Disusun oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas portofolio
Laporan Kasus Program Internsip Dokter Indonesia pada stase Rawat Inap RSUD
Cileungsi yang berjudul Kehamilan Ektopik Terganggu . Laporan kasus ini dibuat
sebagai salah satu tugas wajib yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta PIDI
(Program Internsip Dokter Indonesia) yang sedang menjalankan rotasi di wahana
internsip yang telah ditentukan.
Penulis
Nama Peserta : dr. Silmi Kaaffah
Nama Wahana : RSUD Cileungsi
Topik : Kasus Rawat inap, KET (Kehamilan Ektopik Terganggu)
Tanggal (kasus) : 12 Agustus 2017 Presenter : dr. Silmi Kaaffah
Nama Pasien : Ny. Y (36 tahun) No. RM : 08 25 41
Tanggal Presentasi : 20 September2017 Pendamping : dr. Nanik S.
Tempat Presentasi : RSUD Cileungsi
Obyektif Presentasi :
o Keilmuan o Ketrampilan o Penyegaran o Tinjauan Pustaka
Pasien menyangkal menderita darah tinggi sebelum kehamilan. Pasien mengaku tidak
menderita penyakit jantung, ginjal, asma maupun kencing manis
5. Riwayat keluarga :
Pasien mengaku di dalam keluarga tidak ada yang menderita darah tinggi, penyakit
jantung, ginjal, asma maupun kencing manis.
6. Riwayat Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi pil setelah melahirkan anak pertama selama 2
tahun. Namun, karena os sering lupa, jadi os mengganti dengan KB suntik per 1 bulan.
7. Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia 13 tahun . Siklus haid teratur dengan jumlah 2-3x ganti
pembalut dalam sehari . Lamanya menstruasi 5-7 hari . untuk HPHT, pasien lupa tanggal
dan hanya mengingat bulan yaitu awal bulan Juli 2017
8. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu
Kehamilan ini adalah kehamilan yang kedua. Pada kehamilan yang pertama, selama hamil
tidak ada masalah kehamilan yang spesifik. Os melahirkan anak laki-laki cukup bulan
secara spontan, BBL 2.700 gram PB os lupa. Nifas tidak ada kelainan.
PEMERIKSAAN FISIK :
KU : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS=E4V5M6
Vital signs :
Tekanan darah : 130/80mmHg
Nadi : 88 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 22x/menit, teratur, thorakoabdominal, cuping hidung (-)
Suhu : 36.5 C per aksilla
Mata : konjungtiva anemis +/+ slightly, sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+, pupil
isokor
Hidung : napas cuping hidung -/-
Telinga : tidak dilakukan pemeriksaan
Mulut : tidak ada sianosis di bibir
Leher : kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak meningkat
Thoraks :
Inspeksi : P/ bentuk simetris, retraksi (-)
C/ ictus cordis tidak tampak
Palpasi : P/ fremitus taktil tidak dilakukan, pergerakan dinding dada simetris
C/ ictus cordis teraba pada ICS 5 garis midklavikula
Perkusi : P/ sonor hampir di seluruh lapang paru
C/ batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : P/ vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
C/ S1-2 murni di 4 katup, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : venektasi (-), spider navi (-) tampak luka bekas operasi yang ditutup
dengan kassa.
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : nyeri tekan (+) pada abdomen bagian bawah
Ekstremitas
Edema - - , akral dingin - -
- - - -
Capillary refill < 2 detik
SpO2 99%
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
(saat di poli 12-8-2017)
Hemoglobin : 10,6 g/dl ()
Leukosit : 9.900/ul
Hematokrit : 30 % ()
Trombosit : 393.000/ul (N)
Kimia Klinik:
GDS : 78 mg/dl (N)
Fungsi Ginjal:
Ureum : - u/l (N)
Kreatinin : - u/l (N)
Fungsi Liver:
SGOT : - u/l (N)
SGPT : - u/l (N)
HbsAg : Negatif
Anti HIV rapid : non reaktif
Golongan Darah dan Rhesus: A+
Analisis Urin:
Urin makroskopik
Warna : Kuning
Kejernihan : Keruh
Kimia urin
Darah : 3+
Berat jenis : 1.020
pH : 6,0
Nitrit : positif
Leukosit esterase : positif 1
Protein : negatif
Glukosa :-
Keton : negatif
Urobilinogen : 0.2 mg/dL
Bilirubin :-
Urin mikroskopik
Eritrosit : 15-20 /lpb
Leukosit : 5-10 /lpb
Epitel : 5-6 /lpk
Bakteri : positif
Kristal : negatif
Silinder : negatif
Lain-lain :-
PP test (+)
Ultrasonografi:
DIAGNOSA KLINIS :
DIAGNOSIS BANDING:
1. Abortus
2. Appendicitis
TERAPI
IVFD RL 20 tpm (makro)
Inj Cefotaxime 3 x 1 gram (IV)
Inj Ketorolac 3 x 30 mg (IV)
Inj Ondancetron 2 x 4 mg (IV)
Inj Gentamicyn 3 x 40 mg (IV)
Metronidazole 2 x 500 mg (IV)
Pro Laparotomi
Pemeriksaan hematologi
Hematokrit 29 %
Leukosit 8.800/uL
Trombosit 414.000/uL
Pemeriksaan hematologi:
Hematokrit 31 %
Leukosit 11.700/uL
Trombosit 399.000/uL
Daftar Pustaka :
DAFTAR PUSTAKA
1. Bangun, R. Karakteristik Ibu Penderita KET di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2003-
2008. Medan : USU. 2009
2. Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. Ectopic Pregnancy in Williams Obstetry 23rd
Edition. Philadelphia : Mc-Graw-Hill. 2010.
3. Prawirohardjo, S. Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina
Pustaka. 2009.
4. Universitas Sriwijaya. Kehamilan Ektopik. Diakses dari
http://digilib.unsri.ac.id/download/kehamilanEktopik.pdf pada tanggal 21 Agustus 2017.
5. Prawirohardjo, S. Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kandungan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina
Pustaka. 2009.
6. Seeber, B.E, Barnhart, K.T. Suspected Ectopic Pregnancy in Clinical Expert Series in
Obstetric and Gynecology Magazine vol 107 No. 2 Part 1. American College of
Obstetricians and Gynecologist. 2006
7. Turhan, N.O, Inegol, I Seckin, N.C. A Three-year Audit of the Management of Ectopic
Pregnancy in J Turkish German Gynecol Assoc Vol 5. Ankara: Fatih University of Ankara.
2004
8. Schwartz, S.I, et al. Ginekologi dalam Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
2000.
9. Prawirohardjo, S. Kuldosentesis dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 2006
10. Saint-Louis, H. Management of Ectopic Pregnancies. 2005
Hasil pembelajaran :
1. Definisi Kehamilan Ektopik
2. Etiologi Kehamilan Ektopik
3. Faktor risiko Kehamilan Ektopik
4. Klasifikasi Kehamilan Ektopik
5. Patologi Kehamilan Ektopik
6. Gambaran klinis Kehamilan Ektopik
7. Diagnosis Kehamilan Ektopik
8. Diagnosis banding Kehamilan Ektopik
9. Tata Laksana Kehamilan Ektopik
SUBJEKTIF :
Os datang ke poli RSUD Cileungsi dengan rujukan dari Puskesmas Jonggol. Os dirujuk karena
menurut hasil USG yang dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2017 oleh dokter kandungan di
puskesmas Jonggol mengesankan adanya KET. Keluhan saat waktu itu, os mengeluh nyeri
perut bagian bawah yang dirasakan sejak tanggal 5 Juli 2017. Nyeri timbul secara tiba-tiba,
hilang timbul dan tidak begitu hebat. Pada saat terjadinya nyeri, os belum mengetahui kalau
dirinya sedang mengandung. Tetapi os mengatakan bahwa dirinya telat menstruasi. Seminggu
setelahnya os melakukan test pack dan hasilnya garis dua (positif).
OBJEKTIF:
Beberapa hasil pemeriksaan fisik mendukung diagnosis Kehamilan Ektopik. Pada kasus
ini diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Gejala Klinis: Os mengeluh nyeri perut bagian bawah. os mengatakan bahwa dirinya telat
menstruasi. Seminggu setelahnya os melakukan test pack dan hasilnya garis dua (positif).
- Pemeriksaan fisik: nyeri tekan (+) pada abdomen bagian bawah
- Pemeriksaan penunjang: Urin PP test (+)
Hasil pemeriksaan USG
ASSESSMENT :
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien pada kasus
ini didiagnosis dengan G2P1A0 hamil 6-7 minggu dengan Ectopic pregnancy
Pada anamnesis, amenorea merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Pada
kasus ini, os mengatakan bahwa dirinya telat menstruasi. Hal ini memperkuat dugaan bahwa
os sedang hamil. Selain itu, nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik
terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba disertai dengan
perdarahan. Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut
tanda-tanda syok dapat ditemukan. Namun, pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan
tidak terus menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi menjalar ke bagian tengah
atau ke seluruh perut bawah. Pada kasus ini, os hanya mengeluh nyeri perut bagian bawah
tanpa ada tanda-tanda syok seperti keringat dingin, pucat dsb. Hal ini menunjukkan bahwa os
kemungkinan mengalami abortus tuba. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting
kedua pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin dan berasal
dari kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya
tidak banyak dan berwarna coklat tua. Pada kasus ini, os juga mengeluhkan keluarnya flek-
flek coklat kehitaman lewat jalan lahir.
Pemeriksaan fisik yang terkait dengan kehamilan ektopik terganggu yaitu adanya gangguan
haemodinamik berupa perubahan tekanan darah, nadi dan akral yang dingin. Pemeriksaan
ginekologi pada serviks uteri menimbulkan rasa nyeri. Demikian pada kavum Douglas
menonjol. Namun sayangnya, pemeriksaan tersebut tidak dilakukan pada pasien ini.
Pemeriksaan penunjang yang cukup penting untuk menegakkan diagnosis kehamilan
ektopik terganggu yaitu pemeriksaan kehamilan yang menunjukkan hasil positif. Selain itu hal
penting lainnya yaitu pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah. Biasanya akan
ditemukan anemia. Selain itu pemeriksaan ultrasonografi dan kuldosintesis juga dapat
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Namun
sayangnya pada kasus ini, tidak dilakukan tindakan kuldosintesis. Pada kasus ini, os mengalami
anemia dengan Hb 10,00 g/dL disertai pemeriksaan PP test yang positif dan juga pemeriksaan
ultrasonografi.
Dari hal-hal yang telah diuraikan diatas, baik dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang semuanya mendukung untuk menegakkan diagnosis Kehamilan ektopik
disertai adanya abostus tuba.
A. DEFINISI
Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh
tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik
lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena
terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada
tempat yang normal, misalnya kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kehamilan pada
serviks uteri.5
Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab kematian
maternal selama kehamilan trimester pertama. Karena janin pada kehamilan ektopik secara
nyata bertanggung jawab terhadap kematian ibu, maka para dokter menyarankan untuk
mengakhiri kehamilan.4
B. EPIDEMIOLOGI
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita tidak
menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru memberikan gejala bila kehamilan
tersebut terganggu.12 Sehingga insidens kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit
ditetapkan. Meskipun secara kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase
insidens dan prevalensi KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan
berkembangnya alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang terdiagnosis
sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.1
Kehamilan ektopik lebih sering di temukan pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit
putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis lebih banyak ditemukan pada
golongan wanita kulit hitam. 1
Kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk dan keadaan
kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di Negara sedang berkembang dan pada
masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah daripada di Negara maju dan pada masyarakat
yang berstatus sosio-ekonomi tinggi.1
Di Amerika Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1 dari 241 kehamilan,
kejadian ini dipengaruhi oleh faktor sosial, mungkin karena pada golongan pendapatan rendah
lebih sering terdapat gonorrhoe karena kemungkinan berobat kurang.1
C. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko untuk kehamilan ektopik telah dirangkum oleh Ankum dkk dalam meta-
analisis yang mencakup 36 studi sebelumnya. Ada hubungan yang kuat antara kehamilan
ektopik dengan kondisi yang dianggap menghambat migrasi sel telur yang telah dibuahi ke
rahim. Faktor-faktor resiko yang sering terjadi adalah :
Riwayat Kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi membantu dalam penilaian kemungkinan kehamilan ektopik. Pada
kasus-kasus kegagalan kontrasepsi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral atau
dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) , rasio kehamilan ektopik dibandingkan
dengan kehamilan intrauterin adalah lebih besar daripada wanita-wanita yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi. Kejadian kehamilan ektopik pada akseptor AKDR
dilaporkan 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pemakai kondom. Diperkirakan terjadi
2 kehamilan ektopik per 1000 akseptor AKDR setiap tahun.
Akseptor pil yang berisi hanya progestagen dilaporkan mempunyai insiden yang tinggi
terhadap kehamilan ektopik apabila terjadi kehamilan selagi menjadi akseptor yaitu 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan insidennya yang biasa. Pada pemakai pil mini 4-6% dari
kehamilannya dilaporkan adalah ektopik, akan tetapi dilaporkan tidak terjadi perubahan
insiden pada akseptor pil kombinasi. 1
Merokok
Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan meningkatkan insiden kehamilan
ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas reseptor
andrenergik dalam tuba. 1
D. KLASIFIKASI
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan:
1. Tuba fallopi. 95% kehamilan ektopik terjadi pada tuba fallopi.3 Pada kasus kehamilan
tuba, 65% terjadi kehamilan ektopik pada tuba uterina kanan, dan 35% kasus pada
tuba uterina kiri.7 Lokasi-lokasi tuba yang bisa terjadi kehamilan ektopik :
a. Pars interstisialis (2-3%)
b. Isthmus (12%)
c. Ampulla (70%)
d. Fimbria (11%)
2. Uterus
a. Kanalis servikalis (<1%)
b. Bekas seksio sesarea (<1%)
3. Ovarium (3%)
4. Intraligamenter atau Abdominal (1%)
5. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus. 5
Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik
E. PATOLOGI
Pada proses awal kehamilan, apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk
proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudia akan mengalami
beberapa proses seperti pada kehamilan pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan
medium yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat
mengalami perubahan dalam bentuk berikut ini.3
Tindakan operasi yang dilakukan adalah laparatomi untuk membersihkan isi kavum
abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup sumber perdarahan dengan
melakukan irisan baji (wedge resection) pada kornu uteri dimana tuba pars interstisialis
berada. 3
Pada umumnya diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi kehamilan ektopik
yang terganggu. Pada laparatomi ditemukan uterus yang membesar sesuai dengan tuanya
kehamilan dan 2 korpora lutea. 3
3. Kehamilan Ovarial
Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut
ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg yaitu :
4. Kehamilan Servikal
Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam kavum
servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda. Jika kehamilan
berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian.
Kehamilan servikal jarang melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh
karena perdarahan. Pengeluaran konsepsi pervaginam yang menyebabkan banyak
perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan histerektomi totalis.3
G. GAMBARAN KLINIS
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya penderita tidak
menyampaikan keluhan yang khas. Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala seperti
pada kehamilan muda yakni mual, pembesaran disertai rasa agak sakit pada payudara yang
didahului keterlambatan haid. Di samping gangguan haid, keluhan yang paling sering ialah
nyeri di perut bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur.
Kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.1
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda, dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas, sehingga
sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik
terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan
keadaan umum penderita sebelum hamil.1
Nyeri abdomen merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik. Nyeri dapat unilateral
atau bilateral, pada abdomen bagian bawah, seluruh abdomen, atau hanya di bagian atas
abdomen. Umumnya diperkirakan, bahwa nyeri perut yang sangat menyiksa pada suatu ruptur
kehamilan ektopik, disebabkan oleh darah yang keluar ke dalam kavum peritoneum. Tetapi
karena ternyata terdapat nyeri hebat, meskipun perdarahannya sedikit, dan nyeri yang tidak
berat pada perdarahan yang banyak, jelas bahwa darah bukan satu-satunya sebab timbul nyeri.
Darah yang banyak dalam kavum peritoneal dapat menyebabkan iritasi peritoneum dan
menimbulkan rasa nyeri yang bervariasi.1
Amenorea atau gangguan haid merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian
penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.1
Bercak darah (spotting) atau perdarahan vaginal merupakan juga tanda yang penting pada
kehamilan ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari uteri
karena pelepasan desidua. Perdarahan biasanya sedikit, berwarna coklat tua, dan dapat
intermiten atau terus menerus.1
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa bulan
atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda dan
gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus dan perdarahan
pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.1 Kehamilan ektopik harus dipikirkan
pada semua pasien dengan test kehamilan positif, nyeri pada pelvis, dan perdarahan uterus
abnormal.8
2. Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut dapat
ditemukan tanda-tanda syok.1
3. Pemeriksaan ginekologi
Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan
rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba maka akan terasa sedikit membesar dan kadang-kadang
teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Cavum douglasi yang
menonjol dan nyeri raba menunjukkan adanya hematocele retrouterina. Suhu kadang-
kadang bisa naik sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik. 1
4. Tes kehamilan
Apabila test positif, dapat membantu diagnosis khusunya terhadap tumor-tumor
adneksa, yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan. Tes kehamilan yang negatif tidak
banyak artinya, umunya tes ini menjadi negatif beberapa hari setelah meninggalnya
mudigah.5
6. Laparoskopi
Laparoskopi merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk diagnosis
kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak terganggu.5
7. Ultrasonografi
Keunggulan, bahwa tidak invasif atau tidak perlu memasukkan alat dalam rongga
perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di
kanan atau kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan.5
8. Kuldosintesis
Kuldosintesis adalah prosedur klinik diagnostik untuk mengidentifikasi adanya
perdarahan intra peritoneal, khusunya pada kehamilan ektopik terganggu. Kuldosintesis
diindikasikan pada kasus kehamilan ektopik dan abses pelvik. 9
Teknik :
a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
b. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
c. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks dengan
traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak.
d. Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml
dilakukan pengisapan.
e. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan
diperhatikan apakah darah merah yang dikeluarkan merupakan :
Darah segar berwarna merah dan akan membeku; darah berasal dari arteri atau
vena yang tertusuk
Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku,darah menunjukkan
adanya hematokel retrouterina.3
I. DIAGNOSIS BANDING
Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial adalah
Infeksi pelvik
Abortus
Tumor ovarium
Ruptur korpus luteum 5
J. TATALAKSANA
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik terutama
pada KET dimana terjadi abortus atau ruptur pada tuba. Penatalaksanaan pembedahan
sendiri dapat dibagi atas dua yaitu pembedahan konservatif dan radikal. Pembedahan
konservatif terutama ditujukan pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur pada
tubanya. Ada dua kemungkinan prosedur yang dapat dilakukan yaitu: 1. Salpingotomi
linier, atau 2. Reseksi segmental. Pendekatan dengan pembedahan konservatif ini mungkin
dilakukan apabila diagnosis kehamilan ektopik cepat ditegakkan sehingga belum terjadi
ruptur pada tuba. 4
a. Salpingotomi linier
Tindakan ini merupakan suatu prosedur pembedahan yang ideal dilakukan pada
kehamilan tuba yang belum mengalami ruptur. Karena lebih dari 75% kehamilan
ektopik terjadi pada 2/3 bagian luar dari tuba. Prosedur ini dimulai dengan
menampakkan, mengangkat, dan menstabilisasi tuba. Satu insisi linier kemudian
dibuat diatas segmen tuba yang meregang. Insisi kemudian diperlebar melalui dinding
antimesenterika hingga memasuki ke dalam lumen dari tuba yang meregang. Tekanan
yang hati-hati diusahakan dilakukan pada sisi yang berlawanan dari tuba, produk
kehamilan dikeluarkan dengan hati-hati dari dalam lumen. Biasanya terjadi pemisahan
trofoblas dalam jumlah yang cukup besar maka secara umum mudah untuk melakukan
pengeluaran produk kehamilan ini dari lumen tuba. Tarikan yang hati-hati dengan
menggunakan sedotan atau dengan menggunakan gigi forsep dapat digunakan bila
perlu, hindari jangan sampai terjadi trauma pada mukosa. Setiap sisa trofoblas yang
ada harus dibersihkan dengan melakukan irigasi pada lumen dengan menggunakan
cairan ringer laktat yang hangat untuk mencegah kerusakan lebih jauh pada mukosa. 4
Hemostasis yang komplit pada mukosa tuba harus dilakukan, karena kegagalan pada
tindakan ini akan menyebabkan perdarahan postoperasi yang akan membawa pada
terjadinya adhesi intralumen.4
Batas mukosa kemudian ditutup dengan jahitan terputus, jahitan harus diperhatikan
hanya dilakukan untuk mendekatkan lapisan serosa dan lapisan otot dan tidak ada
tegangan yang berlebihan. Perlu juga diperhatikan bahwa jangan ada sisa material
benang yang tertinggal pada permukaan mukosa, karena sedikit saja dapat
menimbulkan reaksi peradangan sekunder yang diikuti dengan terjadinya perlengketan.
4
b. Reseksi segmental
Reseksi segmental dan reanastomosis end to end telah diajukan sebagai satu alternatif
dari salpingotomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat bagian implantasi, jadi
prosedur ini tidak dapat melibatkan kehamilan tuba yang terjadi berikutnya. Tujuan
lainnya adalah dengan merestorasi arsitektur normal tuba. Prosedur ini baik dilakukan
dengan mengunaka loupe magnification atau mikroskop. Penting sekali jangan sampai
terjadi trauma pada pembuluh darah tuba. Hanya pasien dengan perdarahan yang
sedikit dipertimbangkan untuk menjalani prosedur ini. Mesosalping yang berdekatan
harus diinsisi dan dipisahkan dengan hati-hati untuk menghindari terbentuknya
hematom pada ligamentum latum. Jahitan seromuskuler dilakukan dengan
menggunakan mikroskop/loupe. Dengan benang absorbable 6-0 atau 7-0, dan lapisan
serosa ditunjang dengan jahitan terputus tambahan. 4
c. Salpingektomi
Salpingektomi total diperlukan apabila satu kehamilan tuba mengalami ruptur, karena
perdarahan intraabdominal akan terjadi dan harus segera diatasi. Hemoperitonium yang
luas akan menempatkan pasien pada keadaan krisis kardiopulmunonal yang serius.4
Insisi suprapubik Pfannenstiel dapat digunakan , dan tuba yang meregang diangkat.
Mesosalping diklem berjejer dengan klem Kelly sedekat mungkin dengan tuba. Tuba
kemudian dieksisi dengan memotong irisan kecil pada myometrium di daerah cornu
uteri, hindari insisi yang terlalu dalam ke myometrium. Jahitan matras angka delapan
dengan benang intrauteri digunakan untuk menutup myometrium pada sisi reseksi
baji. Mesosalping ditutup dengan jahitan terputus dengan menggunakan benang
absorbable. Hemostasis yang komplit sangat penting untuk mencegah terjadinya
hematom pada ligamentum latum. 4
d. Salpingoooforektomi
Tidak jarang ovarium termasuk dalam gumpalan darah dan sukar dipisahkan sehingga
terpaksa dilakukan salpingooforektomi
2. Medikamentosa
Saat ini dengan adanya tes kehamilan yang intrauterin dan ultrasonografi transvaginal,
memungkinkan kita untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik secara dini. Keuntungan
dari ditegakkannya diagnosis kehamilan ektopik secara dini adalah bahwa penatalaksanaan
secara medisinalis dapat dilakukan. Penatalaksanaan medisinalis memiliki keuntumngan
yaitu kurang intrauterin, menghilangkan risiko pembedahan dan anestesi, mempertahankan
fungsi fertilitas dan mengurangi biaya serta memperpendek waktu penyembuhan. 4
Terapi medisinalis yang utama pada kehamilan ektopik adalah methotrexate (MTX).
Methotrexate merupakan analog asam folat yang akan mempengaruhi sintesis DNA dan
multiplikasi sel dengan cara menginhibisi kerja enzim Dihydrofolate reduktase. MTX ini
akan menghentikan proliferasi trofoblas. 4
Pemberian MTX dapat secara oral, sistemik iv,im) atau injeksi lokal dengan panduan
USG atau laparoskopi. Efek sampingyang timbul tergantung dosis yang diberikan. Dosis
yang tinggi akan menyebabkan enteritis hemoragik dan perforasi usus, supresi sumsum
tulang, nefrotoksik, disfungsi hepar permanen, alopesia, dermatitis, pneumonitis, dan
hipersensitivitas. Pada dosis rendah akan menimbulkan dermatitis, gastritis, pleuritis,
disfungsi hepar, supresi sumsum tulang sementara. Pemberian MTX biasanya disertai
pemberian folinic acid (leucovorin calcium atau citroforum factor) yaitu zat yang mirip
asam folat namun tidak tergantung pada enzim dihydrofolat reduktase. Pemberian folinic
acid ini akan menyelamatkan sel-sel normal dan mengurangi efek MTX pada sel-sel
tersebut. 4
2
Regimen yang dipakai saat ini adalah dengan pemberian dosis tungal MTX 50 mg/m
luas permukaan tubuh. Sebelumnya penderita diperikasa dulu kadar hCG, fungsi hepar,
kreatinin, golongan darah. Pada hari ke-4 dan ke-7 setelah pemberian MTX kadar hCG
diperiksa kembali. Bila kadar hCG berkurang 15% atau lebih, dari kadar yang diperiksa
pada hari ke-4 maka mTX tidak diberikan lagi dan kadar hCG diperiksa setiap minggu
sampai hasilnya negatif atau evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan USG
transvaginal setiap minggu. Bila kadar hCG tidak berkurang atau sebaliknya meningkat
dibandingkan kadar hari ke-4 atau menetap selama interval setiap minggunya, maka
2
diberikan MTX 50 mg/m kedua. Stoval dan Ling pada tahun 1993 melaporkan
keberhasilan metoda ini sebesar 94,3%. Selain dengan dosis tunggal, dapat juga diberikan
multidosis sampai empat dosis atau kombinasi dengan leucovorin 0,1 mg/kgBB.4
Kriteria untuk terapi Methotrexate adalah sebagai berikut:
Massa belum ruptur <3,5-4,0 cm (peningkatan ukuran dapat meningkatkan risiko
pecah atau memerlukan lebih dari satu dosis metotreksat).
Tidak ada gerakan jantung janin (aktivitas jantung menunjukkan kehamilan lanjut dan
meningkatkan risiko rupture atau kegagalan metotreksat dosis tunggal)
Tidak ada bukti ruptur atau hemoperitoneum.
Hemodinamik stabil
Diagnosis kehamilan ektopik telah pasti dan tidak memerlukan diagnosis laparoskopi.
Pasien menginginkan kesuburan di masa depan (jika fertilitas masa depan tidak
diinginkan, pertimbangkan laparoskopi dengan ligasi tuba dari tuba kontra-lateral)
Anestesi umum menimbulkan risiko yang signifikan
Pasien dapat diandalkan dan bersedia untuk kembali control
Pasien tidak memiliki kontra-indikasi untuk Methotrexate
+ / - Serum -hCG kurang dari 6.000 - 15.000 mIU / mL10