PENDAHULUAN
1
Penurunan tajam penglihatan dan kehilangan penglihatan secara permanen
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan endoftalmitis. Mortalitas
berkaitan dengan keadaan komorbiditas pasien dan masalah medis yang
melatarbelakanginya.
Pada dasarnya, referat ini dibuat untuk memenuhi syarat mengikuti ujian di
kepaniteraan klinik mata RSUP Persahabatan. Namun, yang tidak kalah penting yaitu
setelah menyelesaikan referat ini, kami berharap mampu mengetahui dan memahami
laksana yang sesuai serta kapan harus memutuskan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi tingkatannya. Serta sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa
kepaniteraan klinik di SMF Mata RSUP Persahabatan yang sedang dan yang akan akan
2
BAB II
ENDOFTALMITIS
Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit
sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya
pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous
II.2. Definisi
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya
terjadi akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk
radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya1.
3
II.3. Epidemiologi
Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di Amerika
adalah 5-14% dari semua kasus endoftalmitis1. Sedangkan endoftalmitis yang disebabkan
oleh trauma sekitar 10-30%, dan endoftalmitis yang disebabkan oleh reaksi antibody
terhadap pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 7-
31%3.
II.4. Etiologi
Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis yang
disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau auto
imun (non infeksi)1,3:
Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat
bersifat:
a. Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun parasit
dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara hematogen ataupun
akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya endocarditis1,3:
b. Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder
atau komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang membuka bola
mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola mata1,3. Bakteri gram
positive menyebabkan 56-90% dari seluruh kasus endoftalmitis3. Beberapa
kuman penyebabnya dalah staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus,
dan spesies streptococcus. Bakteri gram negatif seperti pseudomonas, escherichia
coli dan enterococcus dapat ditemukan dari trauma tembus bola mata3.
(terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis) menembus
penghalang darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh
perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat dilepaskan selama
infeksi. Penghancuran jaringan intraokular mungkin disebabkan oleh invasi langsung oleh
organisme dan / atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan. Endoftalmitis mungkin
sehalus nodul putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat sebagai
mana-mana sebagai peradangan semua jaringan okular, mengarah ke dunia penuh eksudat
purulen. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak melibatkan orbital. Setiap
A. Subjekif
Fotofobia
Nyeri kepala
6
Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka:
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai
dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya
kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu
di anamnesis mengenai ada atau tidaknya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya.
Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah
diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan dengan imunitas yang
rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis
endogen akibat penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokorditis,
infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis3. untuk endoftalmitis
fakoanafilaktik, dapat ditanyakan tentang adanya riwayat segala subjektif katarak
yang diderita pasien sebelumnya.
B. Objektif
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang
terkena dan derajat infeksi/peradangan2. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat
berupa3:
-Udem Palpebra Superior
- reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis
- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
- Udem Kornea
- Kornea keruh
- keratik presipitat
- Bilik mata depan keruh
- Hipopion
- Kekeruhan vitreus
- Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun hilang
sama sekali.
7
Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca ditemukan
masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca,
dengan proyeksi sinar yang baik1.
8
II.7. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
dari endoftalmitis.
B-scan (USG)
Tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini juga penting untuk
mencatat kehadiran dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting dalam
Gambar 8. B-scan
II.8. Diagnosis
Dengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang
didapatkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis
endoftalmitis sudah dapat ditegakkan.
II.10. Penatalaksanaan
Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab.
dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan antibiotik yang
sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik yang dapat
diberikan dapat berupa antibiotik yang bekerja terhadapa membran set, seperti
Aminoglycosida.
Operatif
1. Vitrektomy
sel inflamasi, dan zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal,
operasi postcataract dan lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy
Gambar 9. Vitrektomi
2. Eviserasi
Definisi
Pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan bagian dinding bola
Indikasi
mata dengan infeksi berat atau kondisi mata yang sangat nyeri. Tumor
Prosedur pembedahan14
Edukasi
tanda inflamasi pada mata seperti mata merah, bengkak, turunnya tajam
penglihatan, kotoran pada mata untuk segera untuk diperiksakan ke dokter
mata.
pengontrolan yang ketat baik secara diet maupun medikamentosa. Hal ini
II.11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai
ketiga lapisan mata (retina, koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan
mengakibatkan panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan peradangan pada
seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsula tenon1.
Endoftalmitis Panoftalmitis
Radang Intraokular Intraokular, intraorbita
Demam Tidak nyata Nyata
Sakit bola mata Ada Berat
Pergerakan bola mata Masih dapat Sakit tidak bergerak
Eksoftalmos Tidak ada Mata menonjol
Bedah Enukleasi Eviserasi bulbi
II.12. Prognosis
Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari endoftalmitis,
Keparahan dari trauma. Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
diakibatkan dari bakteri, jamur atau keduanya. Tanda dan gejala yang
bakteri dan Keparahan dari trauma. Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat
endoftalmitis.
III.2. Saran
dari textbook, baru menyusul literatur dari jurnal yang berisikian informasi-informasi
literatus yang sahih seperti textbook dan jurnal. Manfaatkan referat ini sebagai bahan
pencerahan saja. Periksan dan teliti kembali referat ini jika ingin menjadikannya
sebagai pencerahan, karena penulis menyadari referat ini masih jauh dari kata
sempurna. Selain itu sebaiknya, konsultasikan terlebih dahulu referat yang hendak
1. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI,
2006.
3. Ilyas, S.H., Mailangkay, T.H. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter dan
Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-2, Jakarta, CV. Sagung Seto, 2002. hal. 98-
101.
4. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika, 2002.
hal. 72.
5. Chaudry, A.N., Flynn. H.W. Ocular Trauma Principles and Practice. Page 293-
300.