FAKULTAS KEDOKTERAN
januari 2015
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OD PERFORASI SPONTAN EC
SUSPEK ULKUS KORNEA
DISUSUN OLEH:
Fitri Faradiska Pauwah
110 205 0002
PEMBIMBING
dr. Juneli Vimala
SUPERVISOR
dr. Hamzah, Sp.M
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawahinimenyatakanbahwa:
Nama
:Fitri Faradiska
Stambuk
: 10 205 0002
Judul Laporan Kasus dan Referat: OD Perforasi spontan ec susp ulkus kornea
Telahmenyelesaikantugasdalamrangkakepaniteraanklinikpadabagian Ilmu
Kesehatan Mata FakultasKedokteranUniversitasHasanuddin.
Makassar,
januari 2015
Mengetahui,
Supervisor
Pembimbing
dr.Hamzah, Sp.M
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama: Ny. R
Jenis Kelamin: Perempuan
OD
OS
Apparatus lakrimalis
Silia
Konjungtiva
Lakrimasi (+)
Lakrimasi (-)
Sekret (-)
Sekret (-)
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Mekanisme muskular
Kornea
Ke segala arah
Jernih
Sulit di evaluasi
Iris
Sulit di evaluasi
Pupil
Sulit di evaluasi
Bulat, sentral
Lensa
Sulit di evaluasi
Keruh
Foto Klinis
Gambar 1. Foto Klinis OD
Sisa ulkus
2. Palpasi
Palpasi
Tensi Okuler
OD
OS
Tn
Tn
Nyeri Tekan
(+)
(-)
Massa Tumor
(-)
(-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Glandula Preaurikuler
OD
OS
Hiperemis (-)
Jernih
Sulit dievaluasi
Iris
Sulit di evaluasi
Pupil
Sulit di evaluasi
Lensa
Sulit di evaluasi
Keruh
Konjungtiva
Kornea
6. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Slit Lamp
SLOD : Konjunctiva Hiperemis (+) mixed injectio, kornea Tampak massa dan
tampak sisa ulkus di perifer, BMD sulit dievaluasi, iris sulit dievaluasi, pupil
Hasil
6,9
3,90
11,61
33,7
304
Nilai Normal
(4,00 11,00)
(4,50 5,50)
(13,0 16,0)
(40,0 50,0)
(150 450)
Satuan
103/uL
106/uL
g/dL
%
103/uL
CT :
BT :
PT :
aPTT :
Na :
K:
Cl :
SGOT :
SGPT :
Ureum :
Creatinine :
HbsAg
GDS
700
300
10,5, INR 0,91
33,0
144
4,1
108
19
14
29 mg/L
0,80 mg/L
Non reactive
105
(4 10)
(3 7)
(10,8 14,4)
(26,4 37,6)
(136 145)
(3,5 5,1)
(97 - 111)
<35
<45
0 53
0,6 1,3
Non reaktive
(70 110)
Menit
Menit
Detik
Detik
mmol/L
mmol/L
mmol/L
U/L
U/L
mg/L
Resume :
dialami sejak 2jam yang lalu, Riwayat kemasukan benda asing di alami sejak 2
bulan yang lalu. Mata merah (+). Airmata berlebih(+). Kotoran mata berlebih
(+).Penurunan penglihatan (+).Bercak putih muncul di mata hitam disadari 2
bulansejak kejadian awal. Riwayat pengobatan sebelumnya (-), riwayat
penggunaan obat tetes mata ada tapi tidak diketahui nama obatnya, alergi obat
tidak ada, riwayat hipertensi ada, riwayat DM tidak ada, riwayat penyakit dalam
keluarga tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi cukup,
composmentis.Dari pemeriksaan oftalmologi, Visus VOD :1/~, VOS :6/6.Dari
inspeksi OD didapatkan palbera edema (-) hiperemis (-). Apparatus lakrimalis:
lakrimasi (+). Silia : secret (-). Dari inspeksi dan pemeriksaan iluminasi oblik
didapatkan konjunctiva hiperemis (+) mixed injection. Kornea keruh hamper
seluruh permukaan kornea. BMD hifema, Iris, pupil dan lensa sulit dievaluasi.
Diagnosis Kerja
OD Perforasi Spontan ec susp Ulkus Kornea
Diagnosis Banding
Glaukoma
Penatalaksanaan :
Sistemik
IVFD RL 16 tpm
Ceftriaxon 1 gr/ 24 jam/intravena
Dexametasone 1 ampul/8 jam/intravena
Topikal
C.LFX EDMD 4 dd 1 gtt OD
GV/hari
Anjuran
-
Operasi Eviserasi pengangkatan bola mata seperti lensa, retina, dan koroid,
sklera dengan menyisakan kornea.
Prognosis
Quo ad Vitam: Dubia et Bonam
Quo ad Visam
: Dubia et Malam
Diskusi
dialami sejak 2jam yang lalu, Riwayat kemasukan benda asing di alami sejak 2
bulan yang lalu. Mata merah (+). Airmata berlebih(+). Kotoran mata berlebih
(+).Penurunan penglihatan (+).Bercak putih muncul di mata hitam disadari 2
bulansejak kejadian awal. Riwayat pengobatan sebelumnya (-), riwayat
penggunaan obat tetes mata ada tapi tidak diketahui nama obatnya, alergi obat
tidak ada, riwayat hipertensi ada, riwayat DM tidak ada, riwayat penyakit dalam
keluarga tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi cukup,
composmentis.Dari pemeriksaan oftalmologi, Visus VOD :1/~, VOS :6/60 .Dari
Eviserasi adalah pengangkatan isi bola mata (lensa, uvea, retina, vitreus
dan kadang kornea) dengan meninggalkan sklera otot luar mata dan saraf
optik yang utuh, biasanya diikuti dengan penempelan implant orbita untuk
menggantikan volume okulus yang hilang.(18)
10
11
Eksenterasi total
Eksenterasi subtotal
Terapi
diberikan antibiotik dan antijamur. Saat ini pasien mendapat pengobatan topical
Levofloxacindan pengantian perban tiap hari.
12
ULKUS KORNEA
I. PENDAHULUAN
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama
kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan
penglihatan ini dapat di cegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya
ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.(1)
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang
dilalui berkas cahaya menuju retina.Sifat tembus cahayanya disebabkan
strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenses.Deturgenses, atau
keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, di pertahankan oleh pompa
bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawarepitel dan endotel.Endotel
lebih penting dari pada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi
atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel.Kerusakan
sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan.
Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat
stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi.
Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata menjadi
hipertonik, prosesitu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang
menarik air dari stroma kornea superficial untuk mempertahankan keadaan
dehidrasi.(1)
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh
adanya infiltrate supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas
jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.Ulkus kornea yang
luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah
perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descematokel, perforasi,
endaftalmitis, bahkan kebutaan.(2)
II. EPIDEMIOLOGI
13
14
duas layer
Gambar 8 : lapisan lapisan kornea(2)
Kornea terdiri atas 6 lapisan, yaitu:(2,3)
1.
Epitel
-
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makulaokluden, ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
2.
Membran Bowman
-
15
3.
Stroma
-
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang terautr sedang di
bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit
5.
Duas layer
Lapisan yang baru ditemukan dan merupakan lapisan yang paling terkuat di
kornea.
Membran Descement
- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma
-
6.
Endotel
Berasal dari mesothelium, berlapis satu, bentuk heksogenal, besar 20-40m.
Endotel melekat pada membrane descement melalui hemidesmosom
danzonulaokluden.
Diameter kornea rata-rata orang dewasa adalah 11,5 mm (10-13 mm).
Diameter Kornea lebih kecil dari 10,0 mm disebut mikrokornea.Dan diameter
kornea lebih besar dari 13 mm disebut dengan megalokornea.kedua kejadian
ini merupakan keadaan abnormal yang selalu ditemukan. (4)
Sumber nutrisi kornea melalui metabolism nutrisi (asam amino dan
glukosa) dari 3 sumber: (1). Difusi dari tepi kapiler kornea, (2). Difusi dari
humor aquos, (3). Difusi dari tear film(4)
16
menerima
suplai
sensoris
dari
nervus
trigeminal
atau
cedera
kornea
(erosi,
penetrasi
benda
asing,
atau
ETIOLOGI
Penyebab ulkus kornea sering diakibatkan oleh infeksi virus herpes
simpleks, infeksi bakteri, jamur atau trauma.Penyebab bakteri yang paling
sering
adalah
Pseudomonas
aeruginosa,
Stapilokokusaureus,
dan
(ulkus
kornea)
yang
disebabkan oleh bakteri adalah nyeri hebat, mata berair dan fotofobia serta
penglihatan yang kabur.Pseudomonas sangat berbahaya karena dapat
mendekstruksiulkus kornea dengan ukuran besar secara cepat.Faktor resiko
untuk ulkus yang disebabkan bakteri adalah pemakaian lensa kontak
(terutama pemakaian lama dan perawatan lensa yang tidak bersih), trauma
kornea dan imunosupresan.Ulkus jenis ini diperiksa melalui kerokan
pewarnaan gram.Sedangkan ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur adalah
jenis jamur yang menyebabkan pembusukan dan cedera yang berkelanjutan.
Hal ini menyebabkan mata mudah terjadi kerusakan karena penekanan
imunitas setelah pemakaian jangka panjang dengan steroid atau antibiotik
tetes dan setelah cedera material organik.(5,6)
Di kenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu : sentral dan perifer. Ulkus
kornea
sentral
dapat
disebabkan
oleh
pseudomonas,
streptococcus,
pneumonia, virus, jamur, dan alergi. Mikroorganisme ini tidak mudah masuk
kedalam kornea dengan epitel yang sehat.Terdapat faktor predisposisi untuk
17
18
19
VI.
20
1. Keratitis Bakterialis
Banyak ulkus kornea bakteri mirip satu sama lain dan hanya
bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus
yang disebabkan bakteri oportunistik (mis: Streptococcus alfahemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis), yang
menimbulkan ulkus kornea indolen yang cenderung menyebar perlahan
dan superfisial.(1)
2. Keratitis Fungi
Ulkus kornea fungi, paling banyak dijumpai pada para pekerja
pertanian, kini makin banyak dijumpai di antara penduduk perkotaan,
dengan dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata.Sebelum
21
era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea
kemasukan sangat banyak organisme, suatu peristiwa yang masih
mungkin terjadi di pertanian. Mata yang belum terpengaruh dengan
kortikosteroid masih dapat mengatasi masukan organisme sedikit-sedikit,
seperti lazimnya pada penduduk perkotaan.(1)
Ulkus fungi itu indolen, dengan infiltrat kelabu, sering dengan
hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasisuperfisial, dan lesilesi satelit (yang umumnya di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama
ulserasi).Lesi utama (sering juga disebut lesi satelit) merupakan
plakendotel dengan tepian tidak teratur di bawah lesi kornea utama,
disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea.(1)
Ulkus fungi kebanyakan disebabkan oleh organisme opurtunis
seperti Candida, Fusarium, Aspergillus, Penicillium.Cephalosporium,
dan lain-lain.(1)
22
23
terhadap
penyakit
herpes.Kortikosteroidtopikal
dapat
24
media
khusus.Biopsi
kornea
mungkin
diperlukan.Sediaan
25
26
Gejala klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa.(5)
Gejala Subjektif
Sekretmukopurulen
Pandangan kabur
Mata berair
Silau
Nyeri
27
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel
kornea.
Gejala Objektif
Hipopion
Injeksi siliar
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dengan slit
lampserta pewarnaan fluorescen dan kausanya ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan mikroskopik serta kultur.(1)
Dari anamnesis, nyeri merupakan keluhan yang paling sering akibat
kornea mempunyai struktur yang sensitive, walaupun keluhan ini tidak
selalu dirasakan; sebagai contoh, sesaat setelah herpes zoster oftalmica.
Keluhan ini diakibatkan innervasi sensori yang diakibatkan oleh ulkus.
Terdapat kata kunci dalam anamnesis pasien ulkus kornea seperti abrasidan
penggunaan kontak lensa.(1)
Dari pemeriksaan fisis, gangguan visus tergantung pada lokasi dan
luasnya ulkus, dan visus yang normal bukan berarti tidak terjadi ulkus.
Dapat ditemukan air mata yang berlebih akibat refleks lakrimasi atau sekret
yang mukopurulen pada ulkus akibat bakteri. Fluorosen harus dilakukan
atau ulkus mungkin tidak terdeteksi.(1)
Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea,
superfisial maupun dalam akan menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit ini akan diperhebat oleh gesekan palpebra kornea dan menetap sampai
28
DIAGNOSIS BANDING
29
3. Glaukoma
saraf
:kerusakan
optic
neuropaty
sehingga
terjadi
penyempitan
luas lapang
pandang serta
biasanya
X. PENATALAKSANAAN
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.
Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes
mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan
mengurangi
reaksi
peradangan
dengansteroid.
Pasien
dirawat
bila
mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat
reaksi obat dan perlunya obat sistemik.(1,5,13)
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah :
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering
mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4. Berikan analgetik jika nyeri
30
b. Penatalaksanaan medis
1.
Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkusbiasannya timbul pada orang dengan keadaan umum
yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki
dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang
sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B
kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman
yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, dapat
diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang disuntikkan
intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan
akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5C. Akibat kenaikan suhu
tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi
lekas sembuh.
2. Pengobatan lokal
Benda
asing
dan
bahan
yang
merangsang
harus
segera
Sulfas atropine
31
Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas
diberikan
sebagai
salap,
tetes
atau
injeksisubkonjungtiva.Pada
Anti jamur
Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat
Anti Viral
32
33
34
enzim
proteolitiknya.Alasan
yang
masuk
akal
penggunaan
KOMPLIKASI
menembus
kornea
dengan
cepat
menuju
membran
35
Gambar 20.Descematocele(12)
2. Kornea perforasi disebabkan karena semakin tipis dibanding
dengan
normal
sehingga
dapat
mencetuskan
terjadinya
yang
pada
akhirnya
menyebabkan
penurunan
Terjadinya
neovaskularisasi
dan
endhoftalmitis,
36
XII.
PROGNOSIS
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan
ada tidaknya komplikasi yang timbul.Ulkus kornea yang luas memerlukan
waktu
penyembuhan
yang
lama,
karena
jaringan
kornea
bersifat
37
sering
adalah
Pseudomonas
aeruginosa,
Stapilokokusaureus,
dan
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Biswell R. Kornea. In: Vaughan D, Asbury T, Eva PR, editors. Oftalmologi
umum. 17 ed. Jakarta: Widya Medika; 2000. p. 129-50
2. Khurana A. Disease of the cornea. In: Khurana A, editor. Comprehensive
ophtalmology. 4 ed. New Delhi: New Age International,. Ltd; 2007. p. 8996.
3. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam ilmu penyakit mata. Edisi
ketiga Jakarta FKUI 2007. Hal. 4-6
4. Lang, GK. Ophthalmology A Short Textbook.NewYork:Thieme Stuttgart.
2000. P. 118-9
5. Mills TJ. Corneal ulceration and ulcerative keratitis in emergency. Journal
[serial
on
the
Internet].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/798100-overview#showall.
6. Ming ALS, Constable IJ. Conjunctiva, sclera and cornea. Color Atlas of
Ophtalmology. 3 ed: World Science; 2000. p. 38-50.
7. Galloway NR, Galloway PH, Browning AC. Common Eye Disease and
Their Management third edition. London: Springer. 2006; P.177
8. Khaw P, Shah P. Corneal ulceration. In: Elkington A, editor. ABC of Eyes.
4 ed. Chennai: BMJ Publishing Group,. Ltd; 2005. p. 10-1.
9. Lang, GK. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas. NewYork:Thieme
Stuttgart. 2007. P. 132
39
13. Basic and Clinical Science Course. Externa Disease and Cornea, part 1,
Section 8, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P 17292.
18. Husein G Rowena, Sutjipto. Protesa Mata Paska Enukleasi dan Eviserasi.
Jurnal Oftalmologi Indonesia vol 6. No 2. 2008 P 69-80
40