Anda di halaman 1dari 6

GENAP

NAMA (TANPA GELAR) : Reza Meilianie Prihatiningrum


NIM : 71220159
No. ABSEN/KELOMPOK/KELAS : 26/I/9D

UAS MANAGEMENT MUTU RUMAH SAKIT


DOSEN : DRG NINING HANDAYANI SP.PROS, MM.,CIQnR.,CIQaR
Sabtu, 20 Mei 2023

2. Perbedaan panduan, pedoman, dan SOP dalam akreditasi di pokja PMKP


a) Pedoman/ panduan adalah: kumpulan ketentuan dasar yang memberiarah
langkah-langkah yang harus dilakukan. Pedoman merupakan
dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan
b) Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan, sehingga
dapatd i a r t i k a n p e d o m a n m e n g a t u r b e b e r a p a h a l , s e d a n g k a n
p a n d u a n h a n y a mengatur 1 (satu) kegiatan. Pedoman/ panduan dapat
diterapkan denganbaik dan benar melalui penerapan SPO
c) Standard Operating Procedures
(SOP) adalah serangkaian instruksitertulis yang dibakukan mengenai
berbagai proses penyelenggaraanadministrasi pemerintah.

Referensi :
Fauzi, Nugraha. 2019. SPO Rumah Sakit : Pedoman Lengkap Penyusunan dan
Pembuatan SPO Rumah Sakit. https://www.nerslicious.com/spo-rumah
sakit/. (Akses: 7 April 2023).

4.elemen penilaian adalah Penilaian suatu Standar dilaksanakan melalui penilaian


terpenuhinya setiap elemen pada sebuah standar. EP ditujukan untuk memberikan
kejelasan pada standar dan membantu rumah sakit memenuhi ketentuan yang ada.

Referensi :
Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/Menkes/1128/2022, Tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit

6. Penerapan indikator SMART, yaitu


SMART atau Simple, Measurable, Attributable, Reliable, dan Timely. Yaitu dalam
pemilihan indikator harus :

a. Sederhana

Indikator yang ditetapkan sedapat mungkin sederhana dalam pengumpulan data


maupun dalam rumus penghitungan untuk mendapatkannya.
b. Terukur

Indikator yang ditetapkan harus mempresentasikan informasinya dan jelas ukurannya


sehingga dapat digunakan untuk perbandingan antara satu tempat dengan tempat lain
atau antara satu waktu dengan waktu lain agar memudahkan dalam memperoleh data.

Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan indikator sesuai dengan cara kerja
indikator tersebut. Umumnya digunakan klasifikasi dengan berpegang pada
pendekatan sistem. Untuk menyederhanakan penetapan indikator menuju Indonesia
Sehat, Propinsi Sehat, Kabupaten/Kota Sehat, Kecamatan Sehat dan Perusahaan Sehat
maka dibuat tiga kategori indikator yakni:

a. Indikator Derajat Kesehatan sebagai Hasil Akhir

Indikator Hasil Akhir yang paling akhir adalah indikator-indikator mortalitas yang
dipengarhi oleh indikator-indikator morbiditas atau kesakitan dan indikator status gizi.

b. Indikator Hasil Antara

Indikator ini terdiri atas indikator-indikator ketiga pilar yang mempengaruhi hasil
akhir yaitu indikator-indikator keadaan lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup
masyarakat serta indikator-indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.

Referensi :

Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/Menkes/1128/2022, Tentang Standar


Akreditasi Rumah Sakit

8. menentukan skala prioritas indikator mutu RS yaitu dengan Identifikasi pelayanan


unit kerja di rumah sakit yang kritikal, risiko tinggi (high risk), diberikan dalam
volume besar (high volume), cenderung bermasalah (problem prone) yang langsung
terkait dengan mutu asuhan dan keamanan lingkungan, dengan melihat dari data
insiden keselamatan pasien, komplain pasien, data 10 besar penyakit, atau data lain
yang mendukung.Identifikasi pelayanan yang bermasalah dari area prioritas (unit
yang skornya paling tinggi) yang sudah ditetapkan pada pelayanan yang kritikal,
risiko tinggi (high risk), diberikan dalam volume besar (high volume), cenderung
bermasalah (problem prone) yang langsung terkait dengan mutu asuhan dan
keamanan lingkungan, dengan melihat dari data insiden keselamatan pasien, komplain
pasien, data 10 besar penyakit, atau data lain yang mendukung.

Referensi :

Nurhidayah, Amalia. (2022). Keselamatan pasien RSGMP UNIMUS berdasarkan


Sistem Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) 1.1 Komisi Kreditasi Rumah Sakit
(KARS). Thesis. Universitas Muhammadiyah Semarang

10. standar outcome merupakan hasil akhir dari kegiatan dan tindakan tenaga
kesehatan profesional terhadap pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat
kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negative. Outcome jangka pendek adalah
hasil dari segala sesuatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu. Outcome jangka
panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional pasien

Referensi:
Donabedian, A. 2005. Evaluating the Quality of Medical Care. The Milbank
Quarterly, Vol. 83, No. 4 , 691-729.

12.penyimpanan Rekam Medis RS yaitu Sistem sentralisasi merupakan sistem


penyimpanan yang menyatukan semua dokumen rekam medis baik pasien rawat jalan,
rawat darurat dan rawat inap dalam sebuah tempat penyimpanan. Kelebihan dari
sistem ini adalah informasi hasil pelayanan dapat dilakukan secara
berkesinambungan.

Referensi :
Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/Menkes/1128/2022, Tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit

14. langkah analisa situasi.


Pertama, yaitu memisah misahkan permasalahan dilakukan agar beberapa
permasalahan yang timbul menjadi masalah tunggal yang perlu dipecahkan.
Beberapa hal pokok yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Jika ada penyimpangan/deviasi permasalahan yang ada, maka digunakan
sistematika analisis persoalan (AP) yang nanti akan kita diskusikan. Bila
permasalahan tersebut bersifat darurat/emergency dan perlu diputuskan maka
analisis keputusan (AK) akan dilakukan terlebih dahulu.
b. Rumusan permasalahan kadang-kadang terlalu umum, dan dalam hal ini
kita perlu mengajukan beberapa pertanyaan yang lebih spesifik. Berdasarkan
pertanyaan yang spesifik ini maka beberapa permasalahan yang ada dapat
dipisahkan satu sama lain.
c. Berbagai permasalahan yang muncul kadang kala berhubungan satu sama
lain dan bisa disusun kerangka sebab-musababnya. Untaian mata rantai yang
demikian akan memudahkan kita menyelesaikannya.
d. Sering juga dihadapi masalah yang sudah lama terjadi dan belum dapat
dipecahkan. Untuk ini mungkin diperlukan pemisahan menurut bidang atau
golongan tertentu.
Kedua, setelah masalah tersebut dipisah-pisahkan maka dihasilkan masalah
tunggal. Pertanyaan selanjutnya adalah masalah mana yang perlu dipecahkan
terlebih dahulu. Atas dasar itu, urutan masalah prioritas perlu ditentukan. Beberapa
pertimbangan dalam menentukan prioritas pemasalahan yang ada adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat kegawatan/seriousness, seperti besarnya akibat pemasalahan yang
ada dan kerugian dalam besaran kuantitatif. b. Mendesak/urgency, pertimbangan dari
aspek waktu, yaitu apakah
permasalahan tersebut dapat ditunda atau harus segera dipecahkan. Semakin
pendek tenggang waktunya maka semakin mendesak untuk dipecahkan.
c. Perkembangan, yaitu kecenderungan atau perkembangan akibatnya sendiri,
semakin meningkat atau menurun. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka kita
menilai pertimbangan permasalahan yang ada dengan kualifikasi, seperti:
tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka masalah
yang perlu dipecahkan adalah masalah yang tingkat keseriusannya tinggi dan
mendesak untuk dipecahkan serta perkembangannya tinggi.
Ketiga, adalah melokasi permasalahan tunggal yang merupakan hasil seleksi dan
selanjutnya menentukan proses yang cocok untuk menyelesaikannya. Terdapat tiga
kemungkinan sifat masalah, sebagai berikut.
a. Jika masalahnya berupa penyimpangan dari standar dan memang perlu
diketahui sebabnya maka dapat digunakan proses analisis permasalahan (AP).
b. Jika masalahnya berupa pilihan di antara sejumlah alternatif, maka dapat
digunakan proses analisis keputusan (AK) untuk menentukan alternatif terbaik.
c. Jika masalahnya berupa menentukan tindakan untuk menjamin keberhasilan
pelaksanaan suatu keputusan maka dapat digunakan proses analisis
permasalahan yang berupaya mengidentifikasi persoalan potensial yang
mungkin timbul dan menyiapkan tindakan preventif/pencegahan dan tindakan
protektif/penanggulangan.

Referensi :
Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Ed. 3. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
Soemohadiwidjojo, A. T. 2014. Mudah menyusun SOP. Jakarta : Penebar Plus.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Mutu-dan-Kebijakan-Layanan-Kesehatan-Komprehensif.pdf

16.EQ dan PQ untuk mengukur tingkat kepuasan secara multi atribut.

EQ adalah Kuesioner harapan 3 Ketenangan lokasi: 10 Ketepatan waktu instruktur:


Setelah kuesioner telah diisi seluruhnya, selanjutnya dilakukan rekapitulasi hasil
pengisian kuesioner.

Sedangkan PQ adalah Kategori tingkat kepuasan untuk masing-masing responden


(skor rerata PQ – rerata EQ) dikonversikan ke dalam 4 kategori tingkat kepuasan,
yaitu:

1) sangat tidak puas, 2) tidak puas, 3) puas, 4) sangat puas.

Referensi :

Pyzdek, T., Keller, PA. (2019). The Handbook for Quality Management: A Complete
Guide to Operational Excellence. McGraw-Hill Education.

18.Kelebihan ialah dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi dan setiap
orang yangterlibat di dalamnya dapat menyumbangkan saran yang mungkinmenjadi
penyebab masalah tersebut. Kemudia, kekurangan dalam pembuatan fishbone
diagram menggunakan opinion based on tool yang menyebabkan adanya
pembatasan kemampuan dari tim/pengguna untukmenjabarkan masalah, padahal
permasalahan tersebut memerlukan metode “level why” yangdalam, kecuali bila
kertas yang digunakan benar – benar besar untuk menyesuaikan dengankebutuhan
tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling
mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.

Referensi :
Hasibuan R. 2021. Bahan Ajar dan Evaluasi Kesehatan. Medan : FKM UISU.

20.indikator kinerja di RS tempat bekerja meliputi :


- Ketepatan waktu pelayanan (OTD)
-Pelayanan sesuai protap dan standar
-Pelayanan oleh dokter spesialis
-Penerapan program patient safety
-Zero error

22. Peran citra rumah sakit


Citra rumah sakit memiliki fungsi sebagai penghubung dan penjaga keharmonisan
hubungannya dengan pelanggan mereka. Sementara itu, Citra (Brand Image) yang
baik diharapkan akan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen terutama
dalam hal proses keputusan pembeliannya.

Referensi :
Astari, Ruri. (2020). Mutu Pelayanan Kebidanan & Kebijakan Kesehatan. Deepublish
: Yogyakarta.

24. Manajemen konflik adalah suatu pendekatan atau suatu kegiatan yang dilakukan
untuk komunikasi dengan pihak yang terkait dengan konflik tersebut.

Pelaku konflik tersebut bisa mempengaruhi kepentingan bersama dalam suatu


organisasi. Salah satunya adalah perusahaan. Konflik dalam suatu perusahaan
memang biasa terjadi. Tetapi konflik bisa memperburuk keadaan dan kepentingan
organisasi. Oleh karena itu, diperlukan adanya manajemen konflik dalam perusahaan
agar tidak terjadi masalah yang lebih besar karena konflik tersebut. Menurut ahli
Howard Ross, manajemen konflik adalah langkah yang diambil pihak ketiga dengan
tujuan mengarahkan konflik ke hasil tertentu yang mungkin/tidak menghasilkan hasil
akhir berupa penyelesaian konflik atau mungkin/tidak menghasilkan ketenangan atau
hasil mufakat. Adanya strategi manajemen cara mengatasi penyelesaian konflik dalam
organisasi, perusahaan, atau enterprise memiliki banyak fungsi. Manajemen konflik
bisa meningkatkan kreatifitas dan kinerja para pekerja, mengembangkan kemampuan
karyawan, melatih kemampuan menyelesaikan konflik, hingga meningkatkan rasa
saling menghormati. Hal ini akan membangun perusahaan menuju lebih baik lagi.

1) - Fokus pada Problem, Bukan Hal Pribadi


2) -Berkomunikasi Secara Terbuka
3) -Kembangkan Metode Spesifik untuk Setiap Problem
4) -Minta Pendapat Pihak Netral
5) -Konsisten dan Komitmen dalam Penyelesaian Konflik
6) -Evaluasi dan Kompromi
7) -Bersikap Adil terhadap Semua Anggota Tim

Referensi :
Siswati & Maryati, S. 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan II :Akreditasi dan
Manajemen Resiko. Jakarta : Pusat Pendidikan SDM Kesehatan Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai