Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia
Nomor RM : 708410
Alamat : Anasappu
Tanggal Pemeriksaan : 16 April 2015
Tempat Pemeriksaan : RS WS

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama :Luka pada mata kanan


Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak kurang lebih 6 jam sebelum masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu
lintas. Keluarga korban mengatakan bahwa korban jatuh tersungkur masuk ke dalam
kanal dan wajahnya terbentur dinding kanal. Riwayat keluar darah dari kelopak mata
ada, riwayat keluar cairan seperti gel tidak ada, penurunan penglihatan ada, mata
merah ada, air mata berlebih ada, kotoran mata berlebih tidak ada. Riwayat
penggunaan kacamata sebelumnya tidak ada. Riwayat diabetes melitus dan hipertensi
tidak ada.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan umum : sakit sedang/gizi cukup/composmentis

1
Tanda vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,50C

Foto klinis

2
IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

1. Inspeksi
Pemeriksaan OD OS

Palpebra edema (+), tampak edema (-)


laserasi 1/3 medial
palpebra inferior dengan
ukuran 0,5 cm;
fullthickness; tampak
laserasi daerah pungtum
inferior dengan ukuran
0,3 cm

Apparatus lakrimalis hiperlakrimasi (+) hiperlakrimasi (-)

Silia Sekret (+) minimal hipersekresi (-)

Konjungtiva hiperemis (+), injeksio hiperemis (-)


konjungtiva (+)

Bola mata Normal Normal

Mekanisme muskular

Kornea Jernih Jernih

Bilik mata depan Normal Normal

Iris coklat, kripte (+) coklat, kripte (+)

3
Pupil bulat, sentral, RC (+) bulat, sentral, RC (+)

Lensa Jernih Jernih

2. Palpasi
Palpasi OD OS

Tensi okuler Tn Tn

Nyeri tekan (+) (-)

Massa tumor (-) (-)

Glandula preaurikuler pembesaran (-) pembesaran (-)

3. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Visus
VOD :20/20
VOS : 20/20

5. Lapang Pandang

OD + OS +

+ + + +

+ +

6. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS

4
Konjungtiva hiperemis (+), injeksio hiperemis (-)
konjungtiva (+)

Kornea Jernih Jernih

Bilik mata depan Normal Normal

Iris coklat, kripte (+) coklat, kripte (+)

Pupil bulat, sentral, RC (+) bulat. sentral, RC (+)

Lensa Jernih Jernih

7. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan

8. Diafanoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan

9. Slit Lamp
SLOD : konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+), kornea jernih, BMD
normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih
SLOS : konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD normal, iris coklat, kripte (+),
pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.

10. Oftalmoskopi
Tidak diakukan pemeriksaan

5
V. RESUME

Seorang laki-laki, umur 48 tahun, masuk IRD RSWS diantar oleh keluarganya.
Korban masuk dengan keluhan luka pada mata kanan yang dialami sejak kurang lebih
6 jam sebelum masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas. Keluarga korban
mengatakan bahwa korban jatuh tersungkur masuk ke dalam kanal dan wajahnya
terbentur dinding kanal Riwayat keluar darah dari kelopak mata ada, riwayat keluar
cairan seperti gel tidak ada, penurunan penglihatan ada, mata merah ada, air mata
berlebih ada, kotoran mata berlebih tidak ada. Riwayat penggunaan kacamata
sebelumnya tidak ada. Riwayat diabetes melitus dan hipertensi tidak ada.
Dari pemeriksaan inspeksi OD didapatkan palpebra dextra edema (+), hematom
(+), tampak laserasi 1/3 medial palpebra inferior dengan ukuran 0.5 cm, fullthickness,
tampak laserasi daerah pungtum inferior dengan ukuran 0.3 cm. Pada pemeriksaan slit
lamp OD: silia sekret (+) minimal, konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+);
kornea jernih; BMD normal; iris coklat, kripte (+); pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih,
dan VOD 20/20. Dari pemeriksaan inspeksi OS didapatkan dalam batas normal, slit lamp OS
didapatkan segmen anterior dalam batas normal dan VOS 20/20.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Okulus Dextra Trauma Okulus Non Perforans + Laserasi Palpebra Inferior Dextra +
Ruptur Kanalikulus Inferior Dextra

VII. PENATALAKSANAAN

- IVFD Ringer Laktat 16 tetes/menit/intravena


- Injeksi Ceftriaxone 1gram/12 jam/intravena (skin test)
- Injeksi Ketorolac 30mg/8 jam/intravena
- Injeksi Ranitidin 50mg/12 jam/intravena
- Injeksi Dexamethasone 5mg/12 jam/intravena

6
- Injeksi Tetanus Toxoid 0,5cc/intramuskular
- C-xytrol zalf OS
- Eyelid taping OS
- Rencana operasi : OD rekonstruksi palpebra inferior dan repair rupture
kanalikulus inferior

7
CT Scan Orbita

Kesan:
- Laserasi palpebra inferior orbita kanan
- Bulbus oculi dalam batas normal, lensa intak, tidak tampak tanda-tanda rupture atau
perdarahan intra oculi

8
Foto post operasi

VIII. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam


Quo ad Visam : Bonam
Quo as Sanationam : Dubia et bonam
Quo ad Comesticam : Dubia

IX. DISKUSI

Berdasarkan hasil anamnesis pada pasien ini, didapatkan keluhan luka pada mata
kanan yang dialami sejak sekitar 6 jam sebelum masuk rumah sakit setelah
kecelakaan lalu lintas. Riwayat keluar darah dari kelopak mata ada, riwayat keluar

9
cairan seperti gel tidak ada, penglihatan menurun, mata merah ada, air mata berlebih
ada, kotoran mata berlebih tidak ada.
Dari pemeriksaan inspeksi OD didapatkan palpebra dextra edema (+), hematom
(+), tampak laserasi 1/3 medial palpebra inferior dengan ukuran 0.5 cm, fullthickness,
tampak laserasi daerah pungtum inferior dengan ukuran 0.3 cm. Pada pemeriksaan slit
lamp OD: silia sekret (+) minimal, konjungtiva hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+);
kornea jernih; BMD normal; iris coklat, kripte (+); pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih,
dan VOD 20/20. Dari pemeriksaan inspeksi OS didapatkan dalam batas normal, slit lamp OS
didapatkan segmen anterior dalam batas normal dan VOS 20/20.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosis dengan okulus dextra trauma okulus non perforans, laserasi palpebra
inferior dextra, ruptur kanalikulus inferior dextra.
Pasien diterapi dengan pemberian cairan isotonis Ringer Laktat via intravena;
injeksi Ceftriaxone, antibiotik spektrum luas untuk mencegah terjadinya infeksi
akibat luka terbuka; injeksi Ketorolac, analgesik untuk menangani nyeri pada mata
yang diderita pasien; injeksi Ranitidin untuk mencegah terjadinya stres ulser; injeksi
Tetanus Toxoid untuk mencegah infeksi tetanus yang dapat terjadi pada luka yang
terpapar; injeksi Dexamethasone untuk menangani proses inflamasi pada laserasi
yang terjadi; obat topikal berupa C-xytrol zalf yang mengandung antibiotik dan
kortikosteroid; serta dilakukan eyelid taping untuk melindungi luka laserasi dari
paparan lingkungan luar agar tidak terjadi masalah lebih lanjut. Pasien direncanakan
untuk menjalani operasi okulus dextra rekonstruksi palpebra inferior dan repair
rupture kanalikulus inferior.
.

10
I. PENDAHULUAN

Di era industrialisasi dan era lalu lintas berkecepatan tinggi ini, insidensi trauma
meningkat secara umum. Seperti halnya bagian tubuh yang lain, mata juga merupakan
bagian yang sering mengalami trauma, meskipun organ ini dilindungi dengan baik oleh
kelopak mata, tulang-tulang orbita, hidung, dan bantalan lemak di belakangnya.1
Trauma pada mata / trauma okuli lebih sering terjadi bersamaan dengan trauma
pada bagian tubuh lainnya (dalam kasus politrauma) dibandingkan terjadi sendiri.
Trauma yang mengancam nyawa harus selalu didahulukan sebelum memulai pengobatan
oftalmologis. Insidensi trauma okuli khususnya trauma pada kelopak mata masih tinggi,
meskipun dalam beberapa tahun terakhir, regulasi keamanan sudah sangat digalakkan.
Oleh karena itu, penting bagi dokter umum dan tenaga kesehatan untuk memiliki
pengetahuan mengenai trauma okuli dan melaksanakan penanganan awal. Pasien
kemuadian harus dirujuk ke dokter ahli mata yang bertanggung jawab untuk
mengevaluasi trauma dan memberikan penanganan definitif.2
Di dunia, kira-kira terdapat 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3 juta
mengalami penurunan fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami penurunan
fungsi penglihatan unilateral akibat trauma okuli.3
Komplikasi yang ditimbulkan akibat trauma pada mata dapat meliputi semua
bagian mata, yaitu komplikasi pada kelopak mata, permukaan bola mata, kamera okuli
anterior, vitreus, dan retina.3
Penanganan dini trauma palpebra secara tepat dapat mencegah terjadinya
kebutaan maupun penurunan fungsi penglihatan. Penanganan trauma okuli secara
komprehensif dalam waktu kurang dari 6 jam dapat menghasilkan hasil yang lebih baik.3

11
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar 1 Struktur mata bagian luar4

1. PALPEBRA& SISTEM LAKRIMALIS


Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot dan jaringan fibrosa yang berfungsi
melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra sangat mudah di gerakkan
karena kulitnya paling tipis di antara kulit di bagian tubuh lain.5
Palpebra memiliki fungsi yang vital yaitu melindungi bola mata dari trauma
luar, regulasi banyaknya cahaya yang mencapai bola mata,menyediakan bahan dasar
dari film air mata dan mendistribusikannya secara rata ke permukaan mata dengan
cara berkedip serta pengaliran air mata ke drainase sistem lakrimal.6
Palpebra terdiri atas palpebra superior dan inferior. Jarak antara palpebra superior
dan inferior ketika terbuka disebut fissura palpebra. Fissura palpebra pada orang
dewasa normal panjangnya 27 30 mm dan lebarnya 8 11 mm. Palpebra superior
lebih mudah bergerak daripada palpebra inferior, dan dapat mencapai 15 mm dengan
kontraksi M. Levator Palpebra. Jika Muskulus Frontalis ikut berperan maka lebar
fissura palpebra dapat bertambah sekitar 2 mm.4,5
Palpebra superior dan inferior membentuk suatu kantong yang disebut saccus
Konjungtiva yang dibatasi di sebelah depan (konjungtiva palpebralis dan konjungtiva

12
tarsalis), belakang (konjungtiva bulbi superior,inferior dan kornea), sebelah atas
(konjungtiva forniks superior), bawah (konjungtiva forniks inferior).7
Pada saat mata membuka akan terbentuk fissura palpebra, yang terbentuk dari
garis tepi palpebra. Dalam keadaan normal, fissura palpebra orang dewasa berada
pada titik tertinggi pada palpebra superior adalah dari nasal ke pusat pupil, sedangkan
titik terendah pada palpebra inferior adalah dari temporal ke pusat pupil.8
Palpebra superior lebih besar dan lebih mudah bergerak dibandingkan palpebra
inferior. Palpebra superior dan inferior bertemu di kantus medial dan kantus lateral,
saat mata terbuka kantus lateral membentuk sudut 60, tapi pada kantus medial
berbentuk bulat. Kantus lateralis adalah pertemuan antara palpebra superior dan
palpebra inferior di sisi lateral, sedangkan pertemuan antara palpebra superior dan
palpebra inferior di sisi medial disebut kantus medial.9
Sudut lateral mata berhubungan langsung dengan bola mata, sedangkan sudut medial
letaknya kira-kira 6 mm dari bola mata. Pada sudut medial ini, kedua palpebra dipisahkan
oleh celah kecil berbentuk segitiga, yang disebut lakus lakrimalis. Pada bagian sentral
terdapat penonjolan kecil berwarna merah muda disebut Karunkula lakrimalis. Sedangkan
pada bagian lateral terdapat lipatan semilunar yang disebut Plika semilunaris.9
Secara anatomi palpebra terdiri atas lamella anterior dan lamella posterior. Lamella
anterior dibentuk oleh kulit dan otot, dan lamella posterior disusun oleh tarsus dan
konjungtiva. Margo palpebra superior dan inferior terdiri dari beberapa struktur. Barisan bulu
mata merupakan barisan terdepan margo palpebra. Sama halnya dengan fungsi alis, bulu mata
membantu melindungi mata dari debu dan keringat. Terdapat 100 sampai 150 silia pada
palpebra superior, dan 50 sampai 75 silia pada palpebra inferior. Bulu mata berasal dari
folikel rambut pada permukaan anterior tarsus dan menonjol keluar,di depan margo palpebra.
Setiap folikel rambut terdiri dari dua glandula zeis. Kelenjar keringat atau glandula
moll,terdapat di dekat silia dan bermuara dekat folikel. Glandula Moll dan Zeis menghasilkan
lipid yang akan dikontribusikan ke lapisan superfisial dari air mata dan memperlambat
penguapan. Posterior ke barisan bulu mata dan anterior ke tarsus terdapat Gray Line.Gray
Line merupakan gambaran dari Muskulus Riolan dan Muskulus Pretarsal Orbikularis dan
juga memisahkan lamella anterior dari lamella posterior.Glandula Meibom dan tarsus
membentuk lapisan dari margo palpebra di belakang gray line dan merupakan bagian lamella

13
posterior.Glandula Meibom tersusun secara vertikal di dalam tarsus dengan orifisiumnya
pada permukaan margo. Mucocutaneus junction terletak di posterior dari orifisium glandula
meibom. Punktum lakrimale terlihat di dekat sudut kantus medial. Punktum superior
tersembunyi oleh sedikit rotasi kedalam,terletak lebih ke medial.Punktum inferior dapat
terlihat tanpa melakukan eversi. 5,9,10

Gambar 2 Margo palpebra, Gray line4

Ketebalan tiap margo palpebra berkisar 2 mm, dan panjangnya sekitar 30 mm. Pada 5/6
lateral margo palpebra disebut bagian siliar dengan tepi berbentuk segi empat. Pada 1/6 medial
margo palpebra disebut bagian lakrimal dengan tepi berbentuk bulat. Sekitar 5 mm dari sudut
medial terdapat elevasi kecil, yaitu papilla lakrimalis.
Pada puncak papilla lakrimalis terdapat lubang kecil disebut Punctum lakrimalis yang
memiliki ukuran bervariasi, diameternya sekitar 0,4 0,8 mm. Terdapat dua punktum
lakrimalis, yaitu Punktum lakrimalis superior pada palpebra superior, dan Punktum lakrimalis
inferior pada palpebra inferior.
Dari punctum lakrimalis superior dan punctum lakrimalis inferior, air mata menuju ke
Kanalikuli superior ( sekitar 30 % ), dan Kanalikuli inferior ( sekitar 70 % ), menuju Kanalikuli
komunis, Sakus lakrimal, Duktus nasolakrimal,dan berakhir pada Kavum nasi.9

14
Gambar 3 Sistem lakrimasi4

Struktur palpebra terdiri dari 7 lapis struktural, yaitu :


1. Kulit dan jaringan subkutan
2. Otot protaktor palpebra
3. Septum orbita
4. Lemak orbita
5. Otot retraktor palpebra
6. Tarsus
7. Konjungtiva4

Gambar 4 Lapisan struktural palpebra5

15
Kulit palpebra merupakan kulit tertipis pada tubuh, tebalnya sekitar < 1 mm.
Kulit palpebra terdiri atas rambut-rambut kecil, dengan kelenjar sebaseus dan kelenjar
keringat, dan satu-satunya yang tidak mempunyai lapisan lemak subkutaneus.8,9
Pada palpebra superior dan palpebra inferior, jaringan pretarsal melekat erat
pada jaringan di bawahnya. Sementara jaringan preseptal melekat secara longgar,
sehingga dapat menimbulkan ruangan potensial untuk terjadinya akumulasi cairan.
Lipatan palpebra superior merupakan perlekatan aponeurosis levator palpebra pada
otot orbikularis okuli dan kulit. Lemak jarang terdapat pada jaringan preseptal dan
preorbital kulit, bahkan tidak terdapat pada jaringan pretarsal kulit.4,9
Palpebra dibagi oleh alur horizontal menjadi dua bagian, yaitu sulkus palpebra
superior dan sulkus palpebra inferior. Sulkus palpebra superior dibentuk oleh insersi
superfisial serabut aponeurosis M. levator palpebra superior pada kulit, rata-rata
ukurannya 8-11 mm. Sulkus palpebra inferior dibentuk oleh hubungan antara kulit
dan M. orbicularis oculi. Sulkus palpebra inferior pada anak-anak berkisar dari 3 mm
medial ke garis tepi palpebra inferior sampai 5 mm lateral ke garis tepi palpebra
inferior.5,9
Pada orang tua terdapat dua sulkus yang dapat dilihat pada bagian bawah dari
margo orbita inferior. Keduanya disebut sebagai sulkus lateral (sulkus malar) dan
sulkus medial (sulkus nasojugal) yang terbentuk oleh kulit yang melekat pada
periosteum di bawahnya.9
Muskulus orbikularis okuli adalah lembaran otot yg tipis tersusun konsentris
yang menutupi palpebra dan regio periorbita, merupakan otot protraktor utama dari
palpebra, dan fungsinya adalah mempersempit fissura palpebra dan menutup
palpebra, juga berperan penting dalam sistem pompa lakrimalis. Kontraksi m.
orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus cranialis VII.8,9
Muskulus orbikularis terbagi atas tiga bagian, yaitu : pretarsal, preseptal, dan
orbital. Bagian pretarsal dan preseptal lebih terlibat dalam gerakan berkedip yang
tidak di sengaja, sedangkan bagian orbital lebih terlibat dalam gerakan menutup
palpebra.4

16
Bagian pretarsal palpebra superior dan inferior bersatu pada daerah kantus
lateral membentuk tendo kantus lateral. Pretarsal M.Orbicularis Oculi bagian
profunda berorigo pada Krista lakrimalis posterior dan bagian superficial berorigo
pada tendo kantus medial bagian anterior, selanjutnya berinsersi pada krista
lakrimalis anterior. Kaput profunda bagian pretarsal (m.Horners) terdiri atas serabut-
serabut pretarsal yang mengelilingi kanalikuli yang berperan pada drainase airmata.4,9
Bagian Preseptal dari M.Orbicularis Oculi bagian profunda berasal dari
fascia yang mengelilingi Sakkus lakrimalis dan Krista lakrimalis posterior. Bagian
superfisialnya berasal dari tendo kantus medial bagian anterior. Pada bagian lateral,
M.Orbicularis Oculi preseptal membentuk Raphe lateral palpebra yang melapisi rima
orbita bagian lateral, dan berinsersi pada fascia muskulus orbital daerah zygoma.4,9
Bagian orbital dari M.Orbicularis berasal dari permukaan anterior tendo
kantus medialis dan mengelilingi periosteum dan berinsersi pada tepi orbita superior
dan inferior. Serat-serat ototnya berjalan ke superior bergabung dengan M.Frontalis
dan M.Corrugator supercili, pada bagian lateral menutupi fascia temporalis dan
berinsersi pada tendo kantus lateralis.4,9
Konjungtiva adalah suatu membran mukosa tipis yang transparan ditutupi
oleh berlapis-lapis epithel squamous non keratin membentuk lapisan posterior
palpebra. Konjungtiva membatasi kantung mata mulai dari margo palpebra sampai
limbus kornea. Konjungtiva bulbi melekat secara longgar pada bola mata, sedangkan
konjungtiva palpebra melekat erat dengan palpebra. Konjungtiva berisi sel-sel goblet
dan kelenjar asesorius Krause dan Wolfring dimana secara histologi identik dengan
kelenjar lakrimal utama. Kelenjar ini terletak terutama jaringan subkonjungtival di
palpebra superior di antara batas tarsus superior dan forniks. Beberapa kelenjar
ditemukan pada palpebra inferior yaitu pada forniks inferior. Sel-sel goblet
menghasilkan musin yang disebarkan keseluruh konjungtiva dan ada yang terkumpul
di kripte Henle tepat di atas tepi tarsus. Musin merupakan komponen utama dari
lapisan air mata. Pada bagian medial, konjungtiva membentuk lipatan semilunaris.8,9

17
Gambar 5 Konjungtiva4

VASKULARISASI PALPEBRA
Kedua arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna merupakan sumber
vaskularisasi palpebra. Arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang
selanjutnya menjadi arteri supraorbital, arteri supratrochlear, dan arteri dorso nasal di
sebelah medial, dan arteri lakrimal di sebelah lateral.
Arteri oftalmika mempercabangkan arteri palpebralis medial yang akan
mensuplai palpebra superior dan inferior. Sedangkan arteri lakrimalis
mempercabangkan dua arteri palpebralis lateralis. Sirkulasi antara kedua sistem ini
sangat luas beranastomose melalui palpebra superior dan inferior.4,8
Arteri karotis eksterna mensuplai palpebra melalui cabang arteri facial, arteri
temporalis superfisialis dan arteri infraorbitalis. Arteri facial mempercabangkan arteri
angular yang melalui regio kantus medialis dan beranastomose dengan arteri dorso
nasal. Arteri temporalis superfisialis beranastomosemelalui cabang fasial transversa
& cabang zigomatikum.Arteri infraorbitalis beranastomose dengan pembuluh darah
(6,7)
di palpebra inferior. Aliran darah vena terbagi atas pretarsal dan post tarsal.
Bagian pretarsal atau superfisial mengalirkan ke vena jugularis interna dan eksterna.
Bagian post tarsal atau profunda mengalirkan darah vena ke vena oftalmika dan
berakhir di sinus cavernosus.5

18
INNERVASI PALPEBRA
Persarafan pada palpebra terbagi atas dua bagian, yaitu :
1. Persarafan sensorik
2. Persarafan motorik
Persarafan sensorik palpebra berasal dari nervus trigeminus (N.V) cabang
pertama dan kedua. Nervus lakrimalis, supratrochlearis, infratrochlearis, dan supra
orbitalis, merupakan cabang dari nervus trigeminus. Nervus supra orbita
mempersarafi dahi, palpebra superior, dan daerah lateral dari palpebra inferior.
Nervus infratrochlearis mempersarafi kulit palpebra inferior pada daerah medial.
Nervus infra orbitalis yang merupakan cabang dari nervus lakrimalis, mempersarafi
palpebra inferior dan daerah pipi.
Persarafan motorik palpebra berasal dari nervus fasial (N.VII) yang
mempersarafi m.orbikularis okuli, nervus oculomotorius (N III) yang mensuplai
m.levator palpebra superior dan serabut saraf simpatik yang mempersarafi
m.muller.4,10

FISIOLOGI PALPEBRA
Palpebra secara keseluruhan berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap
trauma dari luar, baik yang bersifat fisik maupun kimiawi, selain itu juga berfungsi
sebagai celah masuknya cahaya untuk fungsi penglihatan, menyebarkan hasil sekresi
kelenjar dan mendorong corpus alienum keluar. Fungsi ini dilaksanakan oleh tiga
unsur pada palpebra yaitu : fungsi sensasi dan penyaringan dari silia, sekresi kelenjar
palpebra, dan gerakan-gerakan palpebra.13
Fungsi proteksi palpebra yang pertama diperankan oleh silia dan alis mata.
Rambut silia yang pendek tumbuh pada tepi palpebra superior dan inferior. Pada
folikel silia dikelilingi oleh plexus saraf yang sangat rendah ambang rangsangnya.
Sehingga bila silia tersentuh akan timbul refleks berkedip. Alis mata adalah susunan
rambut yang tumbuh pada kulit tepi atas orbita. Alis berfungsi sebagai penghalang
obyek yang akan mendekati mata dari arah atas. Gerakan alis mata ke atas diperankan

19
oleh muskulus frontalis dan gerakan ke bawah digerakkan oleh muskulus orbikularis
okuli pada saat menutup palpebra.10
Fungsi proteksi yang kedua dilakukan sekresi kelenjar palpebra. Terdapat
lapisan minyak yang disekresi oleh sekitar 25 kelenjar meibom pada tiap tarsus.
Lapisan minyak ini berfungsi mencegah evaporasi dan tumpahnya air mata dari
palpebra. Palpebra juga mengandung kelenjar lakrimal aksesoris yaitu Krause dan
Wolfring.10
Fungsi proteksi yang ketiga melibatkan pergerakan dari palpebra,disini akan
dibahas tiga macam gerakan dari palpebra yaitu : gerakan menutup, gerakan
membuka, gerakan berkedip.
Gerakan menutup : yang berperan didalam mekanisme gerakan menutup
adalah m.orbikularis okuli yang terdiri dari pars palpebralis dan pars orbitalis yang
dipersarafi oleh n.fasialis (N VII). Disamping itu juga didukung oleh m.Riolani yang
berfungsi untuk memberi tahanan bagian belakang palpebra terhadap dorongan bola
mata.10
Gerakan membuka : yang berperan didalam mekanisme gerakan membuka
adalah m.Levator palpebra yang merupakan suatu otot serat melintang yang
dipersarafi oleh n.okulomotorius (N III). Sesuai dengan sifat otot serat lintang yaitu
mempunyai kontraksi yang kuat akan tetapi tidak tahan lama, maka m.levator
palpebra hanya bertugas untuk membuka mata.10
Gerakan berkedip : yang bertugas untuk mekanisme kedip dan kerling dari
palpebra adalah m.orbikularis okuli pars palpebralis. Disamping itu juga didukung
dengan adanya silia sebagai bagian yang sensitif, terutama bila ada sentuhan yang
mengenai silia. Fungsi mekanisme berkedip ini selain sebagai pertahanan terhadap
masuknya benda asing ( trauma ) dan pemerataan pembasahan bola mata, juga dapat
berfungsi sebagai sistem ekskresi air mata, dimana dengan mekanisme ini air mata
disebarkan keseluruh permukaan bola mata yang kemudian disalurkan melalui
punctum lakrimalis sampai ke konka nasalis.10

20
Gambar 6 Fisiologi aliran air mata4

2. BULBUS OKULI
Setiap bulbus okuli merupakan struktur kistik yang terjaga oleh tekanan di dalamnya.
Bulbus okuli tidak berbentuk bulat sempurna, tetapi berbentuk bulat yang terkikis.
Titik sentral pada konveksitas maksimal kurvatura anterior dan posterior bulbus okuli
disebut sebagai polus anterior dan polus posterior. Ekuator bulbus okuli terletak pada
lapisan tengah antara kedua polus tersebut.1

Lapisan bulbus okuli


Bulbus okuli terbentuk dari 3 lapisan: lapisan luar (lapisan fibrosa), lapisan tengah
(lapisan vaskulosa),dan lapisan dalam (lapisan nervosa).
1. Lapisan fibrosa. Lapisan ini merupakan dindng padat kuat yang memproteksi
komponen-komponen intraokular. 1/6 anterior lapisan ini transparan dan disebut
sebagai kornea. 5/6 posterior lapisan ini merupakan bagian yang opak yang disebut
sebagai sklera.Batas antara kornea dan sklera disebut sebagai limbus. Konjungtiva
melekat erat pada limbus.
2. Lapisan vaskulosa (jaringan uvea). Lapisan ini menutrisi berbagai struktur pada
bulbus okuli. Lapisan ini terdiri dari 3 bagian; anterior ke posterior: iris, corpus
siliaris, dan koroid.
3. Lapisan nervosa (retina). Berperan dalam fungsi visualisasi.1

Segmen dan ruang dalam bulbus okuli

21
Bulbus okuli dapat dibagi menjadi 2 segmen, yaitu anterior dan posterior.

1. Segmen anterior. Termasuk di dalamnya lensa kristalin (yang difiksasi oleh zonula
dari corpus siliaris),dan struktur pada bagian anteriornya, iatu iris, kornea,dan 2 ruang
yang berisi humor akuos, yaitu bilik mata depan (camera oculi anterior) dan bilik
mata belakang (camera oculi posterior).
Bilik mata depan. Pada aspek anterior dibatasi oleh bagian belakang dari
kornea dan pada aspek posterior dibatasi oleh iris dan bagian dari corpus
siliaris. Bilik mata depan memiliki kedalaman sekitar 2.5 mm pada orang
dewasa normal.Bilik mata depan mendangkal pada hipermetropi dan
mendalam pada miopi, tetapi hampir sama pada kedua mata seorang
individu.Bagian ini mengandung sekitar 0.25 ml humor akuos.
Bilik mata belakang. Merupakan ruang triangular yang berisi 0.06 ml humor
akuos. Pada aspek anterior dibatasi oleh permukaan posterior iris dan bagian
corpus siliaris sedangkan pada aspek posterior dibatasi oleh lensa kristalin dan
zonulanya, dan pada aspek lateral dibatasi oleh corpus siliaris.
3. Segmen posterios. Termasuk di dalamnya struktur-struktur pada bagian posterior
lensa, seperti humor vitreus (material seperti gel yang mengisi ruang di belakang
lensa), retina, koroid,dan optic disc.1

Gambar 7 Struktur bulbus okulus1

22
III. DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Secara singkat, klasifikasi trauma okuli berdasarkan mekanisme trauma dapat


dibagi menjadi:

1. Trauma mekanik
trauma kelopak mata
trauma sistem lakrimalis
laserasi konjungtiva
corpus alienum pada kornea dan konjungtiva
erosi kornea
trauma non-penetrans (trauma tumpul)
trauma basis orbita (fraktur blow-out)
trauma penetrans (open-globe injury)
traumaimpalementpada orbita
2. Trauma kimia
3. Trauma akibat agen-agen fisik
luka bakar
trauma radiasi (radiasi ion)
keratokonjungtivitis.
4. Trauma okuli tidak langsung
Transient traumatic retinal angiopathy (Purtscherretinopathy).2

IV. EPIDEMIOLOGI
Trauma okuli merupakan penyebab kebutaan di dunia yang dapat di cegah, namun
hanya sedikit sekali informasi karakteristik dan epidemiologi mengenai trauma okuli.
Beberapa penelitian mengenai trauma okuli secara rinci melaporkan mengenai penyebab,
keparahan dan akibat yang ditimbulkan, tetapi sangat sedikit yang melaporkan mengenai
prevalensi maupun insidensi dari trauma okuli.

23
Di dunia, kira-kira terdapat 1,6juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3 juta
mengalami penurunan fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami penurunan
fungsi penglihatan unilateral akibat trauma okuli. Prevalensi trauma okuli di Amerika
Serikat sebesar 2,4 juta pertahun dan sedikitnya setengah juta di antaranya menyebabkan
kebutaan.Berdasarkan jenis kelamin, beberapa penelitian yang menggunakan data dasar
rumah sakit maupun data populasi, menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai prevalensi
lebih tinggi. Wongmendapatkan angka insiden trauma pada laki-laki sebesar 20per
100.000dibandingkan 5 per 100.000pada wanita. Trauma okuli terbanyak terjadi pada
usia muda, di mana Vatsmendapatkan rerata umur kejadian trauma adalah 24,2tahun (
13,5).3

V. ETIOLOGI

Trauma tumpul dapat terjadi pada keadaan-keadaan di bawah ini:


- Hantaman langsung pada bola mata oleh kepalan tangan, bola, atau instrumen tumpul,
seperti stik dan batu tebal.
- Traumatumpul aksidentalpada dinding bola mata juga dapat terjadi pada kecelakaan
lalu lintas, kecelakaan automobile, trauma agrikultur, dan jatuh pada proyeksi benda
tumpul.1

1. Trauma Palpebra
Etiologi Trauma palpebra dapat terjadi pada setiap trauma wajah.Beberapa tipe di bawah
ini harus mendapatkan perhatian khusus, yaitu:
Laserasi palpebra yang mengenai margo palpebra
Avulsi palpebra pada cantus medialis dengan avulsi canaliculus lacrimalis

2. Trauma Sistem Lakrimalis


Etiologi Laserasi dan sobekan pada cantus medialis (seperti gigitan anjung atau pecahan
kaca) dapat membelah ductus lakrimalis.Obliterasi punctum dan canaliculus lakrimalis
biasanya merupakan hasil dari trauma bakar atau kimia.Trauma pada saccus lakrimalis

24
atau glandula lakrimalis biasanya terjadi bersama trauma kraniofasial berat (seperti
terkena tendangan kuda atau kecelakaan lalu lintas). Dakriosistitismerupakan sekuele
yang umumnya terjadi, yang pada umumnya hanya bisa ditangani dengan tindakan
operatif(dakriosistorhinostomi).2

VI. MEKANISME TRAUMA

Trauma Palpebra
Hilangnya atau destruksi jaringan palpebra selalu ditangani sebagai ancaman bagi
gangguan visual. Jika lebih dari 1/3 margo palpebra superior hilang, maka harus diganti
dengan graft dari palpebra inferior. Jika jaringan yang hilang kurang dari 1/3, luka
biasanya dapat langsung disambung. Lebih dari 1/3 palpebra inferior dapat pula ditutup
dengan penjahitan langsung. Ketika lebih dari 1/3 jaringan yang hilang atau telah
ditransfer ke palpebra superior, maka selapis jaringan dari kantus lateralis dapat
dipengaruhi, dan jika diperlukan dapat digabungkan dengan flap dari pipi yang
dirotasikan.8,9
Satu hal yang paling penting dalam rekonstruksi trauma palpebra adalah metode
penjahitan. Jika trauma melibatkan margo palpebra, maka rekonstruksi yang dilakukan
harus menggunakan mikroskop operasi dan material penjahitan yang baik yang tersedia
di departemen kesehatan mata. Rekonstruksi yang tidak teratur dapat menyebabkan mata
berair permanen oleh karena palpebra yang tidak sempurna. Hal ini juga mengganggu
pelembaban kornea yang baik saat mata berkedip atau tidur. Perhatian yang lebih khusus
harus diberikan ketika aspek medial dari palpebra telah sobek, karena pada bagian ini
terdapat kanalikulus lacrimalis.5,9

Trauma Sistem Lakrimalis


Lesi-lesi pada sistem drainase lakrimalis terjadi pada 16% dari keseluruhan kasus
trauma palpebra.Penyebab utama adalah gigitan anjing, kekerasan fisik, dan kecelakaan
mobil.Laserasi kanalikulus merupakan trauma yang paling sering terjadi pada sistem
drainase lakrimalis karena lokasi yang terekspos pada palpebra superior dan

25
inferior.Kanalikulus inferior lebih sering mengalami trauma. Laserasi saccus lakrimalis
atau duktus nasolakrimalis biasanya berhubungan dengan trauma kepala berat dan fraktur
wajah media.
Trauma duktus nasolakrimalis iatrogenik dapat terjadi setelah dilakukannya
prosedur pembedahan endonasal. Trauma yang terjadi pada sistem drainase lakrimalis
akan menyebabkan scar dan stenosis, yang kemudian akan menyebabkan timbulnya air
mata berlebih.Inflamasi saccus lakrimalis rekuren terjadi ketika titik obstruksi berada
pada saccus lakrimalis itu sendiri atau di bawahnya.7,9

VII. DIAGNOSIS

Anamnesis
Riwayat mengenai bagaimana trauma terjadi merupakan sesuatu yang krusial,
karena hal tersebut merupakan petunjuk tentang hal-hal yang perlu ditemukan dalam
pemeriksaan. Jika terdapat riwayat trauma berkecepatan tinggiatau jika terdapat
keterlibatan kaca dalam trauma, maka pemeriksa harus sangat mensuspek dan
mengeksklusi trauma penetrans. Jika terdapat riwayat trauma tumpul bertekanan tinggi
(contoh: tinju),tanda-tanda fraktur blowout harus diselidiki. Situasi pada saat trauma
harus didokumentasikan secara berhati-hati karena mungkin akan diperlukan dalam
bidang medikolegal di masa depan. Sulit untuk menggali riwayat trauma yang akurat dan
dapat dipercaya dari pasien anak-anak jika trauma yang dialami tidak disaksikan oleh
orang dewasa.
Anamnesis juga harus mencakup perkiraan ketajaman visus sebelum dan sesaat
setelah cedera. Harus diperhatikan apakah gangguan penglihatan yang ada bersifat
progresif lambat atau onset mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraokular
bila terdapat riwayat memalu, mengasah, atau ledakan.5,7

Pemeriksaan
Pemeriksaan yang baik merupakan hal yang vital ketika terdapat riwayat trauma
okulus. Tanda-tanda spesifik harus dicari atau tanda-tanda tersebut akan terlewatkan.

26
Sangat penting untuk memeriksa ketajaman visus, untuk menetapkan nilai dasar visual
dan untuk memberi kewaspadaan bagi pemeriksa mengenai kemungkinan masalah yang
lebih jauh.Namun demikian, ketajaman visus bernilai 6/6 belum tentu berarti tidak
terdapat masalah yang serius, bahkan trauma penetrans.Bila terdapat gangguan
penglihatan yang berat, dilakukan pemeriksaan proyeksi cahaya, diskriminasi dua-titik,
dan defek pupil aferen. Dilakukan pula pemeriksaan motilitas mata dan sensasi kulit
periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang orbita.
Anestesi lokal kadang dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran yang baik, dan tes
fluoresensi harus dilakukan untuk memastikan tidak terdapat abrasi kornea, benda asing,
dan luka. Inspeksi konjungtiva bulbaris dilakukan untuk mencari adanya perdarahan,
benda asing, atau laserasi. Kedalaman dan kejernihan bilik mata depan dapat dicatat.
Ukuran dan bentuk pupil, serta reaksi pupil terhadap cahaya harus dibandingkan dengan
mata yang lain untuk memastikan apakan terdapat defek pupil aferen di mata yang
cedera. Mata yang lembek, visus senilai lambaian tangan atau lebih buruk, defek pupil
aferen, atau prdarahan vitreus mengisyaratkan adanya ruptur bola mata. Bila bola mata
tidak rusak, palpebra, konjungtiva palpebralis, dan forniks dapat diperiksa secara lebih
teliti, termasuk inspeksi dengan eversi palpebra superior. Oftalmoskop direk dan indirek
digunakan untuk mengamati lensa, vitreus, diskus optikus, dan retina. Pada semua kasus
trauma okulus, mata yang tampak tidak cedera juga harus diperiksa dengan teliti.5,7

1. Trauma Palpebra
Tekstur jaringan palpebra yang longgar dan penuh vaskularisasi menyebabkan
struktur ini dapat mengalami perdarahan hebat ketika terjadi trauma. Dapat terjadi
hematoma berat.Abrasi biasanya terjadi hanya pada lapisan superfisial kulit,
sedangkan pungsi, sobekan, dan seluruh jenis avulsi palpebra oleh trauma tumpul
(contoh: tinju) umumnya terjadi pada seluruh lapisan. Luka gigit (contoh: gigitan
anjing) seringnya terjadi bersama trauma sistem lakrimalis.4

27
2. Trauma Sistem Lakrimalis
Sebagian besar trauma pada kanalikuli terjadi dalam 1 dari 2 cara: yaitu oleh laserasi
langsung, seperti luka tusuk atau gigitan anjing; atau oleh traksi, yang terjadi ketika
pergeseran tiba-tiba dari palpebra ke arah lateral merobek tendon kantus medialis dan
kanalikulus bersangkutan. Karena tidak disokong oleh tarsus, kanalikulus terletak
dalam bagian terlemah dari palpebra dan sering kali merupakan struktur pertama yang
mengalami cedera.Ketika terjadi trauma tumpul, seperti tinju kepalan tangan atau dari
air bag,yang menyebabkan laserasi palpebra berketebalan penuh, seorang dokter
harus mencurigai dan mengevaluasi kemungkinan cedera medial lain yang
berhubungan dengan cedera utama yang dapat terjadi. Trauma avulsi sering kali
muncul pada inspeksi superfisial di mana kondisi lebih jauh daripadanya hanya dapat
diketahui dengan pemeriksaan yang lebih mendetail pada area trauma tersebut.
Karena beberapa pasien dengan 1 kanalikulus yang masih berfungsi mungkin
asimtomatik, beberapa dokter mempertimbangkan rekonstruksi laserasi kanalikulus
tunggal sebagai tindakan yang opsional.Namun demikian, telah diperhitungkan
bahwa di antara pasien-pasien dengan 1 kanalikulus yang berfungsi, 10% menderita
epifora yang konstan atau hampir konstan, dan 40% mengalami epifora simtomatik
dengan iritasi okular, sehingga hanya 50% yang benar-benar asimtomatik.Lebih jauh
lagi, tingkat keberhasilan rekonstruksi primer jauh lebih tinggi dibandingkan
rekonstruksi sekunder.4

28
Gambar 8 Alur diagnosis trauma okulus4
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Trauma Palpebra
Rekonstruksi pembedahan trauma palpebra, terutama laserasi palpebra yang
melibatkan margo palpebra, harus dilakukan secara berhati-hati. Luka harus ditutup
pada lapisan dan tepi yang tepat untuk memastikan tepi yang lembut tanpa tekanan
untuk mencegah komplikasi lebih jauh, seperti ektropion sikatrikal. Penanganan
edema palpebra yang paling baik adalah mengompresnya dengan pad wol atau es
batu.2

Gambar 10 Rekonstruksi margo palpebra4

2. Trauma Sistem Lakrimalis


Trauma sistem lakrimalis direkonstruksi di bawah mikroskop operasi. Sebuah stent
silikon berbentuk lingkaran dimasukkanke dalam kanalikulus menggunakan probe
khusus. Stent silikon tersebut dipertahankan in situ selama 34 bulan dan kemudian
dilepas.2

29
Benda berbentuk partikel harus dikeluarkan dari palpebra yang mengalami abrasi
untuk mengurangi risiko pembentukan tato pada kulit. Luka kemudian diirigasi dengan
saline dan ditutup dengan salep antibiotik dan kasa steril. Jaringan yang terlepas
dibersihkan dan dilekatkan kembali. Karena vaskularisasi palpebra sangat baik, besar
kemungkinan tidak terjadi nekrosis iskemik.
Laserasi partial thickness di palpebra yang tidak mengenai tepi palpebra dapat
diperbaiki dengan pembedahan sama seperti laserasi kulit lainnya. Namun, laserasi full
thickness palpebra yang mengenai tepi palpebra harus diperbaiki secara hati-hati untuk
mencegah penonjolan tepi palpebra dan trikiasis.
Perbaikan palpebra mata yang benar memerlukan aproksimasi tepi palpebra,
lempeng tarsal, dan kulit yang terlaserasi dengan tepat. Hal ini diawali dengan
menempatkan jahitan non-absorbable (silk atau nylon) 6-0 dengan dua jarum (double-
armed) menggunakan teknik matras melewati tepi lempeng tarsal. Pertama-tama, jarum
dimasukkan melalui tepi-tepi tarsal yang bersesuaian sebelum keluar melalui orifisium
kelenjar meibom di sisi yang berseberangan. Jarum yang lain (dengan silk 6-0) lalu
dimasukkan dengan cara serupa dengan jarak 3-4 mm. jahitan non-absorbable 6-0 yang
kedua ditempatkan melalui folikel-folikel bulu mata, yang berjarak sama, 2 mm, pada
tiap sisi laserasi. Jahitan-jahitan ini jangan dikencangkan sampai tarsus diperbaiki dengan
jahitan interuptus memakai benang absorbable 5-0. Akhirnya, kulit ditutup dengan
jahitan interuptus menggunakan nylon, vicryl, atau silk 6-0. Kemudian, dioleskan salep
antibiotik pada jaringan palpebra yang telah diperbaiki tersebut.
Bila perbaikan primer tidak dilakukan dalam 24 jam, terjadinya edema
mengharuskan penutupan ditunda. Luka harus dibersihkan secara cermat dan diberikan
antibiotik. Setelah bengkak mereda, maka dapat dilakukan perbaikan. Debridemen harus
dilakukan seminimal mungkin, terutama bila kulitnya tidak longgar.
Laserasi di dekat kantus interna sering kali mengenai kanalikulus. Perbaikan
disarankan untuk dilakukan sejak dini karena jaringan menjadi semakin sulit
diidentifikasi dan diperbaiki saat membengkak. Manfaat perbaikan langsung laserasi
kanalikulus masih diperdebatkan. Aposisi sederhana ujung-ujung laserasi sering kali
sudah cukup memadai. Penggunaan stent atau intubasi dapat memperberat derajat

30
kerusakan kanalikulus, dan dengan demikian meningkatkan risiko stenosis, bahkan dapat
menyebabkan kerusakan bagian-bagian lain sistem kanalikular selama manipulasi
pembedahan. Namun, laserasi tajam melalui kanalikulus distal dapat diperbaiki dengan
Veirs rod atau stent bentuk lain. Demikian pula pada avulsi atau laserasi kanalikulus
proksimal kemungkinan memerlukan intubasi nasokanalikular silikon dengan Quickert
probe. Terdapat berbagai metode untuk melakukan intubasi pada suatu kanalikulus
tunggal yang ditujukan untuk menghindari penggunaan pigtail probe yang berrisiko dan
traumatik; probe ini cenderung merusak bagian lain dari sistem kanalikular.5

IX. KOMPLIKASI
1. Laserasi Palpebra
Komplikasi akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi, khususnya jika melibatkan
margo palpebra, dapat berupa epifora kronis, konjungtivitis kronis, konjungtivitis
bakterial, exposure keratitis, abrasi kornea berulang, dan entropion/ektropion
sikatrikal.
Komplikasi akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam hal akurasi
penutupan luka, dapat berupa jaringan parut, fibrosis, dan deformitas palpebra
sikatrikal.
Komplikasi laserasi palpebra juga dapat berupa keadaan luka yang memburuk akibat
adanya infeksi atau karena penutupan luka yang tertunda; serta laserasi yang terjadi di
dekat canthus medialis dapat merusak sistem nasolakrimalis.1,2

2. Ruptur Kanalikulus
Pada ruptur kanalikulus, komplikasi dapat diakibatkan oleh proses rekonstruksi
trauma ini. Dapat terjadi rusak/hilangnya stent secara prematur pada rekonstruksi
bikanalikular dengan jalur stent yang melewati duktus nasolakrimalis. Dapat pula
terjadi prolaps stent melalui puncta lakrimalis. Ketika menggunakan pigtail probe,alat
yang digunakan dapat mengalami rotasi sehingga menyebabkan iritasi konjungtiva.
Dapat terjadi erosi puncta dari segala material yang digunakan dalam proses

31
rekonstruksi ini. Komplikasi lain berupa iritasi nasal atau epistaksis. Di samping itu,
komplikasi yang dapat terjadi juga berupa epifora kronik.1,2

X. PROGNOSIS
Prognosis laserasi palpebra bergantung pada luasnya laserasi yang terjadi, atau kerusakan
palpebra, serta ketebalan jaringan yang rusak. Prognosis rekonstruksi ruptur kanalikuli
memiliki rentang keberhasilan antara 20-100%. Tingkat keberhasilan ini meningkat 86-
95% dengan penggunaan reanastomosis mikroskopik dari kanalikuli yang mengalami
trauma berat dengan intubasi silikon pada sistem lakrimalis.5

32

Anda mungkin juga menyukai