12
Yang terhormat:
Bung Ketua Umum Pengurus Besar AMGPM,
yang diwakili oleh .....
Bapak Walikota Ambon yang diwakili
oleh ................
Bapak Ketua Klasis GPM Pulau Ambon
Ketua-ketua Majelis Jemaat GPM se-Klasis Pulau
Ambon, khususnya Ketua Majelis Jemaat GPM
Naku beserta segenap jajaran Majelis dan
perangkat pelayan dalam Jemaat.
Para Pembina AMGPM Daerah Pulau Ambon
Kepala desa Naku dan Staf
Panitia Penyelenggara MPPD XXIII AMGPM
Daerah Pulau Ambon
Seluruh Pengurus Cabang AMGPM dalam
wilayah pelayanan Daerah Pulau Ambon, serta
Para Undangan yang tidak sempat disebutkan
namanya masing-masing.
Ajakan bersyukur..
12
Bapak/ibu/saudara-saudara sekalian
12
kemudian mengajukan rancang bangun kegiatan-
kegiatan tahun 2009.
Bapak/ibu/saudara-saudara sekalian
Bapak/ibu/saudara-saudara sekalian
12
MPPD XXII mesti menjadi saat perenungan dan sikap
warga AMGPM Pulau Ambon terhadap problem
independensi organisasi.
Epidemi politik praktis, tanpa sadar mulai menyeret
identitas AMGPM dari perspektif dan citra independen
menjadi salah satu dasar penting kepentingan politik.
Ini merupakan hasil analisis data dan temuan secara
random dalam berbagai momen visitasi di beberapa
cabang dan ranting. Dalam hal ini, korelasi problem
identitas akan menentukan pengakuan atau penolakan
sosial lingkungan eksternal terhadap AMGPM dan
tentu menghambat organisasi ini untuk tampil lebih
kritikal demi kepentingan organisasi, gereja, dan
masyarakat.
Sesungguhnya bukan persoalan kuantitatif yang
menentukan daya eksis independensi AMGPM,
melainkan kualitas dan penetrasi makna etis yang
terpendam dalam hanya dua kali penyebutan kata
independen di AD/ART AMGPM.
Sampai di sini tidak ada ruang kelit sedikitpun yang
membenarkan perilaku non-independen, atas dasar
hak-hak individu untuk berserikat, dan berkumpul,
termasuk dalam hal pilihan politik.
Masalah ini menguat akhir-akhir ini, karena ketika kita
memilih untuk menjadi anggota dan pengurus
AMGPM memiliki hakikat melepaskan sejumlah besar
12
kemerdekaan individual untuk memikul status yang
mewakili kehendak kolektif konstituen organisasi.
Dengan demikian, kemerdekaan dan apresiasi bebas
pengurus AMGPM selayaknya mutlak merefleksikan
perasaan dan kehendak organisasi, yang dengannya
kebebasan individual makin berkurang, bukan
bertambah!
Sebab tiap orang yang masuk dari halaman ke dalam
rumah, selalu mengakibatkan pandangannya hanya
menjadi luas melalui jendela dan gerakannya menjadi
luas melalui pintu. Selebihnya ada dinding yang
membatasi. AMGPM adalah rumah di tengah-tengah
halaman publik yang luas. Memilih AMGPM berarti
bersedia disekat dalam dinding-dinding etis AMGPM.
Makna filosofis dinding etis AMGPM terefleksi dalam
independensi nilai dirinya, yang tidak dapat gugur
karena dalil kemerdekaan individual.
Tidak ada cara lain yang lebih bijaksana untuk
meluruskan identitas independen AMGPM selain
dengan meminta bahkan jika mungkin melakukan
peneguran dari dalam, terhadap eksistensi orang per
orang yang melakukan pencemaran identitas AMGPM,
sambil menyelenggarakan mekanisme organisasi yang
berpihak kepada citra independensinya.
Terkait Pemilu Legislatif 2009, dengan fenomena
maraknya kader AMGPM yang terlibat sebagai Caleg,
12
mengharuskan saya untuk berbicara secara terbuka di
saat ini. AMGPM sebagai organisasi kader dan dapur
pembinaan kader pemuda GPM memiliki tanggung
jawab sebagai motivator pembangunan bangsa dan
negara Republik Indonesia. Saya menyambut dengan
baik dan mendukung semua kader yang terjun dalam
proses-proses politik dimaksud. Namun perlu juga saya
ingatkan bahwa makna filosofis dinding etis AMGPM
harus kita jaga agar tidak runtuh karena kepentingan
politik. Karena sadar ataupun tidak, Pemilu Legislasi
2009 bisa menjadi peluang yang baik bagi
pertumbuhan AMGPM tetapi juga dapat menjadi
ancaman yang potensial bagi perpecahan dalam tubuh
AMGPM.
Sekalipun keras, pernyataan ini perlu disitir sekarang.
Karena bagaimanapun juga tahun ini akan menjadi
tahun yang memikul beban mekanisme demokrasi
prosedural dan politik praktis yang berat dari sisi
menjaga dilacurkannya organisasi yang kita cinta ini,
terlebih lagi ditengah pencemaran makna
independensi.
Bapak/ibu/saudara-saudara sekalian
Bapak/ibu/saudara-saudara sekalian
Akhirnya .
Jika ingin berteman, jangan memuji, karena sekalipun
pujian itu menyenangkan, ia tidak mengajarkan
apapun. Bertemanlah dalam kritik karena disanalah
ada kesadaran perubahan.
12