Anda di halaman 1dari 12

TUTORIAL KLINIK

Nama : Tn. M
Usia : 58 tahun Nama : Raudatul Maulida
Preceptor : dr. Nur Shani Meida , Sp. M., M. Sc
NIM : 20174011098
Problem Hipotesis Status Opthalmologis Pertanyaan

Anamnesis Diagnosis 1. Anatomi kornea?


Keluhan Utama: mata kiri klinis: Pemeriksaa OD OS 2. Ulkus kornea:
nyeri dan penglihatan kabur OS Ulkus Pengertian?
Kornea n Klasifikasi?
RPS: Seorang laki-laki berusia Visus 6/9 1/300 Etiologi?
58 tahun datang ke poliklinik Patofisiologi?
Mata PKU Muhammadiyah Gejala klinis?
Gamping dengan keluhan mata Pemeriksaan Segemen Anterior : Penatalaksanaan?
kiri nyeri dan penglihatan Komplikasi?
kabur sejak 4 hari yang lalu. Inspeksi OD OS Prognosis?
Sakit yang dirasakan berawal Gerakan bola Normal ke Normal ke
dari seperti terdapat rambut mata segala arah segala arah
yang masuk ke dalam mata lalu Palpebra Edema (-) Edema (+)
dikucek-kucek. Keadaan Superior Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan
tersebut terjadi saat pasien
bersantai menonton TV sore Eritem (-) (+)
hari. Kemudian mata pasien Eritem (-)
menjadi merah dan timbul Palpebra Hiperemis (-) Hiperemis (+)
bercak berwarna putih
Inferior Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan
keabuan di dalam mata. Selain
itu pasien mengeluhkan Edema (-) (+)
penglihatan menurun, merah Edema (-)
(+), perih, sensasi benda asing Konj. Hiperemis (-) Hiperemis (+)
seperti pasir, sekret (+), pusing
Palpebra
(+), terasa silau (+).
Sebelumnya sudah dibawa ke Superior
puskesmas dan diberi obat Konj. Hiperemis (-) Hiperemis (+)
tetes. Tapi belum ada Palpebra
perbaikan. Inferior
Konjungtiva Inj. Inj.

RPD : Bulbi Konjungtiva(-) Konjungtiva(+)


Alergi (-) PCI (+)
Keluhan sakit serupa (-) Kornea Jernih Sebagian
Trauma (-) tertutup infiltrat

RPK: berwarna
Keluhan sakit serupa (-) keabuan,
berbatas tegas.
Riwayat Personal Sosial:
Riwayat merokok disangkal Ulkus (+)
Pasien seorang buruh genteng COA Tidak dangkal Tidak dangkal
Hipopion (-)
Pemeriksaan Fisik: Pupil Pupil bulat (+) Pupil bulat (+)
Vital Sign :
Reflek direk (+) Reflek direk
TD : 120/75 mmHg
Nadi : 78 x/m Reflek Indirect (+)
RR : 20x/m (+) Reflek Indirect
S : 36,5’C
(+)
Iris Sinekia (-) Sulit dinilai
Status Generalis:
Lensa Jernih Sulit dinilai
Keadaan umum baik dengan
kesadaran composmentis

Status Lokalis
Kepala
Mata : terlampir
Hidung : dbn
Telinga : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thoraks : dbn
Cor :tidak dilakukan
Pulmo :tidak dilakukan
Abdomen :tidak dilakukan
Ekstremitas :tidak dilakukan
Genitelia :tidak dilakukan

PEMBAHASAN

1. Anatomi dan Fisiologi Kornea


Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan avaskular, dengan bentuk seperti kaca arloji. Bentuk kornea
agak ellips dengan diameter horizontal 12,6 mm dan diameter vertikal 11,7 mm. Sepertiga radius tengah disebut zona optik dan lebih
cembung, sedangkan tepiannya lebih datar. Kornea melanjutkan diri sebagai sklera ke arah belakang, dan perbatasan antara kornea dan
sklera disebut limbus.
Kornea merupakan suatu lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar +43 dioptri. Kornea terdiri dari 5 lapisan. Lapisan yang terluar
adalah lapisan epitel (kira-kira 6 lapis). Lapisan ini sangat halus dan tidak mengandung lapisan tanduk sehingga sangat peka terhadap
trauma walaupun kecil. Lapisan berikutnya adalah membran bowman (lamina elastika anterior). Ini merupakan selaput tipis yang
terbentuk dari jaringan ikat fibrosa.
Lapisan ketiga yang terletak di sebelah dalam membran bowman adalah stroma. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal, yang
terdiri atas serabut kolagen yang susunannya teratur dan padat. Susunan kolagen yang demikian menyebabkan kornea avaskular dan
jernih. Setelah stroma, lapisan berikutnya adalah membran Descemet, atau yang disebut sebagai lamina elastika posterior.
Lapisan terdalam kornea adalah lapisan endotel. Lapisan ini terdiri atas satu lapis endotel yang sel-selnya tak bisa membelah. Kalau ada
endotel yang rusak, maka endotel di sekitarnya akan mengalami hipertrofi untuk menutup defek yang ditinggalkan oleh endotel yang
rusak. Endotel berperan penting dalam mengatur kadar air kornea dengan cara mengeluarkan air dari kornea ke kamera okuli anterior
dengan enzim Na+ K+ ATP-ase.
Defek epitel kornea cepat menutup dengan cara migrasi dan mitosis sel. Kornea divaskularisasi oleh a. siliaris. Inervasinya oleh n.
Siliaris (cabang n. Trigeminus). Saraf kornea sensitif terhadap rasa nyeri dan dingin. Kornea berfungsi sebagai alat transmisi sinar
sehingga berfungsi sebagai alat refraksi (kekuatan refraksinya paling besar). Karena kornea secara normal bersifar avaskular, maka
pemberian makan kornea akan melalui air mata (terutama untuk penyediaan oksigen), humor aquous, dan pembuluh darah limbus (secara
difusi). Sifat avaskular kornea penting dalam transplantasi kornea oleh resipien dari donor siapapun tanpa memandang sifat/ perbedaan
genetis.

2. Ulkus Kornea
 Pengertian
Ulkus kornea didefinisikan sebagai diskontinuitas jaringan kornea akibat terjadinya defek epitel.

 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus Kornea Sentral
- Ulkus Kornea Bakterialis
o Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna
kelabu, berbatas tegas, menyebar menuju sentral, berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat
menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

o Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat
dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan
infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Seringkali
ditemukan pada mata dengan terapi steroid topikal.
o Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping
dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa
ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini
seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak. Sering dijumpai pada pengguna lensa kontak.
o Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah
satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel
yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan
di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan
beratnya ulkus yang terlihat. Diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

- Ulkus Kornea Virus


o Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari
sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh
akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit
herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan
rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
o Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik.
Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel
kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. Terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian
menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan
fluoresin dengan benjolan diujungnya.

- Ulkus Kornea Fungi


Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan
infeksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas
tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran
di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya.Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan
bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan
radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion. Pada anamnesa sering terdapat riwayat trauma tumbuh-tumbuhan.
- Ulkus Kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus
kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.

2. Ulkus kornea perifer


- Ulkus Marginal
Kondisi ini diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin stafilokokus dan protein dinding sel disertai dengan
endapan kompleks imun kornea perifer. Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus
superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksin atau alergi dan gangguan sistemik pada
influenza, disentri basilar, gonokok, arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral
dan ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
- Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut.
Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas
tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh
permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.

- Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam
limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi
satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan
penyakitnya menahun.
 Etiologi
Ulkus kornea dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur atau acanthamoeba) atau non infeksi (bahan kimia, trauma, atau
ulkus mooren).

 Patofisiologi
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung
banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin,
kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses
progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih
cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka
akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.

 Gejala klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion

 Penatalaksanaan
Tata laksana terbaik sesuai dengan etiologinya.
- Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan sebagai salep, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Terapi empirik yaitu golongan fluoroquinolon (salep cifrofloxacin 0,3% 3x1)
- Anti jamur
Amphotericin B 1,5% 1 tetes per jam (candida), natamycin 5% 1 tetes per 2 jam (fusarium, aspergillus).
- Anti viral
Herpes simpleks: asiklovir oral 5x400 mg selama 7 hari
Varicella zooster: asiklovir oral 5x800 mg selama 7-10 hari

• Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,


Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya
M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia
posterior yang baru
• Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.
 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
- Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
- Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
- Prolaps iris
- Sikatrik kornea
- Katarak
- Glaukoma sekunder

 Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme
penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena
jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat.
Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.

REFERENSI

Chris T, et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Hartono, et.al. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Badan Penerbit Kedokteran Gajah Mada: Yogyakarta

Ilyas, S. 2014. Ilmu Penyakit Mata Edisi kelima FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai