FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPORAN KASUS
MEI 2016
PTERIGIUM
OLEH :
RESKIYANI ASHAR, S.KED
10542 0189 10
PEMBIMBING :
DR. PURNAMANITA SYAWAL, Sp.M.,MARS
HALAMAN PENGESAHAN
NIM
: 10542 0189 10
Kasus
: Pterigium
BAB I
PENDAHULUAN
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva
yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada
celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke
daerah kornea. Diduga penyebab pterigium adalah exposure atau sorotan
berlebihan dari sinar matahari yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA
ataupun UVB, berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti zat alergen, kimia, dan pengiritasi
lainnya. Secara geografis, pterigium paling banyak ditemukan di negara
beriklim tropis. Karena Indonesia beriklim tropis, penduduknya memiliki
risiko tinggi mengalami pterigium. Dari hasil penelitian G Gazzard dari
Singapore National Eye Center, yang melakukan penelitian di daerah Riau,
didapatkan bahwa prevalensi pterigium pada usia di atas 21 tahun adalah 10%
sedangkan di atas 40 tahun adalah 16,8%.1,5
Pterigium masih menjadi permasalahan yang sulit karena tingginya
frekuensi pterigium rekuren. Recurrence rate pascaoperasi pterigium di
Indonesia adalah 3552%. Dari hasil penelitian di RS Cipto Mangunkusumo
didapatkan bahwa recurrence rate pada pasien berusia kurang dari 40 tahun
adalah 65% dan pada pasien berusia lebih dari 40 tahun adalah 12,5%.
2,5
BAB II
LAPORAN KASUS
A.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Janis Kelamin
Umur
Agama
Suku/Bangsa
Pekerjaan
Alamat
No. Register
Tanggal Pemeriksaan
Rumah Sakit
Pemeriksa
B.
ANAMNESIS
: Ny. B
: Perempuan
: 68 tahun
: Islam
: Makassar/Indonesia
: Petani
: Jl.Taipakkodong Kab.Gowa
: 43.58.58
: 2 Mei 2015
: RSUD. Syech yusuf
: dr.(YB),Sp.M
berlebih (-), rasa gatal (+), rasa silau (+), riwayat pasien sering terpapar sinar
matahari dan debu (+), Riwayat penggunaan kacamata(-)
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga dan sosial
Tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien.
Pasien sering terpapar sinar matahari dikarenakan pekerjaan sebagai petani
C.
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1. Pemeriksaan Inspeksi
Palpebra
Silia
Apparatus
Lakrimalis
Konjungtiva
OD
OS
Edema (-)
Edema (-)
lakrimasi (+)
lakrimasi (+)
Bola mata
Normal
Kornea
Jernih
Jernih
BilikMata
Depan
Iris
Normal
Normal
Pupil
Bulat, Sentral
Bulat, Sentral
Lensa
Keruh
Keruh
Mekanisme
Ke
muscular
Ke segala arah
segala
arah
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi
OD
OS
Tensi Okuler
Tn
Tn
Nyeri tekan
(-)
(-)
Massa tumor
Glandula preaurikuler
(-)
(-)
3. Tonometri
Tidak dilakukan Pemeriksaan
4. Visus
VOD - 20/ 80 tidak di koreksi
VOS - 20/100 tidak dikoreksi
5. Campus Visual
Tidak dilakukan Pemeriksaan
6. Color sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Diafanoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Penyinaran Oblik
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Pemeriksaan
OD
OS
Konjungtiva
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
6.
Lensa
Hiperemis (+)
Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Isokor, Bulat, sentral,
RC(+)
Keruh
Hiperemis (+)
Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Isokor,Bulat, sentral,
RC(+)
Keruh
RESUME
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Syech Yusuf dengan keluhan adanya
selaput pada mata kiri dan kanan yang telah dialami sejak 2 tahun yang lalu.
Dialami secara perlahan-lahan yang awalnya sebelah kiri kemudian lanjut sebelah
kanan , Awalnya tumbuh pada bagian pinggir mata, lama kelamaan melebar
sampai kebagian mata hitam. Pasien merasa seperti ada benda asing yang
menutupi matanya. Selain itu juga mengeluh penglihatan kabur pada kedua
matanya jika melihat jauh, maupun dekat . Rasa mengganjal (+),sulit
menggerakkan mata kiri (+), air mata berlebih (+), kotoran mata berlebih (-), rasa
gatal (+), rasa silau (+), riwayat pasien sering terpapar sinar matahari dan debu
(+), Riwayat penggunaan kacamata (-).
Pada pemeriksaan oftalmologi (visus ) VOD 20/80 dan VOS 20/100. Pada
pemeriksan slit lamp didapatkan OD tampak selaput berbentuk segitiga dibagian
nasal dengan apex sudah
berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex sudah mencapai pupil,kedua lensa
keruh sebagian dan terdapat gangguan penglihatan pada OS dan OD Pada
pemeriksaan palpasi tidak ditemukan kelainan.
I. Diagnosis Kerja
OD Pterygium Stadium II + presbiop ametrop + katarak senilis immatur
OS Pterygium Stadium III + presbiop ametrop + katarak senilis immatur
II. Diagnosis Banding
Pseudopterygium
Pinguekula
III. Terapi
Non medikamentosa
Kurangi pajanan debu, sinar matahari dengan menggunakan kacamata.
Medikamentosa
C- lyters untuk mata kanan dan kiri
Bedah
Rencana ODS Eksisi pterygium
Prognosis
- Qua ad vitam
: Bonam
- Qua ad sanationam
: Bonam
- Qua ad vitam
: dubia et bonam
- Qua ad cosmeticam
: Dubia et malam
IV. Diskusi
A. Diskusi
Dari anamnesis keluhan utama berupa selaput Selaput pada mata kiri
dan kanan dirasakan 2 tahun terakhir. Awalnya tumbuh pada bagian
pinggir mata, lama kelamaan melebar sampai kebagian mata hitam. Pasien
merasa seperti ada benda asing yang mengganjal yang menutupi matanya
sehingga penglihatan agak buram.Hal ini dapat dikarenakan karena adanya
poliferasi jaringan subkonjungtiva berupa granulasi fibrovaskular dan
konjungtiva bulbar yang berkembang menuju kornea sehingga menutupi
permukaannya.Berdasarkan faktor risiko, pasien ini memiliki faktor risiko
yang mendukung terjadinya pterygium yaitu sering terpapar sinar
mataharidan debu dikarenakan pekerjaan pasien juga adalah seorang
petani.
Pemeriksaan oftalmologi pada inspeksi OD didapatkan inspeksi
Tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex melewati
limbus dan belum mencapai pupil. Pada OS didapatkan tampak selaput
berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex melewati limbus dan
mencapai pupil. Pada pemeriksaan palpasi tidak ditemukan kelainan. Pada
Pemeriksaan visus VOD 2/100 dan VOS 2/80 yang tidak dikoreksi.
Berdasarkan
hasil
anamnesis
dan
hasil
pemeriksaan
oftalmologi
10
ada
pengobatan
medikamentosa
yang
spesifik
untuk
jauh sedangkan
merupakan anomali refraksi atau kelainan refraksi tetapi tidak jelas karena
11
Definisi
Pterygium adalah struktur mirip sayap, khususnya untuk lipatan membrane
berbentuk segitiga yang abnormal pada fissure interpalpebralis, yang
membentang dari konjungtiva ke kornea. Menurut American Academy Of
Opthalmology, Pterygium adalah poliferasi jaringan subconjunctiva berupa
12
permukaan
konjungtiva
sekretorik.(Duktus-duktus
kelenjar
13
lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa
mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada
mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA. Pada konjungtiva terdapat
beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar yaitu1
1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada
daerah inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis
superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause
dan kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi
propria.3
14
2. stroma dari serabut kolagen, substansi dasar, dan fibroblast yang menjadi
dasar kornea. Bentuk serabut kolagen yang regular dan diameternya yang
kecil menyeb abkan transparansi kornea.
3. Endotel suatu lapisan tunggal dari sel yang tidak mengalami regenerasi yang
secara aktif memompa ion dan air dari stroma untuk mengontrol hidrasi dan
transparansi kornea.
Perbedaan antara kapasitas regenerasi epitel dan endotel penting.
Kerusakan lapisan epitel , misalnya karena abrasi, dengan cepat diperbaiki.
Endotel yang rusak karena penyakit atau pembedahan misalnya, tidak dapat
berdegenerasi. Hilangnya fungsi sawar dan pompa menyebabkan hidrasi
berlebihan, distorsi bentuk regular serat kolagen, dan keruhnya kornea.3
Fungsi Kornea adalah merefraksikan cahaya dan bersama dengan lensa
memfokuskan cahaya ke retina dan melindungi struktur mata internal.3
IV. Epidemiologi
Di Amerika Serikat angka kejadian pterigium sangat bervariasi tergantung
pada lokasi geografisnya. Di daratan Amerika serikat, prevalensinya berkisar
kurang dari 2% untuk daerah di atas 400 lintang utara sampai 5-15% untuk
daerah garis lintang 280-360. Hubungan ini terjadi untuk tempat-tempat yang
prevalensinya meningkat dan daerah-daerah elevasi yang terkena penyinaran
ultraviolet untuk daerah di bawah garis lintang utara ini. Secara Internasional
hubungan antara menurunnya insidensi pada daerah atas lintang utara dan
relative terjadi peningkatan untuk daerah di bawah garis balik lintang utara.4
V. Etiologi
Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga disebabkan iritasi
kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas.Pterygium
diduga merupakan fenomena iritatif akibat sinar UV, pengeringan dan
15
17
Gambar 3. Pterygium1
Stadiu
Stadiu
Stadiu
Stadiu
Gambar. 4 Stadium Pterygium
Gejala Subyektif
Gejala klinis pterygium pada tahap awal biasanya ringan bahkan sering
tanpa keluhan sama sekali (asimptomatik). Beberapa keluhan sering dialami
pasien antara lain1,4
Mata sering berair dan tampak merah
Merasa seperti ada benda asing
Timbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh pertumbuhan pterigium
18
Gejala Obyektif
Ptrygium mungkin terjadi unilateral atau bilateral.Penyakit ini muncul
sebagai lipatan segitiga konjungtiva yang mencapai kornea, biasanya di sisi
nasal.tetapi juga dapat terjadi di sisi temporal. Deposisi besi kadang-kadang
terlihat pada epitel kornea anterior disebut garis Stocker. Pterigium terdiri dari tiga
bagian
Pterygium dibagi menjadi tiga bagian yaitu:1,9
A subepithelial cap atau halo timbul pada tengah apex dan membentuk batas
pinggir pterygium.1,9
Pterigium hanya akan bergejala
bagian tengah kornea. Kekuatan
tampak lebih kering dari biasanya. Penderita juga dapat melaporkan sejarah
paparan berlebihan terhadap sinar matahari atau partikel debu.8
Test : Uji ketajaman visus dapat dilakukan untuk melihat apakah visus
terpengaruh. Dengan menggunakan slitlamp diperlukan untuk memvisualisasikan
pterygium tersebut. Dengan menggunakan sonde dibagian limbus, pada pterygium
tidak dapat dilalui oleh sonde seperti pada pseudopterygium.1,8
VIII. Diagnosis Banding
1. Pinguekula
Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang
ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering mendapat
rangsangan sinar matahari, debu, dan angina panas.Letak bercak ini pada
celah kelopak mata terutama di bagian nasal.Pinguekula merupakan
degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pembuluh darah tidak
masuk ke dalam pinguekula akan tetapi bila meradang atau terjadi iritasi,
maka sekitar bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah yang
melebar. Pada pinguekula tidak perlu diberikan pengobatan, akan tetapi
bila terlihat adanya tanda peradangan dapat diberikan obat-obat
antiradang.5
Gambar 5. Pingekuela5
2. Pseudopterigium
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea
yang cacat. Pseudopterigium sering ditemukan pada proses penyembuhan
ulkus kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea. Psedopterigium
tidak harus pada celah kelopak atau fissura palpebra, ini dapat diselipkan
sonde dibawahnya. Pada anamnesis psudopterigium selamanya adanya
kelainan kornea sebelumnya seperti ulkus kornea.5
20
Gambar 6. Psudopterigium5
IX.
Penatalaksanaan
1. Non medikamentosa
Karena kejadian pterigium berkaitan dengan aktivitas lingkungan,
penangananpterigium asimptomatik dapat diobatidengan kacamata
sinar UV-blockking.Anjurkan pasien untuk menghindari daerah
berasap atau berdebusebisa mungkin.9
2. Medikamentosa
Untuk pterigium derajat 1-2 yang mengalami inflamasi, pasien dapat
diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali sehari
selama 5-7 hari. Diperhatikan juga bahwa penggunaan kortikosteroid
tidak dibenarkan pada penderita dengan tekanan intraocular yang
tinggi atau mengalami kelainan pada kornea.9
3. Bedah
Pada
derajat
3-4
dilakukan
tindakan
bedah
berupa
avulsi
angka
kekambuhan.
Tujuan
utama
pengangkatan
21
3. Teknik pembedahan
Penatalaksanaan pterigium dilakukan dengan teknik menggunakan
pembedahan.Permasalahan pada penatalaksanaan pterigium ini yaitu
terjadi tumbuh ulangnya jaringan fibrovaskular. Faktor-faktor yang
berperan terjadi tumbuh ulang antara lain jenis pterigium dengan
jaringan fibrovaskular yang tebal (fleshy) dan terjadi inflamasi yang
lebih lama pascabedah pterigium. Pemakaian dengan teknik tandur
konjungtiva bulbi otograf merupakan baku emas atau gold standard
penatalaksanaan pterigium dan memiliki angka tumbuh ulang yang
rendah.1
Teknik pembedahan
Pada prinsipnya, tatalaksana pterygium adalah dengan tindakan
operasi.Ada berbagaimacam teknik operasi yang digunakan dalam
penanganan pterygium di antaranya adalah:
1. Bare sclera : bertujuan untuk menyatukan kembali konjungtiva
dengan permukaan sklera.Kerugian dari teknik ini adalah tingginya
tingkat rekurensi pasca pembedahan yang dapatmencapai 40-75%.
2. Simple closure : menyatukan langsung sisi konjungtiva yang
terbuka, diman teknik inidilakukan bila luka pada konjuntiva relatif
kecil.
3. Sliding flap : dibuat insisi berbentuk huruf L disekitar luka bekas
eksisi untukmemungkinkan dilakukannya penempatan flap.
22
Dearfield,Illionis),tehnik
ini
Memiliki
tingkat
diatas
selera
yang
telah
di
eksisi
petrigium
Infeksi
Ulkus korne
Graft Conjungtiva yang terbuka
Diplopia
Adanya jaringan parut dikorena
Yang paling sering dari komplikasi bedah pterigium adalah kekambuhan.
Eksisi bedah memiliki angka kekambuhan yang tinggi, sekita 50-80 persen.
Angka ini bisa dikurangi 5-15 persen dengan penggunaan autograft dari
konjungtiva atau transplant membrane amnion pada saat eksisi.6
XI.
Pencegahan
Pada penduduk didaerah tropik yang bekerja diluar rumah seperti nelayan,
petani yang banyak kontak dengan debu dan sinar UV dianjurkan memakai
kacamata pelindung sinar matahari.7
XII.
Prognosis
Pterigium adalah suatu neoplasma yang benigna.Umumnya prognosis
adalah baik. Prosedur yang baik dapat ditolerir pasien dan disamping itu pada
beberapa hari post operatif pasien akan merasa tidak nyaman. Kebanyakan
setelah 48 jam pasca operasi pasien bisa memulai aktivitas. Pasien dengan
pterigium yang kambuh lagi dapat mengulangi pembedahan eksisi dan
grafting dengan konjungtiva/limbal autograft atau transplantasi membran
amnion pada pasien tertentu.8
KATARAK
A DEFENISI
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris berarti
Cataract, dan latinCataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh.Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduanya.Katarak terjadi secara
perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur.
Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi, trauma mata,
komplikasi penyakit tertentu, maupun bawaan lahir.(12)
25
26
Permukaan
anterior
dan
posterior
lensa
memiliki
beda
27
Kapsul lensa
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan.Kapsul lensa
tersusun dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa.Kapsul
berfungsi untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul
lensa paling tebal pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14
um,) dan paling tipis pada bagian tengah kutub posterior (3um).(12)
28
b Epitel anterior
Epitel
anterior
lensa
dapat
ditemukan
tepat
dibelakang
kapsul
29
proses alami pada maturasi dari fiber lensa. Soluble protein insoluble
protein dan bergabung menjadi partikel yang lbh besar dan menghasilkan
kekeruhan lensa.(12)
Transparansi lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf.Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humour
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya.Namun
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu,
sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap
lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap junction antar
sel.(12)
b Akomodasi lensa
Akomodasi lensa merupakan mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk
mengubah fokus dari benda jauh ke benda dekat yang bertujuan untuk
menempatkan bayangan yang terbentuk tepat jatuh di retina.Akomodasi
terjadi akibat perubahan lensa oleh badan silliar terhadap serat zonula. Saat
m. cilliaris berkontraksi, serat zonular akan mengalami relaksasi sehingga
lensa menjadi lebih cembung dan mengakibatkan daya akomodasi semakin
kuat. Terjadinya akomodasi dipersarafi ole saraf simpatik cabang nervus III.
Pada penuaan, kemampuan akomodasi akan berkurang secara klinis oleh
karena terjadinya kekakuan pada nukelus.(12)
30
C PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
katarak
senilis
sangat
kompleks
dan
belum
31
Katarak juvenil adalah katarak yang lembek seperti bubur atau soft
cataract, dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuk pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil
32
Katarak senil adalah katarak primer yang terjadi pada usia lebih dari 50
tahun. Namun, jika disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes
mellitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat
derajat kekeruhan yang sama atau berbeda.(12)
Tiga tipe katarak terkait usia adalah nuclear, kortical, dan
subkapsular posterior katarak. Pada beberapa pasien penggabungan
dari beberapa tipe juga ditemukan :
a Nuclear katarak
Pada dekade keempat dari kehidupan, tekanan yang dihasilkan
dari fiber lensa peripheral menyebabkan pemadatan pada seluruh
lensa,terutama
nucleus.
Nucleus
member
warna
coklat
lensa.
Pada
keadaan
ini
penderita
seakan-akan
meningkat jumlahnya.
Water fissure: pola rarial dari fissure yang terisi cairan yang
33
34
mulai terlihat di
E GEJALA KLINIS
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan
riwayat
kemunduran
secara
progesif
dan
gangguan
dari
35
hari.
Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan
kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang
hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan
peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan
kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara
khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada
e
f
F DIAGNOSIS
Banyak diantara pasien katarak yang tidak terdiagnosis pertama
kali menyadari dan tergerak untuk mengunjungi ahli mata saat dalam
aktivitas hariannya, mereka mengalami penurunan penglihatan.Beberapa
pendapat mengenai penegakkan diagnosis klinis katarak adalah sebagai
berikut.(12)
- Anamnesis
Data demografi seperti umur, jenis kelamin, dan ras, diperlukan
untuk melengkapi riwayat pasien.Riwayat pasien terutama onset
terjadinya keluhan penurunan penglihatan harus ditanyakan pada
36
mata
sebelumnya,
ambliopia,
operasi
mata,
dan
Pemeriksaan Okular
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin
mata.Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam
sampai
menjadi
menimbulkan
cukup
padat
kebutaan.Namun,
(matur
atau
katarak,
hipermatur)
pada
dan
stadium
37
menggambarkan
d
katarak.
Lensa
dengan
katarak
komplit
tidak
Pemeriksaan
ini
menunjukkan
morfologi
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan tambahan berguna
untuk
menentukan
disabilitas
39
40
d Phacoemulsification (Phaco)
Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan
melalui insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior (2-5 mm)
dengan menggunakan getaran-getaran ultrasonik. Biasanya tidak
dibutuhkan penjahitan.Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital,
traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif
pada katarak senilis yang padat, dan keuntungan insisi limbus yang
kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokuler fleksibel
yang dapat dimasukkan melalui insisi kecil seperti itu. Metode ini
merupakan metode pilihan di Negara Barat.
Gambar 14 : Phacoemulsification
41
gambar 15 : Phacoemulsification
42
athogen
fakolitik
dan
dapat
dikombinasikan
dengan
operasi
trabekulektomi.13
Ametropia
Ametropia disebut juga anomali refraksi atau kelainan refraksi.
Mata
ideal adalah mata emetropia, artinya dalam ukuran yang benar. Pada mata
emetropia sinar dari jauh yang datang ke mata akan difokuskan di retina tanpa
akomodasi. Seseorang dengan mata yang benar-benar emetrop sempurna sangat
jarang. Individu yang tidak berkacamata bisa jadi hiperopia laten yang bisa
dikompensasi dengan akomodasi. Ametropia adalah lawan emetropia. Ametropia
bisa disebabkan oleh hal berikut:3
1. Aksis anteroposterior, pada bayi biasanya hipermetropia karena bola
matanya masih kecil. Visus akan normal pada umur sekitar 5 tahun.
2. Kurvatura kornea
3. Indeks bias media refrakta, misalnya pada penderita DM, kadar gula di
vitreus bisa berubah-ubah, jadi indeks biasnya juga berubah-ubah,
akibatnya visus bisa naik turun.
4. Posisi lensa, terlalu ke depan atau ke belakang, mempengaruhi aksis
anteroposterior.3
Menentukan Ukuran Kelainan Refraksi
Cara pertama disebut trial and error. Cara ini mudah dilakukan pada
pasien yang hanya menderita miopia atau hiperopia saja tanpa astigmatisma.
Berikutnya adalah dengan menggunakan celah stenopik dan jam astigmat,
untuk astigmatisma simpleks. Cara ini bisa ditambah metode fogging
(pengabutan), untuk astigmatisma kompositus atau miktus. 5
Penentuan juga bisa dilakukan dengan retinoskopi; untuk pasien nonkooperatif, buta huruf, atau anak kecil dengan syarat media refrakta harus
jernih. Berikutnya dengan refraktometer. Cara ini dilakukan otomatis dengan
43
Hipermetropia
Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif
mata terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan
depan retina.
Astigmatisme
. Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana sinar yang sejajar
tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang
pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik.
PRESBIOPIA
1. Definisi
Presbiopi merupakan kondisi mata dimana lensa kristalin
kehilangan fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada
benda yang dekat. Presbiopi adalah suatu bentuk gangguan refraksi,
dimana makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan
makin meningkatnya umur. Presbiopi merupakan bagian alami dari
penuaan mata. Presbiopi ini bukan merupakan penyakit dan tidak dapat
dicegah. Presbiopi atau mata tua yang disebabkan karena daya akomodasi
lensa mata tidak bekerja dengan baik akibatnya lensa mata tidak dapat
menmfokuskan cahaya ke titik kuning dengan tepat sehingga mata tidak
44
bisa melihat yang dekat. Daya akomodasi adalah kemampuan lensa mata
untuk mencembung dan memipih. Biasanya terjadi diatas usia 40 tahun,
dan setelah umur itu, umumnya seseorang akan membutuhkan kacamata
baca untuk mengkoreksi presbiopinya.5
2. Etiologi
o Kelemahan otot akomodasi
o Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis
lensa.
3. Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas
matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan
meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan
kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung. Dengan demikian
kemampuan melihat dekat makin berkurang.5
4. Klasifikasi5
a. Presbiopi Insipien tahap awal perkembangan presbiopi, dari
anamnesa didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca
dekat, tapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pasien
biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca
b. Presbiopi Fungsional Amplitud akomodasi yang semakin menurun
dan akan didapatkan kelainan ketika diperiksa.
c. Presbiopi Absolut Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi
fungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali.
d. Presbiopi Prematur Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40
tahun dan biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit.
e. Presbiopi Nokturnal Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada
kondisi gelap disebabkan oleh peningkatan diameter pupil5
45
5. Gejala
a. Kesulitan membaca tulisan dengan cetakan huruf yang halus / kecil.
b. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih.
Bisa juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu
lama.
c. Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca atau menegakkan
punggungnya karena tulisan tampak kabur pada jarak baca yang biasa
(titik dekat mata makin menjauh).
d. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di
malam hari.
e. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca.
f. Terganggu secara emosional dan fisik.
g. Sulit membedakan warna.
6. Diagnosis5
- Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopi
- Pemeriksaan Oftalmologi
o Visus Pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopi dengan
menggunakan Snellen Chart
o Refraksi Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan.
Pasien
diminta
untuk
memperhatikan
kartu Jaeger
dan
Usia (tahun)
40
45
50
55
60
d. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis
lensa lain yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan
refraksi yang ada bersamaan dengan presbiopia. Ini termasuk:
o Bifokal untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa
yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
o Trifokal untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh.
Bisa yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
o Bifokal kontak - untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat.
Bagian bawah adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang
memuaskan hasil koreksinya.
o Monovision kontak lensa kontak untuk melihat jauh di mata
dominan, dan lensa kontak untuk melihat dekat pada mata nondominan. Mata yang dominan umumnya adalah mata yang
digunakan untuk fokus pada kamera untuk mengambil foto.
o Monovision modified lensa kontak bifokal pada mata nondominan, dan lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan.
Kedua mata digunakan untuk melihat jauh dan satu mata
digunakan untuk membaca.5
47
BAB III
KESIMPULAN
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Ardalan Aminlari, MD, Ravi Singh, MD, and David Liang, MD. Management
of
Pterygium.
Diundah
pada
tanggal
09
mei
2016
pada
http://www.aao.org/publications/eyenet/201011/pearls.cfm
2. Voughan & abury. Oftalmologi umum, paul riordan eva, Jhon P. Whitcher
edisi 17 Jakarta : EGC, 2009 hal 26
3. James B, Chew C, Brown A. 2012. Lecture Note On Ophtalmology edisi 9.
Jakarta : Erlangga.
4. Jerome P Fisher, Pterygium (online). 2009 (cited 2014 desember 25) available
from :http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overview.
5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2012.
hal:2-6, 116 117.
6. Caldwell, M. Pterygium. (online). 2011 (cited 2014 Desember 25). Available
from :www.eyewiki.aao.org-pterygium. Akses tgl 09 mei 2016
7. Efstahios T. Pthogenic Mechanism and treatment options for Opthtalmic
pterygium : Trends
13
mei
2016)
Available
from
http://www.iovs.org/content/32/10/local/back-matter.pdf
11. Atlas Anatomi Netter
49
di
50