Anda di halaman 1dari 33

PEMERIKSAAN

FISIK NEUROLOGIS
SISTEM MOTORIK
Silmi Kaaff ah

Memeriksa sistem motorik harus dimahiri.


Sebagian besar manifestasi objektif kelainan
saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak
otak.
SINDROM
SINDROM LOWER
LOWER MOTOR
MOTOR
NEURON
NEURON
Gejala:
Gejala:
Lumpuh,
Lumpuh, atoni,
atoni, atrofi
atrofi dan
dan
arefleksi.
arefleksi.
Lokasi:
Lokasi:
-- Neuron
Neuron motorik
motorik
-- Neuroaksis
Neuroaksis neuron
neuron motorik
motorik
(saraf
(saraf spinal,
spinal, pleksus,
pleksus, saraf
saraf
perifer)
perifer)
-- Alat
Alat penghubung
penghubung neuroaksis
neuroaksis
-- Otot
Otot (myoneural
(myoneural junction)
junction)

SINDROM
SINDROM UPPER
UPPER MOTOR
MOTOR
NEURON
NEURON
Gejala:
Gejala:
Lumpuh,
Lumpuh, hipertoni,
hipertoni, hiper
hiper
refleksi,
refleksi, klonus
klonus dan
dan refleks
refleks
patologis.
patologis.
Lokasi:
Lokasi:
-- Sistem
Sistem piramidal
piramidal

Inspeksi
Palpasi
PEMERIKSAAN

Pemeriksaan
gerakan pasif
Pemeriksaan
gerakan aktif
Koordinasi
gerak

INSPEKSI
1. Sikap
- berdiri, duduk, berbaring, bergerak dan berjalan
- Sikap penderita parkinson, sikap pasien
hemiparese
berjalan, pasien dengan gangguan
serebelum, dsb.
2. Bentuk
(perhatikan adanya deformitas)
3. Ukuran
Perhatikan besar (isi) kontur (bentuk) otot.
Atrofi? Hipertrofi?
4. Gerak abnormal yang tidak dapat
dikendalikan

Tremor
adalah serentetan gerakan involunter, agak ritmis,
merupakan getaran yang timbul karena
berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara
bergantian.
a. Tremor Normal/Fisiologis didapatkan bila anggota
gerak ditempatkan pada posisi yang sulit, atau bila
kita melakukan gerakan volunter dengan sangat
lambat.
b. Tremor halus (tremor toksik) terutama terjadi
pada jari dan tangan. mis. Hipertiroidisme,
keracunan nikotin, kafein, obat-obatan (adrenalin,
efedrin, barbiturat)
c. Tremor kasar tremor yang lambat, kasar dan
majemuk. mis. parkinsonisme

Khorea (menari)
gerak otot berlangsung cepat, mendadak, aritmik
dan kasar yang dapat melibatkan satu ekstremitas,
separuh badan atau seluruh badan. Dijumpai pada
penyakit khorea Sydenham, khorea Huntington dan
khorea gravidarum.
Atetose (berubah)
atetose ditandai oleh gerakan yang lebih lamban
seperti gerakan ular dan melibatkan otot bagian
distal. Dijumpai pada penyakit yang meilbatkan
ganglia basal.

Distonia
dimulai dengan gerak otot berbentuk atetose pada
lengan atau anggota gerak lain, kemudian gerakan
otot bentuk atetose ini menjadi kompleks, yaitu
menunjukan torsi yang keras dan berbelit. Dijumpai
pada kerusakan besar susunan ekstrapiramidal yang
melibatkan komponen ganglia basal.
Balismus (hemibalismus)
gerak otot yang datang mendadak, kasar dan cepat,
terutama mengenai otot skelet yang letaknya
proksimal.

Spasme
merupakan gerakan abnormal yang terjadi karena kontraksi
otot-otot yang biasanya disarafi oleh satu saraf. Terdapat 2
macam spasme, yaitu spasme tonik dan spasme klonik.
Mis. Trismus, rhisus sardonikus.
Tic
merupakan suatu gerakan yang terkoordinir, berulang dan
melibatkan sekelompok otot dalam hubungan yang
sinergistik.
Fasikulasi
merupakan gerakan halus, cepat dan berkedut dari suatu
berkas (fasikulus) serabut otot atau satu unit motorik.
Miokloni
gerakan yang timbul karena kontraksi otot secara cepat,
mendadak, sebentar, aritmik, asinergis dan tidak terkendali

PALPASI
Pasien diminta untuk mengistirahatkan ototnya.
Kemudian otot dipalpasi untuk menentukan
konsistensi serta adanya nyeri tekan. Dengan
palpaso kita dapat menilai tonus otot, terutama bila
ada hipotoni. Penentuan tonus dilakukan pada
berbagai posisi anggota gerak dan bagian badan.

PEMERIKSAAN GERAKAN PASIF


Penderita diminta untuk mengistirahatkan
ekstremitasnya. Bagian dari ekstremitas ini kita gerakan
pada persendiannya. Gerakan dibuat bervariasi, mulamula cepat kemudian lambat, cepat, lebih lambat dan
seterusnya. Sambil menggerakkan, kita nilai tahanannya.
Pada gangguan sistem ekstrapiramidal, dapat dijumpai
tahanan yang sama kuatnya (rigiditas), kadang dijumpai
keadaan dengan tahanan hilang timbul (fenomena
cogwheel).

PEMERIKSAAN
GERAKAN
AKTIF
Tenaga otot dinyatakan
dengan menggunakan

angka 0-5. (0 = lumpuh, 5 = normal).


0 : Tidak
didapatkan
kontraksi(kontraksi)
otot;
Pada
pemeriksaan
ini, sedikitpun
kita nilai kekuatan
lumpuh
total
otot.
Untuk
memeriksa adanya kelumpuhan, kita
1 : Terdapat
sedikit kontraksi
otot, namun tidak
dapat
menggunakan
2 cara berikut:
didapatkan gerakan pada persendian yang harus
1. Pasien
diminta
menggerakkan
bagian
digerakkan
oleh otot
tersebut.
atau badannya
dan kita
2 ekstremitas
: Didapatkan gerakan,
tetapi gerakan
ini tidak
menahan
gerakan
ini.
mampu melawan
gravitasi.
2.
menggerakkan
bagian gravitasi.
3 Pemeriksa
: Dapat mengadakan
gerakan melawan
ataumelawan
badan pasien
dan
pasien
4 ekstremitas
: Disamping dapat
gravitasi,
dapat
pula
diminta
untuk
mengatasi
sedikitmenahan.
tahanan yang diberikman.
5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)

KEPALA
Sikap kepala
Tahanan
Gerakan aktif
ANGGOTA GERAK ATAS
Perhatikan apakah terdapat atrofi otot tenar,
hipotenar dan otot instrinsik tangan.
Periksa gerakan jari-jari, bagaiamana tenaga
fleksi, ekstensi, abduksi dan aduksi.
Periksa tenaga menggenggam
Periksan gerakan di pergelangan tangan
(tentukan tenaganya pada gerakan pronasi dan
supinasi)

Periksa fleksi dan ekstensi pada persendian


siku
Periksa gerakan pada persendian bahu
dengan menyuruh pasien menggerakkan lengan
dengan diekstensi, pada bidang frontal dan
sagital dan juga melakukan rotasi pada
persendian bahu.
Periksa gerakan bahu ke atas, bawah, depan
dan ke belakang.
Periksa otot pektoralis mayor, latisimus dorsi,
seratus magnus, deltoid, biseps dan triseps.

1. Pektoralis mayor

2. Latisimus dorsi

3. Deltoid
4. Biseps
5. Triseps

BADAN
1. Erektor spina bila pasien sedang berdiri, suruh
ia mengambil suatu barang dari lantai. Jika pasien
menderita kelemahan m. erektor spina, ia sukar
berdiri kembali dan ini dilakukannya dengan
bantuan tangannya. Kadang terlihat juga adanya
lordosis.
2. Otot dinding perut Pasien yang sedang
berbaring diminta untuk mengangkat kepalanya dan
perhatikan peranjakan dari pusar. Biasanya pusar
beranjak ke arah otot yang sehat. Suruh pasien
batuk, otot yang lemah akan membonjol. Perhatikan
apakah pasien dapat duduk dari sikap berbaring
tanpa mendapat bantuan dari tangannya.

ANGGOTA GERAK BAWAH


1. Kuadriseps femoris
2. Iliopsoas
3. Otot aduktor
4. Otot abduktor
5. Fleksor tungkai bawah

Kuadrisep femoris &


iliopsoas

PEMERIKSAAN KOORDINASI
GERAK
Koordinasi gerak terutama diatur oleh serebelum.
Gangguan lesi di serebelum ialah adanya dissinergia
(kurangnya koordinasi).
Terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan pada dissinergia
gerakan dan dismetria.
Serebelum berpartisipasi dalam mengatur sikap, tonus,
mengintegrasi dan mengkoordinasi gerakan somatik.
Gejala klinis yang kita didapatkan pada gangguan
serebelar : gangguan koordinasi gerakan
(ataksia), disdiadokhokinesia, dismetria, tremor
intensi, disgrafia (makrografia), gangguan sikap,
nistagmus, fenomena rebound, astenia dan
diartria.

Dismetria
Dismetria pada gerakan yaitu gerakan yang tidak
mampu dihentikan tepat pada waktunya atau tepat
pada tempat yang dituju. Terdapat 2 jenis, yaitu:
Hipermetria
Hipometria
Gangguan gerakan
Gangguan gerakan adalah berkurangnya kerja sama
antar otot. Selain itu, gangguan koordinasi gerakan
dapat diketahui dengan melihat adanya
disdiadokokinesia.
Merupakan
Merupakan ketidakmampuan
ketidakmampuan melakukan
melakukan
gerakan
gerakan yang
yang berlawanan
berlawanan berturut-turut.
berturut-turut.

Gangguan serebelum dapat diperiksa dengan


berbagai cara yaitu:
1. Percobaan tunjuk hidung
2. Percobaan jari-jari
3. Percobaan tumit lutut
4. Pemeriksaan adanya disgrafia
Tes gangguan fungsi serebelar terutama didasarkan
atas adanya dissinergia, yang berupa gangguan
gerakan dan hipermetria.

Sikap
Pada lesi serebelar yang unilateral, didapatkan
deviasi kepala dan badan ke sisi lesi dan terdapat
pula salah tunjuk (past pointing) ke arah lesi. Bila
pasien berdiri, badan cenderung jatuh ke arah lesi.
Bia pasien berjalan, tungkai diangkat secara
berlebihan, lengan kurang dilenggangkan dan
jalannya berdeviasi ke sisi lesi. Pada lesi serebelum
bagian tengah (vermis), pasien tidak dapat berdiri
tegak, ia akan jatuh ke depan atau belakang.

Nistagmus (gerak ritmik bola mata)


Sikap bola mata yang seharusnya tetap, bila difiksisasi pada
satu arah menjadi berubah-ubah, yaitu bola mata bergerak
secara spontan cepat ke arah fiksasi lalu kembali secara
spontan lambat ke posisi semula dan seterusnya bolakbalik.
Cara pemeriksaan?
Fenomena rebound
Pada gangguan serebelar, fenomena rebound berarti tidak
mampu menghentikan gerakan tepat pada waktunya.
Cara pemeriksaan?
Astenia
Adalah lekas lelah dan gerakan lamban.

Hipotonia
Diketahui dengan palpasi dan pemeriksaan gerakan
pasif. Pada hipotonia, ekstensi dapat dilakukan lebih
jauh, misalnya pada persendian paha, siku, lutu, dsb.
Hipotonia dapat pula terlihat pada persendian, yaitu
bertambah lamanya bagian anggota gerak
bergoyang.

Referensi
Neurologi klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental FKUI

Anda mungkin juga menyukai