggi (pekerja seks wanita, waria, laki-laki),
masyarakat umum, dan layanan kesehatan lain tentang informasi layanan yang
dapat dilakukan di klinik sehubungan dengan IMS, termasuk jam layanan, jenis
pemeriksaan IMS yang terjamin kerahasiaan dan kenyamanannya, biaya, cara
pemeriksaan sehingga juga merupakan ajang promosi agar diketahui dengan benar
oleh stakeholder dan calon pengguna layanan IMS.
d. Pelayanan IMS yang diberikan harus jelas jam bukanya, jenis layanan IMS yang
dapat diberikan dan selesai dalam satu hari sehingga pasien cepat tertangani tidak
menularkan ke orang lain dan juga tidak harus pulang pergi untuk mendapatkan
hasil, layanan yang berorientasi pada kepentingan pasien, kerahasiaan terjamin, ada
alur layanan pasien yang jelas, dan menerangkan pada pasien untuk setiap tindakan
yang akan dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti pasien.
Pelayanan IMS yang diberikan dapat berupa layanan rutin dengan penapisan berkala
dan pengobatan presumtif berkala (PPB).
- Skrining/penapisan IMS merupakan proses pelaksanaan pemeriksaan atau tes
laboratorium, untuk mendeteksi penyakit, pada orang yang bergejala ataupun
tidak mengeluhkan gejala penyakit IMS (khususnya populasi berisiko tinggi ).
Penapisan secara rutin yang disertai dengan pengobatan yang efektif akan
memutuskan rantai penularan IMS mengingat sebagian IMS tidak bergejala, dan
dapat ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan IMS.
Jarak waktu untuk penapisan rutin bervariasi bergantung pada beberapa faktor
yaitu, interval/waktu terinfeksi kembali, kesediaan pasien untuk sering
mendapatkan tes, dan kemampuan puskesmas/klinik layanan untuk melakukan
penapisan.
Pokok Bahasan 3.
KERJASAMA DENGAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT
a. Melakukan Pemetaan
Pemetaan adalah proses penggambaran karakter fisik dan sosial suatu lokasi
menggunakan metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa peta fisik maupun
peta sosial berbentuk gambar (peta) dan narasi. Lokasi dalam konteks ini bisa
merupakan lokasi mejeng/kerja, lokasi tinggal, lokasi mejeng dan tinggal sekaligus,
baik permanen, semi permanen maupun tidak permanen dari populasi kunci yang
akan disasar.
Beberapa hal yang termasuk penting divisualkan dalam peta fisik adalah:
Letak geografis, persebaran, jumlah dan nama-nama lokasi.
Bentuk atau tata ruang bangunan (rumah, wisma, barak, tempat mejeng, tempat
kost, pinggir jalan, taman, rumah bordil dll).
Sarana dan prasarana yang ada dan berguna bagi pelaksanaan program nantinya
(sarana pertemuan, kesehatan, outlet kondom, warung dll).
Cara mengakses lokasi ini
Beberapa hal kunci yang perlu digambarkan dalam petas sosial adalah:
Karakter sosial-demografi kelompok dampingan.
Estimasi jumlah (tinggi, rendah dan rata-rata).
Jumlah, nama dan peran para pemangku kepentingan yang ada.
Kebiasaan yang dilakukan pada waktu senggang
Perilaku seks dan perilaku pencarian kesehatan
Gambaran pengetahuan kelompok dampingan terkait IMS, HIV dan AIDS
Hubungan dan jaringan sosial yang ada diantara orang-orang dalam lokasi
Tujuan
Mengidentifikasi dan memilih lokasi yang akan menjadi lokasi pelaksanaan PPB.
Mengidentifikasi pemangku kepentingan yang berpengaruh di lokasi intervensi.
Mengidentifikasi sumber-sumber perolehan kondom dan pelicin dan cara-cara
distribusi/pemasaran yang efektif di sekitar lokasi.
Mengidentifikasi layanan IMS yang telah tersedia atau sebaiknya digunakan.
Pelaksana
Pelaksana pemetaan adalah pelaksana program IPP dan PPB (LSM, Puskesmas,
Dinkes dll). Secara khusus biasanya dilakukan oleh LSM pelaksana intervensi
perubahan perilaku khususnya Koordinator Lapangan (KL) dan Petugas Lapangan
(PL).
Sarana
Form daftar tilik (check list) pemetaan fisik
Form wawancara pemetaan sosial
Peta
Pokok Bahasan 4
PENERAPAN LAYANAN KOMPREHENSIF IMS
DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
a. Alur Layanan
Pencatatanidentitasdengan
Ruang jaminankonfidensialitas
Pendaftarandan PemberiannomorRegister PetugasAdministrasi
RuangTunggu Penyiapanformulir
pemeriksaan
MelengkapiFormulir Anamnesisdan
Pemeriksaan pemeriksaanfisik
RuangKonsultasi Pemeriksaanfisikoleh
danPemeriksaan olehdokter
dokter Sediaanlabdantes
Pengambilanspesimen Whiffoleh
perawata/bidan
Pengirimanspecimenke
Perawat/Bidan
petugaslab
Pengambilandarah
Pemeriksaanlabbasah
Laboratorium PengecatanGram/ Perawat/Bidan
MethylenBlue,RPR&TPHA
Hasildiserahkankedokter
RuangTunggu
PenyampaianHasil
RuangKonsultasi pemeriksaanLab Dokter danperawat/
danPemeriksaan KIE Bidan
KonselingdanEdukasi
tentangHIVdantesdengan
4C(counseling,consent,
RuangKonseling confidential&condom) Konselor
PemberianbrosurKIE
Perjanjiankunjunganyang
akandatang
b. Sistim Rujukan
Kegiatan layanan IMS dapat berjalan dengan baik jika ada kerjasama dari LSM yang
bekerja di populasi kunci, Puskesmas/klinik yang memberikan layanan IMS, dan RS
yang menerima kasus yang tidak dapat ditangani di Puskesmas/klinik sehingga
dibutuhkan sistem rujukan yang jelas dari ketiga komponen yang sudah disebutkan
tersebut. Untuk lebih jelas gambarannya adalah sebagai berikut:
VI. REFERENSI
MATERI INTI 2
PERAN PETUGAS DALAM LAYANAN IMS
MENGGUNAKAN LABORATORIUM SEDERHANA
I. POKOK BAHASAN
Pada sesi materi ini, peserta akan mempelajari 3 (tiga) pokok bahasan. Berikut ini
merupakan pedoman bagi fasilitator dan peserta dalam melaksanakan pembelajaran.
Langkah 1
Kegiatan fasilitator:
Agar substansi ini dapat dipahami sepenuhnya oleh peserta ciptakan suasana belajar
yang rileks dan menyenangkan serta suasana yang dapat memotivasi peserta untuk
mengikuti sesi ini. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada sesi ini
dan menggali pengetahuan peserta tentang peran setiap petugas dalam layanan IMS
menggunakan laboratorium sederhana.
Langkah 2
Pokok bahasan 1
Untuk pokok bahasan definisi dan tujuan Laboratorium Sederhana fasilitator melakukan
metode brain storming dan menuliskan apa yang telah diketahui peserta. Selanjutnya
fasilitator menjelaskan bagaimana membangun laboratorium sederhana dan
pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan di laboratorium sederhana.
Langkah 3
Pokok bahasan 2
Fasilitator menggali pendapat peserta tentang penatalaksanaan IMS dengan
Laboratorium Sederhana yaitu meliputi pendekatan etiologi/penyebab, klinis dan
sindrom. Beri kesempatan peserta untuk tanya jawab.
Langkah 4
Pokok bahasan 3
Langkah 5
Pokok bahasan 4
Fasilitator menggali pendapat peserta tentang kerjasama tim dalam pemeriksaan
laboratorium sederhana selanjutnya fasilitator menjelaskan tentang bagaimana
kerjasama tim dalam laboratorium sederhana.
Langkah 6
Penugasan Simulasi Kerjasama Tim
Langkah 7
Penutup
Kemudian fasilitator menutup sesi dengan memberikan ulasan tentang hal-hal yang
perlu mendapat perhatian khusus dalam melakukan pemeriksaan di laboratorium
sederhana ini.
Pokok Bahasan 1.
LABORATORIUM SEDERHANA
a. Definisi
Sebuah laboratorium sederhana dalam klinik Infeksi Menular Seksual (IMS) menurut
Guidelines for STD prevention dari CDC, adalah laboratorium yang minimal mampu
melaksanakan beberapa pemeriksaan seperti:
1) Pewarnaan Gram
Untuk mendeteksi intraseluler Diplokokus Negatif Gram (DNG) dan ada tidaknya
lekosit polimorfonuklear (PMN) untuk mengetahui penyebab servisitis atau
uretritis.
2) Sediaan basah dengan saline (NaCl 0.9%)
Digunakan untuk pemeriksaan Trichomonas vaginalis dan Clue cells yang
merupakan bagian dari deteksi bakterial vaginosis
3) Sediaan basah dengan KOH 10%
untuk identifikasi yeast dan Whiff tes.
4) Tes serologi sifilis (TSS)
untuk mendeteksi antibodi, baik dengan antigen non Treponemal seperti
RPR/VDRL maupun dengan antigen Treponemal seperti TPHA atau
pemeriksaan langsung dengan darkfield mikroskop
b. Tujuan
Laboratorium sederhana dalam sebuah klinik Infeksi Menular Seksual (IMS)
disiapkan untuk melakukan pemeriksaan yang cepat, tepat dan murah untuk
membantu menegakan diagnosis IMS.
b) Bahan Pemeriksaan
Sekret vagina atau bahan lainnya yang sesuai diambil dengan kapas
sengkelit. Jika kemudian kapas sengkelit tersebut dimasukan kedalam 1 mL
saline dalam sebuah tabung kecil, maka saline tersebut dapat digunakan
untuk sediaan basah saline dan KOH. Untuk pemeriksaan pH vagina, oleskan
kertas pH pada dinding vagina atau duh tubuh vagina pada spekulum. Hindari
kontak dengan mukus di serviks karena memiliki pH tinggi.
c) Cara kerja
(1) Lidi kapas dicelupkan kedalam 1 mL garam fisiologis kemudian campur
bahan pemeriksaan dengan cara memutar kapas lidi pada dasar tabung
kecil yang berisi saline untuk membuat suspensi yang pekat
(2) Teteskan bahan pemeriksaan tersebut pada kaca objek dan tutup dengan
kaca penutup secara hati-hati agar tidak menimbulkan gelembung udara
(3) Periksa sediaan sesegera mungkin untuk mengetahui adanya yeast,
Trichomonas, atau clue cels. Periksa dengan mikroskop menggunakan
pembesaran rendah dengan cahaya lemah, Trichomonas lebih sering
ditemukan dengan pembesaran rendah. Gunakan pembesaran tinggi
untuk memeriksa adanya yeast, pseudohyphae, clue cells atau
Trichomonas
(4) Preparat KOH dibuat dengan meletakan bahan pemeriksaan pada sebuah
kaca objek, teteskan KOH 10% dan campurkan dengan menggunakan
lidi, tutup dengan kaca penutup (hindari gelembung udara). Identifikasi
adanya bau amis
(5) Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran tinggi
Atau
(1) Satu tetes saline (KOH 10% untuk pemeriksaan Kandida) diteteskan pada
gelas objek
(2) Spesimen pada ujung lidi kapas dicampurkan pada tetesan tersebut
(3) Tutup dengan kaca penutup
(4) Lewatkan pada hawa api untuk meningkatkan pergerakan T. vaginalis
(5) Periksa dibawah mikroskop
d) Interpretasi hasil
(1) Trichomonas hanya terlihat pada sediaan basah saline (hancur dengan
KOH). Berbentuk amoboid (umumnya oval), lebih besar dari lekosit PMN
dan dalam sediaan segar dapat dikenali dari gerakannya yang
menghentak-hentak. Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya
Trichomonas walaupun hanya satu.
(2) Beberapa Clue cells dan sedikit atau tidak adanya PMN adalah indikasi
bakterial vaginosis. Clue cells adalah sel epitel vagina yang ditutupi oleh
berbagai bakteri vagina sehingga memberikan gambaran granular dengan
batas sel yang kabur karena melekatnya bakteri batang atau kokus yang
kecil. Clue cells hanya terlihat pada sediaan basah saline.
(3) Yeast mungkin tertutupi oleh epitel pada preparat saline oleh karena itu
penambahan KOH 10% sangat membantu dalam menemukan pseudo
hyphae dan yeast pada preparat basah
e) Faktor kesalahan
Kesalahan tehnik yang dapat menurunkan sensitivitas pemeriksaan sediaan
basah diantaranya adalah:
(1) Bahan pemeriksaan dari endoserviks
(2) Menggunakan saline yang dingin
(3) Menunda pembacaan sediaan
(4) Kontaminasi sediaan saline oleh KOH
(5) Terlalu banyak salide pada kaca objek
(6) Sediaan terlalu tebal
(7) Lapangan pandang terlalu terang akibat penggunaan kondensor yang
tidak sesuai
(8) Hanya memeriksa sebagian kecil sediaan
a) Bahan Pemeriksaan
(1) Hapusan Uretral
Pasien sebaiknya tidak buang air kecil dalam 2 jam sebelum pengambilan
bahan pemeriksaan
(2) Hapusan Servikal
Bersihkan serviks sebelum pengambilan bahan pemeriksaan untuk
mengurangi jumlah bakteri vagina dan sel pada sediaan
(3) Hapusan Rektal
Gunakan anuskopi untuk pengambilan bahan pemeriksaan
b) Bahan
(1) Larutan metilen biru 1% atau
(2) Buat larutan metilen biru menurut Loeffler. Metilen biru 0.3gr; alkohol 95%
30 mL; larutan KOH 10% 0.1 ml; aquadest 100 mL. Metilen biru digerus
dalam mortir dengan alkohol, pindahkan kedalam sebuah botol,
tambahlah larutan KOH kedalam isi botol itu, kemudian pakailah isi botol
untuk berkali-kali mencuci mortir, yang dimasukan kembali kedalam botol,
biarkan 24 jam dan lalu saringlah
c) Cara Kerja
(1) Rekatkan sediaan yang sudah kering pada udara dengan hawa api.
(2) Pulaslah dengan metilen biru selam - 3 menit.
(3) Cuci dengan aquadest, keringkan dan periksa dengan objektif 100x dan
minyak imersi.
d) Faktor Kesalahan
(1) Menggosok bukan memutar kapas lidi yang berisi bahan pemeriksaan
pada kaca objek akan merusak morfologi sel
(2) Preparat yang tidak difiksasi sehingga dapat menyebabkan sediaan lepas
dari kaca objek ketika pencucian
(3) Fiksasi yang terlalu panas akan menyebakan timbulnya artifacts
c) Whiff Tes
- Pada saat penambahan KOH 10% cium ada atau tidaknya bau yang
keluar dari sediaan
- Bau amis yang sangat kuat karena adanya pelepasan amine dari bakteri
yang tumbuh diatas ambang normal
- Tuliskan hasil berupa Whiff / Amine tes positip atau negatip
d) Pemeriksaan gonokokkus
- Oleskan duh tubuh pada kaca obyek dengan gerakan memutar
- Rekatkan sediaan yang sudah kering pada hawa udara dengan api
- Pulaslah dengan metilen biru selama - 3 menit
- Cuci dengan air, keringkan dan periksa dengan pembesaran obyektif 100x
Pokok Bahasan 2.
PENATALAKSANAAN IMS DENGAN LABORATORIUM SEDERHANA
Secara umum ada 3 cara yang dapat digunakan dalam menegakkan diagnosis IMS
yang biasa dilakukan petugas kesehatan dengan masing-masing keuntungan dan
kerugiannya.
a. Pendekatan Etiologi/Penyebab
Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan kuman penyebab penyakit.
Keuntungan dari cara ini ialah:
- Diagnosa dapat dilakukan dengan tepat karena berdasarkan penyebab penyakit
- Pengobatan tepat karena didasarkan atas diagnosa yang tepat
- Dapat mendiagnosa IMS asimtomatik
- Mencegah terjadinya pengobatan yang berlebihan (over treatment)
- Mencegah komplikasi dan resistensi karena diagnosa yang kurang tepat dan
kegagalan pengobatan
Cara ini adalah yang paling baik dalam melakukan penentuan diagnosis IMS tetapi
bukanlah yang paling ideal karena kekurangannya adalah:
- Membutuhkan fasilitas laboratorium
- Petugas harus cukup trampil
- Membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga pengobatan dapat terlambat
- Biaya yang relatif mahal
b. Pendekatan Klinis
Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan gejala dan keluhan yang spesifik
untuk menentukan IMS.
Keuntungan cara ini adalah:
- Diagnosa dapat dilakukan dengan cepat
- Biaya yang lebih murah
Kekurangannya adalah:
- Memerlukan pengalaman untuk melakukannya
- Tidak dapat membedakan penyebab infeksi campuran
- Komplikasi karena kegagalan pengobatan
c. Pendekatan sindrom
Pendekatan sindrom dilakukan dengan:
- Mengelompokkan kuman penyebab utama melalui sindrom klinis yang
ditimbulkannya
- Menggunakan bagan alur akan membantu petugas kesehatan menentukan
penyebab setiap sindrom.
- Mengobati penderita untuk semua penyebab utama yang berdampak timbulnya
sindrom
- Menjamin pasangan dari penderita harus diobati, dianjurkan untuk patuh
berobat, dianjurkan memakai kondom untuk menurunkan resiko penularan
Pokok Bahasan 3.
PROGRAM PEMANTAPAN MUTU
Lima faktor yang mempengaruhi mutu hasil pemeriksaan yang harus diperhatikan
adalah:
- Peralatan yang baik dan tervalidasi
- Metode pemeriksaan yang memenuhi kriteria diagnosa dini
- Reagensia atau bahan kimia untuk menganalisa yang bermutu
- Petugas Laboratorium yang profesional dan bertanggung jawab
- Manajemen laboratorium yang berorientasi pada mutu hasil pemeriksaan
Pemilihan peralatan, metode pemeriksaan dan reagensia harus didasarkan suatu uji
evaluasi yang telah dilakukan.
b) Tahap analitik
Program pengendalian dan pemantapan mutu meliputi semua upaya yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan yang bekerja sama dengan Lembaga
independen untuk menjamin agar mutu hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh
Laboratorium sederhana klinik IMS dapat dipertanggungjawabkan.
b. Eksternal
Mutu yang terjamin adalah suatu keyakinan yang diberikan oleh penyedia jasa
layanan kepada pelanggannya. Agar kegiatan yang dilaksanakan memenuhi kriteria
standar mutu termasuk layanan laboratorium diperlukan upaya pemantapan mutu
yang berbasis bukti yang dapat terukur.
swasta atau internasional dan diikuti oleh semua laboratorium, baik milik pemerintah
maupun swasta dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta
perizinan laboratorium kesehatan swasta.
PME harus dilaksanakan sebagaimana kegiatan pemeriksaan yang biasa dilakukan
oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan dengan reagen/peralatan/metode
yang biasa digunakan sehingga benar-benar dapat mencerminkan penampilan
laboratorium tersebut yang sebenarnya. Setiap nilai yang diperoleh dari
penyelenggara harus dicatat dan dievaluasi untuk mempertahankan mutu
pemeriksaan atau perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk peningkatan mutu
pemeriksaan.
Kegiatan PME ini dapat dikoordinir oleh Dinas Kesehatan setempat untuk
selanjutnya bekerjasama dengan Balai Laboratorium Kesehatan Daerah/Provinsi
untuk penyelenggaraan PME untuk pemeriksaan sifilis dan HIV.
Pokok Bahasan 4.
PERAN PETUGAS DALAM LAYANAN IMS MENGGUNAKAN LABORATORIUM
SEDERHANA
Rekam medis selalu menyertai pasien atau sampel di setiap ruangan sebagimana alur
tersebut di atas.
IV. REFERENSI
MATERI INTI 3
PENGENALAN PENATALAKSANAAN IMS
I. POKOK BAHASAN
Pada sesi materi ini, peserta akan mempelajari 3 (tiga) pokok bahasan. Berikut ini
merupakan pedoman bagi fasilitator dan peserta dalam melaksanakan
pembelajaran.
Langkah 1
Agar substansi ini dapat dipahami sepenuhnya oleh peserta ciptakan suasana
belajar yang rileks dan menyenangkan serta suasana yang dapat memotivasi
peserta untuk mengikuti sesi ini. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada sesi ini dan menggali pengetahuan peserta tentang Penatalaksanaan
IMS dengan Pendekatan sindrom dan Laboratorium Sederhana.
Langkah 2
Pokok Bahasan 1.
Langkah 3
Pokok Bahasan 2
Langkah 4
Pokok Bahasan 3
Langkah 4
Penutup
Pokok Bahasan 1.
PENDEKATAN DALAM PENATALAKSANAAN IMS
WHO telah mengembangkan suatu bagan alur untuk penatalaksanaan kasus IMS
dengan pendekatan sindrom yang efektifitasnya 75%. Syndrom menurut terminologi
berarti kumpulan gejala dan tanda. Pengetahuan adanya sindrom yang berkaitan
dengan IMS dari seorang dengan kecurigaan IMS diperoleh dari hasil anamnesis
serta hasil pemeriksaan baik fisik maupun laboratorium. Dari kumpulan gejala yang
Tabel di bawah ini, akan menjelaskan kepada kita, keluhan, gejala/tanda dari suatu
sindrom IMS dan penyebabnya.
Pokok Bahasan 2:
BAGAN ALUR DALAM PENDEKATAN SINDROM
Pada setiap bagan alur yang tersedia, selalu terdiri dari 3 langkah, yaitu:
1) Masalah klinis (selalu gunakan bagan alur yang sesuai dengan keluhan yang
dikemukakan penderita)
2) Keputusan yang perlu diambil.
3) Tindakan yang perlu dikerjakan.
Pokok Bahasan 3:
SEMBILAN LANGKAH PENATALAKSANAAN IMS
Contoh :
tidak
Ada perbaikan?
Rujuk
ya
VI. REFERENSI
MATERI INTI 4
ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK, PENGAMBILAN SAMPEL,
DIAGNOSIS, DAN PENGOBATAN
I. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1.
ANAMNESIS
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kita perlu memiliki keterampilan melakukan
komunikasi verbal; yaitu cara mengajukan pertanyaan pada pasien dan komunikasi
non verbal, yaitu keterampilan bahasa tubuh untuk menghadapi pasien. Tujuan
utama memiliki keterampilan tersebut adalah untuk membantu penderita merasa
dilayani dengan baik sehingga dapat tercipta suasana yang nyaman dan
menumbuhkan kepercayaan sehingga semua keterangan yang dibutuhkan untuk
penegakan diagnosis yang benar dapat diperoleh.
Dalam melaksanakan komunikasi verbal, pelajarilah kapan saat yang tepat untuk
mengajukan pertanyaan terbuka yang memungkinkan pasien memberikan jawaban
yang lebih panjang; dan kapan mengajukan pertanyaan tertutup.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum dan saat melakukan anamnesis
adalah :
- Lakukan anamnesis di tempat tenang dan jauh dari gangguan.
- Ciptakan suasana pribadi dengan mengutamakan kerahasiaan.
- Lakukan anamnesis dengan sopan
- Tunjukkan ketertarikan dan perhatian atas hal-hal yang dikatakan pasien.
- Jangan memutus pembicaraan.
- Sedapat mungkin gunakan keterampilan baik verbal maupun non verbal. Untuk
komunikasi verbal mulailah rangkaian anamnesis dengan pertanyaan terbuka;
dan akhiri dengan pertanyaan tertutup.
Berikut adalah informasi yang harus anda peroleh melalui anamnesis berkaitan
dengan IMS :
- Informasi umum, seperti : nama, umur, alamat, pekerjaan, status, jumlah anak,
pendidikan
- Keluhan utama
- Keluhan tambahan
- Riwayat perjalanan penyakit
- Riwayat seksual
- Kontak seksual tersangka dengan laki-laki/perempuan penjaja seks, teman,
pacar, suami/istri.
- Jenis kelamin pasangan seksual,
- Cara hubungan seksual dilakukan (genito genital, oro genital, ano genital,
oral ano - genital),
- Konsistensi Penggunaan kondom,
- Riwayat pengobatan
Untuk menggali adanya faktor risiko perlu ditanyakan pula hal-hal sebagai berikut:
Berdasarkan penelitian faktor risiko oleh WHO, pasien dianggap berperilaku berisiko
tinggi bila terdapat jawaban ya untuk satu atau lebih pertanyaan di atas.
Pokok Bahasan 2:
PEMERIKSAAN FISIK dan PENGAMBILAN SAMPEL
Pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel harus dilakukan di ruang periksa yang
terjaga kenyamanan dan kerahasiaannya.
Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, pada saat pemeriksaan fisik dilakukan dapat
sekaligus dilakukan pengambilan sampel untuk bahan pemeriksaan laboratorium.
13. Keluarkan spekulum dan teteskah KOH ke cairan yang ada di bagian ujung
spekulum
14. Segera identifikasi apakah ada bau amis yang keluar
15. Masukan speculum bekas ke dalam ember yang berisi larutan chlorin 0,5%
16. Lakukan vaginal toucher, rasakan adanya kelainan atau gangguan, catat apakah
ada nyeri goyang serviks.
17. Catatan: perlakuan sebelum dan sesudah pemeriksaan, seperti cuci tangan dll.
18. Minta pasien untuk memakai pakaiannya kembali
19. Minta pasien untuk menunggu hasil
20. Catat semua hasil pemeriksaan dan asal spesimen (lingkari vagina) pada CM,
21. Bawa ke ruang laboratorium bersama slide dan pastikan semua sudah ada kode
yang sama dengan kode CM pasien
Catatan: tidak dilakukan pengambilan sampel vagina jika pasien sedang menstruasi
9. Jika laki-laki yang melakukan teknis seksual anogenital tipe receptif akan
dilakakukan pengambilan sampel pada anus dengan anuskopi
10. Lakukan inspeksi daerah anus, catat bila ada duh, luka, tumbuhan/vegetasi
anus, dan kelainan lain
11. Ambil sediaan sampel anus dengan sebelumnya pasien sudah buang air
besar untuk pemeriksaan sediaan kering Metilen Blue atau Gram
a. Pasien diminta tidur dengan posisi simp atau miring ke kiri
b. Pakai sarung tangan ambil anuskopi dengan posisi trochard di dalamnya
dan olesi dengan lubrikan mulai dari pangkal sampai ujung
c. Sekitar anus pasien juga diolesi dengan lubrikan
d. Tangan kanan pasien diminta untuk membantu menarik pantat ke atas
dan tangan kiri petugas kesehatan membantu menarik pantat ke bawah
sehingga anus terlihat dengan jelas dan memudahkan untuk masuknya
anuskopi
e. Masukkan anuskopi yang terkunci perlahan-lahan ke arah pusar pasien
sampai pangkal
f. Keluarkan trochardnya dan masukkan dalam ember yang sudah di-isi
larutan klrorin 0,5%
g. Lihat dinding anus dengan senter, catat bila ada keputihan, darah,
benjolan, atau kelainan lain di catatan medis
h. Ambil lidi kapas kedua dan masukan ke dalam anus
i. Ambil sample anus dengan cara putar kapas lidi sebanyak 3 5 putaran
j. Kemudian tarik kapas lidi perlahan-lahan
k. Slide diletakkan di meja jika tidak ada asisten, jika ada asisten pembuatan
preparat dapat dilakukan oleh asisten.
l. Dari lidi kapas kedua ini buatlah apusan sekali jadi dari kiri ke kanan
jangan terlalu tebal atau tipis, dan tuliskan a = anus pada label slide
m. Buang lidi kapas yang sudah digunakan ke dalam tempat sampah
infeksius
n. Keluarkan anuskopi pelahan-lahan sambil melihat jika ada kelainan pada
dinding anus dan catat pada catatan medis
o. Masukkan anuskopi bekas pakai dalam ember yang sudah di-isi larutan
klrorin 0,5%
12. Lakukan rectal toucher, rasakan adanya kelainan atau pembesaran prostat,
konsistensi dan catat di catatan medis jika ditemukan adanya kelainan.
13. Catatan: perlakuan sebelum dan sesudah pemeriksaan, seperti cuci tangan dll.
14. Minta pasien untuk memakai celana/pakaiannya kembali
15. Minta pasien untuk menunggu hasil
16. Catat semua hasil pemeriksaan dan asal spesimen (lingkari uretra/anus) pada
CM,
17. Bawa ke ruang laboratorium bersama slide dan pastikan semua sudah ada kode
yang sama dengan kode CM pasien
Bagian dari kewaspadaan universal untuk layanan IMS, petugas harus melakukan
sterilisasi spekulum dan anuskopi dengan klorin, dan berikut cara membuat larutan
klorin 0,5 %, larutan ini dibuat baru setiap harinya untuk di ruang pemeriksaan :
Pokok Bahasan 3.
PERAN DAN FUNGSI MASING-MASING TENAGA DALAM PROSES PENEGAKKAN
DIAGNOSIS DAN PENETAPAN PENGOBATAN DI LAYANAN IMS
Untuk menjalankan layanan klinik IMS minimal dibutuhkan 4 tenaga yang terdiri dari :
a. Dokter yang berperan sebagai klinisi dapat berfungsi dalam melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pengambilan sampel, menegakkan diagnosis, memberikan
konseling dan pengobatan.
b. Perawat/bidan berfungsi dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pengambilan sampel. Dapat menentukan diagnosis, merujuk kepada dokter untuk
memberikan pengobatan sesuai petunjuk dokter dan melakukan konseling.
c. Petugas laboratorium sebagai tenaga pemeriksa laboratorium berfungsi dalam
memeriksa IMS dari sampel darah, vagina, penis, dan anus.
d. Admin sebagai tenaga administrasi berfungsi melakukan anamnesis umum,
melakukan penyimpanan dan kompilasi data.
Dalam situasi dan kondisi tertentu, dapat dilakukan pendelegasian peran dan fungsi
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pokok Bahasan 4.
DIAGNOSIS IMS DENGAN PENDEKATAN SINDROM & LABORATORIUM
SEDERHANA
Ada 8 (delapan) bagan alur diagnosis IMS dengan pendekatan sindrom yaitu:
a. Duh tubuh urethra
b. Duh tubuh vagina
c. Ulkus genitalia
d. Penyakit radang panggul
e. Pembengkakan skrotum
f. Bubo inguinal
g. Konjungtivitis neonatorum
h. Vegetasi genital
Bagan alur 2: Duh Tubuh Uretra pada Pria dengan Pemeriksaan Mikroskop
Pengobatan selesai
Bagan alur 3: Duh Tubuh Uretra pada Pria dengan Pemeriksaan Mikroskop dan
Laboratorium Khusus
ya ya
Risiko (+) bila mempunyai satu atau lebih faktor risiko di bawah
ini.
1. Mitra seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
2. Berhubungan seksual dengan wanita penjaja seks dalam 1 bulan
terakhir
3. Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir.
4. Perilaku isteri/ mitra seksual berisiko tinggi.
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan di bawah ini
Sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal atau Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal atau
Levofloksasin *) 250 mg per oral dosis tunggal
)
Doksisiklin * 100 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
Kanamisin 2 gr intra muskular dosis tunggal atau Tetrasiklin *) 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari,
Spektinomisin 2gr intra muskular dosis tunggal atau atau
Tiamfenikol *) 3,5 gr per oral dosis tunggal Eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari
(Bila ada kontra indikasi tetrasiklin **))
Metronidazol, 2 g per oral, dosis tunggal, Metronidazol, 400 atau 500 mg per oral, 2 kali sehari,
atau selama 7 hari, atau
Tinidazol, 2 g per oral, dosis tunggal. Tinidazol, 500 mg per oral, 2 kali sehari, selama 5 hari
*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 12 tahun .
Pengobatan sindrom duh tubuh vagina karena infeksi serviks yang dianjurkan:
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan di bawah ini
Sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal atau Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal atau
Levofloksasin *) 250 mg per oral dosis tunggal
)
Doksisiklin * 100 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
Kanamisin 2 gr intra muskular dosis tunggal atau Tetrasiklin *) 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari,
Spektinomisin 2gr intra muskular dosis tunggal atau atau
Tiamfenikol *) 3,5 gr per oral dosis tunggal Eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari
(Bila ada kontra indikasi tetrasiklin **))
*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 12 tahun
Trichomonas vaginalis Vaginosis bakterial (bukan IMS) Candida albicans (bukan IMS)
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan di bawah ini
Metronidazol, 2 g per oral, dosis tunggal Metronidazol, 400 atau 500 mg, 2 kali sehari, Mikonazol atau klotrimazol, 200 mg, intra
selama 7 hari. vagina, setiap hari, selama 3 hari, ATAU
ATAU Klotrimazol, 500 mg, intra vagina, dosis tunggal,
ATAU
Tinidazol, 2 g, per oral, dosis tunggal Flukonazol, 150 mg, per oral, dosis tunggal,
ATAU
Itrakonazol, 200 mg, per oral, 2 kali sehari, dosis
tunggal
Metronidazol, 400 atau 500 mg per oral, 2 kali Metronidazol, 2 g, per oral, dosis tunggal, Nistatin, 100.000 IU, intra vagina, setiap hari,
sehari, selama 7 hari, ATAU selama 14 hari
ATAU Klindamisin, 300 mg, per oral, 2 kali sehari
Tinidazol, 500 mg, per oral, 2 kali sehari, selama selama 7 hari,
5 hari. ATAU
Metronidazol gel 0,75%, 5 g, 2 kali sehari intra
vagina, selama 5 hari ***)
Klindamisin krim vagina 2%, 5 g, intra vaginal
sebelum tidur, selama 7 hari ***)
Ya
Gunakan bagan alur nyeri perut
Pemeriksaan : Ada nyeri
perut bagian bawah? bagian bawah
tidak
tidak Obati sebagai vaginitis : vaginitis
Ada faktor risiko?
bakterial dan kandidiasis
tidak
Hilangnya
Ya Ya keluhan
pd hari ke
Ya Rujuk
Pengobatan selesai
Risiko (+) bila memiliki satu atau lebih faktor risiko dibawah ini.
1. Suami/ mitra seksual menderita IMS.
2. Suami/ mitra seksual/ penderita sendiri mempunyai pasangan >1 dalam I bulan
terakhir
3. Mempunyai pasangan baru dalam 3 bulan terakhir.
4. Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 tahun terakhir.
5. Pekerjaan suami/ mitra seksual berisiko tinggi.
tidak
tidak
Suluh penderita (KIE)
Spekulum: Ada duh tubuh Sediakan dan anjurkan pemakaian kondom
serviks atau vaginal? Anjurkan konseling dan tes STS& HIV bila fasilitas
tersedia.
Ya
tidak
Ada duh tubuh serviks
yang mukopurulen?
Obati sebagai vaginitis: vaginitis
bakterial dan kandidiasis
Suluh penderita (KIE)
Sediakan dan anjurkan pemakaian kondom
Ya Anjurkan konseling dan tes HIV bila fasilitas tersedia.
Hilangnya
tidak tidak Obati penderita sebagai
Hilangnya
keluhan pd Rujuk servisitis gonore,
keluhan pd
hari ke 7 ? klamidiosis dan
hari ke 7?
Hilangnya
Ya Ya keluhan tidak
pd hari ke
Ya Rujuk
Pengobatan selesai
Spekulum menggantikan fungsi anamnesis untuk mencari faktor risiko untuk membedakan
servisitis dan vaginitis
Bagan alur 6: Duh Tubuh Vagina (pemeriksaan menggunakan spekulum dan mikroskop)
Ya
Gunakan bagan alur nyeri
Pemeriksaan: Ada nyeri
perut bagian bawah? perut bagian bawah
tidak
tidak Suluh penderita (KIE)
Sediakan dan anjurkan pemakaian kondom
Spekulum: Ada duh tubuh
Anjurkan konseling dan tes STS& HIV bila fasilitas
serviks atau vaginal?
tersedia.
Ya
Buat sediaan basah dari cairan forniks posterior, sediaan Gram dari serviks dan vagina
Ada diplokok Ada gerakan Ada clue cells Ada sel ragi atau
negatif Gram pada pemeriksaan pseudohifa pd
Trichomonas
intrasel pada Gram cairan
vaginalis pada pemeriksaan
pemeriksaan
vagina? Gram cairan
Gram mukopus
sediaan basah
pH > 4.5
serviks? cairan forniks vagina?
tes amine(+ ) ?
posterior?
tidak tidak tidak
Ya Ya
Ya Ya tidak
Ya
Pengobatan selesai
VAGINITIS SERVISITIS
Disebabkan oleh trikomoniasis, Disebabkan oleh gonore dan klamidiosis
kandidiasis dan vaginosis bakterial.
Paling sering sebagai penyebab duh Jarang sebagai penyebab duh tubuh
tubuh vagina vagina
Mudah didiagnosis Sulit didiagnosis
Namun sangat disayangkan bahwa tidak mudah untuk membedakan antara vaginitis
dan servisitis, terutama dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk melakukan
pemeriksaan dalam. Sampai saat ini dalam skala internasional berbagai upaya
sedang dilakukan untuk mengembangkan tes sederhana yang dapat mendeteksi
apakah seorang perempuan mendapat servisitis atau tidak. Saat ini cara yang baik
untuk mengenal servisitis adalah dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan
tertentu kepada penderita.
FAKTOR RISIKO
Kami ingatkan : Bahwa semua faktor risiko yang diformulasikan di atas hanya
diterapkan di negaranegara Afrika. Untuk negara- negara lainnya perlu untuk
disesuaikan dengan keadaan setempat. Bila perlu, pelatih atau supervisor anda akan
menjelaskan faktor risiko tersebut sesuai dengan kondisi setempat
c. Ulkus genitalia
Contoh kasus:
Seorang penderita datang ke klinik anda dengan keluhan bahwa dia merasakan
adanya luka pada alat genitalnya.
Selanjutnya perhatikan dan gunakan bagan alur sindrom penyakit ulkus genital.
Kotak di bawah ini menunjukkan rincian pengobatan ulkus genitalis, lebih rinci lihat bab 3.4.- 3.7.
Sifilis Benzatin- benzilpenisilin, 2,4 juta IU, intra Prokain- benzilpenisilin, 0,6 juta IU per Doksisiklin **), 100 mg, per oral, 2 kali
stadium muskuler, dosis tunggal. hari, intra muskuler, selama 10 hari sehari selama 30 hari.
dini berturut- turut. Tetrasiklin **), 500 mg, per oral, 4 kali
sehari, selama 30 hari.
Sifilis Benzatin- benzilpenisilin, 2,4 juta IU, intra Prokain- benzilpenisilin, 0,6 juta IU per Doksisiklin **) 100 mg, per oral, 2 kali
stadium muskuler, sekali seminggu selama 3 hari, intra muskuler, selama 3 minggu sehari selama > 30 hari.
lanjut minggu berturut- turut. berturut- turut. Tetrasiklin **), 500 mg, per oral, 4 kali
sehari, selama > 30 hari.
chancroid Siprofloksasin, 500 mg, per oral, 2 kali Seftriakson 250 mg, intra muskuler, dosis
sehari, selama 3 hari tunggal
Eritromisin base, 500 mg, per oral, 4 kali
sehari, selama 7 hari.
Azitromisin 1 g, per oral, dosis tunggal
LGV Doksisiklin **), 100 mg, per oral, 2 kali Tetrasiklin **), 500 mg, per oral, 4 kali
sehari, selama 14 hari, ATAU sehari, selama 14 hari
Eritromisin base 500 mg, per oral, 4 kali
sehari, selama 14 hari
**) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak di bawah 12 tahun.
Obati sebagai sifilis, chancroid atau lymphogranuloma venereum, Anjurkan untuk melakukan perawatan dasar terhadap lesi (dijaga agar
tergantung dari pola epidemiologi IMS setempat, tetap bersih dan kering),
Lakukan aspirasi dari kulit yang sehat bila ada kelenjar yang berfluktuasi Lakukan penyuluhan dan konseling agar penderita mematuhi cara- cara
(hindari untuk melakukan insisi), untuk mengurangi risiko,
Lakukan penyuluhan dan konseling untuk mengurangi risiko Anjurkan tes serologi untuk sifilis dan HIV bilamana tersedia fasilitas
Anjurkan tes serologi untuk sifilis dan HIV bilamana tersedia fasilitas pemeriksaan yang memadai dan tersedia fasilitas konseling,
pemeriksaan yang memadai dan tersedia fasilitas konseling, Promosi dan penyediaan kondom,
Lakukan peninjauan ulang (review) bila lesi tidak sembuh total. Ingatkan untuk kembali dalam 7 hari bila lesi tidak sembuh total atau
sesegera mungkin bila keadaan memburuk; bila demikian, obati juga
penyebab lain dari ulkus genital sesuai petunjuk.
Suluh penderita
Tampak adanya: (KIE).
1. Lesi/ luka kecil multi tidak 1. Ulkus tanpa tidak 1. Ulkus traumatik tidak Sediakan dan
pel, dangkal, berke- vesikel kelainan anjurkan pemakaian
lompok, nyeri atau dermatologik kondom
atau 2. Tidak ada riwayat 2. Risiko negatif Anjurkan konseling
2. Vesikel kecil berke- vesikel sebelumnya & test HIV bila
lompok. fasilitas tersedia.
3. Riwayat rekurensi.
ya ya ya
Obati sebagai herpes Obati sebagai sifilis dan chancroid Beri pengobatan yang sesuai atau
genitalis dirujuk
Bagan alur 8: Ulkus Genital (Bagan alur khusus untuk tenaga medis)
tidak
ya ya ya ya ya
Obati sebagai Obati sebagai Obati sebagai Obati sebagai sifilis Beri pengobatan yang
herpes genitalis Chancroid sifilis dan chancroid sesuai atau dirujuk
tidak
Perbaikan
Rujuk
pada hari
ke 7?
Bagan alur 9: Ulkus Genital ( bagan alur khusus bila tersedia laboratorium)
ya ya ya ya ya
Obati sebagai Obati sebagai Obati sebagai Obati sebagai sifilis Beri penobatan yang
herpes genitalis chancroid sifilis dan chancroid sesuai atau dirujuk
Risiko (+) bila mempunyai satu atau lebih faktor risiko dibawah ini.
1. Mitra seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir
3. Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir.
4. Perilaku isteri/ mitra seksual berisiko tinggi.
Istilah penyakit radang panggul (PRP) mencakup infeksi saluran genital perempuan
bagian atas. Hal ini terjadi sebagai akibat infeksi yang menjalar ke atas dari serviks
dan disebabkan oleh N. gonorhoeae, C. trachomatis atau bakteri anaerob.
DITAMBAH
o Pengobatan klamidiosis
Pengobatan nyeri perut bagian bawah karena Pengobatan nyeri perut bagian bawah karena klamidiosis
gonore dengan komplikasi
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan di bawah ini
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari: Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal atau
)
Sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal atau Doksisiklin * 100 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
Levofloksasin *) 250 mg per oral dosis tunggal
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari: Tetrasiklin *) 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari,
atau
Kanamisin 2 gr intra muskular dosis tunggal atau Eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari
Spektinomisin 2gr intra muskular dosis tunggal atau (Bila ada kontra indikasi tetrasiklin **))
Tiamfenikol *) 3,5 gr per oral dosis tunggal
Metronidazol, 400- 500 mg, per oral, 2 kali sehari selama 14 hari berturut- turut ****)
*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 12 tahun .
****) Pasien dalam pengobatan metronidazol dianjurkan untuk menghindari alkohol
Anjuran tambahan:
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/ Intra Uterine Device (AKDR/ IUD) agar diangkat.
IUD merupakan faktor risiko PRP. Walaupun effek sesungguhnya dari pengangkatan IUD
terhadap dampak pengobatan salfingitis akut dengan antimikroba dan pada risiko kambuhnya
kembali salfingitis sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Pengangkatan IUD dianjurkan
untuk dilakukan segera sesudah pengobatan dengan antimikroba dimulai. Bilamana IUD sudah
diangkat maka konseling perihal kontrasepsi cara lain perlu diberikan.
Tindak lanjut pasien PRP dengan rawat jalan dilakukan sesudah 72 jam dan lakukan rawat inap bila pasien tidak menunjukkan
perbaikan
Pengobatan nyeri perut bagian bawah karena Pengobatan nyeri perut bagian bawah karena klamidiosis
gonore dengan komplikasi
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan di bawah ini
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari: Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal atau
Sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal atau Doksisiklin *) 100 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
Levofloksasin *) 250 mg per oral dosis tunggal
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari: Tetrasiklin *) 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari,
atau
Kanamisin 2 gr intra muskular dosis tunggal atau Eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari
Spektinomisin 2gr intra muskular dosis tunggal atau (Bila ada kontra indikasi tetrasiklin **))
Tiamfenikol *) 3,5 gr per oral dosis tunggal
Pi;ihan 1: Metronidazol****), 400- 500 mg, per oral atau intra vena, 2 kali sehari selama 14 hari berturut- turut **), atau
Chloramfenicol, 500 mg, per oral, atau intra vena, 4 kali sehari
atau
Pilihan 2: Klindamisin, 900 mg intra muskuler, setiap 8 jam, atau ) tanpa pengobatan terhadap gonore dan
Gentamisin, 1,5 mg/ kg BB, intra vena, setiap 8 jam. ) klamidiosis tsb. di atas
*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 12 tahun
****) Pasien dalam pengobatan metronidazol dianjurkan untuk menghindari alkohol
Untuk cara pengobatan tersebut di atas pengobatan dilakukan sampai sekurang kurangnya 2 hari sesudah menunjukkan
adanya perbaikan, dan kemudian dilanjutkan dengan salah satu obat di bawah ini:
Ya
Rujuk
Semua perempuan usia seksual aktif dengan keluhan nyeri perut bagian bawah perlu
dievaluasi terhadap kemungkinan salfingitis dan atau endometritis atau penyakit radang
panggul (PRP). Sebagai tambahan, pemeriksaan abdominal dan bimanual rutin agar
dilakukan terhadap semua perempuan dengan dugaan IMS karena biasanya
perempuan dengan PRP atau endometritis pada awalnya tidak akan memberikan
keluhan nyeri perut bagian bawah. Perempuan dengan endometritis akan mengeluhkan
duh tubuh vagina dan atau perdarahan pervaginam dan atau nyeri pada uterus pada
saat pemeriksaan dalam. Gejala- gejala yang mengarah kepada PRP antara lain adalah
nyeri perut, nyeri pada saat bersanggama (dispareunia), duh tubuh vagina,
menometrorrhagia, disuria, nyeri yang berhubungan dengan menstruasi, demam dan
kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah.
PRP sulit untuk didiagnosis, sebab manifestasi klinisnya dapat bermacam- macam.
Kemungkinan PRP sangat besar bila ditemukan salah satu atau beberapa simptom
tersebut di atas disertai dengan nyeri pada adneksa, infeksi saluran genital bagian
bawah dan nyeri goyang serviks. Pembesaran salah satu atau kedua tuba falopii,
terdapat massa nyeri di dalam panggul yang disertai nyeri spontan atau nyeri lepas
pada perut bagian bawah dapat pula ditemukan. Suhu tubuh pasien dapat meningkat,
namun pada beberapa kasus dapat tetap normal. Umumnya, para klinisi sering keliru
dalam menegakkan diagnosis, sehingga terjadi over diagnosis dan over treatment.
Rawat inap pasien dengan PRP perlu dipertimbangkan dengan sungguh- sungguh
bilamana:
Diagnosis tidak dapat dipastikan,
Ada indikasi bedah darurat; misalnya radang usus buntu (apendisitis), atau
kehamilan ektopik terganggu,
Dugaan abses pada rongga panggul,
Menghindari kemungkinan penyakit akan semakin parah bila dilakukan rawat
jalan,
Pasien sedang hamil,
Pasien tidak mau atau tidak mematuhi rejimen pengobatan bila dilakukan rawat
jalan, atau
Pasien telah gagal dalam pengobatan rawat jalan.
Para ahli menganjurkan agar semua pasien dengan PRP harus dirawat inap untuk
mendapatkan pengobatan yang lebih baik
e. Pembengkakan Skrotum
Infeksi testis merupakan komplikasi yang berbahaya dari urethritis gonokokus dan
urethritis Chlamydia. Jika mengalami infeksi, testis akan membengkak, teraba panas
dan hangat. Jika pengobatan efektif tidak diberikan secara dini, proses infeksi akan
mereda namun pada penyembuhan akan membentuk jaringan parut yang bersifat
fibrous dan merusak jaringan testikuler tersebut. Hal ini akan mengurangi kesuburan
penderita.
Penderita yang mengeluh bengkak atau nyeri pada skrotum dapat ditangani dengan
bagan alur berikut:
Pengobatan pembengkakan skrotum karena gonore Pengobatan pembengkakan skrotum karena klamidiosis
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan di bawah ini
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari: Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal atau
Sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal atau Doksisiklin *) 100 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
Levofloksasin *) 250 mg per oral dosis tunggal
Lama pengobatan per oral 5 hari, dan per injeksi 3 hari: Tetrasiklin *) 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari,
atau
Kanamisin 2 gr intra muskular dosis tunggal atau Eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari
Spektinomisin 2gr intra muskular dosis tunggal atau (Bila ada kontra indikasi tetrasiklin **))
Tiamfenikol *) 3,5 gr per oral dosis tunggal
*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 12 tahun
Tambahan perawatan: Bed rest (tirah baring) dan menyangga skrotum sampai radang dapat dilokalisir dan deman hilang.
tidak
Cari penyebabnya: tidak
Rotasi testis, atau
Elevasi testis. atau Risiko ?
Ada riwayat kecelakaan, atau
Penyakit virus, parotitis epidemika Ya
Hernia skrotalis
Tumor testis
Obati sebagai gonore dan
non- gonore/ klamidiosis
dengan komplikasi
Ya
Rujuk
f. Bubo Inguinal
Penyakit ini adalah merupakan pembengkakan kelenjar getah bening di daerah lipat
paha yang terasa nyeri dan pada palpasi sering berfluktuasi. Bubo biasanya akibat
dari chancroid atau limfogranuloma venerum (LGV).
Jika disebabkan oleh LGV, biasanya tidak disertai ulkus. Pada keadaan lain, suatu
bubo dan ulkus akan mengesankan bahwa penderita menderita chancroid, sehingga
anda harus merujuk ke bagan alur ulkus genital dan mengobati dengan cara
tersebut.
Jika penderita mengeluh adanya pembengkakan di daerah lipat paha dan terasa
nyeri (bubo), gunakanlah bagan alur berikut:
tidak
Adanya ulkus? Obati sebagai
limfogranuloma venereum
Obati sebagai
chancroid Suluh penderita (KIE)
Sediakan dan anjurkan pemakaian
kondom
Obati mitra seksualnya sesuai dng
penyakit penderita.
Konseling dan tes HIV dan STS bila
fasilitas tersedia.
ttidak
Perbaikan pada
Bubo yang berfluktuasi sebaiknya di aspirasi melalui
kulit yang sehat di dekatnya dengan memakai jarum hari ke 7 ? Rujuk
yang cukup besar.
Bubo tidak boleh diinsisi untuk drainage,karena
lukanya akan lama sembuh
Ya
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan di bawah ini
Siprofloksasin *) 500 mg per oral, 2 kali sehari, selama 3 hari, Doksisiklin **) 100 mg per oral 2 kali sehari, selama 14 hari,
ATAU ATAU
Eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari, Eritromisin, 500 mg per oral, 4 kali sehari, selama 14 hari
ATAU
Asitromisin*) 1 g per oral, dosis tunggal,
Seftriakson 250 mg intra muskuler, dosis tunggal, Tetrasiklin **) 500 mg per oral, 4 kali sehari, selama 14 hari
*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 12 tahun dan remaja.
**) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak di bawah 12 tahun.
g. Konjungtivitis Neonatorum
Pengobatan bayi:
Pengobatan ibu:
Pengobatan bayi
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan di bawah ini
Seftriakson 50- 100 mg/ kg BB i.m, dosis tunggal, Sirop eritromisin basa, 50 mg/ kg BB/ hari per oral, 4 kali sehari
atau selama 14 hari, atau.
Kanamisin 25 mg/ kg BB (maks 75 mg) i.m, dosis Trimetroprim Sulfametoksasol 40 200 mg per oral 2 kali sehari
tunggal, atau selama 14 hari.
Spektinomisin 25 mg/ kg BB (maks 75 mg), i.m, dosis
tunggal
Pengobatan ibu
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan di bawah ini
Sefiksim 400 mg per oral, dosis tunggal atau Azitromisin 1 g per oral, dosis tunggal atau
Levofloksasin *) 250 mg per oral dosis tunggal
Doksisiklin *) 100 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
Kanamisin 2 gr intra muskular dosis tunggal atau Tetrasiklin *) 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari,
Spektinomisin 2gr intra muskular dosis tunggal atau atau
Tiamfenikol *) 3,5 gr per oral dosis tunggal Eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari
(Bila ada kontra indikasi tetrasiklin **))
*) Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 12 tahun
ya ya
Pengobatan selesai
Obati sebagai gonore
ya ya
h. Vegetasi Genital
Tumbuhan (vegetasi) genital pada umumnya berupa kutil kelamin yaitu suatu
tonjolan mukosa dengan permukaan yang runcing dan berwarna seperti warna kulit.
Pilihlah salah satu dari beberapa cara pengobatan yang dianjurkan di bawah ini
Podofiloks 0,5 %, larutan atau gel, 2 kali sehari, selama 3 hari, Podofilin 10- 25% dalam tingtur benzoin, hindari jaringan yang sehat,
dilanjutkan dengan masa tanpa pengobatan selama 4 hari, dan cara bersihkan kembali setelah 1- 4 jam.
pengobatan ini bisa diulang sampai 4 kali. ATAU
ATAU Podofilotoksin, 0,5%
Krim imikuimod 5 %, malam sebelum tidur, biarkan sampai pagi, cuci ATAU
pada pagi hari, 3 kali seminggu selama 16 minggu Trichlor acetic acid (TCA), 80- 90%
Ada tumbuhan
(vegetasi) verukosa?
Ya
tidak
Ada perbaikan?
Rujuk
ya
Contoh :
Bila tenaga kesehatan mengalami kecelakaan kerja, jari tangannya tertusuk jarum
bekas pakai pasien sifilis/HIV.
REFERENSI
1. Pelayanan PMS Komprehensip Berkala pada Kelompok Perempuan Berpreilaku
Resti, KemKes,2004
2. Buku Panduan Prosedur Operasional Buku Diagnostik Laboratorium Infeksi HIV
dan Oportunistik, KemKes RI Dirjen Bina Pelayanan Medik 2005
3. Pedoman Pelaksanaan Infeksi Menular Seksual, KemKes.RI, 2006
4. Training Modules for the Syndromic Management of Sexually Transmitted
Infection, 2nd Edition, WHO, 2007
5. Penyakit Menular Seksual FKUI
6. Modu Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV, Dirjen Pelayanan Medik dan
Direktorat Jendaral P2M dan PL
7. Laporan Hasil Survei Prevalensi ISR pada perempuan penjaja Sek di Kupang,
Samarinda, Pontianank, Yogjakarta, Makassar dan Tangerang, Litbang
Biomedis dan Farmasi, Badan Penelian dan Pengembangan, KemKes 2009.
MATERI INTI 5
EDUKASI, KONSELING DAN PENATALAKSANAAN PASANGAN SEKSUAL
I. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1.
EDUKASI DAN KONSELING
YANG BERKAITAN DENGAN IMS KE PASIEN.
Tujuan edukasi adalah membuat pasien mendapatkan informasi sehingga dia dapat
membuat pilihan yang tepat mengenai perilaku seks dan kegiatannya.
Konseling adalah interaksi dua arah antara pasien dengan petugas. Dua orang
tersebut melakukan proses komunikasi yang dinamis sesuai dengan kesepakatan
yang telah dibuat antara pasien dan petugas konseling yang sudah dilatih, terikat
dengan kode etik dan ketrampilan. Petugas konseling yang memiliki empati,
ketulusan dan mengabaikan nilai moral atau norma- norma pribadi.
Maksud dari konseling adalah mendorong hidup sehat dan mengajak pasien untuk
menggali masalah penting pada dirinya serta mengidentifikasi kebiasaan hidupnya,
apakah itu ketika terinfeksi atau kehilangan/ kematian. Hal ini dilakukan bukan untuk
memberikan saran atau petunjuk, tetapi untuk mengajak berteman.
Proses konseling di dalam kasus IMS berdasarkan dari kebutuhan pasien agar
dapat mengatasi stres atau kekhawatiran yang disebabkan oleh diagnosis IMS nya.
Karena itu di dalam proses konseling perlu dibahas mengenai faktor risiko penularan
IMS dan menggali kemungkinan perilaku pencegahan untuk masa yang akan
datang.
Jadi, konseling membantu pasien memahami dirinya sendiri dengan baik, menggali
perasaan, sikap, nilai dan kepercayaannya. Berdasarkan pengetahuan yang benar,
pasien diharapkan mengubah perilakunya sebagai hasil dari konseling.
Dasar-dasar komunikasi
Konseling merupakan proses dengan tiga tujuan umum:
1) Menyediakan dukungan psikologis
2) Pencegahan penularan, prilaku berisiko
3) Memastikan rujukan tindak lanjut
Teknik konseling
Ada beberapa tahap konseling:
1) Tahap 1 : membangun hubungan baik dan meningkatkan kepercayaan
pasien
Tahap ini sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan pasien sehingga
pasien akan memberikan informasi yang benar dengan terus terang kepada
pasien sehubungan dengan perilaku dan keluhannya. Bermula dengan
mengucapkan salam dan saling memperkenalkan diri, kemudian:
Meyakinkan kerahasiaan dan mendiskusikan batas kerahasiaan
Mengizinkan ventilasi
Mengizinkan ekspresi perasaan pasien
Menggali masalah, meminta pasien menceritakan kisah mereka
- Promosi kondom
Melakukan KIE Promosi kondom, manfaat penggunaannya dan bagaimana
menyimpan dan membuangnya.
Banyak orang menolak pemakaian kondom bukan karena malu atau harganya,
tetapi lebih karena adanya miskonsepsi dan mitos tentangnya. Contohnya: mereka
berfikiran bahwa dengan memakai kondom maka hubungan seks menjadi tidak
nyaman. Adanya pemikiran bahwa kondom erat kaitannya dengan hubungan
seks yang melanggar hukum daripada hubungan seks dengan Pasangan yang
sah
- Manfaat, cara memakai kondom yang benar dan cara melepas kondom yang
aman
Manfaat kondom :
1) Mencegah penularan IMS, termasuk HIV
2) Mencegah kehamilan
3) Mengurangi risiko penularan IMS jika pasien melakukan hubungan seksual
sebelum pengobatan IMS selesai, tetapi petugas kesehatan harus
mendorong pasien agar menunggu pengobatan selesai
4) Perempuan merasa lebih kering di dalam vaginanya
5) Pasien merasa lebih aman, mengurangi kekhawatiran
6) Beberapa pria dapat lebih lama dalam melakukan hubungan seksual
Ingatkan pasien :
Apabila memakai pelumas pakailah yang berbahan dasar air, jangan
memakai pelumas berbahan dasar minyak
Pemakaian kondom harus higienis
Kondom hanya untuk sekali pakai
Cara memakai kondom yang benar dan cara melepas kondom yang aman
Demonstrasi pemakaian kondom:
1) lihatlah tanggal kadaluwarsa pada bungkus kondom
2) bukalah bungkus kondom pada tempat menyobeknya
3) tunjukkan sisi yang benar dari kondom agar dapat terbuka gulungannya
dengan benar pula
4) tekanlah ujung kondom agar tidak ada udaranya dan mulailah memasangkan
kondom ketika penis ereksi
5) pastikan kodom terpasang sampai dengan pangkal penis
6) Jelaskan bahwa kondom harus dilepas ketika penis baru saja ejakulasi dan
tidak sampai lemas. Pasien harus hati- hati melepas dari pangkalnya.
7) ikatlah kondom yang sudah dilepas agar tidak tercecer cairannya dan buang
ditempat yang aman.
Pokok Bahasan 2:
PENATALAKSANAAN TERHADAP PASANGAN SEKSUAL PASIEN IMS
a. Tujuan dari penatalaksanaan Pasangan Seksual pasien IMS adalah memutus rantai
penularan IMS dengan mengobati, edukasi dan konseling pada pasien dan
Pasangan Seksualnya. Dalam hal ini semua Pasangan Seksualnya akan diobati
dengan pengobatan yang sama yang telah diberikan kepada pasien IMS tsb.
Pasangan Seksual ini akan diobati baik dengan atau pun tanpa gejala.
Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang dapat memaksa pasien dan Pasangan
Seksualnya untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan oleh mereka.
g. Hal-hal yang perlu dibahas oleh petugas kesehatan dengan pasien berkaitan dengan
tata laksana terhadap pasangan Seksual
1) Mengapa penting untuk mengobati semua pasangan Seksualnya
2) Mengingatkan bagaimana caranya agar terhindar dari reinfeksi
3) Membantu pasien bagaimana cara berkomunikasi dengan pasangan Seksualnya
4) Mendapatkan identitas pasangan Seksualnya jika memungkinkan
h. Isi pesan yang harus disampaikan pada pasangan Seksual pasien IMS
Edukasi yang disampaikan kepada Pasangan Seksual pada dasarnya sama dengan
edukasi kepada pasien IMS itu sendiri, yaitu:
1) Berhubungan seksual tidak memakai pelindung dengan Pasangan Seksual pasien
yang menderita IMS maka kemungkinan akan terinfeksi jenis IMS yang sama
2) Pasangan Seksual mungkin terinfeksi walaupun tidak menunjukan gejala
3) Pasangan Seksual akan berisiko menularkan IMS nya kepada orang lain apabila
tidak diobati (termasuk risiko reinfeksi pada pasien itu sendiri)
4) Perempuan mempunyai risiko komplikasi serius jika IMS nya tidak diobati
Penyiapan fasilitas pelayanan yang terjangkau dapat diterima dan efektif merupakan
syarat utama kesediaan pasien untuk mengakses layananan kesehatan dan dalam
pemberantasan dan penanggulangan IMS. Di negara maju maupun di negara
berkembang, setiap pasien IMS diberi kesempatan untuk memilih unit pelayanan
kesehatan untuk perawatan IMSnya. Kemungkinan ada tiga pilihan yang bisa
dilakukan, yaitu: pengobatan oleh klinik pemerintah, klinik swasta atau sektor
informal. Dalam menjamin keterjangkauan program IMS perlu diketahui bahwa para
pasien IMS akan mencari kombinasi dari ke tiga fasilitas tersebut di atas. Di banyak
negara hampir semua tempat pengobatan pasien IMS dilakukan di luar sektor
pemerintah. Dalam perencanaan program yang paripurna perlu dipertimbangkan
untuk meningkatkan kemampuan seluruh petugas kesehatan agar mampu
memberikan pelayanan IMS yang baik.
Secara umum ada pendapat bahwa perawatan IMS yang berkualitas tinggi hanya
dapat diberikan oleh para spesialis Kulit dan kelamin yang bekerja di klinik IMS,
namun berdasarkan aspek keterjangkauan, ketidak kesesuaian pelayanan seperti
yang diinginkan, dan sumber daya manusia yang diperlukan maupun aspek
pembiayaan, maka cara pelayanan spesialistik tersebut menjadi tidak praktis.
Setelah pasien bersedia untuk dirujuk dan kemudian ditangani diperlukan sistem
yang mendukung dan memastikan agar pasien dapat terpantau dan mendapatkan
penanganan tindak lanjut. Untuk itu diperlukan pihak- pihak di luar rumah sakit yang
dapat membantu kelancaran penanganan pasca rujukan sehingga komprehensif dan
berkesinambungan.
LEMBAR KEGIATAN 1
PENGARUH LATAR BELAKANG NORMA SOSIAL DAN BUDAYA PETUGAS
TERHADAP PROSES KONSELING
3. Kertas bertuliskan Hal yang dapat saya terima diletakan di atas lantai pada
bagian ter atas dan Hal yang tidak dapat saya terima diletakan di atas lantai
pada bagian lebih bawah dari Hal yang dapat saya terima.
4. Peserta membuka kertas masing- masing dan meletakan kertas tersebut pada
kelompok hal yang dapat saya terima apabila dapat menerima hal yang tertulis
di kertasnya. Demikian pula apabila ternyata tulisan di kertas tersebut adalah hal
yang menurut peserta tidak dapat diterima maka dikelompokan pada hal yang
tidak dapat saya terima.
5. Setelah semua peserta meletakan kertasnya dimulailah diskusi mengenai alasan
pendapat dan pilihan peserta. Apabila ada yang berbeda pendapat maka kertas
dapat dipindahkan dari kelompok hal yang dapat saya terima menjadi hal yang
tidak dapat saya terima dan sebaliknya.
6. Ketika terjadi perbedaan pendapat amatilah dan tanyakan pada peserta yang
pilihannya diubah oleh peserta yang lain bagaimanakah perasaannya.
7. Fasilitator menanyakan apakah maksud dari permainan tersebut di atas kepada
peserta.
8. Selanjutnya dijelaskan tujuan dari permainan ini, bahwa:
Masing- masing peserta memiliki latar belakang norma sosial dan budaya
yang berbeda yang akan mempengaruhi penilaian dan pengambilan
keputusan khususnya dalam lingkup materi sensitive yaitu seksualitas
Di dalam proses komunikasi penting kiranya menghargai pendapat orang
lain yang berbeda sekalipun sehingga ketika melakukan konseling akan
dapat menggali permasalahan dengan tepat
Latar belakang masing- masing petugas akan mempengaruhi dan
menghasilkan sikap yang mendukung atau tidak mendukung dari petugas
konseling di dalam proses konseling
LEMBAR KEGIATAN 2
EDUKASI, KONSELING dan PENATALAKSANAAN MITRA SEKSUAL
SKENARIO
III. REFERENSI
1. Training Modules for the Syndromic Management of Sexually Transmitted
Infection, 2nd Edition, WHO, 2007
2. Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual, Depkes.RI, 2006
3. Penyakit Menular Seksual FKUI
4. Guidelines for Implementing Collaborative TB and HIV Programmes Activities
Stop TB Partnership Working Group on TB-HIV, World Health Organization,
2004.
5. Pedoman Penatalaksanaan IMS,Dirjen PP dan PL 2006
6. Rencana aksi Pengendalin IMS termasu ISR 2008-20012 , 2007
7. Buku Pedoman Interktive,Penata Laksanaan Pasien IMS dengan Pendekatan
Sindroma Dirjen PPM dan PLP,Edisi 2, th 2005
8. Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV, Dirjen Pelayanan Medik dan
Dirjen P2M dan PL 2004
MATERI INTI 6
PENCATATAN dan PELAPORAN
I. POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1.
ALUR PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatanidentitasdengan
Ruang jaminankonfidensialitas
Pendaftarandan PemberiannomorRegister PetugasAdministrasi
RuangTunggu Penyiapanformulir
pemeriksaan
MelengkapiFormulir Anamnesisdan
Pemeriksaan pemeriksaanfisik
RuangKonsultasi Pemeriksaanfisikoleh
danPemeriksaan olehdokter
dokter Sediaanlabdantes
Pengambilanspesimen Whiffoleh
perawata/bidan
Pengirimanspecimenke
Perawat/Bidan
petugaslab
Pengambilandarah
Pemeriksaanlabbasah
Laboratorium PengecatanGram/ Perawat/Bidan
MethylenBlue,RPR&TPHA
Hasildiserahkankedokter
RuangTunggu
PenyampaianHasil
RuangKonsultasi pemeriksaanLab Dokterdanperawat/
danPemeriksaan KIE Bidan
KonselingdanEdukasi
tentangHIVdantesdengan
4C(counseling,consent,
RuangKonseling confidential&condom) Konselor
PemberianbrosurKIE
Perjanjiankunjunganyang
akandatang
Pokok Bahasan 2.
REKAM MEDIS DAN CATATAN LAINNYA
Dalam UU tersebut juga diatur bahwa hak tersebut tidak berlaku dalam hal:
perintah undang-undang;
perintah pengadilan;
izin yang bersangkutan;
kepentingan masyarakat; atau
kepentingan orang tersebut.
b. Cara pengisian catatan medik pasien yang harus diisi oleh dokter,
perawat/bidan
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Klinis IMS
01: DTV 02: DTS 03: Nyeri Perut 04: Lecet 05: Bintil Sakit 06: Luka/Ulkus 07: Jengger 08: Bubo
10: DTU 11: Pembengkakan Scrotum 12: DTA 13. DTM 98 : Menstruasi 99: Tdk Ada
Hasil Pemeriksaan Fisik Lainnya
DIAGNOSA
01. Servicitis 02. BV 03. Trichomoniasis 04. Kandidiasis 05. SfilisDini 06.sifilis lanjut 07. DTV 09.
Penyakit Radang Panggul 11. Tumbuhan genital/vegetasi 12. Herpes Genital 14. LGV 16.
Urethritis non GO 17: DTU 18. Pembengkakan Skrotum 19. Proctitis 22. Ulkus Genital 23. Bubo
Inguinal 24. Ulkus Mole 25. Bubo Kondilomata 26. Konjungtivitis Neonatorun 27. Gonore 28.
Suspect Gonore
Diagnosa Lainnya
PENGOBATAN DAN
KONSELING
03: Metronidazole 2grpoSD 04: Nystatin 100rbIU1x1subvag.14hr 05: B.Penisilin 2.4jtIUIMSD 06:
B.Penisilin 2.4jtIUIM3x1int1mg
08: Asiklofir 200mg5x1po7hr 09: Podopilin tingtur 10% 12: Azitromisin 1gr poSD 13: Eritromicin
500mg4x1po7hr 17: Metronidazole 2x500mgpo14hr
18. Eritromicin 500mg4X1po14 hr 22: Cefixime 400mg poSD 23: Cipro 500mg2x1po 3hr 24.
Flukonazol 150mgpoSD
25.Seftriakson 50-100mg/kgBB IMSD 26.Sirup eritromisin basa 50mg/kgBB po4x/hr14hr
Berikan Informasi Perilaku Sex aman(A,B, C) dan Layanan VCT, serta berikan Kartu Rujukan Pasangan
Jumlah Kondom diberikan ............... buah ............... buah ............... buah ............... buah ............... buah
Jumlah Materi KIE diberikan ............... buah ............... buah ............... buah ............... buah ............... buah
Dirujuk ke VCT 1. Ya 2. Tidak 1 2 1 2 1 2 1 2
Tanda Tangan
Nama Pemeriksa
Catatan
Bila DTA (+) dan hasil pmn (-), diplokokus (-), lihat
kemungkinan lain seperti perlukaan, abses, trauma, hemoroid,
neoplasia, dll
Ulkus Mole : Tulis "24" bila pada gejala klinis didapatkan luka/ulkus dengan
pemeriksaan lab serta tidak terinfeksi treponema pallidun.
Pengobatan tulis no. 12
Gonore : Tulis No. 27 bila pada pemeriksaan ditemukan hasil (+)
Nisseria Gonore dengan metoda kultur atau PCR
Suspect Gonore (Urethritis) : Tulis No. 28 bila
Pada Pria : bila pada gejala klinis DTU (10) dan hasil lab PMN
(+) dan diplokokkus intrasel/ diplokokkus gram negatif (+) atau
(-). Pengobatan tulis no 12 dan 22.
Konjungtivitis neonatorum : Tulis No.26 bila pada gejala klinik ditemukan No. 13
tanpa pemeriksaan lab Pengobatan ditulis No. 25 dan bila
dalam waktu 3 hari tidak sembuh obati dengan No, 26.
4. Diagnosa lainnya
Tuliskan dan jelaskan jika ada diagnosa lainnya
9. Tanda Tangan :
Bubuhkan tanda tangan staf klinik yang melakukan diagnosa, pengobatan, dan
memberikan konseling
11. Catatan
Isilah hal-hal penting yang dibutuhkan pada kolom catatan
Tulis disini bila ditemukan nyeri goyang serviks, waktu untuk kunjungan ulang
Pokok Bahasan 3.
SISTEM PELAPORAN IMS
Sistim pelaporan berjalan dari tingkat layanan IMS, dinas kesehatan kabupaten/kota,
dinas kesehatan propinsi dan departemen kesehatan RI dengan mempertimbangkan
structural organisasi dan desentralisasi.
RS DINKES PROP
RS DINKES
KAB/KOTA
PETUNJUK PENGISIAN
LAPORAN BULANAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)
3a Jumlah pasien Diisi dengan jumlah pasien yang diberi obat (baik sakit maupun tidak sakit) pada kegiatan PPB
yang diobati
dalam PPB
(PPT)
4 Jumlah pasien Diisi jumlah orang dengan IMS yang mendapat pengobatan tepat (sesuai dengan pedoman
IMS yang diobati tatalaksana IMS, RI). Baik dengan menggunakan pendekatan Sindrom/Klinis atau Laboratorium.
5 Jumlah orang Diisi dengan jumlah pasien IMS yang mendapat materi KIE (leaflet, brosur, dsb) dan mendapat
yang diberi KIE informasi memadai tentang IMS.
6 Jumlah orang
yang diberi Diisi dengan jumlah pasien IMS yang diberikan kondom pada saat kunjungan ke UPK
kondom
Jumlah kondom
7 yang Diisi dengan jumlah kondom yang didistribusikan
didisribusikan
8 Jumlah pasien
yang dirujuk ke Diisi dengan jumlah pasien IMS yang mendapat layanan IMS secara lengkap, mulai dari diagnosis yang
klinik VCT tepat, pengobatan yang sesuai, kondom, dan penyuluhan/KIE dan dirujuk ke VCT
Jumlah bumil
9 yang berkunjung Diisi dengan jumlah ibu hamil yang dilakukan ANC di UPK
ke UPK
Jumlah bumil
10 Diisi dengan jumlah ibu hamil yang dites sifilis
yang dites sifilis
Jumlah bumil
11 Diisi jumlah ibu hamil yang sifilis positif
yang sifilis positif
Jumlah bumil
12 sifilis positif yang Diisi dengan jumlah bumil yang sifilis positif dan diobati
diobati
13 Jumlah pasien
Diisi dengan jumlah pasien yang dirujuk ke laboratorium karena UPK tidak mempunyai sarana
yang dirujuk ke
laboratorium
Laboratorium
PENDEKATAN SNDROMA/KLINIS (Diisi untuk setiap pasien yg didiagnosis berdasarkan Sindom/ gejala klinis.)
1 Duh tubuh Diisi dengan jumlah pasien wanita yang keluar cairan/duh
vagina
2 Duh tubuh uretra Diisi dengan jumlah pasien pria yang keluar cairan/duh
3 Ulkus genital Diisi dengan jumlah IMS dengan gejala terdapatnya luka/ulkus di bagian kemaluannya, tubuh yang
tidak normal dari kemaluan wanita yang di obati sesuai sindrom IMS
4 Bubo inguinal Diisi dengan jumlah pasien yang mengalami pembesaran kelenjar lipat paha
5 Penyakit radang Diisi dengan jumlah pasien ims dengan gejala yang dirasakan nyeri perut bagian bawah pada wanita
panggul
Pembengkakan
6 Diisi jumlah pasien ims dengan gejala pembengkakan buah zakar
skrotum
7 Tumbuhan Diisi dengan jumlah pasien ims dengan gejala terdapatnya tumbuhan/bintil pada alat kelamin
genital/vegetasi
8 Konjuntivitis Diisi dengan jumlah pasien bayi baru lahir (neonatorum ) yang terdapat tanda radang pada mata bayi
neonatorum yang baru lahir karena GO
PENDEKATAN LABORATORIUM (Diisi untuk setiap pasien yg didiagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium)
1 Sifilis Diisi dengan total kasus IMS (termasuk juga dengan ibu hamil yang sifilis) yang hasil pemeriksaanya
laboratoriumnya VDRL dan TPHA positif.
2 Gonore Diisi dengan jumlah kasus IMS yang hasil kultur gonore positif atau hasil PCR gonore positif
8 Herpes Genital Diisi dengan jumlah kasus IMS pada kelamin yang ditandai dengan timbulnya uklus/ luka dan
dipastikan dengan pemeriksaan serologis, tidak terinfeksi Treponema pallidum.
9 Kandidiasis Diisi dengan jumlah infeksi saluran reproduksi akibat infeksi kandida
10 Lain-lain Diisi dengan jumlah infeksi saluran reproduksi lain yang tidak termasuk salah satu kategori sebelumnya
Catatan :
Untuk setiap pasien laporan hanya dihitung satu kali dan prioritas penegakan diagnosis didasarkan pada hasil pemeriksaan
Laboratorium.
Diagnosis yang didasarkan Sindrom atau gejala klinis merupakan alternatif lain bila tidak dapat diisi berdasarkan Laboratorium
Kabupaten/Kota : .. Triwulan : ..
Provinsi : .. Tahun : ..
Jumlah Jumlah
Nama / yang yang Jumlah yang Jumlah
Merk Tanggal Stok awal diterima dipakai rusak / akhir
Jenis Barang dagang Kadaluarsa bulan ini bulan ini bulan ini kadaluarsa bulan
A. REAGEN HIV
1
2
3
4
5
Jumlah Jumlah
Nama / yang yang Jumlah yang Jumlah
Merk Tanggal Stok awal diterima dipakai rusak / akhir
Jenis Barang dagang Kadaluarsa bulan ini bulan ini bulan ini kadaluarsa bulan
E. REAGEN IMS
1
2
3
4
5
F. OBAT IMS
1 Cefixime 400g + Azitromisin 1000mg
2 Ciprofloxacin 500 mg
3 Tiamfenikol 500mg
4 Doksisiklin 100mg
5 Metronidazol 500mg
6 Klotrimazol vag tab 500mg
7 Nystatin vag.tab 100.000 u
8 Benzatin penisilin 2,4 jt.u
9 Aciclovir 200 mg
10
11
12
13
14
15
Jumlah Jumlah
Nama / yang yang Jumlah yang Jumlah
Merk Tanggal Stok awal diterima dipakai rusak / akhir
Jenis Barang dagang Kadaluarsa bulan ini bulan ini bulan ini kadaluarsa bulan
H. KONDOM
1
2
3
..,
Pimpinan/Kepala/Direktur UPK
NIP/NRPTT.
III. REFERENSI
Petunjuk
1. Peserta dibagi menjadi empat kelompok dan masing- masing kelompok akan
mendapat kertas flipchart, spidol, formulir rekam medik
2. Masing-masing kelompok menunjuk satu orang menjadi pemimpin diskusi, penulis
di atas kertas flipchart, yang akan mempresentasikan kasusnya.
3. Berdasarkan studi kasus yang telah dibagikan oleh fasilitator, maka studi kasus no
1 dikerjakan oleh kelompok 1 dan 3, studi kasus nomor dua dikerjakan kelompok 2
dan 4.
4. Diskusikanlah studi kasus tersebut di dalam kelompoknya dan lakukan pengisisan
formulir rekam medik sesuai dengan peran masing-masing.
5. Tentukan diagnosa, terapi, konseling dan tindak lanjutnya. Kemudian kelompok
mempersiapkan peserta yang akan berperan dalam role play konseling
berdasarkan diagnosis, terapi dan tindak lanjut. Waktu pengisian dan persiapan
role play 30 menit.
6. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Waktu untuk
setiap kelompok 10 menit.
7. Ketika satu kelompok tampil maka kelompok yang lain memperhatikan untuk
memberikan masukan ataupun pujian.
8. Selanjutnya kelompok secara bergantian melakukan permainan peran untuk
masing-masing kasus selama 20 menit, dan 10 menit tanggapan dari kelompok
lain untuk memberikan masukkan ataupun pujian.
9. Pada akhir sesi fasilitator menyampaikan rangkuman.
Kasus 1:
Seorang perempuan berusia 22 tahun dari Indramayu datang ke Jakarta dua
bulan yang lalu karena telah bercerai dengan suaminya 6 bulan yang lalu.
Mereka menikah 5 tahun yang lalu. Ia bekerja sebagai pramusaji di bar Nikmat
untuk melayani tamu yang datang. Biasanya setelah menerima tamu ia
memakai odol untuk mencuci kemaluannya. Selain itu meminum supertetra 2
kapsul untuk mencegah penyakitnya.
Hari ini datang ke klinik untuk yang pertama kali karena diantar oleh petugas
lapangan untuk memeriksakan kesehatannya. Sebelum berangkat ke klinik dia
menerima seorang tamu tanpa memakai kondom.
Dalam 1 minggu ini menerima 15 tamu, 8 diantaranya memakai kondom.
Pelanggan terbanyaknya karyawan perusahaan. Cara hubungan seksualnya
biasa saja, dua tamu minta dilayani lewat mulut.
Ketika ditanya ia merasa tidak ada keluhan & baik2 saja.
Pemeriksaan fisik: ada cairan berwarna putih susu di vulva dan ketika spekulum
dimasukan tampak cairan putih susu keluar dari servik.
Laboratorium sederhana : Dipplokokus +, PMN >30/lpb ; pH 4,8 ; ketika ditetesi
KOH bau amis ; pseudohifa + ; TV + ; RPR + 1:4 ; TPHA +.
Isikan kasus ini pada rekam medis beserta diagnosa, terapi, konseling dan tindak
lanjutnya. Kemudian dilakukan role play
Kasus 2:
Seorang laki-laki AB dari Maliana berumur 24 tahun baru lulus SMA. Dia
mempunyai pacar bernama Anton yang berasal dari Suai. Mereka berdua sudah
berhubungan intim sejak kurang lebih 1 tahun ini. Sebelumnya AB tidak pernah
berhubungan sek dengan siapapun. Mereka berdua menyatakan dirinya
pasangan dan tinggal serumah sejak 6 bulan ini. Karena sudah selesai sekolah
AB tidak mau pulang ke Marliana karena mau tetap bersama Anton. Jika
malam hari AB bekerja di panti pijat Nirwana di Dili sejak tinggal serumah
dengan Anton. Mereka berdua tidak mau kembali kedaerah asalnya karena malu
jika hubungannya diketahui oleh saudara atau tetangganya.
Jika di panti pijat ada laki-laki yang menawarkan seks AB akan melayani
karena demi uang untuk hidup di Dili dengan Anton. Hal seperti ini sudah
dijalaninya sejak dia bekerja dipanti pijat. Dia berhubungan seks dengan laki-laki
bule yang baru dikenalnya 1 minggu yang lalu secara melalui mulut dan anus
memakai kondom dan KY jelly. Selama ini dia tidak pernah menanyakan
pekerjaan pasangan yang menjadi pelanggannya. Dua hari yang lalu AB
berhubungan seks dengan pacarnya dengan cara kelamin pacar masuk ke
dalam anusnya juga sebaliknya secara bergantian tanpa pakai kondom tetapi
pakai KY jelly.
Hari ini dia datang ke klinik dan mengeluh sakit ketika kencing. Ketika ditanya dia
juga menyatakan selama bulan ini dia hanya berhubungan seks dengan laki-laki
di panti pijat yang baru dikenalnya dan pacarnya saja.
Pemeriksaan fisik: Ada cairan dari uretra. Ada bintil kecil-kecil 3 buah dengan
ukuran 1x2x1 mm di daerah perianal. Setelah dimasukkan anuskopi tampak
nanah di rektum.
Laboratorium sederhana : pmn uretra 6/lpb, pmn anus 7/lpb, diploko intrasel
anus (+), RPR (+), titer 1:32, TPHA (+)
Isikan pada rekam medis termasuk diagnosa, pengobatan, dan konseling yang
akan diberikan pada pasien ini!. Kemudian lakukan role play untuk kasus ini
Soal-soal