OD PSEUDOFAKIA
OD GLAUKOMA SEKUNDER
OS GLAUKOMA ABSOLUT
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Mata
RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus
Disusun oleh:
Risalatul Amanah
30101206719
Pembimbing:
dr. Djoko Heru Santoso, Sp.M
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. A
Umur : 71 tahun
Agama : Islam
Alamat : Klumpit 04/07, Kudus
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 664066
Tanggal Pemeriksaan : 17 Januari 2018
II. ANAMNESIS
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 kali/ menit
Suhu : 36,6 0C
Respiration Rate (RR) : 22 x / menit
Status Gizi : baik
B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar :
OD OS
OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)
2/60 Visus 0
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal, Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-), eksoftalmus (-), enoftalmus (-), eksoftalmus (-),
Bulbus okuli
strabismus (-) strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-), Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-), nyeri tekan (-),
Palpebra
blefarospasme (-), lagoftalmus (-) blefarospasme (-), lagoftalmus (-)
ektropion (-), entropion (-) ektropion (-), entropion (-)
Edema (-), Edema (-),
injeksi silier (+) ringan, injeksi silier (+),
injeksi konjungtiva (+) ringan, Konjungtiva injeksi konjungtiva (+),
infiltrat (-), infiltrat (-),
hiperemis (+) hiperemis (+)
Putih Sklera Kemerahan
Bulat, jernih Bulat, keruh
edema (+), edema (+),
arkus senilis (+) Kornea arkus senilis (+)
keratik presipitat (-), infiltrat (-), keratik presipitat (-), infiltrat (-),
sikatriks (-) sikatriks (-)
Dangkal, hipopion (-), hifema (-), Camera Oculi Dangkal, hipopion (-), hifema (-)
Anterior
Digital N+ TIO Digital N++
Kripta(+), atrofi (-) coklat, Kripta(+), atrofi (-) coklat,
Iris
edema(-), synekia anterior (-) edema(-), synekia anterior (-)
Bulat, Diameter ± 3mm Bulat, Diameter ± 4mm
Pupil
refleks pupil L/TL: +/+ refleks pupil L/TL: -/-
Jernih Lensa Sulit dapat dinilai
Jernih Vitreus Sulit dapat dinilai
Excavatio (-), CDR 0,4, ablation (-
), eksudat (-) Retina Sulit dapat dinilai
IV. RESUME
Subjektif
Pasien datang dengan keluhan utama mata kiri cekot-cekot. Keluhan dirasakan terus-
menerus kurang lebih sejak 1 tahun terakhir tetapi sejak 2 bulan yang lalu keluhan
memberat hingga sekarang. Keluhan disertai adanya rasa panas, kemeng, mata merah dan
mengganjal pada mata kiri. Pasien juga mengatakan penglihatan pada mata kiri gelap.
Turunnya penglihatan bertahap hingga sekarang pasien tidak dapat melihat dengan mata
kirinya.
Pasien juga mengeluhkan mata kanannya kabur. Keluhan dirasakan sejak 6 bulan
yang lalu dan saat ini dirasakan semakin kabur disertai nyeri hilang timbul. Pasien
mengaku mata kanannya terkadang kemerahan. Pasien juga pernah melihat bayangan
seperti lingkaran pelangi sebelumnya. Keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu.
Pasien pernah menjalani operasi katarak pada mata kanan kurang lebih 1,5 tahun
yang lalu dan pada mata kiri kurang lebih 4 tahun yang lalu. Sebelum dilakukan operasi
pasien mengaku pandangannya kabur dan mengalami perbaikan penglihatan setelah
dioperasi. Pasien tidak pernah menggunakan kacamata sebelumnya.
Objektif
Pemeriksaan fisik : dalam batas normal
Pemeriksaan mata :
OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)
2/60 Visus 0
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal, Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-), eksoftalmus (-), enoftalmus (-), eksoftalmus (-),
Bulbus okuli
strabismus (-) strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-), Edema (-), hiperemis(-),
nyeri tekan (-), nyeri tekan (-),
Palpebra
blefarospasme (-), lagoftalmus (-) blefarospasme (-), lagoftalmus (-)
ektropion (-), entropion (-) ektropion (-), entropion (-)
Edema (-), Edema (-),
injeksi silier (+) ringan, injeksi silier (+),
injeksi konjungtiva (+) ringan, Konjungtiva injeksi konjungtiva (+),
infiltrat (-), infiltrat (-),
hiperemis (+) hiperemis (+)
Putih Sklera Kemerahan
Bulat, jernih Bulat, keruh
edema (+), edema (+),
arkus senilis (+) Kornea arkus senilis (+)
keratik presipitat (-), infiltrat (-), keratik presipitat (-), infiltrat (-),
sikatriks (-) sikatriks (-)
Camera Oculi
Dangkal, hipopion (-), hifema (-), Dangkal, hipopion (-), hifema (-)
Anterior
Digital N+ TIO Digital N++
Kripta(+), atrofi (-) coklat, Iris Kripta(+), atrofi (-) coklat,
edema(-), synekia anterior (-) edema(-), synekia anterior (-)
V. DIAGNOSA DIFFERENSIAL
OD OS
- OD Glaukoma Sekunder
- OD Glaukoma Primer Sudut Tertutup
GLAUKOMA ABSOLUT
I. Definisi
Glaukoma secara umun adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang, biasanya disertai
peningkatan tekanan intraokuler. Pada sebagian kasus, glaukoma tidak disertai dengan penyakit
mata lainnya (Glaukoma primer) (Vaughan, 2010).
II. Epidemologi
Diseluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang tertinggi, 2%
penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma dapat juga didapatkan
pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih banyak diserang daripada wanita (Vaughan,
2007).
Di seluruh dunia, kebutaan menempati urutan ketiga sebagai ancaman yang menakutkan
setelah kanker dan penyakit jantung koroner (Pertiwi; Friyeko, 2010). Di Amerika Serikat, kira-
kira 2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua mengidap glaukoma, sebanyak 120.000
adalah buta disebabkan penyakit ini. Banyaknya Orang Amerika yang terserang glaukoma
diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun 2020. Tiap tahun, ada lebih dari
300.000 kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-orangmenderita kebutaan.
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus padaorang Kaukasia. Persentase ini
lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burmadan Vietnam di Asia Tenggara.
Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali lebih menyebabkan kebutaan dibandingkan
orang kulit putih (Vaughan, 2007; AHAF, 2010).
Diketahui bahwa angka kebutaan di Indonesia menduduki peringkat pertama untuk kawasan
Asia Tenggara. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kebutaan di Indonesia
mencapai 1,5% atau sekitar 3 juta orang. Persentase itu melampaui negara Asia lainnya seperti
Bangladesh dengan 1%, India 0,7% dan Thailand 0,3% ( Pertiwi; Friyeko, 2010). Menurut
Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996, kebutaan tersebut
disebabkan oleh katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan refraksi (0,14%) dan penyakit lain
yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%)
III. Patogenesis
Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sdt humor aquos yang menyuplai makanan dan oksigen
untuk kornea dan lensa dan membawa produk sisa keluar dari mata melalui anyaman trabekulum
ke Canalis Schlemm ( Pertiwi; Friyeko S, 2010).
Pada keadaan normal tekanan intraokular ditentukan oleh derajat produksi cairanmata
oleh epitel badan siliar dan hambatan pengeluaran cairan mata dari bola mata. Pada glaukoma
tekanan intraokular berperan penting oleh karena itu dinamika tekanannya diperlukan sekali.
Dinamika ini saling berhubungan antara tekanan, tegangan dan regangan ( Pertiwi; Friyeko S,
2010).
1. Tekanan
Tekanan hidrostatik akan mengenai dinding struktur (pada mata berupa dinding korneosklera).
Hal ini akan menyebabkan rusaknya neuron apabila penekan pada sklera tidak benar.
2. Tegangan
Tegangan mempunyai hubungan antara tekanan dan kekebalan. Tegangan yang rendah dan
ketebalan yang relatif besar dibandingkan faktor yang sama pada papiloptik ketimbang sklera.
Mata yang tekanan intraokularnya berangsur-angsur naik dapat mengalami robekan dibawah otot
rektus lateral.
3. Regangan
Regangan dapat mengakibatkan kerusakan dan mengakibatkan nyeri. Tingginya tekanan
intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus humor oleh badan siliar dan pengaliran
keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus humor melalui sudut bilik mata depan juga tergantung
pada keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan
keadaan tekanan vena episklera ( Pertiwi; Friyeko S, 2010).
Tekanan intraokuler dianggap normal bila kurang daripada 20 mmHg pada pemeriksaan
dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga disebut hipertensi
oculi dapat dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25mmHg pasien menderita
glaukoma (tonometer Schiotz ). (Vaughan, 2007) (Ames et al, 2006).
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus,
yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya
akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus siliaris
memperlihatkan degenerasi hialin (Vaughan, 2007).
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga disebabkan
oleh gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas serabut saraf pada
papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan
ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara
mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah
pada bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga
terjadi cekungan pada papil saraf optik.Serabut atau sel syaraf ini sangat tipis dengan diameter
kira-kira 1/20.000 inci. Bila tekanan bola mata naik serabut syaraf ini akan tertekan dan rusak
serta mati. Kematian sel tersebut akan mengakibatkan hilangnya penglihatan yang permanen
(Vaughan, 2007; Ames et al, 2006).
Gambar 2 Aliran Humor Aquos (Oktariana, 2009)
Keterangan gambar:
Normal dan abnormal aliran humor aquos :
a. Aliran normal melalui anyaman trabekula (panah besar) dan rute uveasklera (panah kecil) dan
anatomi yang berhubungan. Kebanyakan aliran humor aquos melewati anyaman trabekula.
Setiap rute dialirkan ke sirkulasi vena mata.
b. Pada glaukoma sudut terbuka, aliran humor aquos melalui rute ini terhalang.
c. Pada glakuoma sudut tertutup, posisi abnormal iris sehingga memblok aliran humor aquos
melewati sudut bilik mata depan (iridocorneal)
IV. Klasifikasi
Terdapat beberapa macam pembagian glaukoma yakni berdasarkan kondisi anatomi
sudut pada kamera okuli anterior, penyebab, dan visus penderitanya. Pembagian berdasarkan
kondisi anatomi terbagi menjadi sudut terbuka dan sudut tertutup. Sudut terbuka atau yang lebih
dikenal dengan Open Angle Galucoma yakni glaukoma dengan sudut COA dalam umumnya
terjadi secara kronis. Sudut tertutup yakni glaukoma yang terjadi pada mata dengan sudut COA
dangkal, umumnya terjadi serangan akut pada glaukoma dengan sudut tertutup. Namun apabila
tidak diobati berkembang menjadi glaukoma kronis (Ilyas, 2011; Vaughan, 2007; Wong, 2001).
Pembagian menurut penyebabnya yakni primer, sekunder, dan tersier. Glaukoma primer
yakni glaukoma yang terjadi pada mata yang sebelumnya tidak ditemukan kelainan/penyakit.
Sedangkan pada glaukoma sekunder didapatkan faktor penyebab atau faktor resiko yang
mendasari. Misalkan pada katarak akan menyebabkan dua macam glaukoma tergantung pada
tahapannya. Pada fase imatur, lensa relatif membesar hal ini dapat menyebabkan blok pupil,
aliran aquos terganggu dan menyebabkan iris terdorong ke depan akhirnya dapat terjadi
glaukoma sudut tertutup. Sedangkan pada fase matur akan terjadi proteolisis di mana protein-
protein yang dilepaskan akan mennyumbat trabekular meshwork. Pada keadaan tersebut
glaukoma yang terjadi adalah glaukoma sekunder dengan sudut terbuka. Glaukoma sekunder
juga dapat terjadi pada penggunaan tetes mata steroid jangka waktu lama, dislokasi lensa, pasca
trauma, pasca operasi, dam seclutio pupil pasca uveitis. Terakhir yakni glaukoma kongenital
yakni glaukoma yang ditemukan pada usia baru lahir sampai awal kanak-kanak. Dapat terjadi
akibat gangguan pertumbuhan struktur pada COA dan aniridia (Ilyas, 2011; Vaughan, 2007;
Wong, 2001).
Glaukoma absolut yakni semua glaukoma dengan visus persepsi cahaya negatif. Dapat
terjadi pada semua jenis glaukoma (primer-sekunder-kongenital dan sudut mata terbuka ataupun
tertutup). Glaukoma akut dapat menyebabkan Glaukoma absolut terjadi akibat kerusakan papil
nervus II tahap lanjut, kerusakan lapisan serat syaraf retina serta gangguan vaskularisasi pada
serat-serat syaraf tersebut (Ilyas, 2011; Vaughan, 2007; Wong, 2001).
V. Manifestasi Klinis
Pada glaukoma absolut didapatkan manifestasi klinis glaukoma secara umum yakni yang
didapatkan adalah terdapat tanda-tanda glaukoma yakni kerusakan papil nervus II dengan
predisposisi TIO tinggi dan terdapat penurunan visus. Yang berbeda dari glaukoma lain adalah
pada penderita glaukoma absolut visusnya nol dan light perception negatif. Apabila masih
terdapat persepsi cahaya maka belum dapat didiagnosis sebagai glaukoma absolut (Ilyas, 1999;
Japan Glaucoma Society, 2006).
Gejala yang menonjol pada glaukoma absolut adalah penurunan visus tersebut, namun
demikian dapat ditemukan gejala lain dalam riwayat pasien. Rasa pegal di sekitar mata dapat
diakibatkan oleh peregangan pada didnding bola mata akibat TIO yang tinggi. Gejala-gejala dari
POAG dan PACG seperti nyeri, mata merah, dan halo dapat ditemukan juga (Pavan-Langston
and Grosskreutz, 2002).
Negative Light Perception
Pada glaukoma absolut visusnya nol dan light perception negatif, hal ini disebabkan
kerusakan total papil N.II. Papil N.II yang dapat dianggap sebagai lokus minoris pada dinding
bola mata tertekan akibat TIO yang tinggi, oleh karenanya terjadi perubahan-perubahan pada
papil N.II yang dapat dilihat melalui funduskopi berupa penggaungan (Kanski, 2005; Japan
Glaucoma Society, 2006). Gambaran yang menunjukkan tahapan perubahan papil N.II pada
funduskopi dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Pada tahap awal glaukoma sudut terbuka discus opticus masih normal dengan C/D ratio
sekitar 0,2. Pada tahap selanjutnya terjadi peningkatan rasio C/D menjadi sekitar 0.5. Semakin
lama rasio C/D semakin meningkat dan terjadi perubahan pada penampakan vaskuler sentral
yakni nasalisasi, bayonetting. Perubahan juga terjadi pada serat-serat syaraf di sekitar papil. Pada
tahap akhir C/D ratio mejadi 1.00, di mana semua jaringan diskus neural rusak (Kanski, 2005).
Penyempitan lapang pandang
Penurunan visus akibat glaukoma dapat terjadi perlahan maupun mendadak. Tajam
penglihatan yang terganggu adalah tajam penglihatan perifer, atau yang lebih umum disebut
lapang pandang. Mekanisme yang mendasari penyempitan lapang pandang adalah kerusakan
papil nervus II serta kerusakan lapisan syaraf retina dan vaskulernya akibat peningkatan TIO.
Pada peningkatan TIO maka terjadi peregangan dinding bola mata. Retina merupakan salah satu
penyusun dinding bola mata ikut teregang struktur sel syaraf yang tidak elastis kemudian
menjadi rusak. Sedangkan pembuluh kapiler yang menyuplai serabut-serabut syaraf juga tertekan
sehingga menyempit dan terjadi gangguan vaskularisasi (Oshea, 2003; Maraffa et al, 1999).
Penyempitan lapang pandang secara bertahap akibat kerusakan papil dan lapisan syaraf
retina. Dari gejala klinis didapatkan penyempitan lapang pandang. Lama-kelamaan penderta
seperti melihat melalui terowongan. Dari pemeriksaan perimetri bisa didapatkan kelainan khas
yakni scotoma sentral, perisentral, dan nasal. Lama kelamaan scotoma ini berbentuk seperti
cincin. Pengurangan lapang pandang biasanya dimulai dari sisi temporal, pada perimetri
didapatkan defek berbentuk arcuata yang khas untuk glaukoma. Lama-kalamaan defek ini
meluas dan mencapai keseluruhan lapang pandang, hanya tersisa di bagian sentral yang sangat
kecil. Visus light perception negatif menandakan kerusakan total pada papil N.II. Pada keadaan
seperti ini pasien tidak lagi perlu diperiksa perimetri (Kanski, 2005; Pollack-Rundle, 2011)
Gambar 2.3 Perubahan pada papil N.II pada funduskopi dan lapang pandang pada
pemeriksaan perimetri (Kanski, 2005)
Sudut Mata
Sudut mata pada pasien glaukoma absolut dapat dangkal atau dalam, tergantung kelainan yang
mendasari. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahu kelainan tersebut. Dari riwayat mungkin
didapatkan tanda-tanda serangan glaukoma akut pada pasien seperti nyeri, mata merah, halo, dan
penurunan visus mendadak. Dengan sudut terbuka mungkin pasien mengeluhkan penyempitan
lapang pandang secara bertahap. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan penlight ataupun
gonioskopi. Dengan penlight COA dalam ditandai dengan semua bagian iris tersinari, sedangkan
pada sudut tertutup iris terlihat gelap seperti tertutup bayangan. Pemeriksaan gonioskopi dapat
menilai kedalamaan COA. Penilaian dilakukan dengan memperhatikan garis-garis anatomis yang
terdapat di sekitar iris. Penilaian berdasarkan klasifikasi Shaffer dibagi menjadi 5 tingkat, dengan
tingkat 4 sebagai COA yang normal yang dalam, sedangkan tingkat nol menunjukkan sudut mata
sempit (Kanski, 2005; Japan Glaucoma Society, 2006).
Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut
primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan sudut
akibat iris bombe karena sinekia posterior (Vaughan, 2007).
Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior, siklopegik
(siklopentolat dan atropin). Dapat digunakan untuk melemaskan otot siliaris sehingga
mengencangkan apparatus zonularis dalam usaha untuk menarik lensa ke belakang (Vaughan,
2007).
PSEUDOFAKIA
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi
katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan
waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak aakn
mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.
Gejala dan tanda pseudofakia: penglihatan kabur, visus jauh dengan optotype snellen, dapat
merupakan miopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam (IOL), terdapat bekas
insisi atau jahitan.5,6
Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam-macam, seperti:
a. Pada bilik depan mata, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki penyokongnya
bersandar pada sudut bilik mata
b. Pada daerah pupil, dimana bagian 11 ulti lensa pada pupil denagn fiksasi pupil
c. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal dibelakang iris,
lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular
d. Pada kapsul lensa
Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak di dalam kapsul lensa. Meletakkan
lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perlindungan khusus:5
1. Endotel korena terlindung
2. Melindungi iris terutama pigme iris
3. Melindungi kapsul posterior lensa
4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa
Lensa intraocular (IOL) umum digunakan untuk memperbaiki atau menyembuhkan cacat visual.
IOL dikategorikan dalam dua jenis: monofocal atau 24ultifocal. Lensa 24ultifocal24 monofocal
atau 24ultifocal dapat dimanfaatkan dalam penggantian Lensa mata rusak.
IOL monofokal
IOL monofokal yang berarti mereka memberikan visi pada satu jarak saja (jauh,
menengah atau dekat) berarti bahwa pasien harus memakai kacamata atau lensa
kontak untuk membaca, menggunakan komputer atau melihat pada jarak lengan.
IOL multifokal
IOL multifokal menawarkan kemungkinan melihat dengan baik pada lebih dari
satu jarak, tanpa kacamata atau lensa kontak.
Toric IOL untuk Astigmatisma
IOL toric dirancang untuk mengoreksi astigmatisme. Toric IOL datang dalam
berbagai kekuatan visi jarak, dalam 2 versi. Satu, mengoreksi hingga 2,00 dioptri (D)
dari Silindris dan yang lain mengoreksi hingga 3,50 D. Model yang berbeda juga dapat
menyaring UV yang berpotensi merusak atau cahaya biru.
Kebanyakan ahli bedah yang merawat Silindris pada pasien katarak, cenderung
menggunakan astigmatik keratotomi (AK) atau limbal relaxation incision, yang
membuat sayatan di kornea. Selain astigmatisme kornea, beberapa orang mungkin
memiliki astigmatisme lenticular, yang disebabkan oleh ketidakteraturan dalam bentuk
lensa alami di dalam mata. Hal ini bisa diperbaiki dengan IOL toric namun dengan
risiko penglihatan memburuk karena lensa berputar dari posisi, sehingga butuh operasi
lebih lanjut untuk memposisikan atau mengganti IOL.
Monovision dengan Lensa Intraokuler
Jika operasi katarak melibatkan kedua mata bisa dipertimbangkan menggunakan
monovision. Hal ini dengan menanamkan sebuah IOL di satu mata yang memberikan
penglihatan dekat dan IOL di mata lain yang menyediakan penglihatan jarak.
Biasanya orang dapat menyesuaikan diri. Tapi jika tidak bisa, penglihatan mungkin
menjadi kabur baik dekat dan jauh. Masalah lain adalah bahwa persepsi kedalaman dapat
menurun karena visus binokuler kurang – yang berarti, mata tidak bekerja sama.
Aspheric IOL
IOL berbentuk bola, yang berarti permukaan depan secara seragam
melengkung. IOL aspheric, pertama kali diluncurkan oleh Bausch + Lomb pada tahun
2004, yang sedikit datar di pinggiran dan dirancang untuk memberikan sensitivitas
kontras yang lebih baik. Lensa ini memiliki kemampuan untuk mengurangi
penyimpangan visual.
Beberapa ahli bedah katarak memperdebatkan manfaat IOLs aspheric, karena
manfaat sensitivitas kontras tidak dapat berlangsung pada pasien yang lebih tua karena
sel-sel ganglion retina adalah penentu utama sensitivitas kontras dan pada usia tua secara
bertahap kehilangan sel-sel ini. Namun, orang muda yang menjalani operasi katarak
sekarang cenderung memiliki sel ganglion lebih banyak dan lebih sehat. Jadi mereka
akan dapat menikmati sensitivitas kontras yang lebih baik untuk waktu yang lama.
KOMPLIKASI
Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat
ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki
keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi
gejala.
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik
selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.