Anda di halaman 1dari 158

MATA

Kelainan Refraksi
1. Miopia
2. Hipermetropia
3. Anisometropia
4. Astigmatisme
5. Presbiopia
6. Ambliopia
Miopia (4) Hipermetropia (4)

Definisi Kelainan refraksi mata dimana sinar sejajar Kelainan refraksi mata dimana sinar sejajar
datang masuk ke mata tanpa akomodasi akan datang masuk ke mata tanpa akomodasi
dibiaskan di depan retina akan dibiaskan di belakang retina

Penyebab - axial: bola mata panjang - axial: sumbu anteroposterior pendek


- refraktif: kornea lebih cembung → indeks - refraktif: lengkung kornea dan lensa
bias besar kurang → indeks bias kurang

Gejala - kabur untuk melihat jauh - kabur untuk melihat jauh/ dekat
Klinis - membaca/ menulis terlalu dekat - pusing
- menyempitkan celah mata - sakit pada mata
- sering menggosok/ mengucek mata - kabur saat membaca dalam waktu
yang lama (astenovia akomodativa)
- dapat menjadi strabismus konvergen

Pmx Fisik Pemeriksaan visus: Snellen Chart → pinhole

Terapi Kacamata: Spheris negatif terlemah Kacamata: Spheris positif terkuat


Lensa kontak → miopia tinggi & anisometropia Lensa kontak → anisometropia
Bedah refraksi: lasik, excimer laser Bedah refraksi
Klasifikasi Berdasarkan Ukuran
Miopia Hipermetropia
- Ringan: < -3.00 D - Ringan: < +3.00 D
- Sedang: -3.00 D s.d -6.00 D - Sedang: +3.00 D s.d +6.00 D
- Berat: > -6.00 D - Berat: > -6.00 D
Anisometropia (3A)
DEFINISI: Keadaan dimana didapatkan perbedaan status refraksi pada kedua mata
dan derajat perbedaannya bisa kecil/ besar
KLASIFIKASI:
Mata 1 Mata 2

Anisometropia simpleks Emetrop (normal) Miopia/hipermetropia

Anisometropia kompositus Miopia/hipermetropia Miopia/hipermetropia

Anisometropia miktus Miopia Hipermetropia

Anisometropia astigmatisme Emetrop Astigmatisme miopia/hipermetropia


simpleks

Anisometropia astigmatisme Kedua mata astigmatisme namun besarnya berbeda


kompositus
GEJALA KLINIS:
- Penglihatan kabur pada satu mata
- Diplopia
TERAPI:
- Koreksi kacamata yang bisa ditoleransi maksimal 4 dioptri
- Lensa kontak → perbedaan besar bayangan di retina dapat diminimalkan
karena tidak terdapat jarak dengan kornea
- Operasi refraksi
ASTIGMATISME (4)
DEFINISI: Kelainan refraksi mata yang ditandai adanya berbagai derajat refraksi pada
berbagai meridian, sehingga sinar sejajar yang datang pada mata itu akan difokuskan
pada maca-macam fokus

KLASIFIKASI Spheris Cylindris

Astigmatisme Hipermetropia Simpleks +

Astigmatisme Miopia Simpleks -

Astigmatisme Hipermetropia Kompositus + +

Astigmatisme Miopia Kompositus - -

+ -
Astigmatisme Mixtus
- +
GEJALA KLINIS:
- Gangguan penglihatan jarak dekat maupun jauh
- Penglihatan kabur
- Astenopia: nyeri pada mata, nyeri kepala, mual, muntah, kelelahan
- Sering mengernyitkan mata
TERAPI:
- Kacamata silindris (+) atau (-)
- Lensa kontak:
a.Rigid
b.Toric → untuk astigmatisme tinggi
- Bedah: keratotomi astigmatisme/photo-astigmatic refractive keratotomy
(PARK), lasik
PRESBIOPIA (4)
DEFINISI: kondisi penurunan penglihatan (kabur) ketika melihat objek berjarak
dekat akibat proses degeneratif, umumnya terjadi pada usia > 40 tahun
GEJALA KLINIS:
- Penglihatan kabur saat melihat dekat
- Mata lelah, berair, dan sering terasa perih setelah membaca
- Menjauhkan kertas saat membaca
- Perlu sinar yang terang saat membaca
- Gangguan pekerjaan pada malam hari
PEMERIKSAAN FISIK:
- Pemeriksaan refraksi jarak jauh → snellen chart
(visus bisa didapatkan normal 6/6)
- Pemeriksaan refraksi jarak dekat → Jaeger Card

TERAPI:

- 40 THN : S + 1.00 D
- 50 THN : S + 2.00 D
- 60 THN : S + 3.00 D
- AFAKIA : S + 3.00 D pada bayi dan
post op katarak
Ambliopia/ Lazy Eye (2)
Definisi

Penurunan Tajam Penglihatan unilateral/ bilateral walaupun dengan koreksi terbaik.

Tidak terdapat kelainan struktur yang tampak pada mata maupun lintasan visus bagian belakang.

Etiologi

Kurangnya rangsangan terhadap fungsi visual

- Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi


- Strabismus

Gejala Klinis

Kecenderungan memiringkan kepala ketika melihat objek (menggunakan mata yang dominan)
Kelopak Mata

1. Trauma kelopak mata 7. Xantelasma, Nevus, Papilloma,


2. Blefaritis Milia, Keratoakantoma
3. Herpes simpleks virus/ zoster 8. Ptosis
palpebra 9. Lagoftalmus
4. Hordeolum 10.Epikantus
5. Kalazion 11.Kelainan tepi kelopak
6. Kelainan kongenital palpebra 12.Trikiasis
13.Retraksi Kelopak mata
TRAUMA KELOPAK MATA (3A)

Definisi

Trauma akibat benda tajam/ tumpul yang mengakibatkan laserasi pada kelopak
mata

Gejala Klinis
- nyeri, bengkak
- keluar darah
- mata berair
- Tidak terdapat penurunan visus jika tidak melibatkan bola mata
Pmx fisik

Segmen anterior:
- Palpebra: kelopak mata merah, bengkak, berdarah, luka robek (+), benda asing
- Identifikasi dengan lup dan senter, dapat menggunakan lidi kapas jika diperlukan. Identifikasi luas
dan dalamnya laserasi, keterlibatan tepi kelopak, kantus medial dan lateral

Tatalaksana

1. Bersihkan luka
- Menggunakan pinset bergigi, tarik dengan hati-hati tepi luka, tentukan kedalaman dari laserasi
- Jika laserasi pada daerah nasal atas, atau bawah punctum dan irigasi dari sistem kanalikular untuk
menyingkirkan keterlibatan kanalikular
1. Pertimbangkan profilaksis tetanus
2. Beri antibiotik sistemik
3. Konseling & Edukasi: Prinsip dilakukan tindakan bedah
4. Rujuk
BLEFARITIS (4)
DEFINISI: radang pada tepi kelopak mata (margo palpebra),
dapat disertai ulkus dan dapat melibatkan folikel rambut
ETIOLOGI: infeksi Staphylococcus dan dermatitis seboroik, gg
kelenjar meibom, atau gabungan ketiganya
FAKTOR PREDISPOSISI: lingkungan kotor, debu, asap, iritasi
aplikasi kimia, kosmetik, konjungtivitis kronis
GEJALA KLINIS:
- Gatal dan panas di tepi kelopak mata
- Hiperemia di tepi kelopak mata
- Terdapat sisik yang keras dan krusta di dasar bulu mata
- Dapat disertai kerontokan bulu mata (madarosis), putih
pada bulu mata (poliosis), dan trikiasis
- Sulit membuka kelopak mata saat bangun tidur akibat
sekret yang mengering selama tidur
PEMERIKSAAN FISIK → pemeriksaan segmen anterior
- Skuama atau krusta di margo palpebra
- Madarosis
- Edema dan hiperemia di margo palpebra
- Terjadi perdarahan saat melepaskan krusta yang melekat

TERAPI:
- Non medikamentosa
- Kompres air hangat 5-10 menit
- Membersihkan kelopak mata dengan lidi kapas yang dibasahi air hangat
- Membersihkan dengan sampo atau sabun
- Medikamentosa
- Salep atau tetes mata antibiotik 2-3x sehari selama 14-21 hari atau
sampai gejala menghilang (bila terdapat ulkus)
HERPES SIMPLEKS VIRUS/ZOSTER PALPEBRA (3A)

Peradangan pada daerah kelopak mata dan sekitarnya akibat infeksi virus herpes simpleks

Gejala Klinis
- ruam kulit vesikuler bergerombol dengan dasar eritematosa
- nyeri unilateral
- kelopak mata edema dan hiperemi
- ptosis (jika edema berat)

Terapi
- Kompres dingin
- Asiklovir 800 mg/ 5-6x/ hari selama 7-10 hari
HORDEOLUM (4) KALAZION (3A)

DEFINISI Peradangan supuratif pada kelenjar Zeis dan Peradangan lipogranuloma menahun dari
kelenjar Moll (Hordeolum Eksternum) atau kelenjar Meibom
kelenjar Meibom (Hordeolum Internum)

ETIOLOGI Infeksi Staphylococcus aureus & Moraxella Gangguan sekresi kelenjar Meibom →
penyumbatan

GEJALA - Mengganjal pada kelopak mata - Tanda radang (-)


KLINIS - Nyeri (+), nyeri bertambah bila menunduk - Nodul pada kelopak mata, nyeri (-)
atau sujud - Gangguan refraksi (astigmatisme) bila
- Bengkak dan merah pada kelopak mata kista cukup besar dan dapat menekan
- Sensasi terbakar (+) bola mata
HORDEOLUM (4A) KALAZION (3A)

PEMERIK - Fase selulitis: nodul hiperemi, nyeri tekan - Palpebra: nodul (+), konsistensi agak keras,
SAAN (+), konsistensi keras, nanah +/- nyeri (-), tanda radang (-)
FISIK - Fase abses: punctum (visible point pus), - Kelenjar Meibom: massa kuning dan
fluktuasi (+) sekresi kelenjar yang tertahan
- Nodul bisa >1 (multipel) - Bila terinfeksi → tanda radang (+) dan
dapat berkembang menjadi hordeolum

TERAPI Kompres hangat 10-15 menit, 3-4x/hari; Kompres hangat;


Membersihkan kelopak mata dengan air Pengurutan ke arah kelenjar Meibom;
bersih; Antibiotik topikal (bila terjadi infeksi
Antibiotik: sekunder);
a. Topikal → tetes mata 3-4x/hari atau Injeksi steroid pada lesi (t.u bila kalazion
salep 1x sebelum tidur selama 7-10 hari dekat dengan tepi palpebra)
Neomycin / Gentamicin / Tobramycin / Operatif: insisi dan kuretase
Kloramfenikol
b. Sistemik: Ampicillin 4x250mg/hari p.o
atau Erythromycin, Tetracycline
3x500mg p.o selama 3 hari;
Insisi hordeolum
KELAINAN KONGENITAL PALPEBRA (2)
Koloboma
Kelainan kongenital pada kelopak mata dimana kelopak mata tidak utuh (unilateral/ bilateral) sehingga
kelopak mata memiliki celah saat menutup
Gejala klinis
- dermoid, lipo dermoid
- keratokonus
- koloboma pada iris
- dapat ditemukan keratopati/ infeksi sekunder
- penglihatan menurun
- strabismus
Terapi
1. Artificial tears
2. Surgical (rekonstruksi kelopak mata)
KELAINAN KONGENITAL PALPEBRA (2)
Epiblefaron
Kelainan kongenital pada kelopak mata dimana
ditemukan lapisan kulit horizontal dan otot orbikularis
yang berada dibawahnya mendorong bulu mata
kearah dalam.
Terapi:
Gejala Klinis
1. lubrikasi topikal
- mata merah
2. Operasi
- sering menggosok mata
- sering berkedip
- penurunan visus
- silia terdorong ke atas/bawah
- fotofobia → iritasi kornea
- rasa mengganjal
- hiperlakrimasi
- injeksi konjungtiva
- kemosis
XANTHELASMA, NEVUS, PAPILLOMA, MILIA, KERATOAKANTOMA (2)
Xanthelasma Nevus Papilloma

Definisi

Gumpalan lemak kekuningan yang Neoplasma jinak yang Proliferasi epitel berlebih, disebut
berbentuk seperti setengah sayap berasal dari sel pigmen/ “skin tags”, dengan benjolan
kupu-kupu pada bagian sudut mata melanosit permukaan halus yang
bulat/bertangkai

Etiologi Kolesterol tinggi, menderita penyakit Genetik, paparan sinar UV Paparan sinar UV
liver (sirosis), Alkohol

Keluhan Plak kekuningan pada area sudut Benjolan di sekitar mata Benjolan di sekitar mata dengan
mata dalam, biasanya bilateral yang berwarna gelap permukaan halus yang
bulat/bertangkai

Terapi Pembedahan jika dirasa Pembedahan jika dirasa Pembedahan jika dirasa
mengganggu mengganggu mengganggu
XANTHELASMA, NEVUS, PAPILLOMA, MILIA, KERATOAKANTOMA (2)
Milia Keratoakantoma
Definisi

Kista keratin dengan gambaran papule berwarna Hiperkeratotik nodul yang berbentuk dome-
putih dengan diameter <3mm shaped (kubah) ukuran 1-2cm dengan area
pusat depresi pada area yang terkena sinar
matahari

Etiologi Genetik, trauma, penggunaan steroid topikal Paparan sinar matahari


kronis

Keluhan Benjolan kecil berwarna putih di sekitar mata, atau Benjolan sekitar kelopak mata, kemerahan,
bisa juga mendekat ke hidung pertumbuhannya cepat

Terapi Umumnya menghilang sendiri, namun apabila Pembedahan


mengganggu di lakukan pembedahan
PTOSIS (3A)

Ax: Posisi kelopak mata lebih rendah (alasan


kosmetik/ ggn penglihatan akibat visualisasi
tertutup)

Pmx lokalis:
- Segmen anterior:
- Posisi kelopak mata tidak sejajar
- Tidak bisa mengangkat kelopak
Definisi: Kelainan posisi kelopak mata (lebih mata
rendah dari posisi normal) atau ada gangguan - Tes fungsi levator: mengukur
mengangkat kelopak mata gerakan maksimal kelopak mata
dari posisi melihat kebawah menuju
Etiologi: edema/tumor, miastenia gravis, parese atas (Normal: 15-18mm)
N.III (kelumpuhan M. Levator palpebrae),
sindroma Horner, sindroma blefarofimosis Terapi:
(ptosis, epikantus, dan telekantus) -> kongenital - Artificial tears
- Rujuk untuk pembedahan
LAGOFTALMUS (3A)

Ax: Kelopak mata tidak tertutup sempurna,


mata kabur, keluar air mata, mata merah

Pmx lokalis:
- Kelopak mata tidak menutup sempurna
- Terkadang ditemukan erosi kornea,
keratitis, ulkus kornea

Terapi awal:
Definisi: Kondisi kelopak mata yang tidak dapat
- Artificial tears jika terjadi keratitis
menutup mata dengan sempurna (tampak
- Rujuk untuk pembedahan tarsorrhapy
bagian luar bola mata terutama kornea)

Etiologi: paralysis N. VII, sikatrik kelopak mata,


infeksi, trauma.
EPIKANTUS (3A)

Definisi: Terdapat lipatan kulit dari kelopak mata


atas/ bawah di atas kantus medial (bilateral)

Etiologi: kongenital

Ax: Lipatan kelopak mata yang menyebabkan


pseudoesotropia (juling palsu)

Pmx lokalis:
- Segmen anterior: terdapat lipatan kelopak
mata pada sudut mata, bilateral,
pseudoesotropia

Terapi:
- Menghilang/ membaik bersamaan dengan
pertumbuhan tulang wajah dan hidung
- Jika tidak menghilang -> pembedahan
KELAINAN TEPI KELOPAK (EKTROPION, ENTROPION) (3A)

Etiologi: kongenital, iritasi kornea kronik,


degenerasi, sikatrik

Ax: Iritasi, mata merah, berair, adanya sensasi


benda asing, sekret

Pmx lokalis:
Definisi: - Pmx segmen anterior: tepi kelopak mata
- Ektropion: Pertumbuhan kelopak mata dan bulu mata tumbuh ke dalam atau luar
dan bulu mata ke luar bola mata bola mata
- Entropion: Pertumbuhan kelopak mata
dan bulu mata ke dalam bola mata Terapi:
(sehingga menggores kornea) - Artificial tears (eye drop atau eye gel)
- Rujuk untuk pembedahan rekonstruksi
TRIKIASIS (4)

Etiologi: terdapat jaringan sikatrik pada tepi


kelopak mata dan konjungtiva, sehingga
merubah posisi dan arah pertumbuhan bulu
mata, yaitu ke arah bola mata
- Infeksi virus herpes zooster, trakoma,
blefaritis kronis, hordeolum eksterna
- Kongenital marginal enteropion
- Trauma, luka bakar

Definisi: Ax: Mata berair, terasa mengganjal, silau bila


Pertumbuhan bulu mata ke dalam (bisa terpapar cahaya, terasa kelilipan
menggores konjungtiva dan kornea) dengan
posisi kelopak mata tetap normal. - Bila terjadi inflamasi, dapat muncul
keluhan mata merah, nyeri, fotofobia
- Penglihatan terganggu bila muncul ulkus
kornea
TRIKIASIS (4)
Pmx penunjang:
Fluorescein test (+) jika mengenai kornea

Terapi:
- Non medikamentosa:
Epilasi (pencabutan bulu mata dengan
pinset)
Pmx lokalis: - Medikamentosa
- Visus: normal (apabila merusak kornea, Jika ada infeksi, diberikan salep/tetes mata
visus menurun) antibiotik
- Segmen anterior: - Alternatif Pembedahan (dilakukan Sp.M):
- Arah pertumbuhan bulu mata ke - Ablasi: metode permanen
dalam menggunakan radio frekuensi/laser u/
- Bila terdapat inflamasi -> terdapat merusak folikel bulu mata dari tempat
injeksi silier (dilatasi A. siliaris tumbuhnya
anterior) - Elektrolisis:permanen, menggunakan
- Kelainan kornea -> erosi, sikatrik arus listrik kecil
kornea - Cryosurgery: metode freezing
RETRAKSI KELOPAK MATA (3A)

Tx:
- Tergantung etiologi
- Artificial tears atau salep atau lubricans
untuk melindungi kornea
- Berat -> pembedahan

Definisi:Kondisi dimana kelopak mata tertarik


ke belakang, sehingga kornea sklera bisa
exposure

Etiologi: Graves disease, reseksi otot berlebih


pada bleferoplasti
Aparatus Lakrimalis

1. Laserasi duktus lakrimal


2. Dakriosistitis
3. Obstruksi duktus nasolakrimal
LASERASI DUKTUS LAKRIMAL (3A)

Pmx penunjang: CT Scan

Tx:
- Pembedahan

Definisi: laserasi/luka/robekan pada ductus


lacrimalis

Etiologi: trauma tumpul, gigitan/cakaran hewan

Pmx:
Anel test: u/ mengetahui adakah kebocoran pada
saluran lakrimalis
OBSTRUKSI DUKTUS NASOLAKRIMAL (3A)

Pmx lokalis:
- Menggunakan slit lamp, u/ mengetahui
apakah ada masalah pada aliran
melakukan tindakan dilatasi punctum

Tx:
- Antibiotik topikal
Definisi: penyumbatan yang terjadi pada sistem - Pembedahan
aliran lakrimal

Etiologi: kelainan anatomi, kongenital, trauma,


infeksi

Ax: aliran mata berlebih (epifora) pada pinggiran


kelopak mata,
DAKRIOSISTITIS (3A)

Stadium (3):
- Stadium selulitis: pembengkakan yang
nyeri pada area saccus lakrimalis,
epifora/mata berair (+), demam, malaise,
eritema dan edema di sekitar kelopak
mata dan pipi
- Stadium abses lakrimalis: saccus terisi
penuh oleh pus, distensi membentuk
Definisi: infeksi pada saccus lakrimalis, biasanya abses dan ada punctum pada dinding
diawali dengan sumbatan ductus nasolakrimalis abses
dan unilateral. - Stadium fistula: pus yang tidak keluar
membentuk fistulae dibawah ligamen
palpebrae medialis atau pada rongga
Etiologi: Infeksi bakteri
hidung
- Haemofilus influenza
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus beta-hemolyticus
- Streptococcus pneumoniae (bersifat kronis)
DAKRIOSISTITIS (3A)
Ax: Pmx penunjang:
- Keluarnya air mata dan kotoran - Pada keadaan akut tidak boleh dilakukan
- Nyeri pada daerah kantus medialis irigasi lakrimal maupun sondage
menyebar ke daerah dahi, orbita kanan dan - Pemeriksaan foto sinus dan CT Scan
gigi depan
- Edema dan eritema kantus medialis
Tx:
- Stadium selulitis:
- Kompres hangat berulang-ulang u/
Pmx lokalis:
- Akut: daerah saccus lakrimalis edema, meredakan edema dan nyeri
- Antibiotik topical/sistemik
lunak, dan eritema yang menyebar sampai
kelopak mata, serta bila kantong ditekan (Flucloxacilin/ Amoksi-clav)
keluar cairan purulen - Stadium abses:
- Kronik: keluarnya air mata dan bila ditekan - Dekompresi sakus: insisi
- Probing dan dacryocystorhinostomy
keluar cairan mukoid
- Stadium fistula:
- Fistulectomy menggunakan
DCT/DCR
KONJUNGTIVA
Benda Asing di Konjungtiva (4)

Biasanya berada dilekuk antara conjungtiva


palpebrae dan bulbi, sehingga jika px berkedip/ Tata Laksana :
mengucek mata bisa menyebabkan goresan pada 1. Mengambil benda asing dengan melakukan eversi
kornea mata kelopak mata :
• Konjungtiva bulbi superior
Gejala
• Konjungtiva bulbi inferior
▪ Sensasi benda asing • Konjungtiva palpebrae superior
▪ Nyeri 2. Cara mengangkat benda asing
▪ Mata merah • Anestesi local (1-2 tetes pantocain 0,5%)
• Irigasi terlebih dahulu
▪ Epifora (berair)
• Gunakan lup/slit lamp
▪ Fotofobia • Corpal dpt diangkat dgn lidi kapas steril atau ujung
FR: pekerja bidang industri yang tidak menggunakan jarum spuit 1 cc 26G dari tengah ke tepi
kacamata pelindung (biasanya pekerja las, keramik)
Dapat diberikan antibiotic tetes atau salep mata
(Klorampenikol) selama 2-3 hari
Laserasi Konjungtiva (3B)
Luka trauma akibat benda tajam (seperti tertusuk mata pancing)

Gejala :
▪ Mengganjal
▪ Nyeri
▪ Mata merah
▪ Epifora (berair)

Bisa dilakukan foto X-Ray jiika diperlukan

Tatalaksana :
▪ Bersihkan luka (apabila yakin bola mata intak)
▪ Bersihkan luka dari benda asing → Irigasi dengan cairan NS
▪ Rujuk → Operatif → merekonstruksi bagian yang terkena trauma
dan melakukan ekstraksi corpal
Perdarahan Subkonjungtiva (4)

Perdarahan pada subkonjungtiva atau ekimosis yang


bervariasi mulai dari perdarahan petekia kecil hingga
menyebar secara ekstensif ke seluruh konjungtiva bulbi.
▪ Trauma
▪ Inflamasi konjungtiva
▪ Kongesti vena akibat peningkatan tekanan mendadak
(pertussis, strangulasi atau kompresi leher) Terapi
• Terapi sesuai etiologi
Gambaran Klinis
• Reassurance
Tampak pewarnaan merah homogen dengan batas tegas
• Kompres dingin untuk menemkan
pada konjungtiva, darah akan direabsorbsi sempurna
titik perdarahan, kompres hangat
dalam 7-21 hari
untuk membantu reabsorbsi
KONJUNGTIVITIS (4)
Peradangan pada konjungtiva, dapat terjadi pada Pembentukan Membran
konjungtiva palpebra, fornix, ataupun bulbi
• Pseudomembran → eksudat bila dikelupas
meninggalkan epitel yang utuh tanpa perdarahan,
Jenis Eksudat misalnya pada infeksi virus
▪ Serosa → misalnya pada infeksi virus dan iritasi • Membran → eksudat bila dikelupas meninggalkan
▪ Mukoid → misalnya pada alergi epitel yang robek dengan perdarahan, misalnya
pada infeksi Neisseria gonorrhea
▪ Mukopurulen → misalnya pada infeksi bakteri ringan
dan klamidia
▪ Purulen → misalnya pada infeksi bakteri berat dan
gonorrhea

Jenis Reaksi Konjungtiva


▪ Reaksi Folikuler → akibat hiperplasi jaringan limfoid
seperti bula, vesikel, atau butir nasi ukuran 0,5-5mm,
cth. infeksi virus dan klamidia
▪ Reaksi Papilar → hiperplasi epitel konjungtiva
polygonal cth. infeksi bakteri dan vernal.
Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis Bakterial Akut
(S.aureus, S. epidermidis, H. Influenza)
▪ Gejala : mata merah, sensasi benda asing, sekret
mukopurulen, reaksi papiler, fotofobia apabila kornea
terlibat.
▪ Tatalaksana : Salep kloramfenikol 3x1 selama 3 hari,
tetes kloramfenikol 6x1 tetes selama 3 hari

Konjungtivitis Gonokokal
(N. Gonorrheae)
▪ Gejala : mata merah, sensasi benda asing, sekret purulent
berat, hiperakut (12-24 jam), kemosis berat, pembengkakan
nll
▪ Tatalaksana : Cetriaxone 125 mg IM single dose (Anak),
Cetriaxone 250 mg IM single dose (Dewasa), doksisiklin 100
mg 2x1 selama 7 hari
Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis Adenovirus
▪ Epidemic Keratoconjunctivitis (EKC) : akibat adenovirus
tipe 8 dan 19.
• Gejala sistemik : berupa demam tinggi, dapat terjadi
keratitis, reaksi folikuler, limfadenopati preaurikular,
terdapat pseudomembran, mata merah, unilateral.
• Tatalaksana : artificial tear, dan gejala sistemik

Konjungtivitis Herpes
▪ Simplex : lesi primer herpetik pada wajah dan
palpebrae.
▪ Zooster : penyebaran lesi secara dermatomal.
▪ Tatalaksana : artificial tear, dan gejala sistemik,
antiviral.
Konjungtivitis Alergi
Alergika sederhana
Konjungtivitis alergi non spesifik akut, ditandai dengan gatal, seasonal allergic conjunctivitis dan perennial.

Keratoconjungtivits Vernal
Konjungtivitis alergika rekuren, kronik, bilateral, interstitial, self-limiting dengan insidensi musiman.

Keratoconjungtivits Atopi
Bentuk dewasa dari keratokonjungtivitis vernal. Lebih sering pada laki-laki muda dewasa, terdapat
keterlibatan jaringan periorbital.

Keratoconjungtivits Giant Papillary


Peradangan konjungtiva dengan pembentukan papilla berukuran besar yang diakibatkan respon alergi local
terhadap permukaan kasar atau deposit pada mata. (lensa kontak, prostetis, nilon)

Keratoconjungtivits Fliktenularis
Sebagai respon epitel kornea dan konjungtiva terhadap allergen endogen yang telah tersensitisasi. Merupakan
hipersensitivitas tipe IV (protein TBC, stafilokokus dsb)
A. Simple alergi : injeksi konjungtiva
ODS, reaksi papilar ringan.
B. Giant papillary : terdapat hipertrofi
papila pada palpebra superior.

C. Konjungtivitis vernal :
terdapat gambaran
cobblestone appearace dan
tranta’s dot.

D. Konjungtivitis fliktenular :
terdapat bintik berwarna
kekuningan pada sekitar
sklera.
Tatalaksana Konjungtivitis Alergi
▪ Hindari allergen
▪ Stabilizer sel mast → sodium kromoglikat 2% 1 tetes mata 4
kali per hari
▪ Anti histamin: loratadine, cetirizine 1x10 mg/hari
▪ Steroid topical → fluorometholone (0,1 % drops 1-2x per hari),
prednisone, dexametahasone, bethamethasone
Oftalmia Neonatorum (3B)
▪ Konjungtivitis purulent hiperakut pada bayi di
bawah usia 1 bulan, disebabkan penularan dijalan
lahir dari sekret vagina.
▪ Infeksi:
▪ Bakteri Staphylococcus (masa inkubasi > 5 hari)
▪ Klamidia (masa inkubasi 5-10 hari)
▪ N. Gonorrheae (masa inkubasi 2-5 hari) 🡪
Blenore ▪ Pencegahan :
▪ Herpes Simplex o Ibu hamil yang terinfeksi
perlu konsultasi ke dokter
→ pengobatan tambahan
▪ Gejala : sebelum melahirkan
o Adanya secret purulent, mucoid, dan o Pertimbangkan SC bila ibu
mukopurulen tergantung penyebabnya menderita infeksi vagina
o Konjungtiva hiperemia dan kemotik. Kelopak berat menjelang kelahiran
biasanya bengkak
o Kornea dapat terkena pada herpes simplex
Kelainan Degeneratif pada Mata
Pterygium (3A)
▪ Pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada konjungtiva
bersifat degeneratif dan invasif.
▪ Etiologi : iritasi kronis karena debu, cahaya matahari,
udara panas.
▪ Keluhan : asimptomatik, mata iritatif, merah, dapat
terjadi astigmatisme.
▪ Tes sonde (-) → ujung sonde tidak kelihatan →
pterigium. Derajat Pterigium
▪ Tatalaksana : 1. Pterygium belum mencapai limbus kornea.
derajat 1 dan 2 → konservatif 2. Melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm
melewati kornea
derajat 3 dan 4 → eksisi pterigium 3. Melebihi derajat dua tetapi tidak melebihi pupil mata
dalam keadaan cahaya.
4. Sudah melewati pupil sehingga menggangu penglihatan
Kelainan Degeneratif pada Mata
Pinguekula (2)
• Kondisi degenerative konjungtiva yang
ditandai dengan pembentukan patch atau
nodul kekuningan pada konjungtiva bulbar
dekat limbus.
• Etiologi : idiopatik, diduga merupakan proses
degenerasi kolagen konjungtiva.
• Gambaran klinis : patch atau nodul
kekuningan bilateral dan stasioner dengan
apex menjauh dari kornea, terbentuk di sisi
nasal terlebih dahulu baru kemudian sisi
temporal.
• Terapi : Konservatif, eksisi pinguekula
Dry Eye/ Mata Kering (4)
• Kondisi permukaan kornea dan konjungtiva kering akibat
berkurangnya fungsi air mata
• Keluhan mata gatal, berpasir, silau, penglihatan kabur, bisa
terjadi erosi kornea.
• Tatalaksana : artificial tear
1. Subjective Symptoms
2. Tear Functions
⮚ Schirmer Test → <10 mm (Dry Eye)
3. Vital Staining
⮚ Dengan Fluorescein → Minimal 2
bagian yang staining (Dry Eye)
SKLERA
Episkleritis (4)
▪ Peradangan rekuren jinak dari episklera termasuk kapsula Tenon tanpa keterlibatan
sklera di bawahnya
▪ Etiologi : Berhubungan dengan gout, rosacea, dan psoriasis

Gambaran Klinis Terapi


• Mata merah oleh karena vasodilatasi • Kortikosteroid topical → Fluorometholone
• Nyeri ringan saat penekanan bola mata (0,1 % drops 1 tetes 3-4x)
• Sensasi benda asing • Kompres dingin

• Vasokonstriktor topical seperti fenilefrin


2,5% → pembuluh darah akan mengecil →
fenil-efrin test (+)
• Diffuse episcleritis → peradangan tersebar
maksimal 1 hingga 2 kuadran (A)
• Nodular episcleritis → nodul kemerahan
terletak sekitar 2-3mm dari limbus (B)
Skleritis (3A)
• Peradangan kronik dari sklera
• Etiologi : sebagian besar kasus berhubungan dgn penyakit sistemik terutama rheumatoid
arthritis
• Gambaran Klinis
• Mata merah gradual, nyeri sedang berat hingga kepala dan wajah yang seringkali
membangunkan pasien di pagi hari, fotofobia, lakrimasi
• Pembuluh darah tidak mengecil meskipun diberi vasokonstriktor seperti fenilefrin 2,5%
Klasifikasi :
• Skleritis Anterior (98%)
• Non-necrotizing Scleritis (85%)
• Diffuse (A)
• Nodular (B)
• Necrotizing Scleritis (13%)
• With inflammation (D)
• Without inflammation (C)
Kornea
Kornea
1. Trauma kornea (abrasi, erosi) 3B
2. Luka bakar kimia dan termal 3B
3. Benda asing di kornea 3B
4. Perforasi/ruptur 3B
5. Keratitis (bakteri, virus, fungus, parasit) 3A
6. Ulkus kornea (bakteri, virus, fungus, parasit) 3B
7. Kerato-konjungtivitis sika 3A
8. Edema kornea 3A
9. Xeroftalmia 3A
10.Masalah kornea terkait lensa-kontak 3B
11. Keratokonus, keratoglobus 2
REFERENSI:
• IDI. 2017. Panduan Praktik Klinis
• Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran I
• Wipperman, J., & Dorsch, J. N. (2013).
Evaluation and management of corneal
abrasions. American family physician, 87(2),
114-120.
• Wallang, B. S., & Das, S. (2013). Keratoglobus.
Eye (London, England), 27(9), 1004–1012.
https://doi.org/10.1038/eye.2013.130
• Asimellis G, Kaufman EJ. Keratoconus. [Updated
2020 Dec 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK4704
35/
• Lang, G. K. (2000). Ophthalmology: A Short
Textbook. Thieme.
• Khurana, A. K., & Khurana, B. (2015).
Comprehensive Ophthalmology: With
Supplementary Book-Review of
Ophthalmology.
• Costagliola, C., Romano, V., Forbice, E., Angi, M.,
Pascotto, A., Boccia, T., & Semeraro, F. (2013).
Corneal oedema and its medical treatment.
Clinical and Experimental Optometry, 96(6),
529-535.
• Mediko.ID
Trauma Kornea (3B)

• Abrasi kornea merupakan defek pada permukaan epitel kornea


• Etiologi: abrasi kornea diakibatkan oleh trauma mekanis, namun dapat juga disebabkan akibat badan asing,
penggunaan lensa kontak, ataupun trauma kimia
• Gambaran Klinis: Pasien mengeluh nyeri pada mata, berair, sensitif terhadap cahaya, penurunan visus
• Pemeriksaan Penunjang: Pada tes pewarnaan fluorescein, abrasi tampak berwarna kuning pada cahaya ruangan
dan hijau kobalt pada cahaya biru

Tatalaksana:
• Tujuan dari tatalaksana adalah untuk mengurangi
nyeri (NSAID), mencegah superinfeksi bakteri
(antibiotik), dan mempercepat penyembuhan.

Kriteria Rujukan:
• Trauma kimia, ada bukti ulkus atau infiltrat, gagal
penyembuhan dalam 3-4 hari, tidak dapat
menghilangkan benda asing, penambahan ukuran
abrasi dalam 24 jam, penurunan visus, dan
perburukan gejala dalam 24 jam
Regimen
Tatalaksana
Abrasi Kornea
Benda Asing di Kornea (3B)
• Adanya benda asing (gram/serbuk besi, kaca, serangga kecil, dll) di kornea akibat trauma okuli.
• Gambaran Klinis
• Penderita mengeluh adanya benda asing yang masuk ke mata, nyeri, mata berair dan silau
• Visus menurun atau normal, adanya benda asing di kornea mata, tes fluoresin (+)

Tatalaksana:
• Berikan anestesi local / topical tetes mata
• Pengeluaran benda asing dengan : Memakai slit
lamp biomikroskop/loupe, ujung jarum suntik
steril no. 25 gauge, atau foreign body spud
• Sikloplegik tetes mata (short acting) untuk
mencegah spasme iris, iridosiklitis, traumatic iritis,
(bila perlu)
• Salep mata antibiotik diberikan 3 kali sehari
• Bebat mata selama 2 hari
• Evaluasi ulang / control 2 hari setelah pengambilan
benda asing
Trauma Kimia (3B)
• Trauma yang diakibatkan oleh zat kimia
• Etiologi : Trauma asam (sulfur, hydrofluoric, acetic, krom, HCl -> koagulasi protein kornea, cenderung superficial),
Trauma basa (KOH, MgOH, cairan pembersih rumah tangga -> terjadi saponifikasi) : anamnesis + kertas lakmus
• Gambaran Klinis
• Symptoms: mata merah, bengkak, iritasi; rasa sakit pada mata; penglihatan buram; sulit membuka mata
• Sign: hiperemia konjungtiva, defek epitel kornea dan konjungtiva, kornea dan lensa keruh

Tatalaksana:
• Segera lakukan irigasi mata yang
terkena dengan air mengalir atau
cairan isotonik sebanyak mungkin Trauma Basa
(selama 15-30 menit atau hingga
kertas lakmus tidak berubah warna ->
pH 7,3 - 7,7)
• Lakukan eversi pada kelopak mata
selama irigasi dan singkirkan debris Trauma Asam
• Setelah irigasi, nilai tajam penglihatan
dan rujuk segera ke dokter spesialis
mata di fasilitas sekunder/tersier
Keratitis (3A) dan Ulkus Kornea Bakterial (3B)
• Etiologi : Pseudomonas aeruginosa (60% kasus terkait lensa kontak), Staphylococcus aureus, Streptococcus spp.
• Faktor Risiko: penggunaan lensa kontak, trauma, penyakit permukaan mata (mata kering, trikiasis, entropion), faktor
lain (imunosupresi, DM, defisiensi vitamin A)
• Gambaran Klinis:: Mata merah, nyeri, fotofobia, penurunan tajam penglihatan, sekret purulen atau mukopurulen,
kelopak mata bengkak, ada gejala spesifik sesuai etiologi | Pemeriksaan penunjang: kerokan kornea, pewarnaan gram
• Terapi: Terapi empiris -> salep fluorokuinolon 0,3% + gentamisin 1,5%

Gejala Spesifik:
• Pseudomonas aeruginosa: lesi awal:
kelabu/kekuningan -> menyebar ke
segala arah -> dapat menyebabkan
perforasi kornea -> eksudat hijau
kebiruan
• Staphylococcus aureus: ulkus bersifat
superfisial
• Streptococcus pneumoniae: ulkus
berwarna kelabu, batas tegas,
menyebar ke arah sentral. Sering
ditemukan hipopion
Keratitis (3A) dan Ulkus Kornea Fungal (3B)
• Etiologi : Ragi (Candida spp. -> menunjukkan penurunan imun) atau Kapang (Fusarium sp. dan Aspergillus sp.).
• Gambaran Klinis::Gejala -> nyeri dengan onset perlahan, sensasi benda asing, fotofobia, penurunan tajam
penglihatan, serta sekret berair atau mukopurulen | Tanda: tepi lesi tidak tegas, infiltrat kering berwarna abu-abu dan
menonjol, ada lesi satelit
• Keratitis Candida -> infiltrat putih-kuning supuratif
• Keratitis kapang -> infiltrat progresif dengan lesi satelit, infiltrat berbentuk cincin dapat muncul
• Terapi: topikal -> Candida (amfoterisin B 0,15%, natamisin 5%, atau flukonazol 2%), kapang (natamycin 5%,
amfoterisin B 0,15% dan mikonazol 1%)

Gejala Spesifik Ulkus Fungal:


• Ulkus indolen dengan infiltrat kelabu dan batas ireguler,
memiliki lesi satelit (gambar A), ulserasi superfisial, dan
peradangan bola mata yang nyata
Keratitis (3A) dan Ulkus Kornea Viral (3B)
• Etiologi : Herpes simpleks, Varicella zoster
• Herpes Simpleks -> sangat nyeri dan diasosiasikan dengan fotofobia, lakrimasi, dan pembengkakan kelopak mata |
Dapat dalam 3 bentuk: keratitis epitel (punctate epithelial keratitis, dendritic ulcer, geographical ulcer), keratitis
disciform (presipitat wesley), ulkus neurotropik
• Herpes Zoster -> usia utamanya dekade 6 dan 7, pasien imunokompromis, tanda Hutchinson (lesi pada ujung sisi
dan dasar dari hidung). Manifestasi klinis -> prodormal (lelah, demam, malaise), lesi kulit
• Terapi: Herpes simpleks (keratitis epitel) -> salep asiklovir 6% diberikan 5x/hari | Varicella zoster: asiklovir oral 800
mg/hari selama 7-10 hari

Gejala Spesifik Ulkus Viral:


• Herpes simpleks: seringkali unilateral,
diawali iritasi, fotofobia, dan mata berair.
Ulkus membentuk lesi dendritik. Ulkus
geografik dapat terjadi apabila lesi
dendritik meluas, sensasi kornea
menurun
• Varicella zoster: lesi amorfik,
pseudodendrit linier, opasitas stroma,
dan infiltrat selular ringan
Keratitis (3A) dan Ulkus Kornea Parasit (3B)
• Etiologi : Acanthamoeba
• Faktor risiko: kontak langsung dengan air (biasa menggunakan kontak lensa), infeksi oportunistik
• Manifestasi klinis: gejala (penurunan tajam penglihatan dan nyeri), tanda (pada tahap awal biasanya permukaan
epitel ireguler dan kelabu, pembesaran perlahan dan bersatunya infiltrat membentuk abses, opasidifikasi perlahan
dan progresif serta vaskularisasi) | Pemeriksaan penunjang: periodic acid schiff atau calcofluor putih
• Terapi: Debridement epitel yang terinfeksi, amoebisida (polyhexamethylene biguanide [PHMB] 0,02% dan
klorheksidine diguclonate 0,02%) dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau ganda

Gejala Spesifik Ulkus


Acanthamoebal:
• Gejala awalnya adalah
nyeri di luar proporsi
dari temuan klinis, mata
merah dan fotofobia.
Ciri khasnya: ulkus
indolen, cincin stroma,
dan infiltrat perineural
Keratoconjunctivitis Sicca (3A)
• Keratopathy non-infeksius yang dikarakteristikkan dengan
berkurangnya kelembaban dari konjungtiva dan kornea
• Etiologi :
• Berkurangnya produksi air mata: diasosiasikan
dengan penyakit lain seperti Sjögren’s syndrome
dan rheumatoid arthritis. Atau dapat juga
terjadi akibat atrofi/destruksi kelenjar lakrimal
• Terganggunya komposisi tear-film -> defisiensi
vitamin A, medikasi (kontraseptif oral),
lingkungan (penggunaan air conditioner)
• Gambaran Klinis: Pasien mengeluhkan mata merah,
sensasi terbakar, dan dapat disertai nyeri | Pemeriksaan
penunjang: Schirmer test (Normal values of Schirmer-I
test are more than 15 mm. Values of 5-10 mm are
suggestive of moderate to mild keratoconjunctivitis sicca
(KCS) and less than 5 mm of severe KCS)
• Tatalaksana: Artificial tears
Edema Kornea (3A)
• Kandungan air normal pada kornea sebanyak 78%.
Adanya disturbansi dalam homeostasis ini menyebabkan
adanya edema
• Etiologi : Peningkatan tekanan intraokular, kerusakan
endotelial (post-operasi, trauma saat persalinan ->
persalinan dengan forcep, Fuchs distrofi, kerusakan
sekunder akibat inflamasi), dan kerusakan epitel
(trauma)
• Gambaran Klinis: Penurunan visus, kadang nyeri, rasa
tidak nyaman, fotofobia, transparansi kornea berubah
• Tatalaksana:
• Tatalaksana causa dari edema
• Dehydration of cornea:
■ agen hipertonis (5% sodium chloride
tetes / salep atau anhydrous glycerine)
■ udara panas dari hair-dryer dapat
bermanfaat
Xeroftalmia (3A)
• Etiologi : Defisiensi Vitamin A

• Terapi:
• Artificial tears setiap 3-4 jam
• Vitamin A
■ Pada pasien di atas umur 1 tahun (kecuali wanita usia produktif): 200.000 IU vitamin A per-oral atau
100.000 IU IM dan diulangi keesokan harinya + 4 minggu kemudian
■ Anak di bawah usia 1 tahun atau kurang dari 8 kg: setengah dosis dari pasien di atas umur 1 tahun
■ Wanita usia produktif (baik hamil maupun tidak): (a) pada grade XN, X1A, X1B diberikan 10.000 IU
vitamin A per-oral setiap hari selama 2 minggu. (b) Untuk corneal xerophtalmia, diberikan dosis
sesuai pasien di atas umur 1 tahun
Xeroftalmia (3A)
• Etiologi : Defisiensi Vitamin A

• Terapi:
• Artificial tears setiap 3-4 jam
• Vitamin A
■ Pada pasien di atas umur 1 tahun (kecuali wanita usia produktif): 200.000 IU vitamin A per-oral atau
100.000 IU IM dan diulangi keesokan harinya + 4 minggu kemudian
■ Anak di bawah usia 1 tahun atau kurang dari 8 kg: setengah dosis dari pasien di atas umur 1 tahun
■ Wanita usia produktif (baik hamil maupun tidak): (a) pada grade XN, X1A, X1B diberikan 10.000 IU
vitamin A per-oral setiap hari selama 2 minggu. (b) Untuk corneal xerophtalmia, diberikan dosis
sesuai pasien di atas umur 1 tahun
Keratokonus, Keratoglobus (2)
• Keratoconus adalah sebuah kondisi non-inflamasi yang progresif yang terjadi pada kornea. Penyakit ini
dimanifestasikan dengan bentuk kornea (bilateral) yang menyerupai kerucut (cone) yang mengakibatkan
penurunan visus
• Keratoglobus merupakan kondisi herediter yang dikarakteristikkan dengan penipisan dan protrusi hemisferis
kornea

Keratoglobus
Bilik Mata Depan
Hifema (3A)
DEFINISI : Adanya darah yang mengumpul pada bilik
mata anterior

ETIOLOGI: Adanya darah pada bilik mata depan bisa


diakibatkan oleh trauma yang terjadi pada mata yang
mampu merobek vaskular iris dan badan silier

ANAMNSESIS :
● Penurunan pengelihatan
● Ada riwayat trauma pada mata
● Nyeri , photopobia, lakrimasi
GRADE HIFEMA
PEMERIKSAAN FISIK:

Segmen anterior:
Tampak darah mengumpul dibagian bawah bilik mata anterior

TERAPI:

● hifema tampa komplikasi lain diterapi konsevatif dengan


berbaring posisi semi fowlar kepala elevasi 45 derajat dan
observasi kemungkinan rebleeding dalam 4 hari pertama
setelah onset
● topikal : steroid, cycloplegik, beta blocker
● per oral : tranexamic acid atau aminocaproic acid untuk
menghindari rebleeding
● operasi dengan aspirasi darah di anterior camber dilakukan
bila tio tidak terkendali 50 mmhg > 5 hari atau >25 mmhg
dalam 24 jam pada pasien sicle hemoglobinopathy, atau
pasien anak yang axis visual tertutup darah
Hipopion (3A)
DEFINISI : Kumpulan sel darah putih dan peningkatan
protein (flare) pada humor aqueous. Mengendap
dibagian inferior membentuk lapisan di bilik mata depan

ANAMNSESIS :
● Sakit, iritasi, gatal
● Fotofobia
● Penurunan visus dan lapang pandang
● Kelopak mata bengkak dan kemosis
PEMERIKSAAN FISIK:

Segemen anterior: Tampak lapisan berwarna putih pada bagian inferior bilik mata depan

TERAPI:

● Kortikosteroid topikal : dexsamethason, prednisolon


● Siklopegik: untuk menurunkan nyeri dengan memobilisasi iris → Atropin, homatropin,
scopolamin, cyclopentolate
● Paracentesis
Iris, Pupil, dan Badan Siliar
Iridodialisis (2)
DEFINISI:

Robekan dipangkal iris yang mengakibatkan bentuk pupil menjadi


berubah

ETIOLOGI:

Iridodialisis biasanya disebabkan karena trauma tumpul pada


mata, tetapi juga bisa disebabkan karena trauma tembus mata,
karena komplikasi dari bedah intraokuler dan terkadang sengaja
dilakukan dari tindakan ekstraksi katarak intracapsular

MANIFESTASI KLINIS:

-Minimal dengan iridodialisis kecil

-Bila terdapat iridodialisis yang cukup besar, pasien mengeluh


pengilahtan double, monocular diplopia, fotofobia
PEMERIKSAAN FISIK:

- Biasanya diikuti dengan hifema dan bentuk pupil irreguler

- Bisa kena satu atau multiple

- Bila trabekula dan sinekia anterior juga terkena bisa sebabkan TIO meningkat
Uveitis Anterior (2)
DEFINISI: proses peradangan intraokular yang kompleks dan melibatkan jaringan uvea, yaitu iris,
korpus silier, dan koroid.

MANIFESTASI KLINIS:

● Injeksi silier

● Keratic presipitat (KP)


● Sel dan flare

● Iris nodule

Uveitis Akut Uveitis Kronis

Definisi sudden, symptomatic onset, 3 mo > 3 mo, insidous / asymptomatic

Klinis fotofobia, nyeri, merah, visus turun, asimtomatis, floater


lakrimasi
Iridosiklitis, iritis (3A)
Anterior uveitis: iritis, iridosiklitis

1. Iritis: peradangan yang terutama melibatkan iris.

2. Iridosiklitis: peradangan yang terutama melibatkan iris dan pars plicata dari korpus silier.
TERAPI:

● Midriatikum / sikloplegik : sulfas atropin 1 % 3x sehari


Pencegahan terjadinya sinekia posterior dan menghilangkan efek fotofobia
sekunder yang diakibatkan oleh spasme dari otot siliaris

● Anti-inflamasi:
- Steroid topikal : dexamethaxon 0,1% (tetes) 1-2 tetes tiap 2 jam pada
pemakaian awal. Dexamethason salep 0,1% (salep) 1 kali pada malam hari
- Injeksi periokular
- Injeksi intravitreal
- Steroid Sistemik

● Agen imunosupresif antimetabolit, T-cell inhibitor


Kelainan kongenital iris (2)
Koloboma kondisi medis yang ditandai dengan lubang
akibat cacat pada struktur bola mata,seperti
retina, iris, dan pada beberapa kasus yang
sangat jarang, kelopak mata atau diskus
optikus

Aniridia Kondisi tidak adanya iris baik seluruhnya


maupun sebagian
Anisokoria (2)
DEFINISI: keadaan tidak samanya diameter kedua
pupil
Lensa
Leukokoria (2)
DEFINISI :
Temuan klinis berupa reflex putih pada pupil saat pemeriksaan oftalmoskop
Katarak Senilis (3A)
DEFINISI : Setiap keadan kekeruhan pada lensa
yang menyebabkan penurunan tajam
pengelihatan

Katarak cair < 1 tahun Kongenital


Katarak lembek 1-40 tahun Juvenilis
Katarak keras > 40 tahun Senilis
MANIFESTASI KLINIS :

1. Penurunan tajam penglihatan perlahan;


2. Penurunan sensitivitas kontras: pasien mengeluhkan
sulitnya melihat benda di luar ruangan pada cahaya
terang.
3. Pergeseran ke arah miopia. Normalnya. pasien usia lanjut
akan mengeluhkan perubahan hiperopia, akan tetapi
pasien katarak mengalami perubahan miopia karena
perubahan indeks refraksi lensa.
4. Diplopia monokular. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan indeks refraksi antara satu bagian lensa yang
mengalami kekeruhan dengan bagian lensa lainnya.
5. Sensasi silau (glare). Opasitas lensa mengakibatkan rasa
silau karena cahaya dibiaskan akibat perubahan indeks
refraksi lensa.
TIPE KATARAK (BERDASARKAN LOKASI)
STADIUM (BERDASARKAN MATURASI KORTEK)

Insipien Tajam penglihatan bisa normal


Kekeruhan dimulai sbg garis
Kekeruhan di pinggir lensa
Gambaran Jeruji
Pedati
Daerah sentral lensa masih jernih
Bisa stasioner

Imature Tajam penglihatan 5/60 s/d 1/60


Fundus reflek (+)
Kekeruhan belum merata
Iris Shadow Test (+)
Indikasi operasi (+)
STADIUM (BERDASARKAN MATURASI KORTEK)

Mature Tajam penglihatan 1/60 s/d LP (+)


Kekeruhan telah rata
Fundus reflek (-)
Iris Shadow Test (-)
Indikasi operasi

Hipermat Degenerasi korteks lensa & kapsul


ure
Shrunken Katarak : lensa
mengkerut dan menipis oleh karena
kehilangan cairan
Morgagnian Katarak : Korteks
melunak & mencair nukleus tenggelam
INDIKASI BEDAH KATARAK :

1. Visus
2. Mencegah komplikasi
3. Pengobatan dan pemeriksaan
4. Kosmetik

TEKNIK OPRASI KATARAK :

5. Fakoemulsifikasi
6. Intra capsular cataract extraction (ICCE)
7. Extracapsular cataract extraction (ECCE)
8. Small incision cataract surgery (SICS)
Katarak Kongenital (2)

DEFINISI :
Katarak yang mulai sebelum atau segera lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun

Gangguan perkembangan embriologi lensa

Bilateral

Virus Rubella pada trimester I → tunda operasi sampai usia 2 th.

Kekeruhan bilateral → Segera operasi pada 1 mata. Mata yang lain dapat ditunggu sampai 2 th.
Afakia (3A)
DEFINISI : Mata tanpa lensa

● Visus 1/60 ( pre op. emetrop)


● Hipermetrop (+ 10 D )
● Akomodasi (-) baca dekat + 3.00 D
● Iris tremulan : iridodenesis
● COA dalam
● Pupil lebih hitam
TATALAKSANA :

1. Kacamata
● Murah, aman
● Tebal & berat (ukuran +10.00 D)
● Tampak besar dan ganjil
● Tidak bisa untuk satu mata
● Untuk melihat harus lurus ke pusat lensa ( lapang pandangan menyempit )
● Pembesaran bayangan + 25 %

1. Secondary implant
● Anterior chamber IOL → AC harus dalam
● Skleral fiksasi benang yang menggantungkan IOL difiksasikan di sklera
Dislokasi Lensa (3A)
DEFINISI :
Zonula zinn putus
● Sebagian → subluksasi
● Seluruh → luksasi → ke depan pupil → COA, ke belakang → vitreus

ETIOLOGI :

● Trauma

● Kongenital ( sindroma Marfan )


TATALAKSANA :

● Subluksasi : Koreksi terbaik bila memungkinkan sehingga diplopia (-)

● Luksasi : Ke COA → glaukoma sekunder → ekstraksi katarak


: Ke vitreous → konservatif
Vitreus

1. Perdarahan viterus 2
2. Endoftalmitis 3B
Definisi
Perdarahan vitreous digambarkan sebagai darah
dalam rongga vitreous. Itu bisa terjadi karena
berbagai penyebab.

Etiologi
● Trauma
● ICH


Gangguan Darah
Tumor Perdarahan Vitreus
● Etc.

-Kompetensi 2-

Jena S, Tripathy K. Vitreous Hemorrhage. [Updated 2021 Feb 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559131
Anamnesi Gambaran Klinis
s●

Berkabut
Kabur


Bisa ada penurunan Vusus
Pada pemeriksaan slit-lamp,
● Persepsi bayangan segmen anterior dapat
● jaring laba-laba
menunjukkan neovaskularisasi iris
● presipitat keratik, flare, sel
mungkin menunjukkan etiologi
inflamasi
● Sel darah merah dapat terlihat di
wajah vitreous anterior.

Jena S, Tripathy K. Vitreous Hemorrhage. [Updated 2021 Feb 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559131
Definisi
Peradangan supuratif intraokular yang melibatkan
segmen anterior dan posterior mata. Sering
dihubungkan dengan infeksi bakteri atau jamur.

Etiologi
Staphylococcus aureus koagulase negatif. Streptococcus
sp Porpionibacterium acnes, Staphylococcus koagulase
negatif, dan jamur, Streptococcus sp., Staphylococcus Endoftalmitis
aureus. dan Bacillus sp.

-Kompetensi 3B-

Ilyas,Sidarta.Yulianti,Sri Rahayu.2015.Ilmu Penyakit Mata.Jakarta:Badan Penerbit FK UI


Anamnesi
Gambaran Klinis
s●● Mata Merah & Gatal
Penglihatan menurun mendadak ● Sakit yang sangat
● Nyeri ● Kelopak bengkak dan sukar dibuka
● Lakrimasi berlebih ● Konjungtiva merah
● Kornea keruh
● Bilik mata depan keruh kadang
Terapi ●
disertai hipopion
Reflek pupil berwarna keputihan
● Ampisilin 2 g/hari ● Penglihatan menurun mendadak
● Kloramfenikol 3 g/hari ● Lakrimasi berlebih
● Siklopegik 3 kali tetes/hari
● etc.

Ilyas,Sidarta.Yulianti,Sri Rahayu.2015.Ilmu Penyakit Mata.Jakarta:Badan Penerbit FK UI


Retina dan Koroid

1. Perdarahan retina 2
2. Oklusi pembuluh darah retina 2
3. Retinopati diabetik 2
4. Retinopati hipertensi 2
5. Age-related macular degeneration 2
6. Ablasio retina 2
7. Uveitis posterior 2
8. Retinitis pigmentosa 2
9. Retinoblastoma 2
Definisi
Perdarahan retina adalah tanda diagnostik oftalmik
yang penting untuk kelainan vaskular sistemik yang
mendasari. Mulai dari titik terkecil dan perdarahan
bercak hingga perdarahan sub-hyaloid masif.

Etiologi
● penyakit vaskular
● gangguan hematologi, dan diskrasia
● Infeksi
● trauma Perdarahan Retina
● etc.

-Kompetensi 2-

Kanukollu VM, Ahmad SS. Retinal Hemorrhage. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560777/
Anamnesi Manifestasi dari
sRiwayat mendetail tentang kondisi sosial,
penggunaan obat, penyalahgunaan atau


Diabetes dan sindrom metabolik
Keadaan hiperkoagulasi
trauma, manuver Valsava baru-baru ini ● Lupus eritematosus sistemik (SLE)
atau cedera kompresi dada, kilatan atau ● Sindrom Masquerade
floater dengan penglihatan yang meredup ● Spondyloarthropathy
sementara, semuanya penting untuk
mendiagnosis.

Kanukollu VM, Ahmad SS. Retinal Hemorrhage. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560777/
Definisi
Central retinal artery occlusion (CRAO) adalah
penyumbatan mendadak dari arteri retinal sentral,
mengakibatkan hipoperfusi retina, kerusakan sel
progresif cepat, dan kehilangan penglihatan.

Etiologi
● Embolism
● Trombosis C.R.A.O
-Kompetensi 2-

Farris W, Waymack JR. Central Retinal Artery Occlusion. [Updated 2021 Feb 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470354/
Gambaran Klinis Pmx
Anamnesis :
● kehilangan penglihatan monokuler
Penunjang
● Point-of-care glucose
● CBC
● CT Scan
yang tiba-tiba ● intravenous fluorescein angiography
● tidak nyeri ● electroretinography
● amaurosis fugax
● riwayat penyakit aterosklerotik

Funduscopy :
retina akan tampak pucat difus dengan
bintik pusat berwarna merah ceri.

Farris W, Waymack JR. Central Retinal Artery Occlusion. [Updated 2021 Feb 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470354/
BRAO CRVO BRVO

Farris W, Waymack JR. Central Retinal Artery Occlusion. [Updated 2021 Feb 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470354/
Definisi
Retinopati diabetik (DR) adalah gangguan
mikrovaskuler yang terjadi karena efek jangka
panjang dari diabetes, menyebabkan kerusakan retina
yang mengancam penglihatan, yang akhirnya
menyebabkan kebutaan.

Etiologi
● DM yang lama Retinopati
● Usia tua
Diabetikum
-Kompetensi 2-

Shukla UV, Tripathy K. Diabetic Retinopathy. [Updated 2021 Feb 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560805/
Gambaran Klinis Macam
Anamnesis :
● PDR
● Penurunan penglihatan ● NPDR
● duration of diabetes
● type of diabetes mellitus
● past glycemic control
● Medication
● associated systemic disorders

Funduscopy :
● Microaneurysm
● Hemorrhage
● Exudate
● Cotton Wool Spot
● Perubahan Vaskular

Shukla UV, Tripathy K. Diabetic Retinopathy. [Updated 2021 Feb 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560805/
Shukla UV, Tripathy K. Diabetic Retinopathy. [Updated 2021 Feb 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560805/
Definisi
Retinopati hipertensi (HR) terjadi ketika pembuluh
retinal rusak karena tekanan darah tinggi.

Etiologi
● Riwayat Hipertensi Retinopati
Hipertensi
-Kompetensi 2-

Modi P, Arsiwalla T. Hypertensive Retinopathy. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525980/
Gambaran Klinis Macam
Anamnesis : ● K W - 1 Perubahan minimal P.D.
● Penurunan penglihatan arteriole berupa sklerosis &
penyempitan ringan (arteri : vena à
● Riwayat Hipertensi 1:3)
● KW - 2 KW 1 + Kontriksi setempat,
Funduscopy : sclerosis, crossing
● Angiophaty ● KW - 3 KW 2+ Eksudat lunak (Cotton
Wool spots) & perdarahan
● Angiospasm
retina (flame-shaped)
● Microaneurysm ● KW - 4 KW - 3 + Neuroretinal Edema,
● Hemorrhage Papil edema
● Exudate
● Cotton Wool Spot

Modi P, Arsiwalla T. Hypertensive Retinopathy. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525980/
Modi P, Arsiwalla T. Hypertensive Retinopathy. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525980/
Definisi
Degenerasi makula terkait usia (ARMD) adalah
penyebab kebutaan yang paling umum terjadi di
negara maju, terutama pada orang yang berusia lebih
dari 60 tahun. Perubahan degeneratif makula
melibatkan bagian tengah retina yaitu fovea.
Penglihatan sentral terpengaruh, mengakibatkan
kesulitan dalam membaca, mengemudi, dll.

Etiologi
A.R.M.D.
● Sosiodemographic
● Genetic -Kompetensi 2-
● Lifestyle

Ruia S, Kaufman EJ. Macular Degeneration. [Updated 2020 Dec 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560778/
Gambaran Klinis Macam
Anamnesis : ● Non-Neovaskular AMD
● Gangguan Penglihatan sentral ● Neovaskular AMD
● Cek Pakai Amslergrid

Funduscopy :
(Tergantung Macamnya)
Khasnya :
- Drusen → Non-neovaskular
- Wet-Drusen → Neovaskular

Ruia S, Kaufman EJ. Macular Degeneration. [Updated 2020 Dec 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560778/
Ruia S, Kaufman EJ. Macular Degeneration. [Updated 2020 Dec 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560778/
Definisi
Ablasi retina adalah ketika retina neurosensori
kehilangan Perlekatan terhadap epitel pigmen retina
yang mendasarinya.

Etiologi
● Usia
● Trauma
● Miopia Tinggi Ablasio Retina
● Tumor
● Etc
-Kompetensi 2-

Blair K, Czyz CN. Retinal Detachment. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551502/
Gambaran Klinis Macam
Anamnesis : ● Non-Neovaskular AMD
● Metamorfopsia à makropsia/mikropsia ● Neovaskular AMD
● Fotopsia: melihat kilatan cahaya
● Melihat ada sesuatu yang bergerak di
mata
● Melihat tirai yang bergerak ke suatu
arah
● Bila terjadi di makula : visus sentral nol
● Ablasio retina total tidak ada persepsi
cahaya

Funduscopy :
● Retina bergelombang, warna abu-abu
seperti awan
● Pembuluh darah lebih gelap, lebih
berkelok-kelok,

Blair K, Czyz CN. Retinal Detachment. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551502/
Blair K, Czyz CN. Retinal Detachment. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551502/
Definisi
uveitis posterior adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan proses inflamasi pada bagian mata
yang dikenal sebagai uvea posterior (koroid dan
retina)

Etiologi
● Infeksi
● Multiple sklerosis Uveitis Posterior
● Lupus
● Leukemia
● Etc. -Kompetensi 2-

Duplechain A, Conrady CD, Patel BC, et al. Uveitis. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK540993/
Gambaran Klinis
Anamnesis :
● Penglihatan turun mendadak

Funduscopy :
● Koroid terlihat memerah
● Terlihat bercak peradangan
● Kadang disertai eksudat

Duplechain A, Conrady CD, Patel BC, et al. Uveitis. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK540993/
Definisi
Istilah Retinitis Pigmentosa mencakup sekelompok
retinopati herediter yang mengakibatkan hilangnya
penglihatan progresif.

Etiologi Retinitis
Mutasi genetik yang bertanggung jawab untuk retinitis Pigmentosa
pigmentosa menghasilkan disfungsi biokimia yang secara
khusus mempengaruhi fotoreseptor batang di retina. -Kompetensi 2-

O'Neal TB, Luther EE. Retinitis Pigmentosa. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519518/
Gambaran Klinis
Anamnesis :
● Penglihatan Menurun perlahan
khususnya malam hari
● Biasanya disertai buta warna

Funduscopy :
● Terlihat ada bercak hitam pada
daerah retina

O'Neal TB, Luther EE. Retinitis Pigmentosa. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519518/
Definisi
Retinoblastoma adalah keganasan intraokular primer
yang paling umum pada masa kanak-kanak.
Penatalaksanaan pasien paling baik dilakukan dengan
berkonsultasi dengan dokter mata berpengalaman
yang dapat memberikan dukungan yang sesuai.

Etiologi
Retinoblastoma
● Diwariskan
● Tidak Diwariskan -Kompetensi 2-

Ishaq H, Patel BC. Retinoblastoma. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545276/
Gambaran Klinis Pemeriksaan
● Strabismus ● Cat’s Eye Sign
● ● MRI
Nyeri mata dan merah
● CT Scan
● Gangguan otot bolamata ● Etc
● Gangguan visus
● Manifestasi metastasis
● Inflamasi

Ishaq H, Patel BC. Retinoblastoma. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545276/
Papil Saraf Optik

1. Papiledem (2)
2. Neuritis Optik (2)
3. Neuropatik Optik (2)
4. Atrofi Papil Optik (2)
5. Glaukoma Akut (3B)
6. Glaukoma Lain (3A)
Papil Edema
Definisi

Papilledema adalah entitas penyakit yang mengacu pada


pembengkakan cakram optik akibat peningkatan
tekanan intrakranial.

Gambaran Klinis
Terapi
● Visual field loss and transient dim-outs
● Horizontal binocular diplopia
● Pulsatile tinnitus.
● Headache
● Nausea and vomiting
PAPIL EDEMA (2) PAPIL ATROFI (2)
DEFINISI Kongesti diskus optikus o/k Respon non spesifik terhadap
peningkatan TIK kerusakan nervus optikus
ETIOLOGI Tumor cerebri, Cerebral Hemorrhage, Glaukomatosa, non-glaukomatosa
Trauma, Meningitis, Hydrocephalus (trauma, neuritis optik, papiledema,
dll)
DIAGNOSIS Anamnesis : Anamnesis :
- Gx : mual, muntah, nyeri kepala, - KU : penglihatan kabur tiba-
penurunan penglihatan tiba atau perlahan
- RPD : Riwayat DM

PMX Fisik :
- Visus : menurun
- PMX Lapang Pandang :
menyempit
PAPIL EDEMA (2) PAPIL ATROFI (2)

PMX Fisik : - PMX Reflex Cahaya Langsung :


- PMX Segmen Posterior → menurun / hilang
Funduskopi - PMX Segmen Posterior →
Tepi papil tidak jelas Funduskopi
Papil terlihat pucat
a.Papil Atrofi Primer : Pucat, batas
jelas → tidak didahului dengan
papil edema
b.Papil Atrofi Sekunder : Pucat,
batas tidak jelas → didahului papil-
edema
NEURITIS OPTIK (2) NEUROPATI OPTIK (2)
DEFINISI Peradangan pada saraf optik Gg. saraf optikus yang menyebabkan
penurunan penglihatan
ETIOLOGI Idiopatik, demyelinisasi → penyakit
Trauma, iskemik, glaukomatosa,SLE,
autoimun (SLE), penyakit infeksi obat-obatan
(sifilis, TB), peradangan (sinusitis),
respon imun pasca vaksin (vaksin
cacar, rubella)
DIAGNOSIS Gx : Gx :
- Penurunan penglihatan sub akut - Penglihatan menurun
(setelah 2-7 hari)
- Nyeri ringan pada belakang bola PMX Fisik :
mata → diperburuk dengan - Visus : menurun
gerakan mata
- Fotofobia
- Gg. lapang pandang (skotoma +)
NEURITIS OPTIK (2) NEUROPATI OPTIK (2)
PMX Fisik : - PMX Segmen Posterior :
- Visus : menurun - Bercak perdarahan (+)
- PMX Segmen Posterior - Atrofi papil N.II (+)
- Papiledema (+) - Papiledema (+)
- Papilitis (+)
GLAUKOMA
Primer :
- Glaukoma sudut terbuka TIO >>
- Glaukoma sudut tertutup
akut dan kronis
TRIAS
Sekunder : Perubahan GLAUKOMA
- Katarak Defek lapang
patologis diskus
- Dislok lensa pandang
optikus : atrofi
- Hifema papil N.II
- Uveitis, dll
GLAUKOMA AKUT (3B) GLAUKOMA LAINNYA (3A)
DEFINISI Glaukoma yang diakibatkan oleh Kerusakan saraf optik dan
peningkatan TIO secara mendadak penurunan lapang pandang
diakibatkan oleh peningkatan TIO
secara progresif
DIAGNOSIS Anamnesis : Anamnesis :
- Gx : Mata merah, rasa sakit atau - Gx : Asimptomatik (pada
nyeri yang menjalar ke kepala, awalnya), mata cekot-cekot,
mual dan muntah (ketika TIO ketika berjalan sering
>>>) menabrak-nabrak (lapang
PMX Fisik : pandang << atau tunnel vision),
- Reflek pupil : (-), mid-midriasis bilateral, kadang pusing
(pada cahaya redup) - RPD : Rx penyakit mata, trauma,
GLAUKOMA AKUT (3B) GLAUKOMA LAINNYA (3A)
- PMX Segmen Anterior : pemakaian obat kortikosteroid,
- Kornea → Edema DM, HT, migrain
- COA → dangkal - RPK : Rx glaukoma
- Konjungtiva bulbi → hiperemi PMX Fisik
- PMX Segmen Posterior : - Visus : normal / menurun
- PMX Lapang pandang :
- TIO >> menyempit
- PMX Segmen Posterior :
- TIO >>
- CD rasio papil N.II : >0,3 →
melebar
GLAUKOMA AKUT (3B) GLAUKOMA LAINNYA (3A)
TERAPI Non Medikomentosa : pembatasan Medikamentosa :
cairan → TIO tidak semakin >>>> - Timolol 0,5% 2x1 tetes/hari
Medikamentosa : - Rujuk ke Sp.M
- Asetazolamid HCl 500 mg,
maintenance 4x250 mg/hari
- KCl 3x0,5 gr/hari
- Timolol 0,5% 2x1 tetes/hari
- Eyedrops kortikosteroid +
antibiotik 4-6 x 1 tetes/hari
- Terapi simptomatik
- Rujuk ke Sp.M (kriteria : setelah
penanganan awal)
GLAUKOMA AKUT (3B) GLAUKOMA LAINNYA (3A)
KIE Menjelaskan kepada pasien dan - Mengedukasi bahwa kepatuhan
keluarga bahwa glaukoma merupakan minum obat sangat penting
salah satu kedaruratan mata → TIO untuk keberhasilan pengobatan
harus segera <<
- Mengedukasi untuk rutin periksa
mata (bila keluarga ada rx
glaukoma)
Orbita
1. Trauma Tumpul & Tajam (3B)
2. Selulitis (2)
3. Tiroid Oftalmopati (3A)
TRAUMA TUMPUL DAN TAJAM (3B)
Definisi : Laserasi kelopak merupakan - Riwayat trauma : tersayat benda tajam,
terpotongnya jaringan pada KLL, olahraga
kelompak mata
Etiologi : Trauma tajam (sayatan benda PMX Fisik :
tajam), Trauma tumpul (KLL, - Visus : normal / menurun
olahraga)
- PMX Segmen Anterior :
Diagnosis : - Inspeksi : edema, hiperemis
Anamnesis : - PMX mata dengan lup dan senter untuk
mengidentifikasi :
- Gx : nyeri periorbita, perdarahan dan
- Luas dan dalam laserasi pada kelopak
bengkak pada kelopak, mata berair,
penurunan tajam penglihatan (-) - (+) / (-) benda asing
(apabila tidak mengenai bola mata) - (+) / (-) keterlibatan bola mata
Tatalaksana :
- Bersihkan luka → apabila bola mata intak
- Pertimbangkan pemberian profilaksis tetanus
- Antibiotik sistemik
- Segera rujuk ke Sp.M

KIE :
- Mengedukasi pasien bahwa luka perlu
tindakan pembedahan (menutup luka)
- Mengedukasi pasien untuk menggunakan
kacamata pelindung saat bekerja / beraktivitas
- Menjelaskan kepada pasien untuk kembali
kontrol apabila keluhan memberat : mata
merah >>>, bengkak >>>, visus <<,
SELULITIS (2)
Pada anak-anak >>

Definisi : Infeksi jar. lunak di bagian posterior septum orbital

Etiologi : Trauma, infeksi sinus paranasal o/k Haemophilus influenzae,

Streptococcus pneumoniae, Streptococcus lainnya, dan Staphylococcus.

Diagnosis :

Anamnesis
- Gx : Demam, nyeri, penurunan visus, proptosis, kemosis, keterbatasan gerakan bola mata

PMX Penunjang
- DL : Leukositosis
- CT SCAN : lokasi abses orbita
TIROID OFTALMOPATI (3A)
Definisi : Gangguan autoimun ditandai peningkatan produksi hormon tiroid berlebihan

Etiologi : Hipertiroidism, gg. Autoimun (ex : Penyakit Hashimoto, MG)

Diagnosis :

Anamnesis
- Gx : rasa tidak nyaman di permukaan mata, proptosis, lagoftalmus, ptosis (pada MG), diplopia,
keluhan sistemik mengarah pada hipertirodism (ex : mudah lelah, lapar dan haus, berkeringat, porsi
makan lebih banyak, adanya benjolan pada leher)

PMX Fisik
- Leher : Perbesaran kel. Tiroid
- Inspeksi : lagoftalmus, ptosis, proptosis
- PMX Segmen Posterior : TIO >> (pada kasus berat)
- TSH dan FT4 : hipertirodism
Tatalaksana : KIE :
Stadium awal + kelainan retraksi kelopak mata - Mengedukasi pasien untuk tetap kontrol
- Artificial tears penyakit tiroid sebagai langkah utama
- Kelopak diplester waktu tidur - Mengedukasi pasien untuk menghentikan
merokok (apabila perokok)
Retraksi kelopak mata + mata merah + lakrimasi +
- Mengedukasi pasien dengan proptosis
fotofobia
harus terproteksi dengan kacamata /
- Kompres dingin waktu pagi dan tidur artificial tears
- Artificial tears
- Kacamata hitam

Keluhan memberat : mata sukar menutup, gg.


Visus, pergerakan bola mata terhambat
- Prednison 40-80 mg/hari selama 2-4 mgg*
- Methyl prednisolone 16-24 mg pd
retrobulber
Kedudukan Bola Mata dan Ekstraokular

1. Strabismus (2)
2. Paralisis N III, N IV, N VI (2)
3. Miastenia Gravis (2)
STRABISMUS (2) Diagnosis :
Anamnesis :
RPS
Definisi: Kondisi “ocular
- Mata lelah
misalignment” akibat kelainan
- Penglihatan menurun pada satu
penglihatan binokular / anomali
mata
kendali neuromuskular atas gerakan
- Diplopia
otot-otot bola mata
- Sering menutup sebelah mata
- Gangguan kosmetik
Etiologi : primer (idiopatik, kongenital),
sekunder (trauma, kelumpuhan saraf
RPK
kranial)
- Riwayat strabismus (+) (sering
ditemukan)
PMX Fisik :
- Cover Uncover Test →
Strabismus manifes
- Alternate Cover test →
Strabismus laten
PARALISIS N. III, IV, VI (2)
Definisi : Paralisis otot-otot ekstraokuler akibat parese N. III, IV, VI menyebabkan kegagalan gerakan
salah satu atau kedua mata untuk berotasi secara berkesinambungan

Etiologi : Kelainan mekanik otot dan trauma, strabismus, tumor benign

Diagnosis :

Anamnesis
- Gx : diplopia

PMX Fisik
- Visus dan gerakan bola mata
- Uji Hirschberg
- Cover uncover test dan alternate cover test
MYASTHENIA GRAVIS (2)
Definisi : Penyakit autoimun disertai gejala
kelemahan otot dimana antibodi
menurunkan sejumlah reseptor asetilkolin
post sinap pada neuromuscular junction.

Etiologi : Genetik, faktor pencetus → infeksi, obat-


obatan

Diagnosis :
- Gx : kelemahan otot ekstraokuler (diplopia,
ptosis), kelemahan otot bulbar (dysphagia,
hoarseness, dysarthria), kelemahan otot leher,
lengan, myasthenic crisis
Persepsi Visual
Diplopia Monokular 2

Diplopia monokular disebabkan kelainan refraksi (astigmatisme, katarak) → terlihat


saat hanya satu mata yang dibuka

Membaik dengan pinhole

Anamnesis
- Penglihatan kabur dan double

Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan visus Tatalaksana
- Gerak bola mata 1. Konsul Sp.M
- Hirschberg test
Diplopia binokular 3A
Definisi → Penglihatan ganda terjadi apabila melihat dengan
Tatalaksana :
kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup
1. Kacamata
Etiologi →
2. Konsul Sp.M
- Juling
- Strabismus

Anamnesis :

- Penghlihatan double saat melihat benda

Pemeriksaan fisik

- Pemeriksaan visus
- Hirschberg test
- Gerak bola mata
Skotoma 2
Skotoma adalah daerah buta dalam lapangan pandang.

Gejala klinis →
● Penglihatan kabur
● Kesulitan membaca serta mengenali wajah
● Persepsi kontras biasanyat terganggu

Pemeriksaan fisik →
- Pemeriksaan visus
- Amsler grid
- Sensitivitas kontras
Gangguan Lapang Pandang ( Hemianopia) 2

Anda mungkin juga menyukai