Pembimbing:
Dr. Aryanti Ibrahim, Sp.M
Oleh:
I Made Afryan S. L, S.Ked
1618012063
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Rajabasa
Pekerjaan : Wiraswasta
Tgl. Pemeriksaan : 9 April 2018
Rumah Sakit : RS. Abdul Moelok
Nomor Rekam Medis : 079630
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penglihatan kabur pada mata kanan
Anamnesis Terpimpin : Penglihatan kabur pada mata kanan dialami secara
tiba-tiba sejak 2 bulan yang lalu setelah bekerja di kebun. Penglihatan seperti
tertutup bayangan di sebelah kiri. Awalnya berupa bayangan hitam yang
beterbangan dan kadang seperti bayangan hitam seperti tirai. Pandangan gelap di
sisi sebelah atas dan kanan arah kepala sisi kanan. Nyeri pada mata (-), mata
merah (-), air mata berlebih (-), kotoran mata berlebih (-), rasa berpasir pada
mata (-), gatal pada mata (-), rasa mengganjal(+) seperti berat pada mata sisi
kanan, silau (+), sakit kepala (-). Riwayat trauma ada, 3 tahun yang lalu terkena
biji kelapa sawit. Riwayat pemakaian kacamata (-). Riwayat Hipertensi (-).
Riwayat DM (-).
Tanda Vital:
Keadaan umum : Baik/ Gizi Cukup/ Composmentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernapasan : 20 x/ menit
No Pemeriksaan OD OS
B. PALPASI
No Pemeriksaan OD OS
1. Tensi Okuler Tn Tn
2. Nyeri Tekan (-) (-)
3. Massa Tumor (-) (-)
4. Glandula periaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)
FOD : Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas, CDR : 0,3, A:V = 2:3,
macula: refleks fovea suram, tampak retinal detachment superior et
inferior.
FOS : Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas, CDR : 0,3, A:V = 2:3, macula:
refleks fovea (+), retina perifer dalam batas normal.
H. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
L. Diagnosis
OD Ablasio Retina Regmatogenosa
M. Penatalaksanaan
Vitrektomi pars plana
N. DISKUSI
Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan adanya keluhan pasien dengan
penglihatan kabur pada mata kanan yang dialami secara tiba-tiba, dimana penglihatan
seperti tertutup bayangan di sebelah kiri. Pasien mengeluh mata kanannya tidak dapat
melihat obyek di depannya serta sering merasa silau. Gejala yang dirasakan pasien
merupakan gejala yang khas yang dapat dijumpai pada keadaan-keadaan terjadinya
ablasio retina. Adapun gejala tersebut yaitu adanya floaters berupa bintik-bintik hitam
berterbangan, light flashes berupa melihat kilatan dan penurunan ketajaman
penglihatan. Adanya riwayat trauma pada 3 tahun yang lalu, yakni mata kanan pasien
terkena biji kelapa sawit
Dari pemeriksaan didapatkan hasil yang mendukung diagnosis dengan adanya
pemeriksaan ophthalmology berupa pemeriksaan funduskopi yang memberikan hasil
FOD: Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas, CDR : 0,3, A:V = 2:3, macula:
refleks fovea suram, tampak retinal detachment di superior et inferior, kekeruhan
vitreus di inferior. Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel
batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih
melekat erat dengan membran Bruch.
Pasien ini dianjurkan untuk dilakukan vitrektomi. Vitrektomi merupakan cara
yang paling banyak digunakan pada pada ablasio retina regmatogenosa yang disertai
traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat
insisi kecil pada dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen pada ruang
vitreous melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre
untuk menghilangkan berkas badan kaca (vitreuos stands), membran, dan
perlengketan – perlengketan. Drainase internal cairan subretina melalui insisi retina
dengan jarum halus, untuk meratakan retina dilakukan dengan cara injeksi minyak
silikon atau cairan perflurokarbon. Kemudian dilakukan endolaser di sekitar area
robekan retina untuk menciptakan adhesi chorioretinal. Untuk tamponade retina baik
dengan gas silikon di dalamnya maupun dengan pertukaran longacting gas
(pertukaran udara – minyak silikon).4,5
Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio,
diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi yang cepat prognosisnya
lebih baik. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali retina
perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula lepas lebih dari 24 jam
sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat
pulih sepenuhnya.
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya. Retina manusia merupakan suatu struktur yang
sangat terorganisir, yang terdiri dari lapisan-lapisan badan sel dan prosus
sinaptik.Retina merupakan jaringan neurosensoris yang terbentuk dari perpanjangan
sistem saraf pusat sejak embriogenesis. Retina berfungsi untuk mengubah energi
cahaya menjadi energi listrik yang kompleks yang kemudian ditransmisikan melalui
saraf optik, chiasma optik, dan traktus visual menuju korteks occipital sehingga
menghasilkan persepsi visual. Bagian sentral retina atau daerah makula sebagian
besar terdiri dari fotoreseptor kerucut yang digunakan untuk penglihatan sentral dan
warna, sedangkan bagian perifer retina sebagian besar terdiri dari reseptor batang
yang digunakan untuk penglihatan perifer dan malam.1,2,3
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel batang dan kerucut retina
(sensoris) dari sel epitel pigmen retina.Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih
melekat pada membran Bruch.Pada dasarnya, antara sel kerucut dan sel batang (sel
fotoreseptor) retina tidak terdapat suatu perlengketan struktural dengan koroid atau
pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara
embriologis yang dikenal sebagai celah potensial. Pada lapisan inilah yang sering
terjadi pelepasan (detachment)1,2,3,9
Faktor risiko ablasio retina adalah umur (paling sering pada umur 40-60
tahun), jenis kelamin laki-laki, myopia (sekitar 40%), afakia, degenerasi retina
(degenerasi Lattice, retinoskisis), trauma, senile posterior vitreous detachment
(PVD), riwayat pada keluarga, diabetes mellitus yang tidak terkontrol.3,4
Ablasio Retina atau Retinal Detachment merupakan salah satu kelainan retina
yang dapat menimbulkan kebutaan apabila tidak ditangani segera.Walaupun ablasio
retina jarang ditemukan dalam kasus klinik ophtalmology, tetapi merupakan kasus
yang memiliki resiko tinggi untuk terjadi kebutaan.Diperkirakan prevalensi ablasio
retina adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi. Prevalensi meningkat pada beberapa
keadaan, seperti miopia tinggi, afakia/pseudoafakia, dan trauma.Pada mata normal,
ablasio retina terjadi pada kira-kira 5 per 100.000 orang per tahun di Amerika Serikat.
Insiden ablasio retina idiopatik berdasarkan adjustifikasi umur diperkirakan 12,5
kasus per 100.000 per tahun atau 28.000 kasus per tahun. Ablasio retina terjadi kira-
kira 5-16 per 1000 kasus diikuti oleh penyebab operasi katarak, dan ini terdiri dari
sekitar 30-40 % dari semua ablasio retina yang dilaporkan.Pada ablasio retina
regmatogenous, merupakan kasus yang terbanyak, dimana sekitar 7% orang dewasa
terkena robekan retina. Insiden kejadian ini meningkat sejalan pertambahan usia.
Puncak insiden pada usia dekade 5 dan 7. Insiden tahunan sekitar 0.4% terjadi pada
remaja. Paling umum di seluruh dunia yang terkait dengan ablasio retina adalah
miop, afakia, pseudofakia, dan trauma. Prevalensi kerusakan retina dengan kasus
emetropia adalah 0.2% dibandingkan dengan kasus miop 10 D sebesar 7%.3,10
Pada dasarnya, antara sel kerucut dan sel batang (sel fotoreseptor) retina tidak
terdapat suatu perlengketan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga
merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis yang dikenal
sebagai celah potensial. Pada lapisan inilah yang sering terjadi pelepasan
(detachment).
III. KLASIFIKASI
Ablasio retina diklasifikasikan menjadi:2,3
- Ablasio retina regmantogenosa
- Ablasio retina non regmantogenosa, yaitu traksi dan eksudat
Tipe yang paling umum adalah ablasio retina regmantogenosa, yang
disebabkan karena cairan vitreus masuk ke ruang subpotensial epitelio retinal antara
retina sensoris dan RPE akibat adanya robekan pada retina. Sedangkan kasus yang
jarang terjadi ablasio retina traksi, yang disebabkan karena proliferasi membran
sehingga terjadi jaringan parut yang mengangkat retina. Sedangkan ablasio retina
eksudatif terjadi karena penimbunan cairan eksudat dibawah retina sehingga
mengangkat retina.2,3,4
a. Ablasio Retina Regmatogenous
Retinal detachment regmatogen merupakan bentuk yang paling banyak
dijumpai, karakteristiknya adalah pelepasan total (full thickness) suatu regma di
retina sensorik, traksi korpus vitreus dan mengalirnya korpus vitreus cair melalui
defek retina sensorik ke dalam ruang subretina.10 Pada 90-95% kasus ablasio retina,
2
kerusakan retina dapat ditemukan, dengan menggunakan aturan Lincoff. Ablasio
retina regmatogenous spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus
vitreum posterior. Miopia, aphakia, trauma pada mata biasanya berhubungan dengan
tipe ini.4 Oftalmoskopi tidak langsung dengan depresi skrelal menunjukkan elevasi
dari robekan retina.Pencarian yang hati-hati biasanya dapat menunjukkan satu atau
lebih robekan retina seperti berbentuk tapal kuda, lubang atrofi bulat, atau dialisis
retina. Lokais kerusakan retina bergantung dari tipenya; bentuk air mata kuda
(horseshoe tear) yang paling umum dikuadran superotemporal, lubang atrofi bulat
pada kuadran temporal, retina dialisis pada kuadran inferotemporal. Jika banyak
robekan pada retina, kerusakan biasanya dalam 90 derajat antara satu sama lain.4
Ablasi regmatogenosa
Faktor predisposisi terjadinya ablasio retina regmantosa antara lain: 4,5
a. Usia. Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 – 60 tahun. Namun, usia
tidak menjamin secara pasti karena masih banyak faktor yang mempengaruhi
b. Jenis kelamin. Keadaan ini paling sering terjadi pada laki – laki dengan
perbandingan laki : perempuan adalah 3 : 2.
c. Miopia. Sekitar 40 persen kasus ablasio retina regmatogenosa adalah
seseorang yang menderita rabun jauh.
d. Afakia. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang yang afakia daripada yang
fakia.
e. Trauma. Mungkin juga bertindak sebagai faktor predisposisi
f. Senile posterior vitreous detachment (PVD). Hal ini terkait dengan ablasio
retina dalam banyak kasus.
g. Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Lattice
degeneration, Snail track degeneration, White-with-pressure and white-
without or occult pressure, acquired retinoschisis
Degenerasi ‘lattice’adalah degenerasi vitreoretina yang paling sering
ditemukan yang ditandai perubahan pada retina dan juga vitreous. Perkiraan insidens
penyakit ini adalah sebesar 6 – 10% dalam populasi umum, dan hampir separuhnya
(48,1%) merupakan kelainan bilateral. Digenerasi lattice sering ditemukan pada mata
miopia dengan sedikit keenderungan familial. Degenerasi ini menimbulkan penipisan
retina yang kemudiannya menjadi fibrotik yang berbentuk daerah-daerah bundar,
oval, atau linier yang disertai pigmentasi, garis-garis putih bercabang, dan bintik-
bintik kuning keputihan, dan perlekatan erat vitreoretina pada tepinya.Vitreous
kemudiannya membentuk suatu kantong liquefaksi (lacuna) di bagian atas dari retina
yang yang rusak.80 % degenerasi lattice terjadi di bagian distal perifer dari retina,
dan hanya pada daerah ekuatorial yaitu zona di antara ora serrata dan 2 DD anterior
dari ekuator. Panjang lesi bervariasi antara 1 sampai 4 DD, manakala lebarnya
bervariasi antara 0,5 sampai 1,75 DD. Degenerasi latticemenimbulkan ablasio retina
hanya pada sejumah kecil mata, tetapi 20–30% mata yang ablatio retinae disertai
dengan degenerasi lattice.2, 3
4. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Ablasio retina dapat bersifat asimtomatik dalam jangka waktu yang lama.
Gejala yang paling sering dialami pasien adalah:3,6,7
- Bayangan hitam pada lapangan pandang, seperti tirai berwarna hitam yang semakin
membesar pada satu mata, mulai dari tepi perifer dan akhirnya menyebar hingga
penglihatan sentral. Hal ini terjadi apabila retina mengalami robekan. Kerusakan
retina sentral akan memberikan gejala hilangnya tajam penglihatan secara tiba-tiba.
- Floaters, yaitu gejala seperti melihat bintik hitam yang bergerak dengan pandangan
pasien , kemudian menjadi seperti jaring laba-laba yang terjadi akibat darah pada
vitreus.
- Robekan bullous (berbentuk balon) akan menghasilkan defek visual yang padat
(hitam), sedangkan robekan yang datar akan menghasilkan defek viaual relative
(keabu-abuan)
- Fotopsi (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di sekitarnya, yang umumnya
terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan
gelap. Pada ablasio retina tipe eksudatif, tidak ada gejala fotopsia.
- Distorsi citra visual (metamorfosa) yang disebabkan oleh cairan yang mengganggu
posisi normal retina dalam area makula
Selain keluhan di atas, faktor resiko juga harus digali saat anamnesis, antara
lain riwayat operasi katarak sebelumnya, riwayat myopia tinggi, riwayat penyakit
mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, ambliopia, glaucoma, retinopati
diabetik), degenerasi lattis, adanya trauma tumpul pada mata, riwayat ablasio retina
dalam keluarga, dan riwayat penyakit sistemik tertentu seperti sindrom Marfan dan
sindrom Stickler.4,6
b. Pemeriksaan Fisis
Beberapa tanda yang didapatkan dari pemeriksaan fisis antara lain:4,5
Pemeriksaan external. Mata biasanya normal
Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya
makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat
sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut
terangkat.
Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih tinggi, normal, atau rendah
c. Pemeriksaan Penunjang
- Oftalmoskopi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan teknik direk maupun indirek,
namun sebaiknya dilakukan teknik indirek dengan indentasi skleral (untuk
meningkatkan visualisasi retina perifer anterior ke ekuator).Lesi didagnosis
melalui pemeriksaan stereoskopis pada fundus dengan pupil berdilatasi. Retina
yang robek berwarna putih dan edem dan kehilangan transparansi. Pemeriksaan
oftalmoskopi akan menampakkan retina yang baru saja robek berwarna keabua-
abuan daripada berwarna pink dan makin jelas ke anterior (konfigurasi
konveks). Pada robekan retina bullous, pada ablasio retina tipe rhegmatogenous,
kerusakan retina berwarna merah cerah (reddish horseshoe tear, Gambar 1).
Robekan pada ablasio retina tipe rhegmatogenous biasanya terjadi pada bagian
superior pada daerah degenerasi ekuatorial.4,5
Pada robekan total retina akan berbentuk seperti corong, hanya
melekat pada diskus dan ora serrata. Pembuluh darah retina tampak seperti
kawat berliku yang akan bergoyang dengan bergeraknya robekan retina. Ablasio
retina lama ditandai dengan penipisan retinal (akibat atrofi), pembentukan garis
pemisah subretinal akibat proliferasi sel RPD pada pertemuan flat detachment
dan pembentukan kista intraretinal sekunder.4,5
Gambar 9. Ablasio retina eksudatif pada pasien dengan melanoma maligna pada
koroid
Pada ablasio retina traksional, yang terjadi akibat retina ditarik secara
mekanis oleh kontraksi jaringan ikat pada vitreus, gambaran yang dapat dilihat
adalah adanya kumpulan vitroretinal dengan lesi penyakit penyebab, tidak
terdapat retinal breaks dan konfigurasi area yang robek adalah berbentuk konkaf,
elevasi paling tinggi retina terjadi pada sisi yang mengalami traksi.3,5
Gambar 10. Ablasio retina tipe traksi pada psien dengan diabetik retinopati
Gambar 10. Menemukan robekan primer dengan cara Lincof rules10
Pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan titik detachment primer
melalui Lincof rules sesuai pada gambar.
- Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis, diperlukan bila terdapat
kekeruhan kornea, bilik mata depan, atau lensa, membrane pupil, retro intra
ocular lens, atau kekeruhan vitreus yang menghalangi visualisasi optikterhadap
retina.3,7
5. DIAGNOSIS BANDING
a. Retinoskisis degeneratif
Retinoskisis degeneratif adalah kelainan retina perifer didapat yang sering
ditemukan dan diyakini terbentuk dari gabungan degenerasi kistoid perifer yang
sudah ada.Elavasi kistik terebut paling sering ditemukan di kuadran
inferotemporal, diiukuti kuadran superotemporal. Degenerasi kistoid berkembang
menjadi salah satu dari dua bentuk retinoskisis, tipikal atau reticular, walaupun
secara klinis keduanya sulit dibedakan.1
Retinoskisis menyebababkan suatu skotoma absolut dalam lapangan
pandang, sedangkan ablasio retina menimbulkan suatu skotoma relative.Elevasi
kistik pada retinoskisis biasanya halus tanpa disertai sel-sel pigmen vitreus.
Permukaan ablasio retina biasa berombak-ombak dengan sel-sel pigmen di dalam
vitreus.1
b. Korioretinopati Serosa Sentralis
Korioretinopati serosa sentralis (CSR) ditandai oleh pelepasan serosa
retina sensorik akibat adanya daerah-daerah dengan pembuluh-pembuluh koroid
yang hipermeabel dan gangguan fungsi pompa epitel pigmen retina. Penyakit ini
biasanya mengenai pria usia muda dan pertengahan dan mungkin berkaitan dengan
kepribadian tipe A, penggunaan steroid kronik, mikropsia, metamorfopsia dan
skotoma sentralis yang semuanya timbul mendadak. Ketajaman penglihatan sering
hanya berkurang secara moderat dan dapat diperbaiki mendekati normal dengan
koreksi hiperopia kecil.Banyak pasien mengalami defek penglihatan ringan yang
menetap seperti penurunan sensitivitas warna, mikropsia atau skotoma relatif.1
6. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan line pertama oleh general practitioner (non-ophtalmologist):8
Semua pasien dengan onset ablasio retina yang baru didapat harus segera
dirujuk, sebaiknya langsung ke spesialis mata yang akan melakukan operasi.8
Namun jika rujukan tidak dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat,
pasien perlu diinstruksikan untuk berbaring dengan posisi kepala/wajahnya
sesuai arah ablasio atau bagian retina yang lepas (berlawanan arah dengan
defek lapangan) untuk meminimalisasi pelepasan lapisan retina ke arah
macula.8
b. Prinsip dasar terapi ablasio retina oleh ophthalmologist:
Satukan retina yang robek. Semua kerusakan retina harus dideteksi, diketahui
lokasinya dan disatukan dengan memproduksi aseptic chorioretinitis, dengan
cryocoagulation, atau fotokoagulasi atau diatermi. Teknik cryocoagulation
paling sering digunakan.5,6
Gambar 13.Penekanan yang didapatkan dari spons silikon, retina sekarang melekat
kembali dan traksi pada robekan retina oleh vitreus dihilangkan
- Vitrektomi
Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes,
dan juga pada ablasioregmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau
perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil
pada dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen pada ruang
vitreous melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus
cutre untuk menghilangkan berkas badan kaca (vitreuos stands), membran,
dan perlengketan – perlengketan. Drainase internal cairan subretina melalui
insisi retina dengan jarum halus, untuk meratakan retina dilakukan dengan
cara injeksi minyak silikon atau cairan perflurokarbon. Kemudian dilakukan
endolaser di sekitar area robekan retina untuk menciptakan adhesi
chorioretinal. Untuk temponade retina baik dngan gas silikon di dalamnya
maupun dengan pertukaran longacting gas (pertukaran udara – minyak
silikon). Gas yang digunakan untuk temponade retina adalah sulfur
hexafluorida (SF6) atau perfluoropropane (C3F8).4,5
Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio.
Lebih dari 90% lepasnya retina dapat direkatkan kembali dengan teknik-
teknik bedah mata modern, meskipun kadang- kadang diperlukan lebih dari
satu kali operasi.4,5
Gambar 14. (a) Otot ocular ditarik dan mata diposisikan untuk operasi. Tamponade dijahit
pada permukaan luar sklera (b) Penampakanmelintang pada mata, terlihat
lubang pada retina. (c) tamponade ditempatkan, retina tersambung kembali. (d)
Irisan di bawah horseshoe tear (tanda panah) adalah tamponade radial (ujung
panah), retina kembali berhubungan dengan jaringan di bawahnya.
- Retinopeksipneumatik
Retinopatipneumatik merupakan metode yang sering digunakan pada ablasio
retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian
superior retina.Tujuan dari retinopeksi pneumatik adalah untuk menutup
kerusakan pada retina dengan gelembung gas intraokular dalam jangka waktu
yang cukup lama hingga cairan subretina direabsorbsi. Teknik pelaksanaan
prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas (SF6atau C3F8) ke
dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan retina dan
mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat
ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2
hari. Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser
sebelum gelembung disuntikkan.Parasentesis ruang anterior bisanya
dibutuhkan untuk menurunkan tekanan intraokuler yang dihasilkan oleh
injeksi gas. Pasien harus mempertahankan posisi kepala tertentu selama
beberapa hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan
retina.Untuk pasien ablasio retina dengan durasi < 14 hari yang melibatkan
makula, prosedur retinopeksi traumatic lebih baik daripada skleral buckling.
Komplikasi dari prosedur ini meliputi migrasi gas ke subretina, migrasi gas ke
ruang anterior, endoftalmitis, katarak, dan ablasio retina rekurens dengan
terbentuknya kerusakan retina yang baru3,5,6
8. PROGNOSIS
Sebesar 95% kasus ablasio retina tipe rhegmatogenous dapat diobati dengan
proses pembedahan. Apabila terdapat keterlibatan macula, hilangnya tajam
penglihatan akan menetap. Prognosis untuk tipe ablasio retina lainnya kurang baik
dan biasanya berhubungan dengan hilangnya tajam penglihatan secara signifikan.3,7
Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan makula dan perlangsungannya
kurang dari 1 minggu, memiliki kemungkinan sembuh post operasi sekitar 75 %
sedangkan yang perlangsungannya 1-8minggu memiliki kemungkinan 50 %.5
Dalam 10-15 % kasus yang dilakukan pembedahan dengan ablasio retina yang
melibatkanmakula, kemampuan visualnya tidak akan kembali sampai level
sebelumnya dilakukannya operasi. Hal ini disebabkan adanya beberpa faktor seperti
irregular astigmat akibat pergeseran pada saat operasi, katarak progresif, dan edema
makula. Komplikasi dari pembedahan misalnya adanya perdarahan dapat
menyebabkan kemampuan visual lebih menurun.2
DAFTAR PUSTAKA