Anda di halaman 1dari 14

ISSN 2442-7659

PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI

GIAN EKONOMI
HARI DIABETES SEDUNIA
TAHUN 2018

Definisi Diabetes
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup
insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat
yang penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi
target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus
meningkat selama beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016).

Kriteria diagnosis Diabetes Melitus (DM) menurut pedoman American Diabetes Association (ADA) 2011
dan konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2011:
1. Glukosa plasma puasa 126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta;
2. Glukosa 2 jam pasca pembebanan 200 mg/dl;
3. Glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik DM seperti banyak kencing
(poliuria), banyak minum (polidipsia), banyak makan (polifagia), dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
Kriteria diagnosis DM (konsensus PERKENI 2015) :
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori
minimal 8 jam, atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma 200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
dengan beban glukosa 75 gram, atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl dengan keluhan klasik (poliuria, polidipsia,
polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya), atau
4. Pemeriksaan HbA1c 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

Situasi Diabetes di Dunia

Data WHO menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit tidak menular pada tahun 2004 yang
mencapai 48,30% sedikit lebih besar dari angka kejadian penyakit menular, yaitu sebesar 47,50%.
Bahkan penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia (63,50%). (Faktor
Risiko Diabetes Mellitus di Indonesia (Analisis Data Sakerti 2007), Dita Garnita, FKM UI, 2012).

Sebagai bagian dari agenda untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, negara anggota
telah menetapkan target untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit tidak menular (termasuk
diabetes), menjadi sepertiganya, agar dapat mencapai Universal Health Coverage (UHC) dan
menyediakan akses terhadap obat-obatan esensial yang terjangkau pada tahun 2030.

Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan
dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah
meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi
orang dewasa. Hal ini mencerminkan peningkatan faktor risiko terkait seperti kelebihan berat badan atau
obesitas. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes meningkat
lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di
negara berpenghasilan tinggi.

1
Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang lebih tinggi dari batas
maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh tiga persen (43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum
usia 70 tahun. Persentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia 70
tahun lebih tinggi di negara- negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-
negara berpenghasilan tinggi. (WHO Global Report, 2016).

Gambar 1. Persentase Kematian terkait Kadar Glukosa


Darah Tinggi yang Terjadi pada Usia 20-69 Tahun,
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Pendapatan
Negara, Tahun 2012

60,5%
56,3%
70% RIP
RIP 48%
60% 46% 45,2%

50% RIP RIP RIP


33% 32,2%
40% RIP RIP

30% 14%

20% RIP

10%
0%
Penghasilan Penghasilan Penghasilan Penghasilan
rendah menengah menengah tinggi
ke bawah ke atas
Pria Wanita

Sumber: WHO, 2016

Tabel 1. Estimasi Prevalensi dan Jumlah Penderita Diabetes (Dewasa Usia > 18 Tahun)

Prevalensi Jumlah (juta)


Regional
1980 2014 1980 2014
Afrika 3,1 7,1 4 25
Amerika 5,0 8,3 18 62
Mediterania Timur 5,9 13,7 6 43
Eropa 5,3 7,3 33 64
Asia Tenggara 4,1 8,6 17 96
Pasifik Barat 4,4 8,4 29 131
Total* 4,7 8,5 108 422
Keterangan: Total termasuk negara di luar WHO
Sumber: WHO, 2016

WHO memperkirakan bahwa, secara global, 422 juta orang dewasa berusia di atas 18 tahun
hidup dengan diabetes pada tahun 2014. Jumlah terbesar orang dengan diabetes diperkirakan
berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat, terhitung sekitar setengah kasus diabetes di dunia. Di
seluruh dunia, jumlah penderita diabetes telah meningkat secara substansial antara tahun 1980 dan
2014, meningkat dari 108 juta menjadi 422 juta atau sekitar empat kali lipat.

2
Tabel 2. Estimasi Jumlah Penderita Diabetes Melitus di Sepuluh Besar Negara dengan
Penderita Diabetes Terbanyak Tahun 2000 dan 2030

2000 2030

Peringkat Jumlah Penderita Jumlah Penderita


Negara Diabetes Negara Diabetes
(juta penduduk) (juta penduduk)
1 India 31,7 India 79,4
2 Cina 20,8 Cina 42,3
3 Amerika Serikat 17,7 Amerika Serikat 30,3
4 Indonesia 8,4 Indonesia 21,3
5 Jepang 6,8 Pakistan 13,9
6 Pakistan 5,2 Brazil 11,3
7 Rusia 4,6 Bangladesh 11,1
8 Brazil 4,6 Jepang 8,9
9 Italia 4,3 Filipina 7,8
10 Bangladesh 3,2 Mesir 6,7

Keterangan: Total termasuk negara di luar WHO


Sumber: WHO, 2016

Meskipun faktor risikonya sering dikaitkan dengan gaya hidup, namun jumlah kematian akibat
penyakit kardiovaskular dan diabetes cenderung lebih banyak terjadi di negara berkembang
dibandingkan dengan negara maju. Menurut data WHO tahun 2008, jumlah kematian yang
disebabkan diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular di negara maju seperti Jepang, Inggris,
Swedia, dan Amerika Serikat lebih sedikit dibandingkan dengan di negara berkembang seperti di
Laos, Kamboja, dan Myanmar. Selengkapnya dapat dilihat di tabel berikut ini.
Tabel 3. Estimasi Prevalensi dan Jumlah Penderita Diabetes (Dewasa Usia > 18 Tahun)
Melitus dan Penyakit
Kardiovaskular (ribuan)
No Negara
Pria Wanita Total

1 Pantai Gading 548 524 1072


2 Laos 468 393 861
3 Kamboja 480 339 819
4 Myanmar 412 327 739
5 Indonesia 400 300 700
6 Vietnam 382 298 680
7 India 386 283 669
8 Timor Leste 359 276 635
9 Thailand 343 280 623
10 Cina 312 260 572
11 Brunei Darussalam 293 275 568
12 Malaysia 319 236 555
13 Brazil 304 226 530
14 Amerika Serikat 190 122 312
15 Swedia 179 103 282
16 Singapura 171 109 280
17 Inggris 166 102 268
18 Jepang 118 65 183
Sumber: WHO, 2012
3
Dampak Diabetes
Selain penyakit kardiovaskuler, DM juga merupakan salah satu penyebab utama penyakit ginjal
dan kebutaan pada usia di bawah 65 tahun, dan juga amputasi (Marshall dan Flyvbjerg, 2006
dalam Hill, 2011). Selain itu, diabetes juga menjadi penyebab terjadinya amputasi (yang bukan
disebabkan oleh trauma), disabilitas, hingga kematian. Dampak lain dari diabetes adalah mengurangi
usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun. Usia harapan hidup penderita DM tipe 2 yang mengidap
penyakit mental serius, seperti Skizofrenia, bahkan 20% lebih rendah dibandingkan dengan
populasi umum. (Goldberg, 2007 dalam Garnita, 2012).

Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi penderita diabetes
dan keluarga mereka, sistem kesehatan dan ekonomi nasional melalui biaya medis langsung,
kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Termasuk komponen biaya utama adalah rumah sakit dan
perawatan rawat jalan, faktor lain yang membutuhkan biaya besar adalah kenaikan biaya untuk
insulin analog 1 yang semakin banyak diresepkan meskipun sedikit bukti bahwa insulin tipe
tersebut memberikan efek yang signifikan dibandingkan insulin manusia yang lebih murah.

Tindakan Preventif
Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah dengan ilmu kedokteran saat ini. Pendekatan yang efektif
sangat dibutuhkan untuk mencegah diabetes tipe 2 dan untuk mencegah komplikasi dan kematian
prematur yang bisa disebabkan oleh berbagi tipe diabetes. Termasuk di antaranya kebijakan dan
penerapan langsung di populasi dan di lingkungan tertentu (sekolah, rumah, lingkungan kerja)
yang berkontribusi kepada kesehatan semua orang, baik pengidap diabetes atau bukan, seperti
olahraga teratur, pola makan sehat, menghindari merokok, serta mengontrol kadar lemak dan
tekanan darah.

Situasi Diabetes di Indonesia


Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995-2001 dan Riskesdas 2007 menunjukkan
bahwa penyakit tidak menular seperti stroke, hipertensi, diabetes melitus, tumor, dan penyakit
jantung merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Pada tahun 2007, sebesar 59,5%
penyebab kematian di Indonesia merupakan penyakit tidak menular. Selain itu, persentase kematian
akibat penyakit tidak menular juga meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 41,7% pada tahun 1995,
49,9% pada tahun 2001, dan 59,5% pada tahun 2007.

Gambar 2. Distribusi Kematian pada Semua Umur Menurut


Kelompok Penyakit di Indonesia Tahun 1995-2007

70

60 59,5

50 49,9
44,2
40 41,7

30 31,2
28,1
20
10,1
10 6,0 6,0
5,9 7,3 6,5
0
Gangguan Penyakit Penyakit
Cedera
Perinatal/Maternal Menular Tidak Menular

SKRT 1995 SKRT Riskesdas 2007


2001
Sumber: WHO,
2016
4
Gambar 3. Prevalensi Diabetes Melitus Berdasarkan Diagnosis
Dokter pada Penduduk Umur 15 Tahun Menurut Provinsi, Tahun
2013 dan 2018

4
3,5 3,4
3,1 3,1
3,0 2,6
2,5 2,4 2,4
3,0 2,3
2,5 2,1 2,0 2,0
1,9 1,9 1,8 1,8
2,0 2,5 2,4 2,3 2,2 2,2 1,7 1,6 1,6 1,6 1,6 1,5 1,5
1,4 1,4 1,3 1,3 1,3 1,1 1,1
2,6 2,1 1,7 1,7
1,5 1,8 1,8 1,2
1,5 1,6 1,6 1,6
1,0 1,3
1,5 1,4 1,3 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,1
1,0 1,0 1,1 1,0 0,9 0,8
0,5 0,9
0,7
0,9 0,8
0 0,8 0,9

DKI Jakarta DI Yogyakarta Kalimantan Timur


Prevalensi 2018 Prevalensi 2013
Sumber: Riskesdas, Badan Litbangkes 2018

Jika dibandingkan dengan tahun 2013, prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur
 15 tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi 2%. Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter
dan usia  15 tahun yang terendah terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan
prevalensi DM tertinggi di Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4%.

Prevalensi DM semua umur di Indonesia pada Riskesdas 2018 sedikit lebih rendah dibandingkan
prevalensi DM pada usia 15 tahun, yaitu sebesar 1,5%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi DM
tertinggi semua umur berdasarkan diagnosis dokter juga masih di DKI Jakarta dan terendah di
NTT.

Gambar 4. Prevalensi Diabetes Melitus Berdasarkan Diagnosis


Dokter pada Penduduk Semua Umur dan Prevalensi Rutin
Periksa Kadar Gula Darah (KGD) Menurut Provinsi Tahun 2018

4,1
5,2
3,
7
2,9

1,8 2,4 2,1


1,8 1,8 2,2
2,6 2,1 1,3 1,9 1,3 1,8 2,0 1,5
2,0 1,3 1,1 1,3 1,3
2,3 1,4 1,0
1,7 1,6 1,2 1,4 0,8 0,9 0,9 1,0 0,8 0,8 0,9
1,7 1,5 0,8
2,0
2,4 2,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 0,6
1,1 1,0 0,9 0,9
1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,2 1,1 1,0 1,0 0,9 0,9 0,8 0.70,5
imur Sulawesi Utara Jawa Timur

Prevalensi 2018 Prevalensi 2013


Sumber: Riskesdas, Badan Litbangkes 2018

5
Gambar di atas membandingkan prevalensi diabetes melitus pada semua umur dengan rutin periksa
kadar gula darah di Indonesia selama tahun 2018, dimana dapat diketahui bahwa kesadaran untuk
memeriksa kadar gula darah secara rutin pada penderita diabetes sudah cukup baik, karena
prevalensinya lebih tinggi dibandingkan penderita DM semua umur.

Klasifikasi pemeriksaan gula darah


responden pada Riskesdas 2018 terdiri dari :
1. Rutin :
Jika Anggota Rumah Tangga (ART) memeriksakan gula darah sesuai petunjuk dokter (bagi ART
yang pernah didiagnosis diabetes melitus oleh dokter) atau jika ART memeriksakan kadar gula
darah minimal 1 kali per tahun (bagi ART yang belum pernah didiagnosis diabetes melitus oleh
dokter).

2. Kadang-kadang :
Jika ART memeriksakan kadar gula darah tidak sesuai petunjuk dokter (bagi ART yang pernah
didiagnosis diabetes melitus oleh dokter) atau jika ART memeriksakan kadar gula darah kurang
dari 1 kali per tahun (bagi ART yang belum pernah didiagnosis diabetes melitus oleh dokter).

3. Tidak pernah :
Jika ART tidak pernah memeriksakan kadar gula darah.

Gambar 5. Prevalensi Diabetes Melitus Berdasarkan Kelompok


Umur, Jenis Kelamin dan Daerah Domisili Tahun 2018

7
6,3
6,03
6

5
3,9
4
3,3
3

2
1,1
1
0,007 0,05 0,2
0,003 0,004
0
<1 1-4 5-14 15-24 25-34 35-44 45-44 55-64 65-74 75+

3 1,9
2.5
2 1,8
2
1.5 1,2
1,0
1 1
0.5
0 0
Laki-laki Perempuan Perkotaan Perdesaan
Sumber: Riskesdas, Badan Litbangkes 2018

Gambar di atas memperlihatkan prevalensi DM pada tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter,
jenis kelamin, dan daerah domisili. Berdasarkan kategori usia, penderita DM terbesar berada
pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun. Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih
banyak
berjenis kelamin perempuan (1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk
daerah domisili lebih banyak penderita diabetes melitus yang berada di
perkotaan (1,9%) dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%).

6
Gambar 6. Prevalensi Diabetes Melitus Berdasarkan Status
Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Tahun 2018

3 2,8

2
1,6 1,8
1,6
1,4 1,4

0
Tidak/ belum
Tidak tamat Tamat Tamat Tamat Tamat
pernah sekolah
SD/MI SD/MI SLTP/MTS SLTA/MA D1/D2/D3/PT

5 4,2
4
2,9
3 2,6 2,6
2
1,3 1,2 1,1 1,1
1
0,1
0

Sumber: Riskesdas, Badan Litbangkes 2018

Berdasarkan diagnosis dokter dan status pendidikan, prevalensi penderita DM tertinggi


merupakan tamatan pendidikan setingkat D1/D2/D3/PT, yang merupakan kategori jenjang
pendidikan tertinggi pada hasil Riskesdas 2018. Untuk status pekerjaan yang paling banyak mengidap
DM berstatus PNS/TNI/Polri/ BUMN/BUMD.
Untuk mengendalikan diabetes Kementerian Kesehatan sendiri telah membentuk 13.500 Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk memudahkan akses warga melakukan deteksi dini penyakit
diabetes. Selain itu Menteri Kesehatan menghimbau masyarakat untuk melakukan aksi CERDIK, yaitu
dengan melakukan:
1. Cek kesehatan secara teratur untuk megendalikan berat badan agar tetap ideal dan tidak
berisiko mudah sakit, periksa tensi darah, gula darah, dan kolesterol secara teratur.
2. Enyahkan asap rokok dan jangan merokok.
3. Rajin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti berolah raga, berjalan kaki,
membersihkan rumah. Upayakan dilakukan dengan baik, benar, teratur dan terukur.
4. Diet yang seimbang dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang, konsumsi buah
sayur minimal 5 porsi per hari, sedapat mungkin menekan konsumsi gula hingga maksimal 4
sendok makan atau 50 gram per hari, hindari makanan/minuman yang manis atau yang
berkarbonasi.
5. Istirahat yang cukup.
6. Kelola stress dengan baik dan benar.

Daftar Pustaka:
Dita Garnita, Faktor Risiko Diabetes Melitus di Indonesia (Analisis Data
Sakerti 2007), FKM UI, 2012
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Hasil Riskesdas 2018
WHO Fact Sheet of Diabetes, 2016
7
8
TIM REDAKSI:
Penanggung Jawab : Didik Budijanto
Kontributor : Direktorat Pencegahan dan
Redaktur : Rudy
Kurniawan Pengendalian Penyakit Tidak
Penyunting : Nuning Kurniasih Menular, Badan Litbangkes
Penulis : Khairani (Julianty Pradono)
Desainer Grafis : Rizqitha Maula

2019
Kementerian Kesehatan RI
Pusat Data dan Informasi
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Lantai 10
Blok A Jakarta Selatan
9

Anda mungkin juga menyukai