Anda di halaman 1dari 36

Bagian Ilmu Kesehatan Mata

Laporan Kasus & Referat

Fakultas Kedokteran

Oktober 2016

Universitas Hasanuddin

ODS KATARAK SENIL IMATUR

Oleh:
Krisna Aprilya
C111 11 160
Pembimbing
dr. Andi Asriani
Supervisor
dr. Muh. Abrar Ismail, Sp.M, M.Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa laporan kasus dan
referat dengan judul ODS Katarak Senil Imatur, yang disusun oleh:
Nama

: Krisna Aprilya

NIM

: C111 11 160

Asal Institusi

: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Telah diperiksa dan dikoreksi, untuk selanjutnya dibawakan sebagai tugas


pada bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
pada waktu yang telah ditentukan.
Makassar, 06 Oktober 2016
Supervisor Pembimbing

dr. Muh. Abrar Ismail, Sp.M, M.Kes

Pembimbing

dr. Andi Asriani

LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Suku / Bangsa
Pekerjaan
Alamat
No. Register Pasien
Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksa
Rumah Sakit

: Ny. H
: Perempuan
: 04-07-1956 (60 tahun)
: Islam
: Bugis
: Ibu Rumah Tangga
: Makassar
: 067200
: 03 Oktober 2016
: dr. S
: Poliklinik Mata RS. Universitas Hasanuddin

ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Penglihatan kabur pada kedua mata
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu secara perlahan-lahan.
Penglihatan seperti berawan, awalnya pada mata kanan kemudian mata
kiri. Silau ada. Kotoran mata berlebih tidak ada. Mata merah tidak ada. Air
mata berlebih tidak ada. Nyeri kepala tidak ada. Riwayat trauma tidak ada.
Riwayat diabetes melitus ada 2 tahun yang lalu, berobat tidak teratur.
Riwayat hipertensi ada 1 tahun yang lalu, berobat tidak teratur. Riwayat
penggunaan kacamata ada, diukur di optik. Riwayat keluarga dengan
keluhan yang sama ada yaitu kakak kandung pasien. Riwayat penyakit
mata lain sebelumnya tidak ada.

III.

STATUS GENERALIS
Keadaan umum

: Sakit Ringan/Gizi cukup/Compos Mentis

Tekanan darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

IV.

Pernapasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36,7o C

FOTO KLINIS

Oculus Dextra
V.

Oculus Sinistra

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan
Palpebra
Apparatus lakrimalis
Silia
Konjungtiva
Bola Mata

OD
Edema (-)
Hiperlakrimasi (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Normal

OS
Edema (-)
Hiperlakrimasi (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-),
Normal

Jernih
Kesan normal
Coklat
Bulat
Keruh

Jernih
Kesan normal
Coklat
Bulat
Keruh

Mekanisme
muscular
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
Lensa

B. Palpasi
Pemeriksaan
Tekanan Okular

OD
Tn

OS
Tn

Nyeri tekan
Massa Tumor
Glandula pre-aurikular

(-)
(-)
Pembesaran (-)

(-)
(-)
Pembesaran (-)

C. Tonometri
NCT

: 18/17 mmHg

D. Visus
VOD
VOS

: 20/60, tidak dapat dikoreksi


: 20/80, tidak dapat dikoreksi

E. Sensitivitas Kornea
Tampak normal pada sensitivitas kornea.
F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.
G. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan
Konjungtiva
Kornea
BMD
Iris
Pupil
Lensa

OD
Hiperemis (-)
Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Keruh. Iris shadow (+)

OS
Hiperemis (-)
Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
Keruh. Iris Shadow (+)

H. Funduskopi
FOD
: Refleks fundus (+), Papil N.II batas tegas, CDR 0.3, A/V :
2/3, macula reflex fovea (+), retina perifer kesan normal
FOS
: Refleks fundus (+), Papil N.II batas tegas, CDR 0.3, A/V :
2/3, macula reflex fovea (+), retina perifer kesan normal
I. Slit Lamp
SLOD : Palpebra edema (-). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea
jernih. BMD normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat, sentral, refleks
cahaya (+). Lensa keruh. Iris shadow (+), sistem LOCS III NO3
NC3,C0,P0.
SLOS
: Palpebra edema (-). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea
jernih. BMD normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral, refleks

cahaya (+). Lensa keruh. Iris shadow (+), sistem LOCS III NO3
NC3,C0,P0.
J. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak Dilakukan Pemeriksaan
K. RESUME
Seorang pasien perempuan datang dengan keluhan penglihatan kabur
pada oculi dextra et sinistra. Dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang
lalu secara perlahan-lahan. Penglihatan seperti berawan, awalnya pada
mata kanan kemudian mata kiri. Silau ada. Kotoran mata berlebih tidak
ada. Mata merah tidak ada. Air mata berlebih tidak ada. Nyeri kepala
tidak ada. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat diabetes melitus ada 2
tahun yang lalu, berobat tidak teratur. Riwayat hipertensi ada 1 tahun
yang lalu, berobat tidak teratur. Riwayat penggunaan kacamata ada,
diukur di optik. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama ada yaitu
kakak kandung pasien. Riwayat penyakit mata lain sebelumnya tidak
ada.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan :
VOD : 20/60, tidak dapat dikoreksi
VOS : 20/80, tidak dapat dikoreksi
OD: Lensa keruh, iris shadow (+), sistem LOCS NO3 NC3 C0 P0
OS: Lensa keruh, iris shadow (+), sistem LOCS NO3 NC3 C0 P0
L. DIAGNOSIS
ODS Katarak Senile Immature
M. PENATALAKSANAAN
Rencana OD Phaecoemulcification + IOL
N. RENCANA PEMERIKSAAN
Biometri
Keratometri
Pemeriksaan Laboratorium : darah rutin, GDS, waktu perdarahan
O. PROGNOSIS
Qua ad vitam
: Bonam
Qua ad sanationem : Bonam
Qua ad visum
: Bonam
Qua ad kosmeticum : Bonam

DISKUSI KASUS
Seorang pasien perempuan datang dengan keluhan penglihatan kabur pada
oculi dextra et sinistra. Dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu secara
perlahan-lahan. Penglihatan seperti berawan, awalnya pada mata kanan kemudian
mata kiri. Silau ada. Kotoran mata berlebih tidak ada. Mata merah tidak ada. Air
mata berlebih tidak ada. Nyeri kepala tidak ada. Riwayat trauma tidak ada.
Riwayat diabetes melitus ada 2 tahun yang lalu, berobat tidak teratur. Riwayat
hipertensi ada 1 tahun yang lalu, berobat tidak teratur. Riwayat penggunaan
kacamata ada, diukur di optik. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama ada
yaitu kakak kandung pasien. Riwayat penyakit mata lain sebelumnya tidak ada.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan : OD: edema palpebra (-) konjungtiva
hiperemis (-) hiperlakrimasi (-) sekret (-) kornea jernih, iris coklat, kripte (+).
Lensa keruh, iris shadow (+), sistem LOCS III NO3 NC3 C0 P0. Pergerakan bola
mata normal. VOD 20/60, tidak dapat dikoreksi. TOD 18 mmHg. OS: edema
palpebra (-) konjungtiva hiperemis (-) hiperlakrimasi (-) sekret (-) kornea jernih,
iris coklat, kripte (+). Lensa keruh, iris shadow (+), sistem LOCS III NO3 NC3
C0 P0. Pergerakan bola mata normal. VOS 20/80, tidak dapat dikoreksi. TOS 17
mmHg.
Diagnosis kerja yang ditegakkan pada pasien tersebut adalah: Oculi Dextra
Sinistra Katarak Senile Immatur
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan
pada lensa yang menyebabkan kelemahan atau penurunan data penglihatan. Pada
umumnya sebagian besar penyebab katarak adalah usia tua atau penuaan dan
disebut juga sebagai katarak senil. Banyak juga faktor lain yang terlibat,
mencakup: trauma, toksisitas obat (steroid), penyakit metabolik (diabetes dan
hiperparatiroidisme) dan penyakit mata (uveitis dan ablasio retina).

Kecurigaan akan adanya katarak pada pasien dapat timbul karena pasien
yang datang dengan penglihatan kabur dan berawan dialami secara perlahan,
menandakan bahwa adanya masalah pada media refrakta dalam kasus ini adalah
lensa,yang karena proses degenerasi dari lensa yang beridiferensiasi dari bagian
korteks menuju nukleus, faktor metabolisme lensa juga ikut serta dalam proses
kekeruhan yaitu protein insoluble dalam lensa menjadi lebih banyak dibanding
protein soluble, sehingga terjadi kekeruhan pada lensa. Pasien termasuk dalam
usia tua yaitu 60 tahun, dan dari hasil pemeriksaan fisis terlihat kekeruhan pada
lensa dan iris shadow (+), penemuan ini menandakan bahwa terjadi kekeruhan
pada lensa yang tidak menyeluruh, sehingga struktur yang berada di depan lensa
yaitu iris dapat terlihat bayangannya dipermukaan lensa, selain menandakan
kekeruhan lensa, iris shadow juga merupakan ciri dari katarak stadium immatur.
Perbedaan stadium katarak:

Kekeruhan
Cairan Lensa

Iris
BMD
Sudut Bilik Mata
Shadow Test
Komplikasi

Insipien
Ringan
Normal

Normal
Normal
Normal
Negatif
-

Immatur
Sebagian
Bertambah

Matur
Seluruh
Normal

Hipermatur
Masif
Berkurang

(air masuk)

(air dan massa

Terdorong
Dangkal
Sempit
Positif
Glaukoma

lensa keluar)
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudopositif
Glaukoma

Fakomorfik

Normal
Normal
Normal
Negatif
-

Fakolitik dan
Iridosiklitis

Sebelum melakukan operasi katarak ada beberapa pemeriksaan yang harus


dilakukan yaitu pemeriksaan biometri merupakan pemeriksaan mata yang
bertujuan untuk mengukur panjang sumbu bola mata, kelengkungan kornea dan
kedalaman bilik mata depan, sehingga didapatkan ukuran lensa intra okular yang
akan ditanam dalam bola mata.

Terdapat empat plihan teknik pembedahan pada katarak yakni ICCE


(Intracapsular

Cataract

Extraction),

ECCE

(Extra

Capsular

Cataract

Extraction), SICS (Small Incision Cataract Surgery) dan Phaco Emulsification.


Pada pasien ini akan dilakukan teknik phaco emulsification + Intraocular
Lens (IOL),yaitu operasi pemecahan nukleus katarak dan aspirasi lensa
menggunakan ujung yang mengeluarkan gelombang ultrasonik yang dapat
dimasukkan dalam insisi kecil. Teknik ini banyak digunakan di negara
berkembang. Phacoemulsifikasi banyak digunakan karena rehabilitasi visual yang
lebih baik, inflamasi yang minimal,penyembuhan luka yang lebih cepat dengan
derajat distorsi kornea yang sedikit,menjaga tekanan vitreus dan mencegah
perdarahan koroid karena sistem yang relatif tertutup.
Komplikasi dari katarak, yaitu: 1) Fakoanafilaktik uveitis. Katarak
hipermatur boleh menyebabkan kebocoran protein lensa ke dalam bilik anterior.
Protein ini boleh bertindak sebagai antigen dan induce reaksi antigen-antibodi
yang seterusnya menyebabkan uveitis. 2) Glaukoma lens-induced. Boleh
terjadi disebabkan oleh mekanisme yang berbeda. Katarak imatur (lensa
intumescent) Glaukoma fakomorfik. Lensa menerima cairan yang agak
banyak selama perubahan kataraktous, menyebabkan pertambahan ukuran. Ini
mengganggu bilik anterior, menimbulkan pupillary block dan sudut padat yang
menyebabkan sudut tertutup akut. Terapi adalah ekstraksi lensa bila tekanan
intraokular sudah terkendali secara medis. Katarak hipermatur Glaukoma
fakolitik. Beberapa katarak yang telah lanjut boleh menyebabkan kebocoran pada
kapsul lensa anterior yang membolehkan protein lensa yang mencair masuk ke
bilik anterior. Ini akan menimbulkan reaksi inflamasi di bilik anterior, trabekular
meshwork udem dan obstruksi protein lensa yang seterusnya menyebabkan
kenaikan yang akut pada tekanan intraokular. Ekstraksi lensa adalah terapi
definitif setelah tekanan intraokular sudah ditangani secara teratur dan terapi
intensif steroid topikal sudah menurunkankan inflamasi intraokular. 3) Subluksasi
atau dislokasi lensa. Ini boleh terjadi disebabkan oleh degenerasi zonules pada
stadium hipermatur.

Prognosis pada katarak dengan hasil pembedahan yang baik dapat


mencapai 95%. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE
atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat
hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan Snellen Chart. Prognosis
visus juga dipengaruhi oleh keadaan retina, jika terjadi perdarahan ataupun ablasio
pada retina, maka tetap prognosis terhadap visusnya malam.

KATARAK SENIL
I.

PENDAHULUAN
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan
pada lensa yang menyebabkan kelemahan atau penurunan data penglihatan.
Katarak berasal dari Bahasa Yunani yaitu Kataarhakies yang berarti air terjun
karena dahulu diperkirakan katarak terjadi akibat adanya cairan yang membeku
yang berasal dari otak kemudian mengalir ke depan lensa.1
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa. Normalnya lensa
memusatkan arah sinar. Kekeruhan pada lensa akan menyebabkan sinar menjadi
menyebar atau terhalang. Jika kekeruhan lensa berukuran kecil dan berada pada
daerah perifer lensa, hanya akan sedikt atau tidak ada gangguan pada penglihatan.
Sebaliknya, ketika kekeruhan terletak di tengah lensa dan bersifat padat atau tebal,
arah sinar akan

terganggu. Hal ini akan menyebabkan penglihatan menjadi

kabur.2
Pada umumnya sebagian besar penyebab katarak adalah usia tua atau
penuaan dan disebut juga sebagai katarak senil. Banyak juga faktor lain yang
terlibat, mencakup: trauma, toksisitas obat (steroid), penyakit metabolik (diabetes
dan hiperparatiroidisme) dan penyakit mata (uveitis dan ablasio retina).2
Katarak senil biasa juga disebut sebagai age-related cataract, katarak
ini biasanya ditemukan pada usia di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun 90%
individu mengalami katarak senil. Secara morfologi, katarak senil terdiri dari dua
bentuk, yaitu kortikal (katarak lembek atau lunak) dan nuklear ( katarak keras).3
10

Sebagian besar katarak tidak terlihat pada pengamatan sepintas sampai


lensanya menjadi cukup keruh untuk menyebabkan gangguan penglihatan yang
berat. Dengan semakin keruhnya lensa, fundus okuli akan semakin sulit untuk
dilihat, sampai akhirnya reflex fundus menjadi hilang sama sekali, katarak telah
matur.4
II.

EPIDEMIOLOGI
Banyak penelitian yang dilakukan di berbagai negara berhubungan dengan
angka kejadian kebutaan dan penurunan visus pada penderita katarak. Menurut
World Health Organization 45% penyebab dari kebutaan adalah katarak dan
sekitar 20 juta orang di dunia mengalami kebutaan akibat katarak.5
Di Indonesia, katarak merupakan penyebab utama kebutaan, dimana
prevalensi buta katarak 0,78 % dari 1,5 % menurut hasil survey pada tahun 1996.
Menurut National Health and Nutrion Examination Survey (NHANES),
prevalensi katarak senil menunjukkan hasil 27,6 % pada usia 65-75 tahun.6
Patut diduga bahwa peningkatan jumlah kasus katarak ini berkaitan erat
dengan peningkatan umur harapan hidup penduduk Indonesia. Angka harapan
hidup periode 2005-2010 meningkat hingga usia 69,1 tahun di banding periode
2000-2005 yang hanya sampai usia 66,2 tahun. Jumlah katarak Indonesia saat ini
berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut yang pada tahu 2000, yang
diperkirakan sebesar 15,3 juta (7,4 dari total penduduk). Jumlah ini cenderung
akan bertambah besar dengan peningkatan penduduk Indonesia.6
Berbagai studi

cross-sectional

melaporkan prevalensi katarak pada

individu berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50 %; prevalensi ini meningkat


hingga 70 % pada individu di atas 75 tahun.4
Sebagian besar kasus katarak 90 % merupakan katarak senil. 5 % dari
semua yang berusia 70 tahun dan 10 % yang berusia 80 tahun, individu yang
menderita katarak ingin melakukan tindakan pembedahan.1
III.

ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA


Lensa merupakan salah satu media refraksi yang memfokuskan sinar ke
retina. Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Jari-jari kurvatur pada

11

permukaan posterior 6 mm dan jari-jari pada kurvatur anterior yaitu 10 mm. Berat
lensa pada orang dewasa kira-kira 220 mg.1,3

Gambar 1. Struktur lensa bikonveks, berada pada fossa hyaloids dan membagi
mata menjadi segmen anterior dan posterior.1

Gambar 2.Struktur lensa.3


Lensa tidak mempunyai pembuluh darah dan tetap tumbuh secara aktif
sepanjang kehidupan sekalipun sangat lambat. Lensa menerima suplai nutrisi dari
humor aquos yang membasahinya. Lensa ditutupi oleh suatu kapsul yang elastis
ini adalah alasan mengapa lensa cenderung pada keadaan sferis.1
Struktur lensa:3
a. Kapsul lensa. Struktur tipis, transparan, membrane hialin mengelilingi lensa
dimana bagian anterior lebih tebal dibanding bagian posterior. Kapsul lensa
paling tebal pada region pre-equator (14) dan paling tipis didaerah posterior
(3).

12

b. Epitel anterior. Ini merupakan lapisan tunggal dari sel kuboid yang terdapat
pada bagian dalam kapsul anterior. Pada region ekuatorial sel ini menjadi
kolumner secara aktif membagi dan memanjang untuk membentuk serat lensa
yang baru sepanjang kehidupan. Tidak ada epitel posterior karena sel ini
digunakan untuk memenuhi kavitas rongga sentral dari vesikel lensa
sepanjang perkembangan lensa.
c. Serat lensa. Sel epitel memanjang untuk membentuk serat lensa yang memiliki
struktur bentuk yang kompleks. Serat lensa yang matur, adalah sel yang telah
kehilangan nukleusnya. Selama serat lensa dibentuk sepanjang kehidupan, ini
tersusun rapat sebagai nucleus dan korteks dari lensa.
1. Nukleus. Ini adalah bagian sentral yang memuat serat yang tua. Ini terdiri
dari zona- zona yang berbeda yang terletak dibawah selama proses
perkembangan. Pada penyinaran slit lamp, dapat terlihat sebagai zona yang
diskontinu. Tergantung pada periode dari perkembangan zona yang berbeda
dari nucleus lensa ini terbagi menjadi:
a. Nukleus embrionik. Ini adalah bagian terdalam dari nukleus yang
berhubungan dengan lensa pada masa gestasi 3 bulan pertama .terdiri
dari serat lensa primer yang dibentuk oleh pemanjangan dari sel
dinding posterior vesikel lensa.
b. Nukleus fetal. Berada disekitar nucleus embrionik dan berkaitan
dengan lensa pada 3 bulan pertama pada masa gestasi sampai dengan
kelahiran.
c. Nukleus infantil. Berkaitan dengan lensa dari kelahiran sampai masa
remaja.
d. Nukleus dewasa. Berhubungan dengan serat lensa yang terbentuk
setelah masa remaja sampai dengan kematian.
2. Korteks. Ini adalah bagian perifer yang terdiri dari serat lensa yang masih
muda.
d. Ligamentum suspensorium dari lensa (Zonula Zinni). Juga dikenal dengan
nama Zonula siliar. Terutama terdiri dari rangkaian serat yang melintas dari
badan siliar ke lensa. Menahan lensa pada posisinya dan memungkinkan
muskulus siliaris untuk dapat digunakan bergerak. Serat ini tersusun dalam 3
kelompok:

13

1. Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior dari orra serrata.
Berjalan ke anterior untuk berinsersi pada anterior dari ekuator.
2. Serat yang berasal dari bagian anterior pada prosessus siliaris melintasi
bagian posterior untuk berinsersi dengan ekuator bagian posterior.
3. Kelompok ketiga dari serat ini melintas dari puncak prosessus siliaris
secara langsung masuk ke dalam untuk berinsersi pada ekuator.
Metabolisme Lensa.
Suplai makanan dari lensa berasal dari proses difusi humor aquos. Ini
menyerupai suatu struktur jaringan dengan humor aquos sebagai substratnya dan
bola mata sebagai wadah yang menyediakan suatu suhu yang konstan.
Metabolisme dan proses biokimia yang lebih detail melibatkan proses penuaan
yang

kompleks

dan

belum

sepenuhnya

dimengerti

karena

itu,

tidak

memungkinkan untuk mempengaruhi perkembangan katarak dengan pengobatan.1


Metabolisme dan pertumbuhan dari sel lensa adalah suatu pengaturan diri
sendiri (self regulating). Aktivitas metabolik terutama untuk pemeliharaan
kesatuan, transparansi dan fungsi optik dari lensa. Epitel dari lensa membantu
untuk menjaga keseimbangan ion dan membolehkan transportasi nutrisi, mineral
dan air pada lensa. Tipe transportasi ini diartikan sebagai system pump-leak
yang membuat transport aktif dari natrium, kalium, kalsium dan asam amino dari
humor aquos masuk ke dalam lensa sebagai suatu proses difusi pasif sepanjang
kapsul lensa posterior. Pemeliharaan keseimbangan (homeostasis) adalah penting
untuk kejernihan lensa dan ini sangat berkaitan erat dengan keseimbangan cairan.
Muatan air dari lensa normalnya stabil dan dalam keadaan seimbang dengan
humor akuos disekitarnya. Muatan air dari lensa berkurang seiring dengan
perjalanan usia, dimana isi dari protein lensa yang insoluble (albuminoid)
meningkat. Lensa menjadi lebih keras, kurang elastis, dan kurang transparan.
Suatu penurunan dalam kejernihan lensa yang berkaitan dengan usia adalah
sesuatu yang tidak dapat dihindari sama halnya dengan pengerutan kulit dan
rambut putih. Gambaran klinik dari penurunan kejernihan muncul pada 95 % dari
seluruh orang. Porsi bagian tengah atau nukleus dari lensa menjadi sklerosis dan
sedikit kekuningan seiring dengan perjalanan usia.1

14

Lensa kristalina adalah sebuah struktur yang menakjubkan pada kondisi


normalnya berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Posisinya tepat disebelah
posterior iris dan disangga oleh serat zonula yang berasal dari korpus siliaris.
Serat-serat ini menyisip pada bagian ekuator kapsul lensa.kapsul lensa adalah
suatu membran basalis yang mengelilingi substansia lensa. sel-sel epitel dekat
ekuator lensa membelah sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi membentuk
serat-serat lensa baru sehingga serat-serat lensa yang tua dipampatkan pada
nucleus sentral; serat-serat muda, yang kurang padat disekeliling nucleus
menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat avaskuler dan tidak mempunyai
persarafan, nutrisi lensa didapat dari aquos humor. Metabolisme lensa terutama
bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aquos.4
IV.

ETIOLOGI
Katarak senil terutama karena suatu proses

penuaan meskipun

etipatogenesisnya belum jelas, berbagai faktor yang dapat menyebabkannya.3,7


1. Herediter. Ini memainkan peranan dalam insiden onset usia dan maturasi dari
katarak senil dalam berbagai famili yang berbeda.
2. Radiasi ultraviolet. Banyaknya paparan dari radiasi UV yang berasal dari
matahari telah menyebabkan onset dini dan maturasi dari katarak senil dalam
banyak studi epidemiologi.
3. Faktor diet. Kurangnya asupan protein, asam amino, vitamin (ribovlafin, Vit
E, Vit C) dan elemen esensial juga berperan pada onset dini dan maturasi
katarak senil.
4. Dehidrasi. Adanya keterkaitan dengan episode awal dari krisis dehidrasi yang
berat (karena diare, kolera, dan sebagainya) dan onset usia dan maturasi
katarak memberikan pengaruh.
5. Merokok. Merokok juga telah dilaporkan memberikan efek pada onset usia
katarak senil. Merokok menyebabkan akumulasi dari molekul berpigmen -3
hydroxykynurine dan Chromophores, yang menyebabkan kekuningan.
Cyanates dalam rokok menyebabkan carbamylation dan denaturasi protein.
V.

PATOGENESIS
Mekanisme dari hilangnya kejernihan lensa. Pada dasarnya, berbeda antara

katarak senil nuklear dan katarak senil kortikal.3

15

1. Katarak senil kortikal. Gambaran biokimia utamanya adalah penurunan kadar


protein total dan asam amino, dan kalium yang terkait dengan peningkatan
kadar Natrium dan proses hidrasi dari lensa, yang diikuti dengan koagulasi
dari protein.3
2. Katarak senil nuklear. Dalam perubahan degeneratif yang sering terjadi pada
katarak senil nuklear adalah intensifikasi dari sklerosis nuklear yang terkait
dengan usia yang dihubungkan dengan dehidrasi dan pemadatan dari nukleus
sehingga menyebabkan katarak yang keras (hard katarak). Ini disertai dengan
peningkatan yang bermakna pada protein yang tidak larut air. Bagaimanapun,
isi dari protein total dan distribusi kation-kation tetap normal. Hal ini
berkaitan atau tidak dengan deposisi pigmen urokrom dan atau melanin yang
berasal dari asam amino pada lensa.3

Seiring dengan pertambahan usia (senil) katarak)

Penurunan fungsi mekanisme pompa transport aktif


Penurunan
dari lensa
reaksi oksidasi

Rasio Natrium/Kalsium terbalik


Penurunan kadar asam amino

Hidrasi dari serat lensa


Penurunan sintesis protein dalam serat lensa

Denaturasi protein lensa


16
Kekeruhan dari serat kortikal lensa

Gambar 3 : Bagan yang menggambarkan kemungkinan penyebab dari terjadinya


katarak senil kortikal. 3
VI.

KLASIFIKASI
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yang
berbeda.1
1. Waktu terjadinya (katarak didapat atau katarak congenital).
2. Maturitas atau kematangan.
3. Morfologi.
Klasifikasi berdasarkan maturitas disertai dengan derajat gangguan
penglihatan (visus) penting untuk didiagnosis lebih awal untuk menentukan waktu
pembedahan. Klasifikasi morfologik seperti kekerasan dan penebalan dari nukleus
sekarang berpengaruh pada prosedur pembedahan.1

Tabel 1. Klasifikasi katarak berdasarkan waktu terjadinya1

17

Ada 3 tipe umum age-related cataract yaitu nuklear, kortikal, dan


subkapsular posterior. Pada banyak pasien, lebih dari satu tipe bisa didapatkan. 1
1.

Katarak nuklear
Pada dekade ke empat kehidupan, produksi serat tekanan pada lensa

perifer menyebabkan pengerasan keseluruhan lensa, terutama inti (nukleus). Inti


berubah warna menjadi coklat kekuningan (brunescent katarak nuklir). Perubahan
warna ini bervariasi dari coklat kekuningan sehingga kehitaman pada seluruh
lensa (black cataract). Oleh karena meningkatnya daya bias lensa, katarak nuklear
menyebabkan miopia lentikuler dan menghasilkan dua titik fokal pada lensa serta
menghasilkan diplopia monokuler. Perkembangan katarak nuklear sangat lambat.
Oleh karena terjadinya miopia lentikuler, visus dekat (tanpa kacamata) tetap baik
untuk jangka waktu yang lama.1,8

Gambar 4. Katarak Nuklear1


2.

Katarak kortikal
Yaitu kekeruhan pada korteks lensa, ditandai oleh hidrasi lensa. Gambaran

biokimia utamanya adalah penurunan kadar protein total dan asam amino, dan
kalium yang terkait dengan peningkatan kadar natrium dan proses hidrasi dari
lensa yang diikuti dengan koagulasi dari protein. Akibat dari penyerapan air
mengakibatkan lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan
indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan
kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.1,8

18

Gambar 5. Katarak kortikal 3


3. Katarak Subkapsular Posterior
Yaitu terjadinya kekeruhan di bagian posterior dan biasanya terletak
sentral. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya
terang, serta penglihatan dekat menurun. Secara histologi, tipe ini berhubungan
dengan migrasi sel-sel epitel lensa di bagian akuator ke permukaan dalam kapsul
posterior.
Bentuk khusus dari katarak kortikal ini dimulai pada aksis visual. Dimulai
dengan satu kelompok kecil kekeruhan pada granular, dan memperluas ke perifer
membentuk seperti disc. Peningkatan opasitas ini melibatkan nukleus dan
korteks.Perkembangannya sangat cepat dan memperberat ketajaman visual.
Penglihatan jarak jauh memburuk secara signifikan berbanding penglihatan jarak
dekat (bidang dekat-miosis). Penggunaan obat tetes untuk melebarkan pupil dapat
meningkatkanketajaman visual.7

Gambar 6. Katarak Subkapsular posterior1


Katarak senil secara klinik katarak senil diklasifikasikan berdasarkan
maturitas, sebagai berikut :
19

1. Katarak Insipien1,8
Dalam stadium ini ditemukan kekeruhan dengan area jernih. Diantara dari
kekeruhan tersebut. Dua perbedaan pada katarak kortikal senil dapat dikenali pada
stadium ini.
a) Katarak kortikal senil kuneiform. Dikarakteristikkan dengan kekeruhan
wedge-shape dengan area yang jernih diantarnya. Pemeriksaan iluminasi
oblik dapat ditemukan suatu gambaran tipikal seperti radial spok dengan
kekeruhan putih keabu-abuan.
b) Katarak kortikal senil kupuliform. Gambaran kekeruhan berupa cawan.

Berkembang pada bawah kapsul biasanya pada bagian sentral dari korteks
posterior dan kadang-kadang meluas ke bagian luar.
2. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang terjadi
dimanakekeruhannya hanya sebagaian belum mengenai seluruh lapis lensa.
Lensanya tampak putih keabu-abuan tetapi korteks tetap jernih, sehingga iris
shadow dapat terlihat. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.1,8

Gambar 7. Katarak senil imatur (A) Iris Shadow. 7,3


3. Katarak matur
Pada stadium ini kekeruhan lensa menjadi komplit, seluruh bagain lensa
telah terlibat sehingga warna lensa menjadi seperti warna mutiara. Bila proses
degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil

20

desintegritas melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan berukuran normal
kembali. Sehingga iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila
dilakukan test bayangan iris atau shadow test akan terlihat negatif.1,8

Gambar 8. Katarak senil matur (B) Iris


shadow tidak ada. 7,3
4. Katarak Hipermatur
Pada katarak hipermatur, kapsul anterior mengkerut karena kebocoran air
keluar dari lensa. Katarak hipermatur dapat terjadi dalam dua bentuk:1,8

Katarak hipermatur morgagni. Lensa mengeriput dan berwarna kuning. Akibat


pengeriputan lensa dan mencairnya korteks nukleus lensa tenggelam ke arah
bawah. Pada beberapa pasien, setelah terjadi maturitas keseluruhan korteks
mencair dan lensa berubah menjadi kantong berisi cairan seperti susu.

Katarak hipermatur tipe sklerotik. Kadang-kadang setelah maturitas terjadi,


korteks menjadi mengkerut dan mengeras karena proliferasi dari sel anterior
dan suatu kapsul katarak yang berdensitas putih akan terbentuk di daerah
pupil. Karena mengkerutnya lensa, bilik mata depan menjadi dalam dan iris
bergetar (iridodonesis).

21

Gambar 9. Katarak senil hipermatur 9


5. Katarak Traumatik
Katarak traumatik disebabkan oleh trauma okular sekunder baik trauma
tumpul atau tajam. Katarak yang disebabkan oleh trauma tumpul secara klasik
membentuk gambaran stellata atau rosette kekeruhan aksial posterior yand stabil
atau progresif. Sedangkan trauma tajam dengan gangguan kapsul lensa
membentuk perubahan kortikal yang tetap

namun dapat progressif sehingga

menyebabkan kekeruhan total kortikal. Lensa menjadi putih segera setelah


measuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor
aquous dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa. 10

Gambar 10. Katarak traumatik10


VII.

GEJALA KLINIS
A. Gejala subjektif
Kekeruhan dari lensa dapat hadir tanpa menyebabkan berbagai gejala, dan
dapat ditemukan dalam pemeriksaan mata rutin. Gejala umum dari katarak
adalah:3

22

1. Silau. Satu dari gejala awal gangguan penglihatan pada katarak adalah silau
(glare), seperti sinar langsung dari matahari atau cahaya sepeda motor yang
datang menyinari. Tingkat dari silau akan bervariasi sesuai dengan lokasi dan
ukuran dari kekeruhannya.
2. Uniocular poliopia (penglihatan ganda dari suatu objek). Ini sering merupakan
salah satu gejala awal. Ini terjadi karena refraksi irregular oleh lensa yang
menyebabkan berbagai indeks refraktif sebagai suatu proses dari katarak.
3. Lingkaran cahaya yang berwarna (Coloured halos). Ini akan dirasakan oleh
beberapa pasien yang memberikan kerusakan sinar putih dalam spectrum
warna karena adanya tetesan air dalam lensa.
4. Titik hitam pada bagian depan mata. Titik hitam yang menetap akan dirasakan
oleh beberapa pasien.
5. Gambar kabur. Distorsi dari gambar dan penglihatan berkabut akan terjadi
pada stadium awal dari katarak.
6. Kehilangan penglihatan. Penurunan penglihatan karena katarak senile
mempunyai beberapa gambaran khusus.Ini tidak sakit dan berangsur
progresif.Pasien dengan kekeruhan sentral (katarak cupuliform) mempunyai
kehilangan penglihatan yang lebih awal. Pasien ini melihat lebih baik ketika
pupil melebar, ini karena biasanya pada malam hari cahaya menjadi suram
(buta siang).3 Pasien dengan kekeruhan pada perifer (katarak cuneiform)
mengalami kehilangan penglihatan yang terlambat dan penglihatan meningkat
jika cahaya terang ketika pupil dikontraksikan. Pada pasien dengan sklerosis
nuclear penglihatan jauh terganggu karena miop indeks yang progresif seperti
pasien dapat membaca tanpa kacamata presbiopi. Peningkatan dalam
penglihatan dekat, dimaknai sebagai second sight karena perkembangan
kekeruhan. Penglihatan akan berkurang sampai hanya dapat mempersepsikan
cahaya dan proyeksi akurat dari sinar merupakan stadium dari katarak matur.
B. Gejala objektif
Beberapa pemeriksan harus dilakukan untuk melihat berbagai tanda dari
katarak.:3
1. Pemeriksaan

visus.

Bergantung

pada

lokasi

dan

maturasi

dari

katarak.ketajaman penglihatan berkisar 6/9 sampai persepsi cahaya.

23

2. Pemeriksaan iluminasi oblik. Ini menampakan warna dari lensa dalam area
pupil yang bervariasi dalam tipe katarak yang berbeda.
3. Pemeriksaan iris shadow. Ketika cahaya oblik menyinari pupil, bayangan
crescentric dari batas pupil dari iris akan membentuk kekeruhan keabu-abuan
dari lensa, sepanjang korteks bersih (clear korteks) tampak antara kekeruhan
dan batas pupil. Ketika lensa menjadi lebih transparan atau keruh sempurna,
tidak ada iris shadow yang terbentuk oleh karena itu adanya iris shadow tanda
dari katarak imatur.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi direk. Cahaya fundus yang kuning kemerahan di
observasi dalam tidak adanya kekeruhan dalam media. Lensa katarak parsial
menunjukkan bayangan hitam yang berlawanan dengan cahaya merah pada
daerah katarak. Lensa katarak yang lengkap tidak menunjukkan cahaya merah.
5. Slit lamp. Pemeriksaan ini harus dilakukan pada pupil yang berdilatasi
sempurna.Pemeriksaan menunjukkan morfologi lengkap dari kekeruhan
(tempat, ukuran, bentuk, warna, dan kekerasan nukleus).
Pemeriksaan
1 Visus
2 Warna
coklat,

ISC
MSC
6/9 ke FC+ HM+ ke LP +
lensa Putih
ke Putih

HMSC (M) HMSC (S)


LP +
LP +
Putih seperti Putih kotor

hitam abu-abuan

susu

atau merah

bercahaya
dengan
nukleus

3
4

Iris shadow

Terlihat

yang

kecoklatan
Tidak terlihat

Ophtalmoskopi

Area gelap Tidak

langsung

multipel di cahaya merah cahaya


cahaya
merah

Slit lamp

putih

Tidak

terlihat
terlihat
ada Tidak ada Tidak ada

sentral dan tetapi

Tidak

pupil merah
karena pupil

di katarak

cahaya
dan merah
yang

putih seperti

fundus
sempurna
area normal Korteks

susu
Putih seperti Lensa

dengan

susu

katarak

dan katarak

24

katarak

sempurna

nukleus

yang

kecoklatan

mengkerut
dengan
penebalan
kapsul
anterior

Tabel 2. Tanda dari katarak senil

ISC: Immature senile cataract, MSC: Mature senile cataract, HMSC (M)
Hypermature senile cataract (Morgagnian), HMSC (S): Hypermature senile
cataract (Sclerotic), PL: Perception of light, HM: Hand movements, FC: Finger
counting.3
Derajat kekerasan nukleus pada lensa yang katarak adalah penting untuk
mengatur

parameter

dari

mesin

pada

ekstraksi

katarak

teknik

phacoemulsification.3
Selain itu, sekarang lebih cenderung menggunakan Lens Opacities
ClassificationSystem (LOCS) dimana lensa dinilai dari warna nuclear (NC) dan
opasitas nuclear (NO), katarak kortikal, dan katarak subkapsular posterior (P).7,8
Klasifikasi katarak berdasarkan maturitas dari katarak, tingkat kekeruhan
atau perkembangan tidak cukup dalam epidemiologi katarak atau terapeutik studi.
Sistem Klasifikasi Kekeruhan Lensa III (LOCS III) adalah sistem standar yang
digunakan untuk grading dan perbandingan keparahan katarak dan type 1-2. Itu
berasal dari LOCS II classification 3, dan itu terdiri dari tiga set foto standar
(Gambar). Klasifikasi ini mengevaluasi empat fitur: opalesens nuklear (NO)
warna nuklear (NC), katarak kortikal (C), katarak posterior subcapsular (P).
Nuclear opalesecence (NO) dan warna nuklir (NC) yang dinilai pada skala
desimal 0,1 sampai 6,9, didasarkan pada seperangkat enam foto standar. Katarak
kortikal (C) dan posterior subcapsular cataract (P) yang dinilai pada skala
desimal dari 0,1 sampai 5,9, berdasarkan satu set lima foto standar masingmasing. Tidak seperti klasifikasi LOCS II, klasifikasi LOCS III mempersempit
skala interval, memungkinkan perubahan kecil dalam keparahan katarak untuk

25

diamati. Batas toleransi 95% untuk reproduktifitas dalam-kelas dan antara-kelas


juga menyempit dalam klasifikasi LOCS III.3,7

Gambar.
11.

Lens

Opacities Classification System (LCOS) III transparancies.11

VIII.

TERAPI
Tidak ada obat-obatan yang efektif terhadap penanganan katarak.
Penaganannya adalah dengan pembedahan.8
Indikasi untuk operasi katarak
Apakah dengan operasi atau tidak terutama bergantung pada efek katarak
pada penglihatan pasien.Beberapa tahun yang lalu, dokter bedah menunggu
sampai katarak menjadi matur atau matang (ketika isinya menjadi cair) karena ini
membuat aspirasi dari isi lensa menjadi lebih mudah. Dengan kemajuan dalam
mikro surgery sekarang tidak lagi menunggu lama untuk katarak menjadi matur
dan pembedahan katarak dapat dilaksanakan pada berbagai stadium dengan resiko
yang minimal.7
1. Meningkatkan ketajaman penglihatan.
Adalah indikasi yang paling sering untuk operasi katarak, walaupun kebutuhan
dari orang ke orang berbeda. Operasi di indikasikan hanya jika dan ketika
katarak berkembang ke level yang cukup untuk menyebabkan kesulitan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Indikasi medis.
Adalah suatu keadaan dimana katarak menyebabkan gangguan kesehatan yang
merugikan

pada

mata.Contohnya

glaukoma

fakolitik

atau

glaukoma

26

fakomorfik. Operasi katarak untuk meningkatkan kejernihan dari media


penglihatan yang dibutuhkan dalam konteks proses patologi pada fundus
(contoh: retinopati diabetik) yang membutuhkan pengawasan atau penanganan
dengan laser fotokuagulasi.
3. Indikasi kosmetik.
Jarang dilakukan, seperti ketika katarak dalam keadaan matur. Dimana
kebutaan dihilangkan untuk mengembalikan pupil yang hitam.
Persiapan untuk operasi katarak: 8
1. Biometri: pengukuran ultrasound pada panjang mata dan keratometri untuk
mengukur kurvatur kornea dan kemudian menjumlahkan kekuatan dari
implant untuk dimasukkan ke mata selama pembedahan.
2. Memastikan masalah kesehatan umum dalam kondisi stabil, seperti hipertensi,
penyakit pernapasan, dan diabetes.
3. Beberapa pengobatan meningkatkan insidens perdarahan. Warfarin tidak
dianjurkan untuk dihentikan, tetapi INR harus dibawah 3. Aspirin harus
dihentikan seminggu setelah operasi
4. Informed consent pada pasien untuk hasil yang diharapkan dan komplikasi
dari operasi.
Tipe dan pilihan teknik pembedahan3
1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) merupakan teknik pembedahan
dengan cara mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan
pada zonula zinni yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus.
Karena alasan tersebut, teknik ini tidak dapat digunakan untuk pasien yang
lebih muda dimana zonula kuat. ICCE dapat dilakukan antara usia 40-50
tahun dengan menggunakan enzim alpha-chymotripsyn (yang akan
menguraikan Zonula).ICCE telah dilakukan pengetesan dari waktu ke waktu
dan telah dilakkan secara umum sekitar 50 tahun yang lalu diseluruh dunia.
Saat ini indikasinya hanyalah untuk subluksasi dislokasi lensa. 3

27

Gambar 12. Teknik operasi ICCE + implantasi IOL pada bilik mata depan.A.
Jahitan pada muskulus rektus superior; B. Flap konjungtiva; C.
Membuat alur; D. Memotong bagian kornea-skleral; E. Iridektomi
peripheral; F. Ekstraksi kriolens;G&H. insersi IOL Kelman multiflex
pada bilik mata depan; I. Jahit kornea-skleral. 3
2.

Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE) Pengeluaran isi lensa


(epithelium, korteks dan nukleus) melalui kapsul anterior yang dirobek
(kapsulotomi anterior) dengan meninggalkan kapsul posterior. Indikasi saat
ini tekhnik ECCE adalah pilihan operasi untuk semua tipe dari dewasa
sampai anak-anak kecuali ada kontra indikasi. Kontra indikasi absolut untuk
ECCE adalah subluksasi dan dislokasi lensa yang nyata. 3

28

Gambar 13.Teknik operasi ECCE + implantasi IOL pada bilik mata belakang.A.
Kapsulotomi anterior dengan teknik Can-opener; B. Pengeluaran
kapsul anterior; C. Memotong bagian kornea-skleral; D. Pengeluaran
nukleus (metode pressure and counter-pressure); E. Aspirasi korteks;
F. Insersi inferior haptic IOL pada bilik mata belakang; G. Insersi
PCIOL superior haptic; H. Putar IOL; I. Jahit kornea-skleral.3
3. Small Incision Cataract Surgery (SICS) adalah modifikasi dari ekstraksi
katarak ekstrakapsular merupakan salah satu teknik pilihan yang dipakai
dalam operasi katarak dengan penanaman lensa intraokuler.3

29

Gambar 14. Teknik operasi SICS.A. Jahit muskulus rectus superior; B. Flap
konjungtiva dan buka sclera; C,D&E. Insisi sclera eksterna dan
membuat insisi terowong; F. terowong sclerakornea dengan pisau
berbentuk bulan sabit; G. Insisi kornea interna; H. Side port entry;
I. CCC besar; J. Hydrodissection; K. Prolapsus nukleus pada bilik
mata depan; L. Irigasi nukleus dengan wire vectis; M. Aspirasi
korteks; N. Insersi inferior haptic IOL pada bilik mata depan; O.
Insersi superior haptic PCIOL; P. Putar IOL; Q. Reposisi dan
konjungtival flap.3
4. Phaco Emulsification Fakoemulsifikasi adalah tekhnik ekstraksi katarak
ekstra kapsular yang paling sering digunakan. Tekhnik ini menggunakan
fibrator ultrasonik genggam untuk menghancurkan nukleus yang keras hingga
substansi nukleus dan korteks dapat diaspirasi melalui suatu insisi berukuran
sekitar 3 mm. ukuran insisi tersebut cukup untuk memasukkan lensa
intraokuler yang dapat dilihat. Jika digunakan lensa intraokuler yang kaku,
insisi perlu dilebarkan sekitar 5 mm. keuntungan yang dapat diperoleh dari
tindakan bedah insisi kecil adalah kondisi intraoperasi lebih terkendali,
menghindari penjahitan, perbaikan luka lebih cepat dengan derajat distorsi
kornea lebih rendah dan mengurangi peradangan intra okuler pasca operasi.4,5

30

Gambar

15.

Teknik

operasi

fakoemulsifikasi.

A.Membuat

kurvalinier

capsulirhexis; B. Lakukan hidrodiseksi; C. Hidrodelineasi; D&E.


Emulsifikasi

nukleus

menggunakan

alat

dan

teknik

conquer

(menghancurkan 4 kuadran); F. Aspirasi korteks.3


Implantasi Lensa Intra Okuler
Saat ini implantasi intraocular adalah metode pilihan untuk mengoreksi
afakia. Tipe utama dari lensa intra okuler dibagi berdasarkan metode fiksasi pada
mata.3
1. Lensa intra okuler bilik mata depan (anterior chamber IOL). Lensa ini terdapat
didalam bagian depan iris dan dipertahankan oleh sudut bilik mata depan.
Anterior chamber IOL (AC IOL) dapat dimasukkan setelah ECCE atau ICCE.
2. Lensa iris-supperted. Lensa ini cocok digunakan pada iris dengan bantuan
jahitan, loop atau claw. Lensa ini jarang digunakan karena insiden komplikasi
post operatif yang tinggi.
3. Lensa intra okuler bilik mata belakang (Posterior Chamber IOL) dimasukkan
dibelakang iris. Lesa ini dipertahankan oleh sulcus siliaris atau pada bagian
dari kapsul.

31

Gambar 16. Jenis-jenis IOL: A, Kelman multiflex (IOL bilik mata depan); B,
Singh & Worsts iris claw; C, IOL bilik mata belakang Modified Cloop type).3
Indikasi implantasi IOL. Tren terbaru pada operasi katarak adalah untuk
melakukan implantasi IOL pada setiap kasus, jika tidak ada kontraindikasi.
IX.

KOMPLIKASI
Komplikasi dari katarak

Fakoanafilaktik uveitis. Katarak hipermatur boleh menyebabkan kebocoran


protein lensa ke dalam bilik anterior. Protein ini boleh bertindak sebagai
antigen dan induce reaksi antigen-antibodi yang seterusnya menyebabkan

uveitis.3
Glaukoma lens-induced. Boleh terjadi disebabkan oleh mekanisme yang
berbeda.3
Katarak imatur (lensa intumescent) Glaukoma fakomorfik. Lensa
menerima cairan yang agak banyak selama perubahan kataraktous,
menyebabkan

pertambahan

ukuran.

Ini

mengganggu

bilik

anterior,

menimbulkan pupillary block dan sudut padat yang menyebabkan sudut


tertutup akut. Terapi adalah ekstraksi lensa bila tekanan intraokular sudah
terkendali secara medis.
Katarak hipermatur Glaukoma fakolitik. Beberapa katarak yang telah
lanjut boleh menyebabkan kebocoran pada kapsul lensa anterior yang
membolehkan protein lensa yang mencair masuk ke bilik anterior. Ini akan
menimbulkan reaksi inflamasi di bilik anterior, trabekular meshwork udem
dan obstruksi protein lensa yang seterusnya menyebabkan kenaikan yang akut
pada tekanan intraokular. Ekstraksi lensa adalah terapi definitif setelah
tekanan intraokular sudah ditangani secara teratur dan terapi intensif steroid
topikal sudah menurunkankan inflamasi intraokular.

Subluksasi atau dislokasi lensa. Ini boleh terjadi disebabkan oleh degenerasi
zonules pada stadium hipermatur.3

32

Komplikasi dari operasi katarak3,9


Lebih dari 200000 operasi katarak dilakukan setiap tahunnya di Inggris,
dan meskipun teknik operasi modern memiliki tingkat keamanan yang
diharapkan, komplikasi masih terjadi.Harapan pasien untuk operasi katarak sangat
tinggi. Semua pasien harus diingatkan untuk kemungkinan resiko pembedahan
sebelum diberikan persetujuan untuk operasi. Komplikasi katarak dapat dibagi
menjadi komplikasi intraoperatif, early post operatif, dan late post operatif.9
1. Komplikasi Intraoperatif :
Perdarahan suprakoroid. Perdarahan intraoperatif yang berat dapat

menyebabkan penurunan penglihatan yang serius dan permanen9.


Perforasi okuli. Jarum yang tajam digunakan untuk berbagai bentuk
anestesi intraokuler, dan perforasi bola mata sangat kecil kemungkinannya.
Bentuk modern dari anestesi okuler telah menggantikan banyak teknik

jarum tajam8.
Iridodialisis. Iridodialisis adalah satu keadaan dimana iris robek yang
diakibatkan oleh manipulasi jaringan intraokuler. Kerusakan pada iris

diakibatkan oleh insersi dari phaco tip atau IOL.


Cyclodialisis. Satu keadaan dimana korpus siliaris lepas dari insersinya
pada sklera yang juga diakibatkan oleh manipulasi bedah pada jaringan

tisu intraokuler.
Conjungtival Ballooning. Terjadi pada kasus operasi yang menggunakan
teknik insisi pada konjuktiva atau peritomi, dimana cairan irigasi dapat
berkumpul di bawah konjuktiva dan kapsula Tenon dan mengakibatkan
konjuktiva membengkak. Keadaan ini akan menganggu operasi karena
cairan yang terkumpul akan menghasilkan refleksi dari cahaya mikroskop

yang akan menganggu operator.


Ablasio membran Descement. Keadaan ini akan mengakibatkan
pembengkakan pada stromal. Komplikasi ini diakibatkan apabila
instrumen atau IOL dimasukkan dan dapat juga diakibatkan oleh cairan
irigasi yang dimasukkan dekat lapisan stromal kornea dan membran
descement.

33

Ruptur kapsul posterior dan hilangnya cairan vitreus. Jika kapsul yang
lembut rusak selama pembedahan atau ligament yang halus (Zonula) yang
menahan lensa menjadi lemah, kemudian cairan vitreus akan prolaps ke
bilik mata depan. Komplikasi ini berarti bahwa lensa intraokuler tidak
dapat dimasukkan dalam pembedahan, pasien juga dalam resiko tinggi

ablasio retina post operatif.


2. Komlikasi early post operatif :1,3,9
Endophtalmitis infeksi. Infeksi yang merusak ini terjadi sangat jarang
(sekitar

1 dalam 1000 operasi) tapi dapat menyebabkan penurunan

penglihatan berat yang permanen. Banyak kasus infeksi post operatif


timbul dalam 2 minggu post operasi biasanya pasien datang dengan
riwayat penurunan penglihatan dan mata merah yang sangat nyeri. Ini
adalah kegawatdaruratan mata. Infeksi derajat rendah dengan pathogen
seperti Propioniobacterium dapat menyebabkan pasien datang dalam

beberapa minggu setelah operasi dengan uveitis refraktori.


Edema kornea. Komplikasi ini terjadi akibat kombinasi dari trauma

mekanikal, operasi yang lama, inflamasi, dan peningkatan IOP.


Uveitis. Peradangan post operatif lebih sering terjadi dalam berbagai tipe
mata. Sebagai contoh pada pasien dengan riwayat diabetes atau penyakit
radang mata sebelumnya.

3. Komplikasi late post operatif :3,9


Ablasio retina. Ini adalah komplikasi post operatif yang serius dan jarang
terjadi, tetapi lebih sering terjadi pada pasien miop setelah komplikasi

intra operatif.
Kesalahan refraktif setelah operatif.

Banyak operasi bertujuan untuk

membuat pasien menjadi emetrop atau sedikit miop, tetapi pada kasus
yang jarang kesalahan biometrik dapat terjadi atau suatu lensa intraokuler

dengan kekuatan yang salah digunakan.


Edema makular cystoids. Akumulasi cairan pada macula selama post
operatif dapat menurunkan visus pada minggu-minggu pertama setelah

34

operasi katarak berhasil dilakukan. Pada banyak kasus, ini dapat diobati

dengan penanganan radang post operasi.


Glaukoma. Peningkatan tekanan intraokuler secara persisten akan
membutuhkan penanganan post operatif.

X.

PROGNOSIS
Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi

sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak, resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan Snellen Chart. 9
Pasien telah terjadi kerusakan retina atau mengalami komplikasi
pascaoperasi serius tidak dapat mencegah perbaikan visual yang signifikan,
misalnya, glaukoma, ablasi retina, perdarahan intraokular, atau infeksi. Lensa
intraocular yang telah dibuat untuk penyesuaian setelah operasi katarak jauh lebih
mudah daripada kacamata katarak yang tebal atau lensa kontak aphakic yang
tersedia.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Lang, Gerhard K.

Opthalmology A Short Textbook. In: Lens. Thieme

Stuttgart: New York. 2000.p.165-179.


2. Ming, Arthur. Color atlas of Opthalmology. Third edition. World
science;2001.p. 51-59.
3. Khurana AK, editor. Comprehensive Ophthalmology. In: Diseases of the lens.
4th Edition. New Delhi: New Age International; 2007.p.167-201.
4. Riordan P, Witcher J. In: Vaughan & Asburys General Ophtalmology 16th
Edition. London: Lange; 2007.
5. Coombest A, Gartry D. Cataract Surgery. Fundamentals of Clinical
Ophtalmology. BMJ: London, 2003. p. 11-15
6. Pujiyanto, T. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Katarak Senil. Tesis Magister. Semarang: Universitas Diponegoro; 2004.hal.115.

35

7. Galloway NR, Galloway PH, Browning AC, editors. Common Eye Disease
and Their management. 3rd Edition. London: Springer; 2006.p.80-90.
8. Olver J, Cassidy L. Cataract Assesment. In: Ophtalmology at a glance. India:
Blackwell science; 2005.p.72-77
9. Khalilullah, Said. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis.
Desember

S2010

[27

Februari

2015].

Available

from:

http://padmanaba.web.id/file/patologi-pada-katarak1.pdf
10. Graham H Robert,et. al. Traumatic Cataract. [online]. 2014. [citied : 29
September

2015]

Available

from:

http://emedicine.

medscape.

com/article/1211083-overview
11. Chylack L.T, Wolfe J.K, Singer D.M dkk. The Lens Opacities Classifications
System III, Archieves of Ophthalmology, Vol.111, Juni 1993.p 831-836

36

Anda mungkin juga menyukai