Dokter Pembimbing :
dr. Sudarti HS, Sp.M
Disusun Oleh :
Kelompok I
1. Agus Syaifudin
H2A012069
2. Itsnaini Al Amira S
H2A012060
3. Amalia Octavianny
H2A012061
H2A012009
A. Identitas Pasien
Nama
: Bp. K
Usia
: 46 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Ngaliyan
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
: STM
Tanggal masuk RS
: 22 April 2016
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 22 April 2016 di
Poli Mata RSUD Tugurejo Semarang pukul 10.00 WIB.
1. Keluhan utama :
Mata kiri masih terasa kabur.
2. Riwayat penyakit sekarang :
1 bulan yang lalu, mata kiri pasien terkena percikan keramik dan terasa
pedih, nyeri serta buram. Sehari setelah terkena percikan, mata kiri
pasien ditetesi obat mata insto, rasa nyeri hilang tetapi pandangan
pasien masih buram dan pedih. Keluhan lain yang dirasakan pasien
pedih apabila ada air/ keringat yang menetes ke mata, fotofobia (+),
nrocos (+), ganjel (+), rasa panas (+), merah (+), gatal (-), lodok (-).
Setelah 3 hari terkena percikan keramik pasien memeriksakan diri ke
dokter. Hasil pemeriksaan terlihat adanya robekan kecil pada bagian
tengah kornea pasien, kemudian pasien diberikan terapi dan diminta
kontrol kembali. Setelah kontrol, keluhan nyeri, nrocos, ganjel dan rasa
panas berkurang. Pada saat kontrol yang ketiga kalinya pasien masih
merasakan kabur pada mata kiri.
3.
: disangkal
: pecahan keramik
4.
5.
C. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 22 April 2016 pukul 10.00 WIB.
STATUS GENERALIS
1. Keadaan umum
: Baik
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Tanda vital
4.
5.
6.
7.
8.
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 66 x /menit
Nafas
: 18 x/menit
Suhu
: tidak dilakukan
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
: mesocephal
: dalam batas normal
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
STATUS GIZI
1.
2.
3.
4.
Berat badan
Tinggi badan
IMT
Status Gizi
: 68 kg
: 154 cm
: 28,67 kg/m2
: Overweight
STATUS OFTALMOLOGIS
sikatrik
Oculi Dekstra
1,0
Add S+ 1,50
Pemeriksaan
Visus
Koreksi
Oculi Sinistra
0,5
S -0,5
Tidak dilakukan
Madarosis (-) Tumbuh
Sensus coloris
Suprasilia
Add S+ 1,50
Tidak dilakukan
Madarosis (-) Tumbuh
penuh normal
Teratur (+), trikiasis(-),
Silia
penuh normal
Teratur (+), trikiasis(-),
Palpebra superior
Palpebra inferior
edema (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Cobble stone (-)
papil (-)
Corpus alienum (-)
Sekret (-), Hiperemis (-),
Folikel (-), Cobble stone
Konjungtiva
edema (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Folikel (-)
Cobble stone (-)
papil (-)
Corpus alienum (-)
Sekret (-), Hiperemis (-),
palpebra inferior
Konjungtiva
Palpebra superior
Konjungtiva fornix
(-)
Injeksi konjungtiva (-),
(-)
Injeksi konjungtiva (-),
Konjungtiva bulbi
Ortoforia
Kedudukan bola
Ortoforia
mata
Sclera
Ikterik (-),
Cornea
neovaskularisasi (-)
Kedalaman cukup, jernih
Camera oculi
neovaskularisasi (-)
Kedalaman cukup,
anterior
(-)
Bentuk reguler (+), sinekia
Iris
hipopion (-)
Bentuk reguler (+), sinekia
edema (-),
edema (-),
neovaskularisasi (-)
Bulat, central, reguler,
neovaskularisasi (-)
Bulat, central, reguler,
Pupil
cahaya (+)
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
cahaya (+)
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Lensa
Funduskopi
Lapang pandang
Tekanan bola mata
digital
D. Pemeriksaan penunjang
Dengan menggunakan optotip snellen, ditemukan:
VOD:1,0
VOS: 0,5
Hasil setelah dikoreksi :
OD:1,0
OS: 0,5 S-0,51,0
Add : S+1,50
E. Resume
1 bulan yang lalu, mata kiri pasien terkena percikan keramik dan
terasa pedih, nyeri serta buram. Sehari setelah terkena percikan, mata kiri
pasien ditetesi obat mata insto, rasa nyeri hilang tetapi pandangan pasien
masih buram dan pedih. Keluhan lain yang dirasakan pasien pedih apabila
ada air/ keringat yang menetes ke mata, fotofobia (+), nrocos (+), ganjel
(+), rasa panas (+), merah (+), gatal (-), lodok (-). Setelah 3 hari terkena
percikan keramik pasien memeriksakan diri ke dokter. Hasil pemeriksaan
terlihat adanya robekan kecil pada bagian tengah kornea pasien, kemudian
pasien diberikan terapi dan diminta kontrol kembali. Setelah kontrol
keluhan nyeri, nrocos, ganjel dan rasa panas berkurang. Pada saat kontrol
yang ketiga kalinya pasien masih merasakan kabur pada mata kiri.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 66x/menit, RR
16x/menit. Pemeriksaan status oftalmologi didapatkan visus OD:1,0 OS :
0,5 S-0,5 1,0, Add S+1,5. Pada OS kornea sikatrik (+).
F. Diagnosis banding :
1. ODS Presbiopia
2. ODS Hipermetropi
3. OS Miopia
4. Trauma kornea
G. Diagnosis kerja :
1. OD Presbiopia OS Miopia+ Presbiopia
H. Penatalaksanaan
Resep Kacamata
OD: 1,0
OS : 0,5 S-0,5 1,0
Add S+1,50
Pupil Distance (PD) : 68 mm
I.
Prognosis
Quo ad Vitam
Quo ad Sanam
Quo ad Fungsionam
Quo ad Cosmeticam
OD
OS
ad bonam
ad malam
ad bonam
ad bonam
ad bonam
ad malam
ad bonam
ad bonam
J.
Edukasi :
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien menderita kelainan mata
kanan presbiopia dan mata kiri miopia dan presbiopia, dimana kelainan
ini berhubungan dengan usia karena daya akomodasi lensa mata tidak
bekerja dengan baik akibatnya lensa mata tidak dapat menmfokuskan
cahaya ke titik kuning dengan tepat sehingga mata tidak bisa melihat
yang dekat dan kelainan miopia dikarenakan bekas luka dari percikan
2.
keramik.
Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien memerlukan koreksi
3.
4.
5.
K. PEMBAHASAN
Pasien mengeluh mata kiri masih terasa kabur setelah
terkena
TINJAUAN PUSTAKA
A. MIOPIA
1.
Definisi
Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan
tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina.1
Myopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan
difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi
berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana
cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh
di depan retina, tanpa akomodasi. Myopia berasal dari bahasa yunani
muopia yang memiliki arti menutup mata. Myopia merupakan
manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah
"nearsightedness.2
2.
sedemikian rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang
sedang dilihat.3
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera
fotografi biasa. Mata memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang
dapat berubah-ubah (pupil), dan retina yang dapat disamakan dengan
film. Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi: (1)
perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan
antara permukaan posterior kornea dan udara, (3) perbatasan antara
humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalinaa, dan (4)
perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous.
Masing-masing memiliki indek bias yang berbeda-beda, indek bias
udara adalah 1, kornea 1.38, humor aqueous 1.33, lensa kristalinaa
(rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34.11
Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar
dan bayangan sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan
terlihat sederhana dan skemanya sering disebut sebagai reduced eye.
Skema ini sangat berguna untuk perhitungan sederhana. Pada reduced
eye dibayangkan hanya terdapat satu lensa dengan titik pusat 17 mm di
depan retina, dan mempunyai daya bias total 59 dioptri pada saat mata
melihat jauh. Daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa kristalinaa
melainkan oleh permukaan anterior kornea. Alasan utama dari
pemikiran ini adalah karena indeks bias kornea jauh berbeda dari indeks
bias udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa dalam mata, yang secara
normal bersinggungan dengan cairan disetiap permukaannya, memiliki
daya bias total hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias
total susunan lensa mata. Bila lensa ini diambil dari mata dan kemudian
lingkungannya adalah udara, maka daya biasnya akan menjadi 6 kali
lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena cairan yang mengelilingi
lensa mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda dari indeks bias
lensa. Namun lensa kristalinaa adalah penting karena lengkung
permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan terjadinya
akomodasi.4
3.
4.
Patofisiologi
Myopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang
terlalu kuat untuk panjangnya bola mata akibat:
a.
Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter anteroposterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang )
disebut sebagai miopia aksial.
b.
Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat)
disebut miopia kurvatura/ refraktif.
c.
Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
mellitus. Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks.
d.
5.
Klasifikasi Miopia
a. Klasifikasi miopi berdasarkan laju perubahan besarnya derajat
3) Miopia maligna
Disebut juga myopia patologis/degeneratif karena disertai
penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bola mata ( lensa
kristalin, coroid, badan siliar ).6
b. Klasifikasi myopia berdasarkan faktor penyebab dapat dibedakan
konvergensi
berlebihan
saat
melakukan
pekerjaan
dekat,
bendungan
karena
peradangan
atau
c)
d)
yang
tidak
sesuai
dengan
hasil
b)
6.
Manifestasi Klinis
a. Menurut Albert E. Sloane dalam buku Manual of Refraction,
bahwa gejala myopia adalah sebagai berikut :
1) Gejala tunggal paling penting myopia adalah penglihatan jauh
yang buram.
2) Sakit kepala jarang dialami meskipun ditunjukkan bahwa
koreksi kesa-lahan myopia yang rendah membantu mengurangi
sakit kepala akibat asthenopia (mata cepat lelah).
2)
3)
4)
Biasanya penderita akan melihat titik-titik hitam atau benangbenang hitam (disebut floter) di lapang pandangnya .
5)
6)
7)
8)
9)
10)
Menjulingkan mata.
11)
12)
13)
14)
15)
Ekspresi melotot.6
7.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa
pemeriksaan pada mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Refraksi Subyektif
Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
Refraksi Subyektif, metode yang digunakan adalah dengan Metoda
trial and error Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki.
Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita,
Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu
Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata Bila
visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif, bila dengan
lensa sferis negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5,
6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita myopia, apabila
dengan
pemberian
penglihatan
lensa
kemudian
sferis
diganti
negatif
dengan
menambah
lensa
sferis
kabur
positif
Komplikasi
9.
Penatalaksanaan
a. Pemberian lensa spheris concave ( - )
Penderita myopia dapat dikoreksi kelainannya dengan
bantuan lensa spheris concave ( - ) yang terkecil/terlemah agar
dapat menghasilkan tajam penglihatan terbaik. Karena dengan
koreksi lensa spheris concave (-) terkecil orang myopia akan dapat
membiaskan sinar sejajar tepat diretina tanpa akomodasi.6
Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau
lensa negatif, perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa
konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila permukaan refraksi mata
mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada myopia, kelebihan
daya bias ini dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis
konkaf di depan mata.4
dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan
tajam penglihatan yang terbaik.4
Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif
terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.00 dioptri
memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis
-3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar
untuk memberikan istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi.7
b. Pemakaian lensa kontak
Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standar medis
dan pemeriksaan secara medis. Karena resiko pemakaian lensa
kontak cukup tinggi.6
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri
lensa kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat
kornea menjadi datar dan menurunkan myopia. Kekakuan lensa
kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Tergantung dari
respon individu dalam orthokeratology yang sesekali beruba-ubah,
penurunan myopia sampai dengan 3.00 dioptri pada beberapa
pasien, dan rata-rata penurunan yang dilaporkan dalam penelitian
adalah 0.75-1.00 dioptri. Beberapa dari penurunan ini
terjadi
dalam
membuat
pemerataan
kornea
secara
dalam
beberapa
jam
sehari
adalah
umum,
untuk
c. Pembedahan/operatif
1) Radial Keratotomy
Merupakan upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea
dengan cara membuat sayatan pada kornea.
2) Photorefractive Keratectomy
Yaitu upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan
cara memotong permukaan depan kornea. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan alat yang disebut Excimer Laser.
3) LASIK
Singkatan dari Laser Assistet In-situ Keratomeuleosis, pada
Lasik ini sebenarnya sama tujuannya dengan operasi yang
lainnya yaitu mengurangi kelengkungan daripada kornea hanya
saja berbeda dalam tehnis, yaitu lebih sempurna dengan
menggunakan tehnis laser secara mutlak.6
B. PRESBIOPI
Presbiopia adalah suatu kondisi penglihatan berupa lensa mata yang
kehilangan fleksibilitas, sehingga terjadi kesulitan untuk memfokuskan
penglihatan pada objek dekat. Keadaan ini dimulai pada usia 40 tahun atau
lebih.10 Presbiopi adalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan
dengan proses penuaan.3 Hal ini disebabkan oleh berkurangnya elastisitas
lensa sehingga lensa sukar mencembung. 7 Daya akomodasi berkurang
diperkirakan dimulai dari 15 dioptri pada awal masa kanak-kanak sampai 1
dioptri pada usia sebelum 60 tahun.11
Pada presbiopi, sifat fisiologik lensa yang berupa kelenturan
berkurang, mengakibatkan lensa tidak dapat mencembung sebagaimana
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, A., 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3 Jilid 1. Media
Aesculapius. Jakarta, FK UI
2. American Optometric Association, Optometric Clinical Practice Guidline
Care of the Patient with Myopia, 1997
3. http://puspasca.ugm.ac.id/files/Abst_ (3769-H-2007).pdf.
4. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9. 1997.
5. Anonim, 2006, http://www.entnet.org/index2.cfm.
6. www.refraksioptisi.br.ma
7. Ilyas, S., 2007. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta, FK UI
8. http://library.usu.ac.id/download/fk/pnymata-halima.pdf.
9. Pedoman diagnosis dan terapi, bag/smf ilmu penyakit mata, 2006 edisi ke III,
rumah sakit umum dokter soetomo, Surabaya
10. http://www.aoa.org/documents/CPG-15.pdf.
11. http://fkuii.org/tikidownload_wiki_attachment.php?attId=1167&page=Teguh
%20Sudrajat.
12. Vaoughan et all, Optalmology Umum.edisi 14.Widya Medika.2000.