Nama : Tn. M
Usia : 58 tahun Nama : Raudatul Maulida
Preceptor : dr. Nur Shani Meida , Sp. M., M. Sc
NIM : 20174011098
Problem Hipotesis Status Opthalmologis Pertanyaan
RPK: berwarna
Keluhan sakit serupa (-) keabuan,
berbatas tegas.
Riwayat Personal Sosial:
Riwayat merokok disangkal Ulkus (+)
Pasien seorang buruh genteng COA Tidak dangkal Tidak dangkal
Hipopion (-)
Pemeriksaan Fisik: Pupil Pupil bulat (+) Pupil bulat (+)
Vital Sign :
Reflek direk (+) Reflek direk
TD : 120/75 mmHg
Nadi : 78 x/m Reflek Indirect (+)
RR : 20x/m (+) Reflek Indirect
S : 36,5’C
(+)
Iris Sinekia (-) Sulit dinilai
Status Generalis:
Lensa Jernih Sulit dinilai
Keadaan umum baik dengan
kesadaran composmentis
Status Lokalis
Kepala
Mata : terlampir
Hidung : dbn
Telinga : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thoraks : dbn
Cor :tidak dilakukan
Pulmo :tidak dilakukan
Abdomen :tidak dilakukan
Ekstremitas :tidak dilakukan
Genitelia :tidak dilakukan
PEMBAHASAN
2. Ulkus Kornea
Pengertian
Ulkus kornea didefinisikan sebagai diskontinuitas jaringan kornea akibat terjadinya defek epitel.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus Kornea Sentral
- Ulkus Kornea Bakterialis
o Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna
kelabu, berbatas tegas, menyebar menuju sentral, berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat
menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
o Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat
dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan
infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Seringkali
ditemukan pada mata dengan terapi steroid topikal.
o Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping
dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa
ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini
seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak. Sering dijumpai pada pengguna lensa kontak.
o Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah
satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel
yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan
di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan
beratnya ulkus yang terlihat. Diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.
- Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam
limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi
satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan
penyakitnya menahun.
Etiologi
Ulkus kornea dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur atau acanthamoeba) atau non infeksi (bahan kimia, trauma, atau
ulkus mooren).
Patofisiologi
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung
banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin,
kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses
progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih
cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka
akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.
Gejala klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion
Penatalaksanaan
Tata laksana terbaik sesuai dengan etiologinya.
- Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan sebagai salep, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Terapi empirik yaitu golongan fluoroquinolon (salep cifrofloxacin 0,3% 3x1)
- Anti jamur
Amphotericin B 1,5% 1 tetes per jam (candida), natamycin 5% 1 tetes per 2 jam (fusarium, aspergillus).
- Anti viral
Herpes simpleks: asiklovir oral 5x400 mg selama 7 hari
Varicella zooster: asiklovir oral 5x800 mg selama 7-10 hari
Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme
penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena
jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat.
Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.
REFERENSI
Hartono, et.al. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Badan Penerbit Kedokteran Gajah Mada: Yogyakarta
Ilyas, S. 2014. Ilmu Penyakit Mata Edisi kelima FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI