Pembimbing:
Dr. Aryanti Ibrahim, Sp.M
Oleh:
Andi Nabila Maharani I, S.Ked
1618012071
A. Identitas
Nama : An.U
Usia : 11th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Way Kandis, Bandar lampung
Masuk RSUAM : 9-04-2018
B. Anamnesa
Keluhan Utama : keluar air mata terus menerus
Keluhan tambahan : mata merah dan penglihatan kabur
C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,6oC
Status Generalis
Kepala
- Bentuk : Normochepal
- Rambut : Hitam, tersebar merata
- Mata : Simetris (status ophtalmologi)
- Hidung : Sekret (-), nyeri (-)
- Telinga : Simetris, sekret (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-)
Leher
- Inspeksi : Dalam batas normal, edema (-), hiperemis (-)
- Palpasi : Massa (-), pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
- JVP : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thoraks
- Paru : Kesan dalam batas normal (Simetris, FTka=Ftki,
sonor +/+, vesikuler +/+)
- Jantung : Kesan dalam batas normal (Batas jantung normal,
BJ I/II reguler
Abdomen
- Hepar : Kesan dalam batas normal (tidak ada pembesaran)
- Lien : Kesan dalam batas normal (tidak ada pembesaran)
D. STATUS OFTALMOLOGIS
E. RESUME
Pasien datang dengan keluhan mata kiri dan kanan pasien sering mengeluarkan
air mata yang terus-menerus keluar disertai dengan kotoran yang berwarna
hijau kekuningan sejak ± 3 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan adanya
mata yang masih terasa merah dan penglihatan yang buram pada mata kiri.
Pasien mengaku sering mengucak mata dengan tangannya tanpa sadar.
Keluhan mata gatal, nyeri, dan silau dirasakan pada mata kiri pasien. Pasien
tidak mengeluhkan adanya demam, rasa nyeri kepala, mual dan muntah.
Riwayat kelopak mata kiri dan kanan bengkak, kemerahan pada bagian
kelopak, serta rasa nyeri pasien rasakan pada 3 bulan yang lalu, namun kini
sudah tidak dirasakan kembali. Riwayat SJS 3 bulan sebelumnya.
Status Oftalmologis:
OD :
Visus : 6/10
OS :
Visus : 6/15
F. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan kultur
G. Diagnosis banding
- Blefarokonjungtivitis et causa SJS OS
- Blefaritis et causa SJS OD
- Blefaritis Anterior et causa Bakteri OS
- Konjungtivitis et causa Bakteri OS
H. DIAGNOSIS KERJA
Blefarokonjungtivitis et causa SJS OS dan Blefaritis et causa SJS OD
I. PENATALAKSANAAN
a. Non Farmakologi
1. Kompres dengan air hangat 3-4 kali/hari selama 10-15menit/hari
2. Pembersihan secret kelopak mata dengan shampo bayi
3. Hindari dari paparan debu
4. Istirahat yang cukup
5. Tutup mata baik dengan kacamata maupun kain
6. Jangan dikucek
b. Farmakologi
1. Sulfasetamid 10% zalf 3,5 gram No. I s.3.dd.ung I.os
J.PROGNOSA
Quad ad vitam : Dubia ad bonam
Quad ad functionam : Dubia ad bonam
Quad ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konjungtiva palpebral
getah bening.
B. Konjungtiva forniks
karena itu, pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat
C. Konjungtiva bulbi
Perdarahan :
sklera dekat limbus untuk mancapai bagian dalam mata. Juga memberi
Persarafan :
Berasal dari N.V (I), yang berakhir sebagai ujung-ujung yang lepas
buruk yang sangat gawat terhadap obat. Efek samping obat ini mempengaruhi
kulit, terutama selaput mukosa. Juga ada versi efek samping ini yang lebih
necrolysis/TEN). Ada juga versi yang lebih ringan, disebut sebagai eritema
mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat. Sinonimnya antara
dll.
Sindrom Stevens-Johnson pertama diketahui pada 1922 oleh dua dokter, dr.
Stevens dan dr. Johnson, pada dua pasien anak laki-laki. Namun dokter
Hampir semua kasus SJS dan TEN disebabkan oleh reaksi toksik terhadap
obat, terutama antibiotik (mis. obat sulfa dan penisilin), antikejang (mis.
fenitoin) dan obat nyeri, termasuk yang dijual tanpa resep (mis. ibuprofen).
Terkait HIV, alasan SJS yang paling umum adalah nevirapine (hingga 1,5
setelah mulai obat, biasanya dalam 2-3 minggu (Adithan, 2006; Siregar,
2004).
Berdasarkan kasus yang terdaftar dan diobservasi kejadian SJS terjadi 1-3
kasus per satu juta penduduk setiap tahunnya. SSJ juga telah dilaporkan lebih
sering terjadi pada ras Kaukasia. Walaupun SJS dapat mempengaruhi orang
dari semua umur, tampaknya anak lebih rentan. Tampaknya juga perempuan
Patogenesis SSJ sampai saat ini belum jelas walaupun sering dihubungkan
hypersensitivity reactions, tipe IV) adalah reaksi yang dimediasi oleh limfosit
3. Kegagalan termoregulasi
5. Infeksi
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan yang dapat
berupa didahului panas tinggi, dan nyeri kontinyu. Erupsi timbul mendadak,
gejala bermula di mukosa mulut berupa lesi bulosa atau erosi, eritema, disusul
Keadaan ini dapat menyembuh dalam 3-4 minggu tanpa sisa, beberapa
mulut dan bibir selalu ditemukan. Dapat meluas ke faring sehingga pada kasus
yang berat penderita tak dapat makan dan minum. Pada bibir sering dijumpai
SJS dan TEN biasanya mulai dengan gejala prodromal berkisar antara 1-14
hari berupa demam, malaise, batuk, korizal, sakit menelan, nyeri dada,
muntah, pegal otot dan atralgia yang sangat bervariasi dalam derajat berat dan
merah pada muka dan batang tubuh, sering kali kemudian meluas ke seluruh
tubuh dengan pola yang tidak rata. Daerah ruam membesar dan meluas, sering
membentuk lepuh pada tengahnya. Kulit lepuh sangat longgar, dan mudah
Pada TEN, bagian kulit yang luas mengelupas, sering hanya dengan sentuhan
halus. Pada banyak orang, 30 persen atau lebih permukaan tubuh hilang.
Daerah kulit yang terpengaruh sangat nyeri dan pasien merasa sangat sakit
dengan panas-dingin dan demam. Pada beberapa orang, kuku dan rambut
Pada SJS dan TEN, pasien mendapat lepuh pada selaput mukosa yang
Kehilangan kulit dalam TEN serupa dengan luka bakar yang gawat dan sama-
sama berbahaya. Cairan dan elektrolit dalam jumlah yang sangat besar dapat
merembes dari daerah kulit yang rusak. Daerah tersebut sangat rentan terhadap
Ruam
Kulit berupa eritema, papel, vesikel, atau bula secara simetris pada
kelopak mata edema dan sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi
a. Konjungtivitis
yang disebabkan karena proses alergi akibat reaksi terhadap non infeksi,
dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah
beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik.
Merupakan reaksi hiper sensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi
berat akibat reaksi alergi pada orang dengan prediposisi alergi obat-obatan.
Pada pemakaian mata palsu atau lensa kontak juga dapat terjadi reaksi
alergi. Dengan gambaran klinis berupa mata merah, sakit, bengkak, panas,
berair, gatal, dan silau. Sering berulang dan menahun, bersamaan dengan
rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat atopi sendiri atau dalam keluarga.
Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada konjungtiva palbebra dan
bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat menimbulkan
kali sehari untuk mencegah degranulasi sel mast. Pada kasus yang berat
2004).
Konjungtivitis
b. Simblefaron
forniks
dan forniks.
Dapat disebabkan akibat trauma kecelakaan, operasi, luka bakar oleh zat
diberikan jika terjadi simblefaron, jika ringan dapat dilepaskan dan diberi
salep, pada keadaan yang hebat dilakukan operasi plastik, setelah simblefaron
dilepaskan pada tempat lepasnya ditutup dengan membran mukosa mulut atau
Simblefaron
C. Blefaritis
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau
tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar
didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri
yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Biasanya orang sering
menganggap kelelahan pada mata, mata yang berpasir, terasa silau juga tidak
nyaman bila terkena sinar matahari atau pada saatberada pada lingkungan
yang berasap, memberikan gambaran berupa mata merah dan seperti ada
benda asing di dalam mata.
Pasien datang dengan keluhan mata kiri dan kanan pasien sering mengeluarkan
air mata yang terus-menerus keluar disertai dengan kotoran yang berwarna
hijau kekuningan sejak ± 3 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan adanya
mata yang masih terasa merah dan penglihatan yang buram pada mata kiri.
Pasien mengaku sering mengucak mata dengan tangannya tanpa sadar.
Keluhan mata gatal, nyeri, dan silau dirasakan pada mata kiri pasien. Pasien
tidak mengeluhkan adanya demam, rasa nyeri kepala, mual dan muntah.
Riwayat kelopak mata kiri dan kanan bengkak, kemerahan pada bagian
kelopak, serta rasa nyeri pasien rasakan pada 3 bulan yang lalu, namun kini
sudah tidak dirasakan kembali.