Anda di halaman 1dari 6

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PELAYANAN

GBPP
ANGKATAN MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU
PERIODE 2010-2015

A. PENGERTIAN
GBPP merupakan pedoman umum pelayanan dan pengembangan AMGPM
yang dijabarkan secara operasional melalui Arah dan Kebijakan Umum Pelayanan
yang dituangkan secara khusus dalam perumusan dan pelaksanaan program-
program kegiatan kepengurusan AMGPM pada semua jenjang (Pengurus Besar,
Pengurus Daerah, Pengurus Cabang, Pengurus Ranting) selama periode tugas 5
(lima) tahun ke depan. GBPP ini ditetapkan oleh Kongres (ART Bab IV Pasal 7 Ayat 7
huruf c yuncto Pasal 9 Ayat 7 huruf c, Pasal 13 Ayat 7 huruf b) sekaligus menjadi
acuan dalam setiap persidangan tahunan/lembaga legislatif AMGPM (MPP, MPPD,
MPPC dan Rapat Kerja Ranting; lihat AD Bab IV Pasal 8 Ayat 8 huruf b yuncto Pasal 10
Ayat 8 huruf b, Pasal 12 Ayat 8 huruf b, pasal 14 Ayat 6 huruf b) untuk
diimplementasikan pada setiap jenjang sesuai kebutuhan dan tantangan pelayanan
yang nyata.
Itu artinya GBPP pun secara paradigmatis koheren dengan PIP-RIPP GPM yang
menganut gagasan sentralisasi visi dan desentralisasi prakarsa. Pengertian itu
merupakan sebuah imperatif bagi AMGPM untuk berpikir global dan bertindak lokal
sesuai konteks pelayanannya. Dengan demikian maka AMGPM senantiasa berada
sebagai bagian tak terpisahkan dari GPM sebagai locus kegerejaannya di tengah
dunia. Dalam locus kegerejaan itu, AMGPM bergumul dengan konteks yang
senantiasa mengalami perubahan.
Secara konseptual, GBPP tidak hanya merupakan suatu bagian dari
kelengkapan berorganisasi yang bersifat teknis-operasional, tetapi secara teologis
GBPP merupakan akta pertanggungjawaban AMGPM terhadap panggilan
pengutusannya di tengah dunia. GBPP menjadi arah bagi AMGPM untuk secara
berkala mengarahkan diri pada tujuannya yakni membina pemuda GPM sebagai
pewaris dan penerus nilai-nilai Injili agar memiliki ketahanan iman, IPTEK, sosio-
ekonomi, sosio-budaya, dan sosio-politik untuk mewujudkan tanggungjawabnya
dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan kata lain, GBPP merupakan suatu kenyataan iman AMGPM yang
memperlihatkan pergumulan rangkap iman dan konteks. GBPP menjadi suatu cara
AMGPM mengerjakan iman yang hidup di tengah tantangan dunia yang selalu
berubah. Di dalam perubahan-perubahan dunia yang terus bergerak itulah, AMGPM
senantiasa mengacu pada mottonya yaitu Kamu adalah Garam dan Terang dunia.
Ketaatan dan kesetiaan AMGPM terhadap motto selaku bentuk keyakinan iman
pemuda Gereja tercermin dalam GBPP yang menjadi praksis dari iman yang hidup
tersebut. GBPP menjadi gambaran dari praksis bergereja dan bermasyarakat dari
AMGPM.

1
B. LANDASAN
Landasan penyusunan Garis-garis Besar Program Pelayanan AMGPM adalah :
1. Landasan idiil : Pancasila
2. Landasan konstitusional :
1. UUD 1945
2. Tata Gereja Gereja Protestan Maluku
3. PIP-RIPP GPM tahap II 2010-2015
4. AD-ART Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku
5. Peraturan Organisasi Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku

3. Landasan operasional :
1. Kebijakan Umum Program Pelayanan (KUP) Ruling Pemuda GPM
2. Rencana (draft) Garis-garis Besar Program Pelayanan Pemuda
GPM 2010-2015.

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Garis-garis Besar Program Pelayanan (GBPP) AMGPM dirumuskan dan ditetapkan
dengan maksud untuk menjadi pedoman dalam penyusunan dan perumusan
program pelayanan yang berkesinambungan, komprehensif, kontekstual dan
partisipatif dalam rangka mewujudkan Amanat Pelayanan Angkatan Muda Gereja
Protestan Maluku.
Tujuan GBPP AMGPM adalah;
1. Untuk mewujudkan cita-cita AMGPM sebagaimana dimaksud dalam AD-ART
AMGPM melalui program lima (5) tahun.
2. Sebagai kerangka acuan konsepsional dan alat bantu evaluasi kualitatif dalam
rangka penilaian dan evaluasi terhadap seluruh program pelayanan AMGPM
selama 5 tahun yang terjabarkan dalam program dan kegiatan pert tahun yang
dirumuskan, ditetapkan dan dilaksanakan pada setiap jenjang organisasi
AMGPM.

D. ARAH KEBIJAKAN GBPP PERIODE 2010-2015


Arah kebijakan GBPP Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku 2010-2015
dirumuskan dalam hubungannya dengan visi pelayanan GPM dalam PIP-RIPP tahap II
tahun 2010-2015 yaitu Menjadi Gereja yang memiliki kualitas iman dan karya
secara utuh untuk bersama-sama dengan semua umat manusia dan ciptaan Allah
mewujudkan kehidupan yang berkeadilan, damai, setara, dan sejahtera sebagai
tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia. Visi tersebut dijabarkan dalam 3 misi yaitu (1)
Mengembangkan kapasitas Gereja secara integral, (2) Memenuhi amanat panggilan
sebagai Gereja Kristus yang hidup di kepulauan Maluku, dan (3) Pelayanan di
Indonesia dan dunia. Visi dan misi tersebut tertuang dalam Tema Pelayanan GPM
dalam kurun waktu pelaksanaan PIP-RIPP GPM tahap II yaitu Tuhan itu baik kepada
semua ciptaan (Mazmur 145:9). Secara khusus, PIP-RIPP GPM tahap II merupakan

2
Tahap Pengembangan dan Kemandirian. Hal itu berarti penguatan karakter kader
AMGPM merupakan simpul yang mentautkan PIP-RIPP GPM dengan GBPP AMGPM.
Secara umum diarahkan untuk:
1. Menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah di tengah medan gumul AMGPM yaitu
mewartakan kebenaran, menegakkan keadilan, mengusahakan kesejahteraan,
membangun persekutuan, membina persaudaraan, serta mengembangkan
kesetaraan antar manusia.
2. Mengembangkan ketahanan iman (moral/etik), ketahanan IPTek, ketahanan
sosio-ekonomi, sosio-budaya dan sosio-politik.
3. Membina spiritualitas pemuda gereja, persekutuan, daya refelski-aksi yang
transformatif dan partisipatif untuk menyatakan tugas-tugas kesaksian di tengah
konteks pelayanan dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat, berbangsa dan
benegara.
4. Menjadi tempat berlatih bagi para pemimpin masa depan yang memiliki
kekuatan etik-moral, visioner, kemantapan wawasan eklesiologis, jiwa
nasionalisme serta memiliki tanggungjawab dan komitmen dalam pelayanan
Gereja di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Secara khusus kebijakan GBPP diarahkan untuk:


1. Pemantapan dan pengembangan kapasitas keorganisasian AMGPM yang terarah
pada peningkatan fungsi kelembagaan untuk membangun karakter kader
AMGPM. Orientasi kelembagaan tidak lagi hanya menjadi instrumen teknis
organisasi, tetapi berorientasi untuk peningkatan partisipasi dan kualitas kader
secara menyeluruh. Artinya struktur organisasi bukan tujuan dari seluruh proses
pengkaderan di AMGPM tetapi (struktur atau kelembagaan) menjadi fungsi
kepemimpinan yang partisipatif dan emansipatif bagi kepentingan seluruh kader
AMGPM. Dengan begitu maka keberhasilan panggilan pelayanan tidak menjadi
indikator keberhasilan struktur atau kelembagaan AMGPM tetapi ditentukan oleh
seluruh kader.Dengan begitu AMGPM harus bertumbuh secara organis yang
sinergis antara kader dan struktur kelembagaan/keorganisasian.
2. Implementasi Kurikulum Pendidikan Kader AMGPM. Program ini harus menjadi
perhatian AMGPM serta Gereja secara berjenjang pada setiap tingkatan. Dengan
demikian, keluaran dari pendidikan kader AMGPM akan berdampak bagi proses
peningkatan kualitas kepemimpinan pemuda Gereja dan Gereja secara
keseluruhan, serta peran kepemimpinan kader di tengah kehidupan
bermasyarakat.
3. Peningkatan kapasitas AMGPM yang terarah pada peningkatan kapasitas kader,
peningkatan kapasitas kelembagaan, peningkatan kapasitas kepengurusan. Ketiga
hal tersebut koheren dengan penguatan 3 profil bergereja dalam PIP-RIPP GPM
yaitu profil kelembagaan, profil keumatan dan profil pelayan. Sebagai bagian dari
GPM, maka seluruh proses peningkatan kapasitas yang dilakukan oleh AMGPM
harus berlangsung secara sinergis dengan dinamika bergereja pada setiap jenjang
organisasi AMGPM dan Gereja. Salah satu aspek yang penting dari penguatan
kapasitas tersebut adalah peningkatan partisipasi kader dalam setiap kegiatan

3
AMGPM. Hal tersebut juga berkaitan dengan isu keumatan yang dialami Gereja
yaitu rendahnya partisipasi umat dalam kegiatan bergereja. Apa yang dialami
GPM dan AMGPM harus diatasi secara bersama-sama dalam fungsi kelembagaan
masing-masing organisasi serta usaha terus menerus untuk mengembangkan
kesadaran bergereja pada sisi umat maupun kader AMGPM. Artinya peningkatan
partisipasi umat dalam pelayanan gereja harus berdampak pada meningkatnya
partisipasi warga gereja secara khusus kader AMGPM dalam pelayanan AMGPM.
Hal itu berarti Gereja bersama AMGPM mesti berperan secara lebih aktif pada
tingkat basis (jemaat-ranting, klasis-cabang) untuk mengatasi isu-isu pelayanan
yang membutuhkan pendampingan maupun penguatan pastoral demi kelancaran
pelayanan AMGPM. Fungsi pembinaan dan pendampingan Gereja tersebut
berjalan sinergis bersama-sama dengan wadah pelayanan maupun perangkat
pelayanan Gereja yang lain.
4. AMGPM harus dimanfaatkan secara maksimal oleh para kader sebagai tempat
berlatih untuk menjadi pemimpin yang mau bertanggung jawab dan komitmen
terhadap seluruh usaha pembaharuan dan kemajuan jemaat-jemaat serta di
tengah kehidupan masyarakat. AMGPM harus menjadi pusat latihan untuk
menciptakan kader masa depan Gereja untuk tugas-tugas pelayanan Gereja
maupun masyarakat, yang memiliki kekuatan etik-moral, spiritual, berwawasan
eklesiologi yang kuat dan transformatif, memiliki kemampuan bekerjasama dan
berpikir strategis, serta memiliki dedikasi dan loyalitas untuk mengisi fungsi-
fungsi kepemimpinan di tengah kehidupan bermasyarakat. Kader AMGPM harus
menjadi kekuatan pembaharu yang menentukan seluruh gerak perubahan
masyarakat.
5. AMGPM harus mengembangkan advokasi bagi masyarakat yang mengalami
ketertindasan, ketertinggalan, pemiskinan, ketidakadilan, lingkungan ekologis
yang mengalami proses perusakan, ketidakpastian hukum, ketidaktahuan hukum
dan HAM, serta isu-isu kemanusiaan yang lain. Seluruh proses ber-AMGPM harus
ditempatkan sebagai bagian dari usaha melepaskan diri dari proses
pembodohan, proses pemiskinan, proses pemelaratan dan sebagainya. Advokasi
dan tindakan penyadaran AMGPM harus terarah pada usaha untuk memutus
mata rantai kekuasaan dan modal yang mempersulit dan melemahkan masa
depan masyarakat. Itu artinya iman AMGPM harus menjadi iman yang
kontekstual dan transformatif demi pembaharuan masyarakat. Dalam kaitan
dengan itu, kemitraan dan kerjasama dengan seluruh kekuatan masyarakat sipil
harus selalu dibangun dan dikembangkan. Kemitraan itu harus berdampak
terhadap fungsi AMGPM untuk mendorong proses pemberdayaan masyarakat
serta memperkuat integrasi sosial di tengah kehidupan bersama yang majemuk.
6. Dalam kaitan dengan itu, AMGPM secara sosiologis bukan hanya fakta dari
Gereja, tetapi juga adalah fakta dari dinamika kepemudaan bangsa ini. Dalam
perspektif itu, AMGPM juga merupakan suatu Organisasi Kemasyarakatan
Pemuda (OKP) yang berada dalam jaringan kerjasama dengan OKP lainnya, serta
KNPI sebagai wadah berhimpun OKP. Kerjasama AMGPM dengan OKP lain harus
ditempatkan sebagai bagian dari usaha memperkuat semangat kebangsaan, rasa

4
nasionalisme serta pluralisme yang lintas agama dan ideologi. Dengan demikian,
diperlukan revitalisasi terhadap peran sosial AMGPM dalam konteks kehidupan
bermasyarakat sebagai kekuatan perubahan dan transformasi sosial. AMGPM
harus berorientasi pada isu-isu yang mengarah pada integrasi bangsa dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
7. AMGPM perlu membangun kemitraan sosial yang mencakup:
1. Secara internal, AMGPM harus mengembangkan kemitraan dengan wadah-
wadah pelayanan dan kelompok bina umat yang lain dalam lokus kegerejaan
yaitu GPM. Selama ini proses pembinaan dan pelayanan AMGPM terkesan
berdiri sendiri, lepas dan tak terintegrasi secara fungsional dengan gerak dan
dinamika pelayanan gereja. Diperlukan pemahaman baru terhadap peranan
dan fungsi kelembagaan AMGPM terhadap GPM, sebaliknya juga peran dan
fungsi kelembagaan GPM terhadap AMGPM. Agar pelayanan AMGPM
terhisab sebagai bagian dari pelayanan Gereja dalam berbagai aspek. Secara
khusus adalah peran Gereja untuk meningkatkan partisipasi jemaat terhadap
peningkatan kemampuan finansial AMGPM secara berjenjang dari tingkat PB,
Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan Pengurus Ranting. Struktur Gereja
para berbagai aras yaitu Sinodal, Klasis, Jemaat, Sektor harus sinergis untuk
melengkapi kemampuan AMGPM dalam mengerjakan tugas pelayanannya.
Sinkronitas PIP-RIPP GPM dan GBPP serta KUP AMGPM harus juga nyata
dalam daya dukung seluruh aras pelayanan GPM terhadap penyelenggaraan
pelayanan AMGPM. Untuk itu perlu dilakukan reorganisasi tata pelayanan
GPM cq. Rancangan Perubahan tata Gereja untuk bidang pemuda, secara
spesifik tentang penataan hubungan kerjasama AMGPM dan GPM selaku
Gereja.
2. Secara eksternal, AMGPM perlu mengembangkan kemitraan dengan
pemerintah setempat (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan,
Desa/Negeri/Ohoi/Kelurahan/Dusun), DPRD, lembaga swadaya masyarakat,
serta mitra kerja lainnya, pada setiap jenjang organisasi. Dalam kaitan dengan
itu, peran dan partsipasi AMGPM di setiap aras harus lebih ditingkatkan
dalam perumusan program desa/negeri/kabupaten-kota/provinsi melalui
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) agar terdapat
koherensi program AMGPM dengan program pembangunan yang dikerjakan
oleh pemerintah daerah. Dengan cara itu, AMGPM akan lebih meningkatkan
partisipasinya di dalam proses pembangunan secara sinergis dengan semua
kekuatan sosial-politik untuk mendorong pemberdayaan masyarakat. Seluruh
program tersebut mengacu pada 3 perspektif program AMGPM yaitu (1)
perspektif program mandiri, (2) perspektif program kerjasama antar lembaga,
(3) perspektif program partisipasi.
8. AMGPM harus berusaha untuk meningkatkan kedewasaan dan wawasan
teologi, daya dan dana. Proses ber-AMGPM harus menjadi proses untuk
membangun wawasan berteologi pada kader. Wawasan berteologi GPM
adalah wawasan berteologi yang menganut pengertian imamat am orang
percaya artinya setiap kader mesti memiliki ketahanan teologi yang kuat,

5
yang memampukannya untuk bertindak secara bertanggung jawab di tengah
kehidupan sehari-hari. Proses ber-AMGPM juga harus berdampak pada
peningkatan kualitas kesejahteraan para kader. Indikator kesejahteraan mesti
menjadi indikator ketercapaian tujuan pelayanan AMGPM. Kelemahan
AMGPM secara berjenjang selama ini pun diakibatkan ketidakmampuan
AMGPM pada berbagai lini untuk menjadi kekuatan bagi tumbuhnya
kesadaran dan tindakan untuk mengembangkan kesejahteraan tiap kader.
Ketidaksejahteraan para kader berdampak pada kelemahan AMGPM pada sisi
pendanaan. Secara teologis, kekuatan AMGPM terletak pada pengucapan
syukur para kader melalui tugas dan tanggungjawab kerjanya. Lemahnya
topangan finansial para kader terhadap AMGPM disebabkan rendahnya
kesejahteraan para kader. Artinya, jika daya dukung organisasi dari segi
finansial hendak ditingkatkan, maka salah satu aspek yang perlu dikerjakan
adalah melalui peningkatan etos kerja kader. Dengan begitu, AMGPM benar-
benar menjadi gereja yang hidup karena kasih karunia Allah yang terjelma
melalui kesejahteraan kader. Pada sisi lain, perlu dipikirkan relasi kerjasama
GPM dengan AMGPM secara berjenjang untuk menopang kemampuan
finansial AMGPM yang semuanya terarah untuk pelayanan bagi jemaat itu
sendiri.

E. INDIKATOR KETERCAPAIAN
Beberapa indikator ketercapaian program berdasarkan profil pengembangan
AMGPM yaitu:
1. Meningkatnya partisipasi pemuda gereja dalam kegiatan AMGPM.
2. Meningkatnya fungsi kelembagaan AMGPM bersama kelembagaan GPM
pada berbagai jenjang untuk meningkatkan pastisipasi dan emansipasi kader
dalam seluruh program pelayanan AMGPM, serta memantapkan peran
AMGPM sebagai organisasi kader.
3. Meningkatnya fungsi kepengurusan AMGPM dalam mengembangkan
kerjasama dengan seluruh pihak dalam mengimplementasikan program
pelayanan AMGPM.

F. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PELAYANAN (TERLAMPIR)

G. PENUTUP
Demikianlah Garis-garis Besar Program Pelayanan (GBPP) Angkatan Muda
Gereja Protestan Maluku (AMGPM) periode 2010-2015 ini dibuat dan ditetapkan
oleh Kongres XXVII tahun 2010 untuk kepentingan pekerjaan pelayanan AMGPM bagi
kemuliaan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai