Anda di halaman 1dari 11

asdfghjklasdfghjk

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus Praktek Klinik lanjut Rumah Sakit Mata Cicendo Prodi DIII.
Optometri dengan judul ” Koreksi Kelainan Refraksi Pada Anak Dengan
Kondisi Mata Pseudophakia Dan Blefaritis Di RS Mata Cicendo ” yang
disusun oleh :
Nama : Zeina Nur Aramdi
Nim : 40120005

Telah diperiksa dan disahkan oleh clinical isnstruktur/pembimbing

Tasikmalaya, April 2023

Pembimbing Lahan/ CI Pembimbing Institusi

Nur Aisah, A.Md.RO.,S.K.M.,M.M Iis Rahmawati, A.Md.RO

Mengetahui,
Ketua Prodi DIII.Optometri

Hanna Nurul Husna, M.Pd


NIDN : 0421089102
Riwayat penyakit dahulu :

HT (-), DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada.

Riwayat pemakaian kacamata:

Tidak ada.

Riwayat Pengobatan :

Tidak ada

A. STATUS GENERAL

Kesadaran : compos mentis.

Tekanan Darah : Sistolik = - mmHg

Diastolik = - mmHg

Nadi : 104x/menit

Suhu : 36 oC.

Respirasi Rate : 24x/ menit.

Tinggi badan : 145 cm

Berat badan : 56
B. STATUS LOKALISASI

1. Pemeriksaan Inspeksi

OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Tenang Subkonjungtiva bleeding

Bola Mata Normal Normal


Kornea Jernih Hecting 1
Iris Coklat, kripte(+) Coklat, kripte(+)
pupil Kesan Bulat Kesan Bulat
Lensa Jernih Keruh, PC IOL (+), kesan PCO
gr 1

2. Pemeriksaan Palpasi

Palpasi OD OS
TIO (-) (-)
Nyeri tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) (-)

3. Tonometri

Tidak dilakukan pemeriksaan.

4. Visus

VOD : 0.4

VOS : 0.6 f2

5. Autorefraktometer

OD : S -1.25 C-1.00 x 170

OS : S -0.25 C-1.00 x 20
6. Hasil Koreksi

OD : S- 1.25 C-0.75 x 10 1.0 f2

OS : C-0.75 x 20 0.8

7. Pemeriksaan Slit Lamp

SLODS : Tidak dilakukan pemeriksaan.

8. Pemeriksaan Funduskopi

FOD : Papil bulat, batas tegas

FOS : Papil bulat, batas tegas

C. RESUME

Seorang pasien laki-laki usia 9 tahun, ialah pasien rujukan dari BKMM

Cikampek pasien mengalami katarak traumatika mata kiri dan iridoaialisa mata

kiri dengan keluhan yang dirasakan ialah buram dan seperti melihat selaput putih,

lalu dilakukan operasi di Rumah Sakit Mata Cicendo setelah itu pasien datang

untuk kontrol dan pasien mengeluhkan ODS mata buram (+), mata kiri sakit (+),

gatal (+), dan penglihatan masih seperti ada asap. Pada pasien lakrimalisasi (-),

secret (-), fotofobia (-). Riwayat penyakit sistemik (-), riwayat pengobatan (-),

riwayat pemakaian kacamata (-), pasien sebelumnya didiagnosis dengan katarak

traumatika OS dan kemudian dilakukan AI + sinekiolisis, terdapat jahitan kornea

1 buah intak.

Pemeriksaan 1 minggu pasca operasi katarak didapatkan pemeriksaan visus

ditemukan VOD: 0.4 dan VOS: 0.6 f2. Dilakukan pemeriksaan refraksi subjektif

dengan hasil OD S-1.25 C-0.50 x 10 dan OS S-0.25 C-0.75 x 20. Kemudian

dilakukan pemeriksaan refraksi objektif pada kedua mata pasien dengan hasil OD
S-1.25 C-0.75 x 10 1.0 f2 dan OS C-0.75 x 20 0.8, dan didapat juga koreksi

penglihatan dekat pada mata kiri yaitu +3.00 dalam jarak 30 cm. Setelah itu

pasien dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut oleh dr.Sp.M.

D. DIAGNOSIS KERJA

a. AMC OD + AMS OS

b. Psedophakia OS

c. Blefaritis OS

E. TREATMENT

Dilakukan koreksi kacamata maksimal

Edukasi

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, rencana pengobatan, serta

komplikasi yang dapat terjadi.

2. Menjelaskan perlunya konrtol.

3. Menyarankan menggunakan kacamata koreksi.

Medikamentosa :

Cendo Lyteers 0,01 %

Non-Medikamentosa :

1. Hindari mengucek mata

2. Kacamata dengan ukuran OD : S - 1.25 C- 0.75 x 10 dan OS : C- 0.75 x 20.

H. DISKUSI

Pasien dapat didiagnosis sebagai Astigmat Myopia Compositus pada mata


kiri dan Astigmat Myopia Simpleks pada mata kiri, serta psedophakia pada mata

kiri juga blepharitis. Didapat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis serta

terdapat gejala klinis pada pasien dengan keluhan pada saat kontrol yaitu

penglihatan buram masih samar samar pada mata kiri, masih terkadang terasa

sakit dan gatal pada mata kiri.

Diawali dengan dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan untuk

penglihatan jauh, visus untuk mata kanan yaitu 0.4 sedangkan untuk mata kiri

yaitu 0.6 f2, lalu mata kanan dan kiri di pinhole yang hasilnya maju. Lalu

dilakukan pemeriksaan refraksi objektif dengan menggunakan autorefractometer

dengan hasil yang di dapat adalah S-1.25 C-1.00 x 170 pada mata kanan

sedangkan pada kiri didapatkan S-0.25 C-1.00 x 20. Maka selanjutnya dapat

dilakukan pemeriksaan refraksi subjektif untuk penglihatan jauh dengan hasil

untuk mata kanan yaitu S -1.25 C-0.75 x 10 dan dapat membaca sampai baris 1.0

f2 sedangkan hasil pada mata kiri yaitu C-0.75 x 20 dan dapat membaca sampai

baris 0.8, kemudian dilakukan juga pemeriksaan penglihatan dekat dengan

menggunakan lensa +3.00 dan pasien dapat membaca sampai 0.8 metrix dengan

jarak 30 cm. Setelah itu pasien diberikan resep kacamata dengan ukuran dari hasil

pemeriksaan. Dengan begitu pasien dapat didiagonosis Astigmat Myopia

Compositus OD dan Astigmat Myopia Simpleks OS.

Pasien memiliki riwayat katarak dan telah melakukan operasi. Kondisi

yang terjadi pada pasien katarak yang telah melakukan operasi adalah dimana

media refraksi yaitu lensa dapat dikatakan menjadi pseudopakia karena lensa yang

terdapat dalam mata pasien adalah lensa IOL Pseudophakia adalah sebuah kondisi
dimata mata aphakia (tidak adanya lensa) telah dilengkapi dengan lensa

intraocular untuk menggantikan lensa kristal. Lensa introcular itu sendiri adalah

lensa buatan yang terbuat dari semacam plasrik (polimetilmetakrilat) yang stabil,

transparan dan ditoleransi oleh tubuh dengan baik (Hutasoit, 2017).

Penatalaksanaan katarak pada anak cukup kompleks dan menantang. Deteksi dini,

tatalaksana yang tepat dan tindak lanjut jangka panjang sangat penting untuk

mencegah kehilangan penglihatan permanen. Katarak pada anak harus segera

dilakukan operasi untuk mencegah ambliopia deprivatif (Rajavi & Sabbaghi,

2016).

Dalam catatan riwayat penyakit dahulu, pasien didiagnoisis katarak

traumatika. Katarak traumatika pada anak adalah salah satu penyebab utama

kebutaan monokular pada anak-anak, terjadi pada 29% -57% dari kasus katarak

anak. Mata anak masih dalam tahap perkembangan, dan trauma akan

menyebabkan komplikasi yang lebih berat (Shrestha & Adhikari, 2016).

Tatalaksana katarak traumatika yang tidak tepat akan memperburuk penglihatan,

termasuk kehilangan penglihatan binokuler, ambliopia, strabismus, low vision,

bahkan kebutaan (Xu, Huang, & Xie, 2013).

Kekeruhan pada media refraksi yang dialami pasien yaitu pada lensa,

pasca operasi katarak masih merupakan komplikasi yang sering ditemukan dan

dapat menimbulkan ambliopia, sehingga harus segera ditangani. Kekeruhan

kapsul posterior (PCO) akan terjadi jika kapsul posterior dibiarkan tetap utuh.

Kekeruhan masih dapat terjadi bahkan apabila sudah dilakukan kapsulotomi

posterior primer, hal ini disebut dengan Visual Axis Opacification (VAO) atau
kekeruhan kapsul posterior, terapi utama VAO adalah Nd Yag laser kapsulotomi,

tetapi pada pasien usia dini, tidak koperatif, atau tidak mampu fiksasi dapat

dilakukan tindakan membranektomi (Andjelic, 2017).

Pasien juga terdapat riwayat penyakit blefaritis. peradangan di kelopak

mata. Kondisi ini dapat menyebabkan kelopak mata bengkak, kemerahan, dan terasa

nyeri, blefaritis dapat disebabkan karena bakteri, alergi, infeksi dan juga penyumbatan

atau kelainan fungsi pada kelenjar minyak yang terletak di bagian dalam kelopak

mata (Pittara, 2023). Pada kasus pasien ini blefaritis terjadi karena kurang higienis

nya perawatan pada luka paska operasi yang menyebabkan adanya penyumbatan

pada kelenjar minyak sehingga adanya peradangan pada kelopak mata.


DAFTAR PUSTAKA

Andjelic, S. (2017). The role of lens epithelial cells in the development of the posterior
capsule opacification and in the lens regeneration after congenital cataract
surgery. Zdravniški Vestnik.
Hutasoit. (2017, september 19). Pseudophakia: Lensa intraokular dan apa Mereka
memperlakukan. Retrieved from allhealth.pro:
https://allhealth.pro/id/kesehatan/pseudophakia/
Pittara. (2023, Maret 31). Blefaritis. Retrieved from Alodokter:
https://www.alodokter.com/blefaritis
Rajavi, Z., & Sabbaghi, H. (2016). Congenital cataract screening. J Ophthalmic Vis Res,
310-212.
Shrestha, U. D., & Adhikari, S. (2016). Surgical Outcome of Traumatic Cataract
Following Corneal Perforation in Children in a Tertiary Eye Care Centre in
Nepal. Journal of Nepal Paediatric Society, 50-55.
Xu, Y. N., Huang, Y. S., & Xie, L. X. (2013). Pediatric traumatic cataract and surgery
outcomes in eastern China: a hospital-based study. Int J Ophthalmo, 160-164.

Anda mungkin juga menyukai